BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia peserta didik SD/MI yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu( Q.S Al-Hujurat ayat 6).1
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa proses belajar mengajar dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan, atau proses dapat membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Melakukan pembelajaran tidak akan maksimal bila peserta didik tidak mengalami langsung dalam proses pembelajaran.
Pada pelajaran IPS peserta didik dituntut untuk aktif dan mampu bekerjasama untuk dapat membuat sebuah karya yang bernilai, selain untuk membuat sebuah karya, peserta didik juga dituntut untuk lebih memahami materi mengenai membaca dan menggambar peta. Sehinga peserta didik harus berperan aktif dalam membangun dan mengatur pembelajarannya, mampu menggatasi masalah, berinteraksi dengan peserta didik yang lainnya. Hal ini dilakukan agar peserta didik mampu mencapai hasil belajar yang baik.
1
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalaman yang berulang-ulang. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu, Faktor dari dalam diri (internal), Faktor eksternal.2
Kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia memang masih perlu ditingkatkan. Rendahnya hasil belajar IPS peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dari hasil observasi di sekolah menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran ceramah dan penugasan yaitu suatu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara peserta didik duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian peserta didik sehingga menurunkan prestasi belajar IPS peserta didik.
Model pembelajaran konvensional yang digunakan oleh sebagian besar guru tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Guru sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai
2
salah satu SDM agar memiliki daya motivasi/aktivitas yang tinggi guna meningkatkan kualitas pendidik yang ada di Indonesia. Selain itu juga guru sebagai pengajar dan pendidik diharapkan dapat mempermudah peserta didik memahami materi dan proses pembelajaran yang diajarkan.
Penguasaan materi pada peserta didik perlu diperbaiki maka, guru harus melakukan usaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif peserta didik, membutuhkan kemampuan pendidik dalam menerapkan metode atau model yang sesuai dan bervariasi agar peserta didik tidak merasa bosan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencari model pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya yaitu melalui model pembelajaran project based learning ( pembelajaran berbasis proyek).
Project based learning dapat dipandang sebagai model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat memecahkan masalah secara mandiri dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta mengkontruk pengetahuan dan ketrampilan secara personal. Dengan demikian peserta didik diharapkan mampu mencapai hasil belajar dengan baik.
Berdasarkan hasil interview pada saat pra survey terhadap guru IPS di MIN 9 Bandar Lampung disampaikan bahwa dalam proses belajar mengajar disekolah belum menggunakan berbagai macam model pembelajaran seperti Project-based learning
hasil belajar pada peserta didik masih rendah dalam proses pembelajaran.3 Berdasarkan hasil observasi pada pra survey di ketahui nilai hasil belajar mata pelajaran IPS peserta didik kelas IV MIN 9 Bandar Lampung, sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 1
Nilai Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Kelas IV MIN 9 Bandar Lampung
T.A 2016-2017
N o
Nilai KKM
Kriteria Kelas IV A Kelas IV B Kelas IV C
Jumlah Peserta Didik Persentase (%) Jumlah Peserta Didik Persentase (%) Jumlah Peserta Didik Persentase (%)
1 ≥ 70 Tuntas 9 32,1 % 10 35,7% 10 37,0
2 < 70 Belum Tuntas
19 67,8% 18 64,2% 17 62,9%
Jumlah 28 99,9% 28 99,9% 27 99,9%
Sumber: Dokumen Nilai HarianGuru Mata pelajaran IPS
Berdasarkan hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS peserta didik kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 9 Bandar Lampung masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari jumlah keseluruhan peserta didik, hanya 34,9 % atau 29 peserta didik yang mencapai ketuntasan dengan memperoleh nilai ≥ 70, sedangkan 62,6 % atau 54 peserta didik belum mencapai ketuntasan, sehingga masih banyak peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang telah ditentukan oleh MIN 9 Bandar Lampung yaitu 70.
Berdasarkan fenomena dan beberapa permasalahan yang telah di uraian di atas serta hasil observasi prasurvey pada saat penelitian, maka penulis berpendapat
3
bahwa ada salah satu model pembelajaran baru yang mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional yaitu dengan Model Pembelajaran
project-based learning. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Project-Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Peserta Didik Kelas IV MIN 9 Bandar Lampung TA 2017/2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Hasil Belajar peserta didik masih rendah.
2. Peserta didik masih bersifat pasif dalam proses pembelajaran.
3. Proses pembelajaran disekolah menggunakan metode ceramah dan penugasan. 4. Proses pembelajaran disekolah belum sesuai dengan ketrampilan sosial yang diinginkan yakni, mencari, memilih, mengumpulkan dan mengolah,bekerjasama.
5. Guru belum menerapkan metode active learning.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, terarah dan dapat dikaji maka perlu pembatasan masalah. Dalam peneliatan ini difokuskan pada hal-hal berikut:
1. Hasil Belajar dibatasi pada mata pelajaran IPS materi Mengambar dan Membaca Peta lingkungan sekitar dengan skala sederhana.
