• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEDERAJAD DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEDERAJAD DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENGABDIAN

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI

GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEDERAJAD

DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

Disusun Oleh:

Drs. Wawan Setiawan, MM Tri Mulyani, S.Pd, SH, MH

Surat Perjanjian Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor: 061.15/USM.H8/L/2014

UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG

(2)

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEDERAJAD DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

Wawan Setiawan dan Tri Mulyani Dosen Universitas Semarang

RINGKASAN

Pentingnya keprofesionalan Guru dan Dosen pada jenjang pendidikan berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kebijakan lain dalam pendidikan bagi tenaga pendidik adalah dikaitkanya promosi kenaikan pangkat/jabatan dengan prestasi kerja yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang berada dalam bidang kegiatan diantaranya adalah 1). Pendidikan, 2). Proses pembelajaran, 3). Pengembangan profesi dan 4). Penunjang proses pembelajaran.

Untuk memberikan penghargaan secara lebih adil dan profesionalisme, berdasakan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 84/1993 dan Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Kepala BAKN No.0433/P/1993 serta Nomor 25 Tahun 1993, maka tenaga pendidik dalam mengembangkan karirnya harus mampu melakukan keempat kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsinya tersebut dengan baik. Sebagai imbalanya, maka akan diberikan angka kredit yang salah satu fungsinya dapat digunnakan sebagai persyaratan peningkatan karir, di mana dikatakan dalam SK MENPAN No.26/MEMPAN/1989 bahwa kenaikan pangkat ditempuh melalui kenaikan pangkat structural dan fungsional, yang menuntut tenaga pendidik mengembangkan profesinya dengan mendapatkan angka kredit dengan berbagai hal, diantaranya dengan melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah.

Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru Sekolah Menengah Pertama Dan Sekolah Menengah Atas/Sederajat diharapkan dapat memberikan pemahaman dan juga kemampuan dalam membuat karya ilmiah yang akan berdampak pada termotivasinya para tenaga pendidik untuk menulis karya ilmiah dan mampu meningkatkan mutu pendidikan khususnya profesionalisme tenaga pendidik. Tujuan dari Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru Sekolah Menengah Pertama Dan Sekolah Menengah Atas/Sederajat, diantaranya:

1. Meningkatkan motivasi/kemauan Guru menulis makalah, artikel konseptual dan artikel hasil penelitian

2. Meningkatkan pemahaman Guru dalam menulis karya ilmiah tersebut, yang meliputi pemahaman mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topic dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline), mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan serta menulis ilmiah dan menyunting.

3. Meningkatkan kemampuan Guru dalam menulis karya ilmiah yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik, mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan dan mengonsep tulisan.

Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kecamatan Mijen Kota Semarang, tepatnya di MTs. Asy Syarifah, dengan keseluruhan peserta pelatihan sebanyak 25 orang, yang merupakan akumulasi perwakilan Guru dari setiap Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas/Sederajat Se-Kecamatan Mijen Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dengan pelatihan dan pembimbingan untuk menerapkan hasil pelatihan (dalam praktek simulasi).

Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan, ternyata kemampuan pengetahuan tentang karya ilmiah dan proses pembuatannya yang semula dianggap kurang bermanfaat oleh 16 orang peserta atau 64% berubah menjadi 32% bermanfaat dan 68% sangat bermanfaat dan kemampuan mengidentifikasi, memilih dan menentukan topic judul yang tadinya kurang dimiliki oleh peserta dan menyatakan kurang penting oleh sebanyak 16 orang atau 64% peserta, drastis berubah menjadi 100% bermanfaat dan bahkan sangat bermanfaat.

SUMMARY

The importance of professionalism Teachers and Lecturers in education based on Law No. 14 of 2005 is evidenced by certificates educators. Other policies in education for educators is the promotion and advancement dikaitkanya / office with work performance in accordance with the duties and functions that are in the field of activity of which is 1). Education, 2). Learning process, 3). Professional development and 4). Supporting the learning process.

