• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA) Sebelum langsung ke penjabaran manga, ada baiknya kita bergerak dari kata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA) Sebelum langsung ke penjabaran manga, ada baiknya kita bergerak dari kata"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA) 2.1. Pengertian Manga

Sebelum langsung ke penjabaran manga, ada baiknya kita bergerak dari kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu komik yang digunakan untuk menerjemahkan manga. Komik merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda yang berasal dari kata ‘komiek’ yang artinya ‘pelawak’. Kata komik, dijabarkan dengan kata-kata yang berbeda oleh para ahli, namun intinya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sesuai dengan pendapat ahli tersebut, komik adalah alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan realitas sosial, politik dan ideologi yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya, yang tak terlepas dari budaya suatu bangsa. Literatur komik diupayakan para penciptanya untuk jauh dari kesan menggurui, namun cukup mempengaruhi pembentukan mentalitas pembacanya. Perpaduan antara huruf dan gambar yang sesuai merupakan rahasia kekuatan daya tarik komik. Tidak hanya itu, ada kalanya suatu gambarpun telah dapat berperan sebagai kata-kata. Di Indonesia, kata komik bersifat universal. Penggunaan kata komik tidak hanya terbatas untuk menyatakan karya sastra bergambar buatan sastrawan domestik. Untuk sastrawan yang menulis komik, disebut komikus.

Manga yang tadinya sangat dipengaruhi oleh komik Amerika sebagai salah satu kiblat komik dunia, kini telah balik mempengaruhi komik Amerika. Oleh karena itu, manga (漫画) adalah istilah untuk menyebutkan komik dalam bahasa Jepang. Secara sederhana manga yang terdiri dari dua kanji, diartikan sebagai gambar yang lucu. Di China, Hongkong dan Taiwan kata ‘漫画’ dibaca ‘manhua’.

(2)

Dan Korea yang memiliki hurufnya sendiri, menyebut manga dengan manhwa. Pendapat para ahli yang digunakan untuk menjelaskan komik, dapat juga digunakan untuk mejelaskan manga. Pada daerah di luar Jepang seperti Indonesia, manga biasanya digunakan untuk menyebutkan komik buatan Jepang. Kadang kala, untuk komik-komik yang gambarnya beraliran komik Jepang juga disebut dengan manga. Dan untuk mereka pembuat manga, baik itu orang Jepang sendiri atau kalangan di luar Bangsa Jepang, disebut dengan mangaka. Segala bentuk yang di Indonesia dikenal sebagai komik, di Jepang juga mengenalnya sebagai manga.

Berdasarkan penjabaran di atas, ruang lingkup pengertian antara komik dan manga, sebenarnya tidak ada bedanya. Tidak yang lebih luas atau yang lebih sempit. Hanya saja, ruang lingkup pengertian tersebut menjadi berbeda tergantung di mana kedua istilah itu digunakan.

Lebih lanjut lagi, manga menyajikan cerita dengan khayalan-khayalan yang disajikan dikaitkan dengan realita keseharian. Hal tersebut seperti, sekolah, situasi belajar, tentang kota, dan hal lainnya. Dalam setiap karyanya, para mangaka selalu berusaha menghasilkan manga yang dapat menggugah perasaan para pembacanya.

2.2. Sejarah Singkat Perkembangan Manga

Manga memiliki sejarahnya sendiri. Mulai dari kemunculannya yang terjadi karena dari perkembangan sastra bergambar yang telah ada lebih dulu. Dalam hal ini, sejarah manga akan diulas secara singkat dan padat. Tidak hanya sejarah kemunculannya yang akan dibahas. Tetapi juga sejarah perkembangannya, hingga

(3)

penyebarluasannya ke luar daerah asal kemunculannya. Lebih tepatnya, di sini akan diberi pemahaman tentang bagaimana manga itu dapat sampai dan menyebarluas di Indonesia. Yang juga akan dibahas secara ringkas.

2.2.1. Sejarah Singkat Perkembangan Manga secara umum

Manga yang telah berkembang sedemikian rupa itu, oleh beberapa ahli diduga merupakan perkembangan dari ukiyo-e. Ukiyo-e adalah salah satu seni rupa dengan media kayu yang dicungkil untuk membuat sebuah gambar yang sarat dengan pesan-pesan moral yang ingin disampaikan oleh si pembuat. Gambar yang dibuat di atas media kayu ini juga didukung oleh beberapa baris kata guna mempertegas makna kritisi yang terkandung dalam gambar tersebut.

Seni rupa inipun terus mengalami perkembangan. Hingga pada suatu saat terjadi suatu peristiwa perang yang dahsyat yang meluluhlantakkan Jepang. Jepang kehilangan beberapa arsip penting tentang bukti perkembangan sejarah kebudayaannya yang meliputi berbagai aspek kehidupan bangsanya. Negara yang tadinya sudah menjadi negara dengan kebudayaan yang telah berkembang dan cukup maju itu, seolah-olah mundur ke masa beberapa tahun kebelakang.

Masyarakat jepang yang terkenal sangat bersemangat, bahu-membahu kembali bangkit berusaha membangun Jepang, mengejar segala ketertinggalan peradaban mereka. Semangat bangsa Jepang yang tidak tanggung-tanggung dalam kembali membangun negaranya ini terbukti dengan perkembangan peradaban mereka yang mend

(4)

2.2.2. Sejarah Singkat masuknya Manga Ke Indonesia

Sebelum manga berkembangan dan menyebar luas hingga masuk ke Indonesia, masyarakat Indoensia sebelumnya telah akrab dengan karya sastra bergambar yang sekarang kita sebut komik. Karenanya tidak begitu sulit bagi komik buatan jepang untuk masuk dan turut mempengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan tampilannya yang khas cukup membuat para generasi pecinta komik era tahun 90-an terkesan. Apa lagi, pada saat itu karya sastra bergambar kurang begitu mendapat dukungan dari publik. Bahkan, komik tak jarang mendapat pemaknaan konotasi yang cenderung negatif dari masyarakat. Sehingga komik menjadi suatu hal yang ditabukan di masyarakat.

