• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DARI LIDAH MERTUA (Sansevieriatrifasciata Prain)MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION DAN PULSED ELECTRIC FIELD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DARI LIDAH MERTUA (Sansevieriatrifasciata Prain)MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION DAN PULSED ELECTRIC FIELD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DARI LIDAH MERTUA

(

Sansevieriatrifasciata Prain

)MENGGUNAKAN METODE

MICROWAVE

ASSISTED EXTRACTION

DAN

PULSED ELECTRIC FIELD

Ekstraksi Antioksidan Dari Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata Prain)

Menggunakan Metode Microwave Assisted Extraction Dan Pulsed

Electric FIELD

R. Ayu Dini Mahardika1*, Nur Hidayat2, Irnia Nurika2 1)Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB 2)Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB

*

email korespondensi: dini.mahardika@ymail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan aktivitas hasil ekstraksi antioksidan pada Sansevieria trifasciata menggunakan metode MAE dan PEF. Pada penelitian ini diperoleh beberapa data yaitu, rendemen yang dihasilkan semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu kejut listrik dan waktu peradiasian. Rendemen terbesar pada PEF sebesar 5,90% sedangkan rendemen terbesar MAE sebesar 6,20%. Sama dengan rendemen yang nilainya semakin besar, indeks bias yang diperoleh pada proses ekstraksi semakin meningkat. Untuk PEF nilai indeks bias terbesar adalah 9,20 sedangkan untuk MAE nilai indeks bias terbesar adalah 7,87. Untuk perlakuan terbaik yang menggunakan metode PEF diperoleh pada kombinasi M1T3, sedangkan yang menggunakan metode MAE diperoleh pada kombinasi M2T6, Hal ini disebabkan kombinasi metode ekstraksi dan lama waktu ekstraksi yang meningkat maka kemampuan mengekstraksi ekstrak antioksidan didalam daun Sansevieria trifasciata semakin maksimal. Pengujian DPPH dilakukan pada perlakuan terbaik yang diperoleh nilai IC50 100,92 pada PEF dan 116,11 pada MAE.

Kata Kunci : Antioksidan, Microwave Assisted Extraction, Pulsed Electric Field, Sansevieria

Abstrak

The purpose of this research is to get a comparison of the antioxidant activity of extraction results on Sansevieria trifasciata method using MAE and PEF. In these studies obtained some data., the resulting yield increases with the length of time the electric shock and time peradiasian. The biggest yield in PEF of 5.90% whereas the greatest yield of 6.20% MAE. Same as the value the greater the yield, the refractive index is obtained by increasing the extraction process. For PEF is the largest refractive index values of 9.20 while MAE is the largest refractive index values 7.87. For the best treatment method using PEF obtained at M1T3, while the combination method using MAE obtained on M2T6 combinations, this is due to a combination of methods of extraction and long time extraction increased the ability of extracting antioxidant extracts in the leaves of Sansevieria trifasciata is getting maximum exposure. DPPH test was conducted on best treatment obtained values of IC50 100.92 on PEF and 116.11 on MAE.

(2)

PENDAHULUAN

Serat dari Sansevieria dapat digunakan sebagai bahan pakaian, sedangkan kegunaan Sansevieria lainnya ialah dapat menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas (Joyner & Wilson 1964). Lidah mertua

(Sansevieria sp) merupakan jenis

tanaman yang telah lama dikenal oleh banyak orang dan mulai dibudidayakan sebagai tanaman hias mulai abad ke-19. Selain bermanfaat sebagai tanaman hias, lidah mertua juga dapat digunakan sebagai bahan baku tekstil dengan cara diambil seratnya, yang banyak digunakan di Cina dan New Zealand (Purwanto 2006).