To provide a more fair awards and professionalism, Based on the Decree of the Minister of State for Administrative Reform No. Decree 84/1993 and with the Minister of Education and Culture and Head BAKN No.0433 / P / 1993 and No. 25 of 1993, the educators in developing his career to be able to do these four activities that becomes the duties and functions well. As imbalanya, it will be given a credit score that one function can digunnakan as career advancement requirements, where it is said in MENPAN Decree No.26 / effective / 1989 that promoted pursued through the promotion of structural and functional, which requires educators to develop the profession with obtain credit score with a variety of ways, such as by conducting writing / scientific papers.

Scientific Writing Training For Teachers And Schools Secondary Schools SMA / equivalent is expected to provide insight and also the ability to make scientific work that will have an impact on teachers are motivated to write scientific papers and is able to improve the quality of education, especially professional educators. The purpose of Scientific Writing Training For Teachers And Schools Secondary Schools SMA / equivalent, including: 1. Increase motivation / willingness Teacher writing papers, articles conceptual and research articles

2. Increase understanding of Teachers in writing scientific papers, which includes understanding identifying, selecting and formulating topics and titles, making a framework for writing (outline), collects writing materials, organize, and conceptualize writing and scientific writing and editing.

3. Improve the ability of teachers to write scientific papers which include the ability to identify, select and formulate the topic, collects writing materials, organize and conceptualize writing.

Community service was held in the District Mijen Semarang, precisely in MTs. Ash Syarifah, with overall trainees of 25 people, which is an accumulation of teacher representatives from each junior high school or high school / equivalent Se-Mijen District of Semarang. The method used in this devotion is the training and mentoring to apply the training (in practice simulation).

Based on the evaluation carried out, it was the ability of knowledge about scientific work and original manufacturing process is considered less useful by 16 participants, or 64% changed to 32% and 68% beneficial very beneficial and the ability to identify, select and determine the topic title was not fully participants and expressed less important by as many as 16 people or 64% of participants, a drastic change to 100% useful and even very useful.

(3)

Analisa situasi

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengisyaratkan adanya kebutuhan pendidikan yang berkualitas, dengan harapan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dapat menunjang tercapainya tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salah satu kunci dalam pencapaian pendidikan yang berkualitas adalah guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk hal tersebut guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Disamping hal tersebut guru juga wajib meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Sesuai dengan pasal 2 UU 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Kebijakan penting lainnya dalam pendidikan khususnya bagi guru atau tenaga pendidik adalah dikaitkannya promosi kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi kerja. Prestasi kerja tersebut, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berada dalam bidang kegiatannya: (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, (3) pengembangan profesi dan (4) penunjang proses pembelajaran. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru dan dosen. Kebijakan itu di antaranya mewajibkan guru untuk melakukan keempat kegiatan yang menjadi bidang tugasnya, dan hanya bagi mereka yang berhasil melakukan kegiatan dengan baik diberikan angka kredit. Selanjutnya angka kredit itu dipakai sebagai salah satu persyaratan peningkatan karir. Penggunaan angka kredit sebagai salah satu persyaratan seleksi peningkatan karir, bertujuan memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih professional terhadap kenaikan pangkat yang merupakan pengakuan profesi, serta kemudian memberikan peningkatan kesejahteraannya.

