• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah Anemia ibu hamil

N/A
N/A
Eszha widnatusifah

Academic year: 2023

Membagikan "makalah Anemia ibu hamil"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Wanita hamil biasanya sering mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat, dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan fisiologi tubuh. Kebutuhan fisiologi tersebut berbeda-beda pada setiap orang, berdasarkan usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal dari atas laut, dan juga berdasarkan kehamilan (Manuaba, 2002).

Anemia dalam kehamilan yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh defisensi zat besi sebanyak 62,3 %, serta mempunyai pengaruh yang dapat berakibat fatal jika tidak segera diatasi sebanyak 62,3 %, serta mempunyai pengaruh yang dapat berakibat fatal jika tidak segera diatasi di antaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok Anlaakuu dan Anto, 2017).

(2)

Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi, karena pada kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat, sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi (Cintia, 2017). Zat besi adalah salah satu komponen yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh kita. Salah satunya untuk merangsang pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Selain itu zat besi juga sangat diperlukan untuk perkembangan otak. Zat besi di butuhkan oleh otak untuk pembentukan meilin atau selubung saraf. Selain itu, zat besi juga banyak berperan dalam sistem biologi, transport oksigen, pembentukan ATP dan DNA sintesis. Zat besi dalam darah berperan sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh (Sediaoetama, 2009 dalam Dhini.,et.al, 2019).

Menurut data WHO tahun 2011, persentase ibu hamil yang mengalami anemia di dunia adalah 38,2% dari populasi, di asia tenggara persentase ibu hamil yang mengalami anemia adalah 48,7%, dan sekitar 1,1% diantaranya mengalami anemia yang berat (WHO, 2011). Sementara di Indonesia, prevalensi anemia pada ibu hamil mengalami peningkatan berdasarkan Hasil Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 37,1% dan tahun 2018 sebanyak 48,9%. Angka ini masih termasuk dalam kategori

(3)

sangat tinggi berdasarkan standar dari WHO (standar WHO; 5-9%

rendah, 10-19% sedang, 20-39% tinggi, > 40% sangat tinggi).

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi kejadian anemia tinggi pada trimester III dibandingkan dengan trimester I dan II kehamilan (Amiruddin dan Wahyudin, 2009). Ibu hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya, karena pada masa ini terjadi ekspansi jaringan ibu dan pembentukan sel-sel darah merah janin, serta janin akan menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.Biasanya selama kehamilan, terjadi hiperplasia erythroid dari sumsum tulang, dan meningkatkan massa RBC (Red Blood Cell) atau eritrosit. Namun, peningkatan yang tidak proporsional dalam hasil volume plasma menyebabkan hemodilusi (Masrizal, 2007).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil, antara lain karakteristik ibu, status kesehatan ibu, tingkat konsumsi ibu, dan lingkungan. Faktor karakteristik ibu hamil meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga dan tingkat pengetahuan. Faktor status kesehatan meliputi paritas, jarak kelahiran dan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC). Gizi dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi penyakit infeksi dan asupan makanan. Sedangkan faktor tidak langsung

(4)

meliputi persediaan pangan keluarga, pendidikan dan pengetahuan ibu, pendapatan, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan (Soekirman, 2004).

Berdasarkan data diatas, prevalensi ibu hamil secara global maupun nasional masih dalam kategori tinggi. Di Indonesia, anemia pada ibu hamil masih merupakan permasalahan yang serius dan menjadi perhatian khusus kesehatan masyarakat. Anemia jika tidak ditanggulangi dengan tempat, akan berdampak pada kondisi kesehatan ibu dan anaknya yang akan memberikan efek jangka panjang. sehingga masih perlu dikaji mengenai distribusi penyakit, determinan dan tindakan pengendalian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana distribusi penyakit anemia ibu hamil di Indonesia?

