• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Modalitas Infra Red Dan Isometric Exercise Untuk Mengurangi Nyeri Dan Memelihara Kekuatan Otot Pada Kasus Post Orif Fraktur Tibia 1/3 Proximal Dextra Di Rumah Sakit Dr Loekmono Hadi Kudus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Modalitas Infra Red Dan Isometric Exercise Untuk Mengurangi Nyeri Dan Memelihara Kekuatan Otot Pada Kasus Post Orif Fraktur Tibia 1/3 Proximal Dextra Di Rumah Sakit Dr Loekmono Hadi Kudus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN

MODALITAS INFRA RED DAN ISOMETRIC EXERCISE

UNTUK MENGURANGI NYERI DAN MEMELIHARA

KEKUATAN OTOT PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR

TIBIA 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI RUMAH SAKIT DR

LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan DIII Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ANGGRAINI FATMA HARDI J100160088

PROGRAM STUDI D III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN ISOMETRIC EXERCISE UNTUK MENGURANGI NYERI DAN

MEMELIHARA KEKUATAN OTOT PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR TIBIA 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. LOEKMONO HADI KUDUS Abstrak

Fraktur adalah kerusakan struktur persambungan tulang, epiphyseal plate atau pada permukaan tulang rawan sendi. Hal ini dapat menimbulkan nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) dan penurunan kekuatan otot sehingga menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah modalitas infra red (IR) dapat mengurangi nyeri pada kasus post ORIF fraktur tibia 1/3 proksimal dextra serta untuk mengetahui manfaat isometric exercise dalam meningkatkan kekuatan otot. Setelah dilakukan terapi sebanyak 3 kali, didaptkan hasil adanya penurunan derajat nyeri dengan instrumen pengukuran menggunakan Visual Analog Scale (VAS), dimana nyeri diam berkurang dari T0 : 3,2/10, nyeri tekan T0 : 4/10, dan nyeri gerak T0 : 8,3/10. Pada T3 menjadi : 2/10 untuk nyeri diam, T3 : 2/10 untuk nyeri tekan, dan T3 : 7/10 untuk nyeri gerak. Serta belum adanya peningkatan kekuatan otot dengan instrumen pengukuran Manual Muscle Testing (MMT) dari T0 sampai T3. Pada grup otot ekstensor didapatkan nilai MMT 4 pada T0 sampai T3, sedangkan pada grup otot fleksor tidak ada perubahan kekuatan otot dari T0 sampai T3 dengan nilai MMT 4. Modalitas Infra red (IR) tidak tepat diberikan pada kondisi kronis yang masih terdapat tanda-tanda inflamasi dan pemberian isometric exercise dapat memelihara kekuatan otot pada kasus post ORIF ftraktur tibia 1/3 proksimal dextra.

Kata kunci: fraktur, infra red dan isometric exercise

Abstract

Fracture is condition where there is discontinuity in bones, epiphyseal plate, and cartilage. This research aims to know if infra red and isometric exercise can decrease pain and maintenance muscle strength in patient with post ORIF tibial fracture 1/3 proximal dextra. After three times of threrapy, there were a decrease of pain using VAS instrument and an increase of muscle strength using MMT. There was a decrease of pain when patient in state position from T0 : 3,2 to T3 : 2, tenderness pain from T0 : 4 to T3 : 2, and decrease of pain in motion from T0 : 8,3 to T3 : 7. There was no improvement in muscle strength. Ektensor group from T0 : 4 to T3 : 4 and there was no improvement in flexor group from T0 : 4 to T0 : 4. Infra red cannot decrease pain in condition where there is an inflammation sign and isometric exercise can maintenance of muscle strength.

(6)

2

1. PENDAHULUAN

Hasil riset tahun 2018 angka kejadian fraktur menurun 0,3% dari tahun 2013, namun angka cedera akibat kecelakaan sepeda motor meningkat menjadi 72,7% (Riskesdas, 2018). Fraktur adalah kurusakan yang terjadi pada struktur persambungan tulang, epiphyseal plate atau pada permukaan tulang rawan sendi. Saat terjadi fraktur ada beberapa derajat cedera yang dialami pada jaringan lunak disekitar tulang (Kisner & Colby, 2012). Sedangkan menurut penelitian (Sagaran, Manjas, & Rasyid, 2017) fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis Penanganan medis pada kondisi fraktur yang biasanya dianjurkan adalah dilakukan prosedur konservatif atau dengan prosedur operatif sesuai grade fraktur.

