• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain. Namun dalam setiap usaha pembangunan ekonomi daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain. Namun dalam setiap usaha pembangunan ekonomi daerah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Namun dalam setiap usaha pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yang sama yakni untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah beserta masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada di daerah tersebut.

Mahatma Gandhi pada awal abad XX pernah menyuarakan semangat swadesi yang kemudian diterjemahkan sebagai berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) oleh Bung Karno. Secara ekonomi, swadesi mengandung pengertian kemandirian yang bertumpu pada konsumsi modal (capital expenditure) dari negeri sendiri. Secara politik, berarti kebanggaan akan negerinya sendiri. Pelajaran yang dapat diambil ialah bahwa kebanggaan akan negeri sendiri dapat menumbuhkan kemandirian bila diimplementasikan menjadi aksi pembelaan yang nyata dengan dukungan pengerahan financial seperti membeli produk-produk lokal.

Maka dari itu, dalam konteks percepatan pembangunan kabupaten Kulonprogo, swadesi ini diwujudkan dalam kebijakan Bela dan Beli Kulonprogo. Slogan ini bermakna bahwa jika anda ingin membela dan memajukan Kulonprogo cukup dengan membeli produk Kulonprogo. Dimulai dari sekarang, dari yang sederhana, mudah dan riil. Strategi ini menjadi landasan yang kuat bagi pembangunan

(2)

2

ekonomi daerah yang mandiri, dan tidak mustahil menjadi big push bagi perekonomian regional.

Awal mula diluncurkan, Bela dan Beli Kulon Progo ini memberikan tujuh poin utama dalam gerakan Bela dan Beli Kulon Progo, diantaranya himbauan kepada masyarakat Kulon Progo untuk mengkonsumsi beras lokal sehingga menguntungkan petani Kulon Progo yang berasnya juga memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dibanding beras luar. Pemerintah juga meluncurkan air minum dalam kemasan dengan nama AirKU yang airnya diambil dari mata air daerah Kulon Progo dan diolah oleh PDAM Tirta Binangun Kulon Progo. Dan yang hingga saat ini mendapatkan perhatian paling besar dari masyarakat yakni produksi batik geblek renteng. Namun seiring dengan bergulirnya waktu, program Bela dan Beli kulon progo kemudian terus berkembang. Begitu banyak produk-produk baru yang merupakan produk asli Kulon Progo, seperti gula semut, tas dari bahan alami yang dimiliki Kulon Progo, hingga olahan makanan modern yang diolah dari bahan-bahan tradisional asli Kulon Progo.

Adapun tugas dari pemerintah daerah Kulon Progo adalah dengan terus meningkatkan kualitas produk lokal sembari terus mensosialisasikan gerakan kemandirian melalui program Bela dan Beli Kulon Progo ini. Sukses atau gagalnya kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah, tentu juga sangat dipengaruhi oleh adanya informasi dan komunikasi yang tepat diterima oleh masyarakat. Komunikasi antara pemerintah dan warga negara merupakan aspek penting, tidak hanya bagi keberhasilan pembangunan negara/kesuksesan perusahaan, tapi lebih jauh lagi bagi pendidikan masyarakat mengenai konsep pembangunanberkelanjutan.

Dalam konteks komunikasi sosial (penyebaran ide-ide pembangunan/pemasaran pada masyarakat luas) memberi pemahaman bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi untuk mengubah sikap dan perilaku mereka sesuai

(3)

3

dengan kehendak/tujuan komunikator. Menyikapi hal tersebut diperlukan strategi komunikasi (manajemen komunikasi). Tujuan dari strategi komunikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo adalah untuk mensinergikan aspek-aspek komunikasi seperti media, pesan, dan metode komunikasi sesuai dengan karakter masyarakat sebagai khalayak sasaran agar proses komunikasi berjalan dengan efektif.

Dalam program Bela dan Beli Kulon Progo, pemerintah Kulon Progo merancang berbagai strategi komunikasi agar program ini berjalan sesuai dengan tujuannya. Menumbuhkan semangat bangkit masyarakat Kulon Progo dari sikap pasrah yang sudah tertanam erat atas keterpurukan ekonomi tentu membutuhkan upaya lebih. Terlebih pemerintah Kulon Progo sendiri tidak tanggung-tanggung menetapkan target, yakni agar di tahun 2015 Kulon Progo tidak lagi terjajah secara ekonomi,dan sudah berdiri menjadi kabupaten yang mandiri secara ekonomi.

