• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya mencakup suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa dalam konteks perdagangan dan perniagaan. Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang dagang dan kesenian dari berbagai wilayah dunia. Demikian pula kesenian Melayu, mengikuti perkembangan budaya yang seperti itu.

Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosiobudaya masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang penting, kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri (Sitanggang, 2007:1). Kebudayaan dan musik tradisional Melayu mencakup wilayah-wilayah: Tamiang, pantai timur Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Sumatera selatan, Bangka dan Belitung, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Musik ini biasanya dimainkan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang pula diiringi dengan tarian khas Melayu setempat. Misalnya tari persembahan dalam perhelatan pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (www.wikipedia.co.id).

(2)

2

Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian, menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru (Kayam, 1981:38-39). Manusia-manusia dalam suatu kebudayaan, bekerja dalam bidang-bidang seperti ekonomi, bahasa, agama, teknologi, sosial, pendidikan, dan kesenian.

Dalam bidang kesenian musik , manusia-manusia di dalamnya terdiri dari para manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi seni seperti komposer, arranger, dan lain-lainnya. Adapun tokoh musik yang cukup terkenal secara nasional atau internasional, yang berasal dari Sumatera Utara antara lain: Guru Sauti, Tilhang Gultom, Jaga Depari, Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-lainnya. Mereka menyumbangkan karya dan pikirannya untuk bidang kesenian dan menjadi bahagian dari pembangunan dan enkulturasi budaya masyarakatnya. Dengan demikian, sejarah hidup tokoh-tokoh kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi bahan perenungan, transmisi nilai-nilai, dan bahan-bahan dasar untuk mencipta bagi generasi-generasi selanjutnya (Sitanggang, 2007:3).

Dalam sebuah proses pembelajaran adalah penting mengambil nilai pembelajaran dari pengalaman hidup seseorang baik yang positif maupun negatif. Melalui pembelajaran yang dipetik dari seseorang ini, semua oranag dapat meneladani aspek-aspek yang membuat tokoh yang diteladaninya itu sukses. Tokoh itu bisa saja birokrat, teknokrat, pejuang, pengelola bisnis, ekonom, tokoh agama, budayawan, seniman, guru, petani, nelayan, bahkan sampai seorang pemulung sampah, penyapu jalanan kota, pengelola topeng monyet, dan lain-lainnya.

(3)

3

Demikian pula dari seorang pemusik, kita bisa dapat belajar banyak mengenai ia merespon alam dan memungsikan bakat yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengenai musik ini, di dalam etnomusikologi juga menjadi sebuah kajian dan wacana yang tidak ada habis-habisnya selagi musik dan pemusiknya itu masih ada dan fungsional di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Bahkan seorang pemusik ternama yang telah meninggal dunia pun akan tetap meninggalkan karya-karyanya, kepada manusia yang masih hidup. Segala aktivitas bermusik, karya komposisi musik, rekaman permainan musik itu menjadi bahan pembelajaran bagi semua orang, terutama yang perduli kepada budaya musik dan apa yang telah dilakukan untuk kelompok masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan dokumentasi, baik berupa rekaman, kajian terhadap karya, pengembangan karya, sampai juga penulisan biografinya, dan lain-lain.

Adakalanya pemusik yang kreatif itu menggunakan dan mengembangkan musik tradisinya, seperti gondang sabangunan Batak Toba, gendang lima sendalanen Karo, gordang sambilan Mandailing, musik inai Melayu, dan lainnya. Tetapi tidak jarang pula, para pemusik itu mengadopsi genre-genre musik dunia, seperti jazz misalnya, kemudian diolah menurut citarasa estetika dirinya, yang tentu saja dilatarbelakangi oleh pengalaman bermusik dan budaya di mana ia hidup. Ada pula yang mengadopsi alat-alat musik yang berasal dari luar kebudayaannya kemudian disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya diubah bentuk, ukuran, sistem tangga nada, warna bunyi, sesuai dengan kepentingan estetikanya. Misalnya dalam budaya musik Melayu, alat musik gambus, diolah dari alat musik „ud dengan bentuk yang lebih kecil, dan jumlah senar yang lebih sedikit, serta disesuaikan untuk membawakan melodi-melodi

(4)

4

gaya Melayu. Gambus Melayu ini disebut pula dengan gambus belalang, karena merupakan mimesis dari bentuk belalang, menurut persepsi pemusik tradisi Melayu.

