• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Nur Hidayah, Nim : , **Nur Rasdianah S.Si., M.Si., Apt*** Madania, S.Farm., M.Sc., Apt. Jurusan Farmasi, Fakultas ilmu-ilmu kesehatan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Nur Hidayah, Nim : , **Nur Rasdianah S.Si., M.Si., Apt*** Madania, S.Farm., M.Sc., Apt. Jurusan Farmasi, Fakultas ilmu-ilmu kesehatan dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STUDI PENGOBATAN PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2014

Nur Hidayah, Nur Rasdianah S.Si., M.Si., Apt* Madania, S.Farm., M.Sc., Apt** Mahasiswa Jurusan Farmasi, Program Studi SI FIKK, UNG

ABSTRAK

Nur Hidayah, 2014. Studi pengobatan penyakit gastritis di RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengan Tahun 2014. Skripsi, program studi Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Di bimbing oleh Ibu Nur Rasdianah S.Si., M.Si., Apt selaku pembimbing I dan Ibu Madania S.Farm., M.Sc., Apt selaku pembimbing II.

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel akan gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dengan tujuan untuk mengetahui pengobatan gastritis di RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengan Tahun 2014. Data yang digunakan di peroleh dari rekam medik pasien RSUD Buol, meliputi data diagnosa pasien, gejala penyakit, dan obat yang di berikan. Setelah diperoleh data, selanjutnya dirangkum dan di olah secara deskriptif kuantitatif.

Dari hasil penelitian rekam medik pasien RSUD Buol menunjukkan bahwa dari 96 pasien penyakit gastritis pada bulan Januari-Maret 2014 ada 53 pasien (55,2 %) yang pengobatannya sesuai dengan Standar Pelayanan Medik (SPM) dan 43 pasien (44,8 %) yang tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Medik (SPM).

(3)

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan pembekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan pembekalan kesehatan lainnya. Sediaan farmasi sendiri terdiri atas obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Dalam beberapa sarana kesehatan seperti rumah sakit, pabrik obat, apotek, puskesmas dilakukan pekerjaan kefarmasian yang mencakup pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Siregar & Amalia, 2004 : 2)

Obat merupakan bahan yang diregulasi oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Segala pengaturan, pembuatan, pelabelan, distribusi dan penjualannya diatur oleh badan ini, melalui undang-undang dan peraturan. Tujuan regulasi adalah melindungi konsumen dari efek yang merugikan karena kualitas atau keamanannya. Sayangnya pengamanan dan peraturan di Negara kita masih lemah sehingga tujuan sering kali tidak tercapai. (Ganiswara, 2007: 28)

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang, yang dimaksudkan dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit luka, atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006: 14)

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel akan gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung. (Ratu & Adwan, 2013 : 43)

Menurut Kurnia, Rahmi dalam Hery ( 2013 : 1), Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi dari pada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.

Berdasarkan data Rekam Medik RSUD Kabupaten Buol tahun 2012, pada tahun 2012 penyakit Gastritis menduduki peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak, kasus gastritis yaitu sebesar159 kasus (14 %). (Rekam Medik RSUD Buol, 2012).

(4)

Terapi pemberian obat ditujukan untuk meningkatkan kwalitas atau mempertahankan hidup pasien, namun ada hal-hal yang tidak dapat disangka dalam pemberian obat yaitu kemungkinan terjadinya hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Ketidak tepatan diagnosis membuat penderita tidak mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga kondisinya justru memburuk. (Zein, 2008 : 15)

Sesuai dengan kejadian nyata di RSUD BUOL, penulis pernah mendapatkan kejadian salah satu pasien gastritis merasa bahwa terapi pengobatan yang diberikan kurang maksimal, sehingga pasien meminta pulang dalam keadaan tidak sembuh total.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Gambaran pengetahuan klien tentang gastritis di RSU.dr.FI.Tobing Sibolga tahun 2008. Dari hasil penelitiannya di dapatkan jumlah penderita gastritis antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di indonesia 6-20 % menderita gastritis pada usia 55 tahun. Untuk segala umur, 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10 %. Berdasarkan survey awal di lokasi penelitiannya, ditemukan rata-rata per bulannya penderita gastritis yang berobat selama tahun 2008 masih cukup banyak yaitu setiap bulannya kurang lebih 40 orang.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Pola Pengobatan Gastritis Di RSUD BuolProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengobatan penyakit gastritis di RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Januari-Maret tahun 2014 ?

