• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP

TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN

Mutiara Shifa

Jurusan Ilmu Ekonomi , Fakultas Ekonomi Pascasarjana, Universitas Negeri Medan e-mail: Mutiarashifa9793@gmail.com

Abstrak :Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap pengangguran di Kota Medan periode tahun 2005-2014. Data dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder selama periode tahun 2005-2014. Alat analisis data yang digunakan yaitu metode regresi linear berganda,uji t dan uji koefisien determinasi dengan bantuan program komputer SPSS Versi 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran. Hal ini membuktikan bahwa teori kurva Philips tidak bisa diterapkan di Kota Medan

.

Kata kunci : Inflasi, Pengangguran

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an,ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship Between Unemployment and The Rate of Change of Money Wage Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan adanya hubungan negatif antara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran (yang kemudian dikenal dengan nama kurva Phillips). Penelitian Phillips yang menggunakan data laju perubahan upah dan pengangguran di Inggris selama tahun 1861-1913, menunjukkan bahwa jika terjadi inflasi yang tercermin dari kenaikan tingkat upah yang tinggi akan dapat menyebabkan menurunnya tingkat pengangguran. Sebaliknya, tingkat pengangguran yang tinggi akan disertai dengan menurunnya tingkat upah (upah menjadi rendah).

Keadaan ini berarti penciptaan kesempatan kerja dan kestabilan harga tidak dapat terjadi bersama-sama. Kalau pemerintah menghendaki kestabilan harga, maka harus mau menanggung beban tingkat pengangguran yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, jika pemerintah mau menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, maka konsekuensinya angka inflasi akan cenderung lebih tinggi. Kedua pilihan tersebut tentu saja sama-sama sulit untuk dilakukan. Padahal tingkat inflasi yang rendah bersama-sama dengan tingkat pengangguran yang juga rendah, disamping pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara, dan selalu menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi.

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan untuk

(2)

perekonomian di Indonesia. Namun faktanya sekarang, banyak warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan atau dengan kata lain menjadi pengangguran.

Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Padahal masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan 1 %, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya hanya mampu menyerap tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja maka akan menyebabkan adanya sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di indonesia bertambah setiap tahunnya.

Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat.Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti menurunkan standar kehidupan dan tekanan psikologis.Masalah Pengangguran dalam hal ini adalah keadaan terkendalanya pemenuhan hak atas kesejahteraan dan hak atas pekerjaan.Tingginya angka pengangguran dapat membawa bangsa berada pada kehancuran yang sulit dihindarkan. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.Pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil persentasenya, hal ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Atau dengan kata lain, di dalam pasar tenaga kerja jumlah penawaran akan tenaga kerja yang ada lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan tenaga kerja.

Pengangguran ini merupakan masalah yang selalu menjadi persoalan di Sumatera utara yang sulit untuk dipecahkan. Hal ini mengingat jumlah kepadatan penduduk di Sumatera utara yang terus bertambah dan tidak diiringi dengan tingginya permintaan akan tenaga kerja dan kurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Jumlah penduduk yang besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula.Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur.

Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2-4 persen per tahun. Dengan persentase sebesar itu, dapat dikatakan inflasi yang rendah sedangkan tingkat inflasi yang tinggi berkisar lebih dari 30 persen . Namun ada juga negara yang menghadapi tingkat inflasi yang sangat tinggi,yang disebut dengan hiper inflasi (hyper inflation). Jika suatu negara mengalami hiper inflasi bisa dipastikan jumlah pengangguran di negara tersebut akan bertambah secara drastis. Karena dengan kenaikan harga-harga di semua sektor, maka perusahaan-perusahaan akan mengambil kebijakan mengurangi biaya untuk memproduksi barang atau jasa dengan cara

(3)

mengurangi pegawai atau tenaga kerja. Akibatnya, angka pengangguran yang tinggi tidak dapat dihindari dan dapat membuat perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran.

Pemerintah (pasca reformasi) sepertinya telah berusaha keras menjaga tingkat inflasi, namun berbagai tekanan dari dalam dan luar negeri pasca reformasi (1997) masih sangat tinggi mempengaruhi pergerakan perekonomian Indonesia. Inflasi yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi Malaysia dan Thailand yang berkisar 2%, bahkan Singapura yang berada di bawah 1%. Bila sektor-sektor riil dalam negeri tidak dibangkitkan maka upaya di sektor moneter menjaga kestabilan makro ekonomi dalam jangka panjang hanya akan menjadi hal yang sia-sia.