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurlaila (2009), diketahui bahwa lidah mertua (Sansevieria

trifasciata Prain) merupakan tanaman

hias yang juga bermanfaat sebagai antibakteri dan antioksidan. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar positif menunjukkan flavonoid, alkaloid, dan steroid, akan tetapi ekstrak kasar tersebut tidak dapat menghambat pertumbuhan sel. Dari hasil fraksinasi kromatografi diperoleh 10 fraksi dan hanya 1 fraksi teraktif dengan nilai inhibisinya sebesar 87,52% pada konsentrasi 10000 ppm (1%). Golongan senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut ialah flavonoid dan alkaloid. Teknik ekstraksi yang digunakan ialah maserasi dalam metanol 96% lalu maserat dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kasar yang diperoleh kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel dan fase gerak kloroform-etil asetat secara bergradien.

Teknik Ekstraksi MAE (Microwave

Assisted Extraction) merupakan teknik

ekstraksi yang memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk memanaskan pelarut secara cepat dan efisien (Jain, 2009). Selain itu ekstraksi MAE sangat

cocok digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang tidak tahan terhadap panas. Metode MAE juga dapat membantu meningkatkan jumlah rendemen ekstrak kasar dalam waktu ekstraksi dan jumlah pelarut yang lebih rendah dibanding dengan metode ekstraksi konvensional (Langat, 2011). Kelebihan ekstraksi MAE adalah waktu ekstraksi pendek, kebutuhan pelarut rendah dan sederhana (Jain, 2009). Ekstraksi juga dapat dilakukan menggunakan kejut listrik. Menurut Gribova et al (2008), kondisi untuk meningkatkan ekstrak antioksidan dari daun bearberry (Artostapphylos

adams) menggunakan maserasi pada

kejut listrik (U=35 V I=250 mA) untuk 2 h pada 303 K dengan adukan. PEF

(Pulsed Electric Field) dikategorikan

suatu proses non thermal karena makanan diproses pada suhu kamar atau di bawahnya selama beberapa detik dan mampu memperkecil kehilangan nutrisi yang disebabkan oleh pemanasan (Apriliawan, 2011). PEF digunakan untuk meningkatkan ekstraksi senyawa terlarut dari jaringan apel, wortel dan sawi putih seperti senyawa polifenol dan antioksidan (Donsi et al., 2010).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Pulsed Electric Field (PEF) dan Microwave Assisted Extraction (MAE)Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lidah mertua

(Sansevieria trifasciata). Bahan kimia

yang digunakan sebagai pelarut adalah etanol 96 %.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Februari 2014. Pembuatan ekstrak antioksidan berbahan dasar Lidah mertua

(3)

(Sansevieria trifasciata) dilakukan di Laboratorium Teknologi Agrokimia, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan Hasil Pertanian Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Rancangan Percobaan

Rancangan Percobaan Ekstraksi

menggunakan MAE dan PEF Penelitian

ini dianalisis menggunakan Rancangan Acak Pola Tersarang, yaitu dengan 2 Faktor perlakuan yaitu metode dan lama waktu ekstraksi. Faktor utama adalah metode ekstraksi terdiri dari dua metode yaitu MAE dan PEF. Faktor yang tersarang adalah lama waktu ekstraksi. Sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali, faktor tersebut adalah : Faktor I : Metode Ekstraksi M1 : MAE

M2 : PEF Faktor 2 : Lama Waktu Ekstraksi Faktor tersarang pada PEF :

T1 : 3 detik

T2 : 5 detik T3 : 7 detik Faktor tersarang pada MAE :

T4 : 2 menit T5 : 5 menit T6 : 8 menit

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan antara Metode dan Lama waktu ekstraksi

Metode Ekstraksi Lama Waktu Ekstraksi Ulangan 1 2 3 PEF 3 detik M1T11 M1T12 M1T13 5 detik M1T21 M1T22 M1T23 7 detik M1T31 M1T32 M1T33 MAE 2 menit M2T41 M2T42 M2T43 5 menit M2T51 M2T52 M2T53 8 menit M2T61 M2T62 M2T63

Dari kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut : M1T1: ekstraksi menggunakan metode PEF selama 3 detik

M1T2: ekstraksi menggunakan metode PEF selama 5 detik

M1T3: ekstraksi menggunakan metode PEF selama 7 detik

M2T4: ekstraksi menggunakan metode MAE selama 2 menit

M2T5: ekstraksi menggunakan metode MAE selama 5 menit

M2T6: ekstraksi menggunakan metode MAE selama 8 menit

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan untuk mengetahui proses ekstraksi antioksidan dengan metode MAE dan PEF untuk mengetahui rendemen, dan kadar air. Kedua adalah proses ekstraksi antioksidan. Ketiga adalah analisis rendemen dan uji flavonoid.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi

Pembuatan ekstrak Sansevieria

trifasciata dengan Teknologi

Pengolahan PEF

1. Sansivieriadisortasi untuk

menghilangkan bagian yang tidak segar (berwarna coklat).