Tidak jarang pula, para pemusik mengadopsi alat-alat musik dari luar, dan kemudian menggunakannya untuk berbagai genre musik tradisinya. Ini fenomena yang lazim dalam konteks budaya global. Misalnya biola di Eropa awalnya diadopsi dari rebec yang ada di Turki. Alat musik rebec pun secara hostoris berasal dari rabab yang ada di Timur Tengah. Kemudian orang-orang Melayu menggunakannya dalam ensambel dondang sayang di Melaka, serta joget dan ronggeng. Rebab sendiri digunakan dalam ensambel musik makyong. Jadi baik biola maupun rebab terdapat di dalam kebudayaan musik Melayu. Selanjutnya alat-alat musik yang diadopsi dari luar kebudayaannya itu, lama-lama karena diterima masyarakat menjadi alat musik tradisi kelompok mereka. Yang menarik adalah proses kreativitas melodi atau ritmenya yang tidak lagi sama, bahkan bisa saja berbeda dengan tempat awal di mana alat musik itu berada. Misalnya alat musik KN 2000 yang diproduksi di Jepang, materi musik yang dihasilkan adalah dirancang untuk mengekspresikan musik dalam kebudayaan Barat secara umum. Namun di tangan para pemprogram dan pemusik Karo misalnya, alat ini menjadi sarana bunyi sebagaimana yang terjadi dalam gendang lima sendalanen. Demikian pula dengan alat musik saksofon yang diambil oleh para seniman musik di Sumatera Utara, seperti pada ensambel musik tiup dalam kebudayaan Batak Toba, musik gereja di Gereja Kristen Protestan Simalungun, juga ensambel musik Melayu untuk mengiringi genre-genre musik Melayu seperti ronggeng, zapin, pak pung, irama padang pasir, dan lain-lainnya.

(5)

5

Ini pula yang terjadi di kalangan pemusik saksofon untuk pertunjukan musik-musik Melayu, termasuk yang ternama adalah Burhanuddin Usman. Karakter khususnya adalah pada garapan melodinya yang khas, yang mengacu kepada konsep dan struktur musik Melayu, di mana ia hidup sebagai warga Melayu Sumatera Utara. Berdasarkan kreativitasnya dalam memainkan saksofon dalam gaya musik Melayu, maka itu menjadi identitas dirinya dan sekaligus perannya dalam bidang seni musik di Sumatera Utara.

Selain perannya di bidang estetika dalam komposisi musik Melayu, maka peran beliau lainnya adalah peran sosial. Ia terlibat secara aktif sebagai pemusik, pengelola pertunjukan musik dan tari Melayu, dan yang tak kalah penting adalah perannya dalam membina pemusik Melayu di kalangan generasi muda. Begitu juga dengan berbagai perannya dalam pendidikan pertunjukan musik.

Burhannudin Usman (usianya pada tahun 2014 ini 70 tahun). Burhannudin Usman merupakan seorang pemusik yang sudah paham dengan perkembangan musik Melayu. Berangkat memahami dunia musik Melayu pada usia 12 tahun Burhanuddian Usman hingga pada saat ini masih turut andil dalam mengembangkan musik Melayu. Burhanuddin Usman adalah salah seorang seniman Melayu yang handal dalam memainkan alat musik saksofon, yang awalnya ia mulai dari bermain alat musik seruling (klasifikasi side blown flute). Kemudian selaras dengan perkembangan zaman, ia bermain alat musik clarinet, dan alat musik saksofon.

Menurut penjelasan beliau (wawancara Januari 2014) pertama kali berkesenian secara kelompok, Burhanuddin Usman bergabung dengan Grup Padang Pasir Gambus Melayu Tiga Serangkai pimpinan Bapak Samsudin Musa

(6)

6

pada tahun 1955. Pada masa itu, Burhanudin Usman dalam kelompok seni ini, bermain alat musik seruling. Lokasi latihan atau markas tempat grup ini, berada di Kampung Besar, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan.

Setelah ikut bergabung dengan grup ini selama beberapa bulan, Burhanuddin Usman sudah mulai diikutkan main atau tampil bila ada hajatan (pesta) di sekitar lokasi tempat grup ini. Kemudian penampilan perdana Burhanuddin Usman di luar Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 1958 pada acara peresmian Al-Wathan di Gedung Nasional.

Seiring perjalanannya sebagai pemain seruling, Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri untuk belajar alat musik tiup lainnya, yaitu clarinet dan saksofon. Burhanudin Usman belajar clarinet dan saksofon dengan Azrain Sulaiman ,seorang pemain saksofon Uril (Urusan Moril) Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) I Bukit Barisan. Setelah cukup menguasai permainan alat musik saksofon ini, Burhannudin Usman sudah mulai memadukan saksofon pada setiap pertunjukan Orkes Melayu. Pertunjukan Orkes Melayu alat-alatnya terdiri dari gendang ronggeng, akordion (harmonium), biola, dan seruling.

