C C
GAMBARAN NORMAL KARDIOTOKOGRAFI
GAMBARAN NORMAL KARDIOTOKOGRAFI
Yanuarman
Yanuarman
Pendahuluan
Pendahuluan
Salah satu upaya untuk mengurangi kematian janin dan perinatal serta
Salah satu upaya untuk mengurangi kematian janin dan perinatal serta
mendeteksi kondisi hipoksia janin dalam rahim adalah dengan melakukan
mendeteksi kondisi hipoksia janin dalam rahim adalah dengan melakukan
pemantauan
kesejahteraan
janin
dengan
menggunakan
krdiotokografi.
pemantauan
kesejahteraan
janin
dengan
menggunakan
krdiotokografi.
Pemantauan dilakukan dengan mengamati pola gambaran denyut jantung janin
Pemantauan dilakukan dengan mengamati pola gambaran denyut jantung janin
yang tergambar dalam suatu gambaran dengan pola tertentu yang menyerupai
yang tergambar dalam suatu gambaran dengan pola tertentu yang menyerupai
diagram. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran pola tersebut yang
diagram. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran pola tersebut yang
menunjukkan kondisi normal pada janin.
menunjukkan kondisi normal pada janin.
Pemeriksaan Kardiotokografi pada masa kehamilan
Pemeriksaan Kardiotokografi pada masa kehamilan
Pada awalnya pemeriksaan kardiotokografi dikerjakan saat persalinan.
Pada awalnya pemeriksaan kardiotokografi dikerjakan saat persalinan.
Namun kemudian terbukti bahwa pemeriksaan kardiotokografi ini banyak
Namun kemudian terbukti bahwa pemeriksaan kardiotokografi ini banyak
manfaatnnya pada masa kehamilan, khususnya pada kasus-kasus dengan faktor
manfaatnnya pada masa kehamilan, khususnya pada kasus-kasus dengan faktor
risiko untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin (hipoksia) dalam rahim
risiko untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin (hipoksia) dalam rahim
seperti:
seperti:
1.Pasien antepartum dengan risiko tinggi yang kemungkinan mengalami
1.Pasien antepartum dengan risiko tinggi yang kemungkinan mengalami
insufisiensi
insufisiensi
uteroplasenta:
uteroplasenta:
1.
1.
Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan
2.
2.
Kehamilan dengan Diabetes Melitus
Kehamilan dengan Diabetes Melitus
3.
3.
Kehamilan post-term
Kehamilan post-term
4.
4.
IUGR
IUGR
5.
6.
6.
Gerakan janin berkurang
Gerakan janin berkurang
7.
7.
Kehamilan dengan anemia
Kehamilan dengan anemia
8.
8.
Kehamilan ganda
Kehamilan ganda
9.
9.
Oligohidramnion
Oligohidramnion
10.
10.
Polihidramnion
Polihidramnion
11.
11.
Riwayat obstetri buruk
Riwayat obstetri buruk
12.
12.
Kehamilan dengan penyakit pada ibu.
Kehamilan dengan penyakit pada ibu.
2.
2.
Pemantauan
Pemantauan
kontinyu
kontinyu
intrapartum
intrapartum
terutama
terutama
kasus
kasus
risiko
risiko
tinggi
tinggi
1. Induksi / augmentasi dengan oksitosin/prostaglandin1. Induksi / augmentasi dengan oksitosin/prostaglandin
2. Auskultasi yang abnormal (takikardi, bradikardi atau deselerasi pada 2. Auskultasi yang abnormal (takikardi, bradikardi atau deselerasi pada
pemantauan intermiten) pemantauan intermiten) 3. Anaestesi epidural
3. Anaestesi epidural
4. Perdarahan intrapartum yang tidak diketahui sebabnya 4. Perdarahan intrapartum yang tidak diketahui sebabnya 5. Ibu demam
5. Ibu demam
6. Cairan ketuban mekoneal 6. Cairan ketuban mekoneal 7. Setelah amniotomi
7. Setelah amniotomi 8. Persalinan prematur 8. Persalinan prematur
Mekanisme pengaturan denyut jantung janin
Mekanisme pengaturan denyut jantung janin
Pengaturan denyut jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
Pengaturan denyut jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
lain:
1.
