• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM ISSN Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM ISSN Volume 4, Nomor 1, Maret 2015"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM

ISSN 2338 - 5634

Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Penerbit:

Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

Sususan Dewan Redaksi:

Penasehat

Direktur Poltekkes Yogyakarta

Pengarah

Ketua Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Yogyakarta

Ketua Penyunting

Siti Nuryani, SSi., M.Sc.

Wakil Ketua Penyunting

Suyono, SSi., M.Sc.

Mitra Bestari

dr. Woro Umi Ratih, M.Kes, Sp.PK.

Penyunting Pelaksana

Sistiyono, SKM., MPH.

R. Fx. Saptono Putro, SPd., ST., M.Kes

Muji Rahayu, SSi., Apt., M.Kes.

Sutiyarni, ST., M.Kes.

Dra. Ni Ratih Hardisari, M.Kes

Yanuar Amin, SH.SST

Staf Sekretariat

Siti Zainudin Wasilah, SSi.

Menik Kasiyati, S.ST

Distribusi

Uki Wulanggita, S.ST.

Alamat Redaksi: Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Jl. Ngadinegaran Mj III/62 Yogyakarta, 55143

Telp./Fax: (0274) 374200 / (0274) 375228

E-mail: analisnegeri_jogja@yahoo.co.id

(2)
(3)

DAFTAR ISI

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM

ISSN 2338 - 5634

Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

KEEFEKTIFAN EFFECTIVE MICROORGANISMS-4 (EM-4) DALAM MENURUNKAN

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti ... 1-10 EFEKTIVITAS MADU LEBAH KELULUT(Trigona spp) DALAM MENGHAMBAT

PERTUMBUHAN Salmonella typhi, Staphylococcus aureus DANCandida albicans

Anny Thuraidah, Jasmadi Joko Kartiko ... 11-16 HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR

HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA

Azhari Muslim ... 17-20 PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM

(Syzygium Polyanthum) TERHADAP DAYA ANTIBAKTERI Shigella Dysenteriae

SECARA In Vitro

Suyana, Eni Kurniati, Yekti Oktalina ... 21-24 PENGARUH LAMA PERENDAMAN KORO BENGUK (Mucuna pruriens) DENGAN

PENAMBAHAN SODA KUE (NaHCO3) TERHADAP KADAR ASAM SIANIDA (HCN)

Roosmarinto, Narendra Yoga, Sekar Winda Nabella Maharani ... 25-28 PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SERUM PADA RUANG GELAP TERHADAP

KADAR BILIRUBIN TOTAL BAYI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Subrata Tri Widada, M. Atik Martsiningsih, Ari Wahyuni ... 29-32 PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT

HAEMATOLOGI ANALYZEER DENGAN CARA MANUAL (FONIO) DI LABORATORIUM RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Eni Krisnawati, Hj RR Ratih Hardisari ... 33-38 PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN SALAM (Eugenia polyanthaWight.)

TERHADAP KADAR TRIGLISERIDATIKUS PUTIH (Rattusnorvegicus)

HIPERLIPIDEMIA

(4)

DENGAN SAMPEL SERUM DAN PLASMA

Anik Nuryati, Siti Nuryani, Siti Siswantini... 44-47 PENGARUH HOMOGENISASI DENGAN BERBAGAI VARIASI KECEPATAN

SENTRIFUGASI PADA DAHAK PURULENT DALAM PENINGKATAN PENEMUAN BAKTERI TAHAN ASAM POSITIF DI PUSKESMAS JATISRONO I

Erni Tri Susanti, Subiyono, Suryanto ... 48-54 HUBUNGAN KEBERADAAN TELUR CACING TANAH DI SEKITAR RUMAH

DENGAN INFEKSI KECACINGAN PASIEN DI PUSKESMAS NGLIPAR I GUNUNGKIDUL DI YOGYAKARTA

(5)

Keefektifan Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam ... (Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti)

KEEFEKTIFAN

EFFECTIVE MICROORGANISMS

-

4

(EM-4) DALAM

MENURUNKAN

CHEMICAL OXYGEN DEMAND

(COD) PADA LIMBAH

CAIR INDUSTRI TAHU

Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (EkoSulistyorini@gmail.com, dwi.astuti@ums.ac.id)

Abstrak

Industri tahu selain mempunyai sisi positif juga mempunyai sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Sehingga perlu diupayakan untuk memperbaiki sisi negatif tersebut. Salah satunya kadar COD yang ada pada limbah cair industri tahu, dengan memanfaatkan bakteri EM-4. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifi tas penurunan kadar COD limbah cair tahu dengan menggunakan EM-4. Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah industri tahu Bapak Eko Suparji Wirogunan Kartasura. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas mikroorganisme EM-4 didalam menurunkan kadar COD tertinggi dicapai pada perlakuan penambahan EM-4 dengan dosis 7 ml/l dengan waktu pengamatan hari ke 3, yaitu sebesar 754.20 mg/l. Interaksi antara menurunkan kadar COD dengan perlakuan penambahan dosis EM-4 dan waktu fermentasi limbah cair Industri tahu Eko Suparji Wirogunan Kartasura dan Kadar COD yang ada belum memenuhi standar mutu air bersih yang ditetapkan oleh Perda Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 yaitu maksimal sebesar 275 mg/l.

Kata Kunci: limbah cair tahu, COD, dan EM-4

The Effectiveness of Microorganism Effective-4 (EM-4) in Decreasing Chemical Oxygen Demand (COD) in Liquid Waste of Soybean Cake

Industrial in Wirogunan Village Kartasura Abstract

Industry knows but has a positive side to have a negative side in the form of liquid waste. It is necessary to seek to improve the negative side. One of the existing levels of COD in the wastewater industry knows, by utilizing bacterium EM-4.Sample in this research is industrial waste water of soybean in Wirogunan village of Kartasura. Technique Sampling used in this research is purposive sampling. Research results showing that microorganism effective EM-4 in decreasing COD highest degree achieved in treatment of adding EM-4 in dosage 7 ml/l observing time in day 3rd, that is 754.20 mg/l. interaction between COD degree decreasing

with adding dosage of EM-4 treatment and fermentation time of soybean cake liquid waste in Wirogunan village, sub district of Kartasura and the existing COD degree has not fulfi ll the standard yet of clean water quality established by Regional Regulation of Central Java No. 10 / 2004, about maximum standard at 275 mg/l.

(6)

PENDAHULUAN

Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu mempunyai kadar pencemar yang cukup tinggi sehingga harus diolah secara baik dan benar agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pabrik tahu merupakan industri kecil/rumah tangga yang jarang memiliki instalasi pengoalahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya keterbatasan dana tersebut, industri kecil tersebut lebih sering membuang limbahnya langsung selokan dan sungai. Proses pembuatan tahu menghasilkan limbah yang mengandung protein, bahan organik dan padatan terlarut yang tinggi, dengan pH yang rendah. Limbah tahu ini juga akan menimbulkan aroma yang kurang sedap sehingga mengganggu estetika dan kehidupan ekosistem sekitarnya (Kaswinarni, 2007).Berdasarkan hasil peninjauan awal di lapangan, sebagian besar penduduk di desa tersebut mengeluhkan kualitas air sumur miliknya, terutama yang dekat dengan sumber atau sungai. Keluhan penduduk antara lain air sumur berbau amis, setelah didiamkan semalam terdapat endapan berwarna coklat kekuningan, menimbulkan kerak pada panci dan warna air yang keruh. Hasil pengujian parameter kunci seperti bau, suhu, dan Chemical Oxygen Demand (COD) diperkirakan telah melebihi ambang batas baku mutu lingkungan. Beban pencemar adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air limbah. Dalam penelitian ini, sebagai dasar pembanding beban pencemar lingkungan maka digunakan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 yang mengatur baku mutu air limbah berbagai macam industri.

Desa Wirogunan Kartasura terdapat sebanyak 45 unit industri tahu dengan kapasitas produksi yang bervariasi mulai dari 1.200 kg sampai 1.500.000 kg per tahun. Dari hasil survei

awal limbah cair Industri Tahu Bapak Eko Suparji Wirogunan Kartasura, didapatkan hasil kadar COD sebesar 6802 mg/l. Nilai tersebut melebih kadar COD yang diperbolehkan pada air limbah industri berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor: 10 tahun 2004 tentang baku mutu air limbah untuk parameter maksimum kadar COD adalah 275 mg/l, artinya nilai COD limbah cair industri tahu Bapak Eko Suparji Wirogunan Kartasura telah melebihi baku mutu limbah cair, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menurunkan kadar COD agar tidak mencemari lingkungan.

COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen di dalam air. COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung kadar COD yang tinggi, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran (Kaswinarni, 2007).

