• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC W-300 TERHADAP PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC W-300 TERHADAP PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Telah dilakukan analisa kinerja cooling tower (CT) induced draft tipe LBC W – 300 dengan metode kesetimbangan kalor dan massa. Analisa ini digunakan untuk menurunkan model matematis yang selanjutnya digunakan untuk mensimulasikan proses yang ada di cooling tower. Dari hasil simulasi didapatkan temperatur air keluaran cooling tower yang dipengaruhi oleh temperatur dry bulb dan wet bulb yang selalu berubah-ubah. Kinerja yang paling optimal di bulan September pukul 07.00 sebesar 27.91°C saat temperature ambient dry bulb 26.6°C. Pada musim hujan di bulan Februari 2013 kinerja cooling tower lebih maksimal. Temperatur air keluaran pada pukul 07.00 adalah 25.87°C, saat temperatur dry bulb 25.5°C. Efisiensi cooling tower saat musim kemarau antara 41% sampai 72%, sedangkan pada musim hujan efisiensinya 60% sampai 80%. Kinerja cooling tower dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kecepatan putaran fan sebesar 1550 rpm dan menurunkan laju aliran massa air menjadi 18.12 kg/s, sehingga daya fan dapat ditingkatkan sebesar 7.96 kW serta efisiensi cooling tower akan naik menjadi 81.63%.

Kata Kunci— Cooling tower, temperatur ambient, kinerja.

I. PENDAHULUAN

ooling Tower (CT) merupakan peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikan panas ke atmosfer. Cooling tower memanfaatkan air dan udara pada proses perpindahan panas yang dibuang ke atmosfer. Di dalam sistem cooling tower terdapat fan, distribution system, spray nozzle (springkel), fill (packing), basin dan pump.

Cooling tower yang digunakan pada permasalahan ini adalah cooling tower yang terdapat pada PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia-Sunter 1 tipe induced draft counter flow LBC-W 300. Cooling tower digunakan sebagai media untuk mendinginkan air panas yang keluar dari compressor turbo joy 2 di PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Compressor Turbo Joy 2 memerlukan air pendingin sebesar 2576.16 m³/hari. Air panas dari compressor masuk ke cooling tower supaya temperature air turun sehingga air yang dingin bisa digunakan kembali. Sistem pendinginan pada mesin di industri bertujuan untuk menjaga kestabilan temperature dan penurunan temperatur melalui proses pertukaran panas. Namun, temperatur lingkungan sekitar akibat (temperatur ambient) mempengaruhi kinerja cooling tower. Hal tersebut dikarenakan pada tingkat udara tertentu yang bergerak melalui sebuah cooling tower/menara pendingin mengalami

perpindahan panas yang dapat terjadi dipengaruhi oleh jumlah air permukaan yang terkena udara.

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya membahas tentang pemodelan desain cooling tower mechanic counter flow (laju aliran paksa). Pemodelan dinamik cooling tower ini menggambarkan analisa kinerja cooling tower berdasarkan kesetimbangan kalor dan massa pada air serta udara. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemodelan dinamik terhadap performance cooling tower yang disimulasikan dengan software Dymola Version 6.1 pengembangan dari Dynasim (Dynasim,2007) (Xiao Li, dkk., 2010).

Untuk itu kinerja desain cooling tower sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan sekitar. Parameter yang mempengaruhi kinerja cooling tower, yaitu : Pengaruh temperatur lingkungan merupakan temperatur ambient (dry bulb dan wet bulb) akan mempengaruhi perpindahan panas atau kinerja di dalam cooling tower. Kinerja cooling tower dipengaruhi oleh proses perpindahan panas secara sensibel dan laten di dalam fill (ruang pengisi). Analisa kinerja cooling tower induced draft tipe LBC W – 300 akan dibuat dalam model matematis sehingga memudahkan untuk menarik hubungan antara pengaruh temperatur udara lingkungan (dry bulb dan wet bulb) terhadap beban panas di dalam cooling tower.