Pada tahun 1959 Burhanuddin Usman diajak untuk bermain musik dalam bentuk Orkes Melayu di Labuhan Batu. Kota-kota tempat mereka bermain adalah Kotapinang (kini ibukota Kabupaten Labuhan Batu Selatan/Labusel); Rantauprapat (ibukota Kabupaten Labuhan Batu induk), dan Aek kanopan (kini ibukota Kabupaten Labuhan Batu Utara/Labura). Pertunjukan musik itu merupakan pengalaman pertamanya tampil di luar kota Medan selama 3 bulan di sini Burhanuddin Usman selalu memadukan seruling dan saksofon pada setiap penampilannya.

(7)

7

Pada tahun 1960, Burhanuddin Usman kembali ke Medan. Saat itu, untuk mengelola karirnya sebagai pemusik, ia bergabung dengan grup musik aliran padang pasir, yaitu Al-Wathan Tanah Air. Grup ini menurut keterangan beliau, adalah kepunyaan dari harian Waspada yang bertempat di Gedung Nasional Medan. Namun, Burhanuddin Usman juga dalam organisasinya tidak hanya pada grup ini saja, melainkan Burhanuddin Usman juga ikut bergabung pada grup musik-musik lainnya, antara lain adalah:

1. Melayu Ria Grup, yang pemimpinnya Kepala PP dan K (Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) Provinsi Sumatera Utara.

2. Sukma Murni Grup, yang dipimpin oleh Muhammad Ilyas, dan salah satu penyanyinya yang terkenal dalam kebudayaan musik Melayu adalah Nur Ainun.

3. Budi Pekerti Grup, pemimpinnya Pak Saleh.

4. Rangken Deli Grup, pemimpinnya Rusdi pencipta lagu Kenanganku. Masih banyak lagi grup yang pernah kerjasama dengan Burhanuddin Usman.

Pada tahun 1966 permainan pertamanya yang secara utuh dengan saksofon ia lakukan dengan grup Melayu Ria pada acara halal bi halal di kantor PP dan K Medan, dan lagu yang pertama yang ia bawakan adalah berjudul Mali Ila Ahadin. Setelah penampilan itu, sekitar dekade tahun 1990-an Burhanuddin Usman bermain saksofon pada acara penyambutan Lansia (Lanjut Usia) Sumatera Utara di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara saat itu, Tengku Rizal Nurdin. Menurut pengakuan beliau, penampilan itu merupakan penampilan yang berkesan, Burhanuddin Usman bisa tampil di depan orang nomor satu di Sumatera Utara

(8)

8

pada waktu itu. Setelah diawali dari tahun 1966 hingga sekarang, Burhanuddin Usman sekarang sudah banyak bermain dibanyak tempat dan sekarang namanya juga sudah menjadi perhatian orang banyak khususnya bagi pemusik-pemusik Melayu.

Melalui latar belakang kehidupan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon untuk lagu-lagu Melayu seperti terurai di atas, maka sangatlah relevan untuk dikaji perannya, baik itu peran estetika (garapan melodi menurut budaya musik Melayu), peran kebudayaan (berupa akulturasi kreatif), dan peran sosial (peran membina hubungan baik dengan para pemusik, seniman, dan semua orang) melalui pendekatan etnomusikologi. Ilmu ini adalah bidang yang penulis pelajari selama empat tahun terakhir ini, dengan ilmu-ilmu yang penulis peroleh dari para dosen, baik itu dosen teori atau juga praktik di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Untuk mengkaji hal tersebut menurut disiplin etnomusikologi, perlu di sini penulis uraikan secara sekilas apa itu etnomusikologi, serta apa kaitannya dengan tajuk skripsi ini, yaitu peran pemusik dalam kebudayaan. Berbagai definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Dalam edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, 1995, yang disunting oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 (empat puluh dua) definisi etnomusikologi dari

(9)

9

beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.1

Dari 42 (empat puluh dua) definisi tentang etnomusikologi dapat diketahui bahwa etnomusikologi adalah fusi dari dua disiplin utama yaitu musikologi dan antropologi, pendekatannya cenderung multidisiplin dan interdisiplin. Etnomusikologi masuk ke dalam bidang ilmu humaniora dan sosial sekaligus, merupakan kajian musik dalam kebudayaan, dan tujuan akhirnya mengkaji manusia yang melakukan musik sedemikian rupa itu. Walau awalnya mengkaji budaya musik non-Barat, namun sekarang ini semua jenis musik menjadi kajiannya namun jangan lepas dari konteks budaya. Dengan demikian, masalah definisi dan lingkup kajian etnomusikologi sendiri akan terus berkembang dan terus diwacanakan tanpa berhenti.