Terjadi inflasi sebesar 3,35 persen sepanjang 2015, dari Januari hingga Desember.Sementara secara year-on-year dibandingkan dengan 2014, inflasi desember 2015 tumbuh juga sebesar 3,35 persen.Bila dibedah lebih dalam, untuk komponen inti inflasi yang terjadi adalah sebesar 3,95 persen baik untuk 2015 maupun secara year-on-year antara Desember 2015 dan 2014.Inflasi komponen inti adalah komponen inflasi yang cenderung menetap atau di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, yaitu:

1. Interaksi permintaan-penawaran

2. Lingkungan eksternal: Nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang

3. Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen

Sementara lebih spesifik pada Desember 2015, terjadi inflasi sebesar 0,96 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 122,99. Dari 82 kota yang IHK-nya diukur, seluruhnya mengalami inflasi.Inflasi tertinggi terjadi di Merauke yaitu 2,87% dengan IHK 131,04 dan terendah terjadi di Cirebon yaitu 0,27 % dengan IHK 118,94.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, empat kota indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi dengan rincian Sibolga 2,57 %, Siantar 0,77%, Medan 2,18% dan Padangsidimpuann 1,07%,” Kepala BPS Sumut Wien Kusdiatmono, Jumat (1/4/2016).

Medan merupakan kota penyumbang inflasi tertinggi selama Januari– Maret 2016. Sebab, andil Medan terhadap inflasi mencapai 82%. Karena itu jika harga bahan kebutuhan pokok naik di kota ini, akan membuat inflasi tinggi.Dengan besaran inflasi pada periode ini, maka secara year on year (yoy) angka inflasi di Sumut sebesar 7,16% yang juga jauh lebih tinggi dari nasional yang hanya 4,45%. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menetapkan aturan membatasi penjualan ke luar daerah. Sebab, banyak produk pertanian Sumut dijual ke daerah lain padahal kebutuhan di sini juga tidak mencukupi.

Jumlah penduduk yang terus berkembang pesat menunjukan bahwa fenomena pengangguran sudah menjadi hal yang biasa tetapi menjadi masalah bagi perekonomian suatu negara. Untuk tahun 2010, tercatat bahwa sekitar 143.366 orang jumlah pengangguran di Kota Medan dengan tingkat kemiskinan8.58%. Selama kurun waktu 2006–2010, tingkat pengangguran terbuka di kota Medan mengalami sedikit penurunan,

(4)

yakni dari 15.01% pada tahun 2006 menjadi13.11% di tahun 2010. Hal ini memberikan gambaran bahwa dari 100 orang yangtermasuk angkatan kerja pada tahun 2010 masih terdapat sekitar lebih kurang 15orang yang menganggur. Angka pengangguran ini relative tinggi dan masih banyak hal lain yang perlu menjadi perhatian baik yang berkaitan langsung dengan upaya setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup layak dan tidak menjadi beban sosial maupun untuk mendorong mereka agar dapat aktif secara ekonomi.Jumlah angkatan kerja yang tinggi dan tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang tersedia menyebabkan tidak tertampungnya seluruh angkatan kerja yang ada. Untuk itu, kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seharusnya lebih menitikberatkan dan meningkatkan anggaran di bidang ekonomi dan investasi di samping bidang-bidang yang lainnya.

Melalui uraian diatas, dengan berbagai permasalahan berkaitan dengan pengangguran, serta fenomena ekonomi yang terjadi didalamnya. Penulis tertarik dan ingin melihat sejauh mana hubungan pengangguran dengan inflasi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Analisis Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran di Kota Medan”.

Penelitian Terdahulu

Irham(2013) melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran ,Pengujian Kurva Philips Dengan Data Indonesia, 1976-2006.penelitian ini diteliti dengan menggunakan Uji Stasionaritas (Unit-root Test), Uji Kausalitas (Granger Causality Test), Uji Kointegrasi (Cointegration Test), Dan Error Correction Model (ECM) . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori kurva Phillips yang menyebutkan adanya trade off atau hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pengangguran ternyata tidak terbukti dengan menggunakan data Indonesia tahun 1976-2006.

Iqbal dan Rahmawati (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh tingkat pengangguran terhadap inflasi di Kota Surabaya. penelitian ini diteliti dengan Menggunakan metode VAR (vector autoregressive). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel inflasi dikota surabaya.melalui analisis vector autoregressive, justru angka inflasi yang mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel pengangguran di kota surabaya. Variabel inflasi justru berpengaruh secara negatif terhadap variabel pengangguran.