Walaupun begitu komik karya anak negeri turus berkembang secara underground. Di tengah segala keterpurukannya yang tidak mendapat simpati dari publik, ditambah lagi dengan pengaruh komik jepang yang mulai mendominasi pasar dunia sastra internasional, tak heran komik Indonesia semakin tertinggal jauh kebelakang.

2.3. Jenis-Jenis Manga/ komik

Komik yang awal kemunculannya diperuntukkan untuk anak-anak, terus berkembang. Sekarang, komik disajikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari cara penyajiannya, komik dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Kartun/ karikatur (cartoon)

Kartun/ karikatur (cartoon) adalah komik yang disajikan dengan hanya berupa satu tampilan saja. Di dalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan-tulisan. Komik tipe ini biasanya mengambil tema humor

(5)

(banyolan), editorial (kritikan) dan sindiran (berupa sindiran politik). Melalui gambar yang disajikan menimbulkan sebuah arti yang dapat dipahami maksud dan tujuan dari penulis oleh para pembaca.

Contoh:

Gambar yang biasa disajikan dalam surat kabar maupun majalah. Berupa gambar kartun/karikatur dari sosok tokoh tertentu yang maknanya sebagai kritikan dan sindiran bahkan terkadang dikemas dengan lucu dan sangat menghibur.

2. Komik potongan (comic strip)

Komik potongan (comic strip) adalah penggalan-penggalan gambar yang disusun/ dirangkai menjadi sebuah alur cerita pendek. Isi ceritanya tidak terpaku harus selesai dalam sekali tampilan saja. Cerita tersebut bisa dijadikan menjadi suatu cerita bersambung/ berseri. Komik seperti ini, biasanya terdiri dari 3 – 6 panel atau bisa juga lebih dari enam panel. Komik jenis ini sering di dalam tampilan harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun tabloid/ buletin. Tema ceritanya juga cenderung tidak terbatas (humor/ banyolan atau cerita serius). Ceritanya disajikan sedemikian rupa, sehingga menjadi asik untuk disimak setiap periodenya hingga tamat.

Contoh:

- Panji Koming di surat kabar Kompas.

- Gibug (Komik Potongan yang dijadikan buku saku)

(6)

Buku komik (comic book) merupakan alunan gambar-gambar yang disertai tulisan dengan jalan ceritanya sendiri. Kesemuanya itu dikemas dalam bentuk sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) disebut juga sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32 halaman. Selain itu, ada juga yang 48 halaman dan 64 halaman yang didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.

Buku Komik (Comic Book) itu sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu: • Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)

Komik Kertas Tipis (Trade Paperback) adalah buku komik yang berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan besar. Walau berkesan tipis namum bisa juga dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang baik/ bagus sehingga penampilan/ penyajiannya terlihat menarik. Apalagi dengan gambar dan warna yang cantik, membuat buku komik ini sangat digemari.

Contoh:

- Gundala, Godam, Si Buta Dari Gua Hantu, Lamaut - Kapten Bandung, Caroq, Gina

- Gunturgen, Blacan, Zantoro

- Komik-komiknya Marvel dan DC Comics (luar negeri) • Komik Majalah (Comic Magazine)

Komik Majalah (Comic Magazine) merupakan buku komik berukuran seperti majalah (ukuran besar), biasanya menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras untuk sampulnya. Dengan ukurannya yang besar tersebut tentunya

(7)

dengan banyaknya halaman (misalkan 64 halaman) bisa menampung banyak gambar dan isi cerita.

Contoh:

- Tintin (luar negeri) - Lucky Luke (luar negeri) - Asterik/ Obelik (luar negeri)

• Komik Novel Grapis (Graphic Novel)

Komik Novel Grapis (Graphic Novel) biasanya menampilkan cerita lebih panjang dan komplikasi serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri atau cerita putus.

4. Komik Tahunan (Comic Annual)

Komik Tahunan (Comic Annual) ada bila pembuatan komik sudah ditangani penerbit yang serius. Si penerbit akan secara teratur/ berskala (misalkan setiap tahun atau setiap beberapa bulan sekali) menerbitkan buku-buku komik itu. Baik itu cerita putus maupun serial.

Contoh:

- Dalam negeri: M&C Gramedia, PMK, Mizan, Terant, Bumi Langit, Jagoan Comic, dsb.

- Luar negeri: Marvel Comics, DC Comics, etc.

5. Album Komik (Comic Album)

Album Komik (Comic Album) adalah koleksi (hasil guntingan dari berbagai sumber media bacaan) yang dikumpulkan dan disusun rapih

(8)

(pengkripingan) menjadi sebuah budelan/ album bacaan oleh para penggemar bacaan komik baik itu komik karikatur maupun komik strip.

6. Komik online (Web Comic)

Selain media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan buletin, media Internet juga dapat dijadikan sarana dalam mempublikasikan komik-komik. Dengan menyediakan situs web maka para pengunjung/ pembaca dapat menyimak komik kesayangannya. Dengan menggunakan media Internet, jangkauan pembacanya bisa lebih luas (diseluruh dunia yang memiliki koneksi internet dapat mengaksesnya) dibandingkan dengan media cetak. Komik Online bisa dijadikan langkah awal untuk mempublikasikan komik-komik dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding media cetak. Dengan adanya comic on line ini, maka lahirlah komik dalam bentuk CD. Dengan begini akan lebih mempermudah para pembacanya untuk tetap dapat mengkonsumsi comic on line ini. Hal ini menambah pilihan cara para pembaca untuk dapat mengkonsumsinya. Sejauh ini, kehadiran comic on line ini belum begitu mempengaruhi kebertahanan buku komik.