1

R. Supanggah, 1995. Etnomusikologi. Surakarta: Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) ―Beberapa Definisi tentang ‗Musikologi Komparatif‘ dan ‗Etnomusikologi‘: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,‖ (b) ―Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,‖ (c) ―Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.‖ Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk ―Etnomusikologi.‖ Selanjutnya George List menulis artikel ―Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.‖ Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul ―Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.‖ Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya.

(10)

10

Menurut Alan P. Merriam (1964) salah satu ruang lingkup kajian di dalam etnomusikologi adalah pemusik, dengan tumpuan utamanya perilaku sosil, verbal, dan fisik. Menurutnya salah satu tipe perilaku pemusik dalam proses menghasilkan musik, adalah penting melihat diri pemusik itu serbagai anggota masyarakat.

Dengan melihat latar belakang di atas, penulis ingin melihat apa saja peranan Burhanuddin Usman terhadap musik Melayu dengan mengangkat judul skripsi Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon dalam Budaya musik Melayu.

1. 2 Pokok Permasalahan

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mantle Hood dan Willi Apel (1969:298) tentang etnomusikologi, yaitu ilmu yang menggunakan suatu metode yang mempelajari musik apa pun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubungan dengan konteks budaya, juga hubungannya dengan masyarakat. Oleh karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon dalam Budaya musik Melayu. Dalam konteks ini peranan yang dimaksud mencakup pembahasan Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon serta melihat apa-apa saja yang dibuat ataupun dilakukan Burhanuddin Usman di dalam musik Melayu.

(11)

11

Untuk mengkaji pokok permasalahan di atas maka penulis akan membuat beberapa alasan untuk melakukan penelitian, konsep penelitian, pendapat-pendapat dasar yang tentunya dilandaskan pada beberapa teori dasar yang menjadi landasan penulisan untuk melakukan penelitian.

1. 3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan biografi seorang pemusik Melayu yang dianggap penting oleh masyarakat Melayu Sumatera Utara, yaitu Burhanuddin Usman.

2. Untuk mengetahui dengan cara mengkaji peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon terhadap musik Melayu.

3. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Menambah pengetahuan tentang alat musik saksofon yang berkembang dalam kebuyaan musik etnik, dalam hal ini etnik Melayu.

1. 3. 2. Manfaat

1. Menambah literatur tentang biodata pemusik Melayu yang di dalam kajian Etnomusikologi.

(12)

12

2. Dapat mengetahui peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon musik Melayu.

3. Dapat sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk peneliti berikutnya. 4. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti

perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

5. Merupakan syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991). Dengan demikian konsep ini bersifat abstrak namun berasal dari kenyataan-kenyataan sosial, budaya, eksakta, dan lain-lainnya.

Peranan adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Burhanuddin Usman atau biasa juga dikatakan Pemusik (wawancara pada 6 april 2014 datuk Ahmad Fauzi). Pemusik ialah seseorang yang mampu dan memahami sebuah musik dan sudah mendapat sebuah pengakuan dari masyarakat pendukung. Dalam konteks ini pemusik tersebut penekananya terhadap biografi.

Lebih jauh lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2003:145), disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Sedangkan dalam wikipedia Indonesia, yang dimaksud biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Selanjutnya dalam

(13)

13

konteks ini, peranan Burhanuddin Usman untuk membuat sebuah tulisan biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon guna melihat peranannya dalam musik Melayu.

Pemusik adalah katagori tokoh-tokoh dalam musik dan pemusik juga merupakan orang-orang yang dapat memainkan alat musik dan telah diakui oleh masyarakat pendukung. Sedangkan saksofon adalah alat musik yang tergolong dalam single reed aerophone (alat musik tiup yang materi penggetar bunyinya terdapat satu buah reed). Saksofon diciptakan oleh Adolph Sax pada tahun 1814 (wikipedia). Saksofon termaksud salah satu jenis alat musik yang merupakan pengembangan dari alat musik clarinet (single reed aerophone). Dalam konteks ini pemusik saksofon dapat diartikan orang-orang yang dapat memainkan alat musik saksofon.

Selanjutnya, konsep budaya menurut seorang ahli Antropologi, E.B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture, yaitu bahwa kebudayaan atau budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Musik telah menjadi ciri dari kehidupan masyarakat dan kehadirannya semakin penting terutama sebagai hiburan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Merriam (1964) bahwa salah satu fungsi musik adalah fungsi hiburan. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam kebudayaan.

Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang ada dan berkembang di wilayah pantai timur Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan

(14)

14

sekitarnya. Musik ini biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat misalnya tari persembahan dalam perhelatan atau pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (wikipedia Indonesia). Dalam konteks ini budaya musik Melayu difokuskan pada musik Melayu yang berkembang di Kota Medan.

1.4.2. Teori

Untuk mengkaji biografi (riwayat hidup) pemusik saksofon melayu, yaitu Burhanuddin Usman, digunakan teori biografi. Perlu dijelaskan bahwa teori biografi dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sastra misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek yaitu:

1. Latar belakang, meliputi (a) keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan anak); (b) pendidikan yaitu pendidikan formal dan nonformal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada; (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya, dan (d) kesastraannya yang menjelaskan apa yang mempengaruhi pengarang itu sehingga ia menjadi pengarang.

(15)

15

2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku, maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai ia meninggal.

3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi.

Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas juga dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang diteliti yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah objeknya menjadi pemusik.

Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian,

(16)

16

biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu.

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tidak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walaupun demikian, beberapa hal yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan.

Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan partimbangan misalnya: (a) apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik; (b) dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain; (c) atau sifat apa yang mungkin akan sering peneliti gunakan untuk menggambarkan orang ini; (d) contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu; (f) apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut; (g) apakah ia mengatasinya dengan mengambil

(17)

17

resiko, atau dengan keberuntungan; (h) apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup, bagaimana bisa, dan mengapa.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Tujuannya adalah supaya cerita peneliti lebih menarik.

Dalam tulisan ini, biografi yang penulis maksud adalah kisah riwayat hidup Burhanuddin Usman sebagai pemusik Melayu Sumatera Utara. Adapun bentuknya bukan berupa biografi singkat tetapi adalah biografi panjang. Adapun sejak awal penulis ingin mengemukakan secara rinci dan selengkap-lengkapnya tentang kisah kehidupan Burhanuddin Usman, tentu saja ditulis dalam gaya bercerita yang baik seperti yang dikemukan dalam teori biografi di atas.

Seperti dikemukakan sebelumnya, melalui biogafi ini, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan Burhanuddin Usman, serta rahasia-rahasia (misteri) yang melingkupi hidupnya selama ini, serta tindakan dan perilaku hidupnya sebagai seniman Melayu. Biografi yang penulis kaji ini termasuk kepada biografi yang menceritakan kehidupan orang yang terkenal, yaitu Burhanuddin Usman yang populer di kalangan seniman, budayawan, dan rakyat awam Melayu di Sumatera Utara. Demikian kira-kira teori biografi yang penulis pergunakan untuk menganalisis kehidupan Burhanuddin Usman sebagai seniman Melayu Sumatera Utara.

Selanjutnya untuk mengkaji peranan atau peran (role) Burhanuddin Usman di dalam budaya musik Melayu, khususnya di Sumatera Utara, penulis menggunakan teori peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Dalam buku yang ditulisnya ini, terutama pada Bab VI dan VII, Merriam

(18)

18

mengkaji peranan pemusik itu melalui tiga aspek perilaku, yaitu (1) prilaku fisik, (2) prilaku verbal, dan (3) prilaku sosial. Lebih jauh secara eksplisit Merriam menyatakannya sebagai berikut.

Physical behavior refers the fact that in order for sound to be produced, people must flex their fingers and use their lips and diaphragm if the sound is to be produced on a music instrument; or they must manipulate the vocal cords and the diaphragm if the sound is to be vocal. Techniques of playing music instruments have been rather widely discussed in the ethnomusicological literature, and but two or three examples will suffice here. Among the Bashi people of the Eastern Congo (Leopoldville), the mulizi is a notched, end-blown flute played primarily by cattle herders (1964:103). …

Menurut Merriam prilaku fisik merujuk kepada fakta bagaimana pemusik dan alat musiknya menghasilkan suara atau bunyi, setiap pemusik memetikkan jari-jarinya dan menggunakan bibir dan diafragmanya dalam rangka menghasilkan bunyi dari suaranya. Teknik memainkan alat-alat musik tidak begitu luas didiskusikan di dalam bahan-bahan bacaan etnomusikologi, hanya ada dua atau tiga yang dicontohkan oleh Merriam.

The second kind of behavior which exists in respect to music is verbal behavior, to wheter extent it may be used, about music sound. This, too, of course, is a reflection of underlying concepts of music, but in this case applied spesifically to what people say about music structure and the criteria which surround it.