Solusi alternatif pengolahan limbah cair tahu adalah dengan menggunakan teknologi EM-4 (Effective Microorganisms-4). Effective Microorganisms merupakan kultur campuran lima kelompok mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi limbah organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Mikroorganisme EM memerlukan bahan organik untuk mempertahankan hidupnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral lainnya. Bahan-bahan tersebut banyak terdapat dalam limbah cair tahu. Reaksi fermentasi berlangsung dengan cepat dan EM mampu hidup secara sinergis dengan mikroorganisme lain (Jose dkk, 2000)

Menurut Sugiharto (2007), bahwa air limbah (waste water) adalah kotoran dari

(7)

Keefektifan Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam ... (Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti)

masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya, sehingga air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. Air limbah adalah air yang bercampur zat-zat padat (dissolved dan suspended solid) yang berasal dari pembuangan kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan, dan industr.

Sedangkan menurut Anwar (2006), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang membahayakan manusia dan hewan serta lazimnya muncul karena perbuatan manusia termasuk industrialisasi. Sumber dan macam air limbah sangat dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyaraka, sehingga dapat dikatakan semakin tingkat kebudayan masyarakat semakin komplek pula sumber serta macam air limbah yang ditemui.

Komposisi air limbah terdiri dari air sebanyak 99,9% dan sisanya terdiri dari partikel padat terlarut (dissolved solid) dan tidak terlarut (suspended solid) sebesar 0,1%. Penyusunan pada bahan tersebut adalah bahan padat organik sebesar 70% dan anorganik 30%. Komposisi utama penyusun bahan organik adalah protein (61%), karbohidrat (25%), dan lemak (10%). Zat organik tersebut sebagian besar sudah terurai atau (degradable) yang merupakan sumber makanan dan media yang baik bagi bakteri dan mikroorganisme yang lain. Sedangkan zat-zat anorganik yang merupakan bahan pencemar penting yang terdiri dari pasir, butiran-butiran garam dan logam berat (Djabu, 2001). Limbah cair tahu ini antara lain berasal dari proses perendaman dan pembersihan kedelai dari kotoran dan biji – biji yang busuk atau rusak, proses pencetakan atau pengepresan tahu dan proses pencucian saringan serta pembilasan peralatan.

Limbah tahu apabila tidak diolah dengan baik akan menimbulkan pencemaran badan air dan lingkungan sekitarnya. Air yang tercemar ini apabila dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan sakit perut dan penyakit kulit. Akibat yang lebih fatal bila terjadi akumulasi

bahan-bahan kimia tertentu di dalam tubuh dapat menyebabkan kematian. Menurut Sugiharto (2007), tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen. Selain itu diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada menjadi rendah untuk diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan tersebut diatas dapat dikurangi.

Masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh penambahan EM-4 dalam menurunkan angka COD pada limbah cair industri tahu Desa Wirogunan Kartasura? tujuan penelitian ini Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifi tas penurunan kadar COD limbah cair tahu dengan menggunakan EM-4. Tujuan Khusus adalah Mengetahui kadar COD sebelum dilakukan perlakuan, Mengetahui kadar COD sesudah dilakukan perlakuan, Mengetahui efektivitas EM-4 dalam menurunkan kadar COD limbah cair tahu.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen laboratorium, yaitu subjek (limbah cair tahu) diberi perlakuan berupa penambahan EM-4 terhadap penurunan kadar COD. Perlakuan tersebut diamati dalam beberapa waktu. Adapun rancangan yang digunakan adalah rancang acak kelompok kontrol. Pendekatan yang digunakan adalah jenis korelasional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat deskripsi tentang fenomena hubungan antar variabel yang diteliti (Notoatmojo, 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah salah satu limbah cair industri tahu dari 45 industri tahu di Desa Wirogunan Kartasura. Sampel dalam penelitian ini adalah limbah cair industri tahu Bapak Eko Suparji Desa Wirogunan Kartasura. Setiap perlakuan mengambil 1000 ml sampel limbah cair tahu. Sehingga jumlah seluruh sampel sebanyak 16000 ml. Waktu pengambilan

(8)

siang hari. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Lokasi tempat pengambilan sampel adalah Industri Tahu Bapak Eko Suparji Desa Wirogunan Kartasura. Sedangkan lokasi penelitian COD dan pengukuran parameter warna, pH, suhu, bau dan dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel bebas : Penambahan EM-4. Variabel terikat :Penurunan Angka Chemical Oxygen Demand (COD). Variabel penggangu : pH.

Defi nisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti adalah: Limbah cair tahu adalah hasil sampingan dari proses pembuatan tahu yang berasal dari proses perendaman dan pembersihan kedelai dari kotoran dan biji – biji yang busuk atau rusak, proses pencetakan / pengepresan tahu dan proses pencucian saringan serta pembilasan peralatan. Penambahan EM-4 adalah pemberian EM-4 pada limbah cair tahu dengan 4 variasi konsentrasi 0 ml, 3 ml, 5 ml, dan 7 ml pada setiap 1000 ml limbah cair tahu. Waktu penelitian adalah lamanya hari yang dibutuhkan limbah cair tahu untuk penelitian 0 hari, 1 hari, 2 hari, 3 hari. Angka Chemical Oxygen Demand (COD) pada limbah cair tahu yang diperoleh hasil fermentasi dengan 4 variasi konsentrasi EM-4 dan 4 variasi waktu fermentasi. pH adalah derajat keasaman limbah cair tahu selama proses fermentasi. pH diukur dengan pH tester. Suhu adalah temperatur limbah cair tahu selama proses fermentasi yang diukur dengan alat thermometer. Bau adalah bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh limbah cair tahu selama proses fermentasi. Warna adalah perubahan warna yang terjadi selama proses fermentasi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu meliputi data banyaknya limbah cair tahu, dosis EM-4, COD, pH, dan suhu. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan (observasi). Dan hasil eksperimen berupa keadaan fisik limbah cair tahu di lapangan yang meliputi

suhu, warna, pH, bau, waktu perlakuan, serta dilakukan uji laboratorium berupa pengukuran COD. Cara Pengumpulan Data Dokumentasi Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk mengambil data sekunder dari instansi yang terkait. Data-data yang diperoleh dari instansi ini berupa peta, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik observasi lapangan yang dilakukan dengan cara memeriksa keadaan fi sik limbah cair meliputi suhu, pH, warna, bau. Uji laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan COD. Dari hasil uji laboratorium nantinya dapat diketahui kualitas air limbah yang ada pada daerah penelitian.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah: Gelas ukur, Botol, pH tester untuk mengukur pH,Thermometer untuk mengukur suhu, Alat tulis, Alat Pengaduk, Gelas kimia, Pipet , Botol COD, Buret, Statif, Labu Erlenmeyer. Pendingin balik Bahan yang digunakan adalah: Limbah cair tahu, Larutan EM-4 , Batu didih, Larutan K2Cr2O7 0,25 N, Larutan FAS (Ferro Amonium Sulfat) 0,2095 N, Aquades, Kristal HgSO4, Larutan H2SO4 AgSO4, Indikator Ferroin. Limbah cair tahu diperoleh dari industri tahu di Desa Wirogunan Kartasura.

Menurut penelitian Noviana dan Ahmad (2009), yang berjudul Efektifi tas EM-4 dalam menurunkan BOD dan COD limbah cair tahu. Menunjukkan bahwa konsentrasi EM-4 yang paling efektif sebanyak 7 ml. Sampel bahan kelompok control, Menyiapkan 4 gelas kimia dan memberi kode waktu pada masing-masing gelas kimia, Mengambil sampel limbah cair tahu sebanyak 1000 ml setiap perlakuan kemudian dimasukkan pada gelas kimia, Kemudian diaduk bahan tersebut sampai homogen, Setelah itu mengukur pH, suhu, warna, bau setiap hari, Untuk pemeriksaan COD dilakukan pada 0 hari, 1 hari, 2 hari, 3 hari.

Sampel bahan kelompok perlakuan dengan penambahan EM-4: Menyiapkan 12 gelas kimia dan memberi kode dosis EM-4 yang akan digunakan, Kemudian mengambil sampel limbah cair tahu sebanyak 1000 ml pada setiap

(9)

Keefektifan Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam ... (Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti)

perlakuan, dimasukkan pada masing-masing gelas kimia. Setelah itu ditambahkan EM-4 tersebut pada masing-masing gelas kimia dengan dosis 0 ml, 3ml, 5 ml, 7 ml. Masing-masing gelas kimia diaduk dengan pengaduk biar sampel limbah cair tahu dan EM-4 sampai homogen. Kemudian dilihat perubahan suhu, pH, bau, warna setiap hari pada masing -masing gelas kimia. Mencatat hasil tersebut untuk perbandingan hasil. Setelah hari ke 0, 1, 2, 3 dilakukan pemeriksaan COD, kemudian melihat perubahan kandungan COD.