3. Penelitian dilakukan pada kelas IV MIN 9 Bandar Lampung.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka untuk mengarahkan pada permasalahan yang lebih relevan, maka penulis merumuskan masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini yaitu : Apakah ada pengaruh model pembelajaran Project-Based Learning terhadap Hasil Belajar IPS peserta didik kelas IV MIN 9 Bandar Lampung.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan penelitian ini
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran project based learning terhadap Hasil Belajar IPS kelas IV MIN 9 Bandar Lampung.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang harapkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagi guru di harapkan sedikit demi sedikit mengetahui startegi, media atau pun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kompetensi dasar pembelajaran. Selain itu, guru menyadari bahwa dalam penciptaan kondisi pembelajaran selain penugasan model, strategi dan media juga di perlukan kreativitas yang tinggi sehingga apa yang di harapkan sesuai dengan tingkat kemampuan peseta didik yang sedang belajar.
mengunakan model pembelajaran Project-based learning, peserta didik akan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, mengembangkaan daya nalar serta mampu untuk berfikir yang lebih kreatif, sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah di harapkan dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik mereka dan akan terus memberikan sarana dan prasarana yang memadai bagi peserta didik, dengan demikian, peserta didik dapat mengembangkaan kemampuan mereka secara optimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Project Based Learning
1. Pengertian Model Project Based Learning
Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil.4 Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial.5
Project based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.6
“Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru meliputi pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh”. 7
4
Sharon E. Smaldino, Deboran L Lowther, James D, Russel, Intrucsional Technilogy & Media For Learning Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar, (Jakarta: Kencana, 2011), h.23.
5
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KPS). (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 51
6
I wayan eka mahendra,Project Based Learning bermuatan etnomatematika dalam pembelajar matematika,jurnal kreatif vol. 6 No 1 P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-72007, h. 109
7
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, proses pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu model pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning).
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik ( student centered) dan menetapkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom mengkontruksi belajarnya. 8 Model project based learning (PjBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran.
“ Model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning ) merupakan
model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media”. 9
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pemberian tugas kepada semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual, peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan meneliti. 10
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning) adalah pembelajaran yang
8
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada kurikulum 2013( kurikulum tematik Integratif), (Jakarta: Kencana, 2014), h. 42.
9
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran saintifik kurikulum 2013 (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2014) h. 42.
10
Zainal Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif),
berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi yang relevan dan peserta didik belajar secara mandiri serta hasil dari pembelajaran ini adalah produk
2. Karakteristik Model Project Based Learning
Model pemebelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar, dalam hal ini tidak semua karakteristik dari model pembelajaran tersebut cocok dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik. Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), yaitu:
Peserta didik sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja. a. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. b. Peserta didik sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.
c. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.
d. Melakukan evaluasi secara kontinue.
e. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. f. Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya.
g. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.11
11
The characteristics of PBL are developing students’thungking skills,
allowing them to have creativity, encouraging them to work cooperatively, and
leading them to access the information on their own and to demonstrate this
information. PBL ussualy require students to participate willingly in the meaningful
learning activities proposed, mostly teamwork.12
3. Teori Yang Mendasari Model Project-Based Learning
Model pembelajaran tidak lahir berkembang secara sendirinya, melainkan memiliki landasan teoritis tertentu. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran project based learning adalah
a. Dukungan PjBL Secara Teoritis
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) juga didukung oleh teori belajar kontruktivistik bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri didalam konteks pengalamannya sendiri.
b. Dukungan PjBL Secara Empiris
Penerapam PjBL telah menunjukkan bahwa model tersebut sanggup membuat peserta diidk mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham kontruktivisme.13
12
C.L, Chiang and H.lee, The Effect Of Projcet Based Learning On Learning Motivation And Problem-Solving Ability Of Vocational High School Students, internasional jurnal of Information and education technology, Vol. 6, No.9. DOI: 10.7763/IJIET.2016.V.6.779. h. 709
13
Menurut pemaparan diatas bahwa penerapan pembelajaran didalam kelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk kegiatan (melakukan sesuatu) dari pada kegiatan pasif seperti guru hanya mentransfer ilmu pada tersebut. Pembelajaran ini memberi peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain dan memperkenalkan ide sendiri kepada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Dari meningkatkan ketrampilan dan memecahkan masalah secara bersama.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Project Based Learning
a. Kelebihan Model Project Based Learning
Kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek ( Project Based Learning) antara lain:
1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan dari pada komponen kurikulum lain.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem kompleks. 3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.
mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5) Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar.
6) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi.
7) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
8) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. 14
Menurut Moursund beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut:
a) Increased motivation,
b) Increased problem-solving ability, c) Improved library research skills, d) Increased collaboration,
e) Increased resource-managemen skills. 15
14
Daryanto, Op.Cit, h. 25
15
b. Kelemahan Model Project Based Learning
Sebagai model pembelajaran tentu saja model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) juga memiliki kelemahan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah:
1) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk.
2) Membutuhkan biaya yang cukup.
3) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.
4) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai.
5) Tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang dibutuhkan.
6) Kesulitan melibatkan semua peserta didik dalam kerja kelompok. 16
5. Langkah-Langkah Project Based Learning
Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning
sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation terdiri dari: 17
a. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan suatu investigasi mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk
16
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 178-179
17
memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide peserta didik mengenai tema proyek yang akan diangkat.
b. Perencanaan aturan pengerjaan proyek
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Membuat jadwal aktifitas
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Me-monitoring perkembangan proyek peserta didik.
Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
e. Penilaian hasil kerja peserta didik
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Pada akhir proses pembelajarannya, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudh dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu amupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Pembelajaran Project Based Leaning memiliki langkah secara umum yaitu: planning (perencanaan), creating (Impelementasi), Processing (pengolahan).18 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang diungkapkan The George Lucas Educational Foundation yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu dimulai dengan pertanyaan yang esensial, perencanaan aturan pengerjaan proyek, membuat jadwal aktivitas, memonitoring
perkembangan proye peseta didik, penilaian hasil kerja peserta didik, evaluasi pengalaman belajar peserta didik.
6. Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning
Prinsip PjBL adalah sebuah upaya kompleks yang memerlukan analisis masalah yang harus direncanakan, dikelola dan diselesaikan pada batas waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Prosedur yang digunakan PjBL adalah perencanaan, implementasi/ penciptaan, dan pemrosesan sedangkan PBL
18
mengidentifikasi masalah, mengkonfrontasikan informasi baru dengan pengalamannya, dan proses penemuan pengetahuan secara personal.19
Pembelajaran berbasis project based learning mempunyai beberapa prinsip yaitu: 20
a. Prinsip Sentralisitis
Menegaskan bahwa kerja project based learning merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.
b. Prinsip pendorong
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat
mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.Jadi kerja proyek ini dapat sebagai ekternal motivation yang mampu mengunggah peserta didik untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
c. Prinsip invetigasi konstruktif
Merupakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam invetigasi
19
Enggar desnylasari dkk, pengaruh model pembelajaran project based learning dan problem based learning pada materi termokimia terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA NEGERI 1 Karanganyar T.P 2015/2016, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 ISSN: 2337-9995 h.135
20
memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery dan pembentukan model.
d. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihan sendiri, bekerja dengan minimal supervise dan bertanggung jawab. Oleh karena itu lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja pratikum dan sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek.Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.
e. Prinsip realistis
B. Model Problem Based Learning
1. Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual. Untuk memperoleh informasi dan mengembangkan konsep-konsep sains, siswa belajar tentang bagaimana membangun kerangka masalah, mencermati, mengumpulkan data, danmengorganisasikan masalah, menyusun fakta, menganalisis data, dan menyusun argumentasi terkait pemecahan masalah, baik secara individual maupun dalam kelompok.21
Istilah pengajaran berdasarkan masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris
Problem Based Instruction (PBI), yaitu suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisi dan integrasi pengetahuan baru. 22
Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang berdasarkan kontruktivisme dan mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat pemecahan masalah yang kontekstual.23
21Ibid
, h. 136
22
Trianto Ibnu Al-Tabany, Op.Cit, h. 64.
23
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara ilmiah.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
a. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1) Terjadi interaksi yang dinamis diantara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik.
2) Peserta didik memiliki keterampilan mengatasi masalah.
3) Peserta didik memiliki kemampuan mempelajari peran orang dewasa. 4) Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independent. 5) Peserta didik memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1) Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.
2)Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran Berbasis Masalah ini membutuhkan waktu yang relatif lama.24
Adapun kelebihan dalam Problem Based Learning yaitu memiliki kemampuan memecahkan masalah, memiliki kemampuan membangun
24
pengetahuannya sendiri, materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh peserta didik, terjadi aktivitas ilmiah, memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya, memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah, kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok. Selain itu kelemahan dalam Problem Based Learning yaitu tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, terjadi kesulitan dalam pembagian tugas, guru harus memilki kemampuan memotivasi peserta didik dengan baik, ada kalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.25 Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah peserta didik melakukan serangkaian kegiatan belajar yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.26 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Hasil belajar menurut taksonomi Bloom dibagi menjadi 3 ranah yaitu:27 a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai
25
Mulyono Abdurrahman. (jakarta: Rineka cipta, cetakan kedua, 2003), h. 37.
26
Drs. Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, edisi 2, 2008), h. 12.
27
dari jenjang yang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan/hafalan/ ingatan (Knowledge) 2) Pemahaman (Comprehension)
3) Penerapan (Applicatin) 4) Analisis (Analysis) 5) Sintesis (Synthesis), dan 6) Peniaian (Evaluation).28
Berkenaan dengan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Belajar kognitif ini melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan yang mencakup berfikir, menalar, menilai dan memberikan imajinasi yang selanjutnya akan membentuk perilaku baru.29
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu:
1) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)
28
Anas sudijono.Pengantar Evaluasi Pendidikan.(Jakarta: PT Raja Grafindo cetakan 12, 2012), h. 50.
29
2) Responding (menanggapi)
3) Valuing (menilai atau menghargai)
4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5) Characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).30
Berkenaan dengan respon peserta didik yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi peserta didik terhadap hal-hal yang relatif sederhana. Belajar afektif ini seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.belajar afektif mencakup nilai, emosi dorongan minat dan sikap.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill). Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam keterampilan(skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutandari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif.31
30Ibid,
Berkenaan dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh.32 Proses belajar psikomotor seorang dapat menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.33
Menurut A.J. Romiszowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut merupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).34
Menurut Romiszowski, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam dua macam yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan ini terdiri dari empat kategori yaitu pengetahuan tentang fakta, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang konsep, dan pengetahuan tentang prinsip.