Oleh karena itu, pemilihan strategi komunikasi yang tepat menjadi penentu keberhasilan program ini. Strategi komunikasi ini dapat disebut sebagai “guiding principle” atau prinsip-prinsip pemandu yang dijadikan pedoman oleh pelaksana program ini dan para pemangku kepentingan lainnya dalam mencapai tujuan sosialisasi Bela dan Beli Kulon Progo yakni untuk memberikan pemahaman kepada khalayak sasaran sebagai penerima manfaat program. Dengan adanya strategi komunikasi yang menjadi panduan semua pihak yang terlibat dalam Bela dan Beli Kulon Progo ini, harapan adanya kesamaan persepsi dan langkah dalam menanggulangi kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat benar-benar akan terwujud.

Salah satu yang memegang peranan penting dalam efektivitas organisasi yakni transparansi. Transparansi menjadi hal penting bagi sebuah organisasi untuk

(4)

4

mendapatkan dan mempertahankan kepercayaan publik (Bunting, 2004:6). Bunting menggarisbawahi bahwa untuk mendapatkan dan memegang kepercayaan, pemerintah harus membuka akses kesempatan pengawasan oleh publik, salah satunya dalam membagi informasi.

Konsep transparansi informasi yang belum dipahami dengan baik oleh pemerintah Kulon Progo memberikan konsekuensi yakni banyak program/ kebijakan pemerintah daerah yang kurang populer dan implementasinya jauh dari harapan. Masalah utama komunikasi pemerintah yang sering terjadi adalah tidak munculnya prinsip resiprositas antara pelayan publik dengan publiknya itu sendiri. Idealnya, publik mengetahui informasi atas kegiatan untuk publik (public affair) dan terpenuhinya kebutuhan untuk mengetahui (right to know) masalah publik.

Tidak heran jika kemudian menjadi sebuah progres tersendiri saat sebuah kebijakan baru, yakni Bela dan Beli Kulon Progo menjadi sebuah program/kebijakan yang populer terutama di kalangan masyarakat Kulon Progo sendiri yang selama ini terlihat apatis dengan berbagai program dari pemerintah daerah. Meskipun implementasi program belum maksimal sesuai harapan, namun dalam konteks komunikasi kebijakan Bela dan Beli Kulon Progo ini kemudian muncul pertanyaan bagaimana metode manajemen komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo sehingga mampu mereduksi sikap apatis terhadap kebijakan pemerintah daerah yang selama ini terlihat, terutama dari masyarakat Kulon Progo.

(5)

5 I. 2. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas, disusun rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah metode manajemen komunikasi pemerintahan dalam program pemberdayaan masyarakat (studi kasus tentang manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo di Kulon Progo, Yogyakarta)?”

I. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang metode manajemen komunikasi pemerintahan dalam program pemberdayaan masyarakat, dalam kasus ini kita mengambil studi tentang manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo di Kulon Progo, Yogyakarta.

I. 4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah kepustakaan atau bahan referensi bagi peneliti, khususnya penelitian dalam ranah disiplin ilmu komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini mencoba untuk memberikan kontribusi berupa pemikiran dan temuan-temuan empirik mengenai manajemen komunikasi pemerintahan sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis.

(6)

6 3. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pelengkap untuk penelitian lebih lanjut bagi pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan manajemen komunikasi secara umum dan khususnya dalam manajemen komunikasi pemerintahan.

I. 5. Kerangka Pemikiran

I. 5. 1. Komunikasi Pemerintahan

Komunikasi pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yakni komunikasi dan pemerintahan. Objek materiil ilmu komunikasi ialah perilaku manusia, yang dapat merangkum perilaku individu, kelompok, dan masyarakat. Sedangkan objek formalnya ialah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku individu, masyarakat, dan pengaturan kelembagaan.

Komunikasi dimaksudkan untuk menyampaikan pesan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain, dan komunikasi dapat dikatakan efektif bila ada kesamaan makna dan bahasa. Komunikasi adalah penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda, komunikasi disebut efektif apabila makna yang tercipta relatif sesuai dengan yang diinginkan komunikator (Mulyana, 1999:49)

Komunikasi mempunyai tujuan dan fungsi. Tujuannya adalah perubahan sikap, pendapat, perilaku social. Sedangkan fungsi komunikasi yaitu menyampaikan informasi, menididik, menghibur, dan mempengaruhi (Effendy, 2000:8).