Dari analisa kinerja cooling tower induced draft tipe LBC W – 300 terhadap pengaruh temperatur lingkungan akan dianalisa melalui simulasi menggunakan software simulasi komputasi untuk memperhitungkan hasil. Simulasi yang dilakukan berdasarkan penurunan model matematis dari proses pendinginan di cooling tower. Sehingga diharapkan dari analisa kinerja cooling tower yang menggunakan metode keseimbangan kalor dan massa dapat diketahui pengaruh temperatur ambient pada proses pendinginan yang terjadi. Serta, didapatkan nilai efisiensi cooling tower induced darft LBC W-300 yang dipengaruhi oleh temperatur wet bulb temperatur lingkungan.

II. METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian

Beberapa tahapan dalam melakukan penelitian ini antara lain: melakukan studi literatur mengenai cooling tower dan proses pendinginan yang terjadi di dalam cooling tower.

ANALISA KINERJA

COOLING TOWER

INDUCED DRAFT

TIPE LBC W-300 TERHADAP

PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN

Nimas Puspito Pratiwi

1

, Gunawan Nugroho

2

, Nur Laila Hamidah

3

,

Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail

: nimaspuspitopratiwi@yahoo.co.id

1

, gunawan@ep.its.ac.id

2

, nur_laila_hamidah@yahoo.com

3

(2)

Selanjutnya membuat process flow diagram sebagai acuan untuk identifikasi proses di dalam cooling tower. Langkah selanjutnya akan diturunkan model matematis dari tiap-tiap komponen yang mempresentasikan proses yang terjadi di dalam fill (ruang pengisi) berdasarkan hukum perpindahan kalor dan massa (hukum perpindahan kalor dan massa). Model matematis yang telah dibuat selanjutnya disimulasikan dengan mempergunakan software komputasi untuk mempresentasikan hasil pendinginan pada cooling tower. Kemudian dilakukan pengujian software, analisa kinerja dari cooling tower, serta menghitung effisiensi cooling tower, melakukan rekomendasi dan penyusunan laporan tugas akhir.

B. Blok Diagram Sistem

Air panas yang masuk ke cooling tower dialirkan dengan cara spray melalui nozzle (springkel). Air mengalami perubahan temperatur dari panas ke dingin melalui fill atau ruang pengisi. Di dalam fill udara panas ditarik dan dibuang ke atmosfer dengan bantuan fan. Air yang telah berubah temperaturnya dari keluaran fill masuk ke basin (kolam air dingin sementara). Air penambahan (make up water) pada cooling tower ditambahkan dalam basin. Air penambahan dari PDAM ini untuk menambahkan volume air dalam kolam yang terjadi karena sebagian air hilang akibat penguapan. Air dingin yang telah ditampung di dalam basin.

Blok diagram untuk kerja pendinginan di dalam cooling tower yaitu :

Gambar 1. Blok diagram kerja cooling tower

dimana :

in w

m

,

= Laju aliran massa air masuk (kg/s) Tw,in,i = temperatur air masuk cooling tower(°C)

out w

m , = Laju aliran massa air keluar (kg/s) a

m = Laju aliran massa udara yang masuk (kg/s) Ta,in,i=Temperatur udara masuk ke cooling tower(°C) Tw,out,i = Temperatur air yang telah didinginkan

hw,in,i= Entalphi air masukkan hw,out,i= Entalphi air keluaran. C. Penurunan Model Matematis

Penurunan model matematis akan dilakukan pada komponen cooling tower sebagai berikut :

Udara ambient bisa masuk ke dalam cooling tower karena ada tarikan paksa dari kerja fan. Terjadinya proses keseimbangan kalor dan massa di dalam sistem cooling tower berada pada fill. Perpindahan air dan udara sesuai dengan keseimbangan energi di dalam kontrol volum sebagai berikut:

Gambar 2. Prinsip Kerja Keseimbangan Kalor dan Massa Air dan Udara di dalam Kontrol Volum.

