PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Kata Pengantar
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya, hak dan kewajiban bagi seluruh warga dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan.
Salah satu faktor kunci untuk memenuhi hak dan kewajiban dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah tersedianya data dan informasi lingkungan bagi seluruh pihak. Agar data dan informasi mengenai lingkungan hidup dapat tersedia dan terakses, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup (SILH) sebagai pijakan untuk pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup dan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
SILH dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi dan wajib dipublikasikan kepada masyarakat dengan memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lainnya. Seluruh data dan informasi mengenai lingkungan hidup daerah di himpun dalam Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD). SLHD menjadi bagian penting sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan hidup untuk menjadi acuan kebijakan dan perencanaan pemerintah daerah dalam menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup. Laporan SLHD dari provinsi dan kabupaten/kota ini meliputi pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, dokumentasi kebijakan, dan penyajian informasi dengan model P-S-R (Pressure-State-Response).
Laporan SLHD ini juga sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik sehingga dapat menunjang pencapaian tata kelola pemerintahan yang baik sesuai semangat Reformasi Birokrasi. Sebagai penghargaan bagi Pemerintah Daerah yang telah menyusun SLHD secara baik, setiap tahunnya Presiden Republik Indonesia memberikan apresiasi terhadap penyusun laporan SLHD yang terbaik.
Agar kualitas data dan informasi lingkungan hidup dapat meningkat dari waktu ke waktu (continous improvement), maka melalui Pedoman Penyusunan SLHD harus menjadi acuan sahih bagi seluruh pihak dalam penyusunan SLHD. Dengan demikian, SLHD harus memberikan informasi lingkungan hidup terukur, terverifikasi dan terlaporkan sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan serta bermanfaat bagi publik dalam rangka upaya bersama dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup menjadi lebih baik.
Terima kasih.
Jakarta, September 2013
Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas,
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Tujuan
2
C.
Kerangka Kerja
2
Bab II
Tata Laksana Laporan SLHD
10
A.
Tujuan
10
B.
Pengguna Produk Pelaporan Keadaan
Lingkungan Hidup
11
C.
Prinsip Dasar Penyusunan SLHD
12
D.
Mekanisme Penyampaian SLHD
12
E.
Penanggungjawab dan Koordinasi
14
F.
Mekanisme Penyusunan
14
Lampiran I
Kumpulan Data SLHD Provinsi
23
Lampiran II Kumpulan Data SLHD Kabupaten/Kota
79
1
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan hidup dan Pembangunan
(The United Nations Conference on Environment and Development/UNCED) di Rio de
Janeiro, tahun 1992, telah pengelolaan lingkungan hidup yang dituangkan ke dalam Agenda
21.
Dalam Agenda 21 Bab 40, disebutkan perlunya kemampuan pemerintahan dalam
mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada proses
pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal
tersebutmenuntut ketersediaan data, keakuratan analisis, serta penyajian informasi
lingkungan hidup yang informatif.
Pada pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Di bidang lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup antara lain menyatakan bahwa sistem informasi
lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta
rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lain.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
kewenangan pengelolaan lingkungan hidup telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah
provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada pelestarian
lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) yang menjelaskan
bahwa pemerintah berkewajiban mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah untuk
mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam memanfaatkan hak
yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan. Sumber
informasi utama EKPPD adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
yang disampaikan kepala daerah kepada pemerintah.
Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan informasi
lingkungan hidup dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai, menentukan prioritas
masalah, membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk
membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan menerapkan
mandat pembangunan berkelanjutan.
2
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Berkaitan dengan akses informasi kepada publik, telah ditetapkan Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Sebagai Badan Publik
pemerintah wajib menyediakan, memberikan, dan atau menerbitkan informasi yang
berkaitan dengan kepentingan publik. Kategorisasi informasi berdasarkan KIP (nanti
dielaborasi). Pelaporan status lingkungan hidup merupakan informasi yang disediakan
secara berkala. Informasi tersebut disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau, dan
dalam bahasa yang mudah dipahami.
Pada tahun 2002 pemerintah mulai menerbitkan laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia
(SLHI). Bersamaan dengan itu pula pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota di
Indonesia menerbitkan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD).
Penyediaan data dan informasi lingkungan hidup di daerah diawali pada tahun 1982 melalui
penerbitan Neraca Lingkungan Hidup (NLH). Kemudian pada tahun 1986 dirubah menjadi
Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD). Selanjutnya pada tahun 1994
berubah menjadi Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD).
Penyusunan laporan SLHD yang dilakukan sejak 2002 didasarkan pada surat Menteri
Lingkungan Hidup kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk menyusun
Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) dengan mengacu kepada Pedoman Umum
Penyusunan SLHD yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
B.
Tujuan
1.
Memberikan arahan tentang cara penyusunan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
2.
Adanya keseragaman pelaporan SLHD Provinsi maupun SLHD Kabupaten/Kota.
3.
Memperjelas informasi yang diperlukan dalam penyusunannya.
Ruang Lingkup
Penyusunan laporan SLHD provinsi dan kabupaten/kota meliputi pengumpulan dan
pengolahan data, analisis data, dokumentasi kebijakan, dan penyajian informasi dengan
model P-S-R (Pressure-State-Response). Ruang lingkup pedoman ini meliputi:
1.
Status lingkungan hidup yang berdasarkan media air, udara, lahan, kehati, pesisir dan
laut.
2.
Beban pencemaran dan laju/tingkat kerusakan
3.
Kelembagaan, kebijakan, program, dan kegiatan
4.
Data pendukung (penduduk, sosial ekonomi)
5.
Dampak yaitu bencana, aspek kesehatan (penyakit)
C.
Kerangka Kerja (Framework)
1.
Dimensi Lingkungan hidup
Permasalahan lingkungan hidup pada umumnya menyangkut dimensi yang luas, yaitu
lintas ruang, lintas pelaku, dan lintas generasi.
3
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Dimensi lintas ruang adalah suatu kondisi permasalahan lingkungan hidup yang
melewati batas wilayah administrasi. Sebagai contoh pada kejadian banjir,
permasalahannya mungkin tidak terbatas pada satu administrasi daerah tertentu. Oleh
karena itu pengembangan informasi yang berhubungan dengan masalah banjir
memerlukan suatu jaringan informasi lingkungan hidup antar wilayah administrasi,
sedikitnya pada satu Daerah Aliran Sungai.
Dimensi Kedua, bahwa fenomena lingkungan hidup selalu berkaitan dengan lintas
pelaku. Salah satu contoh adalah pencemaran sungai dimana sumber pencemar tersebut
dapat berasal dari berbagai pihak misalnya sektor industri, pemukiman, dan pertanian.
Dimensi ketiga, permasalahan lingkungan hidup selalu menyangkut lintas generasi. Hal
ini sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan dimana sumberdaya alam dan
lingkungan hidup harus dikelola untuk generasi sekarang dan masa datang.