(7)

7

Drs. Musanef (1989:7) memberikan definisi ilmu pemerintahan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki bagaimana sebaiknya hubungan antara pemerintah dan yang diperintah, dapat diukur sedemikian rupa sehingga dapat dihindari timbulnya berbagai pertentangan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, dan mengusahakan agar terdapat keserasian pendapat serta daya tindak efektif atau efisien dalam pemerintahan. Jadi, komunikasi pemerintahan merupakan proses penyampaian ide-ide atau gagasan dalam program pemerintahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Negara yani kesejahteraan rakyat.

Komunikasi pemerintahan menurut Erliana Hasan (2005:95) adalah penyampaian ide, program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat.

Secara umum, pemerintah diasumsikan sebagai komunikator, sedangkan masyarakat sebagai komunikan. Namun jika merujuk pada tipe komunikasi sirkular, maka masyarakat pun dapat member ide atau gagasan kepada pemerintah, hal seperti ini sering disebut sebagai proses umpan balik terhadap proses kebijakan atau pesan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk rakyat.

I. 5. 2. Proses Manajemen dalam Aktivitas Komunikasi

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa agar komunikasi pemerintah berjalan dengan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa faktor penentu dan juga diperlukan keahlian untuk mendesain faktor-faktor tersebut dengan tepat. Oleh

(8)

8

karena itu, komunikasi membutuhkan sebuah manajemen agar strategi komunikasi dapat direncanakan dengan maksimal untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Proses manajemen dalam aktivitas komunikasi merupakan hal penting, tidak hanya bagi organisasi korporat melainkan juga bagi organisasi pemerintah. Mengaplikasikan proses manajemen dalam kegiatan komunikasi berarti melakukan proses perencanaan hingga evaluasi dengan menggunakan sumber-sumber daya komunikasi untuk mewujudkan sasaran / tujuan organisasi.

Proses manajemen tidak terlepas dari strategi komunikasi. Menurut Effendy (2000:32), strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Selanjutnya menurut Effendy, strategi komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu: secara makro (Planned multi-media strategy) dan secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu: menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informative, persuasive, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.

Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi baik ruang maupun waktu yang dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh berbagai cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.

(9)

9 I. 5. 3. Manajemen Komunikasi

Menurut Michael Kaye (1994:25) Manajemen komunikasi pemerintahan adalah bagaimana individu atau manusia mengelola proses komunikasi melalui penyusunan kerangka makna dalam hubungannya dengan orang lain dalam berbagai lingkup komunikasi dengan mengoptimalisasi sumber daya komunikasi dan teknologi yang ada.

Menurut Griffin (2006:32), tujuan manajemen adalah adalah sebagai pengontrol sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat tercapai seseuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Menurut Suprapto (2011:139), manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi termasuk pemerintah guna mempermudah tujuan, menjaga keseimbangan diantara tujuan yang saling bertentangan serta mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen dalam komunikasi atau manajemen komunikasi dinilai sangat penting dan memegang peranan besar dalam pencapaian tujuan komunikasi.

Jadi secara umum, definisi manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Manajemen komunikasi menjadi hal yang penting dalam suatu organisasi, karena bertujuan agar proses komunikasi organisasi tidak hanya berjalan dengan efektif, namun juga efisien. Efektif disini berarti tujuan komunikasi tercapai sesuai dengan rencana komunikasi. Sedangkan efisien berarti menggunakan sumber daya komunikasi dengan sebaik-baiknya untuk pencapaian hasil yang optimum. Dikatakan

(10)

10

efisien tetapi tidak efektif, bila sumber daya komunikasi dimanfaatkan dengan baik namun tidak mencapai sasaran/tujuan komunikasi. Sebaliknya, efektif namun tidak efisien berarti dalam mencapai sasaran/tujuan komunikasi menggunakan sumber daya komunikasi berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi.

Berdasarkan Cutlip, Center & Broom (2005: 267) manajemen komunikasi terdiri dari empat tahap, yakni :

1. Mendefinikan Masalah

Merupakan tahap dimana Humas sebagai pelaksana manajemen komunikasi melakukan penyelidikan tentang latar belakang masalah dengan menganalisa situasi yang sedang terjadi dan menangkap apa yang dibutuhkan oleh publik, serta memonitor opini masyarakat sehingga problem/masalah kehumasan bisa ditentukan dan dirumuskan.