(4)

Dengan terbitnya SK MENPAN No.26/MENPAN/1989 tentang angka kredit bagi jabatan guru, maka berarti kenaikan pangkat guru atau Guru tidak lagi melalui jalur kenaikan pangkat reguler melainkan harus melalui kenaikan pangkat pilihan yaitu kenaikan pangkat struktural dan fungsional setiap 2 (dua) tahun. Hal ini menuntut guru dan Guru harus berusaha mengembangkan dalam melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh angka kredit yaitu pengembangan profesi. Pengembangan profesi dilakukan dengan berbagai hal diantaranya dengan melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan. Terutama bagi guru dan Guru pembina (golongan IV/a) agar dapat menduduki jabatan guru pembina tingkat I (golongan IV/b), melaksanakan kegaiatn tersebut merupak keharusan (Juknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Guru, dikutip dari Kepmendikbud No.02/O/1995: 44-45). Hal inilah yang menyebabkan masih banyak guru yang hanya berhenti pada golongan IV/a. Terlebih lagi bagi guru dan kepala SD, kegiatan penulisan karya ilmiah masih merupakan suatu momok. Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan kebijakan pengumpulan angka kredit, di antaranya adalah : (a) Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi persyaratan kenaikan dari golongan IIIa sampai dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh. Hal ini karena, pada jenjang tersebut, angka kredit dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang kegiatan guru, yakni (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, dan (3) penunjang proses pembelajaran. Sedangkan angka kredit dari bidang pengembangan profesi, belum merupakan persyaratan wajib. Akibat dari “longgarnya” proses kenaikan pangkat dari golongan IIIa ke IVa tersebut, tujuannya untuk dapat memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap peningkatan karir,

kurang dapat dicapai secara optimal. Longgarnya seleksi peningkatan karir menyulitkan untuk membedakan antara mereka yang berpretasi dan kurang atau tidak berprestasi. Lama kerja pada jenjang kepangkatan, lebih memberikan urunan yang siginifikan pada kenaikan pangkat. Kebijakan tersebut seolah-olah merupakan kebijakan kenaikan pangkat yang mengacu pada lamanya waktu kerja, dan kurang mampu memberikan evaluasi pada kinerja professional. (b) Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan keadaan di atas. Persyaratan kenaikan dari golongan IVa ke atas relatif sangat sulit. Permasalahannya terjadi, karena untuk kenaikan pangkat golongan IVa ke atas diwajibkan adanya pengumpulan angka kredit dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi. Angka kredit kegiatan pengembangan profesi berdasar aturan yang berlaku saat ini dapat dikumpulkan dari kegiatan : (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan, (4) menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Sayangnya, karena petunjuk teknis untuk kegiatan nomor 2 sampai dengan nomor 5 belum terlalu operasional, menjadikan sebagian terbesar guru dan Guru menggunakan kegiatan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan pengembangan profesi. Sementara itu, tidak sedikit guru dan Guru yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan, tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya. Terlebih lagi dengan adanya fakta bahwa (a) banyaknya KTI yang diajukan dikembalikan karena salah atau belum dapat dinilai, (b) kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan

(5)

peningkatkan kesejahteraan yang signifikannya, (c) proses kenaikan pangkat sebelumnya dari golongan IIIa ke IVa yang “relatif lancar”, menjadikan “kesulitan” memperoleh angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi, sebagai “hambatan yang merisaukan”.

Namun, dalam kenyataannya kemauan dan kemampuan guru dan Guru menulis karya ilmiah masih perlu dibina. Menurut Suyanto (2009: 23) saat ini sekitar 410.000 guru yang berpangkat IV/a masih mengalami kesulitan untuk kenaikan pangkat berikutnya karena adanya persyaratan menulis karya ilmiah. Memperkuat fakta tersebut, Suryana (2004: 71) mengatakan bahwa bagi segenap guru yang telah mencoba melengkapi persyaratan guna mencapai IV/b belum tentu bisa lolos terbentur pada karya tulis ilmiah, masih banyak revisi, perbaikan, dan penyempurnaan, bahkan ada yang ditolak tim penilai karena belum sesuai standar yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, dipertimbangkan perlu dilakukan kegiatan pelatihan penulisan karya ilmiah bagi para Guru, yang karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, dibatasi Bagi Guru Sekolah Menengah Pertama dan Atas/Sederajat Di UPT se-Kecamatan Mijen Kota Semarang dan hanya difokuskan pada peningkatan kemampuan dan kemauan (motivasi) Guru- guru menulis karya ilmiah berjenis makalah, artikel konseptual, dan artikel hasil penelitian. Harapannya, setelah pelatihan, Guru menjadi lebih produktif dalam menghasilkan karya tulis ilmiah.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan analisis situasi dan kajian pustaka di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana memotivasi/kemauan diri guru dalam menulis karya ilmiah berjenis makalah, artikel konseptual dan artikel

hasil penelitian?

