• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Distress Janin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Distress Janin"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

((

F E T A L D

F E T A L DI S T

I S TR

R E

E S S

S S

) DISTRESS JANIN

) DISTRESS JANIN

Disusun untuk memenuhi tugas

Disusun untuk memenuhi tugas CC linicalinical Studl Studies ies 22 Keperawatan Maternitas di Keperawatan Maternitas di

Ruang Edelweiss Ruang Edelweiss

Disusun Oleh : Disusun Oleh : Dinda Ayu Annisa Dinda Ayu Annisa 145070201131006 145070201131006

Kelompok 6/Reguler 2/K3LN 2014 Kelompok 6/Reguler 2/K3LN 2014

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

MALANG

2018

2018

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN FETAL DISTRESS

A. Pengertian

Gawat janin (fetal distress) adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya (Sarwono,2009)

Gawat janin merupakan keadaan atau reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sbb :

a. Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 100 x / menit atau lebih dari 180 x / menit.

b. Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).

c.Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (Benson,2008) B. Etiologi

Penyebab dari gawat janin yaitu:

1. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) :

a. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin.

b. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang. c. Solusio plasenta.

d. Plasenta previa dengan pendarahan.

2. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :

a. Penyakit hipertensi b. Diabetes mellitus

c. Postmaturitas atau imaturitas 3. Kompresi (penekanan) tali pusat a. Oligihidramnion

b. Prolaps tali pusat c. Puntiran tali pusat

4. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen

(3)

b. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi c. skor APGAR 0-3 selam > 5 menit

d. Sekuele neorologis neonatal e. Disfungsi multi organ neonatal f. pH arteri tali pusat 7,0

C. Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009 angka kejadian gawat  janin sebesar 21,6%.Indonesia menunjukkan kejadian gawat janin relatif cukup banyak (34,7%) terutama terjadi pada persalinan yang diantaranya bradikardi sebesar 11,4% dan takikardi sebesar 13,2% dari 100.000 kelahiran hidup.

D. Manifestasi Klinik a. DJJ abnormal

· DJJ < 100x/menit di luar kontraksi

· DJJ > 180x/menit dan ibu tidak mengalami takikardi

· DJJ ireguler dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa aktu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya hipoksia.

· Brakikardia yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya kegawatan janin.

· Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya: - Demam pada ibu

- Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misalnya: obat tokolitik) - Amnionitis

Bila ibu mengalami takhikardi, DJJ yang lebih dari 160 dpm menunjukan adanya anval hipoksia.

(Sarwono. 2009. ) b. Mekonium

Cairan amnion yang hijau kental menunjukan bahwa air ketuban jumlahnya sedikit. Kondisi ini mengharuskan adanya intervensi. Intervensi tidak perlu dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa tanda kegawatan lainya, atau pada fase akhir suatu persalinan presentasi bokong.

(Sarwono, 2009)

(4)

a. Masalah

Ibu tidak merasakan gerak janin b. Diagnosis

· Nilai DJJ

· Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.

· Bila DJJ abnormal, lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.

· Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop (Doppler).

· Bila DJJ baik, berarti bayi tidur

· Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) atau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerak janin, maka janin dapat dikatakan normal.

· Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin

E. Faktor Resiko

a) Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut (1) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan uterus dalam keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi sirkulasi utero plasenta, ketika kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.

(2) Kompresi tali pusat

Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus dan dapat mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada prolapsus, lilitan talu pusat. (3) Kondisi tali pusat

Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini berhubungan dengan kelainan fetus.

(4) Depresi pusat pada sistem pernafasan

Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai akibat pemberian analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan pada proses kelahiran menyebabkan hipoksia.

b) Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis

Fetal distress kronis berhubungan dengan faktor sosial yang kompleks. (1) Status sosial ekonomi rendah

(5)

Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status sosial ekonomi adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.

(2) Umur maternal

Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun merupakan umur resiko tinggi.