Contoh:

- www.gibug.com

- www.kaptenbandung.com - www.onemanga.com

(9)

Tidak sedikit sebuah panduan atau instruksi sesuatu dikemas dalam format Komik, bisa dalam bentuk Buku Komik, Poster Komik, atau tampilan lainnya. Pengguna/Pembaca akan lebih mudah cepat mengerti bila melihat alunan gambar dari pada harus membaca prosedur-prosedur dalam bentuk tulisan. Selain itu dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

8. Rangkaian ilustrasi (storyboard)

Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum melangkah dalam pembuatan film/iklan akan lebih mudah berkerjanya bila dibuatkan Rangkaian Ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya Rangkaian Ilustrasi ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu rangkaian ilustrasi gambar tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian yang bisa disebut komik. Namun tidak usah jauh-jauh kedalam dunia perfileman/iklan, sebelum para komikus membuat komik sudah pasti terlebih dahulu membuat sebuah Rangkaian Ilustrasi (Storyboard) nya, setelah itu baru diproses penggambaran, penintaan, pewarnaan dan penataan tampilan (layout).

9. Komik ringan (comic simple)

Biasanya jenis komik ini terbuat dari hasil cetakan kopian dan steples (buatan tangan). Hal ini dimana pemilik dan pembuat komik dengan biaya yang rendah turut dapat menciptakan komik-komik dan berkarya, cara ini digunakan sebagai alternatif cara untuk turut berkarya kecil-kecilan, bisa dijadikan langkah awal bagi para komikus.

(10)

Contoh:

- Kakek Bejo (pragatcomic.com)

10. Perencanaan dalam pikiran (planing on mind).

Cukup sering bila kita ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu kita membayangkan apa-apa saja yang akan kita lakukan nantinya (persiapan). Dengan bayangan-bayangan dalam pikiran tersebut sebenarnya sudah menjadi rangkaian gambar-gambar yang mana bisa juga disebut juga sebagai Komik, hanya saja gambar-gambar tersebut tidak tertuang dalam coretan diatas kertas melainkan tergambar didalam pikiran kita.

Manga sudah menyebar ke luar daerah asalnya, Jepang. Manga yang telah menyebarluas itu telah beredar dengan banyak judul yang berbeda. Dari sekian banyak judul manga itu, manga dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok (diperoleh dari beberapa sumber data), yaitu:

1. Kodomo (子供).

Kodomo adalah istilah dalam Bahasa Jepang, yang artinya anak-anak. Maka, manga jenis ini cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan sasaran konsumen anak. Manga jenis ini, dapat dipastikan aman dikonsumsi anak-anak. Manga jenis ini cenderung bersifat netral, maka dapat dinikmati oleh setiap kalangan. Manga yang kini sedang beredar di masyarakat semakin beragam. Jadi, manga kodomo ada juga yang diberi lebel semua umur oleh beberapa penerbit di tanah air.

Manga genre ini biasanya mengetengahkan thema-thema yang menggambar bagaimana realita kehidupan sehari-hari seorang anak. Tidak hanya itu, agar

(11)

menambah daya tariknya, di sini juga disisipkan impian-impian yang biasanya dimiliki seorang anak. Dan dalam penyajiannya, sedapat mungkin diusahakan menjadi cerita yang dapat diterima dengan baik oleh anak-anak. Walaupun ada unsur imajenasinya, diusahakan imajenasi tersebut agar tidak terlalu mengambang dari kehidupan nyata. Dan hal ini jugalah kadang yang membuat manga ini menarik perhatian kalanngan di luar kalangan yang menjadi sasaran sebenarnya. Selain cukup menghibur bagi anak-anak, manga ini juga dapat menjadi hal yang disukai kalangan di atas usia anak-anak.

Cth: Chibi Maruko Chan, Astro Boy.

2. Shoujo/ bishoujo (少女/ 美少女).

Shoujo adalah istilah dalam Bahasa Jepang yang di dalam bahasa Indonesia diartikan gadis cantik dengan tampilan gadis remaja. Manga shoujo juga sering disebut manga bishoujo. Di mana antara shoju dan bishoujo, memiliki arti yang cenderung sama. Menjadi seorang gadis cantik adalah impian setiap anak perempuan. Karena itu, manga ini terfokus dengan konsumen pembaca anak perempuan. Lebih tepatnya, manga shoujo, memiliki sasaran konsumen anak perempuan usia remaja. Anak-anak usia remaja identik dengan masa pubertas. Dan di fase ini, biasa seorang anak mulai belajar menyukai lawan jenisnya. Karena itu, nuansa percintaan dalam manga ini begitu kental terasa. Melihat sasaran konsumen yang diutamakan di sini, kisah cinta yang ditampilkanpun disesuaikan. Diupayakan kisah cinta yang sudah layak dikonsumsi oleh anak-anak kalangan remaja yang ditampilkan.

(12)

3. Shounen/ bishounen (少年/ 美少年).

Mangan shounen memiliki nama lain, yaitu shounen. Shounen bila dilihat di kamus diartikan sebagai laki-laki, lebih tepatnya lagi laki-laki tampan. Laki-laki tampan yang menjadi pujaan setiap wanita. Tentu semua laki-laki menginginkan menjadi sesosok pribadi yang demikian. Karakter lelaki ganteng yang populer seperti inilah yang menjadi tokoh utama dalam manga genre shoujo. Selain itu, laki-laki tampan yang digambarkan di sini juga merupakan laki-laki gagah perkasa. Karena itu, kebanyakan isi ceritanya menggambarkan adegan perkelahian/ laga. Dari adegan laga yang ditampilkan, menggambarkan karakter tokoh utama yang gagah dan perkasa. Sekalipun terdapat adegan laga, tapi kekerasan dari adegan laga yang ditampilkan dalam manga ini, dinilai layak dikonsumsi oleh anak laki-laki usia remaja. Selain itu, tak jarang digambarkan karakter cewek seksi untuk menambah daya tariknya. Kisah cinta tentunya tidak ketinggalan. Tapi pada tiap manga dengan tokoh utama yang berbeda, menampilkan kisah cinta yang berbeda pula.