2. Sansevieria segar yang akan ditreatment

ditimbang dan sebagai dasar penambahan pelarut etanol

3. Sansevieria diletakkan pada chamber

kejut listrik (Pulsed Electric Field)

4. Proses ekstraksi dengan treatment kejutan listrik tegangan 20 kV, frekuensi 22 kHz

system batch untuk menaikkan tingkat

kerusakan dinding sel partikel

Sansevieria dengan perlakuan 3 detik, 5 detik dan 7 detik.

5. Sanseviria yang telah ditreatment

(4)

jam didalam glassware yang telah tertutup alumunium foil untuk meminimalisir oksidasi karena cahaya. 6. Disaring dan diperas dengan kain saring

untuk mendapatkan filtrat (Larutan etanol).

7. Pemekatan filtrat hasil penyaringan (Larutan etanol) menggunakan vacuum

rotary evaporator untuk menguapkan

pelarut etanol pada suhu 35ºC, tekanan 550mmHg, selama 3540menit / 300 ml larutan sehingga diperoleh concrete

berupa cairan kental berwarna kuning kecoklatan.

8. Hasil produk disimpan dalam botol kaca dan refrigerator bersuhu -5˚C.

Pembuatan ekstrak Sansevieria trifasciata dengan Teknologi Pengolahan MAE

langkah-langkah pembuatan Ekstrak

Sansevieria trifasciata :

1. Sansivieria disortasi untuk

menghilangkan bagian yang tidak segar (berwarna coklat).

2. Sansevieria segar yang akan ditreatment

ditimbang dan sebagai dasar penambahan pelarut etanol

3. Larutan Sansevieria trifasciata dibagi kedalam 4 beaker glass 250 ml, hal ini bertujuan agar peradiasian dapat berjalan maksimal.

4. Larutan Sansevieria trifasciata

dimasukkan kedalam microwave untuk dilakukan proses peradiasian dengan gelombang mikro menggunakan daya 80 watt dan waktu selama 5 menit.

5. Larutan Sansevieria trifasciata disaring dengan kertas saring halus. Kemudian endapan dan filtrate dipisahkan.

6. Filtrat Sansevieria trifasciata kemudian dilakukan proses evaporasi menggunakan

rotary evaporator dengan tekanan 125

mBar dan suhu 50°C. dari hasil proses evaporasi didapat ekstrak kasar

Sansevieria trifasciata dalam bentuk

cairan kental.

7. Ekstrak kasar kemudian disemprot dengan gas nitrogen sampai berat ekstrak kasar Sansevieria trifasciata menjadi konstan.

Uji Aktivitas Antioksidan (Modifikasi Liyana-Pathirana dan Shahidi 2005)

Serbuk DPPH dilarutkan dalam 30 mL ethanol, konsentrasi akhir larutan ialah 0.135 mM. Sebanyak 1 mL larutan DPPH dicampur dengan 1 mL larutan ekstrak metanol, etanol, aseton, dan air (0.05-1 mg dalam metanol). Larutan campuran kemudian diaduk sampai tercampur sempurna, lalu didiamkan dalam ruang gelap (suhu ruang) selama 30 menit. Serapan (A) dari campuran diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Standar yang digunakan asam askorbat dan BHT, sedangkan kontrol ialah larutan DPPH tanpa ekstrak atau standar dengan perlakuan sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah lidah mertua (Sansevieria trifasciata