2. Perencanaan Komunikasi

Dalam perencanaan komunikasi erat kaitannya dengan strategi komunikasi yang akan dilaksanakan. Dalam perencanaan komunikasi terdiri dari beberapa poin yakni perumusan sasaran dan tujuan, penetapan sasaran khalayak, strategi pesan, strategi media, strategi komunikator, serta anggaran dan jadwal.

3. Aksi dan Komunikasi

Dalam tahap ini terdiri dari dua poin yakni strategi aksi dan strategi komunikasi. Strategi aksi berupa tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam mencapai tujuan program dengan melakukan perubahan atau perbaikan dalam kebijakan, prosedur, produk, layanan, ataupun perilaku organisasi. Sedangkan strategi komunikasi merupakan tahap dimana seluruh komponen komunikasi, seperti khalayak, pesan, media, dan komunikator diintegrasikan sehingga strategi

(11)

11

komunikasi menjadi efektif dan tepat sasaran sehingga tujuan awal program tercapai.

4. Evaluasi Komunikasi

Evaluasi merupaka tahap penilaian atas persiapan, pelaksanaan (implementasi), dan hasil program (dampak). Evaluasi merupakan aktivitas humas (pemerintah) dalam menilai apakah sosialisasi yang dijalankan telah efektif dan mencapai tujuan.

I. 6. Kerangka Konsep

Dalam konteks komunikasi dalam program pemberdayaan masyarakat, penyebaran ide-ide pembangunan dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi untuk mengubah sikap dan perilaku mereka sesuai dengan kehendak/ tujuan komunikator (pemerintah). Menyikapi hal tersebut maka diperlukan manajemen komunikasi. Manajemen komunikasi dibutuhkan oleh semua organisasi, termasuk pemerintah saat akan menyebarkan ide/ informasi pembangunan kepada masyarakat. Karena tanpa manajemen komunikasi, usaha penyebaran informasi pembangunan oleh pemerintah akan sia-sia dan sulit menarik partisipasi masyarakat, sehingga pencapaian tujuan utama yakni kemandirian masyarakat akan lebih sulit.

Hal ini pulalah yang kemudian juga diterapkan oleh pemerintah Kulon Progo dalam rangka menginformasikan program Bela dan Beli Kulon Progo. Dalam rangka mensukseskan program Bela dan Beli Kulon Progo, pemerintah daerah Kulon progo menerapkan konsep manajemen komunikasi agar tujuan utama dari program ini tercapai, yakni tercapainya kesejahteraan ekonomi dan kemandirian masyarakat.

(12)

12

Manajemen komunikasi menjadi hal penting dalam upaya mengkampanyekan program Bela dan Beli Kulon Progo, karena dapat ditentukan siapa saja publik/ target yang akan menjadi sasaran dan juga bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka. Rangkaian konsep dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1.2. Kerangka Konsep Penelitan

Tahapan Manajemen Komunikasi Definisi Indikator Mendefinisikan masalah

Tahap untuk mengetahui latar belakang masalah yang ada serta melakukan penyelidikan dan memonitor opini masyarakat sehingga problem / masalah kehumasan bisa ditentukan dan dirumuskan.

Adanya identifikasi kebutuhan publik (problem, perhatian, atau peluang yang sedang terjadi di kabupaten Kulon Progo)

Adanya analisa situasi (faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi yang terjadi di Kulon Progo)

Adanya penelitian dan pemantauan opini, tindakan, dan perilaku pihak-pihak yang terkait dan dipengaruhi oleh tindakan dan kebijakan pemerintah Kulon Progo

Perencanaan dan pemrograman

Tahap dimana humas (pemerintah) menyusun strategi mendasar tentang apa yang akan dilakukan dan dengan langkah apa untuk mengatasi problem / masalah yang telah dirumuskan dalam tahap sebelumnya.

Adanya perumusan tujuan program (apa yang diharapkan pemerintah Kulon Progo dari sosialisasi program Bela dan Beli Kulon Progo)

Adanya identifikasi publik sasaran program (lingkungan internal maupun eksternal yang harus direspons, dijangkau, dan dipengaruhi oleh program)

Adanya strategi pesan yang dirancang untuk sosialisasi program (isi dan cakupan pesan)

(13)

13

Adanya strategi media / saluran yang digunakan untuk sosialisasi program

Adanya strategi komunikator (siapa yang bertanggungjawab untuk menyampaikan pesan)

Adanya anggaran dan Jadwal Aksi dan komunikasi Dalam tahap ini humas

(pemerintah)

mengimplementasikan

program aksi dan komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan spesifik bagi masing-masing publik. Implementasi ini terkait dengan bagaimana humas melakukan tindakan dan komunikasi pada publik yang telah dirumuskan sebelumnya dalam tahap perencanaan, guna menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien antara pemerintah dan publiknya.