Fisioterapi memiliki peran penting dalam mengatasi permasalah dalam kasus fraktur, intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dan menjaga kekuatan otot pasca operatif adalah dengan pemberian modalitas Infra Red (IR), dan isometric exercise. Pemberian modalitas infra red yang berfungsi untuk memberikan efek relaksasi sehingga nyeri dapat berkurang (Morozhenko, 2012). Isometric exercise adalah sebuah latihan kekuatan otot yang dilakukan untuk mengaktivasi otot setelah imobilisasi dengan periode yang lama serta memelihara kekuatan otot. (Kisner & Colby, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dengan infra red untuk mengurangi nyeri pada kasus post ORIF fraktur tibia 1/3

proximal dextra. Untukmengetahui penatalaksanaan fisioterapi dengan isometric exercise untuk memelihara kekuatan otot pada kasus post ORIF fraktur tibia 1/3

proximal dextrra

2. METODE

Pada kasus yang dialami oleh Ny. A usia 32 tahun, jenis kelamin perempuan, agama islam, pekerjaan sebagai seorang guru sekolah dasar, alamat wates 02/05 undaan, Kudus dengan diagnosa fraktur os tibia 1/3 proximal dextra. Setelah diberikan tindakan terapi sebanyak 3 kali di Rumah Sakit Umum Daerah

(7)

3

Loekmono Hadi Kudus menggunakan intervensi infra red dan isometric exercise

untuk mengurangi nyeri dan memelihara kekuatan otot.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pasien atas nama Ny. A usia 31 tahun dengan diagnosa post ORIF fraktur tibia 1/3 proksimal dextra dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan bawah, penurunan kekuatan otot pada tungkai kanan. Setelah mendapat tiga kali terapi dengan modalitas infrared dan isometric exercise di RSUD dr. Loekomono Hadi Kudus,

didapatkan hasil sebagai berikut: 3.1.1 Hasil Evaluasi Nyeri

Grafik 1. Hasil Evaluasi Nyeri

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat penurunan nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak setelah pasien menjalani terapi sebanyak 3 kali di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dimana nyeri diam berkurang dari T0: 3,2/10, nyeri tekan T0: 4/10, dan nyeri gerak 0: 8,3/10. Pada T3 menjadi : 2/10 untuk nyeri diam, T3: 2/10 untuk nyeri tekan, dan T3: 7/10 untuk nyeri gerak.

TO T1 T2 T3 Nyeri Diam 3,2 3,7 3 2 Nyeri Tekan 4 4 2,4 2 Nyeri Gerak 8,3 8 7,3 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Evaluasi Nyeri

(8)

4

3.1.2 Hasil Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT

Dibawah ini merupakan tabel hasil terapi selama tiga kali, tabel ini berdasarkan hasil evaluasi menggunakan Manual Muscle Testing (MMT).

Tabel 1. Evaluasi Kekuatan Otot knee Dextra dengan MMT

Grup Otot T0 T1 T2 T3

Fleksor 4 4 4 4

Ekstensor 4 4 4 4

Pada tabel diatas didaptakan hasil evaluasi kekuatan otot knee dextra tidak mengalami peningkatan kekuatan otot dari T0 sampai T3. Pada grup otot ekstensor yaitu dari nilai menjadi 4, sedangkan pada grup otot fleksor tidak ada perubahan kekuatan otot dari nilai 3 pada T0 tidak ada perubahan sampai T3.

3.2 Pembahasan

Pada pembahasan kali ini, penulis akan menyampaikan manfaat dan alasan dari hasil yang didaptkan dari evaluasi diatas, modalitan yang digunakan adalah Infra red dan isometric exercise untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot.

Penulis berpendapat pemberian modalitas infra red kurang tepat terhadap kasus yang ditangani. Menurut (William, 2002) menjelaskan bahwa penggunakan modalitas infra red diberikan bagi seseorang yang mengalami cedera kronis, namun perlu memperhatihan aktualitas dari keadaan cedera tersebut apakah masih terdapat tanda-tanda inflamasi yaitu kalor, rubor, dolor, tumor dan fungtio laesa. Pemberian infra red pada pasien yang masih mengalami tanda-tanda inflamasi yang telah disebutkan sebelumnya justru dapat meningkatkan efek vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan inflamasi yang dialami tidak kunjung membaik. Sehingga penanganan yang lebih tepat bagi kondisi kronis yang masih mengalami tanda-tanda inflamasi adalah dengan modalitas dingin seperti

cryotherapy.