Pengkuran COD Dimasukkan kurang lebih 0,4 gram HgSO4 kedalam labu erlenmeyer COD 250 ml. Memasukkan 2 atau 3 batu didih yang telah dibersihkan terlebih dahulu ke dalam gelas erlenmeyer tersebut. Kemudian ditambahkan larutan sampel sebanyak 20 ml. Setelah itu ditambahkan K2Cr2O7 0,25 N sebanyak 10 ml. Menyiapkan 30 ml H2SO4 tersebut ke dalam labu erlenmeyer COD. Dikocok perlahan-lahan dan hati-hati untuk mencegah penguapan. Dialirkan air dingin pada kondensor dan meletakkan gelas erlenmeyer COD di bawah kondensor. Menempatkan kondensor dengan gelas erlenmeyer COD atau pemanas busen. Kemudian dinyalakan alat pemanas dan refl uks larutan selama 2 jam. Dinginkan dan diencerkan dengan aquades sampai kurang lebih 100 ml. Setelah dingin kembali, Dititrasi dengan larutan Ferroin Amonium Sulfat 0,2095 N yang sebelumnya ditambahkan dulu 2 – 3 tetes indikator ferroin. Sampai terjadi perubahan warna biru kehijauan menjadi coklat kemerahan. Mencatat banyaknya larutan FAS 0,2095 N yang digunakan. (misal a ml). Melakukan seperti percobaan tersebut diatas dengan menggunakan aquades dengan perlakuan yang sama sebagai blanko (misal b ml).

Rumus COD =

20

1000

x ( b – a ) x N FAS x BEO

Pengukuran Blanko : Dimasukkan kurang lebih 0,4 gram HgSO4 kedalam labu erlenmeyer COD 250 ml. Memasukkan 2 atau 3 batu didih

yang telah dibersihkan terlebih dahulu ke dalam gelas erlenmeyer tersebut. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 20 ml. Setelah itu ditambahkan K2Cr2O7 0,25 N sebanyak 10 ml. Menyiapkan 30 ml H2SO4 tersebut ke dalam labu erlenmeyer COD. Dikocok perlahan-lahan dan hati-hati untuk mencegah penguapan. Dialirkan air dingin pada kondensor dan meletakkan gelas erlenmeyer COD di bawah kondensor. Menempatkan kondensor dengan gelas erlenmeyer COD atau pemanas busen. Kemudian dinyalakan alat pemanas dan refl uks larutan selama 2 jam. Dinginkan dan diencerkan dengan aquades sampai kurang lebih 100 ml. Setelah dingin kembali, Dititrasi dengan larutan Ferroin Amonium Sulfat 0,2095 N yang sebelumnya ditambahkan dulu 2–3 tetes indikator ferroin. Sampai terjadi perubahan warna biru kehijauan menjadi coklat kemerahan. Mencatat banyaknya larutan FAS 0,2095 N yang digunakan. Sebagai blanko.

Pengolahan data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data segera dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut :

Editing, mengoreksi data hasil pemeriksaan COD yang telah diperoleh sehingga dapat dilakukan perbaikan data yang kurang. Entry, memasukkan data hasil pemeriksaan COD dalam suatu program komputer. Tabulating, memasukkan data hasil pemeriksaan COD dalam bentuk tabel-tabel. Analyzing, menganalisis data hasil pemeriksaan COD.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analiss bivariat sebagai berikut: Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan data dari masing-masing variabel. Dengan menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat yaitu konsentrsi EM-4 dalam menurunkan COD limbah cair tahu di Desa Wirogunan Kartasura. Analisis Bivariat Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan analisis varians (anova satu jalur). Pengaruh penambahan EM-4 diamati dengan

(10)

tingkat kepercayaan 99 %. Dengan interpretasi hasil jika p value ≤ 0,01 maka hipotesis penelitian diterima.dan jika p value > 0,01 maka hipotesis penelitian ditolak. Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum

Limbah cair Industri tahu Bapak Eko Suparji Wirogunan Kartasura yang dihasilkan mempunyai kadar pencemar yang cukup tinggi sehingga harus diolah secara baik dan benar agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pabrik tahu merupakan industri kecil/rumah tangga yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya keterbatasan dana tersebut, industri kecil tersebut membuang limbahnya langsung selokan dan sungai.

Pengolahan limbah cair tahu merupakan bagian dari penyehatan lingkungan. Pengolahan limbah mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Dengan adanya proses pengolahan limbah, masyarakat sekitar bisa hidup dengan sehat. Desa Wirogunan Kartasura terdapat sebanyak 45 unit industri tahu dengan kapasitas produksi yang mulai dari 1.200 kg/hari sampai 1.500.000 kg per tahun. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat maupun tidak dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran oksigen dalam air (Alaerts dan Santika, 2007).

Solusi pengolahan limbah cair tahu adalah dengan menggunakan teknologi EM-4 (Effective Microorganisms-4). Effective Microorganisms

merupakan kultur campuran lima kelompok mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi limbah organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Mikroorganisme EM memerlukan bahan organik untuk mempertahankan hidupnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral lainnya. Bahan-bahan tersebut banyak terdapat dalam limbah cair tahu. Reaksi fermentasi berlangsung dengan cepat dan EM mampu hidup secara sinergis dengan mikroorganisme lain (Jose dkk, 2000).

Analisis Univariat

Warna Limbah Cair Tahu 1.

Untuk menentukan kualitas limbah cair, juga dapat dilakukan dengan melihat secara fi sik warna dari limbah cair tahu. Pada penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah dengan pemberian EM-4 dengan dosis 0 ml/l, 3 ml/l, 5 ml/l dan, 7 ml/l dengan waktu pengamatan dilakukan pada 0 hari, 1 hari, 2 hari, dan 3 hari. Dari pengamatan ternyata ada perbedaan warna, pada dosis 0 ml/l limbah masih berwarna kuning, dosis 3 ml/l limbah berwarna kuning muda, dosis 5 ml/l limbah berwarna kuning tua dan pada dosis 7 ml/l limbah berwarna cokelat. Warna tidak mengalami perubahan pada masing-masing dosis dari 0 hari sampai 3 hari, ini dimungkinkan efektivitas bakteri EM-4 belum menimbulkan perubahan warna limbah Tabel 1. Pengamatan Warna Limbah Cair Tahu

Perlakuan ( ml/l )

Warna Limbah Cair Tahu Pengamatan ( hari ke - )

0 1 2 3

0 Kuning Kuning Kuning Kuning 3 Kuning Muda Kuning Muda Kuning Muda Kuning Muda 5 Kuning Tua Kuning Tua Kuning Tua Kuning Tua 7 Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat

(11)

Keefektifan Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam ... (Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti)

cair tahu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

pH Limbah Cair Tahu 2.

Pengamatan pH limbah bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman limbah cair tahu selama proses fermentasi, pengukuran pH dengan pH tester. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pH limbah cair pembuatan tahu Bapak Eko Suparji Desa Wirogunan Kartasura setelah mendapat perlakuan dosis EM-4 0 ml/l, 3 ml/l, 5 ml/l dan, 7 ml/l berkisar antara 5–6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengamatan pH Limbah Cair Tahu Perlakuan

(ml/l)

pH Limbah Cair Tahu Pengamatan (hari ke -) 0 1 2 3 0 5 5 6 6 3 5 5 5 6 5 5 6 6 6 7 5 5 6 6

Suhu Limbah Cair Tahu 3.

Pengamatan yang dilakukan pada temperatur limbah menunjukkan bahwa perbedaan dosis bakteri EM-4 tidak menunjukkan perbedaan suhu pada limbah yaitu berkisar antara 320C pada limbah yang digunakan

sebagai kontrol (0 ml/l) dan limbah yang mendapat perlakuan 3 ml/l, 5 ml/l dan 7 ml/l menunjukkan suhu yang saya yaitu 310C pada

pengamatan 0 hari. Suhu limbah cair tahu akan mengalami penurunan seiring dengan waktu penelitian yaitu pada pengamatan 1 hari menunjukkan suhu 290C, 2 hari menunjukkan

suhu 260C dan pada pengamatan 3 hari

menunjukkan suhu yang semakin rendah lagi yaitu 250C. Untuk lebih lengkapnya pengukuran

suhu pada penelitian ini pada Tabel 3. Bau Limbah Cair Tahu

4.