1.
Sistem
Sistem
saraf
saraf
simpatis:
simpatis:
Sebagian besar berada dalam miokardium. Rangsangan saraf simpatis,
Sebagian besar berada dalam miokardium. Rangsangan saraf simpatis,
misalnya dengan obat beta adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut
misalnya dengan obat beta adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut
jantung
jantung
janin,
janin,
menambah
menambah
kekuatan
kekuatan
kontraksi
kontraksi
jantung,
jantung,
dan
dan
meningkatkan
meningkatkan
volume
volume
curah jantung. Dalam keadaan stres, sistem saraf simpatis ini berfungsi
curah jantung. Dalam keadaan stres, sistem saraf simpatis ini berfungsi
mempertahankan aktivitas jantung. Hambatan pada saraf simpatis, misalnya
mempertahankan aktivitas jantung. Hambatan pada saraf simpatis, misalnya
dengan beta blocker, akan menurunkan frekuensi dan sedikit mengurangi
dengan beta blocker, akan menurunkan frekuensi dan sedikit mengurangi
variabilitas denyut jantung janin.
variabilitas denyut jantung janin.
2.
2.
sistem
sistem
saraf
saraf
parasimpatis:
parasimpatis:
Terutama terdiri atas serabut n.Vagus berasal dari batang otak. Sistem saraf
Terutama terdiri atas serabut n.Vagus berasal dari batang otak. Sistem saraf
ini akan mengatur nodus SA, VA dan neuron yang terletak di antara atrium dan
ini akan mengatur nodus SA, VA dan neuron yang terletak di antara atrium dan
ventrikel jantung. Rangsangan n.Vagus misalnya dengan asetilkolin, akan
ventrikel jantung. Rangsangan n.Vagus misalnya dengan asetilkolin, akan
menurunkan frekuensi djj, sedangkan hambatan n. Vagus misalnya dengan atropin
menurunkan frekuensi djj, sedangkan hambatan n. Vagus misalnya dengan atropin
akan meningkatkan denyut jantung janin.
akan meningkatkan denyut jantung janin.
3.
Kemoreseptor
Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian perifer yang terletak di dae
Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian perifer yang terletak di dae
rah karotid dan
rah karotid dan
korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini
korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini
berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
serta otak.
serta otak.
4.
4.
Susunan
Susunan saraf
saraf pusat
pusat
Variabilitas djj akan meningkat sesuai aktivitas otak
Variabilitas djj akan meningkat sesuai aktivitas otak dan gerakan janin. Pada
dan gerakan janin. Pada
keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun maka variabilitas djj juga akan
keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun maka variabilitas djj juga akan
menurun. Rangsangan pada hipotalamus akan menyebabkan takhikardia.
menurun. Rangsangan pada hipotalamus akan menyebabkan takhikardia.
5.
5.
Sistem
Sistem
Hormonal
Hormonal
juga
juga
berperan
berperan
dalam
dalam
pengaturan
pengaturan
denyut
denyut
jantung
jantung
janin.
janin.
Pada keadaan stres, misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan
Pada keadaan stres, misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan
mengeluarkan epinefrin dan noepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan
mengeluarkan epinefrin dan noepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan
kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.
kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.
Bagaimana mendeteksi denyut jantung janin dan kontraksi uterus
Bagaimana mendeteksi denyut jantung janin dan kontraksi uterus
Terdapat 2 cara untuk memonitor denyut jantung janin lebih dan kontraksi
Terdapat 2 cara untuk memonitor denyut jantung janin lebih dan kontraksi
uterus. Cara pertama secara eksternal dan cara lain secara internal. Cara internal
uterus. Cara pertama secara eksternal dan cara lain secara internal. Cara internal
adalah dengan menggunakan elektrode yang diletakka
adalah dengan menggunakan elektrode yang diletakkan di kepala janin. Sedangkan
n di kepala janin. Sedangkan
cara eksternal adalah menggunakan elektrode yang diletakkan di seputar abdomen
cara eksternal adalah menggunakan elektrode yang diletakkan di seputar abdomen
ibu hamil.
ibu hamil.