2. Bagaimana kesesuaian pengobatan yang dilakukan dibandingkan dengan standar pelayanan medik (SPM) tahun 2014 yang ada di RSUD Buol ?

KAJIAN TEORITIS Rumah Sakit

Rumah Sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata dalam bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawan (charitable), untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang beruntung (miskin), berusia lanjut, cacat, atau para pemuda (Schulz dan Johnson,1976). Pada awal sejarahnya, orang mendirikan rumah sakit memang atas dasar naluri ingin tolong menolong, rasa sosial, rasa belas kasihan, dan simpati di antara sesama, serta semangat keagamaan yang tinggi. (Hartono, 2010 : 56)

Di Indonesia, rumah sakit yang pertama berdiri adalah milik swasta, yaitu VOC (perusahaan dagang milik Belanda). Pada awalnya, pelayanan rumah sakit ini ekslusif hanya untuk orang-orang eropa.Dalam perkembangannya, kemudian orang-orang non-eropa yang menjadi pegawai VOC juga diperbolehkan menggunakan pelayanan rumah sakit.Pelayanan rumah sakit kepada penduduk pribumi dipelopori oleh misionaris Kristen. Langkah ini kemudian diikuti oleh

(5)

organisasi-organisasi sosial keagamaan lain seperti Muhammadiyah. Misinya adalah memberikan bantuan kemanusiaan (charity) kepada penduduk pribumi tersebut. Tetapi dalam tahun-tahun trakhir muncul rumah-rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik modal, sejak awal berorientasi mencari keuntungan (Hartono, 2010 : 57)

Batasan Rumah sakit banyak macamnya. Beberapa dintaranya yang dianggap penting adalah :

1. Menurut American Hospital Assosiation (1974) Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenag medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang di derita oleh pasien.

2. Menurut Wolper dn Pena (1997) Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

3. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) Rumah Sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan. (Azrul,1996 : 82)

Standar Pelayanan Medik

Melalui Surat Keputusan Menkes No.595/Menkes/SK/VII/1993 telah ditetapkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan medis harus sesuai dengan kebutuhan dan standar pelayanan yang berlaku. Dengan adanya standar medik ini diharapkan seluruh rumah sakit pemerintah maupun swasta dari semua tingkatan kelas harus dapat menerapkan standar ini agar rumah sakit tersebut dapat menjaga mutu dan menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien. Berkaitan juga dengan upaya pemerintah untuk menerapkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sesuai dengan UU Kesehatan nomor 23 thn 1992 pasal 66, standar pelayanan medis sudah menjadi keharusan untuk ditetapkan dan diterapkan di seluruh rumah sakit. Hal ini sebagai antisipasi terhadap berlakunya Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 32 ayat 4, Standar pelayanan medik telah ditetapkan berdasarkan SK Menkes, yang merupakan tonggak utama dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medik di Indonesia. Standar ini mengatur tentang penatalaksanaan penderita di rumah sakit agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat memenuhi mutu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Masalah mutu pelayanan akhir-akhir ini semakin sering menjadi sorotan, dan sebagian besar dokter pasti sudah berusaha untuk melakukan hal yang terbaik untuk pasien, tetapi selama ini belum ada standar yang dijadikan pedoman untuk dokter maupun penerima jasa pelayanan dalam menilai mutu layanan. Standar pelayanan medik juga dapat menjadi pengukur efisiensi penggunaan sumber daya, baik tenaga, ilmu dan teknologi, sarana dan biaya untuk menyembuhkan pasien dari penyakitnya.

Penerapan standar pelayanan medik harus dilakukan bertahap, mengingat kondisi dan kapasitas kemampuan rumah sakit bervariasi bila ditinjau dari segi

(6)

fisik konstruksi, peralatan, sumber daya manusia, pembiayaan dan sejarah perkembangan.

