• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS BERKUMUR AIR GARAM HANGAT 2% TERHADAP GINGIVITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS BERKUMUR AIR GARAM HANGAT 2% TERHADAP GINGIVITIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS BERKUMUR AIR GARAM HANGAT 2%

TERHADAP

GINGIVITIS

Oleh: Dwi Kurniawati1

ABSTRACT

Background: Gingivitis and periodontitis are most problem in periodontology. Main ethiology of gingivitis is plaque accumulation. Mouth and theeth health maintance can be done by mechanically plaque control. Mechanically plaque control by tooth brushing, but it is not effective enough. By then, an additional chemical therapy is needed by using mouth rinse which can decrease plaque accumulation. One of them is rinsing with warm salt solution. Objective: the porpuse of this research are to examine the changing of plaque score, PBI score and saliva’s pH after rinsing with 2% and 0.9% warm salt solution.

Method: The subject of this research are 40 people with ginggivitis who are divided into 2 groups. The 20 people rinsed with 2% warm warm salt solution and 20 people rinsed with 0.9% warm salt solution. Rinsing is applied twicw a day in 60 seconds each time. Plaque score, PBI score and saliva’s pH are measured in the 1st day before 4th days after rinsing.

Subjects keep brushing their theeth during that period. Data was analized by General Linier Model Repeated Measure-Test with 95% reliability.

Result: The statistical result show no significant difference of plaque score, PBI score and saliva’s pH in groups who taking warm salt solution compare to groups who taking 0.9% warm salt solution

Key words: gingivitis, warm salt solution, mouth rinse, dental plaque, plaque score, PBI score and Saliva’s pH

(2)

PENDAHULUAN

Gingivitis dan periodontitis

merupakan masalah jaringan

penyangga gigi yang paling sering dihadapi di bidang kedokteran gigi. Hal ini dibuktikan dengan tingginya prevalensi penyakit tersebut. Menurut data dari dental health of the US population dan Nation Health and Nutrition Examination Survey 3rd

(NHANES III) di Amerika pada tahun 1988-1994, prevalensi gingivitis

mencapai 54 % pada populasi berumur 13 tahun, sedangkan pada usia 14-17 tahun, prevalensi gingivitis mencapai 61,5 % dan berangsur-angsur menurun pada kelompok usia 35-45 tahun. Prevalensi gingivitis meningkat lagi pada kelompok usia 45-54 tahun, tetapi konstan pada kelompok usia lanjut (Carranza, 2002). Menurut Houwink (1993), etiologi utama gingivitis adalah adanya akumulasi plak.Plak merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di dalam rongga mulut, termasuk pada gigi tiruan tetap ataupun lepas (Carranza, 2002).

Penyakit periodontal berhubung- an dengan plak gigi, poket periodontal dan kehilangan gigi. Faktor-faktor penting dalam pembentukan plak adalah adanya bakteri oral yang mengurai makanan dan meningkatkan pH. Kasus gingivitis, pH saliva meningkat sampai diatas 7,6. Bakteri plak mengambil senyawa kalsium dari lingkungan dan menggunakan mineral untuk melindunginya dari pH yang tinggi. pH harus meningkat sampai diatas 7,6 untuk membentuk kalkulus

yang menyebabkan penyakit periodontal (Genco, et al., 1990).

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan melakukan kontrol plak secara mekanis

dan kimia (Carranza, 1990).

Pembersihan secara mekanis berupa penyikatan gigi yang dilakukan setiap sehabis makan dan sebelum tidur dapat

menghambat pertumbuhan dan

perkembangan mikroorganisme di dalam plak sehinggga dapat mencegah berkembangnya penyakit periodontitis ke tahap yang lebih lanjut (Carranza, 2002). Pengontrolan plak secara mekanis akan lebih efektif jika dikombinasi dengan penggunaan obat kumur sebagai pengendalian plak secara kimia.

Garam dapur atau sodium chloride sudah lama digunakan oleh masyarakat luas sebagai obat kumur terutama untuk mengobati gingivitis. Larutan garam dapur merupakan salah satu obat kumur yang mudah diperoleh, ekonomis dan terbukti efektif dalam menghilangkan debris dan pembersihan rongga mulut secara kimia. Larutan garam dapur tidak memiliki efek samping terhadap gingiva sehingga aman bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian Anggraini (2003) tentang efek klinis berkumur air garam hangat 0,9 % terhadap gingivitis, terbukti bahwa pemakaian obat kumur larutan air garam hangat 0,9 % dapat menurunkan skor plak dan skor PBI secara klinis. Larutan air garam hangat 2 % juga telah terbukti dapat menurunkan edema kornea dalam penggunaannya sebagai obat tetes mata.