4
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Sumber dan Periode Data
Data dihasilkan dari pemantauan lapangan, pengukuran, perhitungan, dan pencacahan.
Sumber data SLHD antara lain sbb.:
a. Dinas dan instansi di daerah termasuk lembaga yang menangani lingkungan hidup
(termasuk BLH).
b. Hasil penelitian atau survei yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta.
c. Data dari pihak lainnya.
Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota menyajikan informasi kondisi lingkungan
hidup tahun kalender berjalan. Laporan SLHD Provinsi, Kabupaten/Kota memuat data
tahun sebelumnya. Data yang digunakan menggunakan data paling akhir. Sebagai
contohnya data tutupan lahan yang dimutakhirkan setiap 3 tahun sekali sehingga data
tersebut dapat dimanfaatkan untuk 3 tahun pelaporan SLHD.
2.
Model PSR (Pressure-State-Response)
Analisa status lingkungan hidup didasari pada model P-S-R, yang dikembangkan oleh
UNEP. Model PSR (Pressure-State-Response) adalah hubungan sebab akibat (kasualitas)
antara penyebab permasalahan, kondisi lingkungan hidup, dan upaya mengatasinya.
5
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel penjelasan Pressure-State-Response
NO PSR URAIAN INDIKATOR CONTOH KETERANGAN
A PRESSURE I. Kegiatan Manusia
1. Pertambangan Beban pencemaran Luas Areal dan Produksi Pertambangan Pembukaan lahan Luas areal pertambangan rakyat
menurut jenis galian
2. Pertanian Beban pencemaran Penggunaan pupuk
Pembukaan lahan
3. Perindustrian Beban pencemaran Jumlah Industri besar/kecil Kualitas air hujan tercemar, kualitas air menurun Konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
untuk industri menurut jenis bahan bakar
Jenis Penyakit Utama yang diderita penduduk 4. Transportasi Pencemaran udara Kualitas udara ambien
Konsumsi BBM Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan
Jumlah timbulan sampah Sampah dari sarana transportasi (terminal, bandara, pelabuhan)
5. Peternakan Emisi Jumlah hewan,menurut jenis ternak
Jumlah hewan uanggas menurut jenis unggas
6. Pemukiman limbah Domestik Timbulan Sampah
limbah cair dan padat jumlah limbah cair yang diasumsikan dari rumah tangga
6
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Data dari beberapa komponen lingkungan hidup yang ada di provinsi, kabupaten/kota dilihat
dan dinilai kecenderungannya, kemudian dianalisis untuk diformulasikan dalam bab atau
bagian. Beberapa permasalahan lingkungan hidup yang terjadi tentunya akan mendapatkan
reaksi sebagai wujud keperdulian dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, LSM
maupun masyarakat dalam kegiatan yang nyata.
Kerangka laporan SLHD didasarkan kepada konsep hubungan sebab akibat dimana kegiatan
manusia memberikan tekanan kepada lingkungan hidup (pressure) dan menyebabkan
perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan hidup baik secara kualitas maupun
kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan masyarakat/stakeholder melakukan reaksi
terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai
II. Alam
1. Gempa Kerugian jumlah korban
2. ……… 3. ……….
III. Demografi
1. Penduduk laju pertumbuhan, jumlah, usia,
tingkat pendidikan kebutuhan perubahan lahan
2. Pendidikan kebutuhan
B STATE Lahan Kerusakan tanah di lahan kering
akibat erosi Ketebalan tanah kurang dari 20 cm Tabel SD.5A Luas tanah yang terangkut erosi antara
0,2-1,3 mm3/tahun dst…
Kerusakan tanah di lahan kering Jumlah ketebalan solum tanah yang hilang
Jumlah kebatuan permukaan lebih dari 40%
dst… Kerusakan tanah di lahan basah
Jumlah ketebalan gambut yang hilang Tabel SD.5C Kedalaman lapisan berpirit dari
permukaan tanah
Kedalaman air tanah dangkal lebih dari 25 cm
dst…
Air Kualitas air sungai Status mutu air
Parameter air (PH, BOD, COD, TSS) dst…
Kualitas air sumur Status mutu air
Parameter air (Total coli, Fecal coli) dst…
Kualitas air danau/situ/embung Status mutu air
Parameter air (Total coli, Fecal coli) dst…
Kualitas air laut Status mutu air
Parameter air (PH, BOD, COD, TSS) dst…
Udara Kualitas udara ambien Status kualitas udara
Parameter udara (SOX, NOX, CO) dst…
Kehati Jumlah spesies Flora dan fauna yang diketahui dan dilindungi
Folra dan fauna yang diketahui
C RESPONSE Lembaga : lembaga yang
mengelola LH jumlah lembaga jumlah LSM
Kebijakan peraturan jenis produk hukum daerah
Anggaran alokasi anggaran bidang LH alokasi anggaran fungsi LH Program/Kegiatan rehabilitasi lingkungan kegiatan penghijauan dan reboisasi
(jumlah pohon dan luasan), kegiatan fisik lainnya (jumlah pembangunan tempat sampah)
pengawasan amdal rekomendasi dan pengawasan UKL/UPL Penegakan hukum jumlah dan status pengaduan Peran serta masyarakat jumlah LSM, penerima penghargaan Sumberdaya Manusia tingkat pendidikan SDM Pendidikan formal
7
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
kebijakan, program, maupun kegiatan (societal respons). Hal yang terakhir merupakan
umpan balik terhadap tekanan melalui kegiatan manusia.
Aktivitas manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam akan menimbulkan tekanan pada
lingkungan hidup dan merubah keadaannya, atau kondisinya. Manusia kemudian
memberikan respons terhadap perubahan tersebut dengan membangun dan
mengimplementasikan kebijakan. Analisis terhadap tekanan yang muncul, kondisi eksisting
yang terjadi berikut dampaknya serta respons yang dilakukan kemudian dikenal sebagai
pendekatan P-S-R (Pressure State Respons) seperti terlihat dalam diagram alir pada Gambar
I-1.
Gambar I-1. Diagram Model PSR (Tekanan-Status-Respon)
Dengan demikian ada tiga indikator utama dalam kerangka PSR yang akan dianalisis, yaitu:
1.
Indikator tekanan terhadap lingkungan hidup (pressure)
. Indikator ini menggambarkan
tekanan dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya alam.
2.
Indikator kondisi lingkungan hidup (state)
. Indikator ini menggambarkan kualitas dan
kuantitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup
3.
Indikator respon (response).
Indikator ini menunjukkan tingkat upaya dari para
pemangku kepentingan terutama pemerintah terhadap status lingkungan hidup.
PRESSURE(Tekanan) 1. Kegiatan Manusia • Pertambangan • Pertanian • Perindustria • Transportasi • Peternakan • Pemukiman 2. Alam (gempa) 3. Demografi • Penduduk • Pendidikan STATE(Status/Kondisi) 1. Lahan 2. Air 3. Udara 4. Kehati 5. Pesisir dan Laut Beban Pencemaran Laju Kerusakan Pemanfaatan RENSPONSE(Respon/Upaya) 1. Lembaga 2. Kebijakan 3. Anggaran 4. Program/Kegiatan 5. Sumber Daya Faktor Pembatas Tata Kelola (Governance) Dampak Pemulihan, Rehabilitasi, Antisipasi
8
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tekanan terhadap lingkungan hidup meliputi aktivitas seperti konsumsi energi, transportasi,
industri, pertanian, kehutanan dan urbanisasi.
Tekanan juga meliputi interaksi-interaksi berikut:
a.
Lingkungan hidup sebagai sumber dari aktivitas ekonomi manusia seperti mineral,
makanan dan energi. Dalam prosesnya berpotensi mengurangi (depleting)
sumber-sumber daya tersebut atau mengganggu ekosistem.
b.
Aktivitas manusia memberikan dampak negatif berupa polutan (sampah/limbah) dan
kerusakan lingkungan hidup.
c.
Kondisi lingkungan hidup seperti udara, air, dan sumber pangan yang tercemar
mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan manusia dan kesejahteraan.
Tekanan ini akan mengubah kondisi lingkungan hidup, yang pada gilirannya kembali
mempengaruhi kesejahteraan manusia itu sendiri. Kondisi lingkungan hidup ini meliputi
kualitas air, udara, lahan, ketersediaan sumber daya alam, keanekaragaman hayati. Respon
masyarakat terhadap perubahan ini pada tingkat yang berbeda dapat berbentuk peraturan,
teknologi, dan peningkatan kapasitas lainnya. Respon ini untuk mempengaruhi kondisi
lingkungan hidup dan aktivitas manusia. Kemampuan untuk merespon ini tergantung
kepada kuantitas dan kualitas informasi yang tersedia.
Gambar I-2. Kerangka Kerja Analisis Lingkungan hidup
Pengambilan Keputusan Informasi Data Rencana Aksi Legislasi Alat Bantu: Sistem Pakar Rencana Aksi Alat Bantu: GIS/RS Indikator Indeks Isu TerkaitData Bio Fisik Udara/Atmosfir
Geologi Hidrologi
Tanah Topografi
Data Sosio Ekonomi Batasan Administrasi Infrastruktur Tataguna Lahan Populasi Permukiman Perdagangan Lembaga Perencanaan atau Lingkungan Jaringan Nasional Terdesentralisasi
9
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
4.
Analisis Lingkungan Hidup
Model bagi proses analisis lingkungan hidup, seperti yang diberikan dalam Gambar I-2, akan
memfasilitasi pemrosesan serta pentransformasian data ke dalam informasi yang relevan
untuk pengambilan keputusan. Dalam rangka pembangunan berkelanjutan, data biofisik dan
data sosio-ekonomis haruslah dikumpulkan, diintegrasikan, serta dianalisis untuk dapat
mempresentasikan dan menganalisis keadaan lingkungan hidup secara lebih menyeluruh
dan multisektoral. Kemampuan untuk mengevaluasi secara akurat perubahan lingkungan
hidup sangatlah bergantung pada adanya data dasar di mana perubahan itu akan
dibandingkan.
Pada umumnya data status lingkungan hidup daerah ini meliputi atmosfer, topografi,
geologi, hidrologi, tanah, serta flora dan fauna. Selain itu ditunjang oleh data sosio-ekonomi
seperti data populasi, kesehatan, kemiskinan, pendidikan, keterbatasan administratif, tata
guna lahan, perdagangan, infrastruktur, serta pemukiman. Data dasar yang berbeda akan
digunakan untuk mempelajari isu yang berbeda.
10
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
BAB II
TATA LAKSANA LAPORAN SLHD
A.
Tujuan
Ada tiga tujuan dasar dari Laporan SLHD, yaitu:
1.
Menyediakan data dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua tingkat;
2.
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai kecenderungan dan kondisi
lingkungan hidup;
3.
Sarana evaluasi kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Laporan SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan
kondisi lingkungan hidup. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan
hidup yang terkini dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah,
serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga akan menyediakan referensi
dasar tentang keadaan lingkungan hidup bagi pengambil kebijakan sehingga akan
memungkinkan diambilnya kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses
ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang.
Pelaporan keadaan lingkungan hidup yang baik dapat dipergunakan untuk berbagai
keperluan seperti berikut:
1.
Secara rutin menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan hidup kini dan
prospeknya dimasa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik,
pemerintah, organisasi non-pemerintah, serta pengambil keputusan;
2.
Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan indikator dan indeks lingkungan
hidup yang disepakati pada tingkat nasional;
3.
Menyediakan peringatan dini akan masalah potensial, serta memungkinkan adanya
evaluasi akan rencana mendatang;
4.
Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk menjawab
perubahan lingkungan hidup, termasuk kemajuan dalam mencapai standar dan target
lingkungan hidup;
5.
Memberikan sumbangan dalam menelaah kemajuan bangsa dalam menjamin
keberlanjutan ekologis;
6.
Merancang mekanisme integrasi informasi lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, untuk
menyediakan gambaran yang jelas tentang keadaan bangsa;
7.
Mengidentifikasi adanya kesenjangan (gap) pengetahuan tentang kondisi dan
kecenderungan lingkungan hidup, serta merekomendasikan strategi penelitian dan
pemantauan untuk mengisi kesenjangan tersebut, serta membantu pengambil
keputusan untuk membuat penilaian yang terinformasi mengenai konsekuensi luas dari
kebijakan dan rencana sosial, ekonomis dan terkait lingkungan hidup, serta untuk
memenuhi kewajiban bangsa untuk pelaporan lingkungan hidup.
11
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Gambar II-1. Hubungan antara Indikator, Data dan Informasi menurut Pengguna
B.
Pengguna Produk Pelaporan Keadaan Lingkungan hidup
Pengetahuan tentang pengguna informasi SLHD adalah penting untuk menentukan sistem
pelaporan SLHD yang paling tepat. Laporan SLHD memiliki pengguna potensial yang
beragam dalam kaitannya dengan fungsi pelaporan dan pemantauan. Berikut ini adalah
daftar beberapa pengguna potensial tersebut:
1.
Masyarakat umum;
2.
Lembaga kemasyarakatan;
5.
Sekolah, pada tingkat dasar, menengah, serta tingkat lanjut;
6.
Kelompok industri;
7.
Pengambil keputusan di bidang pemerintahan;
8.
Perencana dan pengelola sumber daya alam;
9.
Media cetak dan elektronik; serta;
10.
Lembaga internasional.
Masing-masing kelompok pengguna tersebut tentu memiliki tingkat kebutuhan yang
berbeda-beda.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan data tersebut perlu mengembangkan basis data
sebagai sarana penyusunan laporan keadaan lingkungan hidup di suatu daerah. Pada
umumnya dibutuhkan data deret waktu (time series) untuk mendapatkan analisis
kecenderungan kualitas lingkungan hidup.