Hukum kesetimbangan energi di dalam cooling tower :

(1)

dimana :

i w

m

, = Massa air yang di dalam cooling tower (kg/s)

i w p

c

, , = Kalor spesifik dari air (kJ/kg)

i in w

m

, , = Laju aliran massa yang masuk (kg/s)

i out w

m

, , = Laju aliran massa yang keluar (kg/s)

i in w

h

, , = Entalphi air masuk (kJ/kg)

i out w

h

, , =Entalphi air keluar (kJ/kg)

i w

h

, = Entalphi air di dalam fill.

fan

W

= Kerja Fan (kW)

Diagram blok dari cooling tower dapat digambarkan dalam simulasi software komputasi untuk memperhitungkan hasil yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Kinerja Cooling Tower Menggunakan Software Komputasi Untuk Memperhitungkan Hasil

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemodelan Pada Simulik

Kinerja cooling tower untuk mendinginkan air panas yang dipengaruhi temperature lingkungan (temperatur ambient) digambarkan dengan pemodelan matematis. Simulink berfungsi untuk menggambarkan kinerja cooling tower induced draft LBC W-300. Grafik di bawah ini

Udara Air in w in w i in w

T

m

h

,

,

,

,

,

, out w out w i out w

T

m

h

,

,

,

,

,

, 1

q

a in a

T

m

,

Cold Water Basin

in a a T m , , i out w i out w out w

T

h

m

,

,

, ,

,

, , i in w i in w in w

T

h

m

,

,

, ,

,

, , Nozzel Fill

q

fan i i w i out w i out w i w i in w i in w i w i w p i w

m

h

h

m

h

h

q

W

dt

dT

c

m

=

, ,

(

, ,

,

)

, ,

(

, ,

,

)

+

, , , , i w

h

,

(3)

menggambarkan kinerja cooling tower yang diwakili beberapa data berikut :

Gambar 4. Grafik Kinerja Cooling Tower Tanggal 1 September 2013

Grafik tersebut merupakan hasil simulasi software komputasi untuk memperhitungkan hasil. Software ini berfungsi menggambarkan kinerja dari cooling tower yang dipengaruhi oleh temperatur air masukkan dan temperatur udara dry bulb. Grafik jam ke-1 sampai jam ke-9 menunjukkan kinerja cooling untuk mendinginkan temperatur air pada pukul 07.00 sampai 16.00. Berdasarkan data BMKG pusat pada koordinat titik

LS :

-6° 9’40.89’’ & BT : +106° 52’41.14’’ tanggal 1 September 2013 yaitu temperatur wet bulb sebesar 25°C sampai 27.2°C, dan dry bulb sebesar 26.8°C sampai 34°C.

Gambar 5. Grafik Kinerja Cooling Tower Tanggal 25 September 2013

Grafik ditas menggambarkan kinerja cooling tower pada tanggal 25 September 2013. Pada grafik jam ke-1 menggambarkan kinerja cooling tower yang paling optimal selama satu hari tersebut yaitu 27.91°C. Dalam kondisi ini air panas masuk ke cooling tower pada temperatur 37°C sampai 39°C.

Kinerja cooling tower paling tinggi terjadi pada jam ke-6 (pukul 13.00). Berdasarkan data BMKG Jakarta Pusat tanggal 25 September 2013 pukul 13.00 merupakan kondisi panas puncak selama musim kemarau dengan dry bulb sebesar 35.2°C. Hal ini mempengaruhi kinerja pendinginan dalam cooling tower, sehingga air outletnya meningkat menjadi 32.88°C. Analisa kinerja cooling towerinduced draft LBC

W-300 selama musim kemarau pengaruhi oleh : peningkatan temperatur air masukkan dan temperatur dry bulb. Hal tersebut mempengaruhi hasil temperatur keluaran (outlet) cooling tower. Semakin tinggi temperatur dry bulb, maka semakin tinggi temperatur air outlet.