2. Apa saja determinan penyakit anemia ibu hamil di Indonesia?

3. Bagimana tindakan pengendalian penyakit anemia ibu hamil di Indonesia?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran studi epidemiologi penyakit anemia ibu hamil di Indonesia

2. Tujuan Khusus

(5)

a. Mengetahui gambaran distribusi penyakit anemia ibu hamil di Indonesia

b. Mengetahui gambaran determinan penyakit anemia ibu hamil di Indonesia

c. Mengetahui gambaran tindakan pengendalian penyakit anemia ibu hamil di Indonesia

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan terjadinya kekurangan baik jumlah maupun ukuran eritrosit atau banyaknya hemoglobin sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan sel jaringan terbatas. Anemia lebih dikenal sebagai penyakit kurang darah.

Penyakit ini rentan dialami pada semua siklus kehidupan dari balita, remaja, dewasa, ibu hamil, ibu menyusui, dan manusia lanjut usia (Citrakesumasari, 2012).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl pada trimester I dan III atau kadar <10,5 g/dl pada trimester II (Saifuddin, 2010). Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah (Supariasa et al., 2012).

Anemia defisiensi besi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi maupun karena gangguan absorbsi. Zat gizi yang berkaitan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis heme di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang

(7)

mempengaruhi absorbsi dan pelepasan besi dari transferrin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Absorbsi besi terjadi di lambung, duodenum dan jejunum bagian atas. Adanya erosive esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan

mempengaruhi absorbsi besi (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).

Tabel 2.1

Penggolongan Status Anemia Ibu Hamil

Kadar Hemoglobin Status Anemia

11 g/dl 9-10 g/dl

7-8 g/dl

< 7 g/dl

Normal

Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat Sumber: WHO, 2002

B. Tanda dan Gejala Anemia Defisiensi Besi

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti: pucat, mudah lelah, berdebar,takikardia, dan sesak nafas. Gejalanya berupa keletihan, mengantuk, kelemahan, pusing, malaise, pica, nafsu makan kurang, perubahan mood, perubahan kebiasaan tidur, dan ditandai dengan keadaan yang berupa pucat, ikterus, edeme perifer, membran mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus. Untuk memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi (Varney, 2007).

(8)

Pemeriksaan hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar (Winkjosastro, 2010). Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk ferritin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, maka ferritin yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati 1-6%. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat.

Tanda dan gejala defisiensi zat besi menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007) tidak khas, hampir sama dengan anemia pada umumnya:

1) Cepat lelah/ kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu;

2) Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi di mana otot kekurangan oksigen, karena daya angkut hemoglobin berkurang;

3) Kesulitan bernafas, terkadang sesak nafas merupakan gejala, di mana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan kompensasi pernafasan lebih dipercepat;

4) Palpitasi, di mana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi;

5) Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa, mulut dan konjungtiva.

(9)

C. Dampak Anemia pada Ibu Hamil a. Efek pada Ibu

Anemia pada wanita hamil meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Dampaknya pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/ prematur), gangguan proses persalinan (inertia uteri, atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain) (Winkjosastro, 2010). Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan masa selanjutnya. Dampak yang dapat timbul akibat anemia adalah: keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, sertaanemia yang berat (>4 g/dl) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat

(10)

anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Saifuddin, 2010).

b. Efek pada Bayi

Anemia pada ibu hamil merupakan satu faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan intra uteri (Intra Uterine Growth Retardation/IUGR), yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian janin, berat bayi lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir kurang dari 2500 gram, dan abnormalitas. Ibu hamil yang menderita anemia, kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen berkurang sehingga tidak dapat ditransfer kepada janin. Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah merupakan penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Ibrahim dan Proverawati, 2010).

(11)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Besar Masalah Anemia

Anemia pada ibu hamil masih menjadi masalah besar di dunia berdasarkan WHO tahun 2011. Prevalensi ibu hamil yang

mengalami anemia sebesar 38,2% dengan 32 juta ibu hamil yang mengalami anemia secara global.

African Region

Region of the Americas

South-East Asia Region

European Region

Eastern Mediterranean Region

Western Pacifc Region 46.3

24.9

48.7

25.8

38.9

24.3

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa prevalensi anemia ibu hamil tertinggi berada di wilayah Asia Tenggara sebesar 48,7%

dan yang paling rendah pada wilayah Pasifik Barat sebesar 24,3%.