Hasil penelitian menunjukkan dosis EM-4 tidak menunjukkan pengaruh terhadap perubahan bau limbah, tetapi dengan penambahan EM-4 ini sangat efektif dalam menurunkan bau limbah, hal ini dapat dilihat pada penambahan dosis EM-4 0 ml/l, 3 ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l. Pengamatan pada 0 hari, limbah masih sangat bau setelah hari ke - 2 sudah ada perubahan bau dan pengamatan pada hari berikutnya perubahan yang terjadi sangat kecil. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan perubahan bau limbah cair tahu pada dosis EM-4 dan waktu pengamatan pada 0 hari, 1 hari, 2 hari dan 3 hari pada Tabel 4.

Analisis Bivariat

COD Limbah Cair Tahu

Pengukuran kadar COD berdasarkan perlakuan pemberian dosis EM-4 yaitu 0 ml/l, 3ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l. Kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran pada pH, suhu, warna, bau dan kadar COD. Pengamatan ini dilakukan pada 0 hari, 1 hari, 2 hari, dan 3 hari, hasil pengamatan kemudian disusun pada Tabel 5.

Tabel 3. Pengamatan Suhu Limbah Cair Tahu Perlakuan

( ml/l )

Suhu Limbah Cair Tahu Pengamatan (hari ke - ) 0 1 2 3 0 32 29 26 25 3 31 29 26 24 5 31 29 26 25 7 31 29 26 25

Tabel 4. Pengamatan Bau Limbah Cair Tahu Perlakuan

( ml/l )

Bau Limbah Cair Tahu Pengamatan (hari ke - )

0 1 2 3

0 Sangat Bau Sangat Bau Sangat Bau Sangat Bau 3 Sangat Bau Bau Agak Bau Bau 5 Sangat Bau Bau Bau Bau 7 Sangat Bau Bau Bau Bau

(12)

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa pada dosis EM-4 0 ml/l kadar COD mengalami penurunan pada pengamatan dari 0 hari sampai 3 hari yaitu dari 5363.20 mg/l pada 0 hari menjadi 5111.80 mg/l pada hari ketiga, demikian juga pada kadar 3 ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l juga mengalami penurunan kadar COD. Semakin tinggi dosis EM-4 yang digunakan dan semakin lama EM-4 bereaksi menunjukkan penurunan kadar COD yang semakin bagus yaitu 754,20 mg/l.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dari tiap-tiap perlakuan penambahan EM-4 pada limbah cair tahu terhadap penurunan COD, dilakukan dengan uji anova. Faktor yang digunakan adalah variasi penggunaan dosis EM-4 yaitu 0 ml/l (kontrol), 3 ml/l, 5 ml/l, dan 7 ml/l limbah tahu dan waktu pengamatan yaitu dilakukan pada 0 hari, 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Dari hasil analisis interaksi antara dosis EM-4 dan waktu fermentasi mikroorganisme dapat disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 hasil uji F untuk EM-4 adalah 1606.43 dengan nilai signifi kansi 0.00 (<0.01), sehingga diambil kesimpulan bahwa penambahan EM-4 pada air limbah industri tahu Bapak Eko Suparji Desa Wirogunan Kartasura memberikan pengaruh yang signifi kan dalam

menurunkan kandungan COD air limbah tahu tersebut.

Pengujian untuk waktu pengamatan menunjukkan nilai F sebesar 112.82 dengan nilai signifi kansi 0.00 (<0.01), hal ini menunjukkan bahwa variasi waktu pengamatan menunjukkan ada perbedaan yang signifi kan dalam penurunan kadar COD pada air limbah tahu. Semakin lama EM-4 melakukan fermentasi pada limbah cair tahu, maka penurunan kadar COD juga akan semakin besar/penurunan COD seiring dengan berjalannya waktu fermentasi bakteri EM-4.

Pengujian interaksi antara dosis EM-4 yang ditetapkan dengan waktu pengamatan menunjukkan nilai F sebesar 8,21 dengan nilai signifi kansi 0.00 (<0.01), hal ini menunjukkan interaksi antara dosis EM-4 dan waktu pengamatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar COD air limbah tahu. Berdasarkan pengujian tersebut menunjukkan bahwa dosis EM-4 dan lamanya waktu pengamatan berpengaruh terhadap penurunan kadar COD, untuk itu untuk mengetahui besarnya pengaruh tersebut perlu dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji LSD. Hasil pengujian dapat disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 5. Kadar COD Limbah Cair Tahu Perlakuan

( ml/l )

Kadar COD Limbah Cair Tahu

( mg/l ) Pengamatan ( hari ke - ) Jumlah

( mg/l) 0 1 2 3 0 5363.20 5279.40 5195.60 5111.80 20950 5237.5 3 4441.40 4190,00 3854.80 3519.60 16005.8 4001.45 5 3771,00 3435.80 2430.20 2262.60 11899.6 2974.9 7 1759.80 1257,00 1005.60 754.20 4776.6 1194.15

Tabel 6. Anova Penambahan EM-4 terhadap penurunan kadar COD Source Type III Sum of Squares Df SquareMean F Sig. EM-4 67707547.29 3 22569182 1606.43 0.00 WAKTU 4755251.98 3 1585084 112.82 0.00 EM-4 * WAKTU 1037425.89 9 115269.5 8.21 0.00 Sisa 224787.95 16 14049.25 Total 428551831 32 Corrected Total 73725013 31

(13)

Keefektifan Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam ... (Eko Sulistyorini dan Dwi Astuti)

Tabel 7. Hasil Uji LSD terhadap dosis EM-4 Dependent Variabel (I) EM-4 (J) EM-4 Mean Different Std. Error Sig COD 0 ml/l 3 ml/l 1151.91* 59.26 0.00 5 ml/l 2178.46* 59.26 0.00 7 ml/l 3959.21* 59.26 0.00 3 ml/l 0 ml/l -1151.91* 59.26 0.00 5 ml/l 1026.55* 59.26 0.00 7 ml/l 2807.30* 59.26 0.00 5 ml/l 0 ml/l -2178.46* 59.26 0.00 3 ml/l -1026.55* 59.26 0.00 7 ml/l 1780.75* 59.26 0.00 7 ml/l 0 ml/l -3959.21* 59.26 0.00 3 ml/l -2807.30* 59.26 0.00 5 ml/l -1780.75* 59.26 0.00 Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan dosis EM-4 terhadap limbah cair memiliki nilai signifi kansi < 0.01, yang berarti perlakuan dosis EM-4 memberikan pengaruh yang signifi kan terhadap penurunan COD.

Tabel 8. Hasil Uji LSD terhadap Waktu Pengamatan Dependent

Variabel Waktu(I) Waktu(J) DifferentMean ErrorStd. Sig Waktu 0 hari 1 hari 293.14* 59.26 0.00

2 hari 712.84* 59.26 0.00 3 hari 1006.31* 59.26 0.00 1 hari 0 hari -293.14* 59.26 0.00 2 hari 419.70* 59.26 0.00 3 hari 713.18* 59.26 0.00 2 hari 0 hari -712.84* 59.26 0.00 1 hari -419.70* 59.26 0.00 3 hari 293.48* 59.26 0.00 3 hari 0 hari -1006.31* 59.26 0.00 1 hari -713.18* 59.26 0.00 2 hari -293.48* 59.26 0.00 Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa waktu pengamatan terhadap kadar COD limbah cair memiliki nilai signifi kansi < 0.01, yang berarti waktu pengamatan memberikan pengaruh yang signifi kan terhadap penurunan COD.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kadar COD menunjukkan bahwa pada kontrol (0 ml/l hari ke 0) menunjukkan angka COD 5363.20 mg/l. Efektivitas mikroorganisme EM-4 didalam menurunkan kadar COD tertinggi

dicapai pada perlakuan penambahan EM-4 dengan dosis 7 ml/l dengan waktu pengamatan hari ke-3, yaitu sebesar 754.20 mg/l. Terdapat interaksi antara menurunkan kadar COD dengan perlakuan penambahan dosis EM-4 dan waktu fermentasi limbah cair industri tahu Bapak Eko Suparji Wirogunan Kartasura. Kadar COD yang ada di industri tahu Bapak Eko Suparji Desa Wirogunan Kartasura belum memenuhi standar mutu air bersih yang ditetapkan oleh Perda Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 yaitu maksimal sebesar 275 mg/l.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya perlu uji coba dengan interval pengamatan lebih dari 3 hari karena pada hari ke 3 masih terjadi fermentasi limbah cair tahu sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa lama mikroorganisme EM-4 mampu melakukan kegiatan fermentasi bahan limbah. Bagi pengusaha tahu di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura diharapkan melakukan pengolahan limbah cairnya tahu sebelum dibuang, karena dapat mencemari lingkungan yang akan menyebabkan hilangnya air bersih di lingkungannya. Bagi instansi kesehatan, sebagai bahan masukan pada institusi pelayanan kesehatan sebagai dasar pelaksanaan pembinaan kader agar dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara lebih terarah dan berkualitas, khususnya penyuluhan tentang kesehatan lingkungan. Bagi instansi industri tahu Bapak Eko Suparji Desa Wirogunan Kartasura sebagai dasar untuk perbaikan penanganan limbah cair tahu sehingga tidak mencemari lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Sri S. 2007. Metode Penelitian Air, Surabaya: Usaha Nasional