Cth: Inuyasa, Naruto.

4. Rejisu/ ladies/ Redikomi

Rejisu adalah manga dengan spesifikasi konsumen kalangan wanita dengan tingkat usia dewasa. Kata rejisu sendiri disadur ke Bahasa Jepang dari Bahasa Inggris, yaitu ladies. Ladies sendiri diidentikkan dengan wanita dewasa seperti sasaran konsumen manga rejisu. Manga Rejisu juga sering dikatakan sebagai redikomi. Masih dari Bahasa Inggris, istilah komik juga merupakan kata serapan

(13)

dangan bahasa asal, Bahasa Inggris. Yaitu, kata ladies dan comic, yang dalam Bahasa Jepang digabung menjadi redikomi. Tokoh utama di manga ini, sama seperti pada manga shoujo, yaitu gadis cantik. Tetapi, gadis cantik yang ditampilkan digambarkan dengan tampilan wanita dengan tingkat usia lebih tua, jika dibandingkan remaja. Sesuai dengan spesifikasi konsumennya, yaitu wanita dewasa. Tidak ketinggalan romantisme kisah percintaan juga kadang disajikan di sini. Dengan taraf keintiman hubungan antara kekasih yang lebih dekat lagi dibandingkan dengan kisah percintaan remaja. Juga disertakan konflik percintaan yang lebih kompleks lagi.

Cth: Life,

5. Seinen (青年)

Seinen adalah Bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebutkan laki-laki dewasa. Dalam manga jenis ini, yang menjadi tokoh utamanya adalah seorang laki-laki dewasa juga. Lalu dengan cerita yang tentunya juga menampilkan kisah percintaan yang lebih kompleks. Dan karena kekompleksannya itu sulit dimenngerti oleh anak-anak dengan umur di bawah 17 tahun.

6. Josei (女性). Wanita dewasa.

Manga josei adalah manga dengan sasaran konsumen wanita dewasa. Sama seperti namanya, manga ini menonjolkan karakter wanita dewasa. Dalam hal cerita, sama halnya dengan manga seinen. Secara konseptual, manga josei dan manga seinen adalah sama. Hanya saja kedua manga ini mengetengahkan karakter yang berbeda. Manga josei ini juga merupakan jenis manga yang jarang.

(14)

7. Alternatif.

Manga alternatif adalah komik dengan tampilan merupakan perpaduan antara tampilan komik dalam manga dengan tampilan komik yang non manga. Dalam manga jenis ini, bahasa tulisan lebih mendominasi dari pada gambar. Berbeda dengan manga yang bahasa gambarnya lebih mendominasi. Manga seperti ini, sekilas tampilannya lebih mengarah ke novel.

8. Doujinshi (同人誌)

Doujinshi adalah jenis manga yang merupakan salah satu bentuk apresiasi yang timbulkan karena perkembangan minat masyarakat pembaca terhadap manga itu sendiri. Karenanya manga jenis ini , sedikit lebih istimewa dibandingkan manga lainnya. Salah satunya, manga ini bukan dikarang oleh seorang mangaka. Untuk lebih jelas lagi, maka manga doujinshi akan dijabarkan lebih jelas lagi pada sub-bab ‘bentuk apresiasi terhadap manga’.

9. Gag.

Manga gag adalah manga yang berthemakan humor. Ada penerbit yang mengelompokkan manga genre ini ke dalam kelompok manga serial lawak. Cerita dalam manga ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang sangat kentara. Tetapi, ada beberapa manga yang termasuk ke dalam genre ini bagi anak-anak usia 13 tahun ke bawah kurang layak dikomsumsi. Kalaupun akhirnya manga jenis hendak dikonsumsi oleh mereka karena ceritanya yang cukup menghibur, diperlukan pembinaan dari orang tua. Bila hal ini terjadi, manga tersebut tidak hanya cukup membuat si anak merasa terhibur, tapi juga memberikan nilai edukatif yang cukup baik bagi perkembangan kepribadian si anak.

(15)

10. Jidaimono (時代物)

Jidaimono adalah manga yang sarat dengan nilai-nilai sejarahnya. Manga ini tampil dengan thema andalannya, yaitu sejarah. Sesuai dengan daerah manga ini dilahirkan, tentunya kisah sejarah yang ditampilkan di sini tidak jauh-jauh dari sejarah Jepang.

11. Mecha

Mecha merupakan kata dalam Bahasa Jepang yang diserap dari Bahasa Inggris, yaitu mecanic. Kata mecanic ini sendiri sangat erat hubungannya dengan hasil buah karya pemikiran manusia yang bergerak dengan mesin, yaitu robot. Sejalan dengan itu, Manga Mecha menggunakan robot sebagai tokoh andalannya. Berbicara tentang robot yang juga merupakan objek utama dalam Manga Mecha, teknologi salah satu wujud perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu, manga ini tidak jarang menampilkan cerita dengan thema-thema fiksi ilmiah.

12. Suiri (推理) (dugaan)

Suiri arti harafiahnya adalah dugaan. Dengan begitu manga jenis ini menampilkan cerita misteri yang disertai berbagai dugaan. Sama halnya dengan seorang detektif yang menguak suatu misteri tindak kejahatan dengan menganalisa dugaan-dugaan yang relefan dengan kenyataan yang ada kaitannya dengan hal kejahatan yang sedang diselidiki. Dengan begitu manga ini, tidak terlepas dengan thema kasus kejahatan dan pembunuhan. Dari sini muncullah sang tokoh utama yang bertugas memecahkan misteri yang ada, yaitu detektif.