Gambar 6. Grafik Kinerja Cooling Tower Tanggal 1 Februari 2013

Grafik diatas menunjukkan temperatur air keluaran cooling tower pada tanggal 1 Februari 2013 pada musim hujan. Perbedaan grafik saat musim hujan dan musim kemarau dilihat dari grafik temperatur dry bulb dan data wet bulb. Pada musim hujan temperatur wet bulb berkisar antara 24°C sampai 26°C, sedangkan temperatur dry bulb berada di antara 25.5°C sampai 30.2°C. Temperatur wet bulb dan dry bulb pada musim hujan lebih rendah dari pada saat musim kemarau. Pada jam ke-2 pukul 08.00 temperatur air masukkan tinggi yaitu 39°C dan temperatur dry bulb yang rendah sebesar 26.8°C mampu mempertahankan kinerja cooling tower.

Cooling tower mampu mempertahankan kinerja pendinginannya agar tetap optimal pengaruh dari temperatur dry bulb dan wet bulb. Setiap jamnya mengalami kenaikkan secara perlahan. Pukul 13.00 bukan waktu puncak musim hujan, karena semakin sore temperatur dry bulb akan semakin meningkat. Kinerja cooling tower saat musim hujan lebih optimal atau lebih bagus pada musim hujan.

Gambar 7. Grafik Kinerja Cooling Tower Tanggal 23 Februari 2013

Grafik air keluaran cooling tower pada tanggal 23 februari 2013 saat musim hujan. Temperatur wet bulb selama satu hari berada pada temperatur 24°C sampai 25.8°C, dimana temperatur wet bulb cenderung konstan pada jam ke-5 s/d ke-8

(4)

(pukul 11.00 sampai pukul 15.00). Temperatur wet bulb yang konstan memberikan pengaruh air keluaran cooling tower.

Dalam menganalisa grafik diatas berbeda dengan kinerja pada tanggal 1 Februari 2013, karena pada pukul 13.00 terjadi penurunan temperatur dari kondisi sebelumya. Seberapa tinggi temperatur air masukkan ke cooling tower harus mampu diturunkan sampai mendekati temperatur wet bulb lingkungan. Apabila semakin tinggi temperatur air inlet maka, semakin besar kebutuhan temperatur ambient rendah untuk menurunkan temperatur masukkan.

Gambar 8. Validasi Data Hasil Pengukuran dengan Simulasi

Grafik 8 menunjukkan bahwa data hasil pengukuran dengan data hasil simulasi memiliki nilai yang sama hanya ada selisih sebesar 0.11 °C. Nilai deviasi dari perhitungan menggunakan simulink sebesar 0.33 %. Nilai deviasi ini berupa presentasi dari selisih antara nilai simulasi dengan nilai pengukuran. Hasil simulasi bisa menunjukkan dengan tepat kinerja dari cooling tower pada setiap jamnya yang dipengaruh oleh temperatur ambient untuk mendinginkan air.

B. Analisa Laju Panas di Cooling Tower

Laju panas di dalam cooling tower terjadi secara sensibel dan laten. Untuk menganalisa pengaruh temperatur dry bulb udara ambient terharap laju aliran panas yang terjadi di dalam cooling tower.

Gambar 9. Grafik Hubungan Laju Panas terhadap Temperatur Dry Bulb dan Temperatur Air Masuk Bulan September

Grafik diatas menunjukkan pengaruh temperatur ambient (dry bulb) terhadap kinerja cooling tower pada musim kemarau. Temperatur dry bulb mempengaruhi laju perpindahan panas secara sensible dan laten. Saat temperatur air panas masuk ke cooling tower sebesar 36°C, temperatur

dry bulb 26.6°C laju panas total di dalam cooling tower 28.82 kW mampu mendinginkan air sampai temperatur 28°C. Namun ketika temperatur air masuk sebesar 39°C, temperatur dry bulb di temperatur 35.2°C sehingga, air outputnya 33°C dan laju aliran panasnya 21.27 kW. Untuk itu, kalor yang mampu dibuang ke atmosfer juga dipengaruhi oleh kemampuan udara untuk membuang panas melalui atas menara. Saat kondisi temperatur dry bulb terlalu tinggi maka kerja laju perpindahan panas yang dibawa udara semakin kecil.