Anwar, A. 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sumber Wijaya. Djabu, U. 2001. Pedoman Bidang Studi

Pembangunan Tinja dan Air Limbah pada Institusi Pendidikan Sanitasi Kesehatan

(14)

Lingkungan. Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan tenaga Kerja Kesehatan

Jose, S. 2000. Peningkatan nutrisi limbah padat tapioka sebagai bahan dasar pakan ternak dengan penggunaan effective microorganisms (EM). Semirata Bidang MIPA BKS-PTN Wilayah Barat FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu Tesis rogram Studi Ilmu Lingkungan

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiharto. 2007. Dasar-dasar Pengolahan Air

Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

(15)

Efektivitas Madu Lebah Kelulut (Trigona spp) dalam ... (Anny Thuraidah, Jasmadi Joko Kartiko)

EFEKTIVITAS MADU LEBAH KELULUT (

Trigona spp

) DALAM

MENGHAMBAT PERTUMBUHAN

Salmonella typhi, Staphylococcus

aureus

DAN

Candida albicans

Anny Thuraidah,1 Jasmadi Joko Kartiko,2

1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Jl Mistar Cokrokusumo 4a Banjarbaru e-mail : Annythura2014@gmail.com

Abstrak

Madu lebah Trigona spp asal provinsi Kalimantan Selatan Memiliki efektifi tas antibakteri dan antijamur. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dari madu lebah kelulut (Trigona spp) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Hipotesis penelitian adalah madu lebah kelulut (Trigona spp) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode true eksperiment berupa rancangan-rancangan eksperimen sungguhan dengan menggunakan rancangan Postest Only Control Group Design. Bahan penelitian adalah madu dari sarang lebah kelulut (Trigona spp) yang ada di daerah Banjarbaru, dengan kriteria berwarna coklat gelap. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dilakukan analisis secara statistik dengan one way anova dan Kruskal Wallis α 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian Terdapat perbedaan bermakna antara setiap konsentrasi madu terhadap semua zone hambat Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus yang dihasilkan, kecuali untuk zone hambat Staphylococcus aureus konsentrasi 60% dan 80% tidak terdapat perbedaan. Konsentrasi madu Trigona spp yang efektif dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi adalah konsentrasi 100% sebesar 30,2 mm. Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100% sebesar 37,4 mm. Saran perlu dilakukan uji aktivitas antimikroba dari madu lebah kelulut (Trigona spp) asal daerah Kalimantan Selatan terhadap candida albicans dengan metode dilusi.

Kata Kunci : Madu Trigona, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Candida albicans

Abstract

Honey bee Trigona spp origin South Kalimantan province Has the effectiveness of antibacterial and antifungal. The general objective of this study to determine the effective concentration of the honey bee Trigona spp in inhibiting the growth of Salmonella typhi bacterium Staphylococcus aureus and Candida albicans. Research hypothesis is the honey bee Trigona spp effective in inhibiting the growth of bacteria Salmonella typhi, Staphylococcus aureus and Candida albicans. This type of research used in this research is true experimental designs in the form of real experiments using posttest design Only Control Group Design. Materials research is honey from bee hives Trigona spp Banjarbaru in the area, with dark brown criteria. The data obtained were tabulated and analyzed statistically by one-way ANOVA and Kruskal Wallis α 0.05 at the 95% confi dence level. Results of the study are signifi cant differences between any concentration of honey to all inhibitory zone Salmonella typhi and

(16)

PENDAHULUAN

Madu dengan berbagai macam manfaatnya telah sangat dikenal di seluruh dunia. Kelebihan madu di dunia kedokteran pertama kali diperkenalkan oleh Hippocrates (460 SM – 370 SM). Hippocrates tercatat sebagai orang yang menggunakan madu sebagai ekspektorans (Rio, et al.,2012) dan menyatakan bahwa pemberian madu sebagai ekspektorans ini bisa menyebabkan panas, yang juga berguna untuk memberihkan bisul dan luka (Sakri, 2012).

Madu bisa dimanfaatkan sebagai obat, makanan, bahan untuk perawatan kecantikan, dan juga bumbu penyedap. Madu mengandung zat yang dapat mengurangi efek penuaan, memulihkan vitalitas, dan menurunkan kolesterol (Rio, et al.,2012). Selain tinggi vitamin, mineral dan aktioksidan, madu juga diketahui memiliki sifat antimikroba yang dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri tertentu melalui beberapa mekanisme, yaitu melalui efek osmosis, keasaman madu, dan produksi enzim hidrogen peroksida sehingga madu dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan alami untuk mempercepat penyembuhan luka dan lecet (Hamad, 2007).

Madu disebutkan efektif digunakan untuk penyembuhan luka dan memiliki sifat antimikroba, tetapi ini tergantung pada jenisnya, lokasi geografis, dan sumber nektar yang diperoleh lebah penghasil madu(Sherlock et al., 2010). Indonesia sendiri memiliki banyak ragam jenis madu lokal, diantaranya adalah madu lebah Trigona spp.

Lebah Trigona spp menghasilkan madu lebih sedikit dan jarang diternakkan (Haryanto,2012). Lebah yang dikenal dengan

nama kelulut di Kalimantan ini mudah ditemukan di lingkungan sekitar(Mahani, 2011).

Madu lebah trigona asal Australia terbukti mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan enam spesies bakteri dan menghasilkan daya hambat yang lebih rendah terhadap pertumbuhan Candida albicans7.

Penelitian mengenai efektivitas antibakteri dan anti jamur madu dari lebah Trigona spp asal provinsi Kalimantan Selatan sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Berdasarkan informasi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian“Efektivitas madu lebah Trigona spp yang berasal dari Banjarbaru Kalimantan Selatan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, Staphylococcus aureus

dan Candida albicans ”.

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dari madu lebah kelulut (Trigona spp) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, Staphylococcus aureus

dan Candida albicans. Informasi tentang daya hambat madu lebah kelulut (Trigona spp) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

dapat digunakan sebagai dasar penggunaan obat herbal yang lebih tepat.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen sebenarnya (true eksperiment)berupa rancangan Postest Only Control Group Design

(Notoatmodjo, 2010), yaitu dengan dilakukan pemeriksaan daya hambat konsentrasi ekstrak propolis Trigona spp 20%, 40%, 60%, 80%, Staphylococcus aureus produced, except for the zone Staphylococcus aureus inhibitory concentration of 60% and 80% there is no difference. Trigona spp Honey concentration effective in inhibiting the growth of Salmonella typhi is a 100% concentration of 30.2 mm. Staphylococcus aureus at a concentration of 100% of 37.4 mm. Suggestions necessary to test the antimicrobial activity of honey bees Trigona spp origin South Kalimantan against candida albicans with dilution method.

(17)

Efektivitas Madu Lebah Kelulut (Trigona spp) dalam ... (Anny Thuraidah, Jasmadi Joko Kartiko)

dan 100% kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif berupa aquadest, dan kontrol pelarut propilen glikol.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu dari lebah kelulut (Trigona spp) yang ada di daerah Banjarbaru dengan kriteria berwarna coklat gelap.

Madu dipisahkan dari sarang lebah kelulut (Trigona spp) yang diambil di Banjarbaru. Buat pengenceran madu dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%.

Lakukan uji antimikroba madu dengan metode difusi cara sumuran. Diukur diameter zona jernih dalam satuan mm menggunakan penggaris di sekitar sumur yang telah diisi dengan bahan uji untuk menentukan zona hambat madu lebah kelulut (Trigona spp) terhadap bakteri/jamurdan diulang 5 kali.