Adanya strategi aksi (tindakan yang diambil oleh pemerintah Kulon Progo dalam mencapai tujuan program dengan melakukan perubahan atau perbaikan dalam kebijakan, prosedur, produk, layanan, ataupun perilaku organisasi)

Adanya implementasi atas perencanaan komunikasi (bagaimana integrasi antara sasaran publik, pesan, media, dan komunikator dalam pelaksanaan sosialisasi Bela dan Beli Kulon Progo)

Adanya hambatan-hambatan komunikasi yang bisa terjadi selama pelaksanaan sosialisasi Bela dan Beli Kulon Progo Evaluasi

1. Evaluasi Persiapan

Tahap penilaian atas persiapan, pelaksanaan (implementasi), dan hasil program (dampak). Evaluasi merupakan aktivitas humas (pemerintah) dalam menilai apakah sosialisasi yang dijalankan telah efektif dan mencapai tujuan.

Adanya penilaian tentang proses persiapan pelaksanaan sosialisasi, diantaranya :

Kecukupan informasi latar belakang untuk desain program

(14)

14 2. Evaluasi

implementasi

3. Evaluasi dampak

Ketepatan pesan dan isi aktivitas

Kualitas pesan dan presentasi aktivitas

Adanya penilaian tentang proses pelaksanaan (implementasi) sosialisasi, diantaranya :

Jumlah pesan yang dikirim ke media dan aktivitas yang didesain

Jumlah pesan yang ditempatkan dan aktivitas yang diimplementasikan

Jumlah orang yang menerima pesan

Jumlah orang yang memperhatikan pesan

Adanya penilaian tentang hasil yang dicapai (dampak) dari proses sosialisasi, diantaranya :

Jumlah orang yang memahami pesan

Jumlah orang yang mengubah opini

Jumlah orang yang mengubah sikap

Jumlah orang yang berbuat sesuai yang diharapkan

Jumlah orang yang mengulangi perilaku

Perubahan sosial dan cultural

I. 7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Penelitian Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Menurut Creswell (2003:1) penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah social atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic

(15)

15

lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan sebuah susunan perspektif atau informasi dari sebuah masalah.

Sedangkan jenis deskriptif kualitatif memang diarahkan untuk mengetahui kondisi suatu objek pada masa kini sehingga deskripsi kualitatif cocok digunakan untuk mendeskripsikan dan menilai pelaksanaan manajemen komunikasi pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo.

1.7.2. Studi Kasus

Penelitian mengenai manajemen komunikasi ini menggunakan pendekatan studi kasus. Alasan yang mendasar penggunaan pendekatan tersebut karena permasalahan yang ada membutuhkan penggalian mendalam terhadap fakta dan data. Pendekatan studi kasus merupakan pendekatan yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci (Surachman, 1982:143).

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus tentang manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo di Kulon Progo, Yogyakarta. Hal ini peneliti pilih karena program Bela dan Beli Kulon Progo menjadi salah satu program/ kebijakan yang paling cepat mendapatkan perhatian dari masyarakat, terutama masyarakat Kulon Progo yang selama ini sangat apatis terhadap program/ kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana metode manajemen komunikasi pemerintah Kulon Progo sehingga program Bela dan Beli Kulon Progo ini mampu mereduksi rasa apatis masyarakat, terutama masyarakat Kulon Progo terhadap program/ kebijakan pemerintah.

(16)

16 1.7.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunaka beberapa jenis pengumpulan data, antara lain :

1. Wawancara mendalam, yakni peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap semua informan yang telah direncanakan, dimana pertanyaannya telah disesuaikan dengan kapasitasnya sebagai narasumber. Dalam penelitian ini, peneliti akan cenderung menggunakan teknik wawancara berpaduan guided interview. Pada tahap awal wawancara tersebut akan dilakukan kepada narasumber inti, sebagai titik awal snowball. Dari informan penelitian awal tersebut, kemudian dikembangkan wawancara lanjutan dengan informan-informan penelitian lain yang telah diidentifikasi informan-informan awal;

2. Pengumpulan data lapangan dalam bentuk dokumen resmi. Dalam hal ini peneliti akan mencari dengan cara menghubungkan beberapa informasi terkait yang memiliki dokumen resmi sebagai data pendukung bagi peneliti dalam menganalisis data dan informasi.

