• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi-perancangan Alat Pengering Cabai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi-perancangan Alat Pengering Cabai"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

RANCANG BANGUN SISTEM PENGERING

CABAI MERAH SECARA ELEKTRIK

TUGAS AKHIR

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Program Diploma III

Untuk Memperoleh Gelar A.Md

Disusun Oleh : Nama : Rokhani Nim : 5351302013

Prodi : Diploma III Teknik Elektro Jurusan : Teknik Elektro

Konsentrasi : Teknik Instalasi Listrik

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Tim penguji Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Senin

Tanggal : 13 Februari 2006

Pembimbing :

Drs. Agus Murnomo, MT NIP : 131616610

Penguji II : Penguji I :

Drs. Agus Murnomo, MT Drs. Agus Suryanto, MT

NIP : 131616610 NIP : 131993878

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Drs. Djoko Adi Widodo, MT Drs. Agus Murnomo, MT

NIP : 131570064 NIP : 131616610

Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang,

Prof. Dr. Soesanto NIP : 130875753

(3)

iii

iii ABSTRAK

Rokhani, 2006 “Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah Secara Elektrik” Tugas Akhir, Semarang. D3 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Pengolahan hasil pertanian memerlukan penanganan yang baik agar dapat dijaga mutunya. Salah satu hasil pertanian yang rentan terhadap kerusakan fisiologi adalah cabai.

Kerusakan pada cabai disebabkan oleh kandungan air yaitu sekitar 90 %, padahal untuk dapat menembus pasaran dunia internasional maka harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya kadar air cabai kering harus sekitar 10 %. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan cabai kering yang berkwalitas adalah melalui proses pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dan secara buatan (semi mekanik). Alat pengering kali ini memiliki keunggulan diantaranya pengeringan dapat berlangsung lebih cepat, pengeringan tidak tergantung pada alam, hasil pengeringan dapat lebih merata dan masih kelihatan segar. Diharapkan dengan pembuatan alat ini dapat memberikan teknologi tepat guna bagi petani dalam melakukan pengeringan sehingga dapat menghemat biaya operasional.

Pengoperasian alat pengering dengan setting termostat 100 0C pada

pemanas, memungkinkan suhu dalam ruangan nantinya dapat stabil. Termostat tersebut akan memutus arus jika panas melebihi setting. Dari pengujian alat pengering kali ini didapat data pengoperasian alat pengering pada suhu awal ruangan 27 0C sedikit demi sedikit akan mulai naik. Dalam hal ini termostat akan

bekerja memutus arus 20 menit kemudian dari sejak awal pengoperasian alat. Termostat akan menghubungkan arus setelah 30 detik kemudian dan seterusnya elemen pemanas akan hidup rata-rata 4 sampai 5 detik, kemudian selalu mati selama 30 detik. Suhu ruangan mencapai 50 0C setelah pengeringan berjalan

selama 20 menit, selanjutnya suhu dalam ruangan harus dijaga kestabilannya. selang beberapa jam waktu pengeringan berlangsung didapat hasil pengeringan cabai seperti yang diinginkan.

Penggunaan alat pengering kali ini sangat efektif dalam melakukan pengeringan. Sedangkan mengenai pemakaian sumber pemanas dengan elemen pemanas membutuhkan banyak daya sehingga perlu adanya penambahan suatu rangkaian penghemat daya jika ingin mengeringkan cabai dalam jumlah besar.

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al Insyiroh : 5)

Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S Al Insyiroh :7) Jika kamu ingin hidup bahagia di dunia, maka harus dengan ilmu. Jika kamu ingin hidup bahagia di akherat, maka harus dengan ilmu. Dan apabila kamu ingin hidup bahagia di dunia dan akherat, juga harus dengan ilmu.

Belajarlah dipagi hari, bekerja disiang hari, makan disore hari dan tidurlah dimalam hari Niscaya hidup akan bahagia

Satu-satunya musuh yang utama dalam kesuksesan adalah kemalasan, maka perangilah kemalasan dalam diri kamu

Persembahan : Karya tulis ini khusus aku persembahan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunian Nya

Ayah dan Ibunda tercinta Saudara-saudaraku yang selalu mendukungku

(5)

v

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat selesainya pembuatan Laporan Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian studi Program Diploma III Universitas Negeri Semarang

Dengan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dorongan dalam penulisan laporan hingga selesai.

Ucapan terima kasih khususnya kami ucapkan kepada :

1. Bapak Drs. Djoko Adi Widodo, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Agus Murnomo, M.T selaku Dosen Pembimbing Laporan Tugas Akhir

3. Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu dengan sabar dalam membimbingku 4. Teman-teman seperjuangan TIL angkatan 2002

Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi semua pembaca dan dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding dalam mata kuliah yang serupa.

Semarang , Februari 2006

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii ABSTRAK ...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Permasalahan... 3 C. Pembatasan masalah... 3

C. Tujuan dan Manfaat... 4

BAB II ISI A. Kajian Teori ... 5 1. Elemen Pemanas... 5 a. Perpindahan Panas... 6 1) Konduksi... 6 2) Radiasi ... 7

(7)

vii

vii

3) Konveksi ... 8

a) Perpindahan Konveksi Alamiah ... 9

b) Perpindahan Konveksi Paksa ... 9

2. Termostat... 9

a. Termostat Dwi Logam... 11

b. Termostat Batang ... 12

c. Termostat Zat Cair... 12

3. Motor Listrik (fan)... 13

4. Lampu Indikator ... 15 5. Resistor... 16 a. Tahanan Karbon ... 16 b. Tahanan Kawat... 18 6. Cabai Merah ... 19 B. Landasan Perencanaan ... 24

1. Perancangan alat dan bahan ... 24

2. Perancangana rangka... 25

3. Perancangan dinding penutup ... 26

4. Perancangan pintu ... 26

5. Perancangan rak ... 27

6. Perancangan penyangga rak ... 27

7. Proses Pembuatan... 27

a. Pembuatan rangka ... 27

(8)

viii

8. Konstruksi ... 29

9. Gambar rangkaian ... 32

10. Cara kerja ... 32

C. Hasil dan Pembahasan... 33

1. Hasil... 34

2. Pembahasan ... 37

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 40

B. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN

(9)

ix

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Perpindahan panas secara kondusi pada solder... 6