Perolehan data ditabulasikan dan dilakukan analisis secara statistik yang diawali dengan uji normalitas. Apabila data berdistribusi normal dengan signifi kasi lebih dari alpha (α), maka dilanjutkan menggunakan one way Anova. Jika sebaliknya, dilakukan uji nonparametrik Kruskal-Wallis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan zona hambat antara masing-masing kelompok konsentrasi madu terhadap pertumbuhan Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Candida albicans dengan α 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Antimikroba Madu

Pengujian antimikroba madu lebah kelulut (Trigona spp) terhadap Salmonella typhi

memperlihatkan adanya variasi diameter zona Tabel 1. Zona hambat madu terhadap Salmonella typhi

Konsentrasi Madu

Zona Hambat Terhadap Salmonella typhi (dalam mm)

Total Rata-rata Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Ulangan ke-3 Ulangan

ke-4 Ulangan ke-5

20% 10 11 10 11 10 52 10,5 40% 15 16 16 15 15 77 15,4 60% 22 22 23 21 22 110 22 80% 23 24 24 23 24 118 23,6 100% 30 30 31 30 30 151 30,2 Kontrol negatif 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Zona hambat madu terhadap Staphylococcus aureus

Konsentrasi Madu Zona Hambat Terhadap Staphylococcus aureus (dalam mm) Total Rata-rata Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Ulangan ke-3 Ulangan ke-4 Ulangan ke-5

20% 12 13 15 13 14 67 13,4 40% 17 20 25 21 22 105 21 60% 25 26 30 26 27 134 26,8 80% 26 30 32 30 28 146 29,2 100% 33 37 40 37 40 187 37,4 Kontrol negatif 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 3. Zona hambat madu terhadap Candida albicans

Konsentrasi Madu Zona Hambat Terhadap Candida albicans (dalam mm) Total Rata-rata Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Ulangan ke-3 Ulangan ke-4 Ulangan ke-5

20% 0 0 0 0 0 0 0 40% 0 0 0 0 0 0 0 60% 0 0 0 0 0 0 0 80% 0 0 0 0 0 0 0 100% 0 0 0 0 0 0 0 Kontrol negatif 0 0 0 0 0 0 0

(18)

hambat. Data zona hambat madu Trigona spp

disajikan pada tabel 1.

Pengujian antimikroba madu lebah kelulut (Trigona spp) terhadap Staphylococcus aureus

memperlihatkan adanya variasi diameter zona hambat. Data zona hambat madu Trigona spp

disajikan pada tabel 2.

Pengujian antimikroba madu lebah kelulut (Trigona spp) terhadap Candida albicans tidak memperlihatkan adanya zona hambat. Data zona hambat madu Trigona spp disajikan pada tabel 3.

Hasil Uji Statistik

Konsentrasi madu (%) terhadap zona hambat

Salmonella typhi (mm)

Berdasarkan data pada table 4. maka dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak.

Uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai signifi kansi 0,031 (< 0,05), yang artinya data berdistribusi tidak normal. Dilakukan tranformasi data menggunakan square. Selanjutnya, data hasil transformasi dilakukan uji normalitas kembali. Uji normalitas menunjukan nilai signifi kansi 0,022 (< 0,05), yang artinya data berdistribusi tidak normal. Uji yang digunakan adalah non parametrik Kruskal Wallis sebagai alternatif uji one way anova.

Uji Kruskal Wallis menunjukan nilai signifi kansi 0,000 (< 0,05), yang artinya terdapat perbedaan bermakna perbedaan konsentrasi madu (%) terhadap zona hambat Salmonella typhi (mm). Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi, maka dilakukan uji Mann Whitney. Hasil uji menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada setiap variasi konsentrasi. Konsentrasi madu (%) terhadap zona hambat

Staphylococcus aureus (mm)

Berdasarkan data pada tabel 4.5 maka dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk terlebih dahulu, untuk mengetahui

apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji Shapiro-Wilk menunjukan nilai signifi kansi 0,299 (> 0,05), yang artinya data berdistribusi normal. Dilakukan uji homogenitas data. Uji homogenitas menunjukan nilai signifi kansi 0,630 (> 0,05), yang artinya variasi data homogen. Selanjutnya karena memenuhi syarat, maka dilakukan uji one way anova.

Uji one way anova menunjukan nilai signifi kansi 0,000 (< 0,05), yang artinya terdapat perbedaan bermakna perbedaan konsentrasi madu (%) terhadap zona hambat Staphylococcus aureus (mm). Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi, maka dilakukan uji post hoc anova menggunakan LSD. Uji LSD menunjukan terdapat perbedaan bermakna pada setiap variasi konsentrasi, kecuali pada konsentrasi 60% dan 80%.

Penelitian ini melakukan uji terhadap

Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Candida albicans untuk mengetahui keefektifan madu yang diambil dari sarang lebah kelulut (Trigona spp) berasal dari Banjarbaru dengan spesies lebah Trigona iridipennis.

Hasil penelitian untuk madu terhadap

Salmonella typhi menunjukkan pada konsentrasi 20% sampai 100% zona hambat terbentuk yaitu berturut-turut (mm) 10,5; 15,4; 22; 23,6; 30,2. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis, ada perbedaan hasil zona hambat antara konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Mann Whitney dengan hasil terdapat perbedaan bermakna pada setiap konsentrasi. Hasil penelitian untuk madu terhadap

Staphylococcus aureus menunjukkan zona hambat mulai terbentuk pada konsentrasi terendah 20%, sampai 100% yaitu berturut-turut sebagai berikut (mm) 13,4; 21;, 26,8; 29,2; 37,4. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji One Way Anova, ada perbedaan hasil zona hambat antara konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Post Hoc Anova dengan hasil terdapat perbedaan bermakna pada setiap konsentrasi

(19)

Efektivitas Madu Lebah Kelulut (Trigona spp) dalam ... (Anny Thuraidah, Jasmadi Joko Kartiko)

kecuali pada konsentrasi 60% dan 80%.

Menurut Suganda (2006) Mekanisme antibakteri pada madu dipengaruhi oleh kandungan glukosa dan fruktosa dalam madu yang tinggi, keasaman madu dan juga kandungan hidrogen peroksida. Menurut Hamad (2007) Kandungan glukosa dan fruktosa pada madu melalui proses osmosis akan menyebabkan sel bakteri dehidrasi karena air banyak keluar dan keadaan ini menyebabkan bakteri mudah lisis. Keasaman madu yang tinggidengan pH 3,2-4,5 menyebabkan terhambatnya proses metabolisme sel bakteri dimana zat-zat yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup tidak tersedia sehingga memudahkan terjadinya lisis.

Menurut Sulaiman (2010) Kandungan hidrogen peroksida yang sitotoksik dengan formasi radikal bebas yang dikeluarkan akan merusak struktur sel bakteri termasuk dinding sel dan membran sel, hal ini juga akan memudahkan sel bakteri lisis sehingga menghambat pertumbuhan bakteri(Sulaiman, 2010).

Penelitian ini menunjukkan madu mempunyai aktivitas yang lebih baik terhadap

Staphylococcus aureus (bakteri Gram positif) dibanding dengan Salmonella typhi (bakteri Gram negatif), sedangkan pada Candida albicans

tidak terdapat daya hambat. Penelitian Boorn et.al 2009 tentang madu Trigona carbonaria

yang berasal dari Brisbane, Queensland, Australia menunjukkan KHM dan KBM untuk

Staphylococcus aureus 3,3% dan 4,0%,

Salmonella typhimurium 10,3% dan 13,2%,

Candida albicans 49,7% dan 53,0%. Penelitian Boorn ini menjelaskan bahwa madu kelulut lebih efektif terhadap bakteri golongan Gram positif dibandingkan Gram negatif dan mempunyai aktivitas yang lebih rendah lagi terhadap

Candida albicans.

Hasil penelitian Hijriah dkk menunjukkan Kadar Hambat Minimun (KHM) madu lebah kelulut terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 37,5% dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada konsentrasi 50%10. Hasil penelitian

Hijriah dkk sebagaimana penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat daya hambat madu kelulut terhadap Staphylococcus aureus.

Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dengan lima kali pengulangan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Zona hambat madu lebah kelulut (Trigona spp) pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% terhadap Salmonella typhi rata-rata (mm) adalah 10,5; 15,4; 22; 23,6; 30,2, Staphylococcus aureus 13,4; 21;, 26,8; 29,2; 37,4 sedangkan Candida albican tidak terdapat zone hambat.

Terdapat perbedaan bermakna antara setiap konsentrasi madu terhadap semua zone hambat Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus yang dihasilkan, kecuali untuk zone hambat Staphylococcus aureus konsentrasi 60% dan 80% tidak terdapat perbedaan.

Konsentrasi madu Trigona spp yang efektif dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi adalah konsentrasi 100% sebesar 30,2 mm. Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100% sebesar 37,4 mm.

DAFTAR PUSTAKA

Boorn K.L., Khor Y.Y., Sweetman E., Tan F., Heard T.A., and Hammer K.A., (2009), Antimicrobial activity of honey from the stingless bee Trigona carbonaria determined by agar diffusion, agar dilution, broth microdilution and time kill methodology, Journal Applied Microbiology, No.108, Hal 1534-1543 Hamad, S., (2007), Terapi Madu: Panduan

Praktis untuk 84 Penyakit, Plus untuk Stamina Mental, Pustaka Ilman: Depok. Haryanto, B., Hasan, Z., Kuswandi & Artika,

I.-M., (2012). Penggunaan Propolis untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Peranakan Ongole (PO). JITV Vol. 17 No 3, p.202.