Kontraksi uterus dipantau dengan menggunakan tokodinamometer yang
Kontraksi uterus dipantau dengan menggunakan tokodinamometer yang
sensitif terhadap perubahan tekanan yang diletakkan pada perut ibu pada cara
sensitif terhadap perubahan tekanan yang diletakkan pada perut ibu pada cara
eksterna. Pada cara interna adalah dengan mengukur langsung tekanan
eksterna. Pada cara interna adalah dengan mengukur langsung tekanan
intrauterin, caranya dengan meletakkan semacam kateter intraamnion. Cara
intrauterin, caranya dengan meletakkan semacam kateter intraamnion. Cara
internal lebih rumit dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi intrauterin.
internal lebih rumit dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi intrauterin.
Sedangkan cara ekstrauterin lebih mudah, nyaman dan aman digunakan oleh ibu
Sedangkan cara ekstrauterin lebih mudah, nyaman dan aman digunakan oleh ibu
hamil.
hamil.
Tokodinamometer dapat mengukur dan merekam frekwensi, regularitas,
Tokodinamometer dapat mengukur dan merekam frekwensi, regularitas,
dan durasi kontraksi uterus. Tekanan intrauterin dan tanda klinis dapat
dan durasi kontraksi uterus. Tekanan intrauterin dan tanda klinis dapat
dihubungkan dengan gambaran gejala yang timbul berdasarkan tingginya tekanan.
dihubungkan dengan gambaran gejala yang timbul berdasarkan tingginya tekanan.
0
0
–
–
10
10
mmHg
mmHg
:
: Tonus
Tonus basal
basal
>
> 20
20
mmHg
mmHg
:
: Kontraksi
Kontraksi uterus,
uterus, teraba
teraba pada
pada abdomen
abdomen
>
> 50 mmHg
: Kontraksi efektif untuk mengeluarkan janin.
Yang harus diwaspada dari todinamometer ini adalah gambaran
hiperstimulasi yaitu terdapat kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit.
Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik. Kondisi-kondisi tersebut harus
diwaspadai karena akan menyebabkan hipoksia pada uteroplasenter yang pada
akhirnya menyebabkan hipoksia pada janin.
B as e Line
denyut jantung janin
B as e line
adalah rata-rata denyut jantung janin selama pemantauan minimal
10 menit.
Tingkat
bas e line
dapat diklasifikasikan:
> 180 bpm takhikardia berat
160 - 180 bpm takhikardia sedang, tidak selalu patologis
110 - 160 bpm normal
100 - 110 bpm bradikardia ringan
< 100 bpm bradikardia berat
Puncak
Tonus
Kardiografi
Tokografi
3
2
1
Gambar 1: Gambaran kardiotokografi normal
Keterangan: base line 140-150 bpm, variabilitas > 5 bpm, akselerasi +, tidak
terdapat deselerasi. Tokodinamometer: tonus 45-50 mmHg, frekuensi 3 x/10
menit,
lamanya 60-70 detik.
Perubahan periodik denyut jantung janin
Perubahan pola DJJ dapat terjadi karena terjadinya keseimbangan antara
saraf simpatis dan parasimpatis dari janin. Simpatis meningkatkan aktifitas
jantung dan parasimpatis berperan sebaliknya. Pada janin yang berada dalam
kondisi baik dalam hal
ini kondisi otak dan sistim persarafan dicerminkan dengan adanya variabilitas
yang normal. Variabilitas terdapat 2 macam yaitu: jangka pendek (
beat to beat
variability
) dan jangka panjang ( gelombang ritmik). Jangka pe ndek tidak bermakna
secara klinis karena sulit untuk dianalisis secara visual, seda ngkan jangka panjang
sangat mudah untuk dinilai
Variabilitas dapat dikelompokkan;
1.