Gambar 2. Perpindahan panas secara radiasi ... 7

Gambar 3. Perpindahan panas secara konveksi ... 8

Gambar 4. Termostat dengan saklar bimetal... 11

Gambar 5. Termostat batang... 12

Gambar 6. Termostat zat cair... 13

Gambar 7. Konstruksi fan ... 14

Gambar 8. Kumparan stator ... 14

Gambar 9. Kumparan rotor ... 15

Gambar 10. Lampu tanda... 16

Gambar 11. Tahanan karbon... 17

Gambar 12. Kode warna tahanan karbon... 17

Gambar 13. Simbol resistor ... 17

Gambar 14. Resistor kawat ... 19

Gambar 15. Konstruksi alat pengering ... 29

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kode warna resistor ... 18

Tabel 2. Daftar alat dan bahan ... 24

Tabel 3. Urutan pergantian rak... 34

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai merah yang kita kenal selama ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya kaum ibu rumah tangga. Selain memiliki rasa yang pedas yang berfungsi sebagai perangsang nafsu makan, warna merah pada cabai seakan memberikan kesan yang menarik pada masakan. Cabai merah selain dikonsumsi kaum ibu, juga menjadi kebutuhan bagi dunia farmasi. Di dunia farmasi cabai digunakan sebagai bahan campuran dalam proses pembuatan obat. Bagian dari cabai merah yang memiliki rasa pedas digunakan sebagai campuran karena rasa pedas umumnya mengandung panas. Panas yang terkandung ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai campuran obat, khususnya untuk obat luar yang berfungsi sebagai penghilang rasa gatal dan pegal-pegal pada badan.

Cabai merah memiliki sifat mudah rusak. Sifat mudah rusak ini dipengaruhi oleh kadar air dalam cabai yang sangat tinggi sekitar 90% dari kandungan cabai merah itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dikhawatirkan pada saat musim panen raya banyak cabai yang tidak dapat dimanfaatkan. Hal ini dikarenakan hasil panen yang melimpah sedangkan proses pengeringan tidak dapat berlangsung secara serentak, sehingga menyebabkan kadar air dalam cabai masih dalam keadaan besar, sehingga menyebabkan pembusukan.

(12)

Upaya penyelamatan hasil pertanian adalah dengan melakukan pengeringan. Prinsip pengeringan cabai adalah upaya menguapkan air karena ada perbedaan kandungan uap air diantara udara dan bahan yang dikeringkan. Udara mempunyai kandungan uap air yang lebih kecil dari pada bahan sehingga dapat menghisap uap air dari bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah angin atau udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara yang sudah jenuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan dapat berjalan secara terus menerus.

Proses pengeringan yang dilakukan oleh petani selama ini masih bersifat sederhana yaitu dengan metode penjemuran secara langsung dibawah sinar matahari. Metode ini kurang efektif karena akan membutuhkan area yang luas, waktu pengeringan yang relatif lama yaitu 10-12 hari, proses pengeringan tergantung pada cuaca, serta efek sinar ultraviolet matahari dapat merusak warna dari kulit cabai yang sehingga tidak terlihat cerah lagi. Mempertimbangkan kekurangefektifan metode tersebut maka perlu dicari suatu metode yang dapat menggantikan, namun masih memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai pengering yang dapat menurunkan kandungan kadar air dalam cabai merah menjadi sekitar 10 %.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibuat alat pengering cabai secara elektrik. Menyikapi masalah tersebut, pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengangkat judul “Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah Secara Elektrik”. Metode pengeringan kali ini memiliki keunggulan dibanding

(13)

3

pengeringan secara tradisional. Keunggulan tersebut diantaranya proses pengeringan tidak tergantung lagi pada cuaca, kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai yang diinginkan, tidak membutuhkan area yang luas, kondisi pengeringan dapat lebih dikontrol, proses pengeringan dapat berlangsung lebih cepat dengan keseragaman kandungan air lebih merata, disebabkan terjadi perpindahan panas yang lebih merata di semua bagian cabai yang dikeringkan.

B. Permasalahan

Dalam pembuatan alat pengering cabai secara elektrik kali ini permasalahan yang muncul adalah bagaimana merencanakan alat pengering cabai secara elektrik, penentuan sumber panas dan pengendali panas agar panas dalam ruangan dapat stabil serta bagaimana cara penentuan kadar air kering cabai.

C. Pembatasan Masalah

Penulisan laporan tugas akhir ini, agar tidak menyimpang dari inti pokok pembahasan, maka diberikan batasan masalah. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Cabai yang dikeringkan jenis cabai merah keriting

2. Cabai merah yang dikeringkan memiliki berat 4 kg dengan ketentuan telah mengalami proses penjemuran semantara

3. Elemen pemanas yang digunakan sebagai sumber panas berjumlah satu buah dengan daya 300 watt.

(14)

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

a. Mempercepat proses pengeringan

b. Pengeringan tidak lagi tergantunga pada alam c. Memperoleh hasil pengeringan yang lebih baik 2. Manfaat

a. Memperkecil biaya yang dikeluarkan dalam proses pengeringan b. Resiko terjadinya pembusukan pada cabai dapat ditekan

(15)

5 BAB II

ISI

A. Kajian Teori

Pembahasan mengenai teori pembuatan proyek tugas akhir Alat Pengering Cabai Merah Secara Elektrik beserta komponen-komponen yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Elemen Pemanas

Elemen pemanas merupakan alat pengubah tenaga listrik menjadi tenaga panas, atau komponen ini berfungsi sebagai penghasil panas. Pemakaian elemen pemanas sebagai sumber kalor atau panas pada alat pengering ini, prinsip kerjanya sama dengan pemanfaatan elemen pemanas untuk alat keperluan rumah tangga seperti oven, dan seterika listrik. Elemen pemanas yang dipakai dalam pembuatan alat ini memiliki daya 300 Watt / 220 volt AC.

Elemen pemanas yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a) Tahan lama pada suhu yang dikehendaki

b) Pada suhu yang dikehendaki mekanik harus kuat

c) Koefisien muai kecil, pada suhu yang dikehendaki tidak mengalami perubahan bentuk

(16)

Perpindahan panas

Apabila dua logam saling berhimpitan dan suhu-suhu benda itu berbeda, maka akan terjadi proses perpindahan panas dari benda yang panas menuju benda yang lebih dingin, sehingga menyebabkan suhu keduanya menjadi sama. Secara umum, proses perpindahan panas dapat berlangsung dengan beberapa cara, diantaranya :

1) Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah didalam suatu medium ( Nyoman kertiasa, 1997 : 130 ).

Proses perpindahan panas secara konduksi terjadi karena molekul-molekul suatu bahan saling berbenturan atau bersinggungan, dengan demikian saling meneruskan energi panas yang mereka miliki ( Van Harten, 1983 : 95 ).

Proses perpindahan panas secara konduksi tidak terjadi pada semua bahan, umumnya penghantaran panas hanya terjadi pada bahan yang memiliki daya hantar yang baik (konduktor). Contoh nyata dari perpindahan panas secara konduksi dapat dilihat pada gambar :

Gambar 1. Perpindahan panas secara konduksi pada solder ( Van Harten, 1983 : 94 )

(17)

7

2) Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi adalah proses dimana mengalirnya panas dari suatu benda bertemperatur tinggi menuju benda bertemperatur lebih rendah tanpa adanya perantara dari benda lain.