2) Keterampilan
Keterampilan ini terdiri dari empat kategori yaitu keterampilan untuk berfikir kognitif, keterampilan untuk bertindak atau motorik, keterampilan bereaksi atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi. Menurut John M. Keller hasil belajar sebagai keluaran dari suatu
32
Suharsimi arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (jakarta: bimu aksara, cetakan 7, 2007), h. 116-123.
33
Udin Saripudin W dan Rustana Ardiwinata. Op.Cit. h.19.
34
pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Hasil bejar merupakan suatu bentuk formula B= f (P,E) yaitu hasil belajr (behavior) merupakan fungsi dari masuka pribadi (personal inputs) dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environ mental inputs).35
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tapi secara umum digolongkan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
a. Faktor internal peserta didik meliputi 2 aspek yaitu: aspek fisiologis yang bersifat jasmani (tingkat kesehatan indera) dan aspek psikologis yang bersifat rohani (tingkat inteligensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi). b. Faktor eksternal peserta didik terdiri atas dua macam: faktor lingkungan
sosial (guru, staf administrasi dan teman-teman sekelasnya) dan faktor lingkungan nonsosial (gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, cuaca dan waktu belajar).
c. Faktor pendekatan belajar (strategi atau model pembelajaran yang digunakan).36
Menurut Slameto faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu: 1) Faktor-faktor internal terdiri dari:
a) Faktor Jasmani
35Ibid,
h.38.
36
Faktor jasmani ini terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.37
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis terdiri dari faktor-faktor yaitu, intelegensi, perhatin, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu, kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengatahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Perhatian menurut gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk
37
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Motif adalah daya penggerah atau pendorong. Kematangan adalah suatu tingkat atau fase pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemah lunglai tubuhnya dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, dan kelelahan rohani yang dapat dilihat dari adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor-faktor eksternal terdiri dari: 38 a) Faktor Keluarga
Peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
38
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengaja, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
D. Pembelajaran IPS SD/MI
1. Pengertian pelajaran IPS SD/MI
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).39
39
2. Karakteristik Pelajaran IPS SD/MI
Karakteristik pelajaran IPS adalah sebagai berikut: 40
a. IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, hukum, politik, dan ekonomi
b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu. c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menyangkut masalah sosial
yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyrakaat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur proses serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
3. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI
Tujuan pendidikan IPS pada dasarnya adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, lingkungannya, serta sebagai bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan IPS menurut Gross ( Dalam Etin S )
40
adalah untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan dimasyarakat.41
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar IPS SD/MI
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS SD/MI yaitu: 42
a. Peserta Didik
Faktor peserta didik merupakan salah satu faktor pendidikan yang paling penting tanpa peserta didik maka pendidikan tidak akan berlangsung. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyrakaat yang lebih baik.43
b. Pendidik
Pendidik atau guru sebagai pembimbing artinya guru harus selalu siap sedia memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak dalam pertumbuhannya. Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul dipundak orang tua.
c. Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena merupakan arah yang hendak di capai pendidikan.
41
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis model pembelajaran IPS
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 15.
42
Zakiah Daradjat dkk.Ilmu pendidikan islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 39.
43
5. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial Di Indonesia
Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: .44 a. Interaksi
b. Saling Ketergantungan
c. Kesinambungan dan Perubahan d. Keragaman/ Kesamaan/ Perbedaan e. Konflik dan Consensus
f. Pola g. Tempat h. Kekuasaan
i. Nilai kepercayaan
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan sebagai landasan atau acuan dalam melakukan penelitian. Berikut ini penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya lakukan antara lain:
1. “ Menurut Nurik Maghfiroh pada penelitian yang berjudul “ pengaruh Project Based Learning terhadap Ketrampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Sidoarjo”. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rerata nilai ketrampilan proses sains peserta didik pada kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 8,32, sedangkan pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 22,15. Pengaruh variabel bebas
44
terhadap ketrampilan proses sains diperoleh angka sebesar 9,554
sedangkan signifikasi sebesar 0,003 artinya, ada pengaruh perlakuan
pembelajaran terhadap pencapaian ketrampilan proses sains peserta didik”.45
2. Penelitian yang dilakukan oleh Laila Okta Fitriyani dengan judul “ pengaruh model pembelajaran berbasia Proyek ( Project Based Learning ) terhadap
ketrampilan proses sains peserta didik kelas VII MTs. Swasta Matla‟ul anwar
Gisting Kabupaten Tanggamus”. Hasil penelitian diperoleh perbedaan yang
signifikan pada nilai rata-rata posstest ketrampilan sains, yaitu kelas kontrol mendapat nilai rata-rata sebesar 54,46 dan 70,31 diperoleh kelas eksperimen.46
F. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah serta mengacu pada kajian teoritis yang telah peneliti kemukan diatas, selanjutnya akan dijelaskan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Untuk menggambarkan alur pemikiran disini peneliti dapat menggambarkan melalui diagram pikir:
45 Nuril Maghfiroh, Herawati Susilo, Abdul Gofur, “ Pengaruh Project Based Learing
Terhadap Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri Sisoarjo”, Jurnal Pendidikan, Vol.1 No.8, EISSN: 2502-471X (Agustus 2016), h. 5.