Absen atau variabilitas yang tidak terdeteksi
2.
variabilitas minimal ( < 5 beat per-minute (bpm))
3.
variabilitas moderat (6
–
25 bpm)
4.
Marked vari ability
(> 25 bpm)
Hilangnya variabilitas dalam jangka lama harus difikirkan k ondisi mencurigakan
karena adanya hipoksia pada janin. Kondisi lain yang mempunyai gambaran yang
sama adalah pada kasus immaturitas, janin tidur, atau penggunaan obat pada ibu
yang menekan fungsi sistim saraf pusat.
Suatu keadaan variabilitas jangka pendek menghilang, sedangkan variabilitas
jangka panjang tampak dominan sehingga tampak gambaran sinusoidal. Hal ini
sering ditemukan pada: hipoksia janin berat, anemia kronik, fetal eritroblastosis,
dll. Biasanya gambaran sinusoidal merupakan gambaran outcome janin yang
buruk.
Akselerasi
Akselerasi adalah meningkatnya djj dalam waktu yang pendek. Kriteria
untuk akselerasi adalah 15 bpm atau lebih dengan durasi 15 detik atau lebih.
Biasanya berhubungan dengan gerakan anak atau kontraksi uterus. Terdapatnya
akselerasi salah satu kriteria kondisi janin dalam keadaan baik.
Akselerasi dapat dibedakan karena penyebab kontraksi uterus dan oleh karena
gerakan janin.
1.
Uniform acceleration, terjadi karena kontraksi uterus
2.
Variable acceleration, terjadi karena gerakan atau rangsangan pada
janin.
Gambar 2 : Pada gambar 2 tampak akselerasi yang dipengaruhi oleh kontraksi
uterus
TEKNOLOGI KARDIOTOKOGRAFI
A. Deskripsi Tentang Kardiotokografi (CTG)Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut
Fetal Monitormerupakan salah satu alat
elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan dan kondisi
kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada
saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim.
Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka
kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksi janin dalam rahim. Pada
dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksi
janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari
hasil pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut
jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim
yang adekuat.
B. Perkembangan Teknologi Kardiotokografi
Kardiotokografi (KTG) Sonicaid System 8002adalah suatu kardiotokograf
terbaru yang terkomputerisasi dimana sebagian besar interpretasi hasil rekaman
pen il ai an kes eja ht er aa n ja ni n di la kuk an ol eh ko mp ute r yang te rd ap at di da la mn ya.
Cara pembacaan hasil rekaman KTG ini ada perbedaan dengan KTG yang
konvensional.Pada KTG Sonicaid System 8002, dokter pemeriksa akan memperoleh
sejumlah hasil interpretasi komputer terhadap semua data rekaman aktivitas / kondisi
ja nin da n ib u se rt a an ju ra n ya ng dip er lu ka n. Ke pu tu s an ak hi r te ta p ada pad a
tangandokter yang bersangkutan setelah juga menilai keadaan klinis dan memberikan
pen je la sa n pa da pa si en /k el ua rganya (i nfo rm ed co ns en t) . Pe mer ik saan in i
ditujukanuntuk menilai kesejahteraan janin dan dapat dimulai sejak kehamilan
≥28
minggu (setelah fungsi sistem saraf otonom berfungsi sempurna)
C. Pemeriksaan Dengan Kardiotokografi
Cara pemantauan dengan kardiotokografi bisa dilakukan secara langsung
(invasive/internal) yakni dengan alat pemantau yang dimaksudkan dengan rongga rahim atau
secara tidak langsung (non infasif/eksternal) yakni dengan alat yang dipasang pada dinding perut
ibu. Pada saat ini cara eksternal yang lebih populer karena bisa dilakukan selama antenatal
ataupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediksi positif yang kurang lebih sama dengan
cara internal yang lebih invasive.