Pemindahan energi panas lewat pancaran dilakukan oleh gelombang-gelombang elektromagnetik. Cara pemindahan ini juga dapat berlangsung dalam ruang hampa udara, sebagai contohnya adalah perambatan panas pada oven.

Perpindahan panas secara pancaran atau radiasi ini kebanyakan dimanfaatkan oleh petani dalam pembudidayaan tanaman pada ruangan kaca. Bila seberkas energi panas mengenai suatu benda maka sebagian energi tersebut akan diserap, dipantulkan, dan sebagian diteruskan melalui benda tersebut. Ciri khas pertukaran energi radiasi yang penting adalah sifatnya yang menyebar secara merata ke segala arah. Perpindahan panas secara radiasi dapat dilihat pada contoh gambar :

Gambar 2. Perpindahan panas secara radiasi ( Van Harten, 1983 : 95 )

(18)

3) Konveksi

Zat cair dan gas tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Pemindahan panas lewat zat cair dan gas terutama terjadi karena konveksi, yaitu karena adanya perbedaan suhu ( Van Harten, 1983 : 97 )

Perpindahan panas secara konveksi berlangsung dalam beberapa tahap. Tahap pertama panas akan mengalir dengan cara konduksi yaitu dari sumber panas menuju permukaan benda, kemudian energinya berpindah ke benda lainnya sehingga menaikkan suhu dan energi di sekitarnya.

Tahap kedua, partikel-partikel bergerak dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah. Udara kemudian akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya kepada partikel fluida yang lain. Proses perpindahan panas secara konveksi dalam ruangan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Perpindahan panas secara konveksi ( Van Harten, 1983 : 94 )

Perpindahan panas yang terjadi dalam ruangan pengering adalah secara konveksi. Perpindahan panas secara konveksi dapat terjadi jika adanya perbedan suhu antara kedua ruangan. Dalam hal ini udara akan bergerak dari

(19)

9

daerah yang bersuhu lebih tinggi menuju ke daerah yang bersuhu yang lebih rendah, kemudian akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya ke partikel fluida yang lainnya.

Perpindahan panas secara konveksi dikenal dua macam ( Nyoman Kertiasa, 1997 : 136 ) yaitu :

a) Perpindahan konveksi alamiah

Perpindahan konveksi secara alamiah terjadi dengan sendirinya tanpa adanya bantuan dari peralatan lain.

b) Perpindahan konveksi paksa

Perpindahan konveksi paksa terjadi apabila kalor yang dihasilkan oleh sumber panas disalurkan menuju ke tempat lain (objek) dengan bantuan peralatan lain seperti kipas (fan).

2. Termostat

Alat pengatur panas khusus atau termostat adalah suatu alat yang dapat menghubungkan dan memutuskan lingkaran arus secara otomatis berdasarkan perubahan suhu. Alat ini memiliki suatu alat perasa yang peka terhadap perubahan suhu ( Van Harten, 1983 : 107 ).

Pemanfaatan termostat umumnya digunakan untuk peralatan yang pemanasannya bersumber pada energi listrik untuk menghidupkan sumber panas. Tujuan pemakaiannya adalah sebagai peralatan pengaman untuk mempertahankan panas sesuai setting yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga sumber panas tidak akan cepat mudah rusak.

(20)

Inti susunan termostat terdiri atas saklar otomatis yang bekerja berdasarkan prinsip beda koefisien muai panjang yaitu bimetal. Bimetal adalah dua buah logam atau paduan logam yang memiliki beda koefisien muai panjang dan direkatkan satu sama lain dengan jalan mengeling atau mengelas ( Nyoman kertiasa, 1997 : 121 ).

Prinsip kerja dari bimetal adalah apabila dipanaskan akan melengkung. Melengkungnya logam ini disebabkan oleh perbedaan koefisien muai kedua plat logam. Azas kerja dari termostat sendiri adalah sekrup (tombol) pengatur berfungsi mengatur jarak antara cakram kontak. Apabila suhu sudah mencapai nilai tertentu sesuai setting yang telah ditentukan sebelumnya, kontak akan terputus karena logam yang ada pada bimetal membengkok. Beberapa saat kemudian apabila suhu turun maka arus akan mengalir kembali karena logam pada bimetal kembali keposisi semula yang mengakibatkan arus terhubung.

Beberapa istilah yang harus diketahui mengenai termostat adalah ( Van Harten, 1983 : 107 ) :

a. Suhu hubung yaitu pada suhu ini mekaniknya menghubungkan atau memutuskan arus

b. Diferensi yaitu beda antara suhu penghubung dan suhu pemutus

c. Batas-batas pengaturan dari termostat yang dapat di atur. termostatnya dapat diatur antara batas-batas suhu tertentu

(21)

11

Berdasarkan kontruksinya, termostat dapat dibedakan atas beberapa jenis, diantaranya ( Van Harten, 1983 : 107 ) :

a) Termostat dwi logam

Jenis termostat dwi logam arusnya dihubungkan dan diputuskan oleh suatu saklar yang bekerja berdasar prinsip beda muai panjang. Saklar ini sering disebut dengan nama bimetal.

Termostat dwi logam (bimetal) bekerja berdasar prinsip pemuaian yaitu penggabungan dua buah logam yang mempunyai dua koefisien muai panjang yang berbeda dilas menjadi satu. Menurut ketentuan dalam ilmu alam (fisika) jika bahan logam atau paduan logam akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Sedangkan pemuaian atau penyusutan bagi tiap-tiap logam atau paduan adalah berbeda, tergantung dari koefisien muai panjang masing-masing.

Termostat ini dilengkapi dengan baut penyetel yang berfungsi sebagai pengatur batas setting suhu yang akan dikehendaki.

Gambar 4. Termostat dengan saklar bimetal ( Suparno, 1982 : 23 )

(22)

b) Termostat batang

Termostat jenis ini memiliki sepotong pipa dan sepotong kawat besar atau batang, yang salah satu ujungnya dihubungkan pada pipa. Pipa dan batang ini dibuat dari dua jenis logam yang berlainan.

Beda koefisien muainya dipilih sebesar mungkin, jadi suatu perubahan suhu akan menyebabkan perubahan panjang yang berbeda dari pipa dan batang itu. Beda panjang ini digunakan untuk membuka atau menutup dua kontak.

Gambar 5. Termostat batang ( Van Harten, 1983 : 108 )

c) Termostat zat cair

Termostat jenis ini memiliki alat perasa, pipa kapiler dan ruang tekan. Ketiga bagian ini merupakan suatu keseluruhan dan diisi dengan zat cair. Zat cair yang digunakan memiliki koefisien muai yang besar, yaitu kalau suhunya berubah maka zat cairnya akan memuai atau mengerut dan mengakibatkan kontak akan membuka atau menutup.