2. Bagaimana meningkatkan pemahaman guru dalam menulis karya ilmiah khususnya dalam pemahaman mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline),

mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan dan pemahaman menulis dan menyunting.

3. Bagaimana meningkatkan kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah khususnya dalam pemahaman mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline),

mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan dan pemahaman menulis dan menyunting.

TUJUAN

Mengacu pada permasalahan yang diajukan untuk dipecahkan, maka tujuan kegiatan ini adalah:

1) Meningkatkan motivasi/kemauan Guru menulis makalah, artikel konseptual dan artikel hasil penelitian.

2) Meningkatkan pemahaman guru dalam menulis karya ilmiah tersebut, yang meliputi pemahaman mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline),

mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan serta menulis ilmiah dan menyunting.

3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menulis menulis karya ilmiah yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan

(outline), mengumpulkan bahan-bahan

(6)

mengonsep tulisan?

MANFAAT

Pelatihan penulisan karya ilmiah bagi Guru Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/sederajat di Kecamatan Mijen Kota Semarang dalam program pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan juga kemampuan Guru dalam membuat karya tulis ilmiah yang akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di Sekolah. Adapun manfaat kegiatan secara rinci ádalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Sekolah Menengah Pertama/sederajad dan Sekolah Menenghah Atas/ sederajat Se-Kecamatan Mijen Kota Semarang yaitu: menjadi termotivasi untuk membuat karya tulis ilmiah.

2. Bagi Sekolah, Kemampuan Guru membuat karya tulis ilmiah bermanfaat bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya profesionalisme Guru.

REALISASI PEMECAHAN MASALAH

Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/sederajat Se-Kecamatan Mijen Kota Semarang adalah memotivasi, kemauan dan kemampuan membuat karya tulis ilmiah (KTI). Oleh karena itu, diusulkan kerangka pemecahan masalah secara operacional sebagai berikut:

Kerangka pemecahan masalah dengan menerapkan langkah kerja dalam pengabdian masyarakat sebagai berikut : 1. Menetapkan jumlah peserta pelatihan

yaitu mengambil 1 orang Guru dari setiap Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas/ sederajat Se-Kecamatan Mijen Kota Semarang.

2. Semua peserta dikumpulkan di suatu tempat/ruangan yang memadai untuk penyelenggaraan pelatihan

3. Memberikan materi pelatihan yang meliputi :

a. Materi 1 : meningkatkan motivasi guru dalam motivasi/kemauan dan kemampuan menulis karya tulis ilmiah

b. Materi 2 : pemahaman dalam mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline), mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan, menulis ilmiah dan menyunting.

c. Materi 3 : melaksanakan tehnis kemampuan pelatihan penulisan karya ilmiah dalam hal mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline), mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan serta menulis ilmiah dan menyunting.

KHALAYAK SASARAN

Sasaran kegiatan ini adalah Guru Sekolah Menengah/sederajat yang meliputi Sekolah Menengah Pertama/sederajad dan Sekolah Menengah Atas/sederajad se-Kecamatan Mijen Kota Semarang yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk dilatih penulisan karya ilmiah. Pemilihan dan penetapan sasaran pelatihan ini mempunyai pertimbangan rasional-strategis dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas guru tentang penulisan karya ilmiah di masa mendatang. Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk pembinaan kemampuan guru untuk membuat karya tulis ilmiah. Dilihat dari profesi dan pengalamannya, guru memiliki potensi, pengetahuan dan kemampuan untuk membuat karya tulis

