• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBELAJARAN ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS ATAS PERMAINAN BOLA VOLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN PENGARUH PEMBELAJARAN ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS ATAS PERMAINAN BOLA VOLI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBELAJARAN ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DENGAN MEDIA

GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS ATAS PERMAINAN BOLA VOLI

(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya)

Tresna Sondary 1) Iis Marwan 2)

1)

Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Siliwangi: tresnasondary@yahoo.com

2)

Dosen PJKR FKIP Universitas Siliwangi: marwaniis@yahoo.co.id ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh pembelajaran antara media gambar dengan media audio visual terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli pada pada peserta kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Kegiatan proses pembelajaran dilakukan selama 18 kali pertemuan. Populasi penelitian adalah peserta ekstrakuriler bol voli SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 120 orang. Sampel ditetapkan sebanyak 30 orang diambil secara proporsional. Instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan servis atas permainan bola voli yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) pembelajaran dengan menerapkan media gambar maupun media audio visual keduanya secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli; 2) pembelajaran dengan menerapkan media gambar hasilnya lebih efektif daripada menerapkan media audio visual terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli.

Untuk meningkatkan keterampilan keterampilan servis atas permainan bola voli siswa sekolah menengah kerjuruan atau sekolah menengah atas disarankan menerapkan media audio visual.

Kata Kunci : Pembelajaran, media gambar dan media audio visual, Servis Atas Bola Voli

(2)

T COMPARISON BETWEEN THE EFFECT OF LEARNING USING THE MEDIA AUDIO VISUAL MEDIA IMAGES OF THE SERVICE SKILLS

VOLLEY BALL GAME

(Experiments in Class VII SMPN1 Rajapolah Tasikmalaya District) Tresna Sondary 1 )

Iis Marwan 2 )

1 )

Student Faculty of Teacher Training and Education PJKR Siliwangi University : tresnasondary@yahoo.com

2 )

University Lecturer PJKR FKIP Siliwangi : marwaniis@yahoo.co.id ABSTRACT

The purpose of this study was to compare the effects of exercise between media images with audio- visual media services to the skills of the game of volleyball on the volleyball extracurricular participants Junior High School 1 Rajapolah Tasikmalaya regency .

This research method using the experimental method . Activities carried out during the process of training 18 sessions . The study population was a participant ekstrakuriler volley bol Junior High School 1 Rajapolah Tasikmalaya regency as many as 120 people . Sample set as many as 30 people were taken totally random . Instruments servicing skills test study using the game of volleyball is done at the initial test and final test .

The results showed : 1 ) the exercise by applying media images and audio- visual media are both significantly affect the service skills of volleyball games ; 2 ) the exercise by applying the result of media images is more effective than applying to the audiovisual media service skills on the volleyball games .

Service skills to improve their skills over a game of volleyball high school students or high school suggested applying audio-visual media .

(3)

PENDAHULUAN

Indonesia mengenal permainan bola voli sejak tahun 1982 pada zaman penjajahan Belanda. Guru-guru pendidikan jasmani didatangkan dari Negeri Belanda untuk mengembangkan olahraga umumnya dan bola voli khususnya. Di samping guru-guru pendidikan jasmani, tentara Belanda banyak andilnya dalam pengembangan permainan bola voli di Indonesia, terutama dengan bermain di asrama-asrama, dilapangan terbuka dan mengadakan pertandingan antar kompeni-kompeni Belanda sendiri.

Permainan bola voli di Indonesia sangat pesat di seluruh lapisan mayarakat, sehingga timbul klub-klub di kota besar di seluruh Indonesia. Dengan dasar itulah maka pada tanggal 22 januari 1955 PBVSI (persatuan bola voli seluruh indonesia) didirikan di Jakarta bersamaan dengan kejuaraan nasional yang pertama.

PBVSI sejak itu aktif mengembangkan kegiatan-kegiatan baik ke dalam maupun ke luar negeri sampai sekarang. Perkembangan permainan bola voli sangat menonjol saat menjelang Asian Games IV 1962 dan Ganefo I 1963 di Jakarta, baik untuk pria maupun untuk wanitanya. Pertandingan bola voli masuk acara resmi dalam PON II 1951 di Jakarta dan POM I di Yogyakarta tahun 1951. setelah tahun 1962 perkembangan bola voli seperti jamur tumbuh di musim hujan banyaknya klub-klub bola voli di seluruh pelosok tanah air.Hal ini terbukti pula dengan data-data peserta pertandingan dalam kejuaran nasional. PON dan pesta-pesta olahraga lain, di mana angka menunjukkan peningkatan jumlahnya. Boleh dikatakan sampai saat ini permainan bola voli di Indonesia menduduki tempat ketiga setelah sepak bola dan bulu tangkis.

Pendirian klub-klub bola voli baik di masyarakat maupun sekolah, terjadwalnya penyelenggaraan turnamen yang dilakukan oleh lembaga, instansi pemerintah maupun swasta serta didukung peran dunia usaha dan industri yang menspronsori setiap penyelenggaraan turnamen bola voli antar klub, sekolah, maupun daerah. Sehingga setiap event turnamen bola voli segenap lapisan masyarakat turut

(4)

serta baik sebagai penyelenggara maupun penonton, hal ini menandakan bahwa bola voli digemari oleh berbagai lapisan dan kalangan masyarakat.

Di sekolah menengah atas permainan bola voli merupakan salah satu bahan ajar dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes). Pada kurikulum tahun 2013 untuk SMP/MTs kelas VII semester ganjil memuat Standar Kompetensi: 8. Mempraktikkan teknik dasar permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya; dan Kompetensi Dasar: 8.1 Mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola besar beregu lanjutan serta nilai kerja sama, toleransi, memecahkan masalah, menghargai teman dan keberanian**).

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut bahan ajar permainan bola voli termasuk dalam olahraga bola besar beregu lanjutan, karena telah diajarkan sejak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Untuk dapat menguasai permainan bola voli, maka perlu memahami dan menguasai teknik dan strategi permainan. Mengenai teknik dasar bola voli Angga (2005:13) menjelaskan, ”Salah satu penunjang agar dapat bermain bola voli, ialah menguasai teknik dasar bermain sebagai berikut: 1. Sikap penjagaan dan pergerakan; 2. Pas dan umpan; 3. Serangan (spike - serangan tipuan); 4. Bendungan; dan 5. Servis”. Kutipan tersebut menjelaskan tentang perlunya menguasai teknik dasar bola voli agar pemain dapat bermain bola voli dengan baik.

Setiap pemain bola voli perlu menguasai teknik dasar bola voli agar pemain dapat bermain bola voli dengan baik. Dari kelima teknik dasar bola voli, servis merupakan keterampilan dasar bola voli yang perlu ditangani dengan baik, karena servis selain untuk dimulainya permainan, juga sebagai serangan pertama untuk mematikan lawan, sehingga angka dapat diperoleh secara langsung dari hasil servis tersebut.

Servis bola voli dapat dilakukan dengan tiga macam cara yakni: (1) servis bawah, (2) servis samping, dan (3) servis atas. Jenis servis atas dapat dilakukan dengan teknik berdiri (stand service) dan teknik melompat (servis atas ).

(5)

Servis atas adalah servis yang ditujukan untuk penyerangan awal karena bola yang dipukul meluncur dengan cepat dan tajam (seperti pukulan smash). Server melakukan loncatan agar bola yang dipukul semakin tajam dan kuat.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru praktikan di SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya, siswa/i masih belum menguasai secara benar teknik servis atas . Hal ini dapat dilihat secara langsung setiap siswa melakukan teknik servis atas bolanya menyangkut di net atau bola keluar lapangan.

Mengingat pada kenyataan tersebut maka perlu menciptakan dan membuat metode pembelajaran atau metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Lutan (1988:397) menjelaskan bahwa, "Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses mengajar-belajar sehingga tujuan dapat dicapai." Kutipan tersebut menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah untuk berlangsungnya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran distribusi dibagi dalam dua bagian yakni media audio visual yakni jumlah tugas gerak dan waktu istirahat yang sama untuk setiap seri pembelajaran nya. Media gambar yakni metode pembelajaran dimana tugas gerak dan waktu istirahatnya setiap periode pembelajaran secara periodik bertambah.

Berdasarkan perbedaan kedua metode tersebut, penulis ingin meneliti lebih lanjut perbedaan hasil pembelajaran dari kedua metode pembelajaran distribusi tersebut terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli.

Penelitian ini penulis laksanakan pada siswa ekstrakurikuler SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya karena siswanya sangat kesulitan untuk melakukan servis atas permainan bola voli. Sementara itu, di sekolah tersebut permainan bola voli sebagai salah satu cabang olahraga prioritas dikembangkan sebagai olahraga unggulan.