(12)

Sementara di Indonesia, permasalahan anemia masih menjadi tugas besar karena prevalensi anamia pada ibu hamil yang masih tinggi. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007, 2010, 2013 dan 2018 anemia gizi pada ibu hamil belum mencapai target.

2007 2010 2013 2018

0 10 20 30 40 50 60

24.5 24.5

37.1

48.9

Berdasarkan data Riskesdas diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 dan 2010 sebesar 24,5% dan tidak terjadi perubahan prevalensi anemia pada ibu hamil. Seiring dengan bertambahnya tahun, prevalensi anemia terus mengalami peningkatan dan data terkahir pada tahun 2018 sebesar 48,9% yang masuk dalam kategori sangat tinggi (>40%) menurut WHO.

B. Determinan Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

Anemia sangat rentang dialami oleh wanita hamil karena terjadinya peningkatan kebutuhan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil seperti umur,

(13)

jarak kehamilan, status KEK, dan kurangnya asupan makanan yang banyak mengandung zat besi. Ibu hamil yang mengalami anemia akan berdampak pada kondisi kesehatan serta janin yang dikandungnya. Dampak yang paling parah jika tidak diatasi akan menyebabkan kematian pada ibu saat melahirkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Revi Juliana Sinaga dan Neneng Hasanah dengan judul penelitian “Determinan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Tunggakjati Kecamatan Karawang Barat Tahun 2019” menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan pada anemia ibu hamil yaitu jarak kehamilan, tingkat pendidikan ibu, dan LILA. Sementara faktor yang tidak berhubungan secara signifikan yaitu riwayat penyakit, kepatuhan dalam mengonsumsi tablet Fe, dan pengetahuan ibu.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Desia Ramadhannanti dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Tegalrejo Tahun 2017” menjelaskan bahwa terdapat hubungan bermakna secara statistik antara usia kehamilan umur ibu, paritas dan status KEK.

Sementara tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Fadli dan Fatmawati dengan judul penelitian “Analisis Faktor Penyebab Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil” menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang

(14)

bermakna antara pengetahuan ibu hamil, kunjugan ANC, dan kecukupan konsumsi tablet Fe terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Ketiga artikel penelitian menunjukkan berbagai faktor yang menyebabkan anemia. Usia ibu hamil Kehamilan pada usia 35 tahun berisiko mengalami anemia. Ini terjadi karena pada kehamilan di usia < 20 tahun, secara biologis, emosi manusia belum optimal dan cenderung labil serta mentalnya belum matang.

Hal tersebut berakibat pada kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi selama kehamilannya. Pada umur <

20 tahun, kondisi tubuh wanita belum siap untuk menerima kehamilan karena masih dalam pertumbuhan. Oleh karena itu, zat gizi masih dibutuhkan ibu hamil untuk pertumbuhannya dan gizi untuk kehamilannya sendiri menjadi berkurang sehingga rentan terjadi anemia. Umur ibu hamil >35 tahun juga terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta kondisi organ biologis ibu hamil mengalami penurunan yang membuat produksi hemoglobin menjadi berkurang sehingga rentan terjadi anemia (Suryati dan Anna, 2011).

Umur kehamilan pada trimester I dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia dibandingkan pada trimester II. Demikian pula ibu hamil di trimester III hampir tiga kali lipat cenderung mengalami anemia dibandingkan pada trimester II. Anemia pada trimester I

(15)

bisa disebabkan karena kehilangan nafsu makan, morning sickness, dan dimulainya hemodilusi pada kehamilan 8 minggu.

Sementara di trimester III bisa disebabkan karena kebutuhan nutrisi tinggi untuk pertumbuhan janin dan berbagi zat besi dalam darah ke janin yang akan mengurangi cadangan zat besi ibu (Tedesse.,et.al, 2017).

Anemia juga memiliki risiko yang lebih besar pada ibu yang memiliki paritas tinggi. Hal tersebut disebabkan karena ibu dengan paritas tinggi dapat meningkat risiko untuk terjadinya perdarahan.

Selain itu, jumlah anak yang tinggi mengakibatkan tingkat berbagi makanan dan sumber daya keluarga lainnya yang dapat mengganggu asupan makanan harian ibu hamil, sehingga ibu mengalami deplesi gizi dan rentan terjadi anemia (Al-Farsi., et.al, 2011).

Anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (LILA). Hal tersebut mungkin terkait dengan efek negatif kekurangan energi protein dan kekurangan nutrisi mikronutrien lainnya dalam gangguan bioavailabilitas dan penyimpanan zat besi dan nutrisi hematopoietik lainnya (asam folat dan vitamin B12). Ibu hamil yang mengalami KEK berisiko mengalami anemia karena KEK menggambarkan status gizi ibu hamil yang kurang dan pemenuhan nutrisi ibu hamil yang masih kurang menyebabkan ibu

(16)

hamil dengan KEK lebih berisiko terjadi anemia (Alena., et.al, 2013).

Jarak kelahiran sangat mempengaruhi status anemia gizi besi pada ibu hamil karena cadangan besi yang ada di tubuh akan terkuras untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan, terutama ibu hamil yang mengalami kekurangan cadangan besi pada awal kehamilan dan saat persalinan. Ibu hamil juga banyak kehilangan zat besi melalui perdarahan dan dibutuhkan waktu untuk memulihkan cadangan besi yang ada di dalam tubuh. Waktu yang paling baik untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun (Manuaba, 2002).

Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian anemia karena turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.

Pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima suatu informasi. Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi masalah gizi di masyarakat.

Adanya pendidikan diharapkan terjadi perubahan perilaku ke arah perbaikan konsumsi pangan dan status gizi. Begitu halnya dengan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi serta tablet bezi yang telah diberikan.

Ibu hamil yang yang memiliki pengetahuan tinggi memahami bahwa

(17)

pentingnya zat besi selama kehamilan akan mengurangi risiko terjadinya anemia (Citrakesumasari, 2012).

Antenatal Care adalah pelayanan ibu hamil dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan (1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III). Layanan perawatan antenatal bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini segala kemungkinan kelainan atau komplikasi selama kehamilan termasuk anemia. Ibu hamil yang secara teratur melakukan pemeriksaan akan mendapatkan edukasi terkait kesehatan ibu dan pemberian obat penambah darah (Antono, 2017).

C. Tindakan Pencegahan Anemia Besi Pada Ibu Hamil

Kesehatan ibu hamil merupakan hal yang sangat penting dalam siklus kehidupan perempuan. Selama masa kehamilan, setiap perempuan dapat mengalami komplikasi yang membahayakan diri maupun janinnya. Anemia pada masa kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan pada ibu hamil yang merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan skala besar di tingkat dunia.

Upaya-upaya dalam penanggulangan anemia gizi terutama pada wanita hamil telah dilaksanakan oleh pemerintah sejak lama. Salah satu caranya adalah melalui suplementasi tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara yang efektif karena kandungan besinya padat dan

(18)

dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya relatif murah dan dapat dij angkau oleh masyarakat kelas bawah serta mudah didapat (Intan, 2016).

Pencegahan lain yang dapat menghindari terjadinya anemia pada masa kehamilan dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan meningkatkan asupan zat besi melalui makanan, konsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup dan mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat, tannin.