Gambar 10. Grafik Hubungan Laju Panas terhadap Temperatur dry bulb dan Temperatur air masuk Bulan Februari

Grafik diatas menggambarkan perubahan laju kalor pada bulan Februari. Laju aliran panas di dalam cooling tower dipengaruhi oleh besarnya temperatur air masuk, sedangkan pengaruh temperatur dry bulb sangat kecil sekali pengaruhnya. Saat temperatur air masuk 32°C, temperatur dry bulb 25.5 dan laju panas sebesar 14.37 kW. Laju aliran panas yang terjadi di cooling tower meningkat sebesar 39.44 kW ketika temperatur air masuk ke naik menjadi 39°C. Sehingga temperatur dry bulb udara luar mempengaruhi agar memaksimalkan besar kalor yang mampu di buang ke atmosfer melalui cerobong cooling tower.

C. Efisiensi Cooling Tower

Effisiensi cooling tower didapatkan dari :

%

100

,

,

,

,

×

=

wb

Ta

in

Tw

out

Tw

in

Tw

η

(2) Effisiensi merupakan kinerja atau kemampuan cooling tower untuk menurunkan air sampai dengan temperatur wet bulb atau 1°C diatas temperatur wet bulb.

Maka didapatkan nilai efisiensi cooling tower induced draft tipe LBC W-300

(5)

Gambar 11. Grafik Efisiensi cooling tower bulan September 2013.

Gambar 12. Grafik Efisiensi Cooling Tower Bulan Februari 2013

Grafik ini menggambarkan perbedaan nilai efisiensi cooling tower pada musim kemarau yang diwakili data bulan September dan musim hujan yang diwakili data bulan Februari. Efisiensi cooling tower pada bulan September berkisar antara 45% sampai 73%, sedangkan pada bulan Februari efisiensinya antara 62% sampai 80%. Nilai efisiensi cooling tower saat musim hujan lebih baik dari pada musim kemarau. Hal ini diakibatkan, saat musim hujan cooling tower mampu mendinginkan air sampai mendekati temperatur wet bulb.

D. REKOMENDASI

Pada kondisi saat kerja cooling tower kurang maksimal akibat temperatur air yang masuk ke cooling tower tinggi, atau temperatur temperatur lingkungan yang tinggi. Permasalahan tersebut membutuhkan solusi untuk meningkatkan kinerja cooling tower induced draft LBC W-300. Hasil rekomendasi pada tabel 1.

Gambar 13. Hubungan Daya Fan dengan Kecepatan rpm Kinerja cooling tower selama ini dengan kecepatan 1460 rpm, daya sebesar 7.5 kW. Perlu suatu modifikasi antara meningkatkan kinerja cooling tower dengan meningkatkan kinerja fan atau mengurangi laju aliran massa air yang masuk

ke dalam cooling tower. Menaikkan kerja fan dari 1460 rpm menjadi 1500 rpm berarti meningkatkan kinerja fan sebesar 2.8% sehingga, mampu menurunkan temperatur sebesar 2.8% dari kinerja fan sebelumnya.

Modifikasi kecepatan fan sampai 1600 rpm akan menambah daya kebutuhan listrik yang besar. Saat kecepatan fan dinaikkan lagi menjadi 1550 rpm, daya yang dibutuhkan 7.96 artinya meningkat sebesar 6.5%. Peningktan kerja fan sebesar 6.5% mampu menurunkan temperatur air cooling tower 2°C dari temperatur sebelum menggunakan kinerja fan awal. Jika kerja fan dinaikkan lagi sebesar 9.6% dengan kecepatan putar 1600 rpm dan daya 8.22 kW, maka kinerja temperatur air keluaran cooling tower turun 3°C dari kinerja fan sebelumnya.