Sampel penelitian penulis tetapkan sebanyak 20 orang siswa putera, diambil secara random. Penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen, instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan servis atas atas bola voli yang sudah baku.

(6)

Lokasi dan tempat pelaksanaaan penelitian dilakukan di lapangan olahraga SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

Sesuai dengan penulis uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah media audio visual berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya? 2. Apakah media gambar berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan

bola voli siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya?

3. Manakah dari kedua media pembelajaran tersebut yang lebih berpengaruh terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya?

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Digunakan metode eksperimen atas dasar pertimbangan pada permasalahan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbandingan efektivitas pembelajaran antara menerapkan metode praktek distribusi linier dengan metode praktek distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas permainan bola voli pada siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

Dalam suatu eksperimen terdapat beberapa variabel yang akan dilihat hubungan sebab akibatnya. Variabel inilah faktor-faktor yang terjadi obyek penelitian. Sehubungan dengan hal ini Nazir (2002:74) menjelaskan sebagai berikut, “Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artifical condition), di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.”

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian percobaan yang dilakukan peneliti terhadap variabel-variabel penelitian, dalam suatu eksperimen biasanya dilakukan kontrol terhadap variabel penelitian.

(7)

Dalam penelitian ini terdapat kelompok yang disebut kelompok ekperimen, yaitu kelompok yang sengaja diberi program uji coba berupa pembelajaran servis atas dengan menggunakan dua metode pembelajaran praktek distribusi yakni metode praktek distribusi linier sebagai kelompok eksperimen (atau eksperimen ke satu), dan penggunaan metode praktek distribusi progresif sebagai kelompok kontrolnya (atau eksperimen ke dua). Kelompok eksperimen kesatu dikelompokan pada kelompok A dan kelompok eksperimen kedua pada kelompok B.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah penggunaan metode praktek distribusi linier dan metode praktek distribusi progresif, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan servis atas pada permainan bola voli.

Sesuai dengan data yang diinginkan, maka instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes servis atas dalam permainan bolavoli dari Nurhasan.

Populasi penelitian menurut Arikunto (2007:102) adalah "Keseluruhan subyek penelitian." Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah populasi sebanyak 120.

Karena jumlah populasi sebanyak 120 orang, sedangkan penulis menetapkan jumlah sampel sebanyak 30 orang, maka penulis mengambil sebagian populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel menurut Arikunto (2007:104) adalah "sebagian atau hasil populasi yang diteliti." Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional dari masing-masing kelas diambil 5 orang.

Setelah dilakukan pemilihan sampel, maka seluruh sampel mengadakan tes awal, berupa tes "servis atas ", dengan prosedur pelaksanaan sebagaimana diungkapkan pada bagian instrumen penelitian.

Dalam suatu penelitian perlu dipilih salah satu desain penelitian yang tepat sesuai dengan keterkaitan varianel-variabel yang terkandung dalam penelitian. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah “Pre test – Treatment - and Post test design”

(8)

PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus statistik didapatkan gambaran data nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians dari tes awal dan tes akhir kelompok A dan kelompok B. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Hasil Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi dan Varians Kedua Kelompok Pembelajaran

Kelompok Belajar Nilai Rata-Rata (X) Simpangan Baku (S) Varians (S2) Kelompok A: - Tes Awal 10,0 2,4 5,76 - Tes Akhir 20,00 1,2 1,44 Kelompok B: - Tes Awal 10,0 2,6 6,76 - Tes Akhir 17,7 1,7 2,89

Penghitungan distribusi normal menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat (2). Hasil penghitungan akan menentukan pendekatan yang dipergunakan dalam analisis data, apakah pendekatan parametrik atau non-parametrik. Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil tes tersebut ternyata normal. Sedangkan pendekatan non-parametrik digunakan apabila hasil penghitungan tersebut ternyata tidak normal. Untuk itu setelah dihitung diperoleh hasil penghitungan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Tes Nilai Chi-kuadrat

Hitung (2)

Batas Penolakan Hipotesis (  ) = 0,05

Hasil Kelompok A:

- Tes Awal 4,57 12,6 Normal

- Tes Akhir 0,30 9,49 Normal

Kelompok B:

- Tes Awal 5,22 11,1 Normal

(9)

Dari hasil Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa chi-kuadrat dengan taraf nyata (= 0,05) dan dk = k – 3 semua angka kuadrat hitung lebih kecil dari chi-kuadrat tabel. Dengan demikian semua chi-chi-kuadrat hitung berada di dalam daerah penerimaan hipotesis. Ini berarti hasil pengujian normalitas data dari setiap periode tes berdistribusi normal dapat diterima.