(16)

13. Lolicon.

Lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan komplex. Yang kemudian disebut dengan Lolicon ketika diserap ke dalam Bahasa Jepang. Masih dalam bahasa jepang, kata tersebut dimaknai sebagai sebuah perasaan suka oleh seorang pria dewasa terhadap anak perempuan di bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka tersebut lebih ke arah penyimpangan orientasi seksual. Dengan begitu, yang menjadi tokoh utama di sini adalah anak-anak di bawah umur (sekitar usia 13 tahun). Dengan thema andalan, kisah percintaannya dengan seorang pria dewasa yang umurnya jauh di atasnya.

14. Shota-con.

Shota-con, pada dasarnya sama halnya dengan lolicon. Hanya saja dalam manga Shota-con, yang menjadi tokoh andalannya adalah anak laki-laki di bawah umur dengan kisah percintaannya dengan wanita dewas yang umurnya jauh di atasnya. 15. Hentai (変体)/ Ecchi

Manga genre ini sering disingkat penyebutannya oleh remaja Jepang dengan hanya menyebutkan huruf depannya saja, yaitu ‘H’. Huruf ‘H’ dilafalkan dengan ‘ecchi’ yang merupakan pelafalan huruf ‘H’ dalam Bahasa Inggris. Karenanya, manga jenis ini sering juga disebut manga ecchi. Kata hentai sering dikonotasikan dengan hal-hal yang erotis. Manga ini cukup banyak menampilkan kisah percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Walaupun begitu, hal ini dinilai masih dalam batas kewajaran. Hentai sendiri arti harafiahnya adalah keadaan yang tidak normal.

(17)

Kaitannya dengan itu genre ini dibagi lagi ke dalam 2 kelompok yaitu, yaoi dan yuri. Di mana yaoi dan yuri adalah istilah dalam Bahasa Jepang untuk menyebutkan laki-laki yang merasa dirinya wanita dan sebaliknya.

a. Yaoi/ Shonen-ai (やおい/ 少年愛) (homo)

Manga Yaoi tokoh utamanya adalah cowok homoseksual sesuai dengan arti dari nama manga ini sendiri. Yaitu, yaoi yang bila diterjemahkan artinya adalah cowok penyuka sesama jenis. Keadaan yang seperti ini adalah yang tidak biasa (aneh) di masyarakat pada umumnya. Karena itu, manga sub-genre ini dimasukkan ke dalam sub-genre hentai. Homoseksual adalah seorang laki-laki dikaitkan dengan gairah seksualnya. Gairah seksual tidak terlepas dengan rasa cinta/ suka. Maka, dalam manga ini juga tidak ketinggalan dengan kisah asmaranya. Kisah asmara antara sesama laki-laki tentunya. Kaitannya dengan kisah asmara, maka Manga Yaoi disebut juga dengan Manga Shonen-ai. Dalam hal ini, shonen-ai artinya adalah percintaan antara sesama pria.

b. Yuri/ Shoujo-ai (ゆり/ 少女愛) (lesbian)

Manga Yuri pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Manga Yaoi. Hanya saja pada manga Yuri, tokoh utamanya dipegang oleh kaum lesbian, yaitu wanita penyuka sesama jenis. Kaitannya dengan kisah asmara, Manga Yuri juga sering disebut sebagai manga Shoujo-ai. Dalam hal ini, shoujo-ai artinya adalah percintaan antara sesama wanita.

(18)

Eroguro adalah juga merupakan genre manga yang isi hanya layak dikonsumsi oleh orang dengan tingkat umur dewasa. Kegiatan seksual percintaan di sini lebih banyak ditampilkan dari pada yang ditampilkan pada manga genre hentai. Manga genre ini sering juga disebut sebagai salah satu manga yang mengetengahkan thema porno.

17. Futanari (二形)

Futanari adalah bahasa jepang, dan bila diartikan secara langsung artinya adalah dua bentuk. Dalam hal ini, dua bentuk tersebut dimaknai sebagai seseorang yang memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut biseksual. Sesosok tokoh yang ditampilkan memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenisnya, tapi juga terhadap sesama jenis. Thema seperti ini dinilai kurang dapat dimengerti oleh anak-anak. Manga futanari sering juga disebut sebagai salah satu manga yang berthema porno.

18. Kemono (獣)

Kemono adalah manga dengan fitur utama mahkluk gaib. Mahkluk gaib ini berwujud setengah badannya adalah manusia, dan setengahnya lagi berwujud hewan.

19. Game based.

Game based adalah manga yang ceritanya menampilkan kisah-kisah seputar permainan-permainan. Manga genre ini terinspirasi dari game-game yang sering dimainkan oleh anak-anak.

(19)

Manga genre ini, biasa mengangkat cerita-cerita fiksi. Cerita fiksi yang ditampilkan di sini, biasanya adalah cerita fiksi langkap dengan argumentasi ilmiahnya. Argumentasi yang disampaikan di sini, dijelaskan sedemikian rupa oleh si pengarang sehingga terkesan meyakinkan. dan lagi, membuat si pembaca yakin bahwa hal yang disampaikan dalam cerita yang dikarang si mangaka mungkin terjadi pada waktu tertentu

21. Moe(萌え) (menyala terbakar)

Manga moe adalah manga dengan fitur andalannya seorang cewek lucu dan imut, yang memiliki sifat romantis. Si cewek imut yang menjadi tokoh utama dalam manga ini juga digambarkan memiliki emosi yang menyala dan menggebu-gebu. Emosi yang seperti ini biasanya dimiliki oleh kaum pemuda. 22. Maho shoujo (魔法少女)

Maho shoujo, arti harafiahnya adalah ‘gadis ajaib’. Dalam manga genre ini, yang menjadi tokoh utamanya adalah seorang gadis yang memiliki kelebihan khusus, atau dapat juga dikatakan gadis ajaib. Manga Maho Shoujo isi ceritanya tidak pernah terlepas dari thema cerita tentang kepahlawanan. Walaupun begitu agar tampak lebih menarik, tak jarang di sela-sela cerita disisipkan juga kisah percintaan sang tokoh utama. Hal lain yang sering ditonjolkan dalam manga jenis ini, adalah persahabatan dan anggapan bahwa musuh ditaklukkan bukan untuk dimusnahkan. Persahabatan yang paling kentara, di mana sang ‘gadis ajaib’ yang biasa ditampilkan dalam manga, tidak pernah tampil sendirian. Dalam beberapa cerita yang berbeda, sang ‘gadis ajaib’ selalu memiliki tim dalam setiap pertempurannya. Dan di saat-saat genting, di mana nyawa sang

(20)

tokoh utama terancam, biasanya akan muncul sosok misterius yang menjadi dewa penyelamat.