Rovia Nugrahani Pramesthi (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten trenggalek, dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda .Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi,Inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan Pengangguran dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat angka atau bilangan. Data-data yang diambil akan membantu dalam penyajian hasil penelitian dan menggunakan metode deskriptif yang mendeskripsikan fenomena beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian.

(5)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan agustus 2017.

Definisi Operasional

1. Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.Dinyatakan dalam persen.

2. Inflasi adalah proses kenaikan harga–harga umum secara terus-menerus.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data skunder dengan deret waktu tahunan (time series) dari tahun 2005 sampai 2014. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Skripsi, Jurnal, Website yang relevan serta buletin-buletin penelitian dan hal-hal lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian.Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dari buku atau literature untuk memperoleh data yang dibutuhkan.Data yang akan dicatat yaitu inflasi dan pengang guran di kota Medan dari tahun 2005-2014.

Teknik Analisis Data 1.Uji t (Uji Parsial)

Uji T dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (inflasi) secara parsial terhadap variabel dependen (pengangguran). Adapun hipotesis statistik pengujian sebagai berikut:

Ho : b1 = 0 (tidak ada pengaruh inflasi terhadap pengangguran). H1 : b1 ≠ 0 (ada pengaruh inflasi terhadap pengangguran).

2.Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien yang mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Semakin tinggi nilai R² maka semakin baik pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/ kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring keutara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif , wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung

(6)

oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Data Inflasi dan Pengangguran Kota Medan

Inflasi dan pengangguran dikota Medan selalu mengalami perubahan setiap periode dan tahunnya seperti yang ditunjukan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Data Inflasi dan Pengangguran

Analisis Linier Sederhana

Analisis linier sederhana dilakukan dengan bantuan SPSS 21.0 dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Inflasi (X)terhadap variabel terikat yaitu Pengangguran (Y).

(7)

Tabel 2

Analisis Linier Berganda

Berdasarkan Tabel 2 dari hasil estimasi yang di uji, maka persamaan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Y = 2,129 + -0,024 X1

Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a) Konstanta (a) = 2,129, ini menunjukkan harga constant, dimana jika variabel Inflasi (X) = 0, maka Pengangguran = 2,129 (naik sebesar 2,129 persen)

b) Koefisien X = -0,024, ini berarti bahwa variabel Inflasi (X) berpengaruh negatif terhadap Pengangguran, atau dengan kata lain jika Inflasi (X) meningkat sebesar satu-satuan, maka Pengangguran akan berkurang sebesar 0,024. Koefesien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara variabel Inflasi dengan Pengangguran, semakin meningkat Inflasi maka akan semakin menurun Pengangguran.

Uji Hipotesis

1.Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

a) Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dansignifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

b) Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

a) Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5% b) Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5% Hasil pengujian adalah :

Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k) n = jumlah sampel, n = 40

k = jumlah variabel yang digunakan, k = 2

Derajat kebebasan / degree of freedom (df) =(n-k) = 40 - 2 = 38

Uji-t yang dilakukan adalah uji satu arah, maka ttabel yang digunakan adalah t= 0,05(38) = 1,686

(8)

Tabel 3

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa: Variabel Inflasi (X)

Nilai thitung variabel Inflasi adalah -0,058 dan nilai ttabel 1,686 maka thitung<ttabel(-0,058< 1,686) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan (0,95< 0,05) secara parsial terhadap pengangguran. Artinya, jika variabel inflasi ditingkatkan sebesar satu satuan, maka pengangguran akan menurun sebesar -0,024.

2. Pengujian Koefesien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel 4

Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) Model Summaryb

(9)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa :

1. R = 0,009 berarti hubungan antara variabel inflasi (X), terhadap pengangguran (Y) sebesar 0,9%. Artinya hubungannya sangat lemah.

2. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,026 berarti variabel pengangguran (Y) dapat dijelaskan oleh variabel inflasi (X) sebesar 2,6%.

3. Standard Error of Estimated (Standar Deviasi) artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar1.49034.Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik. Pembahasan

Menurut Sukirno “inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian”. Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

a. Inflasi ringan ( dibawah 10 % setahun) b. Inflasi sedang ( antara 10% - 30% setahun) c. Inflasi berat ( antara 30% - 100% setahun) d. Hiper inflasi (diatas 100% setahun)

Menurut Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah : a.Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. b.Struktur Lapangan Kerja tidak seimbang

c.Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.

d.Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia

e.Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran.Hal ini dibuktikan dengan nilai

koefisien regresi yang bernilai negatif -0,024dan nilai thitung (-0,058) yang lebih kecil dari

nilai ttabel (1,686) dengan tingkat signifikansi 0,954. Artinya jika inflasi ditingkatkan sebesar

satu-satuan, maka pengangguran juga akan mengalami penurunan sebesar -0,024.