46
Laila Okta Fitriyani, pengaruh model pembelajaran berbasis Proyek ( Project Based
Bagan 1
Bagan variabel bebas dan variabel terikat yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
X = Pengaruh Model project based learning
Y= Hasil Belajar
Berdasarkan kerangka tersebut akan dibuktikan apakah penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat memberikan pengaruh terhadap Hasil Belajar IPS pada peserta didik. Dengan demikian untuk meningkatkan Hasil Belajar IPS peserta didik diajarkan dengan model project based learning (PjBL). Suatu proses pembelajaran dikatakan baik apabila peserta didik menguasai materi dan menyelesaikan soal-soal yang disampaikan guru.
Model project based learning (PjBL) mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, yang memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik sekaligus peserta didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep, dan dapat mengembangkan penguasaan materi IPS. Pembelajaran yang diharapkan dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah model pembelajaran berbasis proyek. Dapat dilihat kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu:
Pengaruh Model PJBL (X)
( Variabel Bebas)
Hasil Belajar IPS (Y)
Bagan 2
Bagan Kerangka Pikir
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi kebenarannya. Secara teknik hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenerannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. 47
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
47
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Komponen MDMK (Jakata: PT. Asdi Mahasatya, 2004), h. 67
Hasil Belajar Tes Hasil Belajar
Kelas IV A Kelas IV B
Kelas Eksperimen (Project Based Learning)
Kelas Kontrol
( Pembelajaran Berbasis Masalah)
H0 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran project-based learning terhadap
hasil belajar IPS peserta didik kelas IV MIN 9 Bandar Lampung .
H1 : Ada pengaruh model pembelajaran project-based learning terhadap hasil
belajar IPS peserta didik kelas IV MIN 9 Bandar Lampung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasi ekperimental design yaitu desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang memepengaruhi pelaksanaan eksperimen. 48 Penelitian ini terdapat dua kelompok, pada kelompok pertama yang disebut kelompok eksperimen, yaitu peserta didik akan mendapat perlakuan dengan penggunaan model project based learning (PJBL), sedangkan kelompok kedua yang disebut kelompok kontrol mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based Learning.
B. Desain Penelitian
Quasi eksperimental design yang digunakan adalah jenis nonequivalent control group design pada desain ini terdapat pretest dan posttest untuk kelompok eksperimen dan control.49
48
Sugiyono, metode penelitian kualitatif,kuantitatif dan R&D( bambang, alfabeta, 2014), h. 71
49
Tabel 2
Desain Penelitian Kuasi Eksperimen
Kelompok Tes Awal Perlakuan Ter Akhir
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Sumber: Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Keterangan :
O1 = tes awal sebelum perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol
O2= tes akhir setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol
X1= pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning.
X2= pembelajaran dengan model Problem Based Learning.
Pada penelitian ini, kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal peserta didik, apakah terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol atau tidak. Setelah itu keduanya diberi perlakuan, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan kelompok kontrol diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, dan setelah itu diberikan posttest.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas ( independent variable) yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lainnya, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)
(X).
2. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya, dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Hasil Belajar IPS (Y).
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di MIN 9 Bandar Lampung. Untuk mendukung penelitian ini, sebelumnya peneliti melakukan prapenelitian yang dilakukan pada tanggal 07 Februari 2017.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian ditarik kesimpulannya.50 Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi adalah sejumlah individu yang akan diteliti dalam satu pendekatan. Dari penjelasan di atas, jumlah populasi kelas IV MIN 9 Bandar Lampung yang berjumlah 83 peserta didik.
2. Sampel Penelitian
50
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus reprensentif.51 Pada penelitian ini sampel berjumlah 56 peserta didik yang berasal dari kelas IV A sebagai kelas kontrol berjumlah 28 dan kelas IV B sebagai eksperimen 28 peserta didik.
3. Teknik pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan simple random sampling dalam penelitian ini.dikatakan simple (sederhana) karena penentuan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah IVB yang berjumlah 28 sedangkan kelas IVA yang berjumlah 28 sebagai kelas kontrol.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara aturan-aturan yang sudah ditentukan.52 Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretest dan
posttest dengan soal yang sama berupa pilihan ganda. Tes yang diberikan
51
Sugiyono, Op.Cit h. 15
52
sebelum pembelajaran (pretest) di maksudkan untuk melihat kemampuan awal peserta didik dan tes yang diberikan sesudah pembelajaran (posttest )di maksudkan untuk melihat pengaruh model pembelajaran project based learning terhadap penguasaan materi peserta didik.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganlisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.53 Metode dokumentasi pada penelitian ini di gunakan untuk mengambil data berbentuk tertulis, seperti nama peserta didik, profil sekolah, daftar hasil belajar peserta didik, dan hal lain yang di perlukan dalam penelitian.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap akhir penelitian.
1. Tahap Perencanaan Penelitian
a. Membuat surat izin prasurvey ke Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk melakukan penelitian.
b. Mengadakan observasi prasurvey kesekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
53
c. Wawancara tidak terstruktur dengan guru pamong dan peserta didik untuk melihat bagaimana keadaan sampel sebelum diteliti dan melihat bagaimana proses pembelajaran khususnya teknik penilaian dalam belajar. d. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
e. Merancang dan membuat instrument penelitian berupa multiple choice
yang terdiri dari kisi-kisi soal, jawaban dan panduan penskoran.
f. Memvalidasi instrument penelitian ke dosen-dosen ahli dalam kajiannya. g. Merevisi instrument penelitian yang sudah divalidasi oleh dosen yang ahli
dalam bidang kajiannya.
h. Menguji coba soal ke kelas V untuk mengukur Validitas, Realibilitas, Tingkat Kesukaran dan daya pembeda
i. Menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.