Cth: Sailormoon, Pretty Cure. 23. Manga OEL

Manga OEL adalah salah satu bukti perkembangan dunia permangaan Jepang yang telah mendunia. Manga ini merupakan komik yang menggunakan Bahasa Inggris guna mempertegas gambar yang disajikan. Komik dengan edisi Bahasa Inggris ini juga disebut dengan manga karena komik ini dilahirkan atas kerjasama antara komikus eropa dan mangaka. Di mana yang bertanggung jawab atas isi cerita adalah sang komikus eropa. Dan, untuk gambarnya agar lebih mudah diterima di pasar, sang komikus bekerja sama dengan sanga mangaka. Si komikus dari jepang, bertanggung jawab atas gambar yang disajikan dalam cerita manga yang dikarang oleh si komikus eropa.

2.4. Ciri Khas Manga

Sebelum perang dunia II, sastra bergambar di Jepang sudah ada. Namun, karena perang, sastra bergambar di Jepangpun ikit terpengaruh. Lalu, setelah beberapa tahun fakum, karya sastra bergambar Jepang kembali bangkit dengan gerakan modernisasinya. Di dalam beberapa artikel, gerakan modernisasi karya sastra bergambar Jepang ini dipelopori oleh seorang komikus Jepang yang bernama Osamu Tezuka. Dia berhasil memunculkan kembali sastra bergambar di Jepang dengan manganya yang berjudul Astro Boy. Manganya ini terinspirasi dari komik eropa yang sedang berkembang saat itu.

(21)

Gerakan yang dilakukan oleh Asamu Tezuka inipun diikuti para komikus Jepang yang lainnya. Mereka juga ikut menciptakan komiknya sendiri dengan gayanya sendiri-sendiri. Dengan begini, dunia perkomikan Jepangpun terus menerus berkembang, hingga tercipta suatu citra khusus yang diakui sebagai milik Jepang. Atau lebih tepatnya lagi, sering juga dikatakan sebagai ciri khas manga. Berikut beberapa hal yang menjadi ciri khas manga.

1. Rata-rata mangaka di Jepang menggunakan gayansederhana dalam menggambar manga dengan ciri khas mata besar, mulut kecil, dan hidung mungil.

2. Sebagaian bentuk manga menggunakan gaya realistis, walaupun dlam beberapa elemen masih bisa dikatakan tidak nyata.

3. Mengutamakan kekuatan cerita.

2.5. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga

Manga sebagai salah satu karya sastra bergambar yang telah mendunia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tidak hanya dari segi isi ceritanya yang semakin kompleks dan dari segi bentuk semakin memanjakan para penikmatnya yang berkembang. Akibat dari perkembangan manga yang tiada henti ini, terinsipirasi dari rasa cinta terhadap manga, maka lahirlah bentuk-bentuk lain untuk mengekspresikan rasa cinta itu. Ekspresi ini biasanya timbul dari para penggemar manga tersebut.

(22)

2.5.1. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga Secara Umum

Terdapat beberapa bentuk apresiasi rasa cinta terhadap manga. Adapun bentuk apresiasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Doujinshi/ 同人誌.

Doujinshi/ 同人誌, terdiri dari dua kata yaitu doujin dan shi. Doujin (同人), yang artinya orang yang sama, dan shi (誌), yang artinya majalah, dalam hal ini terinspirasi dari kemunculan manga modern yang awalnya disajikan dalam bentuk majalah. Maka, doujinshi dimaknai sebagai manga karya para pengemar manga yang terinspirasi dari manga karya mangaka. Jadi, doujinshi adalah istilah yang merujuk kepada manga karya penggemar manga yang memiliki cerita yang yang cenderung sama dengan akhir cerita yang sedikit berbeda dengan manga yang menjadi insiparasinya. Para pengarang doujinshi disebut dengan doujinshika.

Komik jenis ini biasanya, didistribusikan oleh pengarangnya sendiri dari tangan ke tangan, dijual bebas di toko doujinshi, atau dengan mengikuti konvenshi akbar yang disebut comiket yang menjual ribuan doujinshi tiap tahunnya.

Kadang Doujinshi sendiri menjadi batu lompatan seorang atau kelompok untuk menjadi seorang mangaka. Ada kalanya, seorang mangaka juga seorang mangaka. Di mana seorang mangaka kembali berekspresi terhadap manga yang telah rangkum dibuatnya. Dia membuat beberapa perubahan pada cerita yang telah dikonsumsi para pembacanya. Tentunya, dia juga membuat akhir cerita yang sedikit berbeda dengan cerita yang telah dibuat sebelumnya. Kalau

(23)

sudah begini, sang mangaka juga bisa kita katakan doujinshika dari manga-nya sendiri.

b. Harajuku Style dan Cosplay.

Cosplay ini merupakan perkembangan dari fenomena harajuku style. Harajuku style ini berawal dari penampilan para gadis Jepang yang berpenampilan aneh dan tidak lazim yang terjadi di salah satu kawasan kecil di Tokyo, yaitu Stasiun Harajuku, dekat Stasiun Shibuya. Dalam gaya fashion ini, para pelakunya bebas berekspresi dalam berdandan yang terinspirasi dari penampilan para tokoh manga yang dia sukai. Mulai dari potongan rambut, baju, celana, rok mini, sepatu, sampai wajah yang di-make up sehingga mirip sekali dengan tokoh kartun yang dikaguminya itu.