Dari nilai R dapat diketahui bahwa hubungan inflasi dan pengangguran sangat lemah, yaitu hanya 0,9 %. Berarti dikota Medan inflasi tidak begitu berhubungan dengan pengangguran

Dari nilai Adjusted R Square dapat diketahui bahwa pengangguran hanya dapat

dijelaskan oleh inflasi sebesar 2,6%. Hal ini berarti inflasi tidak begitu berpengaruh terhadap pengangguran dikota Medan.

Dari uji yang telah peneliti lakukan dapat diketahui bahwa teori kurva Philips tidak bisa diterapkan di Kota Medan, karena inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran dikota Medan.

KESIMPULAN

1. Dari hasil analisis estimasi regresi linear sederhana 0.945 > 0.005 membuktikan bahwa tingkat inflasi adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

(10)

pengangguran. Dengan hasil estimasi tersebut membuktikan bahwa curva Philips tidak bisa diterapkan di kota Medan dari tahun 2005 – 2014.

2. Dari hasil estimasi uji t didapat -0,058< 1,686 membuktikan bahwa adanya hubungan negatif dan tidak signifikan tingkat inflasi terhadap pengangguran. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan timbal balik tingkat inflasi terhadap pengangguran di kota Medan.

3. Pada hasil analisis koefisien determinasi didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,026 berarti 2,6% variabel tingkat pengangguran (Y) dapat dijelaskan oleh variabel tingkat inflasi (X). Sedangkan sisanya 97,4% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

SARAN

Saran ditujukan tidak hanya pada pemerintah, tetapi juga pada para mahasiswa pada umumnya, dan mahasiswa Ekonomi pada khususnya yang dianggap sebagai calon penerus bangsa, dan juga sebagai Social Control agar setiap periode mengkaji hubungan antara komponen-komponen yang terkait antara inflasi dan pengangguran, sehingga pola antara indikator tersebut dapat terbaca untuk bisa membantu langkah-langkah yang perlu di ambil oleh pemerintah guna mengatasi pengangguran dan inflasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Seritua. 1996. Teori Ekonomi Mikro Dan Makro Lanjutan, Raja Gafindo Persada,

Jakarta Utara.

Daulay, Murni. 2010. Metodologi Penelitian Ekonomi, USU Press, Medan

Dra. Afrida BR,M.S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Spss. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Horesh, Tamir Agmun Reuven. 1994. Inflasi, Disinflasi, Dan Keputusan Keuangan, Rineka

Cipta, Jakarta.

P.Todaro, michael.1995. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke 4, Erlangga,

Jakarta.

P.Todaro, michael. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga edisi ke 6, Erlangga,

Jakarta.

Santoso, Rokhedi Priyo. 2012.Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Ketenagakerjaan, UPP

SITM YKPN, Yogyakarta. Jurnal dan Artikel :

Irdam Ahmad.2013.Hubungan Antara Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran, Pengujian Kurva Philips Dengan Data Indonesia, 1976-2006,

Muhammad Iqbal Surya Pratiko dan Lucky Rachmawati.2012.Pengaruh tingkat pengangguran terhadap inflasi dikota surabaya,

Rovia Nugrahani Pramesthi.2013. Pengaruh pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten trenggalek, tahun 2010

www.medan.tribunnews.com 1 April 2016 www.sumut.bps.go.id Mei 2016

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan program

1) Pendekatan riset sinergitas ABGc (membangun jejaring riset) dirasakan lebih sesuai dengan kultur peneliti Indonesia (kultur gotong-royong dan pertimbangkan keterbatasan

[r]

Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil diskusi tentang penyelesaian penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan bimbingan guru2. Guru

[r]

Memiliki hewan kesayangan, bergabung dengan komunitas pecinta hewan atau aktivis kesrawan, wisata alam.. Memiliki : anjing penjaga, anjing pemburu atau

karakteristik pasar dan perilakunya akan mempermudah kita dalam menentukan media pemasaran yang tepat digunakan untuk menjangkau

Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media kerikil, atau dapat juga dari bahan pasltik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan