i
STRATEGI KOMUNITAS PECINTA PERMAINAN TRADISIONAL
SEBAGAI FASILITATOR PERMAINAN TRADISIONAL BAGI
ANAK-ANAK
(Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta)
Oleh :
Cindy Mardatila
D0312019
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
ii
PERSETUJUAN NAMA PEMBIMBING
STRATEGI KOMUNITAS PECINTA PERMAINAN TRADISIONAL
SEBAGAI FASILITATOR PERMAINAN TRADISIONAL BAGI
ANAK-ANAK
(Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta)
Disusun oleh:
Nama : Cindy Mardatila
NIM : D0312019
Program Studi : Sosiologi
Disetujui untuk Dibimbing oleh:
Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A. NIP. 19701215 199802 1 001
Surakarta, November 2016 Kepala Program Studi Sosiologi
Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A. NIP. 19701215 199802 1 001
iii
P E R S E T U J U A N
SKRIPSI
STRATEGI KOMUNITAS PECINTA PERMAINAN TRADISIONAL
SEBAGAI FASILITATOR PERMAINAN TRADISIONAL BAGI
ANAK-ANAK
(Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta)
Disusun Oleh: Cindy Mardatila
Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 4 Oktober 2016 Pembimbing
iv
PENGESAHAN
SKRIPSI
STRATEGI KOMUNITAS PECINTA PERMAINAN TRADISIONAL
SEBAGAI FASILITATOR PERMAINAN TRADISIONAL BAGI
ANAK-ANAK
(Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta)
Disusun Oleh : Cindy Mardatila
Telah diuji dan dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi pada hari Jum’at tanggal: 28 bulan Oktober tahun 2016
dan Dinyatakan telah Memenuhi Syarat oleh Panitia Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Panitia Penguji:
1. Dr. Argyo Demartoto, M.Si. ( ... )
NIP. 19650825 199203 1 003 Ketua
2. Dra. Hj. Suyatmi, M.S. ( ... )
NIP. 19520929 198003 2 001 Sekretaris
3. Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A. ( ... ) NIP. 19701215 199802 1 001 Penguji
Surakarta, November 2016 Universitas Sebelas Maret Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Dekan,
v
SUSUNAN TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI
STRATEGI KOMUNITAS PECINTA PERMAINAN TRADISIONAL
SEBAGAI FASILITATOR PERMAINAN TRADISIONAL BAGI
ANAK-ANAK
(Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta)
Nama Mahasiswa : Cindy Mardatila
NIM : D0312019
Jurusan : Sosiologi
Ketua : Dr. Argyo Demartoto, M.Si. Sekretaris : Dra. Hj. Suyatmi, M.S.
vi
PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (S.Sos) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surakarta, November 2016 Mahasiswa,
Cindy Mardatila D0312019 Pas foto
vii ABSTRAK
CINDY MARDATILA. D0312019. Strategi Komunitas Pecinta Permainan Tradisional Sebagai Fasilitator Permainan Tradisional Bagi Anak-Anak (Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2016.
Di Kota Surakarta sangat jarang sekali terlihat ada komunitas yang berdiri dengan tujuan untuk terus melestarikan permainan tradisional. Namun demikian, perlu adanya strategi yang dapat menyokong tujuan, visi serta misi mereka agar dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan segala bentuk strategi yang dilakukan agar dapat terus mempertahankan, melestarikan maupun memperkaya permainan tradisional terlebih agar dapat merubah minat anak-anak untuk lebih mencintai kebudayaannya sendiri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsionalisme Struktural (AGIL) oleh Talcott Parsons dan Teori Interaksionisme Simbolik oleh George Herbert Blumer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, studi literatur dan dokumentasi. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara, pedoman wawancara, dan observasi. Validitas data dengan menggunakan triangulasi data. Teknik analisa data yaitu dengan model analisa interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
viii ABSTRACT
CINDY MARDATILA. D0312019. The Strategy of Traditional Games Lover Community as Facilitator of Traditional Games For Children (Case Study of Komunitas Anak Bawang in Surakarta). Thesis. Faculty of Social and Political Science. The University of Sebelas Maret, Surakarta. 2016.