2. Tahap Perencanaan Penelitian
a. Melaksanaakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas kontrol dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dan pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran project based learning (PjBL).
c. Melaksanakan Posttest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Mengolah data hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian.
b. Melakukan analisis terhadap seluruh hasil data penelitian yang diperoleh. c. Menyimpulkan hasil analisis data.
d. Menyusun laporan penelitian.
H. Instrument Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan instrument tes sebagai alat pengumpul data. Instrument tes pada penelitian ini berupa seperangkat alat evaluasi yang membentuk soal pretest yang berjumlah 30 soal dan soal posttest yang berjumlah 30 soal. Butir soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda yang difokuskan pada penguasaan materi. Soal tes di susun berdasarkan kisi-kisi. Tes digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Tes yang diberikan pada saat
Pretest dan Posttest berupa tes pilihan ganda yang dibuat berdasarkan indikator, standar kompetensi, dan kompetensi dasar.
I. Uji Coba Instrument
1. Uji Validitas
Instrument dikatakan valid apabila hasilnya sesuai dengan kriteria atau dapat mengukur secara tepat.Untuk mengetahui kevalidan instrument, maka di gunakan IBM SPSS Statistics v.20 for Windows dengan teknik Correleted Item-Total Correlations.
Butir soal dikatakan valid apabila > . Jika maka soal dikatakan tidak valid. Interprestasi terhadap nilai koefisien digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3
Interprestasi Korelasi 54
Nilai Keterangan
0,00 - 0,20 Korelasi Sangat Rendah
0,20 - 0,40 Korelasi Rendah
0,40 - 0,70 Korelasi Sedang
0,70 - 0,90 Korelasi Tinggi
0,90 – 1,00 Korelasi Sangat Tinggi
Sebelum soal digunakan untuk memperoleh data tentang nilai hasil belajar IPS peserta didik dengan diterapkan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL), terlebih dahulu soal diuji cobakan kepada 35 peseta didik, dengan memberi 35 butir soal dalam bentuk pilihan ganda (Multiple Choice). Soal yang akan digunakan adalah soal yang valid, sedangkan soal yang tidak valid dihilangkan.
54
2. Uji Realibilitas
Realibilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrument tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian Realibilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Untuk menguji realibilitas instrument tes digunakan IBM SPSS Statistics v.20 for Windows
yang diukur berdasarkan skala Croanbach Alpha’s (a)yakni dari 0 sampai 1.
Kriteria uji realibilitas yang digunakan adalah apabila sebagai berikut :
a. Jika nilai a > 0,700 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan telah memiliki realibilitas yang tinggi (reliabel) b. Jika nilai a < 0.700 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji
realibilitasnya dinyatakan belum memiliki realibilitas yang tinggi ( un-reliabel).
Tabel 4
Klasifikasi Koefisien Realibilitas55
Klasifikasi Kriteria Realibiltas
0,00 0,20 Sangat Rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Sedang atau Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
3. Tingkat Kesukaran
55
Analisis indeks kesukaran setiap butir soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh peserta didik yang mengikuti tes. Untuk menguji taraf kesukaran digunakan IBM SPSS Statistics v.20 for windows.
Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:56
Tabel 5
Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes
Besar P Interprestasi
P<0,30 0,30 P 0,70
P> 0,70
Sukar Sedang Mudah
Sumber: Anas Sudijono dalam buku Pengantar Evaluasi Pendidikan 4. Uji Daya Pembeda
Daya beda di hitung dengan membagi subjek menjadi dua kelompok setelah di urutkan menurut peringkat perolehan skor hasil tes. Daya pembeda dapat dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistics v.20
for windows. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Untuk lebih jelas daya pembeda dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 6
Klasifikasi Daya Pembeda57
Daya Pembeda Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 -0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
J. Uji Analisis Data
56
Anas Sudijono, Op.Cit, h.372
57
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak untuk mengetahui normalitas digunakan IBM SPSS Statistics
v.20 for windows dengan teknik kolmogorov-Smirnov. Kriteria penetapannya dengan cara membandingkan nilai sig. (2-tailed) pada tabel kolmogorov-Smirnov
dengan taraf signifikasi 0,05. Dengan demikian dasar pengambilan keputusan bahwa jika p dari koefisien K-S > 0.05, maka data berdistribusi normal. Sebaliknya jika p dari koefisien K-S < 0.05, maka data berdistribusi tidak normal.
2. Uji kesamaan variansi ( Uji Homogenitas)
Pengujian kesamaan variansi adalah pengujian untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan uji variansi IBM SPSS Statistics v.20 for windows.
Adapun dasar dalam pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah: a. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok populasi dikatakan tidak homogen.
b. Jika nilai signifikasi > 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi dikatakan homogen.