Salah satu syarat lain pengujian hipotesis dengan uji-t adalah data tersebut harus berdistribusi homogen. Untuk mengetahui homogen atau tidaknya sampel yang diteliti, maka perlu pengujian homogenitas dari sampel penelitian. Hasil penghitungan homogenitas dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Pengujian Homogenitas Variabel Nilai F-hitung F-tabel  =

0,05 (14,14) Hasil Kelompok A: - Tes Awal - Tes Akhir 4,0 3,18 Tidak Homogen Kelompok B: - Tes Awal - Tes Akhir 2,34 3,18 Homogen

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa F-tabel dengan tarap nyata ( = 0,05) dk = V1 dan V2, kelompok A F-hitungnya lebih besar dari F-tabel, sedangkan

kelompok B F-hitung lebih kecil. Dengan demikian kelompok A berdistribusi tidak homogeny, sedangkan kelompok B berdistribusi homogen dapat diterima.

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini benar atau tidak. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan tersebut digunakan uji perbedaan dua rata-rata. Untuk menguji adanya perbedaan dua rata-rata digunakan Uji t. Uji ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hipotesis yang diajukan.

(10)

Tabel 4

Uji Peningkatan Pembelajaran Kelompok A dan Kelompok B Variabel Nilai t-hitung t (1- ½  )(n1 + n2 –2) Hasil

Kelompok A: - Tes Awal

- Tes Akhir 11,76 2,26 Signifikan

Kelompok B: - Tes Awal - Tes Akhir

7,86 2,10 Signifikan

Kriteria pengujian, terima hipotesis (H0) jika -t (1 - ½ ) < t < (1 - ½ ),

di mana t (1 - ½ ) di dapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2

dan peluang (1 - ½  ). Tarap nyata  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 % untuk harga t lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol diterima apabila t-hitung berada dalam daerah penerimaan yakni -2,10 < t < 2,10.

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Ini berarti t-hitung berada diluar daerah penerimaan hipotesis (Ho). Dengan demikian kedua kelompok tersebut mempunyai peningkatan atau perkembangan hasil yang signifikan (berarti)

Untuk melihat apakah peningkatan dan perkembangan dari kedua kelompok pembelajaran tersebut mempunyai perbedaan yang berarti atau tidak diadakan analisis terhadap perbedaan peningkatannya. Apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau ditolak, penulis menggunakan teknik pengujian dengan uji t. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

(11)

Tabel 5

Uji Perbedaan Peningkatan Pembelajaran Antara Kedua Kelompok

Variabel Rata-rata (X) S Gabungan t-hitung t-tabel  = 0,975 Hasil Kelompok A Kelompok B 9,7 7,6 1,85 2,53 2,10 Signifikan

Kriteria pengujian, terima hipotesis (H0) jika -t (1 - ½ ) < t < (1 - ½ ),

di mana t (1 - ½ ) di dapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -

2 dan peluang (1 - ½  ). Tarap nyata  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 % untuk harga t lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol diterima apabila t-hitung berada dalam daerah penerimaan yakni -2,10 < t < 2,10.

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa perkembangan hasil pembelajaran dari kedua kelompok terdapat perbedaan peningkatan yang berarti. Jadi kedua kelompok berbeda pengaruhnya. Kelompok A lebih berpengaruh daripada kelompok B.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, menunjukkan bahwa baik kelompok A yang belajar servis atas dengan media audio visual, maupun kelompok B yang pembelajaran servis atas dengan media gambar , maka dapat penulis bahas hasil penelitian ini sebagai berikut:

1 Kelompok A (Pembelajaran servis atas dengan media audio visual) adalah perolehan hitung sebesar 11,76 lebih besar dari tabel sebesar 2,26. Ini berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian

pembelajaran servis atas dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

2. Kelompok B (Pembelajaran servis atas dengan media gambar ), adalah perolehan t-hitung sebesar 7,86 besar dari t-tabel sebesar 2,10. Ini berarti t-hitung