(3)

Garam dapur terdiri atas ion sodium dan chloride. Ion sodium dan ion chloride secara pasif ditransportasikan melewati membran sel (Pennington et al., 1980). Larutan garam pada konsentrasi tinggi dapat mematikan pertumbuhan bakteri dengan cara menarik air dari sel bakteri tersebut dan menyebabkan lisis. Hal ini berkaitan dengan tekanan osmosis yang tinggi dari air garam (Cawson & Spector,

1982). Larutan garam dengan

temperatur hangat dapat meningkatkan aliran darah lokal pada gingiva sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di gingiva yang menyebabkan sel-sel untuk pertahanan tubuh dapat lebih terlokalisir di daerah radang (Goulding, 1960).

Berdasarkan sifat antiseptik dari penggunaan air garam hangat sebagai

obat kumur dan efek yang

ditimbulkannya terhadap peningkatan aliran darah lokal pada gingiva maka perlu dilakukan penelitian tentang efektifitas air garam hangat dengan kosentrasi 2 % dalam mengurangi

gingivitis dengan melihat perubahan indeks plak, indeks PBI dan pH saliva.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental klinis. Subyek dalam penelitian ini adalah 40 responden penderita gingivitis (yang tidak berhubungan dengan wanita hamil, wanita dengan kontrasepsi hormonal, penderita epilepsi dengan keadaan umum baik tidak ada kelainan dan penyakit sistemik), skor kalkulus 0 – 1, tidak dalam perawatan orthodontic. Teknik pengambilan sampel adalah

simple random sampling.

Responden dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I merupakan kelompok perlakuan sebanyak 20 orang berkumur dengan air garam hangat 2% dan kelompok II merupakan kelompok kontrol sebanyak 20 orang berkumur dengan air garam hangat 0,9%. Kumur dilakukan selama 1 menit setiap pagi dan malam hari selama 4 hari berturut-turut.

Penelitian ini derajad gingivitis

diukur sebelum dan sesudah perlakuan, dengan memeriksa Plaque Index (PI),

Plaque Bleeding Index (PBI) dan pH saliva. Indeks plak diperoleh dengan cara memasukkan dan menggerakkan

probe sepanjang sulkus gingiva secara perlahan-lahan, tanpa tekanan. Penilaian berdasarkan skor plak dengan kriteria sebagai berikut :

0 : Tidak terdapat plak

1 : Plak tidak terlihat secara klinis tetapi terambil oleh probe

2 : Plak terlihat secara klinis dan terambil oleh probe

3 : Plak menyebar pada permukaan gigi

PBI diperoleh dengan cara memasukkan dan menggerakkan probe

secara perlahan-lahan dan tanpa tekanan kedalam sulkus gingiva sedalam ± 2 mm, dimulai dari permukaan fasial gigi paling posterior melewati permukaan mesial dan distal gigi yang diperiksa. Kemudian, tunggu 30 detik untuk melihat ada tidaknya perdarahan

.

Setelah dilakukan pencatatan, ulangi prosedur diatas pada permukaan lingual atau palatal gigi. Gigi yang diperiksa :

6 2 1 1 2 4 6

6 4 2 1 1 2 6

(4)

Penilaian berdasarkan PBI dengan kriteria sebagai berikut :

0 : Tidak ada perdarahan 1 : Perdarahan berupa titik 2 : Perdarahan berupa garis 3 : Perdarahan berupa segitiga 4 : Perdarahan menyebar

Pengukuran pH saliva dilakukan

dengan menggunakan pH meter

minimal 2 jam setelah makan. Pembuatan air garam hangat 2 % dengan melarutkan 4 gram garam dapur dalam 200 ml air hangat (± 400 C),

sedangkan untuk air garam hangat 0,9 % dengan melarutkan 1,8 gram garam dapur dalam 200 ml air hangat (± 400

C).

Analisis data dilakukan dengan mengguanakan uji General Linear Model (GLM) Repeated Measure

dengan derajat kepercayaan 95% untuk mencegah penghitungan berulang, karena dengan GLM kesalahan dapat dikoreksi. Selain itu, pada penelitian ini diperlukan suatu uji statistik yang pair

dan independent.