12
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Dengan adanya basis data time series tersebut akan mendukung pengembangan kebijakan
pada tingkat daerah dan nasional.
C. Prinsip Dasar Penyusunan SLHD
Prinsip-prinsip dasar penyusunan laporan SLHD adalah sebegai berikut:
1.
Laporan SLHD harus didasarkan pada informasi yang akurat dan ilmiah. Mutu dari SLHD
tergantung pada transformasi data mentah menjadi informasi terolah yang berguna
dalam meningkatkan kesadaran lingkungan hidup dan pengambilan keputusan.
2.
Informasi harus disajikan tanpa bias dan modifikasi dari sumbernya, termasuk sistem
monitoring, survei lapangan, serta sumber-sumber jarak jauh (citra satelit, foto udara).
3.
Kemitraan dan kerjasama dengan komunitas, industri, organisasi non-pemerintah, serta
pemerintah adalah perlu untuk keberhasilan SLHD.
4.
Laporan SLHD juga perlu memasukkan informasi tentang isu-isu global, universal, dan
regional. Sebagai contoh: perubahan iklim dan kerusakan lapisan ozon. Isu global dan
regional memerlukan tindakan tingkat lokal dan nasional untuk pemandu tindakan
tingkat global. Isu universal mempengaruhi semua negara, misalnya tekanan populasi
penduduk, akan tetapi untuk merubahnya memerlukan tindakan tingkat lokal.
5.
Laporan SLHD harus selalu berusaha menganalisis informasi dan isu lingkungan hidup
menurut prinsip pembangunan berwawasan ekologis.
6.
Laporan SLHD harus dipandu dengan kerangka konseptual yang memfasilitasi
pengembangan informasi untuk menjawab pertanyaan dasar berikut:
•
Apa yang terjadi? Di mana terjadi?
(Apa yang merupakan kondisi dan kecenderungan dari lingkungan hidup?)
•
Mengapa terjadi? Bagaimana terjadinya?
(Apa penyebab perubahan yang dikarenakan oleh manusia dan alam?)
•
Mengapa perubahan signifikan?
(Apa implikasi biofisik dan sosio-ekonomisnya?)
•
Apa respons kita?
(Apa respons masyarakat untuk melindungi lingkungan hidupnya?)
•
Apakah respons itu cukup?
7.
Keberhasilan laporan SLHD tergantung pada tingkat pemahaman terhadap konservasi
ekosistim dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
D. Mekanisme Peyampaian Laporan SLHD
Mekanisme penyampaian laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007. Peraturan pemerintah
tersebut mengatur tatacara penyampaian laporan dari pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota ke pemerintah pusat secara berjenjang.
Inisiasi tindakan penanganan lingkungan hidup ini dapat diperoleh dari laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah yang ideal.
13
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Dasar dari proses penyusunan laporan yang ideal adalah penelaahan lingkungan hidup
secara kolektif dan kooperatif antar negara, serta kerangka pelaporan yang didukung oleh
basis data informasi lingkungan hidup (Environmental Information Database) yang
komprehensif.
Database informasi lingkungan hidup tersebut terdiri dari data dan informasi yang lengkap
dan mendalam berdasarkan suatu set indikator secara berkala direview dan dilaporkan.
Dengan demikian tujuan utama penyusunan database ini adalah untuk membangun dan
menyediakan mekanisme yang disepakati untuk memperbaharui jaringan komprehensif dari
database dan komplementernya.
Database informasi lingkungan hidup dipergunakan untuk menyusun indikator lingkungan
hidup tingkat nasional dan regional, mengukur status dan kecenderungan kondisi
lingkungan hidup, serta kemajuan umum menuju pembangunan berkelanjutan.
Informasi yang disarikan dari database lingkungan hidup ini dapat diolah untuk penyusunan
laporan SLHD, di samping untuk menelaah dan mengawasi sumberdaya yang berada pada
kondisi kritis, untuk menentukan respons ekosistem, mengevaluasi efek kerusakan
ekosistem utama, serta untuk menentukan kebijakan yang sensitif lingkungan hidup.
SLHD dari suatu daerah atau wilayah adalah merujuk pada kondisi yang teramati dari dua
perspektif, yaitu kondisi biofisik dan kondisi sosio-ekonomis. Pelaporan keadaan lingkungan
hidup ini menyediakan gambaran umum tentang keadaan kondisi biofisik dan
sosio-ekonomi, menyediakan pemahaman akan pengaruh kegiatan manusia pada lingkungan
hidup serta implikasinya pada kesehatan manusia dan kesejahteraan ekonomis. Pelaporan ini
juga menyediakan gambaran umum tentang hasil dari respons seperti inisiatif kebijakan,
reformasi legislatif, serta perubahan tingkah laku publik.
Selain itu pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan
informasi lingkungan hidup dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan
prioritas masalah, dan membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan
untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menerapkan
mandat pembangunan berkelanjutan.
Kesadaran akan pembangunan berwawasan ekologis sekarang telah meluas di kalangan
individu, komunitas, dan pemerintah. Gaya hidup manusia bergantung kritis pada
serangkaian aset alamiah: tanah, air, udara, sumber daya mineral, hutan dan sistem biologis
lainnya. Pembangunan berwawasan ekologis tidaklah mungkin tanpa informasi
lingkungan hidup yang cukup dan terjangkau.
Seluruh masyarakat sangat memperhatikan isu-isu tentang kualitas lingkungan hidup seperti
polusi udara, polusi air, polusi laut, hilangnya keanekaragaman hayati, dan erosi tanah
pertanian. Pengambil kebijakan memerlukan data yang andal pada isu-isu tersebut serta
pada indikator kunci keadaan lingkungan hidup lainnya. Tanpa informasi yang cukup dan
terjangkau maka mungkin akan terjadi kerusakan ekosistem alami dibanding tercapainya
keberlanjutan ekologis. Pembangunan sosio-ekonomi mungkin tak tercapai karena tidak
faham akan dampak potensial dari suatu kegiatan.
14
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
E. Penanggung Jawab dan Koordinasi
Laporan SLHD pada dasarnya merupakan laporan kinerja pemerintah daerah di bidang
pengelolaan lingkungan hidup dan merupakan informasi yang terbuka untuk publik. Karena
pengelolaan lingkungan hidup sifatnya multi sektoral, maka dalam penyusunan SLHD
Gubernur/Bupati/Walikota dibantu oleh:
1.
Bapedalda/BPLHD/Lembaga yang mengkoordinasikan pengelolaan lingkungan hidup
hidup, sebagai penanggung jawab penyusunan laporan.
2.
Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota.
3.
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
4.
Dinas dan instansi terkait sebagai sumber data.
5.
Perguruan tinggi.
F. Mekanisme Penyusunan
Proses penyusunan pada dasarnya merupakan pencatatan proses kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup yang meliputi pemantauan, evaluasi, dan penetapan kebijakan (lihat
Gambar II-6).
15
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka proses penyusunan SLHD adalah sebagai
berikut:
1.