(23)

13

Gambar 6. Termostat zat cair (Van Harten, 1983 : 108 )

Dari sekian macam jenis termostat, yang dipakai dalam pembuatan alat adalah termostat dwi logam, karena sesuai dengan media pemanas yaitu udara dan pada ruangan tertutup.

3. Motor listrik (fan)

Motor listrik adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi gerak atau mekanik. Motor yang dipakai dalam pembuatan alat ini adalah jenis Motor Induksi Fasa Tunggal.

Motor induksi fasa tunggal adalah motor yang dapat menghasilkan suatu medan magnet apabila dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak-balik ( Zuhal, 1991 : 129 ). Medan magnet ini berasal dari belitan ( stator ) setelah dialiri oleh arus bolak-balik , maka akan menggerakkan rotor. Dari peristiwa ini akan menghasilkan suatu medan putar. Medan putar inilah yang pada dasarnya menjadi prinsip dari motor induksi. Karena bentuknya yang sederhana dan harga yang relatif murah, motor induksi fasa tunggal banyak dipakai untuk keperluan motor kecil didalam rumah tangga seperti kipas

(24)

angin, peniup, pompa, mesin pendingin (AC). Jenis motor motor induksi satu fasa dalam hal ini digunakan untuk menggerakkan baling-baling (kipas). Jenis kipas yang dipakai memiliki daya 40 Watt / 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz. Pemanfaatan kipas dalam pembuatan alat ini adalah untuk menghembuskan udara disekitar elemen pemanas menuju ruang pengering.

Gambar 7. Kostruksi Fan ( Van Harten, 1983 : 144 )

Gambar 8. Kumparan Stator ( Zuhal, 1991 : 64 )

(25)

15

Gambar 9. Kumparan Rotor ( Zuhal, 1991 : 64 ) 4. Lampu Indikator

Cahaya lampu dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik dalam suatu kawat penghantar. Dalam kawat ini energi listrik diubah menjadi panas dan cahaya. Bentuk umum dari lampu indikator dapat berbeda-beda tergantung dari kebutuhan. Sesuai fungsinya yaitu sebagai indikator maka kerja dari lampu tergantung dari sumber yang terhubung, dalam hal ini lampu dihubungkan secara seri dengan elemen pemanas.

Apabila elemen pemanas terhubung dengan arus maka lampu indikator secara otomatis akan menyala, namun setelah selang beberapa waktu apabila panas telah melebihi setting pada termostat, maka arus akan terputus dan mengakibatkan lampu indikator mati beberapa saat seiring matinya elemen pemanas. Apabila panas pada elemen pemanas telah turun maka arus akan terhubung kembali dan lampu indikator akan menyala kembali.

Mengingat konstruksi lampu yang relatif kecil dan arus yang mengalir adalah tegangan AC maka kemungkinan lampu mudah putus sangat besar. Maka untuk mengatasinya pada salah satu bagian kutub lampu dipasang resistor.

(26)

Gambar 10. Lampu tanda ( www. Geogle. Com ) 5. Resistor

Resistor atau tahanan juga disebut ‘Weerstand’ (bahasa belanda) adalah komponen dasar elektronika yang dipergunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.

Tahanan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu tahanan karbon

(carbon resistors) dan tahanan kawat (wire wound resistors)

a. Tahanan karbon

Tahanan karbon terdiri atas sebuah batang keramik yang diberi lapisan karbon tipis. Lapisan karbon inilah yang merupakan tahanan yang sebenarnya. Kedua ujung batang keramik yang berlapis karbon itu dipres dengan tutup logam yang dipasang kawat-kawat penghubung. Tahanan tersebut harus dibubuhi dengan satu atau lebih lapisan khusus untuk mencegah penyerapan lembab. Tahanan inilah yang mempunyai keandalan yang sangat baik dan nilai yang tetap atau konstan.

(27)

17

Gambar 11. Tahanan karbon ( Daryanto, 2004 : 6 )

Nilai ini biasanya berupa kode warna yang ada pada setiap badan resistor. Hal ini dilukiskan dalam tiga lingkaran warna, sedangkan lingkaran keempat memiliki arti toleransi.

Gambar 12. Kode warna tahanan karbon ( Daryanto, 2004 : 7 )

Simbol umum dari tahanan atau resisror adalah sebagai berikut:

Gambar 13. Simbol Resistor ( Daryanto, 2004 : 19 )

(28)

Nilai resistansi yang ada pada badan resistor adalah sesuai dengan standart manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut:

Warna Nilai puluhan

gelang 1 Nilai satuan gelang 2 Faktor kali gelang 3 Toleransi gelang 4 Hitam 0 0 1 Coklat 1 1 10 Merah 2 2 102 Orange 3 3 103 2 % Kuning 4 4 104 Hijau 5 5 105 Biru 6 6 106 Ungu 7 7 107 Abu-abu 8 8 108 Putih 9 9 109 Emas - - 10-1 5 % Perak - - 10-2 10 % Tanpa warna - - - 20 %

Tabel 1. Kode warna resistor b. Tahanan kawat

Tahanan ini terdiri atas sebuah batang atau pipa keramik yang digulung dengan kawat logam. Ujung kawat di tambatkan pada dua apitan penghubung yang juga merupakan hubungannya.

(29)

19

Kawat dan batang dilapisi dengan lapisan tahan panas. Nilai tahanan kawat ditentukan oleh tahanan dari kawat yang digulung pada batang.

Gambar 14. Resistor kawat ( Daryanto, 2004 : 6 ) 6. Cabai Merah

Tanaman cabai merah merupakan jenis palawija yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik dan subtropik. Umumnya tanaman cabai tumbuh didataran rendah seperti persawahan dan ladang. Jenis dari cabai merah sangat bervariasi, namun yang umum dikonsumsi adalah cabai jenis keriting. Cabai merah keriting ini memiliki banyak keunggulan diantaranya memiliki tekstur kulit yang tipis dan memiliki banyak isi.

Buah cabai banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik keperluannya untuk memasak maupun untuk keperluan lainnya. Cabai merah memiliki dua komponen kimia yang penting yaitu capsaicin yang memberikan rasa pedas, dan capsantin yang memberikan warna merah pada cabai. Pemanfaatan cabai dalam dunia farmasi yaitu sebagai campuran dalam pembuatan obat luar (obat gosok, penghilang rasa gatal dan pegal-pegal), caranya dengan mencampur bagian dari cabai yang memiliki rasa pedas dengan bahan utama pembuatan obat-obatan.