3. Uji Hipotesis
menggunakan IBM SPSS Statistics v.20 for windows dengan teknik uji t
independent. Adapun dasar dalam pengambilan keputusan dalam pengambilan berdasarkan nilai signifikasi hasil output SPSS adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai sig, < 0,05 (Model Pembelajaran berbasis proyek memberikan Pengaruh).
b. Jika nilai sig, > 0,05 (Model Pembelajaran berbasis proyek tidak memberikan Pengaruh)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MIN 9 Bandar Lampung
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 9 Bandar Lampung terlahir sebagai madrasah swasta pada tahun 1970 yang menempati sebuah bangunan yang merangkap mushola. Kemudian pada tahun 1973 dibuatlah bangunan khusus dengan sarana prasarana yang sangat sederhana, yang beralamat di jalan Imam Bonjol, kemudian tahun 1975 pindah lokasi di Jalan Tamin No 36 sampai saat ini.
tersebut MIN Sukajawa berubah nama menjadi MIN 9 Bandar Lampung sampi
dengan saat ini.
Tercatat sebagai kepala atau pimpinan madarasah pada saat pertama didirikan sampai saat ini adalah :
Tabel 7
No Nama Masa Kepemimpinan
1 Salsiah Tahun 1970 – 1973
2 Saman Tahun 1973 – 1975
3 Ifah Tahun 1975 – 1977
4 A. Syamsudin Tahun 1977 – 1982
5 Dra. Rukiah. AS Tahun 1982 – 1986
6 Muzna Alwi Tahun 1986 – 1995
7 Mutmainah Tahun 1995 – 1996
Daftar Kepala Atau Pimpinan Madrasah Dan Masa Kepemimpinan
2. Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 9 Bandar Lampung
Ketersediaan sarana dan prasarana mempengaruhi kualitas atau mutu pendidikan. Berdasarkan buku inventaris, MIN 9 Bandar Lampung memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :
Tabel 8
Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 9 Bandar Lampung 2017-2018
Fasilitas Jumlah Keadaan
Ruang kelas Perpustakaan Kamar Mandi Meja Kursi Guru /TU/
kepala sekolah Meja Murid 8 ruang 1 ruang 3 ruang 24 stel 445 Stel Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Dokumentasi MIN 9 Bandar Lampung 2017-2018
Selain itu terdapat prasarana pendukung untuk administrasi kantor seperti perangkat komputer, mesin ketik, mesin stensil, filling kabinet, papan informasi, lemari arsip, dan lain-lain.
3. Keadaan Guru dan Karyawan MIN 9 Bandar Lampung
Data kepegawaian yang disajikan dalam tabel di bawah ini merupakan data kepegawaian yang diarsipkan oleh bagian tata usaha.
Tabel 9
Daftar Nama Dewan Guru dan Karyawan MIN 9 Bandar Lampung 2017/2018
No Nama guru Pendidikan Jabatan
9 Abdul Rahman,S.Pd Tahun 1997 – 2003
10 Rifki Tahun 2003 – 2006
11 Hj. Maswidah,S.Pd, M.Pd Tahun 2006 – 2012
1 Drs. H. Zahirun. S, M.Pd.I S2 MPI Kepala sekolah
2 Zainab, S.Pd.I S1 PAI Guru madya
3 Hasanah, S.Pd.I S1 PAI Guru madya
4 Mariyah, S.Pd.I S1PAI Guru madya
5 Choswari, M.Pd.I S2 PAI Guru madya
6 Reni Yuliani, S.Ag S1 PAI Guru madya
7 Pairuz amalia, S.Pd.I S1 PAI Guru madya
8 Nillida, S.Pd S1 Matematika Guru muda
9 Hamid, S.Pd.I S1 PAI Guru muda
10 Misdalela, S.Ag S2 PAI Guru muda
11 Dian Octavia, S.Pd.I S1 PGMI Tu
12 Yulianti Piskarini, S.Pd.Sd S1 PGSD Guru muda
13 Rodiyah SMEA Tu
14 Rismadini,S.Pd.I S1 PAI Guru pertama
15 Samsul arifin, S.Pd.I S1 PAI Guru pertama 16 Metri kurniasih, M.Pd.I S2 PAI Guru pertama 18 Edi Saputra, S.Pd.I S1 PAI Guru pertama
19 Ansori, S.Pd.I S1 PAI TU
20 Nurmala, S.Ag S1 PAI Guru pertama
22 Pujiharti, S.Pd S1 B. Inggris TU
23 Futri Distiana, S.Pd. S1 PGSD GTT
24 Melviana agustia , S.Pd.I S1 PAI GTT
25 Sakdiyah, S.Ag. S.Pd. S1 PAI GTT
27 Harjito SMEA TU 28 Amam Farih, M.Pd.I S2 Bahasa Arab GTT
29 Uswatun Hasanah, S.Kom. SI TIK TU
30 Tekad SMA PENJAGA
Sumber: Dokumentasi MIN 9 Bandar Lampung 2017-2018 4. Keadaan Peserta Didik MIN 9 Bandar Lampung
Jumlah Peserta Didik MIN 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 berjumlah 450 orang dengan perincian yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 10
Keadaan Peserta Didik MIN 9 Bandar Lampung 2017-2018
JUMLAH KELAS
KELAS
JML
TOTAL
I II III IV V VI
KLS
JML.
