• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sap Anemia Pada Ibu Hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sap Anemia Pada Ibu Hamil"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Anemia pada Ibu Hamil Sasaran : Ibu hamil

Waktu : 1 x 27 menit

Tanggal : Sabtu, 10 Desember 2016 I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 27 menit, diharapkan ibu hamil memahami tentang penyakit anemia dan penanganannya serta dapat melakukan pengolahan jus jambu biji.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 27 menit, diharapakan klien dapat:

1. Menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil. 2. Menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil. 3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.

4. Menjelaskan hal yang perlu dilakukan ibu hamil untuk menangani penyakit Anemia pada ibu hamil.

5. Menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.

6. Menjelaskan cara pengolahan jus jambu biji III. Materi

Terlampir IV. Metode

1. Diskusi dan Tanya Jawab 2. Demonstrasi

V. Kegiatan

Kegiatan Penceramah Waktu Kegiatan Responden

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

30 detik Menjawab salam 2. Menjelaskan tujuan

umum dan tujuan

(2)

khusus penkes

3. Melakukan kontrak waktu dan memotivasi ibu hamil untuk aktif dalam diskusi

30 detik Memperhatikan penjelasan

4. Apersepsi tentang penyakit anemia kepada ibu hamil

1 menit Mengungkapkan

pemahaman atau istilah lain yang klien ketahui

5. Memberikan penjelasan tentang definisi, penyebab, tanda dan gejala spesifik dari penyakit Anemia pada ibu hamil serta penanganan

sederhananya

10 menit Mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan

6. Mendemonstrasikan cara pengolahan jus bayam

7 menit Memperhatikan cara

pengolahan dari jus bayam merah

7. Memberikan

kesempatan kepada ibu hamil untuk bertanya

2 menit Bertanya

8. Berdiskusi dan tanya jawab

3 menit Aktif dalam diskusi 9. Menyimpulkan hasil

penkes

1 menit Memahami kesimpulan 10.Memberikan

reinforcement positif dan memotivasi ibu hamil untuk menjaga kesehatan

1 menit Mendengarkan penjelasan

11.Menutup kegiatan dan mengucapkan salam

(3)

VI. Media 1. Leaflet 2. Poster 3. Slide PPT VII. Evaluasi

1. Jelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil. 2. Sebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil. 3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.

4. Jelaskan hal yang perlu dilakukan untuk menangani penyakit Anemia pada ibu hamil.

5. Jelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil. 6. Jelaskan prosedur pengolahan jus bayam merah

(4)

KONSEP TEORI 2.1 Definisi

Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah (erytrhropoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan kosentrasi Hb pada tingkat normal (Asyirah, 2012).

Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai Hb di bawah 11 g5% pada trimester I dan III, atau kadar nilai Hb kurang dari 10,5 gr % pada trimester II (Asyirah, 2012).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan II, kadar Hb <10,5 gr/dl pada trimester ke II. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodialisis terutama pada trimester II (Salmariantity, 2012).

2.2 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :

1) Normal : >11 gr%

2) Anemia Ringan : 8-10 gr% 3) Anemia Berat : <8 gr%

Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah (2012) yaitu:

1) Anemia defisiesi besi

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau bayaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya perdarah. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih dari ukuran normal dan warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe komponen Hb dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa Hb. Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan

(5)

gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak adekuat untuk mengangkat oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, vertigo, keletihan, sakit kepala, deprsi, takikardi, dan amenorhe

2) Anemia Haemolitik

Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita dengan anema hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka aneminya biasanya menjadi berat

3) Anemia Megaloblastik

Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan megaloblas, anemia megaloblas disebabkan oleh difisiensi B12, asam folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan asam folat, gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim congenital dan didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu, patofisiologinya defisiesi asam folat dan vitamin B12 jelas akan menganggu sintesis DNA higga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas

4) Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan

2.3 Etiologi

Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) yaitu: 1) Kurangnya gizi (malnutrisi)

2) Kurangnya zat besi besi dalam diet 3) Malabsorpsi

4) Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain 5) Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria

Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Prawirohardjo dalam Salmariantity (2012) yaitu:

(6)

2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma 3) Kurangya zat besi dalam makanan

4) Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat 5) Gagguan pencernaan dan abortus

6) Perdarahan kronik

7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita 8) Terlalu sering menjadi donor darah

9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter absorsi non Fe serta ada infeksi parasit. Sedangkan faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tak langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan pengetahuan (Prawirohardjo dalam Asyirah, 2012)

Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah, 2012) a) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin

b) Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil c) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

d) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi

2.4 Faktor Risiko

Menurut Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada ibu hamil yaitu:

1) Faktor Dasar a) Sosial ekonomi

Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil

(7)

Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya anemia

c) Pendidikan

Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga

2) Faktor Tidak Langsung

a) Kujungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal

b) Umur Ibu

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung

3) Faktor Langsung

a) Kecukupan konsumsi tablet besi

Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil

b) Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.

c) Paritas

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan

(8)

frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.

d) Status Gizi

Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.

2.5 Manifestasi Klinis

Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya Hb dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhu oleh pigmentasi kulit, suhum kedalaman serta distribusi bantalan perifer. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang lebih baik untuk menilai pucat (Asyirah, 2012).

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas, pendek, muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah yang berlebihan, gejala ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha megkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat besi juga bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh mudah terinfeksi (Salmariantity, 2012).

Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia pada kehamilan yaitu:

(9)

b) Wajah tampak pucat c) Sering pusing

d) Mata berkunang-kunang e) Nafsu makan berkurang

f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa g) Sering sakit

h) Nafas pendek (pada anemia berat)

i) Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda 2.6 Patofisiologi

Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah dalam Hutabarat, H., 2011).

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).

Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).

Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat

(10)

cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).

Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali (Kusharto dalam Hutabarat, H., 2011).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Masrizal (2007), berikut pemeriksaan penunjang :

a) Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun

b) Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik

c) Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun

d) Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat

e) sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat

Menurut Masrizal (2007), Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu :

a) Serum Ferritin (SF)

Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12 mg/dl maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.

b) Transferin Saturation (ST)

Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi menurun dan TIBC meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka orang tersebut defisiensi zat besi

(11)

c) Free Erythocyte Protophorph

Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.

2.8 Penatalaksanaan

Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan penatalaksaan menurut (Masrizal, 2007) :

a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan

Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi.

Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat, tannin.

b) Suplementasi Zat Besi

Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. program tersebut

bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil

c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi

(12)

d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.

e) Terapi jus jambu biji sebagai peningkatan kadar Hb?????????

2.9 Pencegahan

Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah (Masrizal 2007) :

a) Suplementasi tabet Fe

b) Fortifikasi makanan dengan besi

c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C. d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya

mencegah

dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada Hemoglobin

e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi

Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.

f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat

2.10 Bahaya dan Dampak Anemia pada Kehamilan 1) Bahaya Selama Kehamilan

a) Dapat terjadi abortus b) Persalinan prematuritas

c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim d) Mudah terjadi infeksi

e) Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6gr%) f) Molahidatidosa (hamil anggur)

g) Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda) h) Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan)

i) Ketuban Pecah Dini (KPD) sebelum proses melahirkan (Salmariantity, 2012)

(13)

a) Gangguan his-kekuatan mengejam

b) Kala pertma dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlatar

c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan

d) Kala uri dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan spontan), dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena atonia uteri (rahim tidak berkontraksi)

(Salmariantity, 2012) 3) Bahaya pada Kala Nifas

a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum b) Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia) c) Pengeluaran ASI berkurang

d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan e) Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari) f) Mudah terjadi infeksi mamae (payudara)

(Salmariantity, 2012) 4) Bahaya pada Janin

a) Abortus

b) Terjadi kematian intrauterine (dalam rahim) c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Berat badan lahir rendah e) Kelahiran dengan anemia f) Dapat terjadi cacat bawaan

g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal h) Intelegensia rendah

(Salmariantity, 2012)

Daftar Pustaka

Asyitah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat. Nurhidayati, Rohmani. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia

(14)

Sukoharjo”. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Salmariatity. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Anemia pada ibu hamil adalah keadaan tubuh yang mengandung hemoglobin kurang dari 11 gr/dl yang disebabkan karena kekurangan zat besi, asam folat, kekurangan mineral dan

Kekurangan zat besi juga mempengaruhi pertumbuhan janin saat lahir, sehingga berat badannya dibawah normal (BBLR). Akibat lain dari anemia defisiensi besi

Ibu hamil yang kurang mendapatkan asupan zat besi dari makanan akan sangat rentan terkena anemia .Untuk itu asupan zat besi pada ibu hamil harus ditambah dengan tabet

Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan

Ibu hamil yang tidak teratur mengkonsumsi tablet besi akan mengalami anemia dikarenakan kurangnya masukan tablet besi kedalam tubuh sebagai tambahan untuk

Menurut penelitian Amiruddin 2009, secara umum ada tiga penyebab anemia yaitu kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapan yan tidak adekuat

Ibu hamil yang tidak teratur mengkonsumsi tablet besi akan mengalami anemia dikarenakan kurangnya masukan tablet besi kedalam tubuh sebagai tambahan untuk

N dengan anemia ringan adalah menjelaskan pada ibu tentang anemia dan dampak anemia pada kehamilan, menganjurkan ibu untuk rajin mengkonsumsi makanan yang tinggi zat