Gambar 14. Hubungan Laju Aliran Massa Air dengan Kinerja Cooling Tower

Grafik diatas menggambarkan hubungan antara kinerja cooling tower penurunan laju aliran massa air untuk meningkatkan kinerja sistem. Grafik ini menggambarkan data tabel 1 pilihan rekomendasi kinerja cooling tower. Tabel tersebut berfungsi untuk mempermudah operator dalam menjalankan sistem operasi cooling tower. Untuk menurunkan kinerja cooling tower bisa dengan cara menurunkan laju aliran massa air yang masuk. Apabila peningkatan kerja fan dan penurunan laju massa air yang masuk dilakukan secara bersamaan, maka akan memaksimalkan kinerja cooling tower induced draft di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia.

Hasil rekomendasi pada tabel 1 peningkatan kinerja dengan cara menurunkan laju aliran massa air masuk menjadi 18.84°C, kerja fan 1500 rpm, daya 7.71 kW, maka temperatur air keluarannya 31.3°C turun 1.5°C dari kondisi sebelumnya. Rekomendasi selanjutnya laju aliran massa turun menjadi 18.12°C, kerja fan 1550 rpm, daya 7.96 kW, maka temperatur output sebesar 29.26°C. Kinerja cooling tower semakin meningkat dari kinerja sebelumnya. Mengatur kinerja cooling tower dengan cara mengatur volume air yang masuk agar tidak berlebihan, mengukur kondisi temperatur udara sekitar dan mengukur kerja fan supaya lebih maksimal. Namun ada hal yang perlu dipertimbangkan yaitu jika meningkatkan daya fan maka konsumsi listrik akan bertambah.

(6)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data, perhitungan dan simulasi maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Telah diturunkan model matematis dari kinerja cooling tower induced draft LBC W-300 terhadap pengaruh temperatur lingkungan.

Telah dinalisa kinerja dari cooling tower induced draft LBC W-300 dengan menggunakan metode kesetimbangan kalor dan massa. Kinerja cooling tower dipengaruhi oleh temperatur dry bulb dan wet bulb yang selalu berubah-ubah. Kinerja cooling tower yang optimal pada bulan September 2013 pukul 07.00 sebesar 27.91°C, saat temperatur dry bulb 26.6°C. Pada musim hujan di bulan Februari 2013 temperatur air keluaran pukul 07.00 adalah 25.87°C, saat dry bulb 25.5°C. Pada musim hujan kinerja cooling tower lebih optimal dibandingkan musim kemarau, sehingga saat temperatur dry bulb rendah kinerja cooling tower akan lebih optimal.

Kinerja cooling tower induced draft LBC W-300 dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : temperatur dry bulb, temperatur wet bulb, temperatur air masukkan/inlet, laju aliran air yang masuk dan kinerja fan.

Efisiensi cooling tower pada musim kemarau sebesar 41% sampai 72%, sedangkan pada musim hujan efisiensinya antara 60% sampai 80%.

Kinerja cooling tower dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kecepatan putaran fan sebesar 1550 rpm dan menurunkan laju aliran massa air menjadi 18.12 kg/s, sehingga daya fan dapat ditingkatkan sebesar 7.96 kW serta efisiensi cooling tower akan naik menjadi 81.63%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada seluruh dosen dan staff pengajar jurusan Teknik Fisika yang telah memberikan ilmunya, kepada seluruh Mahasiswa Teknik Fisika atas bantuan kerjasamanya selama kuliah di jurusan Teknik Fisika.

DAFTAR PUSTAKA American Society of Heating Refrigeration and Air

Conditioning. 2001. ASHRAE Handbook. Fourth edition. Braun, J. E. et al. 1989. “Effectiveness Models for Cooling

Tower and Cooling Coils”. ASHRAE Trans. 10 pp. Bureau of Energy Efficiency. 2004. Ministry of Power,

India, Cooling Towers. In : Energy Efficiency in Electrical Utilities. Chapter 7, PG 177 -196.

Cheremisinoff, Nicholas.P, and Cheremisinoff, Paul.N, 1983.“Cooling Towers Slection, Design and

Practise”. Ann Arbor Science.

El Dessouky HTA, Al-Haddad A, Al-Jumayhel F. 1997. “A

Modified Analysis Of Counter Flow Cooling Towers”. ASME Heat Transf. 26 pp.