Prain) yang berumur 5 bulan dengan

panjang daun ±40 cm, lebar 4-9 cm dengan warna hijau terdapat corak putih atau kuning dengan tekstur rata. Lidah mertua yang digunakan merupakan daun yang masih segar, sedangkan bagian yang sudah kering atau busuk disortasi agar tidak masuk pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini menggunakan pelarut ethanol 96%. Untuk hasil pengujian pada ekstraksi Sansevieria trifasciata Prain

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 2Analisis Hasil Ekstraksi Antioksidan Sansevieria trifasciata

Karakteristik Hasil Hasil

Pengujian PEF Pengujian MAE

Rendemen terbaik 5,90 % 6,20 % Indeks bias terbaik 9,20 7,87 Uji DPPH 100,92 116,11

(5)

Rendemen terbaik yang diperoleh dari ekstraksi antioksidan Sansevieria

trifasciata Prain yang menggunakan

metode PEF sebesar 5,90 % dan untuk metode MAE sebesar 6,20 %. Untuk Indeks bias terbaik diperoleh hasil 9,20 dengan menggunakan metode PEF dan 7,87 dengan menggunakan metode MAE. Pada analisis bahan ini juga dilakukan uji DPPH, yaitu untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada hasil ekstraksi antioksidan Sansevieria trifasciata Prain.

Aktivitas antioksidan ekstrak yang menggunakan metode diperoleh hasil sebesar 100,92, sedangkan yang menggunakan metode MAE sebesar 116,11.

Hasil Ekstraksi Antioksidan Sansevieria trifasciata Rendemen

Rendemen yang diperoleh dari perlakuan ekstraksi menggunakan MAE dan PEF dengan perbandingan bahan baku dan pelarut 1:2,5 (g/ml) menunjukkan beda nyata dengan waktu ekstraksi MAE 2 menit, 5 menit, 8 menit dan ekstraksi menggunakan PEF 3 detik, 5 detik, 7 detik dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3Rendemen Ekstrak Antioksidan

Sansevieria trifasciata Metode Ekstraksi Waktu Ekstraksi Rendemen (%) PEF 3 detik 2,43a 5 detik 3,03a 7 detik 5,90b MAE 2 menit 2,50p 5 menit 3,97p 8 menit 6,20q

Keterangan: rerata rendemen antioksidan dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (BNT 0,05=1,60)

Hasil yang diperoleh dari ekstraksi daun Sansevieria trifasciata Prain

menggunakan metode ekstraksi PEF dan MAE menunjukkan ada beda nyata pada faktor metode ekstraksi, hal ini dapat dilihat dari jumlah rendemen yang diperoleh yaitu rendemen terbesar pada PEF sebesar 5,90 % sedangkan rendemen terbesar MAE sebesar 6,20 %. Rendemen pada ekstraksi Sansevieria trifasciata

Prain menggunakan metode ekstraksi

MAE memiliki nilai yang lebih tinggi dari perolehan rendemen pada ekstraksi

Sansevieria trifasciata Prain yang

menggunakan metode ekstraksi PEF, karena pada proses peradiasian menggunakan gelombang mikro, komponen polar dapat terpisah dan terlarut dalam ethanol dengan mudah dan waktu radiasi dengan gelombang mikro lebih lama dibanding metode PEF. Lain halnya ekstraksi yang menggunakan metode PEF masih melalui proses kejut listrik untuk daun Sansevieria trifasciata

Prain dan direndam menggunakan

pelarut ethanol, hal ini dilakukan untuk menghindari proses terbakarnya bahan karena ethanol merupakan bahan yang mudah terbakar. Menurut Tiffany (2009), salah satu faktor yang menyebabkan hilangnya kadar air adalah prose pemanasan.

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi semakin tinggi rendemen yang dihasilkan, hasil rendemen pada ekstraksi yang menggunakan metode PEF semakin lama bahan dikejut listrik maka rendemen yang dihasilkan akan meningkat. Metode ekstraksi menggunakan PEF selama 3 detik menghasilkan rendemen 2,43 tidak berbeda nyata dengan perlakuan kejut listrik selama 5 detik yang menghasilkan rendemen 3,03, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lama kejutan listrik 7 detik yaitu menghasilkan rendemen 5,90. Hasil rendemen tertinggi menggunakan metode PEF pada kombinasi perlakuan

(6)

(M1T3), adanya kombinasi ini diduga adanya interaksi yang memberikan kemungkinan kontak antara metode ekstraksi dan lama waktu ekstraksi sehingga hasil ekstraksi yang didapatkan juga meningkat. Penggunaan lama kejutan listrik yang bertambah diduga menyebabkan kerusakan membran hingga pada pembentukan pori

(irreversible) sehingga ketahanan transfer

massa pada permeabilisasi sel tanaman berkurang (Donsi et al, 2010).

Hal ini juga berlaku pada metode MAE, semakin meningkatnya waktu ekstraksi maka rendemen yang dihasilkan akan semakin meningkat. Metode ekstraksi menggunakan MAE selama 2 menit menghasilkan rendemen 2,50 tidak berbeda nyata dengan peradiiasian selama 5 menit yang menghasilkan rendemen 3,97, tetapi berbeda nyata dengan peradiasian selama 8 menit yaitu menghasilkan rendemen 6,20. hasil rendemen tertinggi menggunakan metode MAE pada kombinasi perlakuan (M2T6), sama seperti metode PEF yaitu semakin lama waktu ekstraksi semakin banyak rendemen yang dihasilkan, namun ekstrsksi menggunakan metode MAE tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Menurut Ramanadhan (2005), Mekanisme pemanasan yang unik dapat dengan signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi (biasanya kurang dari 30 menit), terutama dibandingkan dengan proses menggunakan sohklet.

Hasil rendemen tertinggi menggunakan metode MAE pada kombinasi perlakuan (M2T6), sama seperti metode PEF yaitu semakin lama waktu ekstraksi semakin banyak rendemen yang dihasilkan, namun ekstraksi menggunakan metode MAE tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Menurut Ramanadhan (2005),

Mekanisme pemanasan yang unik dapat dengan signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi (biasanya kurang dari 30 menit), terutama dibandingkan dengan proses menggunakan sohklet.

Indeks Bias

Hasil analisis ragam menunjukkan metode ekstraksi yang digunakan berpengaruh nyata pada hasil indeks bias. Rerata indeks bias yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin lama proses kejutan listrik dan proses radiasi gelombang mikro maka akan meningkatkan indeks bias. Indeks bias pada ekstraksi Sansevieria trifasciata

Prain menggunakan metode ekstraksi

PEF sebesar 9,20 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dari perolehan rendemen pada ekstraksi Sansevieria

trifasciata Prain yang menggunakan

metode ekstraksi MAE sebesar 7,87. Seperti yang dijelaskan oleh Donsi et al.

(2010), pengurangan ketahanan transfer massa dapat dilakukan dengan induksi pada permeabilitas tanaman, sehingga teknologi PEF dapat digunakan sebagai perlakuan pendahuluan untuk meningkatkan rendemen dan meningkatkan senyawa penting pada ekstraksi dari bagian dalam sel. Pada penelitian Eva (2013), dijelaskan bahwa semakin meningkatnya nilai indeks bias maka aktivitas antioksidan akan semakin meningkat.Indeks bias yang diperoleh dari perlakuan ekstraksi menggunakan MAE dan PEF dengan perbandingan bahan baku dan pelarut 1:2,5 (g/ml) menunjukkan beda nyata dengan waktu ekstraksi MAE 2 menit, 5 menit, 8 menit dan ekstraksi menggunakan PEF 3 detik, 5 detik, 7 detik dapat dilihat pada Tabel 4

(7)

Tabel 4Indeks Bias Ekstrak

Antioksidan Sansevieria trifasciata

Metode Ekstraksi

Waktu

Ekstraksi Indeks bias

PEF 3 detik 5 detik 5,97a 6,80a 7 detik 9,20b MAE 2 menit 5 menit 5,77p 6,63p 8 menit 7,87q