Standar pelayanan medis disusun oleh ikatan Dokter Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi di Indonesia yang mendapatkan masukan dari perkumpulan dokter seminat, yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan. Kandungan standar pelayanan medis terdiri dari standar penatalaksanaan 100 jenis penyakit dari 12 spesialis dan standar pelayanan penunjang dari 3 spesialis.

Standar yang telah disusun tidak mencakup semua diagnosis penyakit yang diketahui ilmu kedokternnya, tetapi dipilih berdasarkan Kessner, dalam tulisannya di New England Journal of Medicine tahun 1973, tentang petunjuk dalam memilih diagnosis yang perlu disususun standarnya, yaitu:

1. Penyakit tersebut mempunyai dampak fungsional yang besar.

2. Merupakan penyakit yang jelas batas-batasnya, dan relatif mudah untuk mendiagnosisnya.

3. Prevalensinya cukup tinggi dalam praktek.

4. perjalanan penyakitnya dapat secara nyata dipengaruhi oleh tindakan medis yang ada.

5. Pengelolaannya dapat ditetapkan dengan jelas.

6. Faktor non-medis yang mempengaruhinya sudah diketahui. METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dengan tujuan untuk mengetahui pengobatan penyakit gastritis di RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Juli 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mempunyai data rekam medik pada bulan Januari-Maret 2014, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien gastritis yang mempunyai data rekam medik pada bulan Januari-Maret 2014.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.

Kriteria Inklusi :

1. Menderita penyakit gastritis pada Januari-Maret 2014. 2. Pasien memiliki kelengkapan catatan data rekam medik.

Kriteris Ekslusi :

1. Tidak menderita penyakit gastritis pada Januari-Maret 2014. 2. Pasien tidak memiliki kelengkapan catatan rekam medik. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel check list. Definisi Operasional

(7)

2. Pengobatan penyakit gastritis adalah pengobatan yang diberikan pada pasien seperti yang tercantum dalam rekam medik meliputi golongan dan jenis obat yang digunakan pasien gastritis.

3. Kesesuaian penggunaan obat dinilai dengan cara melihat kesesuaian pemilihan obat dengan indikasi dari pasien yang tercatat di dalam rekam medik berdasarkan standar pelayanan medik (SPM) tahun 2014 di RSUD Buol. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data retospektif yang diperoleh dari rekam medik pasien gastritis yang disimpan oleh pihak RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Pertama, Proses penelusuran data dimulai dari observasi laporan unit rekam medik, untuk kasus pasien dengan diagnosa gastritis pada bulan Januari sampai Maret tahun 2014. Laporan dari rekam medik berupa daftar nomor registrasi dari penderita yang digunakan untuk mengumpulkan kartu status penderita. Kemudian dibuat tabulasi yang meliputi pasien, gejala, obat SPM, dan keterangan. Kedua, diidentifikasi melalui tabel-tabel yang dibuat. Analisis Data

Data yang diperoleh dirangkum kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis univariate, menggunakan analisis univariate karena penyajian data dilakukan terhadap tiap variable atau satu variable saja. Kemudian dianalisis secara deksriptif kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui pengobatan penyakit gastritis yang diperoleh dari data rekam medik pasien gastritis bulan Januari-Maret 2014 di RSUD Buol. Kemudian di sesuaikan dengan Standar Pelayanan Medik (SPM).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data jumlah pasien penyakit gastritis pada bulan Januari-Maret tahun 2014 adalah 96 pasien. Pada bulan Januari terdapat 31 pasien, pada bulan Februari terdapat 29 pasien, dan pada bulan Maret terdapat 36 pasien.

(8)

Tabel 4.1 Jenis Obat yang digunakan bulan Januari-Maret tahun 2014

Jenis Obat

Bulan

Jumlah

Januari Februari Maret

Ranitidin Antasida Omeprazole Lansoprazole Ondansetron Metoklopramide Domperidon Molagit Aspilet Ceftriaxone Cefixime Siprofloksasin ISDN 27 13 6 1 9 3 12 6 1 3 1 - - 25 15 6 2 1 3 8 5 - - - - - 23 19 6 3 - 8 7 2 - 2 1 - 1 75 47 18 6 10 14 27 13 1 5 2 - 1

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2014

Dari tabel diatas dapat pula dilihat pada diagram berikut :