Hijriah, R., Winarsih, S., Lyrawati D., 2014, Efek Antibakteri Madu Apel dan Madu Klanceng terhadap Staphylococcus aureus Isolat

(20)

034p secar a In Vitro, Jurnal Penelitian, Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Mahani, Karim, R.A. & Nurjanah, N., (2011).

Keajaiban Propolis Trigona. Jakarta: Pustaka Bunda.

Rio, P., Berry, Y., Aziz, D., Asterina. (2012), Perbandingan Efek Antibakteri Madu Asli Sikabu dengan Madu Lubuk Minturun terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2).

Sakri, F.M. (2012), Madu dan Khasiatnya. Cetakan 1. Penerbit Diandra Pustaka Indonesia: Yogyakarta. Hal: 1, 3-5, 12-14, 40-48.

Sherlock, O., Dolan, A., Athman, R., Power, A., Gethin, G., Cowman, S., et al. (2010), Comparison of The Antimicobial Activty Ulmo Honey from Chile and Manuka Honey Against Methicilin-Resistant Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Pseudomonas aeruginosa, BMC Complementary and Alternative Medicine.

Suganda, J, 2006, Uji Efektifi tas Madu sebagai Antimikroba terhadap Salmonella typhi secara In Vitro, Tugas Akhir, Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Sulaiman, S., 2010, Terapi dengan Madu : Dar Al-Faruq Lin Nasyr wat Tauzi, Surakarta

(21)

Hubungan Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit dan Kadar Hemoglobin pada Infeksi Malaria (Azhari Muslim)

HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA

Azhari Muslim

Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Jln. Soekarno – Hatta No. 6, Bandar Lampung

Abstrak

Malaria adalah penyakit yang akut atau kronis yang disebabkan Plasmodium sp dengan simptom demam, sakit kepala serta menggigil dan disertai dengan anemia dan limfa yang membesar. Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan angka kesakitan akibat malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Anemia pada malaria disebabkan gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang dan penghancuran eritrosit. Anemia adalah kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit di bawah normal. Trombositopenia ditemukan pada malaria. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria.

Jenis penelitian adalah penelitian analitik yang bersifat observasional dan desain penelitian adalah belah lintang. Besar sampel adalah 50 responden. Variabel bebas penelitian ini adalah jumlah trombosit, variabel tergantung adalah kadar hemoglobin. Uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara jumlah trombosit dan kadar hemoglobin terdapat korelasi dengan p = 0,004. Koefi sien korelasi yaitu r = 0,396 berarti terdapat hubungan yang sedang/menengah antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada korelasi antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria.

Kata kunci: trombosit, hemoglobin, malaria

PENDAHULUAN

Malaria adalah penyakit yang akut atau kronis yang disebabkan parasite Plasmodium sp dengan gejala demam, sakit kepala serta menggigil dan disertai dengan anemia dan limfa yang membesar [1].

Malaria adalah penyakit infeksi parasit di dunia yang menjangkiti hampir 170 juta orang setiap tahunnya pada 103 negara. Angka kematian mencapai 1-1,5 juta penduduk per tahun, terutama daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan[2].

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama pada penderita golongan miskin dan ditemukan pada daerah terpencil dan terisolir. Angka kesakitan malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan[1].

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Malaria secara epidemiologi merupakan penyakit menular yang lokalspesifik, pada sebagian daerah Provinsi Lampung merupakan daerah endemis yang mempunyai daerah yang berpotensi untuk berkembangnya penyakit malaria seperti daerah-daerah pedesaan yang mempunyai rawa-rawa, genangan air payau, di tepi laut dan tambak-tambak ikan yang tidak terurus[2]

Gambaran insiden malaria di Provinsi Lampung sampai tahun 2013 menggunakan indikator API (Annual Paracite Incidens). Jika

(22)

dilihat selama 7 tahun (2006-2013) terakhir angka AMI cenderung fl uktuatif. AMI Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar 2,42 per 1.000 penduduk, angka ini telah berada di bawah target sebesar 5,5 per 1.000 penduduk dan jika dibandingkan dengan angka nasional (<50 ‰) AMI di Provinsi Lampung masih relatif rendah. Sedangkan untuk Annual Paracite Insidence (API) per 1000 penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar 0,22 per 1000 penduduk. Angka ini telah ada di bawah target yang ditetapkan yaitu kurang dari 1 per 1000 penduduk. Angka kesakitan Malaria baik klinis (AMI) maupun pemeriksaan sedian darah (API) di Kabupaten Kota pada tahun 2013 terlihat bahwa AMI tertinggi ada di Kabupaten Pesawaran dan Kota Bandar Lampung yaitu masing-masing 8,32 dan 8,21 dan API tertinggi ada di Kabupaten Pesawaran[2].

Anemia merupakan manifestasi klinis yang paling sering dijumpai dan berperan penting pada morbiditas dan mortalitas malaria. Anemia didefi nisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit yang mengakibatkan kadar hemoglobin menurun sehingga jumlah oksigen yang dibawa tidak cukup di jaringan perifer. Anemia pada malaria disebabkan gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang dan penghancuran eritrosit[3]. Malaria mempengaruhi hampir semua komponen darah dan trombositopenia merupakan salah satu kelainan hematologis yang ditemui dan mendapat perhatian di literature ilmiah[3].

Tujuan penelitian ini adalah untuk mngetahui jumlah trombosit dan kadar hemoglobin pada infeksi malaria serta adanya hubungan antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat observasional dengan desain penelitian belah lintang[5]. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien terduga malaria dan memeriksakan diri di laboratorium

Rumah Sakit Advent Bandar Lampung tahun 2014. Kriteria inklusi penelitian adalah penderita jenis kelamin laki-laki yang ditemukan parasit

Plasmodium sp dalam pemeriksaan sediaan hapus darah tepi sedangkan kriteria eksklusi adalah penderita malaria dengan komplikasi penyakit lain. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden.

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan jumlah trombosit dan kadar hemoglobin. Data diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan program komputer. Analisis univariat untuk melihat karakteristik subyek penelitian. Dilakukan analisis bivariat dengan korelasi Spearman untuk melihat hubungan pemeriksaan hitung jumlah trombosit dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian bermakna jika didapatkan nilai p < 0,05 [6].

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Rata-rata Standar Deviasi Min-max Usia 35.26 8.164 20-55 Jumlah Trombosit dalam trombosit/uL 113.000 11224.172 9000-140000 Kadar Hemoglobin dalam gr/dL 8.96 1.641 7-14

Berdasarkan tabel 1, responden penelitian pada usia termuda adalah 20 tahun dan usia tertua adalah 55 tahun dengan rata-rata 35,26 Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Hitung Jumlah

Trombosit dan Kadar Hemoglobin Infeksi Malaria Jumlah Trombosit Kadar Hemoglobin Trombosit dalam trombosit/uL Pearson Correlation 1 .396** Sig. (2-tailed) .004 N 50 50 Kadar Hemoglobin dalam gr/dL Pearson Correlation .396** 1 Sig. (2-tailed) .004 N 50 50

(23)

Hubungan Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit dan Kadar Hemoglobin pada Infeksi Malaria (Azhari Muslim)

tahun, jumlah trombosit antara 90.000-140.000 trombosit/uL darah dengan rata-rata 113.000 trombosit/uL darah. Kadar hemoglobin antara 7-14 gr/dL dengan rata-rata 8,96 gr/dL.

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa terdapat hubungan jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria ditandai dengan signifi kan 2 ekor = 0,004.

Pembahasan

Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa antara kadar hemoglobin dan jumlah trombosit terdapat korelasi dengan p = 0,004 (p<0,05). Kekuatan hubungan koefi sien korelasi yaitu: r = 0,396 terdapat hubungan sedang/ menengah antara kadar hemoglobin dengan jumlah trombosit[6].

Trombositopenia sering bersamaan dengan malaria falsiparum dan vivaks. Trombosit berkurang 3-4 hari pada malaria falsiparum berat. Trombositopeni derajat ringan sampai sedang terjadi pada malaria tidak berkomplikasi, sedang pada infeksi falsiparum berat, trombosit sangat rendah. Mekanisme imun terlibat dalam destruksi trombosit. Ini ditunjang oleh pengamatan bahwa kadar trombosit terikat IgG (Platelet-assosiated

IgG). Platelet-assosiated IgG cenderung menimbulkan pembersihan cepat dari sirkulasi trombosit oleh Retikulo Endotelial System, maka menyebabkan trombositopeni [7].