We know that it is rare of community that established in order to support and keep traditional game. However, there should be strategy which supports their purpose, vision, and mission to make it accomplished. This study is aimed to describe all kinds of strategy in order to keep, maintain, or enrich traditional game. Additionaly, it is done to change the children’s interest of loving their own culture. The theories used in this study are Structural Fungsionalism Theory (AGIL) by Talcott Parsons and Symbolic Interationism Theory by George Herbert Blumer. This research used qualitative methode using approach of case study. The collecting data technique, using interview, obsevation, literature study, and documentation. Informant is choosen using purposive sampling technique. The collecting data used interview, interview guideline, and observation. Data validity used data triangulation. Data analyzing technique used interactive analyses model including data reduction, data service, and drawing conclusion.
The result of this study shown that a special strategy is needed in a community to achieve the goal altogether. But, it cannot be denied that there must be many obstacles come during the process itself. In contrast, there must be a trigger that makes Komunitas Anak Bawang keeps going on. Beside those things, there must be many expectations inside or outside, to make this Komunitas Anak Bawang lives and maintain the traditional game until nowadays.
ix MOTTO
“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu”
(Ali bin Abi Thalib)
“Bersabarlah dalam penantian mu. Berdoa lah dalam diam mu. Karena tulang rusuk itu tidak akan pernah tertukar”
(-ukh.ym-)
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai tanda bukti hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan karya kecil ini kepada Mama dan Papa tercinta, yang senantiasa
memberikan kasih sayang dan cintanya untuk saya, terlebih yang tidak pernah terputus doa yang selalu dipanjatkannya kepada Allah SWT dan selalu berusaha
memberikan kebahagiaan yang tidak bisa terbalaskan. Semoga langkah ini menjadi langkah awal untuk membuat Mama dan Papa bangga serta bahagia.
Aamiin
Teruntuk Kakak serta Adik tercinta yang senantiasa mendoakan, menyayangi dan mendukung saya baik suka maupun duka, baik senang maupun susah untuk terus
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A. selaku Kepala Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta serta selaku pembimbing yang penuh kesabaran dengan rela menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Ibu Prof. Ismi Dwi Astuti
Nurhaeni, M.Si
3. Rektor Universitas Sebelas Maret, Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. 4. Ibu Dra. Hj. Suyatmi, M.S selaku Pembimbing Akademik yang hingga
saat ini sudah membimbing dan mensupport saya.
5. Dosen-dosen Prodi Sosiologi yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan pengetahuan tentang ranah sosial dan politik hingga menjadikan saya faham akan teori-teori sosiologi.
6. Keluarga besar Komunitas Anak Bawang yang telah menerima saya untuk dapat bergabung serta mendukung dan membantu dalam memberikan berbagai informasi yang saya butuhkan.
7. Papa saya Yohandes Hasan dan Mama Sri Ermita yang tidak pernah lelah mendoakan serta mendukung saya untuk terus bersemangat dan tidak putus asa dalam menuntaskan skripsi ini.
8. Kakak saya Yomi Fauzan yang selalu senantiasa mendoakan dan
mensupport saya dari jauh, dan memberikan banyak nasehat yang tentunya
berguna bagi masa depan saya.
9. Adik saya Andita Mutiara yang senangtiasa memberikan doa, kasih sayang dan dukungan yang tulus.
xii
11.Untuk sahabat-sahabat saya April, Nabila, Dyah, Hanni, Silmi, Andica, Farah, Ayuen yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk dapat berkumpul sejenak bersilahturahmi.
12.Untuk sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan mensupport saya Ayu, Silvi, Farah, Astrid, terutama untuk Andex dan Dicky yang tidak pernah mengeluh untuk saya repotkan serta berusaha meluangkan waktunya untuk dapat mendengarkan berbagai keluh kesah saya.
13.Untuk teman-teman yang baru saja saya kenal, Ifada, Detti, Diani, Andin yang selalu bersama-sama saling mensupport untuk tetap terus berjuang menuntaskan skripsi ini.