Perhaps the most obvious verbal criteria are those which are applied to judgments of the performance of music: these are the standards of excellence in performance. Such standards of excellence must be present, for without them, as has been noted in another context, no such thing as a Scapiro, this point becomes obvious: ―By style is meant the constant form—and sometimes the constant elements, qualities, and expression—in the art of an individual or a group‖ (1953:287). Further, style has continuity, as expressed by Haag when he notes that ―the important point is the continuum in music; each musical style is drwan from the idiom of the preceding period. … Music teachers … draw their students of excellence from the preceding generation‖ (1960:219, 220). All groups must emphasize certain music values above others, and these values tend to be continuous in time, though change can and does occur. The question

(19)

19

here, then, is not wheter criteria of excellence exixst, but rather wheter and how they are verbalized (Merriam, 1964:114-115).

Lebih jauh lagi, prilaku verbal dalam kajian etnomusikologi, dijelaskan oleh Merriam bahwa beranjak dari bunyi musik, maka manusia pendukung kebudayaan musik itu akan mengatakan tentang struktur musik dan kriteria musik tersebut. Mungkin yang paling sering menjadi bahan kajian mengenai prilaku verbal ini adalah pertunjukan musik: apa saja standar-standar kehebatan dalam pertunjukan musik. Seperti yang dikemukakan oleh Scapiro bahwa gaya musik itu berarti bentuk konstan—dana kadang-kadang unsur-unsur konstan, kualitas, dan ekspresi musik—yang dilakukan baik dalam seni musik yang dibawakan secara individu maupun kelompok.

A third type of behavior in the music process is that or the musician who, no less than any other individual, is also a member of society. As a musician, he plays a spesific role and many hold a specific status within his society, and his role and status are determined by the consensus of society as to what should be proper behavior for the musician. Musicians may form a special class or caste, they may or may not be regarded as professionals, their role may be ascrid or achieved, their status may be high or low or combination of both. In nearly every case, however, musicians behave socially in certain well-defined ways, because they are musicians, and their behavior is shaped both by the their own self-image and by the expectations and stereotypes of the musicianly role as seen by society at large.

The initial problem is assessing the social behavior of the musician is whether he is or not a specialist. The prevaling view seems to be that musicians in noliteratr societies are not specialists; this has been explicitly stated be Nettl, who writes.

The typical primitive group has no specialization or profesionalization; its division of labor depends almost exclusively on sex and occasionally on age; and only rarely are certain individuals proficient in any technique to a distinative degree. All women do the same things each day, possess approximately the same skills, have the same interests; and the men‘s activities are equally common to all. Accordingly, the same songs are known by all the members of the group, and there is little specializations in compositions, performance, or instrument-making. (1956:10) Nettel excepts some parts of a Negro

(20)

20

Africa‖ from this general statement, but his position as stated seems to be accepted by many ethnomusicologists. There are, however, two major objections to this view. The first is that it is not clear what is meant by ―specialization‖ in this context, and the second is that the information available to us about musicians around the world simply does not seems to bear out the contentions.

Viewed in broadest prespective, the amount of labor which must be performed in any given society can either be performed by all members of the community indiscriminately or it can be divided, with specific kinds of tasks assigened to spesifig groups of individuals. There seem to be no societies in which labor differentiation is absent. The most commondivision of labor is made upon sex and age lines for women‘s work differs from men‘s and the work of the young differs from that of the old. Labor may also be divided along lines of caste or guild, membership is associations of other kinds, hereditary, position, affiliations with a particular sicoal group, and so forth, Herskovits assigns the term ―division of labor‖ to those situations in which‘… we speak of the splitting up of the total amount of effort needed to keep the economy of a given society operationg at its customary rate of efficiency ― (1952 : 124-25)

In this situation, each of the sub-groups whose members perform a particular calling, and the kind of the labor each performs in achieving this can be deoted as its ‗specialization‖ (p.125). thus the potter, the palm-nutcutter, the shaman,or musician is an economic specialist, performing particular taks to which he is assigned by yhe society, and producing a particular kind of good, wheter tangible or intangible, which contributes to the total labor necessary for the economic reguirements of the society it seems clear, too, that in all societiest individual exist whose skill at making music is recognized in some way as being superior to that of other individuals so that they are called upon, or simply take their ―fightful‖ place, in musical situations. It is doubtful that there exists any goup in which absolute equality of music performance among all members is either a fact or a supposition.