(30)

Upaya untuk mendapatkan hasil cabai kering yang berkualitas dan tahan lama yaitu dengan pengeringan. Pengeringan adalah proses pemindahan kandungan air bahan dengan bantuan energi panas dari sumber panas dan dipindahkan dari permukaan bahan. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara dari bahan yang dikeringkan. Penguapan ini dilakukan dengan menurunkan kelembapan udara dalam ruangan dan mengalirkan udara panas ke sekeliling bahan sehingga kandungan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air udara.

Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya uap air dari bahan ke udara (terjadi proses penguapan yaitu dari air menjadi gas atau uap air ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan antara lain : a) Kadar air bahan

Dalam hal ini mencakup banyak sedikitnya bahan yang dikeringkan b) Suhu maksimum dalam proses penguapan

c) Waktu pengeringan d) Sumber pemanas

Peristiwa yang terjadi selama pengeringan meliputi dua proses diantaranya : a) Proses perpindahan panas

Terjadinya proses penguapan air dari bahan atau proses perubahan dari bentuk cair ke bentuk gas

b) Proses perpindahan massa

(31)

21

Berdasarkan cara penguapan udara dan panas, maka proses pengeringan dibagi 3 kategori :

a) Pengeringan udara

Panas dipindahkan menembus bahan, baik dari udara maupun dari permukaan bahan yang dikeringkan / dipanaskan.

Uap air dipindahkan dengan penghembusan panas kedalam bahan yang dikeringkan, kemudian dalam ruangan pengering tersebut kandungan air diuapkan dan membuang uap air ke udara bebas.

b) Pengeringan udara hampa

Proses pengeringan ini didasarkan pada kenyataan bahwa penguapan air dapat terjadi lebih cepat pada tekanan rendah dari pada tekanan tinggi. Panas yang dipindahkan dalam pengeringan hampa udara umumnya secara konduksi atau radiasi (adanya gelombang elektromagnetik)

c) Pengeringan beku

Proses pengeringan ini terjadi karena uap air disublimasikan. Struktur bahan tetap dipertahankan dengan baik, yaitu menjaga kondisi suhu dan tekanan tetap stabil dalam ruangan.

Secara garis besar proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara: a) Pengeringan secara alami (natural drying)

Pengeringan seperti ini umumnya dilakukan oleh petani tradisional. Secara umum yaitu dengan melakukan proses penjemuran dibawah sinar matahari.

(32)

Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering buatan atau semi mekanik dengan sumber panas sesuai keinginan diharapkan memperoleh hasil yang lebih baik dari pengeringan secara alami.

Macam dari alat pengering buatan dapat bermacam-macam diantaranya : 1) Alat pengering tipe sel

2) Alat pengering tipe rak 3) Alat pengering tipe bak 4) Alat pengering hampa udara

Dari keempat alat pengering, yang mempunyai nilai lebih dalam proses pengeringan adalah tipe rak. Keistimewaannya adalah dapat mengeringkan bahan secara merata karena tersusun rata pada rak, penggunaan rak sebagai tempat untuk mengeringkan dapat dipasang alat pengontrol. Alat pengontrol ini yang memungkinkan suhu dalam ruangan dapat terjaga kestabilannya. Posisi rak tersebut dapat dipindah secara berurutan setiap selang beberapa waktu secara teratur sampai didapat kadar air yang diinginkan.

Proses pengeringan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya: a. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering

Meliputi suhu, kecepatan volume, aliran udara pengering dan kelembapan udara

b. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan Meliputi ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial dalam bahan

(33)

23

Waktu proses pengeringan perlu diperhatikan satu hal yaitu mekenisme pengeringan. Mekanisme pengeringan merupakan bagian penting dalam pengeringan bahan pangan sebab dengan mengetahui mekenisme pengeringan dapat diperkirakan jumlah energi dan waktu proses yang optimum untuk tujuan pengawetan yang ekonomis. Energi yang dipergunakan dalam pengeringan yang utama adalah berupa energi panas untuk meningkatkan suhu dan menambah tenaga dalam pemindahan air. Waktu proses erat kaitannya dengan laju pengeringan dan tingkat kesukaran yang dapat dikendalikan akibat pengeringan

Ada dua metode untuk menentukan kadar air bahan yaitu bobot basah (wet basis) dan bobot kering (dry basis) ( Suharto, 1991 : 21 )

penentuan kadar air berdasar bobot basah adalah : K air =

Wb

Wa x 100 %

dimana K air = kadar air Wa = bobot air basah Wb = bobot basah basah

Sedangkan penentuan kadar air berdasar bobot kering adalah : K air =

Wk

Wa x 100 %

dimana K air = kadar air

Wa = bobot air kering Wk = bobot kering bahan

(34)

B. Landasan Perencanaan

Landasan perencanaan dibuat guna mencapai tujuan yang akan dicapai yakni dapat menghasilkan suatu bentuk karya (alat) yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Pembuatan alat ini berpacu pada landasan perencanaan yaitu berupa studi kepustakaan dan metode eksperimen. Studi kepustakaan mengenai pengumpulan materi yang mendukung dan sesuai, serta sebagai literatur pegangan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Dengan adanya literatur ini, permasalahan yang timbul nantinya dapat diatasi dengan pendekatan konsep yang telah ada pada literatur. Dalam metode eksperimen ini, konstruksi alat yang telah direncanakan sebelumnya direalisasikan dalam sebuah alat yang nantinya akan digunakan dalam percobaan (eksperimen).

Tujuan ekperimen ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat dalam melakukan pengukuran. Hasil pengukuran ini nantinya akan digunakan sebagai data untuk dilakukan analisis dan pembahasan.

1. Rancangan alat dan bahan

Langkah pertama sebelum membuat alat percobaan, terlebih dahulu dipersiapkan peralatan-peralatan dan bahan yang akan dipergunakan dalam proses perakitan dan pembuatan.

Berikut ini beberapa kebutuhan alan dan bahan yang akan dipergunakan dalam pembuatan alat diantaranya:

(35)

25

No Alat dan Bahan Ukuran jumlah

1 Kayu reng 2 m 6 bh

2 Triplek 1 x 1 m 1 bh

3 Gabus 1 x 0,5 m 1 bh

4 Kawat kasa 1 x 2 m 1 bh

5 Kayu list tipis 0,5 x 5 m 5 bh

6 Kaca bening 0,5 x 0,5 m 1 bh

7 Sekrup Standart 1 pack

8 Engsel Standart 4 bh 9 Amplas Standart 5 bh 10 Cat 0,5 kg Secukupnya 11 Kunci Standart 2 bh 12 Gergaji Standart 1 bh 13 Palu Standart 1 bh

14 Paku Paku reng, kecil 1 kg

15 Termostat standart 1 bh

16 Kipas sirkulasi AC 40 W / 220 Volt 50 Hz 1 bh 17 Elemen pemanas 300 W / 220 Volt 1 bh

18 Termometer 110 dan 50 0C 2 bh

19 Lem kayu 0,5 kg 1 bh

20 Lampu + resistor standart 1 bh

(36)

2. Perancangan rangka

Proses perakitan atau pembuatan alat pengering setelah mempersiapkan alat adalah pembuatan rangka.