(12)

berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian pembelajaran

servis atas dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

3. Perbedaan hasil pembelajaran antara kelompok A dengan Kelompok B adalah perolehan t-hitung sebesar 2,53 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,10. Ini berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian

pembelajaran servis atas dengan media audio visual terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dengan media gambar terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli. Artinya metode pembelajaran pembelajaran distribusi linier hasilnya lebih berpengaruh daripada menggunakan media gambar terhadap keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa ekstrakurikuler SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

4. Jawaban terhadap hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: Hipotesis pertama: “Latihah dengna mebnerapkan media gambar secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli.” Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai dan terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 11,76 berada diluar daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,26.

Terdapatnya peningkatan hasil pembelajaran dengan menggunakan media audio visual diduga karena dengan menggunakan media audio visual setiap fase tugas gerak dipelajari dilakukan dalam tempo waktu kerja dan istirahat yang seimbang. Hal ini memperkuat konsep Badriah (2002:47) sebagai berikut, “Pembelajaran merupakan upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga sesuai dengan tuntutan cabang olahraga itu.”

Berdasarkan konsep tersebut, maka pembelajaran servis atas yang dilakukan dengan media audio visual jelas dilakukan dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang relatif lama dan dengan jeda waktu kerja kerja dan istirahat yang seimbang..

(13)

Hipotesis kedua, “Pembelajaran dengan menerapkan media audio visual secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli”. Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai dan terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 7,86 berada diluar daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,10.

Terdapatnya peningkatan hasil pembelajaran dengan menggunakan media gambar diduga karena pentahapan mempelajari tugas-tugas gerak dari masing-masing tahapan cukup waktunya sehingga setiap tahapnya sudah dikuasai dengan baik.

Dengan cukup waktu untuk menguasai setiap tahapan gerak, maka dengan menambah jumlah tugas gerak tidak menghilangkan tugas gerak yang telah dipelajari menjadi hilang. Hal ini dapat memperkuat konsep Badriah (2002:48) sebagai berikut, “Pembelajaran keterampilan teknik adalah proses belajar gerak, proses menghafal gerak, proses pembentukan gerakan refleks bersyarat untuk menghasilkan keterampilan teknik sesuatu cabang olahraga.” Dengan demikian maka media gambar diterapkan setelah tugas gerak yang diberikan dirasakan atlet sudah perlu ditambah, maka tugas latih bertambah secara periodik.

Hipotesis ketiga, “Pembelajaran dengan menerapkan media audio visual hasilnya lebih berpengaruh dibandingkan dengan media gambar terhadap keterampilan servis atas pada permainan bola voli.” Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai dan terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 2,53 berada diluar daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,10.

Terdapatnya perbedaan peningkatan hasil pembelajaran atau pengaruh antara media audio visual dan media gambar terhadap keterampilan servis atas pada bola voli diduga karena media audio visual tugas latih sepadan dengan tingkat kematangan siswa sehingga siswa dapat menguasai secara baik setiap fase gerak. Hasil ini dapat memperkuat konsep Mahendra dan Amung (1998:4) sebagai berikut, “Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh keadaan-keadaan diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan.”

(14)

Dengan belajar keterampilan servis atas yang dilakukan dengan menggunakan media audio visual, maka fase setiap tugas gerak dipelajari dengan baik sehingga diduga dapat dikuasai secara permanen, karena waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya cukup lama dan berulang-ulang.

Lebih berpengaruh hasilnya tersebut terjadi karena selama melakukan pembelajaran , siswa yang belajar dengan menggunakan media audio visual dapat mempelajari bagian-demi bagian gerakan yang diberikan secara baik. Mereka dapat lebih memahami setiap fase gerak yang harus dilakukannya. Setelah tugas gerak pertama dikuasai dengan baik, maka materi berikutnya diberikan dengan tetap memberikan dan mengumpan balik materi yang telah diberikan sebelumnya. Dengan cara ini akan memperkuat memori siswa terhadap penguasaan tugas gerak yang harus dilakukannya.

Dengan mengulang-ulang materi yang dipelajari, maka akan terjadi penguatan terhadap impuls syaraf sehingga tugas gerak yang dilakukan dapat secara permanen dan otomatis. Lutan (1988:101) menjelaskan bahwa, “belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam keterampilan; perubahan dalam perilaku yang menyebabkan perubahan pada suasana emosi, motivasi, atau keadaan internal tidak dianggap sebagai akibat belajar.” Badriah (2002:47) menjelaskan bahwa, “Keterampilan teknik merupakan hasil dari proses belajar dan pembelajaran gerak yang secara khusus ditujukan untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga itu.”