Mereka hidup dan berjalan-jalan di sepanjang jalan di sekitar kawasan Stasiun Harajuku. Terdapat berbagai macam gaya dalam mengikuti penampilan para tokoh manga ini, mulai dari dandanan gotik yang seram, v-kei yang ribet, dan lolita yang manis. Pada hari minggu, mereka biasanya berkumpul di suatu tempat di jalan Takeshita Dori, di kawasan Harajuku, melakukan cosplay (costum play). Banyak turis yang tertarik dengan gaya mereka ini, dan ingin berfoto bersama mereka. Para turis berpendapat gaya dandanan mereka itu unik. Melihat reaksi seperti ini, ada para pelaku harajuku style yang memasang tarif untuk difoto. Sikap ini tidak tanggung-tanggung, untuk itu mereka ada juga yang membawa serta peralatan untuk bergaya harajuku style dalam koper. Demi kepuasan pelanggan, ada juga yang rela memotong rambutnya di tempat. Tapi, segala sampah yang disebabkan dari kegiatan mereka ini, tidak mereka biarkan begitu saja. Mereka selalu berusaha menjaga

(24)

kebersihan lingkungan tempat mereka beraktivitas. Menurut Ted Polhemus, seorang pengamat gaya dandan dan gaya hidup jalanan pernah bilang, gaya anak-anak muda jepang ini dapat mempengaruhi dunia. Pengaruh tersebut dikatakan sebagai supermarket of style, yang muncul pada awal 90-an. Sebelumnya, fenomena serupa pernah terjadi di belahan bumi bagian barat, yaitu Eropa. Harajuku style ini mempunyai moto “berani berekspresi, tak lupa tradisi”, karena itu walaupun fenomena ini juga terinspirasi fenomena yang terjadi di Eropa yang meniri penampilan karakter tokoh film fiksi ilmiah, mereka memodifikasinya dari akar budaya sendiri, dengan mengambil penampilan para tokoh manga.

Peragaan cosplay di Jepang, pertama kali berlangsung pada tahun 1978 di Ashinoko, Perfektur Kanagawa, dalam konvensifksi imiah, Nihon SF Taikai XVII. Media massa sering menuliskan kostum Triton Of The Sea yang dikenakan oleh Mari Kotani, seorang kritikus fiksi ilmiah, sebagai cosplay pertama yang dikenakan di Jepang. Selanjuutnya, sejak Nihon SF Taikai XIX (1980), kontes cosplay menjadi acara tetap. Selain di comic market, acara cosplay menjadi sering diadakan dalam acara pameran doujinshi dan peremuan pengemar fiksi ilmiah di Jepang.

Liputan besar-besaran pertama kali dilakukan majalah fanroad, edisi perdana (Agustus, 1980). Media tersebut memuat artikel tentang persaingan antara dua kelompok harajuku style dengan masing-masing gayanya. Artikel itu menjadikan ‘cosplay’, sebagai istilah umum di kalangan penggemar anime. Pada tahun 80-an, hobi cosplay menjadi sangat mudah dilakuan, karenanya semakin menyebarluas di Jepang. kegiatan berkelompok dalam cosplay,

(25)

dimulai sejak tahn 1986. Seiringan dengan itu, bermunculan pula fotografer amatiran yang senang memotret kegiatan cosplay (kamera kozou).

Dalam perkembangannya, pelakonan karekter dalam cosplay, tidak hanya berasal dari anime dan manga. Tetapi, juga meniru para penyanyi/ artis Jepang, kerena pada saat ini apara artis itu telah memiliki ciri khas sendiri dalam fashion.

Ada juga istilah crossdresser, yaitu pemeranan pria oleh wanita dan sebaliknya. Hal ini tidak dilarang, sehingga membuka kesempatan para cosplayer untuk bebas berekspresi.

Dalam cosplay, selain kostum yang digunakan, juga memperhatkan keterampilan si pemain cosplay dalam memperagakan ciri khas karakter yang dibawakannya. Kreativitas dalam membuat kostum, juga menjadi poin penting penilaian. Bahan-bahan yang digunakan untuk cosplay, tidak harus bahan-bahan berkualitas yang harganya sangat mahal. Terdapat berbagai pilihan untuk berpakaian untuk cosplay. Bisa meminta bantuan tukang jahit, bisa dibeli di toko-toko tertenu yang menjual pakaian untuk ber-coaplay, bisa juga membuatnya sendiri. Merupakan kebanggaan tersendiri bila kita membuat sendiri kostum untuk cosplay.

Walaupun cosplay merupakan budaya yang diadopsi dari Eropa, tapi cosplay ala Jepang (khususnya cosplay anime dan manga), sudah mendunia. Tiap tahunnya, rutin diadakan World Cosplay Summit (kontes cosplay tingkat dunia). Peserta cosplay (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id = 57 87) telah diikuti sekitar 12 – 14 negara di dunia.

(26)

Otaku adalah istilah dalam Bahasa Jepang untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni suatu hobi sehingga dia mengumpulkan/ mengoleksi benda yang dia sukai yang berhubungan dengan hobinya. Tak jarang seseorang itu menjadi terobsesi terhadap hobi tersebut. Orang-orang seperti ini biasanya hanya berinteraksi dengan pengoleksi objek yang sama.

Istilah otaku kemungkinan besar dari percakapan antarpenggemar anime yang selalu menyapa lawan bicaranya dengan sebutan otaku 「お宅」. Otaku yang

dimaksud di sini digunakan sebagai kata ganti orang kedua ragam bahasa yang paling sopan dalam Bahasa Jepang. Otaku yang digunakan para penggemar anime, ditulis dengan huruf katakana 「オタク」 atau 「ヲタク」. Otaku dengan tulisan kana itu, dianggap sebagai bahasa slang. Berbeda dengan otaku dengan tulisan kanji.