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di laboratorium Oral Biologi FKG dengan mengikutsertakan sejumlah 40 orang subyek penderita gingivitis selama 4 hari. Derajad gingivitis diukur sebelum dan sesudah perlakuan, dengan memeriksa Plaque Index (PI), Plaque Bleeding Index (PBI) dan pH saliva. Perubahan rata-rata nilai Plaque Index

(PI) antara sebelum dan setelah berkumur dengan air garam 2% dan 0,9% dapat dilihat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata Indeks Plak (PI) sebelum dan setelah perlakuan

Konsen trasi garam RATA-RATA PI Uji GLM sebelum perlakuan sesudah perlakuan 2,0% 0,58 0,31 t=5,972 p<0,0005* 0,9% 0,52 0,38 t=5,324 p<0,0005* *p <0,05

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata indeks plak antara sebelum dan sesudah berkumur air garam hangat 2% dan 0,9%. Uji statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah berkumur air garam hangat pada masing-masing kelompok ( p < 0.05) terhadap penurunan indeks plak. Hal ini terlihat dari penurunan rata-rata PI pada setiap kosentrasi larutan garam.

Konsentrasi air garam hangat

0,9% yang bersifat isotonis

menyebabkan penurunan skor plak yang bermakna, hal ini karena air garam hangat 0,9% dapat melarutkan protein dan zat organik yang ada pada matriks interseluler plak sehingga proses pembentukan plak tahap pertama yaitu pembentukan pelikel terganggu.

Kemampuan air garam untuk

melarutkan protein menyebabkan terhambatnya pembentukan glikoprotein pelikel (Carranza, 2002).

Konsentrasi air garam 2% juga menyebabkan penurunan PI secara bermakna. Air garam 2% merupakan antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan kuman dengan sifat hipertonik ini dapat mematikan pertumbuhan bakteri dengan cara menarik air dari sel bakteri tersebut dan menyebabkan lisis (Cawson & Spector,

(5)

1982). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Witt (2001) di Amerika Serikat diketahui bahwa larutan garam dapat menyembuhkan gingivitis dengan konsentrasi tidak lebih dari 4 %.Hal ini dapat dibuktikan pada penelitian ini, kosentrasi larutan garam yang digunakan kurang dari 4% dapat menyebabkan penurunan PI dan PBI yang bermakna.

Kemungkinan lain penurunan indeks plak pada air garam hangat dengan kosentrasi 2% dan 0.9% disebabkan karena adanya pengaruh mekanis dari kumur-kumur yang dapat mengurangi terbentuknya akumulasi plak. Hal ini esuai dengan penelitian Ramberg et al.(1994) yang menyatakan terdapat penurunan pembentukan akumulasi plak terhadap pengaruh mekanis dari berkumur setelah pemakaian obat kumur.

Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata skor PBI (Plaque Bleeding Index) antara sebelum dan sesudah berkumur

pada masing-masing kelompok

konsentrasi air garam.

Tabel 2 Nilai rata-rata Plak Bleeding

Indeks (PBI) sebelum dan setelah

perlakuan

Konse ntrasi garam

RATA-RATA PBI Uji GLM

sebelum perlakuan sesudah perlakuan 2,0% 0,46 0,14 t=6,106 p<0,0005* 0,9% 0,41 0,17 t=8,924 p<0,0005* **p <0,05

Uji statistik terdapat perbedaan yang bermakna di antara masing-masing kelompok ( p < 0.05) terhadap penurunan skor PBI. Hal ini terlihat dari

penurunan rata-rata PBI pada setiap kosentrasi larutan garam.

Terjadinya penurunan PBI setelah berkumur air garam hangat 2% dan 0,9%, kemungkinan karena adanya penurunan akumulasi plak. Penelitian ini terdapat penurunan PBI sangat bermakna pada dua kelompok subyek penelitian antara sebelum dan sesudah berkumur selama empat hari. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara akumulasi plak dan gingivitis dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brever et al. (1989) yang menyatakan

bahwa akumulasi plak dapat

menyebabkan semakin parahnya

gingivitis.Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramberg, et al.

(1994) yang menyatakan jumlah

gingivitis meningkat disertai dengan peningkatan akumulasi plak. Selain itu, terdapat pengaruh temperatur hangat terhadap vaskularisasi gingiva sehingga dapat meningkatkan pertahanan lokal. Penelitian yang dilakukan Soeroso (1999), penurunan skor PBI juga terjadi

pada kelompok yang hanya

menggunakan air hangat untuk berkumur.