Keterangan: rerata rendemen antioksidan dengan notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (BNT 0,05=1,86) Metode ekstraksi menggunakan PEF selama 3 detik menghasilkan indeks bias 5,97 tidak berbeda nyata dengan perlakuan kejut listrik selama 5 detik menghasilkan indeks bias 6,80 tetapi berbeda nyata dengan indeks bias tertinggi pada metode ekstraksi PEF adalah 9,20 pada kombinasi perlakuan (M1T3), yaitu metode ekstraksi menggunakan PEF dan lama kejutan listrik 7 detik. Seperti yang dijelaskan oleh Janositz (2010), perlakuan dengan PEF dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder seperti flavonoid, antioksidan dan warna yang berhubungan dengan pengaturan pertahanan hidup sel. Akibat medan listrik, akumulasi dan tarik menarik pada partikel bermuatan pada membran sel yang tidak konduktif terjadi sehingga menyebabkan pengurangan ketebalan membran.

Metode ekstrasi menggunakan MAE selama 2 menit menghasilkan indeks bias 5,77 tidak berbeda nyata dengan perlakuan radiasi geIombang mikro selama 5 menit menghasilkan indeks bias 6,63, tetapi berbeda nyata dengan indeks bias tertinggi pada metode ekstraksi MAE adalah 7,87 pada kombinasi perlakuan (M2T6), yaitu metode ekstraksi menggunakan MAE dengan radiasi gelombang mikro 8 menit.

Metode MAE digunakan untuk membantu ekstraksi dengan cara memecah dinding sel dengan menggunakan radiasi gelombang mikro dan penetrasi etanol ke dalam sel, sehingga komponen polar dapat terpisah dan terlarut dalam etanol dengan mudah. Hal ini didukung oleh pernyataan Mandal (2007), bahwa ketika sel tanaman menjadi panas akibat radiasi gelombang mikro, air tersebut menguap dan menghasilkan tekanan tinggi pada dinding sel sehingga sel bahan menjadi bengkak (swelling). Tekanan mendorong dinding sel dari dalam, meregangkan, dan akhirnya sel tersebut pecah, yang memudahkan senyawa aktif keluar dari sel-sel pecah menuju pelarut disekitarnya sehingga meningkatkan hasil senyawa aktif.

Perbandingan hasil Perlakuan Terbaik

Perlakuan terbaik dengan menggunakan metode PEF yang dipilih dari ekstrak antioksidan Sansevieria

trifasciata diperoleh dari kombinasi

perlakuan antara metode dan lama waktu ekstraksi (M1T3) yaitu ekstraksi menggunakan metode PEF selama 7 detik. Perlakuan terbaik memiliki karakteristik berupa rendemen 6,30% dan indeks bias sebesar 9,90. Hal ini disebabkan kombinasi metode ekstraksi dan lama waktu ekstraksi yang meningkat maka kemampuan mengekstraksi ekstrak antioksidan didalam daun Sansevieria

trifasciatasemakin maksimal. Ekstraksi

mampu merusak membran sel pada Lidah mertua, kerusakan membran sel sebagai pengatur keluar masuknya zat menyebabkan komponen-komponen yang berada dalam sel lebih mudah untuk berpenetrasi dan bercampur pada larutan saat proses ekstraksi. Seperti yang dijelaskan oleh Kanduser (2008), fase pertama adalah pembentukan pori yang

(8)

mana adanya respon kerusakan yang parah pada membran sel.

Perlakuan terbaik dengan menggunakan metode MAE yang dipilih dari ekstrak antioksidan Sansevieria

trifasciata diperoleh dari kombinasi

perlakuan antara metode dan lama waktu ekstraksi (M2T6) yaitu ekstraksi menggunakan metode MAE selama 8 menit. Perlakuan terbaik memiliki karakteristik berupa rendemen 6,20% dan indeks bias sebesar 7,87. Sama dengan yang menggunakan metode PEF, hal ini disebabkan kombinasi metode ekstraksi dan lama waktu ekstraksi yang meningkat maka kemampuan mengekstraksi ekstrak antioksidan didalam daun Sansevieria trifasciata

semakin maksimal. Seperti yang dikatakan Calinescu (2001), waktu ekstraksi dan jumlah pelarut ekstraksi menjadi faktor penting dalam ekstraksi dengan metode MAE.