(7)

ilmia dan di lihat dari lingkungannya sekolah memiliki sumber dan media belajar yang melimpah untuk dapat terus meningkatkan prestasi guru dalam menulis dan membuat karya tulis ilmiah (KTI)

METODE

Metode kegiatan ini berupa pelatihan kepada para Guru Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/sederajat Se-Kecamatan Mijen Kota Semarang. Setelah diberi pelatihan, selanjutnya mereka dibimbing untuk menerapkan hasil pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan Guru dalam kegiatan tehnis penulisan karya Ilmiah. Berikut ini adalah tapan pelatihan yang dilakukan:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan meliputi: a. Survey

b. Pemantapan dan penetuan lokasi dan sasaran

Penyusunan bahan/materi pelatihan, yang meliputi: makalah dan modul untuk kegiatan pelatihan penulisan karya ilmiah bagi Guru Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/sederajat se-Kecamatan Mijen Kota Semarang

2. Tahap Pelaksanaan Pelatihan

Tahap pelaksanaan pelatihan dilakukan persiapan. Dalam tahap ini dilakukan pertama, penjelasan tentang penulisan karya ilmiah, sesi pelatihan ini menitikberatkan pada pemberian penjelasan mengenai memotivasi Guru agar mau menulis dan membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI), cara menanamkan pemahaman Guru tentang teknis penulisan karya ilmiah, dll; kedua, sesi pelatihan yang menitikberatkan pada kemampuan melaksanakan kegiatan tentang (1) mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, (2) menyusun

kerangka tulisan (outline), (3) mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan, (4)menulis ilmiah dan menyunting secara teknis. Pemberian kemampuan ini dilakukan dengan teknik simulasi agar para Guru mendapatkan pengalaman langsung sekaligus pengayaan dari teman-temannya dan tim pelatih.

3. Metode Pelatihan

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut digunakan beberapa metode pelatihan, yaitu:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah dipilih untuk memberikan penjelasan tentang Karya Tulis Ilmiah : memotivasi Guru agar mau membuat Karya Tulis Ilmiah, cara menanamkan pemahaman Guru tentang teknis penulisan karya ilmiah dan sangat penting untuk dikuasai oleh peserta pelatihan.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab sangat penting bagi para peserta pelatihan, baik di saat menerima penjelasan tentang penulisan karya ilmiah serta saat mempraktekkannya, Metode ini memungkinkan guru menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang penulisan karya ilmiah dan juga pengalaman setelah praktek menulis karya ilmiah.

c. Metode Simulasi

Metode simulasi ini sangat penting diberikan kepada para peserta pelatihan untuk memberikan kesempatan mempraktekan materi pelatihan yang diperoleh. Harapannya, peserta pelatihan akan benar-benar menguasai materi pelatihan yang diterima, mengetahui tingkat kemampuannya dalam

(8)

menerapkan kegiatan penulisan karya ilmiah secara tehnis dan kemudian mengidentifikasi kesulitan-kesulitan untuk kemudian dipecahkan.

HASIL KEGIATAN

Berdasarkan hasil pengamatan secara subyektif maupun secara obyektif berdasarkan tingkat kehadiran dapat saya nilai bahwa para peserta pelatihan memiliki keseriusan yang baik, Hal ini ditunjukan dari undangan yang kami kirimkan kepada masing-masing sekolah, yaitu 9 sekolah menengah tingkat atas/sederajad dan 13 sekolah menengah tingkat pertama/sederajad, ternyata semua sekolah berpartisipasi dan bahkan MTs. Asy Syarifah yang menjadi tuan rumah mengirimkan 4 orang guru, sehingga secara keseluruhan peserta pelatihan menjadi 25 orang,