Tabel 4.2 Kesesuaian pengobatan pasien dengan SPM berdasarkan Keluhan dari bulan Januari-Maret 2014

Keluhan Pasien SPM

Sesuai Tidak Sesuai BAB encer, mual muntah, nyeri ulu hati

BAB encer, mual muntah, sendawa Nyeri ulu hati, mual muntah

3 - 10 7 2 10 0 5 10 15 20 25 30

Januari Februari Maret

1. Ranitidin 2. Antasida 3. Omeprazole 4. Lansoprazole 5. Ondansetron 6. Metoklopramide 7. Domperidon 8. Molagit 9. Aspilet 10. Ceftriaxone 11. Cefixime

(9)

BAB, mual muntah, cepat kenyang Mual muntah, BAB

Kembung, BAB, mual muntah Nyeri ulu hati, BAB

Mual muntah, sendawa

Nyeri ulu hati, mual muntah, cepat kenyang Nyeri ulu hati, mual muntah, kembung, BAB Mual muntah

Nyeri ulu hati

Nyeri ulu hati, mual muntah, kembung Mual muntah, nyeri ulu hati, sendawa Mual muntah, kembung

Nyeri ulu hati, sendawa

Nyeri ulu hati, BAB, rasa penuh Nyeri ulu hati, mual muntah Kembung, sesak, mual muntah Mual muntah, demam

Cepat kenyang, nyeri ulu hati Nyeri ulu hati, mual muntah, sesak Sesak, kembung

Jantung berdebar, nyeri ulu hati

- - 1 6 1 1 1 2 9 6 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 8 4 2 - - 3 4 1 - - - - - - - - - - - - Jumlah 53 (55,2 %) 43 (44,8 %)

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2014

Tabel 4.3 Kesesuaian Pengobatan dengan SPM bulan Januari-Maret tahun 2014

Bulan

Standar Pelayanan Medik (SPM) Jumlah Sesuai % Sesuai Jumlah Tidak Sesuai % Tidak sesuai Januari Februari Maret 18 18 17 58,1 % 62,1 % 47,2 % 13 11 19 41,9 % 37,9 % 52, 8 %

(10)

Dari tabel diatas dapat pula dilihat pada diagram berikut :

Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengobatan penyakit gastritis dan kesesuaian penggunaan obat yang diberikan dengan Standar Pelayanan Medik (SPM) yang ada di RSUD Buol. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari rekam medik pasien RSUD Buol, yang dikumpulkan antara lain, diagnosa utama pasien, gejala penyakit, obat yang diberikan. Setelah diperoleh data, selanjutnya dirangkum dan diolah secara deskriptif kuantitatif.

Pada tabel 4.1 pengobatan penyakit gastritis adalah pemberian obat ranitidin, antasida, omeprazole dan lansoprazole, dimana menurut teori (Tjay & Raharja, 2007) golongan obat antasida (zat pengikat asam) adalah basa-basa lemah yang di gunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung, efeknya adalah peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin (optimal pH 2), diatas pH 4 aktivitas pepsin menjadi minimal. Sedangkan untuk ranitidin, omeprazole dan lansoprazole merupakan golongan penghambat produksi asam. Menurut teori (Tjay & Raharja, 2007) bahwa daya menghambat ranitidin terhadap sekresi asam lebih kuat dari pada obat simetidin, tidak merintangi perombakan oksidatif dari obat-obat lain sehingga tidak mengakibatkan interaksi yang tidak di inginkan, sedangkan untuk omeprazole merupakan penghambat pompa proton pertama yang di gunakan dalam terapi untuk menurunkan dengan sangat kuat produksi asam lambung, dan untuk lansoprazole adalah derivat piridil dengan sifat-sifat yang dalam garis besar sama dengan omeprazole (tak tahan asam).