Tabel 3 Nilai rata-rata pH Saliva Sebelum dan Setelah Perlakuan

Konse ntrasi garam RATA-RATA pH Uji GLM sebelum perlakuan sesudah perlakuan 2,0% 7,35 7,38 t=-0,255 p>0.25 0,9% 7,51 7,58 t=-0,508 p>0,25 *p<0,05

Tabel 3 menunjukkan rata-rata nilai pH saliva antara sebelum dan sesudah berkumur pada masing-masing

(6)

statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna di antara masing-masing kelompok ( p < 0.05) terhadap penurunan nilai pH.

Tabel 4 : Rata-rata nilai PI, PBI dan pH Saliva pada Kelompok Konsentrasi

Garam Air garam hangat 2% Air garam hangat 0,9% Uji GLM Rata-rata perbedaan penurunan PI 0,27 0,14 p = 0,153 Rata-rata perbedaan penurunan PBI 0,32 0,24 p = 0,621 Rata-rata perbedaan penurunan pH saliva 0,03 0,07 p = 0,756

Tabel 4 menunjukkan rata-rata nilai PI, PBI dan pH saliva pada masing-masing kelompok konsentrasi air garam. Uji statistik tidak terdapat perbedaan efektifitas yang bermakna antara berkumur air garam hangat 2% dan 0,9% ( p>0.05) terhadap penurunan keradangan gingiva. Disimpulkan bahwa tidak ada yang lebih efektif diantara kedua konsentrasi air garam ( 2% dan 0.9% ) dalam menurunkan skor plak, PBI dan pH saliva.

Penelitian ini, tidak terlihat penurunan pH saliva yang bermakna pada kelompok yang berkumur dengan air garam hangat 2% maupun 0,9%. Hal ini mungkin disebabkan sample yang digunakan tidak difokuskan pada derajat keparahan gingivitis tertentu. Selain itu, sebagian besar sample yang digunakan mempunyai derajat keparahan gingivitis

yang dapat dikategorikan ringan, hal ini berpengaruh pada deposit kalkulus yang terdapat di permukaan gigi yang menyebabkan pH saliva menjadi alkali (Victor, 2005).

Hasil penelitian pada Profil Plot

menunjukkan adanya perbedaan

efektifitas antar kosentrasi larutan garam, semakin tinggi kosentrasi larutan garam maka semakin besar penurunan PI dan PBI, walaupun tidak terdapat penurunan pH saliva. Kondisi tersebut tidak terbukti pada uji statistik dengan

General Linear Model pada hasil uji dengan derajat kepercayaan 95%, sehingga tidak terdapat perbedaan keefektifan antar kelompok konsentrasi garam. Tidak ada perbedaan keefektifan antar kelompok konsentrasi garam, sebaiknya digunakan larutan garam dengan konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini menguntungkan dari segi ekonomis dan mengurangi resiko pada penderita hipertensi.

Kepatuhan sample sewaktu mejalankan penelitian dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hasil penelitian seperti diet yang dikonsumsi, kondisi fisik selama menjalankan penelitian, dan tidak terkontrolnya kebersihan mulut sample selama empat hari.

Cara berkumur tiap sample

berbeda disebabkan perbedaan

elastisitas otot pipi juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Lama berkumur sample juga berpengaruh terhadap suhu larutan di dalam rongga mulut. Air garam hangat dapat dipertahankan suhunya bila tiap 15 detik sekali larutan di dalam rongga mulut diganti, tidak diawasi langsung cara berkumur masing-masing sample,

(7)

sehingga ada kemungkinan sample

berkumur lebih dari 15 detik tanpa menggantinya dengan larutan baru, hal ini dilakukan karena adanya pengaruh

temperatur hangat terhadap

vaskularisasi gingiva sehingga dapat meningkatkan pertahanan lokal jaringan. Faktor lain yang berpengaruh adalah efek berkumur yang tidak dapat menjangkau area dengan kelainan yang lebih dalam seperti pada sample dengan skor PI 3 dan PBI 4. Menurut Hine (1950) pertahanan tubuh sample selama penelitian dapat mempengaruhi waktu untuk terjadinya gingivitis.

Penelitian ini, tidak dilakukan pengukuran ke dalam poket, sehingga tidak diketahui adanya perubahan pada ukuran gingiva pada penderita gingivitis

dapat terbentuk pseudopoket karena terjadinya pembesaran gingiva yang merupakan salah satu tanda dari keradangan.

Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah tidak difokuskan pada derajat keparahan gingivitis tertentu, sehingga range-nya terlalu lebar. Selain itu, sulit mengontrol kepatuhan subyek selama penelitian baik dalam pembuatan larutan yang digunakan ataupun dilakukannya hal-hal lain yang tidak boleh dilakukan selama penelitian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian larutan air garam hangat 2% dan 0,9% sebagai obat kumur dapat mengurangi derajad gingivitis (dengan melihat adanya penurunan skor plak dan skor PBI secara klinis), tetapi tidak ada

perbedaan keefektifan antara air garam hangat 2% dan 0,9%.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini S. 2003. Efek Klinis Berkumur air garam hangat 0,9% Terhadap Gingivitis. Jakarta ; Skripsi Perio Universitas Indonesia

Brever MM, Cos Grove RS. 1989 The Relationship between gingivitis and plaque level. J Periodontal ; 60 ; 122 – 5

Carranza Jr FA. 2002. Epidemiology of Gingival and Periodontal Disease. Dalam Carranza Jr FA, Newman MG, eds. Glickman’s Clinical Periodontology 9thed. Philadelphia :

Saunders, 79-82.

Carranza Jr FA. 1990. Gingival Inflamation. Dalam Carranza Jr FA, Newman MG, eds. Glickman’s Clinical Periodontology 9th ed.

Philadelphia : Saunders, 218-223,263-267

Cawson., R.A & Spector, R.G. 1982

Clinical Pharmacology in Dentistry, 3ed. Churchill Livingstone. Edinburg

London Melbourne and NewYork ; 72-73

Genco RJ, Gouldman, HM., Cohen D.W. 1990. Pathogenesis and host

response in periodontal disease. Dalam Contemporary Periodontics. Philadelphia : The C.V Mosby Company. 185-186

Goulding R. 1960. Handbook of Dental

(8)

London ; William Heinemann medical books Ltd, 115-130

Hine, M. K. 1950 : The use of the toothbrush in the treatment of periodontitis. J.A.D.A. 41 : 158-168

Houwink B, 1993 Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University press. 59

Pennington, W. G, Calvey, T.N, O’ Neil, T.C.A. 1980. Dental Pharmacology, 4th ed. Oxford London Edinburg, Boston Melbourne ; Blackwell Scientific Publications ; 207

Ramberg P, Lindhe J, Dahlen G and Velpo AR. 1994. The Influence of Gingival Inflammation on de no vo Plaque Formation. J Clin Periodontal ; 21 : 51 – 56

Soeroso Y. 1999. Perbedaan efek air garam hangat dan H2O2 3% Sebagai Obat Kumur Terhadap Keradangan Gingiva. Jakarta ; Thesis Spesialis Perio Universitas Indonesia

Victor Zeines, DDS. 2005. Periodontal Disease. available at : http://www.natdent.com/info/periodo ntal.cfm

Witt, Jonathan James ; et al 2001.

available at :

Gambar

Tabel 4 : Rata-rata nilai PI, PBI dan  pH Saliva pada Kelompok Konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

interpersonal yang tidak stabil atau ambivalen (sayang dan benci pada orangtua), gangguan identitas diri (berganti agama, pekerjaan, teman, terapis, kamar), impulsivitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Konstipasi pada Remaja di MTs Al-Hidayah Desa Wajak Kecamatan Wajak Kabupaten

Perancangan karya tari Janger Kebyar dapat dikatakan sebagai sebuah kreasi Tari Kakebyaran karena prinsip-prinsip dasar keindahan gerak, teknik dan bentuk penggarapan

Dalam penelitian ini pengambilan data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan secara bersamaan berdasarkan status keadaan pada saat itu (pengumpulan data),

Contoh adanya sastrawan penganut faham feminis adalah Toeti heraty dalam sajak-sajaknya yang berjudul Mimpi dan Pretensi. Sedangkan apa yang diungkapkan dorothea merupakan sesuatu

Model yang menghasilkan nilai ketelitian RMSE TCB terburuk pada topografi perbukitan adalah model dengan menggunakan 5 TKT dengan pola merapat dan pada topografi datar

Pada prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari buah, yaitu sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan

Ketika manusia mencoba untuk untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika mereka berusaha meraih kesejahteraan pribadi melalui sumber daya yang ada, atau