Dengan media audio visual, terutama bagi siswa yang baru mempelajari tugas gerak, maka setiap tugas gerak dapat dipelajari secara mendetail, dapat dipelajari secara sistematis dari gerakan yang termudah hingga gerakan yang lebih kompleks.

Bagian demi bagian tugas gerak dipelajari secara baik, maka dapat menghasilkan kualitas hasil belajar. Badriah (2002:49) menjelaskan sebagai berikut, “Ciri dasar keterampilan teknik mutu tinggi adalah ketepatan dan kecermatan gerakan dan atau skill hasil gerakan.” Dengan menggunakan media audio visual, maka dapat

(15)

menghasilkan ketepatan dan kecermatan terhadap tugas-tugas gerak yang dipelajarinya.

PENUTUP

Dengan mempertimbangkan beberapa temuan berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang diungkapkan pada pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

l. Pembelajaran servis atas yang dilakukan dengan menerapkan media audio visual secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli pada siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

2. Pembelajaran servis atas yang dilakukan dengan menerapkan media gambar secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli pada ekstrakurikuler SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran servis atas yang dilakukan dengan menggunakan media audio visual dan metode pembelajaran distribusi progresif terhadap keterampilan servis atas dalam pemainan bola voli. Pembelajaran servis atas yang dilakukan dengan menerapkan media audio visual hasilnya lebih berpengaruh daripada pembelajaran servis atas yang dilakukan dengan media gambar terhadap keterampilan servis atas dalam permainan bola voli siswa kelas VII SMPN 1 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

l. Untuk meningkatkan keterampilan servis atas dalam permainan bola voli supaya menggunakan media audio visual.

2. Bagi guru pendidikan jasmani, pelatih olahraga, pemain bola voli, dan pembina olahraga maupun pihak lain yang terkait dengan bola voli agar hasil penelitian ini bisa disebarluaskan kepada para pelaksana kegiatan khususnya bagi guru-guru di SD, SLTP dan SLTA, maupun pelatih di klub-klub olahraga bola voli.

(16)

3. Bagi pihak lain yang tertarik terhadap permasalahan yang sama, dianjurkan untuk mengadakan penelitian pada klub bola voli.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma, 2005, Olahraga Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta, Sastra Hudaya,

Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta, Rineka-Cipta

Beutelstahl, Dieter, 2006, Belajar Bermain Bola Volley, Bandung, Pioner Jaya. Dewitt, 1996, Teaching Individual and Team Sport, New Jersey, Englewood Clift. Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta,

Tambak Kusuma.

Lutan, Rusli, 1988, Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Praktek, Jakarta, P2LPTK Depdikbud.

Matakupan, 1993, Teori Bermain, Modul 1-6, Proyek PGSD D-II, Jakarta, Depdikbud. Suharto, 2007, Informasi Kesehatan & Olahraga, Jakarta, Pusat Komunikasi Pemuda,

Kantor Menpora.

Surakhmad, Winarno, 2011, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Praktek dan Teknik, Bandung, Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

adalah hak bagi pasien dalam pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang.. diberikan perawat tidak hanya kepada pasien tetapi

trace dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan. Proses editing yang dilakukan pada penelitian ini adalah top mute yang ditunjukkan

Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 2 Selalu Berhemat Energi Selalu Berhemat Energi. Buku Guru SD/MI

Variasi nilai migration aperture pada migrasi kirchoff dalam pengolahan data seismik refleksi 2D di Perairan Alor.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Koefisien Korelasi (R) antara Variabel Bebas Panjang Lengan (X1) terhadap Variabel Terikat Servis Bawah Bola Voli(Y) .... Koefisien Korelasi (R) antara Variabel Bebas Power

Raja, seperti yang kita lihat seiringan rombongan Bapak Raja yang datang dari kota Medan ke Takengon ini mudah-mudahan tidak ada halangan, dapat dikatakan sudah

Penggunaan sistem operasi Microsoft windows xp banyak dipakai oleh setiap orang, hal ini disebabkan karena kemudahan dan penggunaanya yang begitu mudah dipelajari oleh orang