Yang diperiksa dengan kardiotokografi adalah :
-Gerak nafas janin,gerak janin,tonus janin
-Kelainan bentuk tubuh ,letak ,biometri janin
-Taksiran bb dan Umur kehamilan
-Jumlah cairan amnion, Keadaan dan letak Placenta
-Pola denyut jantung janin & EKG
Pemeriksaan KTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya
terdiri dari :
1. IBUa. Pre-eklampsia-eklampsia
b. Ketuban pecah
c. Diabetes melitus
d. Kehamilan ³ 40 minggu
e. Vitium cordis
f. Asthma bronkhiale
g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h. Infeksi TORCH
i. Bekas SC
j. Induksi atau akselerasi persalinan
k. Persalinan preterm
l. Hipotensi
m. Perdarahan antepartum
n. Ibu perokok
o. Ibu berusia lanjut
p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, pen yakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung,
dan penyakit tiroid.
2. JANIN
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e. Hidrops fetalis
f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g. Mekoneum dalam cairan ketuban
h. Riwayat lahir mati
i. Kehamilan ganda
j. Dan lain-lain
SYARAT PEMERIKSAAN KTG
1. Usia kehamilan ³ 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG terkomputerisasi) sesuai
buku petunjuk dari pabrik.
INDIKASI KONTRA KTG
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun
janin.
D. ANALISA
Setelah perekaman data selama 10 menit, dan kemudian setiap dua menit
berikutnya, komputer akan melakukan analisa terhadap data yang masuk, dan
kemudian menampilkannya pada layar monitor. Bila rekaman abnormal, akan tampak
kalimat “STOP”, sebaliknya bila normal akan tampak kalimat
“CONTINUE”.
Seteleh kriteria Dawes/Redman terpenuhi, komputer akan memberi tanda
berupa bunyi alarm sebanyak dua kali. Lama pemeriksaan maksimal adalah 60 menit,
umumnya 30 menit sudah memadai. Pada kasus khusus dapat dilakukan perangsangan
vibroakustik sebelum rekaman KTG dimulai dan lama pemeriksaan cukup 10
–
20
menit. Adanya episoda variasi tinggi menunjukkan janin dalam keadaan normal dan
merupakan petunjuk penting. Pada kehamilan 28-33 minggu, sebanyak 16,2% janin
normal memiliki < 2 akselerasi per jam, dan pada kehamilan 34-41 minggu sebanyak
7,3%; tetapi hanya 0,7% janin normal memiliki episode variasi tinggi selama kurang
dari 10 menit pada kehamilan ≥ 28 minggu. Oleh karena itu episode variasi tinggi
merupakan indikator yang lebih baik terhadap kesejahteraan janin, dibanding dengan
adanya akselerasi. Variasi tinggi terjadi pada saat janin dalam keadaan aktif,
sedangkan variasi rendah terjadi pada saat janin tidur.
a. Frekuensi Denyut Jantung Basal.
Frekuensi denyut jantung basal adalah nilai rata-rata dari seluruh periode
variasi rendah DJJ. Frekuensi DJJ basal tinggi (160-170 dpm) bukanlah keadaan yang
membahayakan janin selama short term variability (STV) n ormal dan tidak ada
deselerasi lambat. Frekuensi DJJ basal > 170 dpm menunjukkan kemungkinan adanya
infeksi pada janin.
Bila frekuensi basal DJJ < 105 dpm harus segera dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mencari penyebabnya dan melakukan tindakan yang tepat. Sangat jarang
dijumpai pada janin normal usia 38-42 minggu terdapat frekuensi basal DJJ
110-115 dpm. Nilai batas normal DJJ adalah 110-115 dpm, bila nilai tersebut dicapai, maka
alarm akan berbunyi. Pada hasil cetakan (print out) akan tertulis : “WARNING low
basal FHR. Check that FHR does not continue to fall. Fetal movements present ?