Berikut adalah proses pembuatan rangka :

Pemotongan kayu ukuran 3 x 4 cm dengan ketentuan a. ukuran 70 cm sebanyak 4 buah

b. ukuran 35 cm sebanyak 2 buah c. ukuran 3 cm sebanyak 2 buah d. ukuran 28,5 cm sebanyak 4 buah 3. Perancangan dinding penutup

a. Pemotongan gabus dan karpet

1) ukuran 3,5 x 4,7 cm sebanyak 1 buah 2) ukuran 3,5 x 2 cm sebanyak 1 buah 3) ukuran 3 x 4,7 cm sebanyak 2 buah 4) ukuran 3 x 2 cm sebanyak 2 buah b. Pemotongan kawat kasa

1) ukuran 30 x 35 cm sebanyak 3 buah 4. Perancangan pintu

Pintu terbuat dari kayu list tipis dengan ketentuan 1) ukuran 47 cm sebanyak 2 buah

2) ukuran 35 cm sebanyak 2 buah 3) ukuran 20 cm sebanyak 2 buah 4) ukuran 35 cm sebanyak 2 buah

(37)

27

Pembentukan rangka pintu dengan ketentuan 1) ukuran 47 x 35 cm sebanyak 1 buah 2) ukuran 20 x 35 cm sebanyak 1 buah

Pomotongan kaca pintu dengan ketentuan 1) ukuran 45 x 23 cm sebanyak 1 buah 2) ukuran 18 x 23 cm sebanyak 1 buah 5. Perancangan rak

Pemotongan kayu untuk rak dengan ketentuan 1) ukuran 43 cm sebanyak 8 buah

2) ukuran 30 cm sebanyak 8 buah Pembentukan rangka dengan ketentuan 1) ukuran 43 x 30 cm sebanyak 4 buah

Pemasangan kawat kasa pada rangka rak dijepit dipaku 6. Perancangan penyangga rak

Pemotongan kayu 4 x 3 cm ukuran 33 cm sebanyak 4 buah Pembuatan tekak-tekik dengan lebar 1 cm sebanyak 4 buah 7. Proses pembuatan

Hasil rancangan yang telah dibuat direalisasikan dalam bentuk benda kerja yang siap untuk dioperasikan. Dalam proses pembuatan alat kali ini meliputi beberapa tahap diantaranya:

a. Pembuatan Rangka

Bahan-bahan yamg telah dipersiapkan sebelumnya (kayu) dipotong sesuai ukuran menurut perencanaan, kemudian bahan-bahan

(38)

tersebut dihaluskan dengan menggunakan amplas. Bahan-bahan tersebut dirangkai membentuk suatu bangunan persegi panjang. Karena bagian-bagian rangka akan ditutup dengan sejenisnya (gabus,triplek), maka pada batang rangka dipersiapkan lubang atau bagian longgar untuk meletakkan penutup yang nantinya akan dilem ataupun disekrup.

b. Pemasangan alat

Rangka yang telah dibuat selanjutnya diberi dinding penutup. Dinding penutup yang dipergunakan terdiri atas dua jenis yaitu dinding penutup untuk ruang pengering yang terbuat dari gabus pada bagian dalam dan dilapisi dengan perlak. Dinding penutup ruang alat pemanas dan kipas penghembus terbuat dari partikel board (triplek) dan dilapisi dengan perlak pada bagian luarnya. Peletakan peralatan dilakukan dengan meletakkan elemen pemanas pada tempatnya yaitu pada bagian dinding pemisah antara ruang pengering dengan ruang pemanas.

Kipas penghembus diletakkan dengan arah hembusan udara kesumber elemen pemanas dan ruang pengering, tujuannya adalah panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas dan menyebabkan udara disekitar manjadi panas nantinya akan dialirkan ke ruang pengering untuk menguapkan kadar air yang terkandung dalam cabai. Pemasangan pintu dengan kaca bening dan diberi engsel bertujuan untuk melihat kondisi cabai selama proses pengeringan

(39)

29

dan melihat suhu sehingga nantinya suhu dapat dijaga kestabilannya.

8. Kostruksi

Alat pengering yang telah direncanakan sebelumnya direalisasikan dalam bentuk alat yang sesungguhnya. Alat pengering yang telah dirakit menjadi satu bagian yang sempurna seperti yang ditunjukkan gambar berikut:

Gambar 15. Konstruksi alat pengering Keterangan gambar alat pengering cabai:

a) Rangka alat pengering

Bahan utama dari pembuatan alat pengering dapat bermacam-macam, namun pada pembuatan alat ini mempergunakan kayu reng dengan ukuran 3x2 cm.

(40)

Kayu reng tersebut dipotong dengan perincian: 1) Ukuran 0,7 m sebanyak 4 buah (panjang) 2) Ukuran 0,4 m sebanyak 4 buah (tinggi) 3) Ukuran 0,3 m sebanyak 8 buah (lebar) b) Dinding penutup

Dinding penutup ini digunakan untuk menutup bagian dari rangka yang telah dibuat. Dinding penutup terdiri atas dua bagian utama yaitu:

1) Dinding ruang pengering

Terbuat dari gabus dengan tujuan apabila terjadi penurunan panas akibat elemen pemanas mati karena melebihi setting sebelumnya, maka udara disekitar ruang pengering tidak akan cepat turun. Hal ini dapat menyebabkan udara dalam ruang pengering akan tetap terasa hangat menunggu elemen pemanas hidup kembali.

2) Dinding ruang pemanas dan kipas penghembus

Dinding ini terbuat dari partikel board (triplek) atas dasar pertimbangan letaknya yang dekat dengan elemen pemanas diharapkan dapat memancarkan panas didaerah sekitarnya sebelum dihembuskan oleh kipas menuju ruang pengering.

c) Tempat elemen pemanas

Penempatan elemen pemanas yaitu disamping ruang pengering yang terbuat dari kawat kasa.