Selanjutnya tentang perilaku sosial pemusik, dalam konteks perannya dalam masyarakat dijelaskan oleh Merriam seperi uraian di atas. Bahwa tipe ketiga perilaku musik adalah perilaku sosial. Dalam kajian ini, maka yang utama untuk dikaji adalah bagaimana pemusik itu sebagaimana juga orang-orang lain berperan di laman masyarakatnya. Sebagai seorang pemusik ia memainkan peranan dan memiliki status tertentu. Pemusik ini bisa saja mendapatkan kelas dan kasta

(21)

21

sosialnya. Mereka ini bisa saja dipandang sebagai pemusik yang tidak profesional atau juga pemusik yang profesional. Kedudukannya bisa saja dipandang tinggi atau juga dipandang rendah oleh masyarakatnya. Namun bagaimana pun, setiap pemusik memiliki peran sosial dalam konteks masyarakatnya ini. Selain itu dalam memandang peran sosial pemusik ini adalah apakah ia seorang pemusik yang khusus (spesial) atau tidak. Selain itu, bagaimana orang memandangnya atau juga pendapat-pendapat orang lain yang bisa (stereotipe) kepadanya. Ini dapat dilihat dari berbagai contoh di dalam masyarakat primitif yang tidak memiliki pemusik spesialis. Begitu juga bagaimana peran gender di dalamnya.

Dengan kedua teori inilah, yaitu teori biografi dan teori prilaku fisik, verbal, dan sosial pemusik yang penulis gunakan dalam mengkaji pemusik saksofon (saksofonis) dalam budaya Melayu, yaitu Burhanuddin Usman. Melalui teori biografi akan dideskripsikan riwayat hidup dan terutama kepemusikannya, yang diurai menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Berikutnya untuk mengkaji peranan Burhanuddin Usman digunakan teori prilaku fisik, verbal, dan sosial. Dengan menerapkan teori ini, maka diharapkan akan dapat menjawab pokok permasalah yang telah dibuat.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau tujuan, (KBBI edisi ke-2 tahun 1996 : hal 652). Pendapat ini juga didukung oleh pendapat dari Gorys Keraf, (1984:310) yang juga mengkatakan bahwa metodologi adalah kerangka teoretis yang dipergunakan penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau mengatasi masalah yang dihadapi.

(22)

22

Dalam penelitian ini metode yang penulis lakukan dengan cara mencari tahu dan mewawancarai informan pangkal dan juga informan kunci. Penulis juga melakukan metode penelitian kuliatatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya ( Kirk dan Miler dalam Moleong, 1989:3). Melalui pendekatan metode ini penulis memusatkan atau memfokuskan objek yang akan diteliti menjadi tulisan ilmiah.

Menurut Curt Sachs (1962:16) bahwa dalam penelitian etnomusikologi ada dua hal yang harus dilakukan yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium. Penelitian lapangan mencakup observasi langsung, wawancara, dan merekam musik yang akan diteliti, sedangkan kerja laboratorium adalah untuk membahas dan menganalisis data yang didapatkan setelah penelitian di lapangan. Dengan demikian penulis membagi kedua metode tersebut dalam dua kelompok yaitu sebagai berikut.

1.5.1 Pemilihan Informan Kunci

Pertama sekali penulis bertanya kepada Bapak Drs. Tahan Perjuangan Manurung salah seorang dosen di Departemen Etnomusikologi mengenai objek dari tulisan yang akan diteliti yang dari informasi yang diterima dari Bapak

(23)

23

Tahan Perjuangan Manurung mengemukakan 3 orang pemusik saksofon gaya Melayu di Kota Medan yaitu Burhanuddin Usman, Tengku Bustami, dan Fu‘ad.

Selanjutnya penulis meneruskan pencarian informasi dengan bertanya kepada Bapak Datuk Ahmad Fauzi yang juga salah satu dosen di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, mengenai sedikit gambaran tentang Burhanuddin Usman, ia menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman adalah pemain satu group musik dengan ayahandanya Datuk Rahman yang seorang pemain biola yang andal di masanya. Datuk Ahmad Fauzi menyebutkan bahwa Burhanuddin Usman merupakan pemusik Melayu yang sudah cukup diakui dikalangan pemusik Melayu dan layak untuk diangkat dan dijadikan sebagai contoh seorang pemusik saksofon Melayu guna untuk melengkapi bahan penelitian dalam bidang kajian Etnomusikologi. Kemudian penulis juga melakukan pengamatan lapangan mengenai Burhanuddin Usman, penulis mendapatkan bahwa untuk melengkapi sebuah tulisan skripsi ini, Burhanuddin Usman sangat layak dijadikan informan kunci dengan peranannya yang banyak dijadikan sebagai bahan pembelajaran pemusik saksofon Melayu lainnya. Dengan demikian penulis telah menunjukan Burhanuddin Usman sebagai informan kunci dan sebagai sumber penelitian.