Untuk kombinasi pemberian obat ondansetron, metoklopramide, dan domperidon yang merupakan obat anti mual muntah diberikan kepada pasien yang dengan diagnosa utama gastritis dan mengeluh mual muntah. Sesuai dengan teori

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Januari Februari Maret

1. Sesuai SPM 2. Tidak Sesuai SPM

(11)

(Tjay dan Raharja, 2007) bahwa obat ondansetron bekerja anti emetis kuat dengan melawan refleks muntah dari usus halus dan stimulasi CTZ, yang keduanya di sebabkan oleh serotonin, begitu pula dengan obat metoklopramide berkhasiat anti-emetis kuat berdasarkan bolkade reseptor dopamin di CTZ, disamping itu juga metoklopramide dapat memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung (propulsivum), efektif pada semua jenis muntah, sedangkan untuk obat domperidon berkhasiat menstimulasi peristaltik dan pengosongan lambung, berdaya anti emetis, digunakan pada mual dan muntah akibat kemoterapi dan pada migran.

Sedangkan untuk kombinasi pemberian obat molagit dan aspilet dikhasiatkan untuk pasien dengan keluhan buang air besar dengan diagnosa utama gastritis. Untuk ceftriaxone, cefixime dan siprofloksasin yang merupakan golongan obat antibiotik, yang menurut teori (Tjay & Raharja) bahwa antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Untuk pemberian obat ISDN (Isosorbiddinitrat) pada salah satu pasien gastritis diberikan sesuai dengan keluhan pasien yaitu jantung berdebar. Dimana menurut teori (Mutschler, 1991) bahwa senyawa ini dapat digunakan dengan baik pada serangan akut angina pektoris, yang kerjanya agak lambat dari gliseroltrinitrat, juga dapat digunakan sebagai nitrat kerja panjang untuk profilaksis angina pektoris.

Pada tabel 4.2 dilihat berdasarkan gejala atau keluhan pasien gastritis dari bulan Januari-Maret sebagian besar pasien mengeluh nyeri pada ulu hati , menurut teori (Jusup,2010) gastritis atau maag atau tukak lambung adalah penyakit yang di sebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebihan sehingga mengakibatkan lambung meradang dan nyeri pada ulu hati. Pada bulan Januari 2014, dari 31 pasien yang menderita penyakit gastritis ada 18 pasien yang mengeluh nyeri pada ulu hati, pada bulan Februari dari 29 pasien penyakit gastritis ada 25 pasien yang mengeluh nyeri ulu hati, sedangkan pada bulan maret dari 36 pasien gastritis ada 21 pasien yang mengeluh nyeri pada ulu hati.

Dari beberapa gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien penyakit gastritis dari bulan Januari-Maret 2014 hanya ada satu pasien yang mengeluh jantung berdebar. Menurut teori (Misnadiarly, 2009) gejala lain sering terjadi pada penyakit gastritis lainnya, antara lain timbulnya luka pada dinding lambung dan penyakit jantung.

Pada tabel 4.3 dapat dilihat kesesuaian pengobatan berdasarkan standar pelayanan medik RSUD Buol, maka pada bulan Januari 2014 terdapat 18 pasien (58,1 %) yang pengobatannya sesuai dengan standar pelayanan medik dan 13 pasien (41,9 %) yang tidak sesuai dengan standar pelayanan medik, pada bulan Februari 2014 terdapat 18 pasien (62,1 %) yang pengobatannya sesuai dengan SPM dan 11 pasien (37,9 %) tidak sesuai dengan SPM, sedangkan pada bulan Maret 2014 terdapat 17 pasien (47,2 %) yang pengobatannya sesuai dengan SPM dan ada 19 pasien (52,8 %) yang tidak sesuai dengan SPM.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berjudul Gambaran pengetahuan klien tentang gastritis di RSU.dr.FI.Tobing Sibolga tahun 2008, dari hasil

(12)

penenlitiannya di dapatkan jumlah penderita gastritis antara pria dan wanita ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di indonesia 6-20 % menderita gastritis pada usia 55 tahun. Untuk segala umur, 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10 %. Sedangkan pada penelitian ini apabila dilihat jumlah pasien gastritis pada bulan Januari-Maret 2014 ada 96 pasien. Kesesuaian pengobatan dengan SPM RSUD Buol dari bulan Januari-Maret ada 53 pasien (55,2 %) yang sesuai dengan SPM dan 43 pasien (44,8 %) yang tidak sesuai dengan SPM.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian pengobatan gastritis dengan SPM RSUD Buol, antara lain keluhan pasien mual muntah tetapi tidak di berikan obat mual muntah dan keluhan pasien BAB tetapi tidak di berikan obat BAB.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang berjudul Pola Penggunaan Obat pada Penderita GGA di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dimana hasil penelitiannya ada kesesuaian pengobatan pasien GGA dengan standar pelayanan medik rumah sakit PKU Muhamadiyah Yogyakarta berupa pemberian cairan dan elektrolit pada 53 pasien (91,4 %