(41)

31

d) Tempat kipas penghembus

Kipas penghembus diletakkan menyatu dengan ruang pemanas, tetapi diletakkan didepan elemen pemanas tepatnya menempel pada dinding tepi (pada gambar). Dinding ini terbuat dari kawat kasa dengan tujuan untuk menyerap udara dari luar dan menghembuskannya menuju sumber pemanas.

e) Penyangga rak

Penyangga rak pengering ini terbuat dari kayu reng 3x2 cm. Penyangga rak pengering ini diberi lekukan berjumlah empat tingkat. Tekak-tekik ini nantinya akan digunakan untuk meletakkan rak pengering yang berisi cabai diatasnya.

f) Rak pengering

Pembuatan rak pengering disesuaikan dengan jumlah lekukan pada penyangga rak. Rak penyangga terbuat dari kawat kasa yang dipaku dengan kayu.

g) Fentilasi udara

Fentilasi udara pada alat pengering berfungsi untuk sirkulasi udara, dalam arti untuk menguapkan uap air pada cabai yang dikeringkan. h) Pintu ruang pengering dan ruang pemanas

Bagian pintu dipasang pada sisi depan ruang pengering dan ruang pemanas dengan diberi dua engsel pada bagian samping. Pembuatan pintu ini terbuat dari kaca bening agar dapat melihat kondisi cabai dan suhu yang ada dalam ruang pengering.

(42)

9. Gambar Rangkaian

Gambar 16. Rangkaian elektrik alat pengering 10. Cara Kerja

Prinsip kerja dari alat ini sederhana dan tidak begitu rumit. Tegangan yang dipakai adalah sumber AC (220 V), dimana arus mengalir melewati fan (kipas angin) yang menyebabkan kipas berputar. Kemudian arus mengalir ke elemen pemanas dan termostat. Termostat disini akan mengatur panas, dalam arti sebagai saklar otomatis bila panas melebihi batas setting. Arus AC kemudian akan terhubung dengan lampu (berfungsi sebagai indikator). Lampu berfungsi untuk mengetahui terputus atau menyambungnya termostat. Apabila arus sudah terhubung maka rangkaian akan bekerja. Arus pada elemen pemanas akan mengubah energi listrik menjadi panas atau kalor. Panas ini akan dihembuskan oleh kipas menuju

(43)

33

ruang pengering yang akan digunakan untuk menguapkan kandungan air yang ada pada cabai. Apabila suhu dalam ruangan pengering sudah sesuai dengan yang diinginkan, maka ventilasi dapat dibuka dengan tujuan uap air dapat keluar dan digantikan dengan udara dari ruang pemanas. Cara ini dilakukan secara terus menerus hingga cabai benar-benar menjadi kering dengan ciri-ciri merah mengkilap, mulus dan seperti berminyak. Ciri fisik inilah yang membedakan antara pengeringan memakai alat pengering semi mekanik dengan pengeringan secara sederhana (dibawah sinar matahari). C. Hasil dan Pembahasan

Alat yang terdiri atas 4 rak diisi cabai merah masing-masing 1 kg / rak, dan ditempatkan pada penyangga. Suhu didalam ruang sumber kalor lebih besar dari udara luar, maka terjadilah perpindahan panas karena adanya perbedaan suhu antara kedua ruangan.

Suhu udara didalam ruang pengering diasumsikan 50 0C. Suhu pada

ruang pengering diasumsikan 50 0C berdasarkan pertimbangan bahwa

pengeringan yang terlampau panas dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan.

Disamping dari pada itu operasi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak kemampuan fisiologi pada biji sehingga tidak layak sebagai bibit tanaman.

(44)

1. Hasil

Rak pengering yang sudah terisi sesuai dengan kapasitas kemudian ditaruh pada rak penyangga dan ditutup. Alat pengering kemudian ditutup dengan rapat agar suhu dalam ruangan nantinya tidak keluar. Dalam pengoperasian alat ini perlu diperhatikan kestabilan suhu dalam ruangan, caranya dengan membuka ventilasi jika dirasa suhu sudah melebihi 50 0C.

Ketika awal pengeringan, tentu kadar air masih cukup tinggi, maka untuk mengurangi kadar air ini lebih cepat maka suhu pada termometer diperbolehkan melebihi 50 0C.

Upaya mendapatkan hasil pengeringan yang seragam maka dapat dilakukan pergantian posisi rak. Pergantian posisi rak dapat dilakukan setiap 30 menit atau 1 jam semenjak suhu udara sudah mencapai 50 0C. Untuk

memudahkannya setiap rak diberi nomor (rak terbawah no.1 dan rak teratas no.4).

Berikut tabel urutan cara pergantian rak :

Pergantian Susunan rak dari bawah ke atas

1 1 - 2 - 3 - 4

2 4 - 1 - 2 - 3

3 3 – 4 – 1 - 2

4 2 – 3 – 4 - 1

(45)

35

Data hasil percobaan alat pengering adalah sebagai berikut: Kondisi termostat

Hidup (menit) Mati (detik)

Suhu ruang pengering (0C)

20 30 50 4.30 30 50 4.15 30 51 4.20 30 50 4.25 30 51 4.30 30 50 4.15 30 50 4 30 51 4.20 30 50 4 30 50 4.15 30 51 4 30 50 4.20 30 50 4 30 50 4.15 30 50 4.10 30 51 4.15 30 50 4 30 50 4.20 30 50

(46)

4.15 30 50 4.10 30 51 4.10 30 50 4 30 51 4.20 30 51 4.10 30 50 4.15 30 50 4.20 30 50 4 30 50 4.15 30 51 4.10 30 50 4.05 30 50 4.10 30 51 4.20 30 50 4.10 30 50 4.15 30 50 4 30 51 4.15 30 50 4.20 30 50 4 30 50 4.10 30 50 4 30 51

(47)

37 4.15 30 50 4.10 30 50 4 30 51 4.10 30 50 4.10 30 50

Tabel 4. Data hasil percobaan 2. Pembahasan

Percobaan dimulai pada suhu ruangan 27 0C dengan tekanan 1 Atm. Dari

data hasil percobaan diketahui bahwa pada saat alat di beri catu daya atau arus dan rangkaian mulai bekerja terjadi perubahan suhu, dalam arti suhu dalam ruangan pengering sama dengan suhu ruangan sekitar yaitu 27 0C kemudian

sedikit demi sedikit mulai naik. Suhu yang dikehendaki dalam ruang pengering adalah 50 0C. Suhu sekian ini diperoleh setelah pengeringan

berlangsung selama 20 menit semenjak alat pengering dihubungkan dengan sumber energi / listrik. Suhu 50 0C ini harus dijaga kestabilannya yaitu

dengan membuka ventilasi udara setiap kali udara dalam ruang pengering telah mencapai 50 0C. Pembukaan ventilasi udara selain untuk menurunkan

udara dalam ruangan juga untuk menghembuskan uap air yang ada dalam ruangan. Cara seperti ini dilakukan secara terus menerus selama proses pengeringan berlanjut, sehingga diharapkan proses pengeringan dapat berlangsung sesuai yang dikehendaki yaitu selama 4 jam. Pengeringan selama 4 jam ini nantinya untuk mencari hasil kandungan air bahan pangan yang dikehendaki yaitu dengan mencari ratio antara bobot atau kadar air bahan.