Di awal tahun 80-an, terhadap para penggemar berat lolicon, manga dan doujinshi, sudah ada istilah slang bernada sumbang (ビョ―キ “sakit”). Istilah otaku pertama kali dipublikasikan oleh kolumnis Nakamori Aiko, dalam artikelnya yang berjudul Otaku No Kenkyuu (Penelitian Tentang Otaku) dalam majalah Manga Burikko. Saat itu, otaku belum begitu dikenal publik. Stasiun radio Nippon Broadcasting System adalah media massa yang pertama kali menggunakan istilah otaku dalam acara Young Paradise yang mengankat segmen Otakuzoku No Jittai (situasi kalangan otaku). Otakuzoku digunakan untuk menyebutkan orang-orang yang masuk ke kalanan otaku. Sistem pengistilahan ini, mengikuti istilah yang sudah ada yang juga diberlakukan

(27)

dalam kalangan anak muda yang memakai akhiran “zoku” (seperti bousouzoku).

Pada perkembangan selanjutnya, istilah otaku pada kaum pria, identik dengan pria lajang yang tergila-gila terhadap anime, manga, idol, video games, dan komputer pribadi, tanpa pembatasan usia. Sedangkn untuk kaum wanita, digunakan untuk menyebutkan wanita lajang maupun yang sudah menikah, yang membentuk kelompok yang bersifat “cult” berdasarkan persamaan hobi. Belakangan ini, pemaknaan otaku, baik itu negatif atau positif, tergantung pada situasi dan orang yang menggunakannya. Secara negatif, otaku ditujukan kepada kalangan penggemar negatif subkultur yang letak bagusnya tidak bisa dimengerti masyarakat umum. Lebih tepatnya, hal ini dikarenakan kalangan tersebut kurang mampu berkomunikasi dan sering tidak mau bergaul dengan orang lain. Secara positif, otaku ditujukan terhadap kalangan yang sangat mendalami suatu bidang pengetahuan tertentu secara mendetail dalam hingga mencapai tingkat pakar.

Sebelum istilah otaku timbul ke permukaan, sebelumnya sudah ada istilah mania, yang artinya kurang lebih sama. Istilah otaku tidak hanyaberlaku dikalangan penggemar anime dan manga. Dengan mengabaikna penekunan terhadap suatu hobi, anak perempuan di Jepang menggunakan istilah otaku untuk menyebutkan anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak perempuan. Tapi, tidak berlaku sebaliknya.

Penampilan para otaku identik dengan kalangan Akiba Kei. Mereka lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobinya dari pada untuk penampilan.

(28)

Kesemua bentuk apresiasi kecintaan terhadap manga tersebut, disambut dengan cukup baik oleh masyarakat Jepang. Hal ini terlihat jelas dengan perkembangan bentuk apresiasi tersebut yang juga telah menyebar luas ke luar daerah Jepang, sama halnya dengan manga sebagai salah satu sumber inspirasinya.

2.5.2. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga Di Indonesia

Beberapa bentuk apresiasi kecintaan terhadap manga yang ada di Jepang, dapat kita jumpai di daerah di luar Jepang. Tapi, hal tersebut mendapat pemaknaan yang sedikit berbeda dengan ekspresi yang kadang juga berbeda.

Bentuk apresiasi terhadap manga yang dapat kita temukan di Indonesia antara lain: cosplay, harajuku style dan otaku.

Cosplay Jepang yang di daerah asalnya merupakan parade kostum yang menampilkan orang-orang yang berpenampilan seperti tokoh-tokoh yang ada dalam manga. Baik itu secara kostum maupun tingkah laku. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, tapi hal semacam ini diperlombakan dalam suatu kesempatan. Para peserta yang ikut berpartisipasi, umumnya jika diteliti merupakan orang-orang yang tertarik dengan manga.

Sedangkan harajuku style, di Indonesia tidak hanya terbatas pada orang-orang yang tertarik dengan manga. Orang-orang-orang yang tidak suka atau bahkan yang tidak mengenal manga sekalipun ikut terpengaruh oleh trend fashion harajuku style ini. Trend fashion ini dapat kita lihat jelas di kalangan para artis kita. Tetapi, ada kalanya orang-orang yang suka manga tidak terpengaruh oleh trend fashion ini.

Referensi

Dokumen terkait

Kepel, Restu Nur Afiati, Hadiwijaya L Salim, Mariska Astrid, August Daulat, Peter Mangindaan, Nasir Sudirman, Yusmiana Puspitaningsih R, Devi Dwiyanti S & Andreas

Dirjen Imigrasi, Syarat dan ketentuan izin bagi imigran, (Jakarta, 2009) hal 21.. 1) Setiap orang asing yang kehilangan dokumen Imigrasi berupa Kartu Izin Tinggal Terbatas atau

Berdasarkan hasil penelitian judul tesis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan dan penelitian tesis dengan judul “Pertanggung Jawaban Hukum Kasir (Teller)

a) Collaborative Agent : Agent yang memiliki kemampuan melakukan kolaborasi dan koordinasi antar agent dalam kerangka Multi Agent System (MAS). b) Interface Agent :

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan

Menurut Satuhu (2004), secara visual kerusakan akibat suhu dingin dapat dilihat dari penampakannya. Panjang penyimpanan bervariasi dengan kematangan ketika ditempatkan

Kesimpulannya adalah kualitas keterlingkupan atau ketertutupan pada penggalan ini masih terasa kuat; keseluruhan bangunan dan detilnya serta kesinambungannya dengan

Langkah awal dalam mengajukan klaim yaitu pihak debitur menkonfirmasi secara langsung kepada pihak Bank BNI apabila terjadi kebakaran khususnya kepada pengelola