Kesimpulan

1. Pengobatan penyakit gastritis RSUD Buol berupa pemberian obat gastritis, obat mual muntah, obat BAB, antibiotik, serta obat jantung (ISDN/Isosorbiddinitrat).

2. Kesesuaian pengobatan gastritis dengan SPM RSUD Buol dari bulan Januari-Maret 2014 yaitu 53 pasien (55,2 %) yang pengobatannya sesuai dengan Standar Pelayanan Medik RSUD Buol dan 43 pasien (44,8 %) yang tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Medik RSUD Buol.

Saran

1. Perlu dilakukan evaluasi oleh instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, baik Dinas Kesehatan Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi terhadap pengobatan pasien pada umumnya, khususnya pengobatan gastritis di RSUD Buol Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Untuk pihak RSUD Buol dapat memperhatikan gejala atau keluhan yang di derita pasien sebelum memberikan pengobatan penyakit gastritis karena untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan. Dan pihak RSUD Buol agar dapat menyarankan kepada pasien untuk mengatur pola makan, menghindari stress, olahraga, mengurangi pemakaian obat OAINS.

3. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian tentang terapi pemberian obat pada pasien penyakit gastritis. Selain itu juga penelitian dapat pula di lakukan dengan proses pengambilan data langsung kepada pasien (tidak mengambil data melalui rekam medik).

(13)

DAFTAR PUSAKA

Adisasmito, W. 2008. Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan Diagnosis Related Group (DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Azrul, A. 1996. pengantar administrasi kesehatan Edisi III. PT. Binarupa Aksara. Jakarta.

Advenia, M. 2009. Pengaruh Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah. Tesis. Sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatra Utara. Medan.

Brashers L, V. 2008. Aplikasi klinis patofisiologi:pemeriksaan dan manajemen edisi 2. Buku kedokteran. Jakarta.

Brunner Dan Suddart, 2000. Keperawatan tehnikal bedah. EGC. Jakarta

Ganiswara, 2007.Farmokologi dan terapi edisi 5. Depertemen Farmokologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. Jakarta.

Gambar

Tabel 4.2 Kesesuaian pengobatan pasien dengan SPM berdasarkan Keluhan dari                   bulan Januari-Maret 2014
Tabel 4.3 Kesesuaian Pengobatan dengan SPM bulan Januari-Maret tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian kombinasi fitur, terlihat bahwa kelompok fitur yang memiliki fitur lebih sedikit menghasilkan perbandingan akurasi yang tidak jauh berbeda dengan tanpa penggunaan

BERORIENTASI MODEL PAKEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR Penelitian Hibah Bersaing Lanjutan 52 25036506 I WAYAN REDHANA. Pengembangan Buku Ajar IPA SMP Berbasis

Keluaran : Tersedianya makan minum rapat, makan tamu dalam mendukung program Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan pemberdayaan masyarakat Kota Medan.. Target :

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan metode analisis depkritif, dengan tujuan untuk mengetahui peranan controller dalam usaha meminimalisasi risiko

Mikroorganisme Penyebab Fluor albus Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang.. Latar Belakang

Dalam makalah ini, dievaluasi keefektifan ukuran yang ada dalam memperkirakan performansi suatu sistem manufaktur sellular dan dikembangkan suatu ukuran pengelompokkan yang

Selain itu guru praktikan memperoleh gambaran langsung mengenai pembelajaran di dalam kelas, karakteristik anak didik, cara berinteraksi antara pepndidik dengan

ANSI/ASQC ZI.9 dan MIL-STD 414 ì  ANSI/ASQC ZI.9 adalah perencanaan sample yang berdasar pada AQL yang mengasumsikan bahwa distribusi normal dengan menggunakan variabel acak