Penetapan Tim Penyusun SLHD oleh Kepala Daerah
2.
Pengumpulan data hasil pemantauan secara berkala oleh masing-masing institusi yang
terkait
3.
Melakukan evaluasi data secara berkala yang dilakukan oleh forum Tim SLHD
4.
Menyampaikan hasil evaluasi data kepada pimpinan instansi terkait untuk dibahas pada
forum pimpinan daerah
5.
Mendokumentasikan kesepakatan atau hasil rapat pimpinan daerah.
6.
Menyusun Laporan SLHD.
Jadwal kegiatan penyusunan Laporan SLHD adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
G. Penyampaian Laporan
Laporan SLHD Kabupaten/Kota disampaikan kepada Provinsi, Pusat Pengelolaan Ekoregion,
dan Kementerian Lingkungan hidup Hidup. Sedangkan Laporan SLHD Provinsi diserahkan
kepada Pusat Pengelolaan Ekoregion dan Kementerian Lingkungan hidup Hidup.
H. Penyajian SLHD
1. Fisik Laporan
Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota terdiri dari dua buah buku, yaitu:
1.
Buku Laporan Status Lingkungan hidup Hidup Daerah (Buku I)
Berisi analisis keterkaitan antara perubahan kualitas lingkungan hidup hidup (status),
kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup hidup
(tekanan), dan upaya untuk mengatasinya (respon).
2.
Buku Kumpulan Data (Buku II)
Berisi data kualitas lingkungan hidup hidup menurut media lingkungan hidup (air, udara,
lahan serta pesisir dan pantai), data kegiatan/hasil kegiatan yang menyebabkan
terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup hidup, data upaya atau kegiatan untuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1. Penetapan TIM SLHD 2. Pengumpulan data 3. Pengolahan data 4. Penulisan laporan 5. Pencetakan laporan 6. Pengiriman laporan
16
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
mengatasi permasalahan lingkungan hidup, dan data penunjang lainnya yang diperlukan
untuk melengkapi analisis.
Kedua buku tersebut disajikan dengan prinsip rapi, formal, dan estetis (bebas dan akan
menjadi penilaian). Dicetak menggunakan kertas ukuran A4.
Gambar II-8. Sampul Buku Laporan SLHD Kabupaten/Kota
17
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Gambar II-10. Sampul Buku Laporan SLHD Provinsi
18
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
2. Sistematika Laporan SLHD
a. Buku Laporan (Buku I)
Buku Laporan SLHD (Buku I) terdiri dari empat bab dengan perincian sebagaimana dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
19
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
F.
-
Menyajikan informasi curah hujan dan suhu udara ratarata bulanan.-
Perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria)-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) G.-
Menyajikan informasi luas bencana, korban jiwa dan perkiraan kerugian akibat banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan/hutan, dan gempa bumi.-
Perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria)-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata)Bab III
A.
-
Menyajikan informasi jumlah, pertumbuhan, dan kepadatan penduduk, serta pola migrasi-
Menyajikan informasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur dan status pendidikan-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) B.-
Menyajikan informasi jumlah rumah tangga yang bertempat tinggal di lokasi permukiman mewah, menengah, sederhana, kumuh, bantaran sungai, dan di lokasi pasang surut-
Menyajikan informasi jumlah rumah tangga menurut sumber air untuk minum, tempat pembuangan sampah, dan tempat buang air besar-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) C.-
Menyajikan informasi usia harapan hidup, angka kelahiran, angka kematian, dan pola penyakit yang banyak diderita-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) D.-
Menyajikan informasi kebutuhan air dan penggunaan pupuk untuk lahan sawah, lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan-
Menyajikan informasi perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dan informasi beban limbah padat dari kegiatan pertanian-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata)Sistematika
E.
-
Menyajikan informasi jumlah industri yang berpotensi mencemari sumber air, tingkat ketaatan terhadap baku mutu dan jumlah beban limbah cairnya.-
Menyajikan informasi jumlah industri yang berpotensi mencemari udara, tingkat ketaatan terhadap bakumutu dan beban emisinya.
-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) Industri Pertanian Kesehatan Permukiman Kependudukan Bencana Alam Keterangan Tekanan Terhadap Lingkungan20
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
b. Buku Data (Buku II)
Parameter dan data dari indikator yang diperlukan untuk menyusun Status Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi terfomulasikan dalam beberapa tabel pokok
seperti dalam lampiran, maupun tabel tambahan. Tabel tambahan tidak termuat dalam buku
petunjuk namun untuk mempertajam suatu uraian atau analisis dapat ditambahkan data lain
dalam tabel tambahan yang formatnya diserahkan kepada daerah masing-masing.
F.
-
Menyajikan informasi produksi dan luas areal konsesi pertambangan yang perizinan dan atau pengawasannya merupakan kewenangan daerah provinsi dan kabupaten/kota-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) G.-
Menyajikan informasi perkiraan konsumsi energi untuk kegiatan transportasi, industri, dan rumah tangga-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) H.-
Menyajikan informasi panjang jalan, kondisi, dan kepadatan lalulintas dan jumlah limbah padat dan cair yang bersumber dari pelabuhan-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) I.-
Menyajikan informasi lokasilokasi wisata dan jumlah pengunjung-
Menyajikan informasi jumlah hotel/penginapan serta jumlah limbah cair dan padat yang dihasilkan-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata) J.-
Menyajikan informasi perusahaan penghasil limbah B3 serta perusahaan yang mendapatkan izin untukmenyimpan, mengumpulkan, mengolah, memanfaatkan, mengangkut, dan memusnahkan limbah B3.
-
Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu-
Analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum, dan ratarata)Bab IV
A.
-
Menyajikan informasi rencana dan realisasi kegiatan reboisasi, penghijauan, dan kegiatan fisik lainnya yang terkait dengan perbaikan kondisi lingkunganB.
-
Menyajikan informasi rekomendasi Amdal yang diberikan dan hasil pengawasan pelaksanaan UKL/UPLC.
-
Menyajikan informasi masalah lingkungan yang diadukan masyarakat dan tindak lanjutnya D.-
Menyajikan informasi upaya perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat E.-
Menyajikan informasi produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, anggaran pengelolaan lingkungan hidup dan upaya untuk meningkatkankualitas dan kuantitas sumber daya manusia Peran Serta Masyarakat
Limbah B3 Pariwisata Transportasi Energi Pertambangan
Upaya Penglolaan Lingkungan
Kelembagaan Rehabilitasi Lingkungan
Amdal
21
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel tambahan merupakan dukungan atau penjelasan dari tabel pokok, oleh karena itu
dalam penyusunannya tidak terpisah dari tabel pokok. Sebagai contoh tabel pokoknya DE-1,
kalau ada tabel tambahan maka tabel tambahan diberi kode DE-1A, DE-1B dan seterusnya
dan maksimal lima tabel tambahan saja.
Data dalam tabel-tabel dikelompokkan dalam masing-masing judul tabel dan kode sebagai
berikut:
SD: Sumberdaya Alam
Kondisi sumberdaya alam suatu daerah
DE: Demografi
Perubahan dan struktur penduduk
DS: Demografi Sosial
Korelasi antara pertumbuhan dan struktur penduduk dengan kebutuhan fasilitas
SE: Sosial Ekonomi
Hubungan timbal balik antara pertumbuhan dan struktur penduduk dengan aktivitas dan
pengembangannya
SP: Sumber Pencemaran
Identifikasi terhadap sumber dan beban pencemaran yang menekan lingkungan hidup
BA: Bencana Alam
Intensitas kejadian bencana yang telah terjadi di suatu daerah menurut jenis dan jumlah
kerugian
UP: Pengelolaan Lingkungan hidup
22
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Buku Data (Buku II) tetap disertai Kata Pengantar yang sama dengan Buku Laporan (Buku I)
yang ditandatangani oleh Kepala Daerah (gubernur, Bupati datau Walikota).
Setiap tabel dilengkapi dengan :
1. Judul Tabel
: diisi sesuai format yang tertulis
2. Provinsi/Kabupaten/Kota : diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota
penyusun laporan
3. Tahun Data
: diisi dengan tahun data yang digunakan
4. Keterangan
: diisi dengan penjelasan tanda-tanda baca
seperti (-), (NA), (tad), (0) atau penjelasan
tentang keberadaan komponen/ sub komponen
yang diminta dalam tabel.
5. Sumber
: diisi dengan sumber perolehan data
Lampiran :
Lampiran I berisi kumpulan tabel data SLHD Provinsi
Lampiran II berisi kumpulan tabel data SLHD Kabupaten/Kota
23
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
LAMPIRAN I
KUMPULAN DATA SLHD PROVINSI
A. Sumber Daya Alam
Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut PenggunaanLahan Utama Provinsi:
Tahun Data:
Keterangan: Sumber:
Penjelasan Isi Tabel :
(1) Nomor urut
(2) Diisi dengan nama kabupaten/kota yang ada di provinsi penyusun laporan.
(3) Diisi dengan luas lahan non pertanian yang merupakan lahan terbuka dan pemukiman dalam satuan hektar (Ha).
(4) Diisi dengan luas lahan sawah yang merupakan pertanian lahan basah dalam satuan hektar (Ha). (5) Diisi dengan luas lahan kering yang merupakan kebun campuran, semak/belukar, tegalan/ladang
dalam satuan hektar (Ha).
(6) Diisi dengan luas lahan perkebunan yang merupakan kebun dengan satu jenis tanaman atau komoditi tertentu kecuali kebun campuran dalam satuan hektar (Ha).
(7) Diisi dengan luas lahan hutan primer dan hutan sekunder.
(8) Diisi dengan luas badan air yang terdiri dari air, tambak/empang dan danau dalam satuan hektar (Ha). (9) Diisi dengan jumlah total luas lahan per kabupaten/kota dalam satuan hektar (Ha)
No. Kabupaten/Kota
Luas Lahan (Ha) Non
Pertanian Sawah
Lahan
Kering Perkebunan Hutan
Badan Air Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Total
24
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status Provinsi:
Tahun Data:
No. Fungsi Luas (Ha)
(1) (2) (3) Cagar Alam Suaka Margasatwa Taman Wisata Taman Buru Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Konservasi
Hutan Kota
Total Luas Hutan
Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
Luas kawasan hutan menurut fungsi dan status sesuai ketetapan Kementerian Kehutanan yang dituangkan dalam RTRW atau Perda, SK Gub/Bupati/Walikota.
(1) Nomor urut (2) Cukup jelas
25
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Vegetasi TerbangunArea TerbukaTanah BadanAir
(1) (3) (4) (5) (6) (7) I. A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. 4. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. D. 1. 2. 3. E. 1. i. Kawasan Keunikan Batuan dan Fosil ii. Kawasan Keunikan
Bentang Alam Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Kawasan Rawan Banjir Jumlah
Kawasan Lindung Geologi Kawasan Cagar Alam Geologi
Ruang Terbuka Hijau Jumlah
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan Suaka Alam Kawasan Suaka Laut dan Perairan Lainnya Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
Taman Hutan Raya Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Jumlah
Kawasan Rawan Bencana Jumlah
Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Pantai
Sempadan Sungai Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
Kawasan Lindung
Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan Hutan Lindung Kawasan Bergambut Kawasan Resapan Air
No. Nama Kawasan KawasanLuas
(Ha)
Tutupan Lahan (Ha)
(2)
Tabel SD-3. Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya Provinsi:
Tahun Data:
26
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Vegetasi TerbangunArea TerbukaTanah BadanAir
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
iii. Kawasan Keunikan Proses Geologi 2.
i. Kawasan Rawan
Letusan Gunung Berapi
ii. Kawasan Rawan
Gempa Bumi iii. Kawasan Rawan
Gerakan Tanah iv. Kawasan yang Terletak di Zona Patahan Aktif
v. Kawasan Rawan
Tsunami
vi. Kawasan Rawan
Abrasi
vii. Kawasan Rawan Gas Beracun
3.
i. Kawasan Imbuhan
Air Tanah ii. Sempadan Mata Air F. 1 2 3 4 . 5 . 6 7 . II.
Kawasan Koridor bagi Jenis Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi
Jumlah
Jumlah Total Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Jumlah Total Kawasan Budidaya Jumlah
Terumbu Karang
Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Jumlah Kawasan yang
Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
Jumlah Jumlah
Kawasan Lindung Lainnya Cagar Biosfer Ramsar Taman Buru Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Kawasan pengungsian Satwa
No. Nama Kawasan KawasanLuas
(Ha)
Tutupan Lahan (Ha)
(2) Lanjutan Keterangan Sumber :
27
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Penjelasan Isi Tabel :
Isi Tabel Merupakan Hasil analisis tumpang susun (overlay) antara RTRW atau Perda, SK Gub/Bupati/Walikota dan peraturan lainnya dengan kondisi tutupan lahantahun berjalan
(1) Nomor urut
(2) Cukup jelas
(3) Diisi dengan luas kawasan hutan dalam satuan hektar (Ha).
(4) Diisi dengan luas vegetasi yang terdiri dari hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, bakau dan sawah ladang dalam satuan hektar (Ha).
(5) Diisi dengan luas areal terbangun yang merupakan pemukiman dan kawasan industri dalam satuan hektar (Ha).
(6) Diisi dengan luas tanah terbuka yang merupakan tanah terbuka, semak belukar dan lahan kosong dalam satuan hektar (Ha).
28
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
Tabel ini merupakan Hasil analisis tumpang susun (overlay) antara batas administrasi, tutupan lahan (hutan-non hutan) dan kawasan hutan berdasarkan penetapan Kementerian Kehutanan (RTRW) atau Perda, SK
Gub/Bupati/Walikota dan peraturan lainnya
KSA-KPA : Kawasan suaka alam – kawasan pelestarian alam HL : Hutan lindung
HPT : Hutan produksi terbatas HP : Hutan produksi tetap
HPK : Hutan produksi yang dapat dikonversi APL : Area penggunaan lain (selain kawasan hutan) Tidak ada data : 1. Tidak terpantau/terdeteksi
2. tertutup awan
(1) Nomor urut
(2) Cukup jelas
(3) Diisi dengan KSA-KPA dalam satuan hektar (Ha) (4) Diisi dengan HL dalam satuan hektar (Ha) (5) Diisi dengan HPT dalam satuan hektar (Ha) (6) Diisi dengan HP dalam satuan hektar (Ha)
(7) Diisi dengan penjumlahan dari kolom (3), (4), (5) dan (6) dalam satuan hektar (Ha) (8) Diisi dengan hutan produksi yang dapat dikonversi dalam satuan hektar (Ha) (9) Diisi dengan penjumlahan dari kolom (7) dan (8) dalam satuan hektar (Ha) (10) Diisi dengan APL dalam satuan hektar (Ha)
(11) Diisi dengan penjumlahan dari kolom (9) dan (10) dalam satuan hektar (Ha)
KSA- KPA HL HPT HP JUMLAH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Kab/Kota A
a.Hutan b.Non Hutan c.Tidak ada data Dst
NO KABUPATEN/ KOTA
KAWASAN HUTAN (Ha)
APL JUMLAH HUTAN TETAP
HPK JUMLAH
Tabel SD-4. Luas Penutupan Lahan Dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan
Provinsi: Tahun Data:
29
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Status Melebihi/Tidak (1) (2) (3) (4) (5) 1 < 20 cm 0,2 - 1,3 2 20 - < 50 cm 1,3 - < 4 3 50 - < 100 cm 4,0 - < 9,0 4 100 – 150 cm 9,0 – 12 5 > 150 cm > 12 Besaran erosi (mm/10 tahun) Ambang Kritis Erosi
(mm/10 tahun) Tebal Tanah
No.
Tabel SD-5. Luas Lahan Kritis
Provinsi: Tahun Data:
No. Kabupaten/Kota Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Jumlah Total (Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) Total Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
(1) Nomor urut
(2) Diisi dengan kabupaten/kota yang ada di provinsi penyusun laporan (3) Diisi dengan jumlah lahan kritis dalam satuan hektar (Ha)
(4) Diisi dengan jumlah lahan sangat kritis dalam satuan hektar (Ha) (5) Diisi dengan jumlah total kolom (3) dan (4) dalam satuan hektar (Ha) Tabel SD-6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air
Provinsi: Lokasi: Tahun Data:
Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel : (1) Nomor urut (2) Cukup jelas
(3) Cukup jelas sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentangPengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa
(4) Diisi dengan angka dalam satuan (mm/10 tahun) (5) Diisi dengan kata “Melebihi” atau “Tidak”
30
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Status Melebihi/Tidak (1) (2) (3) (4) (5) 1 Ketebalan Solum < 20 cm 2 Kebatuan Permukaan > 40 % < 18 % koloid; > 80 % pasir kuarsitik 4 Berat Isi > 1,4 g/cm3 5 Porositas Total < 30 % ; > 70 %
6 Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 cm/jam 7 pH (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5
8 Daya Hantar Listrik > 4,0 mS/cm
9 Redoks < 200 mV
10 Jumlah Mikroba < 102cfu/g tanah
3 Komposisi Fraksi
Hasil Pengamatan Ambang Kritis
Parameter No.
Tabel SD-7. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Provinsi: Lokasi: Tahun Data: Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
(1) Nomor urut
(2) Cukup jelas
(3) Cukup jelas sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa (4) Diisiangka hasil pengamatan dengan satuan masing-masing parameter (5) Diisi dengan kata “Melebihi” atau “Tidak”
31
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Status
Melebihi/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Subsidensi Gambut di atas pasir kuarsa > 35 cm/tahun untuk ketebalan
gambut ≥ 3 m atau 10% / 5 tahun untuk ketebalan gambut < 3 m 2 Kedalaman Lapisan Berpirit dari permukaan tanah < 25 cm dengan pH ≤ 2,5
3 Kedalaman Air Tanah dangkal > 25 cm
4 Redoks untuk tanah berpirit > - 100 mV
5 Redoks untuk gambut > 200 mV
6 pH (H2O) 1 : 2,5 < 4,0 ; > 7,0
7 Daya Hantar Listrik/DHL > 4,0 mS/cm
8 Jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah
Hasil Pengamatan Ambang Kritis
Parameter No.
Tabel SD-8. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah Provinsi:
Lokasi: Tahun Data:
Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel : (1) Nomor urut (2) Cukup jelas
(3) Cukup jelas, sesuai Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa
(4) Diisi menggunakan angka dalam satuan masing-masing (5) Diisi dengan kata “Melebihi” atau “Tidak”
32
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
No. Penyebab Kerusakan Luas (Ha)
(1) (2) (3) 1 Kebakaran Hutan 2 Ladang Berpindah 3 Penebangan Liar 4 Perambahan Hutan 5 Lainnya Total
Tabel SD-9. Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya Provinsi: Tahun Data: Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
(1) Nomor urut
(2) Cukup jelas
(3) Diisi dengan luas menggunakan angka dalam satuan hektar (Ha)
Tabel SD-10. Pelepasan Kawasan Hutan yang dapat dikonversi Menurut Peruntukkan Provinsi:
Tahun Data:
No. Peruntukan Luas (Ha)
(1) (2) (3) 1 Pemukiman 2 Pertanian 3 Perkebunan 4 Industri 5 Pertambangan 6 Lainnya Total Keterangan : Sumber:
Penjelasan Isi Tabel :
Tabel ini merupakan pelepasan kawasan hutan yang dapat dikonversi berdasarkan SK Menteri Kehutanan
(1) Nomor urut
(2) Cukup jelas
33
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Endemik Terancam Berlimpah Dilindungi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... 1. 2. 3. dst... Jumlah Jumlah 6. Keong Jumlah 7. Serangga Jumlah 5. Ikan Jumlah 8. Tumbuh-tumbuhan 3. Reptil Jumlah 4. Amphibi Status Jumlah 2. Burung Jumlah
No. Golongan Nama spesies Diketahui
1. Hewan menyusui/Mamalia
Tabel SD-11. Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi:
Tahun Data:
Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
Pilihan status adalah endemik, terancam, berlimpah dan dilindungi sesuai ketetapan masing-masing daerah
(1) Nomor urut
(2) Cukup jelas
(3) Diisi dengan nama spesies yang diketahui
(4) Diisi dengan jumlah flora dan fauna endemik yang diketahui dalam satuan ekor. (5) Diisi dengan jumlah flora dan fauna terancam yang diketahui dalam satuan ekor. (6) Diisi dengan jumlah flora dan fauna berlimpah yang diketahui dalam satuan ekor. (7) Diisi dengan jumlah flora dan fauna dilindungi yang diketahui dalam satuan ekor.
34
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel SD-12. Inventarisasi Sungai Provinsi:
Tahun Data:
No. Nama Sungai Panjang (km) Lebar (m) Kedalaman (m) Debit (m3/dtk)
Permukaan Dasar Maks Min
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) dst Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
Lebar sungai dan kedalaman sungai dihitung rata-ratanya
(1) Nomor urut
(2) Diisi dengan nama sungai utama yang ada di provinsi/kabupaten/kota penyusun laporan
(3) Diisi menggunakan angka dalam satuan kilometer (km)
(4) Diisi menggunakan angka dalam satuan meter (m)
(5) Diisi menggunakan angka dalam satuan meter (m)
(6) Diisi menggunakan angka dalam satuan meter (m)
(7) Diisi menggunakan angka dalam satuan meter kubik per detik (m3/dtk)
35
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m3)
(1) (2) (3) (4) Danau 1. ... 2. ... dst ... Waduk 1. ... 2. ... dst ... Situ 1. ... 2. ... dst ... Embung 1. ... 2. ... dst ...
Tabel SD-13. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung Provinsi:
Tahun Data:
Keterangan : Sumber :
Penjelasan Isi Tabel :
(1) Nomor urut
(2) Diisi dengan nama danau/waduk/situ/embung
(3) Diisi menggunakan angka dalam satuan hektar (Ha) (4) Diisi menggunakan angka dalam satuan meter kubik (m3)
36
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel SD-14. Kualitas Air Sungai Provinsi:
Tahun Data:
No Parameter Satuan Lokasi Sampling
1 2 3 4 5 dst
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Data
Sungai Nama Lokasi
Koordinat Waktu Pemantauan FISIKA 1 Tempelatur ºC 2 Residu Terlarut mg/ L 3 Residu Tersuspensi mg/L KIMIA ANORGANIK 4 pH 5 DHL mg/L 6 TDS mg/L 7 TSS mg/L 8 DO mg/L 9 BOD mg/L 10 COD mg/L 11 NO2 mg/L 12 NO3 mg/L 13 NH3 mg/L 14 Klorin bebas mg/L 15 T-P mg/L 16 Fenol µg/L
17 Minyak dan Lemak µg/L
18 Detergen µg/L 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 20 Total coliform jmlh/1000 ml 21 Sianida mg/L 22 H2S mg/L Keterangan : Sumber :
37
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Penjelasan Isi Tabel:
Data Kualitas air sungai Provinsi minimal menggunakan data dari dana Dekonsentrasi pemantauan kualitas air sungai. Parameter yang wajib dipantau adalah parameter sesuai dengan petunjuk teknis pemantauan kualitas air.
Nama Lokasi : Isi dengan lokasi titik pantau
Koordinat : Isi dengan koordinat Lintang Selatan dan Lintang Utara
(format koordinat geografis :derajat, menit, detik) dari masing-masing titik sampling
Waktu Pemantauan : Isi dengan tanggal pemantauan dari masing-masing titik sampling (tgl/bln/thn) (1) Nomor urut
(2) Cukup jelas (3) Cukup jelas
(4) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan
(5) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan (6) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan (7) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan (8) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan (9) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan
38
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel SD-15. Kualitas Air Danau/Situ/Embung Provinsi:
Tahun Data :
No Parameter Satuan Lokasi Sampling
1 2 3 4 5 dst
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Data
Danau Nama Lokasi
Koordinat Waktu Pemantauan FISIKA 1 Tempelatur ºC 2 Residu Terlarut mg/ L 3 Residu Tersuspensi mg/L KIMIA ANORGANIK 4 pH 5 DHL mg/L 6 TDS mg/L 7 TSS mg/L 8 DO mg/L 9 BOD mg/L 10 COD mg/L 11 NO2 mg/L 12 NO3 mg/L 13 NH3 mg/L 14 Klorin bebas mg/L 15 T-P mg/L 16 Fenol µg/L
17 Minyak dan Lemak µg/L
18 Detergen µg/L 19 Fecal coliform jmlh/100 ml 20 Total coliform jmlh/100 ml 21 Sianida mg/L 22 H2S mg/L Keterangan : Sumber :
39
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Penjelasan Isi Tabel :
Tabel ini wajib diisi oleh provinsi, sedangkan untuk kab/kota tidak diwajibkan Nama Lokasi : Isi dengan nama lokasi sampling
Koordinat : Isi dengan koordinat Lintang Selatan dan Lintang Utara (format koordinat geografis :derajat, menit, detik) dari masing-masing titik sampling Waktu
Pemantauan : Isi dengan tanggal pemantauan dari masing-masing titik sampling (1) Nomor urut
(2) Cukup jelas (3) Cukup jelas
(4) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (5) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (6) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (7) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (8) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (9) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan.
40
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Tabel SD-16. Kualitas Air Sumur Provinsi:
Tahun Data :
No Parameter Satuan 1 2 Lokasi Sampling 3 4 5 dst Data Sumur Nama Lokasi Koordinat Waktu Pemantauan FISIKA 1 Tempelatur o C 2 Residu Terlarut mg/ L 3 Residu Tersuspensi mg/L KIMIA ANORGANIK 4 pH 5 BOD mg/L 6 COD mg/L 7 DO mg/L 8 Total Fosfat sbg P mg/L 9 NO 3 sebagai N mg/L 10 NH3-N mg/L 11 Arsen mg/L 12 Kobalt mg/L 13 Barium mg/L 14 Boron mg/L 15 Selenium mg/L 16 Kadmium mg/L 17 Khrom (VI) mg/L 18 Tembaga mg/L 19 Besi mg/L 20 Timbal mg/L 21 Mangan mg/L 22 Air Raksa mg/L 23 Seng mg/L 24 Khlorida mg/l 25 Sianida mg/L 26 Fluorida mg/L 27 Nitrit sebagai N mg/L 28 Sulfat mg/L 29 Khlorin bebas mg/L 30 Belereng sebagai H2S mg/L MIKROBIOLOGI 31 Fecal coliform jml/100 ml 32 Total coliform jml/100 ml RADIOAKTIVITAS 33 Gross-A Bq /L 34 Gross-B Bq /L Keterangan: Sumber :
41
PEDOMAN PENYUSUNAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
2013
Penjelasan Isi Tabel :
Tabel ini wajib Diisi oleh provinsi, sedangkan untuk kab/kota tidak diwajibkan Nama Lokasi : Isi dengan nama Sumur
Koordinat : Isi dengan koordinat Lintang Selatan dan Lintang Utara
(format koordinat geografis :derajat, menit, detik) dari masing-masing titik sampling Waktu Pemantauan : Isi dengan tanggal pemantauan dari masing-masing titik sampling
(1) Nomor urut (2) Cukup jelas (3) Cukup jelas
(4) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (5) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (6) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (7) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (8) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan. (9) Isi dalam angka dari masing-masing parameter sesuai dengan satuan yang telah ditentukan.