Incropera,F.P.,Dewitt,D.P. 2007. Fundamentals of Heat and Mass Transfer.6th ed. New York : John Wiley and Sons inc. Irsandi.2013. Analisa Unjuk Kerja Cooling Tower Unit 5

di PLTP PT X.Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Universitas Jayabaya.

Jaber H, Webb RL. 1989. “Design of cooling towers by

effectiveness-NTU method”. ASME J Heat Transf. 43 pp. Jameel,U., M.Y and Syed M.Z. 2002. “Performance Characteristics of

Counter Flow Wet Cooling Towers”. Energy Conversion and Management. 19 pp.

KLM Technology Group. 2011. “Cooling Tower Selection

and Sizing”. Engineering Design Guideline. www.klmtechgroup.com. Page 1-52.

Michael J.Moran, Howard N.Shapiro. 2004. Termodinamika Teknik. Erlangga : Jakarta.

Nicholas. P.C., and Paul.N.C. 1983. Cooling Tower

Selection, Design and Practice. Ann Arbor Science : Amerika. Xiao,L.,Y.Li and J.E.Seem. 2010. “Dynamic Modeling of

Mechanical Draft Counter-Flow Wet Cooling Tower with Modelica”. International Refrigeration and Air Conditioning Conference. 8 pp.

Yilmaz, Alper. 2009. “Analytical Calculation Of Wet Cooling

Tower Performance With Large Cooling Ranges”. J of Thermal Science and Technology. 11 pp.

Variable Unit Case

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 m dot air kg/s 19.39 19.39 18.84 18.12 17.53 19.39 19.39 19.39 19.39 18.84 18.12 Tw,in °C 37 38 38 38 38 38 38 38 39 39 39 Ta,in °C 26.6 30 30 30 30 30 30 30 35 35 35 Twb °C 24 25 25 25 25 25 25 25 27 27 27 hfg kJ/kg 104.67 110.9 110.9 110.9 110.9 110.9 110.9 110.9 117.71 117.71 117.71 m dot evap kg/s 0.27 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.18 0.18 0.18 hw,in kJ/kg 155.04 159.21 159.21 159.2 159.21 159.21 159.21 159.21 163.38 163.38 163.38 hw,out kJ/kg 117.43 129.97 126.68 122.3 118.7 126.68 122.3 118.7 138.33 131.75 122.99 Rpm fan rpm 1460 1460 1460 1460 1460 1500 1550 1600 1460 1500 1550 Wfan kW 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.71 7.96 8.22 7.5 7.71 7.96 Tw,out °C 27.91 30.88 30.11 29.08 28.24 30.11 29.08 28.24 32.87 31.3 29.26 Efisiensi % 69.92 54.77 60.69 68.82 75.08 60.69 68.82 75.08 51.08 64.17 81.17 Tabel 1. Rekomendasi Peningkatan Kinerja Cooling Tower dengan Cara Meningkatkan Kecepatan Putaran Fan dan Menurunkan Laju Aliran Massa Air

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Dari perkawinan akan lahir hubungan hukum privat seperti hubungan hukum nasab, kewarisan, status harta (dalam perkawinan maupun saat putusnya perkawinan), dan lain lain,

1) Nasabah yang pernah melakukan pembiayaan Arrum Haji di Pegadaian Syariah cabang Blauran Surabaya. Nasabah pembiayaan Arrum Haji menjadi salah satu responden yang

Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi

Pengaruh Metode Blocked Practice Dan Random Practice Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Tendangan Pada Olahraga Pencak Silat.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) PADA KONSEP PERISTIWA ALAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN XI CILEGON.. Universitas Pendidikan Indonesia

tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil

Namun eksistensi itu jika melihat dari masyarakat umum kota Surakarta sendiri banyak yang tidak begitu tau mengenai pertunjukan seni budaya wayang orang sriwedari, berbeda

Hipotesis yang diujikan pada penelitian ini adalah penggunaan jenis gelatin kulit ikan yang berbeda, yaitu gelatin kulit ikan lele, gelatin kulit ikan kakap