(3) Merokok

Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan aliran darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi transport oksigen. Angka

mortalitas perinatal maningkat. (4) Penyalah gunaan obat terlarang

Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan berhubungan dengan banyak komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang semuanya

meningkatkan resiko kematian perinatal. (5) Riwayat obstetrik yang buruk

Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir mati berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan ini.

(6) Penyakit maternal

Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam uterus seperti: Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle sel, anemia berat (Hb kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung, epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan baik), infeksi maternal berat.

Kondisi tersebut meliputi insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.

(7) Kondisi plasenta

Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.

(6)

Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan incompatibilitas resus yang meningkatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini meningkat pada kehamilan ganda.

(9) Faktor resiko inta partum

Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko fetal distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran dengan forcep, SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi (meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus lama

F. Jenis jenis distress fetal Jenis gawat janin yaitu :

1. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah 2. Gawat janin iatrogenic

Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung  janin. Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:

a. Posisi tidur ibu

Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi.Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.

b. Infus oksitosin

Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.

c. Anestesi Epidural

Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah  jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan

kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.

3. Gawat janin sebelum persalinan a. Gawat janin kronik

(7)

Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.

b. Gawat janin akut,yaitu suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasi janin.

4. Gawat janin selama persalinan

Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menuru

G.Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/sedikit

Perlu diperhatikan bahwa :

a. DJJ normal dapat melambat sewaktu His, dan segera kembali normal setelah relaksasi

b. DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat  janin

c. DJJ cepat (lebih dari 180 permenit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal denyut  jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin

d. Adanya mekonium pada cairan amnion lebih sering terlihat saat janin mencapai maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda gawat janin. Sedikit mekonium tanpa dibarengi dengan kelainan DJJ merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.

e. Mekonim kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat dan penanganan mekonium pada saluran nafas atas neonatus untuk mencegah aspirasi mekonium.

f. Pada presentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat persalinan sebagai akibat kompresi abdomen janin pada saat persalinan. Hal ini bukan merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan.

 Asfiksia intrapartum dan komplikasi:

1) Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit 2) Sekuele neurologis neonatal

(8)

4) pH arteri tali pusat 7,0

5) Defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L H.Penatalaksanaaan

1. Penanganan umum:

a. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancar.

b. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.

c. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.

d. Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal se¬bagai berikut:

e. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai.

f. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:

Prinsip Umum :

a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat b. Perbaiki aliran darah uteroplasenter

c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi.

2. Penatalaksanaan Khusus

a. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.

b. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.

c. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.

d. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.

(9)

e. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan.

f. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.

I. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu : 1. Asfiksia

2. Menyebabkan IUFD(Intra Uterine Fetal Death) jika tidak segera ditangani dengan baik.

Komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dandisertai oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin a.l : Hipoplasia pulmonal Potter μs fasciaDeformitas ekstrimitas.

DAFTAR PUSTAKA

Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: Penerbit EG

Doengoes, Marylinn. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2011. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2010. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC

Muctar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. 3rd. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Sarwono, Prawiroharjo,. 2009. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Referensi

Dokumen terkait

Dan morbiditas operatif juga kebanyakan ditemukan pada primigravida (36 kasus) Penurunan volume cairan amnion atau oligohidramnion berhubungan dengan kondisi ibu atau janin

dilakukan bahwa keadan ibu baik, tanda- tanda vital dalam batas normal dan kehamilannya sudah 37 minggu lebih, keadaan bayi baik, letak janin normal, jantung janin

Selain itu hasil perolehan nilai tertinggi berikutnya adalah pengetahuan tenaga kesehatan tentang resusitasi pada bayi asfiksia bila terdapat mekonium dalam cairan amnion

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan denyut jantung janin pada ibu hamil trimester tiga yang memiliki tekanan darah tinggi dengan tekanan darah

Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran normal baik melaui pemberian obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung

Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat..

Rancangan sistem monitoring ini memiliki keunggulan mampu digunakan untuk mengirim data medis ibu hamil dan kondisi jantung janin dengan teknik multimedia medical

Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapat melakukan penetrasi normal melalui membran janin baik secara