Pengujian Aktifitas Antioksidan

Menggunakan Metode DPPH

Pengujian aktivitas

antioksidan menggunakan DPPH dilakukan pada kombinasi perlakuan (M1T3) yaitu ekstraksi menggunakan metode PEF selama 7 detik dan (M2T6) yaitu ekstraksi menggunakan metode MAE selama 8 menit karena nilai rendemen dan indeks bias terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan tersebut, hasil uji aktivitas antioksidan dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5. Data absorbansi yang diperoleh dibuat persamaan regresi linear yang

menyatakan hubungan antara konsentrasi bahan uji (x) dengan aktivitas antioksidan rata-rata (y) dari suatu seri

replikasi pengukuran

sehingga diperoleh harga IC50 yaitu

konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk menangkap 50% radikal DPPH selama 30 menit (operating time), atau

jeda waktu yang dibutuhkan oleh bahan uji untuk mereduksi radikal DPPH dengan sempurna (Rahayu, 2008).

Tabel. 6Uji DPPH PEF Antioksidan

Sansevieria trifasciata

Nilai Nilai Nilai

adsorbansi adsorbansi Regresi (ppm)

blanko sampel Linear IC50

20 0,374 0,322 40 y=0,532x+ 60 3,689 100,92 80 100 0,374 0,164

Hasil pada Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa aktivitas

antioksidan terbaik pada

metode ekstraksi PEF, hal tersebut dapat dibaca paca hasil IC50dengan nilai 100,92 ini menjelaskan

bahwa semakin kecil kecil penggunaan dpph makan aktivitas antioksidan semakin baik. Metode ekstraksi pada PEF menggunakan waktu ekstraksi lebih cepat dibandingkan metode ekstraksi MAE, hal ini disebabkan aktivitas antioksidan rusak karena waktu ekstraksi yang lama sehingga panas yang dihasilkan menyebabkan rusaknya antioksidan dalam bahan.seperti yang dijelaskan oleh Jyothi., et al (2010) bahwa panas yang berlebihan menyebabkan suhu ekstraksi mencapai titik labil senyawa target dan mengakibatkan rusaknya senyawa target secara termal.

Tabel 5Uji DPPH MAE Antioksidan

Sansevieria trifasciata

Nilai Nilai Nilai adsorbansi adsorbansi Regresi

(ppm)

0,374 0,28 0,374 0,24 0,374 0,198

(9)

Neraca Massa

Pada perhitungan neraca massa ekstraksi antioksidan dari Sansevieria trifasciata merupakan neraca massa dari hasil perlakuan terbaik (M1T3) kombinasi perlakuan antara metode dan lama waktu ekstraksi yaitu ekstraksi menggunakan PEF selama 7 detik diperoleh rendemen sebesar 5,90. Pada perhitungan neraca massa digunakan basis bahan baku produksi sebesar 135 g sebagai input. Ekstrak antioksidan flavonoid sebagai hasil akhir produksi pada perhitungan neraca massa diperoleh sebesar 5,52 g. Perhitungan neraca massa input dan output dari proses dapat dilihat pada Lampiran 7 neraca massa.

Tahap sortasi pada ekstraksi antioksidan dilakukan dengan memilih bagian pada daun Sansevieria trifasciata yang masih segar sekitar 50-75% sebesar 135 g. Kemudian dimasukkan kedalam alat kejut listrik selama 7 detik setelah itu bahan ditambahkan pelarut sebanyak 337,5 g direndam selama 2 jam dan disaring menggunakan kertas saring dan diendapkan. Filtrat Sansevieria trifasciata kemudian dilakukan proses evaporasi menggunakan rotary evaporator dengan tekanan 125 mBar dan suhu 50ºC. setelah diperoleh ekstrak kasar disemprot dengan gas nitrogen sampai berat ekstrak kasar Sansevieria trifasciata menjadi konstan. Dari Sansevieria trifasciata segar sebanyak 165 g digunakan 135 g setelah proses penyortiran. Ekstrak antioksidan yang diperoleh dari bahan baku sebanyak 135g Sansevieria trifasciata dan pelarut sebanyak 337,5 ml sebanyak 5,52 g. Sehingga pada tahapan penguapan pelarut massa yang hilang sebesar 331,9 g.