14.Untuk kakak-kakak yang mendampingi saya selama proses pengerjaan skripsi yang tidak pernah lelah untuk terus mensupport dan mendoakan saya agar tidak menunda-nunda menuntaskan skripsi ini. Mas Santoso, Mba Putri, Mba Gabby, Mba Nisa, Mba Suci, Mba Ayu, Mba Rosel, Mba Nisa, Mba Juleha, Mas Eddi, Mas Verry, Mas Noshima, Mas Danni, Mba Anin, Mba Risa, Mba Erna.
15.Untuk Mba Amiec, teman sekaligus kakak bagi saya yang telah
mensupport.
16.Untuk teman sejawatku (Wulan dan Dyah), yang telah membantu di akhir-akhir hendak sidang, terima kasih banyak.
17.Untuk Fera, Kiky dan Andy teman tergokil dan terjahat yang selalu
membully saya di kala ada kesempatan selama 2 tahun ini, namun mereka
lah yang selalu ada untuk saya.
18.Untuk teman-teman Prodi Sosiologi satu angkatan dan satu perjuangan, tetaplah bersemangat agar dapat meraih kesuksesan setinggi mungkin. 19.Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Surakarta, 4 Oktober 2016
xiii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas ridho dan hidayah-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan terselesaikannya karya skripsi yang berjudul “Strategi Komunitas Pecinta Permainan Tradisional Sebagai Fasilitator Permainan Tradisional Bagi
Anak-Anak (Studi Kasus Pada Komunitas Anak Bawang di Kota Surakarta).
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah menyampaikan jalan petunjuk kebenaran yang hakiki.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, 4 Oktober 2016
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
SUSUNAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR SINGKATAN ... xxii
xv
A. Definisi Konsep ... 8
1. Permainan Tradisional ... 8
1.1.Pengertian Permainan Tradisional ... 8
1.2.Jenis-Jenis Permainan Tradisional ... 9
1.3.Manfaat Permainan Tradisional ... 10
2. Komunitas ... 11
2.1.Pengertian Komunitas ... 11
2.2.Bentuk-Bentuk Komunitas ... 13
3. Strategi ... 15
4. Fasilitator ... 17
5. Anak ... 19
B. Batasan Konsep ... 20
1. Permainan Tradisional ... 20
2. Komunitas ... 21
3. Strategi ... 21
4. Fasilitator ... 21
5. Anak-Anak ... 22
C. Penelitian Terdahulu ... 22
D. Landasan Teori ... 28
1. Teori Fungsionalisme Struktural ... 28
2. Teori Interaksionisme Simbolik ... 32
E. Kerangka Berfikir ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
xvi
a) Data Primer ... 42
b) Data Sekunder ... 42
2. Sumber Data ... 42
a) Informan ... 42
b) Peristiwa atau Aktivitas ... 42
c) Gambar ... 43
d) Dokumen dan Arsip ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Wawancara ... 43
1. Deskripsi Komunitas Anak Bawang ... 47
a. Sejarah Berdirinya KAB ... 47
b. Manfaat Permainan Tradisional ... 48
c. Tujuan KAB ... 48
i. Kumpulan Permainan Tradisional ... 50
j. Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 52
k. Kegiatan yang Sudah Dilakukan ... 52
xvii
2. Keadaan Permainan Tradisional di Kota Surakarta ... 54
3. Fungsi Permainan Tradisional ... 61
4. Strategi Komunitas Anak Bawang ... 66
5. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Internal ... 70
6. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal ... 75
1) Permainan ... 75
2) Anak ... 81
3) Orang Tua ... 89
4) Masyarakat ... 93
7. Keberlangsungan Komunitas Anak Bawang ... 97
B. Pembahasan ... 98
1. Strategi Komunitas Anak Bawang melalui Fungsionalisme Struktural (Talcott Parsons) ... 98
2. Strategi Komunitas Anak Bawang melalui Interaksionisme Simbolik (George Herbert Blumer) ... 102
BAB V PENUTUP ... 107
A. Kesimpulan ... 107
1. Keadaan Permainan Tradisional di Kota Surakarta ... 107
2. Fungsi Permainan Tradisional ... 108
3. Strategi Komunitas Anak Bawang ... 108
4. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Internal ... 109
5. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal ... 109
6. Keberlangsungan Komunitas Anak Bawang ... 112