1.5.2 Kerja Lapangan

Dalam penelitian ini untuk mendapat data yang sangat dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam pokok permasalahan, maka penulis menggunakan metode yang berkaitan dengan disiplin ilmu etnomusikologi yaitu:

(24)

24 1.5.2.1 Metode Observasi

Berdasarkan pendapat dari Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif, (2007:115), observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti, telinga, hidung, kulit, dan mulut. Kerena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja dari panca indra mata serta yang lainnya. Metode observasi adalah pengumpulan data yang dingunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dalam metode observasi ini penulis melakukan observasi langsung ke lapangan. Yaitu langsung bertempat di lokasi di mana Burhanuddin Usman tinggal di Jalan Kampung Besar, nomor 8 di Kecamatan Medan Labuhan, serta di lokasi di mana Burhanuddin Usman melakukan kegiatan bermusiknya pada berbagai tempat.

1.5.2.2 Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara jenis wawancara riwayat secara lisan (Meolong, 2000:137). Wawancara ini merupakan mewawancarai langusng bertatap muka peneliti dengan sang impormant kunci secara mengalir tanpa adanya draf pertanyaan yang tersusun.

Wawancara tidak terkesan kaku melainkan terkesan santai seperti pembicaraan sehari-hari biar pun pertayaan tersebut belum dibuat hanya sebatas bertanya saja mengenai kehidupannya dalam seniman Melayu. Dalam rangka mewawancarai Burhanuddin Usman penulis menggunakan metode wawancara langsung, mendalam, terstruktur secara umum, dan kemudian

(25)

25

menggembangkannya menurut arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan kunci yaitu Burhanuddin Usman. Dalam rangka menggali aspek biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan beliau yaitu anak-anaknya.

1.5.2.3 Metode Merekam

Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung antara lain kamera digital merk Nikon D600. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara dan saat masa observasi atau penelitian lapangan serta pengambilan gambar pada saat beliau meraih prestasi dan karya-karya lainnya. Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat hal-hal yang penting mengenai Burhanuddin Usman khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman Melayu. Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan di flash disk. Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan sesuai dengan keperluan penelitian ini. Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk gambar penulis simpan dalam bentuk format visual dan ditransfer ke dalam bentuk jpg, untuk memudahkan mengedit dan menyisipkan gambar ini.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Seluruh hasil wawancara dan rekaman teknik permainan saksofon dalam melakukan metode musik Melayu seperti: cengkok, gerenek, dan patah lagu. yang penulis dapatkan dari penelitian kelapangan, akan diolah kedalam laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah transkripsi dan analisis dari lagu lagu yang dimainkan. Dan hasil karya lagu yang diciptakanya, serta menyusun biografi beliau menjadi satu rentetan, dari semua data yang di peroleh di lapangan.

(26)

26

Untuk selanjutnya diolah dalam kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yaitu bapak Fadlin dan bapak Muhammad Takari. Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis akan kembali ke lokasi penelitian dan menemui narasumber untuk melengkapi materi pembahasan melalui saran-saran dari dosen pembimbing penulis. Untuk data yang di rekam, penulis mendengarkannya berulang-ulang dan kemudian disesuaikan dengan pertanyaan yang sudah dibuat dan dituliskan kedalam tulisan yan baru. Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai dan benar, maka penulis akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab 1-5 pembahasan pada tulisan ini. Demikianlah seterusnya yang penulis lakukan berulang-ulang di setiap penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Menurut peneliti hasil penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 ini menunjukkan bahwa ibu hamil dengan plasenta previa yang memiliki riwayat

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1)Penggunaan media kartu gambar pada siswa kelas 3 MI DDI I Kota palopo memberikan suasana belajar

Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) pada perusahaan jasa restoran

Untuk menilai hubungan antara kolonisasi jamur dan infeksi jamur sistemik, menilai jenis jamur dan lokasi terjadinya kolonisasi jamur, serta menilai faktor-faktor risiko

Heijdrahman Ranupandojo dan Saud Husnan (1990:128) kompensasi adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi pekerjaan kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan

Bila saya berada dalam suatu kelompok, saya suka menerima pimpinan dari orang lain dalam memutuskan apa yang akan dilakukan oleh kelompok.. B.Saya rasanya ingin mengecam seseorang

Melalui terapi komunikasi t erapeutik i ni m aka didapatkan ke cemasan ringan pada anak ka rena kom unikasi d alam perawatan anak dapat membantu anak untuk l ebih mengerti