(48)

Spesifikasi data yang digunakan dalam pengujian alat pengering cabai adalah sebagai berikut:

a. suhu lingkungan : 27 0C

b. kapasitas pengeringan : 4 kg c. lama pengeringan : 4 jam d. tekanan udara sekitar : 1 Atm e. suhu awal bahan : 27 0C

f. suhu ruang pengering : 50 0C

g. suhu maksimum elemen pemanas : 100 0C

h. setting termostat : 100 0C

i. kadar air awal bahan : 90 % j. kadar air akhir bahan : 10 % k. konsumsi daya : 340 watt l. daya input dan output : 340 watt m. Besarnya arus yang mengalir :

P = V I I = VP = 220 340 = 1,5 Ampere n. konsumsi energi : Q = m c ∆t Q = 4 x 2,24 x (100 – 50 0 C) = 4 x 2,24 x 50 = 448 Kj

(49)

39

*konsumsi energi panas selama 4 jam adalah Q = 3600 4 448 x = 0,03 Kj / det = 0,03 x 3600 x 0,24 = 25,92 K kal / jam

Proses pengeringan yang berlangsung selama 4 jam bertujuan untuk menguapkan kandungan air pada cabai merah yang tadinya sekitar 90% menjadi 10 % (standart kering).

Dari data hasil percobaan dapat diketahui : • Untuk 1 kg cabai basah mempunyai :

jumlah air :

100 90

x 1 kg : 0,9 kg

jumlah zat padat : 1 kg – 0,9 kg : 0,1 kg berat cabai kering :

100 90 1 , 0 = 90 1 , 0 x 100 : 0,111 kg

jumlah air pada cabai kering : 100

10

x 0,111 : 0,0111 kg

Prosentase bobot kering yang diinginkan: Kair = Wk Wa x 100 % = 111 , 0 0111 , 0 x 100 % = 10 %

(50)

40 A. Kesimpulan

Dari data hasil pengukuran dan pengujian maka dapat ditarik kesimpulan: a. Alat pengering bekerja selama 4 jam dalam melakukan proses

pengeringan.

b. Hasil pengeringan lebih baik dibanding secara tradisional. c. Konsumsi daya yang terpakai 340 Watt.

d. Termostat sebagai saklar otomatis berfungsi mengendalikan panas elemen pemanas.

B. Saran

Dari data hasil pengukuran dan pengujian perlu diperhatikan hal-hal yang dapat mengoptimalkan kerja alat:

a. Karena membutuhkan daya yang relatif besar, maka perlu adanya penambahan rangkaian penghemat daya.

b. Perlu adanya penambahan sensor kelembapan dalam menentukan kadar air kering.

(51)

41

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Suhadi. 1977. Ilmu Bahan Listrik I. Jakarta : Rora Karya

Daryanto. 2004. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta : Bumi Aksara Harten, Van. 1983. Instilasi Listrik Arus Kuat 2. Jakarta : Bina Cipta Kertiase, Nyoman. 1997. Fisika I. Jakarta : Balai Pustaka

Setiadi. 1982. Bertanam Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya

Sudaro, Yani. 1997. Pengeringan Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : Rineka Cipta Suparno. 1982. Reparasi Listrik 2. Jakarta : Petra Jaya

(52)

1. Pandangan depan alat pengering

2. Pandangan belakang alat pengering

(53)

43

4. Pandangan samping kanan alat

5. Pandangan atas alat pengering

(54)

Perbedaan kimia cabai merah segar dan cabai merah kering. Keadaan bahan Komponen Segar Kering Kalori (gr) 45 249 Protein (gr) 4 13 Lemak (gr) 1,4 5 Pati (gr) 4 38 Vitamin (IU) 900 400

Asam Askorbat (CU) 70,25 60,00

Syarat mutu cabai kering menurut Standart Perdagangan Indonesia (SP-56-1977) Syarat

Karakteristik

Mutu I Mutu II

Metode Pengujian

Bau dan Rasa Khas Khas Organileptik Berjamur dan

Berserangga % (bobot / bobot) maks

Tidak ada 3,0 SP-SMP-32-1995 ISOR-927-1969 (E) Excrete mg / kg maks 2,0 3,0 SP-SMP-32-1975 ISOR-927-1969 (E) Ka % (bobot / bobot) maks 11 11 SP-SMP-7-1975 ISOR-939-1969 (E) Benda asing % (Bobot / bobot)maks 1,0 3,0 SP-SMP-32-1975 ISOR-927-1969 (E) Buah cacat % (bobot

/ bobot) maks

5,0 5,0 SP-SMP-32-1975

ISOR-927-1969 (E)

(55)

45

Keterangan :

1) Buah berjamur : Cabai kering yang dicemari jamur dan luas pencemarannya 0,5 cm2 atau lebih

2) Berserangga (insect infested) : cabai kering yang dicemari oleh serangga, baik yang menimbulkan lubang atau ditumbuhi jaringan (webbing) atau mengandung serangga (hidup atau mati)

3) Excrate : kotoran tikus atau lain

4) Benda asing : semua benda yang bukan cabai kering, seperti batu, tanah, potongan logam, tali batang dan tangkai buah

5) Buah cacat : cabai kering yang berwarna hitam, kuning, belang serta buah hancur dan busuk disebabkan cacat rusak karena panen muda, panen musim hujan, atau penjemuran tidak sempurna atau rusak karena mekanis 6) Ka : kadar air

Gambar

Gambar 1. Perpindahan panas secara konduksi pada solder   ( Van Harten, 1983 : 94 )
Gambar 2. Perpindahan panas secara radiasi  ( Van Harten, 1983 : 95 )
Gambar 3. Perpindahan panas secara konveksi  ( Van Harten, 1983 : 94 )
Gambar 4. Termostat dengan saklar bimetal  ( Suparno, 1982 : 23 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul pengaruh person organization fit dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada karyawan koperasi

Pemakaian kemasan yang baru yang tampak lebih menarik dan mudah diingat oleh pembeli untuk menyarankan teman lain untuk membeli juga lebih mudah, dengan

(1) Apabila cedera yang diuraikan dalam Pasal 2 merupakan sebab langsung dari kematian Tertanggung dalam jangka waktu 365 hari sejak tanggal terjadinya

Seiring, dengan berubahnya status dari Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo di Pekalongan menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan pada tahun 1997,

Keywords : extracurricular management, theater, noble moral values. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peranan manajemen ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai

Erään isän kokemuksen mukaan on tärkeää, että perhetilan- teet kartoitettaisiin yhdessä oman sosiaalityöntekijän kanssa, koska hakemukset eivät kerro

Pada hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas XI Bahasa dalam pembelajaran Antropologi dengan penerapan model pembelajaran Snowball Drilling diketahui bahwa