3. Studi pustaka, yaitu berupa pencarian dan pengumpulan berbagai data terkait dengan manajemen komunikasi pemerintah, baik yang diambil dari buku-buku ilmiah, hasil penelitian dan jurnal maupun sumber referensi lainnya yang diambil dari internet. Data ini diharapkan mampu memberikan kajian yang lebih mendalam secara teoritis dan mendukung temuan data di lapangan serta hasil wawancara.

(17)

17 1.7.4. Objek Penelitian dan Informan

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pemerintah Kulon Progo terkait dengan manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo yang akan digali dari subyek penelitian yang kemudian disebut informan. Adapun informan yang dimaksud, diantaranya :

a. Informan Primer :

1. dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) (Bupati Kulon Progo)

2. Rudi Widyatmoko, S.Sos. (Ka Bag Humas dan TI Kabupaten Kulon Progo)

3. Arning Rahayu, SIP (Ka Subag Humas Kabupaten Kulon Progo)

4. Burhanuddin, S.ST. (Staf Subag Data dan Informasi Kabupaten Kulon Progo)

b. Informan Sekunder :

5. Suyono (Bagian Pelanggan PDAM Tirta Binangun Kulon Progo)

6. Vita Anggraini (Pengusaha Batik dan Pengurus Koperasi Batik Kulon Progo)

7. Tri Sangkono (Pengelola Radio Komunitas Swara Desa)

1.7.5. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini dipandang perlu untuk melakukan pembatasan masalah secara operasional. Pembahasan akan difokuskan pada manajemen komunikasi pemerintah daerah Kulon Progo dalam program Bela Beli Kulon Progo. Adapun manajemen komunikasi dalam penelitian ini dibatasi sebagai proses mendefinisikan masalah, perencanaan komunikasi, aksi dan komunikasi,

(18)

18

serta evaluasi komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kulon Progo dalam program Bela Beli Kulon Progo.

Topik penelitian yang diambil dan dibahas merupakan kejadian yang berlangsung mulai dari Maret 2012, tepat saat Bela dan Beli Kulon Progo dilaunchingkan hingga Juni 2014. Adapun peneliti melakukan penelitian mengenai manajemen komunikasi pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo dimulai pada bulan November 2013 hingga Juni 2014. Batasan waktu penting diberikan karena pemerintah daerah Kulon Progo akan terus menerus melakukan strategi komunikasi untuk program Bela Beli Kulon Progo, ditambah dengan perkembangan media komunikasi yang sangat dinamis serta jumlah sasaran khalayak yang bisa bertambah sehingga strategi komunikasi dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.

Gambar

Tabel 1.2. Kerangka Konsep Penelitan  Tahapan   Manajemen  Komunikasi  Definisi  Indikator  Mendefinisikan  masalah

Referensi

Dokumen terkait

d. Pasien +edah katarak dapat mengalami a+lasio aki+at )itreus ke anterior selama atau setelah pem+edahan. #uptur kapsul saat +edah katarak  dapat mengaki+atkan pergeseran materi

Sepanjang penelusuran yang Penulis lakukan di perpustakaan, penelitian mengenai sistem pewarisan telah banyak dilakukan termasuk mengenai sistem pewarisan pada masyarakat

masih dibantu oleh istrinya karena kelemahan anggota gerak sebelah kiri, akan tetapi pasien sudah mampu melakukan perawatan diri, sedangkan data objektif menunjukkan

Saya mengumpulkan laporan tugas kelompok melewati batas waktu yang ditentukan.. Rencana saya membaca bahan

Pendapat hakim terhadap kedudukan maqâshid al-syar î ’ah dalam penemuan hukum ada dua macam, pendapat pertama menyatakan bahwa maqâshid al-syar î ’ah yang

HASIL : dari 119 pasien di dapati 111 (93,3%) pasien mendapat tindakan laparotomi dan 8 (6,7%) pasien mendapat tindakan laparoskopi.sedangkan dari kategori umur didapati bahwa

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yang terdiri dari: 1) pengeringan getah pepaya menggunakan oven vakum pada suhu 55 selama 22 jam, 2) ekstraksi papain

Jenis komunikasi VSAT Net, dapat digunakan untuk berhubungan antara terminal VSAT (remote) yang satu ke terminal VSAT yang lainnya dengan menggunakan stasiun pusat bumi atau