Suplemen tablet zat besi yang diberikan minimal 90 tablet untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil juga perlu untuk diminum secara tepat. Dukungan lingkungan seperti keluarga serta kelompok ibu hamil juga diperlukan pada upaya penurunan kejadian anemia. Dukungan sosial dari keluarga akan mempengaruhi persepsi dan keyakinan ibu hamil sehingga meningkatkan perilaku untuk mencegah anemia. Bentuk dukungan keluarga pada ibu hamil untuk mencegah anemia seperti pemberian keyakinan kemampuan ibu untuk minum tablet tambah darah secara teratur, mengingatkan untuk makan makanan bergizi, mengingatkan minum tablet tambah darah secara teratur dan keluarga memberikan contoh dengan makan makanan bergizi dan menjaga kebersihan diri. Dukungan dari sesama ibu hamil dapat diberikan selama kelas kehamilan atau menghadiri perawatan antenatal. Bentuk dukungan kelompok pada ibu hamil untuk meningkatkan perilaku pencegahan anemia seperti memberikan

(19)

contoh dengan makan makanan bergizi dan minum tablet tambah (Mira, 2019).

Tenaga kesehatan memiliki peran dalam memberikan promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia. Teknik konseling sangat cocok dilakukan karena interaksi dalam dua arah dan dapat mengikuti kebutuhan ibu hamil. Bentuk dari dukungan tenaga kesehatan bagi ibu hamil untuk mencegah anemia adalah memberikan kesempatan pilihan pengaturan menu makanan, kesempatan menyampaikan keluhan, keyakinan akan kemampuan ibu hamil, memberikan kesempatan bertanya, dan mendengarkan cerita dari ibu hamil. Upaya dari berbagai pihak secara komprehensif dalam upaya mencegahan anemia kehamilan sangat penting untuk dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kejadian anemia pada ibu hamil di dunia (Sukmawati., et.al, 2019).

Membagikan media edukasi merupakan hal yang penting dalam pemberian informasi seperti menggunakan media CAMIL (Cakram Anemia Besi Ibu Hamil) dan leaflet dimana media CAMIL ini di desain sendiri sedangkan leaflet tidak dibuat sendiri karena sudah ada pembuatan leaflet sebelumnya, kedua media ini sama-sama efketif karena merupakan tulisan yang ditambah dengan gambar-gambar, serta media CAMIL dan leaflet sama-sama praktis (Rista., et.al, 20118).

(20)

Kondisi anemia di Indonesia saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar. Kerja sama antar sektor merupakan hal yang penting dilakukan agar semua upaya yang telah dirancang dapat tercapai secara optimal agar penurunan prevalensi anemia di Indoesia sesuai target. Penanggulangan anemia pada ibu hamil juga dapat mencegeh dampak yang ditimbulkan pada ibu maupun anak sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Anemia khususnya pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang belum selesai sampat saat ini baik di Indonesia maupun global.

Prevalensi anemia semakin bertambah setiap tahunnya. Penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil yaitu umur ibu, usia kehamilan, jarak kelahiran, paritas yang tinggi, status KEK, tingkat pendidikan, pemeriksaan ANC serta kepatuhan ibu dalam mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi. Pencegahan yang dapat dilakukan diperlukan multi sektor berperan aktif agar dapat menurunkan prevalensi anemia di Indonesia maupun global. Saat ini telah banyak upaya-upaya yang

(21)

telah dilakukan dalam menanggulangi anemia pada ibu hamil seperti pemberian suplementasi Fe sebanyak 90 tablet, memberikan dukungan dan motivasi pada ibu hamil, pemberikan konseling serta media edukasi gizi berupa CAMIL (Cakram Anemia Besi Ibu Hamil) dan leaflet.

B.

Saran

a. Meningkatkan perhatian dan kasih sayang didalam keluarga terhadap ibu hamil

b. Melakukan pemantauan terhadap konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil yang telah diberikan dari pelayanan kesehatan c. Tenaga kesehatan membangun hubungan yang baik kepada ibu

hamil dan selalu memberikan edukasi tentang anemia

d. Perlunya pembagian leaflet atau brosur anemia disetiap rumah yang mempunyai ibu hamil

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Alene Ka, Mohamed Dohe A. (2013). Prevalence Of Anemia And Associated Factors Among Pregnant Women In An Urban Area Of Eastern Ethiopia. Anemia.

Al-Farsi Ym, Brooks Dr., et.al. (2011). Effect Of High Parity On Occurrence Of Anemia In Pregnancy: A Cohort Study. Bmc Pregnancy Childbirth.

11:7.

Amiruddin Dan Wahyudin. (2009). Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Bantimurung Maros Tahun 2004. Jurnal Medika Nusantara. 25(2): 23-35.

Makassar: Universitas Hassanudin.

(23)

Anlaakuu, Peter., & Anto, Francis. (2017). Anaemia In Pregnancy And Associated Factors: A Cross Sectional Study Of Anc Attendants At The Sunyani Municipal Hospital, Ghana. Bmc Journal

Antono, S. D. (2017). Hubungan Frekuensi Antenatal Care Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester Iii. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 32–38.

Arisman. 2012. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:

Egc.

Cintia Ed. (2017). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.

Universitas A’isyah Yogyakarta

Citrakesumasari. 2012. Anemia Gizi, Masalah, Dan Pencegahannya.

Yogyakarta: Kalika.

Dhilon, Dhini Anggraini., Et.Al. (2019). Hubungan Status Ekonomi Dan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu Iii Tahun 2019. Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

Elmika, Rista , Demsa Simbolon , Emy Yuliantini. (2018). Edukasi Gizi Dengan Camil Sama Efektif Dengan Leaflet Dalam Prilaku Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan Vol X, No X

Ibrahim, S. M Dan Proverawati, A. 2010. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil:

Cara Membuat Otak Janin Cerdas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementerian Kesehatan Ri. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Ri. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Ri. 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

(24)

Manuaba, 2002, Ilmu Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Rineka Cipta.

Masrizal. (2007). Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

2(1): 140-145. Padang : Universitas Andalas.

Mira, Triharini. 2019. Upaya Bersama Dalam Pencegahan Anemia Kehamilan. Pediomaternal Nursing Journal Vol. 5, No. 2

Roosleyn, Intan Parulian Tiurma. (2016). Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia Pada Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya Volumen 3 Nomor 3

Saifuddin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Soekirman. 2004. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Supariasa, I. D. N., Bakri, B., Fajar, I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta:

Egc.

Suryati, R Dan Anna V. 2011. Kesehatan Reproduksi Cet.2. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Tadesse Se, Seid . et.al. (2017). Determinants Of Anemia Among Pregnant Mothers Attending Antenatal Care In Dessie Town Health Facilities, Northern Central Ethiopia, Unmatched Case - Control Study. Plos One;12(3):1–9.

Tarwoto Dan Wasnidar. 2007. Buku Saku: Anemia Pada Ibu Hamil Konsep Dan Penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.

Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Ybp-Sp.

World Health Organization. 2011. The Global Prevalence Of Anaemia In 2011 Geneva

Referensi

Dokumen terkait

Anemia pada ibu hamil di Desa Naga Timbul sebagai akibat kekurangan zat besi terkait dengan asupan protein. Salah satu yang dapat menyebabkan timbulnya anemia

Menurut Nugraheny, (2009) banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, sehingga jika ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi, namun

Berdasarkan uraian diatas penulis tertaik untuk melakukan penelitian, apakah terdapat pengaruh kepatuhan konsumsi zat besi (Fe) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil Di BPS

Faktor yang berhubungan dengan terjadinya anemia pada ibu hamil adalah faktor usia ke- hamilan, status gizi sebelum hamil, dan ukuran LILA, sedangkan keragaman konsumsi pangan

1.3.4 Pencegahan anemia defisiensi zat besi yang menyerang kalangan mahasiswa dengan cara konsumsi makanan pengganti yang ekonomis, sehat, dan higienis 1.3.5 Karrena penyebab

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “ Pengetahuan dan Sikap ibu Hamil Trimester III terhadap Pencegahan Anemia Defisinesi Zat Besi di Klinik Cahaya Kecamatan

Menurut Nugraheny, (2009) banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, sehingga jika ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi, namun

Peningkatan kebutuhan yang tidak diimbangi dengan intake zat besi yang memadai akan berakibat pada terjadinya anemia pada trimester III Breymann, 2013 Anemia di trimester III kehamilan