KESIMPULAN

Aktivitas antioksidan terbaik pada

Sansevieria trifasciata menggunakan

metode PEF dan MAE, yaitu pada metode ekstraksi PEF menghasilkan nilai

IC50 sebesar 100,92 dan pada metode

ekstraksi MAE menghasilkan nilai IC50sebesar 116,11. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa aktivitas aktioksidan terbaik pada metode ekstraksi PEF karena semakin kecil nilai IC50 maka

aktivitas antioksidan semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliawan, H. 2011. Laban Electric” Alat Pasteurisasi Susu Kejut Listrik Tegangan Tinggi Menggunakan

Flyback

Transformer. Skripsi Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Teknologi Pertanian UB. Malang. Calinescu, I. 2001. Microwave

Assisted Extraction of Active Principles from Vegetal

Material. Romanian International Conference on Chemistry and Chemical Enginering.

Donsi, F., Ferrari, G., Pataro, G. 2010.

Application of Pulsed Electric Field Treatments for the

Enhancement of Mass Transfer from Vegetable Tissue. Journal Food Eng Rev (2) : 109-130.

Gribova N Yu, Belaya N I, Filippenko T A, Nikolaevskii A N. 2008. Electric-Field-Assisted

Extraction of Antioxidants from Bearberry Leaves. Pharmaceutical Chemistry. Journal in Donetsk National University, Donetsk, Ukraine. 10: 25-27. Jain, Tripti, Jain. V, Pandey. R, Vyas. A and Shukla.S. 2009. Microwave Assisted Extraction for Phytoconstituents AnOverview.

http://www.ajrconline.org/AJRC %20V0l2%20%281%29%20PDF

%20Final/4RA.pdf. diakses tanggal 15

April 2013 blanko sampel Linear IC 50

20 0,374 0,342 y=0,467x+ 4,224 116,11 40 0,374 0,32 60 0,374 0,294 80 0,374 0,282 100 0,374 0,186

(10)

Janositz, A., D. Knorr. 2010. Microscopic Visualization of Pulsed Electric Field Induced Changes on Plant Cellular Level.

Innovative Food Science and Energing Technologies (11): 592597.

Joyner JF, and Wilson FD. 1964. Diagnostic characters in Sansevieria. Journal

ofHeredity 55: 39-43.

Langat M. K. 2011. Chemical Constituents of East European Forest Species. In A. f. Standards, Book of Extended Extracts (pp. 77-78). Kenya

Purwanto A. 2006. Sansevieria Flora Cantik Penyerap Racun.

Gambar

Tabel 4Indeks Bias Ekstrak

Referensi

Dokumen terkait

Uji kualitatif andrografolid dalam ekstrak dilakukan dengan jalan melarutkan andrografolid ataupun ekstrak dalam etil asetat, ditotolkan pada plat KLTKT, dieluasikan pada

Jespersen har desuden været ansat som nudge/adfærdsrådgiver hos Konkurrence- og forbrugerstyrelsen fra 2013-2014 og fra 2011- 2014 været assistent hos ISSP, det ovenfornævnte

Survey yang dilakukan kepada 30 karyawan mengenai program K3 mendapatkan hasil bahwa 60% mengaku bahwa dimudahkan untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja

kemampuan mengajar awal mahasiswa calon guru fisika dapat ditunjukkan pada kemampuannya dalam

Maka dari analisis studi literatur dari sumber yang terdapat di atas diperoleh beberapa asumsi peneliti bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching dapat

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah kondisi kaum perempuan pada komunitas nelayan di kecamatan Sorkam Barat yang sangat memprihatinkan, baik

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat kimia, seperti pH, kandungan bakteri asam laktat, dan kadar laktosa dalam yogurt yang difermentasi dengan ragi

Berdasarkan pada korelasi antara temuan fosil fauna dan formasi batuan hasil penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta dengan rekonstruksi Biostratigrafi Jawa yang telah