B. Implikasi ... 113
1. Implikasi Teoritis ... 113
2. Implikasi Metodologis ... 114
3. Implikasi Empiris ... 115
C. Saran ... 116
xviii DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian... 40
Tabel 4.1 Kajian Dolanan yang Sudah Dilakukan... 49
Tabel 4.2 Macam-Macam Permainan Tradisional... 50
xix
DAFTAR BAGAN
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Anak-anak dan KAB yang asyik bermain gobag sodor... 54
Gambar 4.2 Seorang Anak yang lihai bermain engklek... 56
Gambar 4.3 Kakak dan Adik yang asyik bermain bakiak... 58
Gambar 4.4 Seorang Anak yang mencoba bermain egrang... 62
Gambar 4.5 Dua anak yang tampak bergembira bermain dakon... 63
Gambar 4.6 Peneliti ikut mengajarkan Anak bermain egrang... 68
Gambar 4.7 Peneliti bersama KAB dan beberapa Guru dan anak Murid.... 70
Gambar 4.8 Anak bermain egrang Batok... 77
Gambar 4.9 Permainan-permainan yang diperjualbelikan oleh KAB... 79
Gambar 4.10 Peneliti saat ikut bermain dakon... 81
Gambar 4.11 Dua Anak yang sedang bermain gasing bambu... 82
Gambar 4.12 Dua Anak yang sedang bermain Lompat Tali... 83
Gambar 4.13 Peneliti saat wawancara dengan salah satu Orang Tua di CFD 89 Gambar 4.14 Saat KAB berkolaborasi dengan Sahabat Kapas, Solo Mengajar, 95
xxi
DAFTAR MATRIK
Matrik 4.1 Keadaan Permainan Tradisional... 61
Matrik 4.2 Fungsi Permainan Tradisional... 66
Matrik 4.3 Strategi Awal Komunitas Anak Bawang... 69
Matrik 4.4 Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Internal... 74
Matrik 4.5 Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal (Permainan)... 80
Matrik 4.6 Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal (Anak)... 88
Matrik 4.7 Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal (Orang Tua)... 93
Matrik 4.8 Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal (Masyarakat)... 97
xxii
DAFTAR SINGKATAN
KAB : Komunitas Anak Bawang
CFD : Car Free Day RT : Rukun Tetangga
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
RHI : Rumah Hebat Indonesia
GAPAI : Gerakan Peduli Indonesia Inklusi
xxiii GLOSARIUM
Kearifan Lokal: Segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun-temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka.
Kebudayaan: Semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Permainan Modern: Permainan modern adalah permainan visual yang tercipta di
zaman sekarang dan dimainkan menggunakan alat canggih. Suatu permainan yang diakses melalui media elektronik dan bersifat gambar visual bukan nyata.
Permainan modern dibagi menjadi 3, yakni :
1) Video Games = PC games , Console games
2) Hanheld Games = Smartphone games , Portable games
1
BAB V
PENUTUP
A.
KesimpulanPermainan tradisional bukanlah suatu hal yang harus dihindarkan atau dilupakan. Permainan tradisional kian hari kian menipis, hal ini dikarenakan pemerintahan kita yang terlalu memberikan keleluasaan bagi para teknologi Barat untuk masuk dan merubah segala budaya dan kearifan lokal yang Indonesia miliki. Ini pun memberi dampak kepada generasi bangsa yang seharusnya mereka lah yang menjadi penerus dan pemelihara budaya, namun karena teknologi tersebut, anak-anak menjadi budak bangsa barat untuk dapat mengokohkan perombakkan yang mereka miliki.
1. Keadaan Permainan Tradisional di Kota Surakarta
Di saat anak-anak yang seharusnya asyik bermain bersama teman-temannya di luar rumah, namun mereka harus bersedih melihat taman bermainnya di gusur untuk sebuah bangunan besar. Hal ini menjadikan minimnya ketersediaan lahan bermain permainan tradisional, yang juga semakin sempit. Karena pada dasarnya permainan tradisional membutuhkan lahan ataupun ruang yang luas, agar dapat bergerak bebas. Terlebih karena semakin rawannya kejahatan, menjadikan para orang tua enggan membiarkan anak-anaknya berlama-lama bermain di luar rumah.