Isometric exercise yang digunakan dalam terapi latihan ini ditujukan karena kondisi pasien mengalami imobilisasi yang lama mengakibatkan atrofi pada tungkai atas. Latihan isometrik yang dilakukan adalah quadriceps setting dan hamstring setting. Tujuannya untuk mengaktivasi otot quadriceps dan hamstring

(9)

5

sehingga diharapkan latihan ini dapat memelihara kekuatan otot dan persiapan sebelum melakukan program latihan selanjutnya. Namun, Karena latihan yang dilakukan hanya sebanyak 3 kali terapi maka hasil yang didapatpun belum maksimal terutama otot tugkai atas yang sudah mengalami atrofi tidak akan sama dengan otot yang hanya mengalami imobilisasi tanpa atrofi (Xiao, 2018)

4. PENUTUP

Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak tiga kali pada kasus post ORIF fraktur tibia 1/3 proximal dextra dengan pasien atas nama Ny. A umur 31 tahun didapatkan hasil bahwa penatalaksanaan fisioterapi dengan Infra Red tidak dapat mengurangi nyeri pada kasus post ORIF fraktur tibia 1/3 proximal dextra.

Penatalaksanaan fisioterapi dengan isometric exercise dapat memelihara kekuatan otot pada kasus postORIFfraktur tibia1/3 proximaldextra.

Dari hasil kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagi berikut: Dengan ditulisnya Karya Tulis Ilmiah ini, diharapkan agar pemberian modalitas Infra red dan isometric exercise dapat diterapkan pada pasien dengan kasus post ORIF fraktur tibia 1/3 proximal dextra namun perlu memeperhatikan kondisi dan kontra indikasi dari terapi yang diberikan pada pasien.

Pasien diharapkan dapat memahami dan menerapkan latihan yang diberian Fisioterapis secara rutin dan edukasi yang telah diberikan.

Penulis mengharapkan adanya kontribusi penuh keluarga dalam memberikan motivasi dan pengawasan pada pasien terhadap program terapi yang telah diberikan oleh fisioterapi agar dapat mengoptimalkan proses terapi pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Kisner & Colby. (2012). Therapeutic Exercise (Sixth Edit).

Morozhenko, V. (2012). Edited by Vasyl Morozhenko. Retrieved from www.intechopen.com

Oryan, A., Monazzah, S., & Bigham-sadegh, A. (2015). Bone Injury and Fracture Healing Biology Bone Injury and Fracture Healing Biology. (August

(10)

6

2018). https://doi.org/10.3967/bes2015.006

Riskesdas. (2018). Hasil utama riskesdas 2018Kesehatan, Kementerian.

Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2017). Artikel Penelitian Distribusi Fraktur Femur Yang Dirawat Di Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang (2010-2011). Jurnal Kesehatan, 6(3), 586–589.

William. (2002). Therapeutic Modalities for Physical Therapists. Xiao, J. (2018). Muscle Atrophy.

Gambar

Grafik 1. Hasil Evaluasi Nyeri

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: untuk mengetahui manfaat Infra Red (IR) dan terapi latihan berupa free active ROM, hold rilex dan resistence exercise dalam mengurangi nyeri gerak pada sendi

modalitas fisioterapi berupa infra red , stimulasi elektris dengan faradic dan terapi latihan dengan mirror exercise serta edukasi dapat membantu proses

Untuk mengetahui manfaat Infra Red (IR) dan terapi manipulasi dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien dengan keluhan frozen shoulder e.c capsulitis adesiva.. Untuk

lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot pada kasus drop hand dengan modalitas Infra Red (IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan

menerapkan modalitas IR (Infra Red) dan terapi latihan pada kasus trigger

Berdasarkan hasil tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi modalitas fisioterapi berupa infra red, electrical stimulation dan terapi latihan berupa mirror

Setelah mendapat aplikasi beberapa modalitas sebanyak 6 kali terapi Infra Red (IR), Electrical Stimulation (ES), massage, dan mirror exercise serta edukasi dapat

Infra merah mampu mengurangi nyeri pada Stiffnes knee dextra dan terapi latihan yaitu static contraction, active exercise, hold relaks mampu meningkatkan