Mengacu kuesioner yang telah diisi sebelum dan sesudah pelatihan, ternyata secara keseluruhan peserta menyatakan adanya manfaat yang tinggi dari pelatihan penulisan karya ilmiah dengan beberapa keinginan yang dapat diserap, yaitu bahwa pelatihan seperti ini hendaknya dilaksanakan secara berkala untuk setiap tahunnya, sehingga guru dapat termotivasi dalam menulis ilmiah,

Secara detail dapat dijabarkan bahwa, pengetahuan tentang karya ilmiah dan proses pembuatannya yang semula 16 orang atau 64% menyatakan kurang bermanfaat ternyata setelah diberikan pelatihan persepsinya berubah menjadi 11 orang atau 44% bermanfaat dan 14 orang atau 56% menyatakan sangat bermanfaat. Selanjutnya dalam memahami, mengidentifikasi, memilih dan menentukan topik/judul serta membuat outline tulisan direspon oleh 14 orang atau 56% kurang bermanfaat, ternyata mereka berubah setelah pelatihan dan menyatakan bahwa hal

tersebut bermanfaat dan bahkan sangat bermanfaat yang diindikasikan oleh 13 orang atau 52% yang menyatakan bermanfaat dan 12 orang atau 48% menyatakan sangat bermanfaat. Dalam hal memahami bahan/refferensi tulisan pada umumnya atau 20 orang atau 80% menyatakan bermanfaat dan sangat bermanfaat sedangkan peserta lainnya sebanyak 5 orang atau 20% menyatakan kurang bermanfaat, sedangkan memahami pengorganisasian pokok-pokok pikiran tulisan dan memahami menulis karya ilmiah yang sistematik dinyatakan kurang bermanfaat diawal pelatihan atau sebanyak 18 orang atau 72% dan sisanya 7 orang menyatakan bermanfaat dan bahkan sangat bermanfaat. Mereka semua atau 25% peserta pelatihan menyatakan bahwa pengorganisasian pokok-pokok pikiran tulisan dan memahami menulis karya ilmiah yang sistematik sangat bermanfaat dalam melakukan penulisan karya ilmiah.

Khusus dalam hal memahami menulis karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, 19 orang atau 76% menyatakan bermanfaat dan bahkan bermanfaat. Selebihnya 6 orang atau 24% menyatakan kurang bermanfaat diawal pelatihan. Hal ini mengalami perubahan drastis setelah dilaksanakan pelatihan yaitu 25 orang atau 100% menyatakkan sangat bermanfaat menulis karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi hal yang ironis terjadi pada pemahaman menulis abstrak yang dipersepsikan kurang bermanfaat oleh 19 orang atau 76% peserta ternyata berbalik menjadi 100% menyatakan sangat juga mengalami perubahan yang signifikan setelah dilakukannya pelatihan. Hal ini terlihat perubahan dari persepsi yang kurang bermanfaat pada level 80% atau 20 orang menjadi persepsi yang sangat bermanfaat pada level 100%.

(9)

Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan ternyata kemampuan pengetahuan tentang karya ilmiah dan proses pembuatannya yang semula dianggap kurang bermanfaat oleh 16 orang peserta atau 64% berubah menjadi 32% bermanfaat dan 68% sangat bermanfaat dan kemampuan mengidentifikasi, memilih dan menentukan topik judul yang tadinya kurang dimiliki oleh peserta dan menyatakan kurang penting oleh sebanyak 16 orang atau 64% peserta, drastis berubah menjadi 100% bermanfaat dan bahkan sangat bermanfaat.

KESIMPULAN

1. Peserta pelatihan meningkat motivasi/kemauannya untuk menulis makalah, artikel konseptual dan artikel hasil penelitian. Hal ini dapat ditunjukan dalam keseriusan mengikuti materi pelatihan maupun dalam pembuatan tugas pelatihan.

2. Terdapat peningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menulis karya ilmiah tersebut, terutama dalam pemahaman mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, menyusun kerangka tulisan (outline), mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan, menulis ilmiah dan menyunting. 3. Motivasi/kemauan, pemahaman dan

kemampuan dalam menulis karya ilmiah dapat meningkatkan kualitas guru.