2
mengenai permainan tradisional. Dalam bermain, minimal terdapat 2 orang di dalamnya. Dengan usia minimal 5 tahun.
2. Fungsi Permainan Tradisional
Terdapat pula 3 fungsi permainan tradisional yang menurut Komunitas Anak Bawang merupakan hal terpenting yang harus didapatkan, yakni: Fungsi sosial, yakni: Interaksi atau sosialisasi, komunikasi dan toleransi. Belajar antri dan dapat bekerjasama. Belajar menggunakan, memahami serta mematuhi peraturan. Fungsi fisik, yakni: Dalam permainan tradisional anak akan lebih banyak menggunakan motorik halus dan kasarnya yang tentunya dapat berguna bagi perkembangan olah tubuh, karena banyak bergerak dan bekerja. Serta dapat pula melonggarkan otak yang penat. Fungsi psikologi: Kecerdasan emosional, yakni anak akan dengan mudah mengekspresikan dirinya dalam bentuk geram, sedih, senang, kecewa, pantang menyerah. Kecerdasan sosial, yakni anak akan lebih belajar mengenai arti berbagi, jujur, bertanggung jawab dengan berani menerima kekalahan ataupun memaknai suatu kemenangan. 3. Strategi Komunitas Anak Bawang
Pertama, Mendirikan stand dengan menggelar berbagai permainan tradisional di pinggir jalan, dalam event Car Free Day yang diadakan setiap hari Minggu pada pukul 06.30-09.00 pagi. Kedua, memberlakukan sistem gratis, bagi semua orang yang ingin mencoba ataupun memainkan berbagai permainan tradisional. Ketiga, mengajak bermain atau mempersilahkan untuk bermain bagi siapa saja yang ingin mencoba permainan-permainan tersebut. Keempat, bersikap ramah, dengan tidak malu-malu menjelaskan, mengajarkan maupun mempraktekkan berbagai macam permainan tradisional. Kelima, mensosialisasikannya ke sekolah-sekolah, ke orang lain, dan ke komunitas lain. Serta berusaha menjalin komunikasi dengan komunitas lain dan membuat suatu kolaborasi antar komunitas.
3
ketertarikan kepada permainan tradisional ketimbang permainan modern. Itulah yang saat ini KAB rasakan, dengan tekat yang kuat dan maksud positif yang mereka jalankan, stand mereka menjadi sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Terlihat betapa besar antusias masyarakat ketika stand ini baru saja di buka.
4. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Internal
Dalam segi internal, subyek yang dimaksudkan di sini adalah diri sendiri atau para anggota. Dalam hasil temuannya, peneliti menyimpulkan ada beberapa hambatan dalam melakukan open requitment, yakni ketakutan akan sosialisasi dan sistem yang tidak berjalan lancar seperti yang telah dipahami oleh para anggota. Padahal kesibukan para anggota, mengharuskan mereka merelakan untuk tidak selalu hadir di setiap Minggu nya. Di sisi lain, Keterbatasan dana, menjadi sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, ini merupakan faktor yang sangat sensitif di dalam KAB, melihat bawasannya komunitas ini bergerak di bidang sosial. Belum tersedianya bascam KAB yang resmi juga menjadi kendala, karena pada dasarnya dalam menerima tamu, alangkah baiknya mereka diberikan ruang khusus dan nyaman yang nantinya dapat pula dijadikan tempat berbagi ide dan kecerian.
Namun semua itu dapat ditepis dengan kekompakkan para anggota yang terhitung telah terjalin lama serta adanya kesepakatan bersama dalam berbagai hal. Hal inilah menjadi kemudahan dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Itupun mereka selalu berusaha untuk meluangkan waktu dalam setiap kesempatan seperti halnya brainstoreming, agar tetap terjalin komunikasi. Hingga perbedaan dalam cara mengajar menjadi keunikan tersendiri dari tiap-tiap para anggota.