Anemia yang bersama dengan malaria sering berpotensi imunologik. Infeksi malaria juga menyebabkan hemolisis. Sebagai hasil hemolisis, hemoglobin dilepaskan dalam darah menyebabkan hemoglobinemi. Mekanisme imunologi malaria melibatkan imunitas seluler dan humoral yang kompleks. Invasi merozoit ke dalam eritrosit yang mengandung parasit (EP) mengalami perubahan struktur dan biomolekuler sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transport membran sel, penurunan deformabilitas, sitoadherens dan sekuestrasi. Respon imun individu terhadap antigen parasit akan menstimulasi system RES, mengubah aliran darah lokal dan endothelium

vascular, mengubah biokimia sistemik, menyebabkan anemia, hemoglobinemia, hipoksia jaringan dan organ, produksi sitokin dan nitric oksida (NO). Mekanisme imunologik juga terlibat dalam destruksi trombosit yang menyebabkan trombositopenia [7].

Penelitian di Kenya pada anak balita memperlihatkan perbedaan kadar hemoglobin sebesar 1,1 g/dl lebih rendah pada anak dengan malaria dibandingkan control[8].

Penelitian Leowattana dkk di Bangkok memberikan hasil serupa. Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol terhadap 110 penderita malaria berat dan malaria tidak berat. Trombositopenia ditemukan pada 73,6% penderita malaria tanpa komplikasi, dan 90,9% pada kasus malaria berat. Kadar trombosit secara signifi kan lebih rendah pada kasus malaria berat. Progresivitas penurunan trombosit sebanding dengan derajat parasitemia penderita. Penelitian di

Kenya juga memberikan gambaran serupa[9].

KESIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah: Nilai rerata kadar hemoglobin pada penderita 1)

malaria adalah 8,96 gr/dL;

Nilai rerata jumlah trombosit adalah 113.000 2)

trombosit/uL;

Ada korelasi antara kadar hemoglobin 3)

dengan jumlah trombosit pada penderita malaria.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2008.

1. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Dinkes Provinsi Lampung. 2013.

2. Profil

Kesehatan.

Abdalla SH, Geoffrey P. 2011. Malaria : 3.

A Haemotological Perspective. Imperial College Press. London.

Lacerda MVG, et al. 2011.

4. Thrombocytopenia in Malaria: Who Cares ? Mem Inst Oswaldo Cruz. Spain. 106(1):52-53.

(24)

Sudigdo, S et al. 2011.

5. Dasar-dasar

Metodologi Penelitian Klinis. Ed 4. Sagung Seto Jakarta.

Sutanto PH. 2007.

6. Analisis Data Kesehatan.

FKM UI.

Harijanto, PN, 2010.

7. Malaria: Epidemiologi, P a t o g e n e s i s , M a n i f e s t a s i K l i n i s & Penanganan. EGC. Jakarta.

Ladhani S, et al. 2010. Changes in White 8.

Blood and Platelets in Children With Malaria.

JMMS, 2(4):768-771.

Leowattana W, et al. 2010. Changes in 9.

Platelet Count in Uncomplicated and Severe Falciparum Malaria. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2010:41(5):1035-41.

(25)

Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Salam (SyzygIum polyanthum) ... (Suyana, Eni Kurniati, Yekti Oktalina)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL DAUN

SALAM (

Syzygium Polyanthum

) TERHADAP DAYA ANTIBAKTERI

Shigella Dysenteriae

SECARA

In Vitro

Suyana1, Eni Kurniati1, Yekti Oktalina1

1 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Jln. Ngadinegaran MJ III/62, Yogyakarta 55143

Abstrak

Shigella dysenteriae merupakan bakteri penyebab diare. Daun salam mengandung bahan aktif yaitu saponin, tanin dan fl avonoid yang memiliki efek antibakteri. Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom, sedangkan tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Saponin mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh, besar pengaruh, rerata diameter zona hambat radikal berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun salam (Syzigium polyanthum) terhadap daya antibakteri Shigella dysenteriae secara in vitro, dan konsentrasi efektif yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan desain penelitian post test with control menggunakan uji sensitivitas terhadap bakteri Shigella dysenteriae dalam 5 kelompok ekstrak etanol daun salam konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50%. Penelitian ini menghasilkan 30 data yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan uji Anova One Way menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak etanol daun salam mempunyai pengaruh terhadap daya antibakteri Shigella dysenteriae. Setiap penambahan konsentrasi sebesar 10 % maka diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae akan naik sebesar 2,033 mm. Rerata zona radikal ekstrak etanol daun salam konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 % berturut-turut adalah 12,8 mm, 13,5 mm,16,8 mm, 19,2 mm dan 20,2 mm. Konsentrasi efektif ekstrak etanol daun salam terhadap daya antibakteri Shigella dysenteriae yaitu pada konsentrasi 50 %.

Kata Kunci : Pengaruh, Ekstrak etanol, daun salam, daya antibakteri, Shigella dysenteriae.

PENDAHULUAN

Diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi yang meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsentrasi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja. Sering kali dalam diare akut timbul berbagai penyulit, seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan asam basa, dan kehilangan makanan [1].

Diare akut merupakan masalah umum yang terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia kasus diare akut karena infeksi terdapat pada peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit[1].

Diare karena bakteri invasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan tertentu

(26)

menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Escherichia coli, Shigella sp, Salmonella sp, dan Campylobacter sp[1].

Shigella sp merupakan bakteri patogen pada manusia. Shigella sp yang menyebabkan disentri adalah Shigella shiga (dysenteriae), Shigella fl exneri, Shigella boydii, dan Shigella sonnei [2]. Semua Shigella mempunyai endotoksin, tetapi hanya Shigella dysenteriae

yang membentuk endotoksin dan eksotoksin yang kuat, yang terdiri dari protein yang termolabil dan menyebabkan diare, juga bekerja sebagai neurotoksin[3].

Daun salam selain untuk bumbu pelengkap masakan, juga berkhasiat mengobati beberapa penyakit. Secara tradisional daun salam digunakan sebagai obat sakit perut dan diare[4], sedangkan, ekstrak dari daun salam mempunyai khasiat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare, yakni Escherichia coli, Vibrio cholera, dan Salmonella sp[5].

Senyawa yang terkandung dalam daun salam antara lain saponin, tanin, triterpen, fl avonoid, polifenol, dan alkaloid[5]. Flavonoid, saponin dan tanin merupakan bahan aktif yang mempunyai efek antibakteri. Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom, sedangkan tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Saponintermasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain[6].

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan uji laboratoris (in vitro) dan menggunakan desain penelitian

Post Test with Control untuk menguji pengaruh

ekstrak etanol daun salam terhadap daya antibakteri Shigella dysenteriae. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, sedangkan, bahan berupa ekstrak etanol daun salam dibuat di LPPT UGM.

Uji daya antibakteri dilakukan dengan metode difusi dan menggunakan Kloramfenikol 30 μg sebagai kontrol positif. Bahan uji dibuat pengenceran dengan PEG 5 % (Poly E thylen Gycol) sampai diperoleh konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50%, kemudian diinokulasi dengan bakteri yang telah disesuaikan dengan standart

Mac Farland. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun salam terhadap bakteri Shigella dysenteriae dilakukan dengan menggunakan media Muller Hinton Agar (MHA) sebanyak 7 plate, kemudian lidi kapas steril yang telah dicelupkan dalam suspensi bakteri yang kekeruhannya disesuaikan dengan standar Mac Farland digoreskan pada permukaan media MHA. Dibuat lubang sumuran dengan alat pelubang berdiameter 5 mm sebanyak 6 sumuran, satu plate untuk kontrol positif dan satu plate untuk kontrol negatif. Setiap konsentrasi ekstrak etanol daun salam dimasukkan pada sumuran, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Hasilnya dibaca dengan cara mengukurndiameter zona radikal yang terbentuk dalam satuan mm. Penelitian ini dilakukan 6 kali pengulangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu berupa tabel dan grafi k, serta dilakukan analisis secara statistik dengan uji

Anove One Way dengan taraf signifi kan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun salam pada konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki Tempat/Ruang Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana kriteria tercantum pada format IV , dengan memperoleh skor 

Faktor internal yang berasal dari dalam wirausahawan dapat berupa kemauan.. berwirausaha, motivasi berwirausaha, hingga ketersediaan

1) Soket Prosesor : Soket Prosesor Soket Prosesor : Soket Prosesor adalah tempat dipasangnya adalah tempat dipasangnya prosesor. Ada banyak jenis nama prosesor. Ada

Panggung Timur pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara

Sebagai pelaku pemasaran di sektor publik, maka pejabat ataupun aparat yang terlibat pada proses pemasaran harus mempunyai mindset pemasaran sebagaimana yang dimiliki oleh

Secara sederhana, Pengertian Teknologi Informasi adalah fasilitas-fasilitas yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak dalam mendukung dan meningkatkan kualitas

She said it even when she knew he didn’t want them, and it didn’t feel like she’d said it to make him feel bad.. It felt like she’d said it because it

[r]