KLS L P L P L P L P L P L P L P
1 2 34 50 34 50 84
2 2 40 40 40 40 80
3 2 34 46 34 46 80
4 2 44 39 43 46 83
5 2 30 36 30 36 66
6 2 25 26 25 26 51
JML 12 84 80 80 83 66 51 206 244 450
Sumber: Dokumentasi MIN 9 Bandar Lampung 2017-2018 B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Validitas Instrumen Butir Soal
program komputer IBM SPSS Statistics v.20 for windows. Dalam penelitian ini butir soal dinyatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation yang diperoleh lebih besar atau sama dengan melihat Tabel Distribusi Nilai dengan signifikasi 5% diketahui dengan N-2 = 35 - 2 = 33 pada taraf signifikan 5%, nilai sebesar 0.333. N = 35 karena jumlah peserta didik sebanyak 35.
Berikut merupakan hasil uji validitas dalam penelitian ini, sedangkan tabel analisis selengkapnya dapat dilihat dilampiran 6.
Tabel 11 Hasil Uji Validitas
No Soal
Rxy Validitas Kategori No Soal
Rxy Validitas Kategori
1 0,37 Valid Rendah 19 0,40 Valid Sedang
2 0,39 Valid Rendah 20 0,36 Valid Rendah
3 0,43 Valid Sedang 21 0,34 Valid Rendah
4 0,49 Valid Sedang 22 0,39 Valid Rendah
5 0.50 Valid Sedang 23 0,35 Valid Rendah
6 0.05 Tidak Valid
Sangat Rendah
24 0,42 Valid Sedang
7 0,41 Valid Sedang 25 0,30 Tidak
Valid
Rendah
8 0,54 Valid Sedang 26 0,39 Valid Rendah
9 0,41 Valid Sedang 27 0,41 Valid Sedang
10 0,54 Valid Sedang 28 0,47 Valid Sedang
11 0,49 Valid Sedang 29 0,42 Valid Sedang
12 0,47 Valid Sedang 30 0,32 Tidak Valid
Rendah 13 0,42 Valid Sedang 31 0,23 Tidak
Valid
Rendah
14 0,43 Valid Sedang 32 0,35 Valid Rendah
15 0,25 Tidak Valid
Rendah 33 0,39 Valid Rendah
16 0,34 Valid Rendah 34 0,42 Valid Sedang
17 0,33 Valid Rendah 35 0,46 Valid Sedang
Berdasarkan tabel hasil validitas uji instrument di atas yang telah diuji cobakan diperoleh 30 soal yang tergolong valid dimana taraf signifikan 0,05 dan untuk = 0,33, maka didapat 30 soal yang valid yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35. Dari hasil analisis validitas 5 soal yang digolongkan tidak valid , karena nilai
sedangakan butir soal dikatakan valid atau digunakan jika .
2. Realibilitas
Perhitungan indeks realibilitas tes dilakukan terhadap butir soal yang terdiri dari 35 soal. Instrument dikatakan reliabel jika pada taraf signifikan 0,05 begitu sebaliknya. Berikut merupakan hasil uji realibilitas dalam penelitian ini
Tabel 12 Hasil Uji Realibilitas
Statistik
0,86
Kesimpulan Tingkat Realibel Sangat Tinggi
Dari hasil perhitungaan (Lampiran 7) menunjukan bahwa soal tersebut memiliki indeks reliabilitas 0,86 sehingga soal-soal tersebut termasuk kriteria tinggi. Artinya soal-soal dalam penelitian ini sangat baik dan layak untuk digunakan.
3. Tingkat Kesukaran
kesukaran butir soal (Lampiran 8) terhadap 35 butir soal yang dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini sebagai berikut :
Tabel 13
Data Analisis Tingkat Kesukaran
No soal
Tingkat Kesukaran
Keterangan No Tingkat Kesukaran Keterangan
1 0,77 Terlalu
Mudah
19 0,57 Cukup
2 0,54 Cukup 20 0,54 Cukup
3 0,89 Terlalu
Mudah
21 0,49 Cukup
4 0,57 Cukup 22 0,46 Cukup
5 0,71 Terlalu
mudah
23 0,51 Cukup
6 0,80 Terlalu
Mudah
24 0,51 Cukup
7 0,57 Cukup 25 0,54 Cukup
8 0,74 Terlalu
Mudah
26 0,63 Cukup
9 0,69 Cukup 27 0,71 Terlalu
Mudah
10 0,40 Cukup 28 0,57 Cukup
11 0,60 Cukup 29 0,49 Cukup
12 0,57 Cukup 30 0,57 Cukup
13 0,54 Cukup 31 0,51 Cukup
14 0,49 Cukup 32 0,46 Cukup
15 0,60 Cukup 33 0,57 Cukup
16 0,54 Cukup 34 0,63 Cukup
17 0,66 Cukup 35 0,80 Terlalu
Mudah
18 0,49 Cukup
dikategorikan sedang, dengan indeks tingkat kesukaran 0,30-0,70. Butir soal yang baik apabila butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, dengan kata lain derajat kesukaran item adalah sedang atau cukup. Soal yang mudah membuat peserta didik dapat menggampangkan soal . Namun sebaliknya, soal yang sukar membuat peserta didik putus asa menyelesaikan soal tersebut.
4. Daya Pembeda
Daya beda soal digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu soal agar dapat membedakan antara peserta didik yang menguasai materi dan peserta didik yang kurang menguasai materi. Adapun hasil penelitian daya beda yang dapat dilihat pada tabel 14 dibwah ini sebagai berikut:
Tabel 14
Analisis Daya Pembeda
No soal