5. Faktor Penghambat dan Pendorong dari Segi Eksternal
4
Dalam mencari referensi, keterbatasan literatur yang dimiliki, menjadikan para anggota tidak mudah mempelajari tiap-tiap cara bermain yang benar. Oleh karena itu, tidak mudah menghafal berbagai cara bermain yang telah dipelajari bersama, mengingat tidak semua permainan selalu dimainkan. Di samping itu, apabila KAB memiliki stock lebih permainan tradisional yang dimiliki, maka mereka memanfaatkannya dengan cara diperjualbelikan. Sehingga hasil dari jual beli tersebut, dapat pula mereka gunakan untuk membeli permainan tradisional lagi ataupun untuk memperbaiki permainan tradisional yang sekiranya mengalami kerusakan.
Sesungguhnya, dalam permainan tradisional, berawal dari membuat, mempelajari, hingga mempratekkannya sangatlah mudah untuk dilakukan. KAB pun memiliki cara agar dapat memahami permainan tradisional secara mudah, yakni dengan hanya menganggapnya sebagai petualangan. Tentu akan dirasa menemukan sesuatu hal yang baru untuk dipelajari. Untuk selanjutnya, KAB tahu anak-anak menjadi prioritas utama dalam menentukan perkembangan permainan tradisional, namun kendala yang sangat dirasa dalam menghadapi anak-anak adalah mereka cenderung cepat bosan sehingga KAB harus sebisa mungkin untuk membuatnya nyaman dalam bermain. Terkadang ada pula anak yang tidak ingin ikut bermain tanpa di dampingi oleh orang tuanya.
5
Selain dari anak-anak, faktor yang terdekat untuk KAB dapat terus bertahan adalah orang tua. Mereka sangat dominan dalam membantu KAB mengatasi keluh kesah anak mereka. Untuk itu, kritikan maupun saran dari orang tua sangatlah berarti. Seperti halnya, orang tua mengaggap permainan yang dihadirkan masih dirasa kurang. Tapi, di sisi lain masih banyak pula orang tua yang mengorbankan waktunya bermain bersama anaknya hanya karena tidak dapat meninggalkan pekerjaan. Masih banyak pula orang tua, yang membiarkan anaknya untuk bermain gadget, agar mereka diam dan tidak merepotkan.
Namun di balik itu, orang tua mendukung segala kegiatan KAB, yang telah melestarikan kearifan lokal. Orang tua sangat berterima kasih, karena mereka dapat bernostalgia dan berharap semua permainan tradisional dapat terus di nasionalisasikan. Mereka pun mau berpartisipasi membantu dan mendampingi anaknya di kala anak merasa takut untuk memulai bermain. Mereka juga tidak segan-segan untuk memfasilitasi anaknya dengan permainan tradisional agar dapat dimainkan di rumah, serta dengan secara pribadi mau mengundang komunitas untuk mengisi acara di rumah nya.
Orang tua menganggap semua permainan yang dihadirkan oleh KAB bersifat aman. Orang tua justru tidak merasa takut dengan permainan-permainan yang anak mainkan, meskipun anak jatuh, mereka percaya bawasannya permainan tersebut mengajarkan anak untuk bangkit lagi, mencoba lagi dan terus berusaha. Berbeda dengan game di handphone, yang membuat anak hanya bisa duduk terdiam menatap layar, tanpa ada sosialisasi dengan orang lain.
6
Tapi, KAB juga tidak begitu kehilangan harapan, karena masih banyak undangan yang diterima KAB untuk mengisi beberapa event di Solo. Di samping itu, masyarakat juga mendukung segala kegiatan yang dihadirkan oleh KAB, dan juga mengikuti workshop serta sharing mengenai pentingnya bermain permainan tradisional. Komunitas-komunitas lainnya pun ikut serta mendukung hingga melakukan kolaborasi bersama dengan KAB.
6. Keberlangsungan Komunitas Anak Bawang
Setelah adanya dukungan yang diberikan orang tua dan masyarakat kota Surakarta, KAB semakin menjadi percaya diri, untuk terus dapat mengembangkan permainan tradisional hingga tercapai tujuan-tujuan yang telah mereka harapkan selama ini. Masing-masing anggota pun berusaha untuk terus kompak dan konsisten terhadap waktu yang telah disepakati bersama. Selalu ada evaluasi-evaluasi di setiap pertemuan sehingga dapat menjalin keakraban di samping ilmu yang dapat dipelajari bersama pula. Anak-anak juga sangat bergembira dengan permainan-permainan yang dihadirkan oleh KAB. Anak-anak mengikuti secara tertib kegiatan maupun peraturan yang dibuat oleh KAB. Semangat anak-anak yang tidak pernah pudar, sangat diapresiasi karena telah menunggu kedatangan KAB hingga dapat bermain bersama-sama.