SARAN

1. Pelaksanaan pelatihan penulisan karya ilmiah membutuhkan waktu yang memadai, sehingga kegiatan pelatihan perlu perlu penambahan waktu minnimal 2 (dua) hari, sehingga peserta dapat mengumpulkan refferensi yang banyak dan mendapatkan tutorial yang baik. 2. Sebagai penghargaan, disamping

sertifikat juga dibutuhkan dana stimulus untuk penulisan karya ilmiah dalam

bentuk penelitian.

3. Mengingat pentingnya Motivasi / kemauan, pemahaman dan kemampuan dalam menulis karya ilmiah bagi guru, maka kegiatan pelatihan ini perlu diselenggarakan secara kontinyu dan berkelanjutan dilingkungan Sekolah Menengah Pertama/sederajad dan Sekolah Menengah Atas/sederajad.

DAFTAR PUSTAKA

Bahdin, Nur Tanjung dan Ardial, 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel. Jakarta: Prenada Media

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan, 2001. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidiakn dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta

Haryanto, 2006. Rambu-rambu dan Kiat Menulis Artikel Ilmiah dalam Upaya Penerbitan Berkala Ilmiah Terakreditasi. Disampaikan dalam Lokakarya Penerbitan Majalah Ilmiah di Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

Harun. 2001. Pengertian dan Kriteria Karya Ilmiah. Dalam Harun, dkk. (Eds.), Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah, hlm. 13-14. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(10)

Juknis, Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Guru, dikutip dari Kepmendikbud No.02/O/1995: 44-45)

Oemar Hamalik. 2003. Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

SK MENPAN No.26/MENPAN/1989 tentang angka kredit bagi jabatan guru

Suryana, 2005. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah. Makalah Disampaikan Dalam Kegiatan Pelatihan Penulisan Bahan Kuliah (Buku Pegangan Kuliah), Jurusan AP FIP UNY, 16-20 Mei 2005.

Suyanto, 2007. Makalah disampaikan dalam seminar KTI untuk guru di DIY pada tanggal 11 Januari 2009.

Suyanto, 2003. Teknik Penulisan Artikel Ilmiah. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Penulisan Jurnal Penelitian Humaniora di Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, 23 Oktober 2003.

Tatang, M. Amirin, 2006. Menulis Karya Ilmiah (Artikel). Makalah Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru se-Indonesia. Yogyakarta, 2-3 November.

UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui potensi sumberdaya wisata alam di Resort Balik Bukit, (2) mengetahui potensi sumberdaya manusia yang ada di sekitar Resort Balik

Aliran kedua melihat jurnalisme sebagai subsistem dari satu sistem fungsional yang berkaitan dengan komunikasi seperti sistem publisistik, sistem public sphere, atau sistem

Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas dapat dilihat tahun 2011 laba yang didapat menurun menjadi Rp.7.382.855.475 disebabkan penurunan pemesanan dari

 Menjelaskan gagasan utama teori atom mekanika kuantum  Menentukan bilangan kuantum (kemungkinan elektron berada)  Menggambarkan bentuk-bentuk orbital.

3. Overlay : fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukkannya. Buffering : fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru

Surabayo Lubuk Basung, setelah identifikasi dan asesmen di laksanakan maka untuk proses evaluasi biasanya dilakukan oleh Guru Pembimbing Khusus (GPK) bersama dengan Guru

Data kadar air kulit buah hasil prediksi digunakan untuk memprediksi kekerasan kulit buah dengan persamaan regresi kadar air terhadap kekerasan kulit yang diperoleh

Dashboard merupakan suatu alat yang dapat membantu pimpinan dari perguruan tinggi untuk memonitoring dan mengevaluasi kinerja organisasinya dengan menyajikan informasi Key