7
B.
Implikasi1. Implikasi Teoritis
Teori Fungsionalisme Struktural dan Teori Interaksionisme Simbolik dapat diterapkan dalam penelitian ini. Masing-masing teori dapat menjelaskan tentang strategi Komunitas Anak Bawang sebagai fasilitator permainan tradisional bagi anak-anak sesuai dengan konsep yang ada di dalamnya. Yakni, AGIL dari Parsons maupun mind, self, and society dari Blumer.
Yang dapat dijelaskan disini adalah AGIL berkesinambungan dengan strategi Komunitas Anak Bawang dalam melestarikan permainan tradisional. Berawal dari adaptation yakni dengan KAB harus beradaptasi dengan masyarakat. Masyarakat pun juga harus dapat beradaptasi dengan KAB. Dengan maksud permainan tradisional dapat serta merta diterima oleh masyarakat Kota Surakarta.
Yang kedua, Goal attainment atau pencapaian tujuan, setiap hal yang ditentukan ataupun dibentuk, tentu memiliki tujuan. Tujuan inilah yang nantinya KAB harus dapat merealisasikannya kepada masyarakat terutama anak-anak. Karena yang menjadi obyek utama di sini adalah anak-anak. Untuk itu, ada kalanya sistem itu terbentuk atas dasar tujuan yang jelas, dalam hal ini KAB memiliki tujuan untuk dapat mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang permainan tradisional maupun melestarikan kearifan lokal.
Ketiga, integration atau integrasi yang memiliki fungsi sebagai usaha untuk dapat mengatur hubungan di antara komponen-komponen yang dimiliki agar dapat berfungsi secara maksimal. Di sinilah kerja keras KAB terlihat, para anggota harus berusaha saling melengkapi. Seketika mereka sudah mendapat apresiasi maupun kepercayaan dari masyarakat, maka KAB akan terus bekerja keras dan bersemangat serta totalitas dalam menghadirkan macam-macam permainan tradisional demi menghibur anak-anak di sekitarnya.
8
memperbaiki, hingga memperbaharui aspek-aspek yang dimiliki hanya untuk pelestarian permainan tradisional. Baik dari segi waktu maupun perlengkapan yang diperlukan harus benar-benar dipersiapkan secara matang. Maka dari itu akan tercipta Komunitas Anak Bawang yang tulus, benar-benar mengabdikan dirinya hanya untuk pelestarian permainan tradisional.
Sedangkan untuk teori Interaksionisme Simbolik yang dicetuskan oleh Blumer, yakni mind untuk akal budi, self untuk diri, dan society untuk masyarakat. Dari ketiga komponen tersebut, konsep society lah yang tidak ada pada Komunitas Anak Bawang, karena mereka bergerak bukan atas dasar atasan maupun bawahan yang disuruh untuk melakukan sesuatu, melainkan apa yang mereka kerjakan dan wujudkan akan diterima hasilnya bagi dirinya masing-masing.
Sedangkan mind, semua orang tahu, setiap orang menggunakan akal budi untuk berpikir, begitu pula saat KAB berinteraksi dengan anak-anak, tentu mind akan dibutuhkan di sini. Mereka akan menggunakan akal budinya untuk bagaimana anak dapat dengan mudah aktif maupun dekat dengannya. Untuk self, kemampuan melihat diri sebagai obyek, untuk itu KAB akan bertindak maupun mengembangkan aksinya dengan yang dibayangkannya terlebih dahulu. Seperti halnya mereka hendak mejalankan strateginya, mereka tentu akan berpikir strategi tersebut apakah akan berjalan dengan lancar atau tidak? Apakah orang-orang akan menyukainya dan menikmati permainan yang disuguhkan?
2. Implikasi Metode
9
yang sudah dapat memberikan penjelasan yang terkait, pendiri, serta beberapa anggota komunitas dan orang tua si anak.
Teknik pengumpulan data pun menggunakan teknik wawancara, observasi, studi literatur dan dokumentasi yang tentunya akan dipercaya peneliti mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga pada saat ini peneliti telah mendapatkan hasil sesuai dengan rumusan yang telah dibuat. Tentunya yang semua itu tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang terjadi di kala proses penelitian sedang berlangsung. 3. Implikasi Empiris
Terpuruknya permainan tradisional menjadi permasalahan yang sangat disayangkan oleh berbagai pihak. Namun semua itu kembali kepada mereka yang mau berbuat sesuatu dan merubah segala kondisi yang tentunya telah dikuasai oleh permainan modern, hal ini pun sangat disadari oleh Komunitas Anak Bawang, dan mereka lah yang menurut peneliti merupakan pihak yang mau melakukan perubahan tersebut.
Di sinilah peneliti menemukan alasan mengapa Komunitas Anak Bawang ingin senantiasa membagi waktunya untuk sekedar memberikan kegembiraan kepada anak-anak. Strategi yang menurut peneliti terbilang unik, karena mereka mengarjakan anak-anak tentang peraturan dan moral sosial melalui beberapa permainan.
Terlebih mereka yang hanya menyediakan tempat seadanya untuk menggelar permainan, yang tentunya dapat dengan gratis dinikmati oleh masyarakat Kota Solo. Hal ini pula yang menjadi sorotan masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan permainan tradisional. Tentunya kegiatan yang dilakukan oleh KAB ini, akan berdampak positif terhadap pelestarian kebudaayan Indonesia.
10
C.
SaranDari apa yang telah dilaksanakan pada penelitian di atas, peneliti menemukan beberapa temuan terkait kurangnya beberapa aspek, dari penemuan tadi peneliti mencoba memberikan saran yang dapat dijadikan perbaikan bagi pihak-pihak yang bersangkutan, diantaranya:
1. Saran bagi anggota Komunitas Anak Bawang
a. Konsistensi waktu sangatlah penting untuk menunjang eksistensi suatu komunitas di suatu tempat. Maka dari itu sebaiknya KAB dengan segera memperbarui jadwal untuk lebih diseragamkan antar sesama anggotanya.
b. Diharapkan dengan segera pembuatan basecam agar dapat terlaksana, mengingat sudah banyak sekali pihak-pihak yang mengharapkan dan membutuhkannya.
c. Untuk permainan yang dihadirkan sebaiknya ditambah, agar anak-anak tidak mudah bosan dan selanjutnya mereka jadi ingin kembali untuk bermain bersama dengan KAB.
d. KAB mencoba untuk dapat bekerjasama dengan pemerintah, agar pemerintah ikut berperan dan berpartisipasi terhadap pelestarian budaya lebih tepatnya permainan tradisional.
e. Diharapkan KAB agar berkembang lebih besar lagi, dan menjaring lebih banyak link yang ada di Indonesia.
2. Saran bagi Orang Tua
a. Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya.
b. Orang tua diharapkan dapat mengajarkan permainan tradisional ketimbang permainan modern.
c. Orang tua harus senantiasa meluangkan waktunya untuk dapat bermain bersama anaknya.
11
1. Saran bagi Masyarakat maupun Pemerintah
a. Diharapkan pemerintah mau ikut serta mendanai kebutuhan setiap masyarakatnya yang ingin melestarikan kebudayaan maupun kearifan lokal yang dimiliki.
b. Bagi masyarakat diharapkan mau untuk cooperative atau bekerja sama dalam melestarikan permainan tradisional.
2. Saran bagi Mahasiswa yang ingin meneliti tema sejenis
a. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami tentang keanekaragaman permainan tradisional itu agar dapat terus mengembangkan hasil temuannya dan membuatnya semenarik mungkin.
b. Mencari data sebanyak mungkin mengenai permainan tradisional, karena itu dapat membantu dalam memahami tiap-tiap permainan tradisional yang ada di Indonesia.
c. Diharapkan mahasiswa mencari atau memperbanyak informan, agar mendapatkan data yang lebih valid.