Sinusoidal rhythm ?”.
b. Akselerasi
Akselerasi adalah peningkatan frekuensi DJJ sebanyak 10 dpm diatas
nilai dasar rata-rata (base-line) DJJ selama 15 detik ATAU peningkatan 15 dpm di
atas baseline selama ≥ 15 detik.
c. Deselerasi
Deselerasi adalah penurunan DJJ di bawah frekuensi dasar normal DJJ. Bila
terdapat penurunan maksimal 10 dpm selama lebih dari 1 menit atau penurunan lebih
dari 20 dpm selama lebih dari 30 detik disebut deselerasi. Deselerasi lebih dari 20
dpm akan tampak sebagai garis merah pada layar monitor. Setiap deselerasi harus
segera dicari penyebabnya dan dilakukan penanganan segera.
d. Variasi Tinggi dan Variasi Rendah. (High and Low Variation)
Ambang batas variasi tinggi adalah 32 milidetik dan variasi rendah adalah 30
milidetik. Episode variasi tinggi dan variasi rendah akan tampak sebagai gambaran
garis penuh berwarna hitam pada bagian atas rekaman KTG. Variasi tinggi akan
tampak di atas garis batas, dan variasi rendah akan tampak di bawah garis batas.
Variasi ini secara otomatis akan dikoreksi oleh komputer sesuai dengan usia gestasi.
e. “Short Term Variation” (STV)
Evaluasi STV merupakan parameter terpenting dan paling baik menggambarkan
kesejahteraan janin. Rekaman ini dilakukan dari menit ke menit dengan interval 1/16
menit . Pada penilaian STV dimana tidak ada gambaran variasi tinggi DJJ berkorelasi
kuat dengan terjadinya asidosis metabolik dan kematian janin intra uterin sbb :
f. Gerak Janin
Selama perekaman KTG, pasien diminta menekan bel yang disediakan setiap ibu
merasakan gerakan janinnya. Bila jumlah gerakan janin kurang, akan tampak tulisan
“CHECK” pada layar monitor. Pada hasil rekaman KTG akan tertulis jumlah rata
-rata
gerakan janin per jam .
g. Puncak Kontraksi (Contraction Peaks).
Kontraksi akan terekam apabila tekanan intra uterin meningkat melebihi 16%
dari nilai dasar (baseline ) dan lamanya ≥ 30 detik. Jumlah kontraksi akan tertulis
pada hasil rekaman KTG.
h. Rekaman Tokometri
Bila dalam 10 menit tidak ada perubahan tekanan intra uterin (tokometri)
makan komputer akan memberikan tanda alarm dan tampak tulisan “CHECK TOCO”;
lakukan pemeriksaan segera apakah pemasangan tokokometernya sudah tepat atau
belum (terlalu longgar atau bergeser).
i. “Signal Loss”
Selama perekaman KTG, komputer akan selalu memeriksa jumlah data yang
hilang (signal loss). Persentasi kehilangan data pada perekaman 5 menit terakhir akan
tampak pada kanan bawah layar monitor. Bila kehilangannya terlalu tinggi, akan
terdengar alarm dari komputer dan tampak tulisan “CHECK TRANSDUCER” pada layar
monitor. Lakukan perbaikan letak transduser seperlunya dan bila perlu pembatalan
rekaman, tekan “C”. Signal loss < 10 % masih dapat di terima untuk pembacaan hasil
rekaman KTG. Bila signal loss terlalu banyak rekaman harus diulangi.
Bila signal loss yang terjadi pada keadaan deselerasi lebih dari 20 dpm < 25%,
akan timbul tanda bintang (*). Bila signal loss antara 25-50% akan keluar tanda (?)
menunjukkan keragu-raguan (dubious nature). Bila signal loss > 50% maka data
tersebut tidak akan dihitung sebagai deselerasi atau akselerasi). Bila signal loss
> 80%, maka program akan berhenti dan harus dilakukan pemeriksaan baru dari awal
lagi (new start).
Bila rekaman DJJ terlalu tinggi atau rendah dibanding frekuensi dasar, mungkin
akan memberikan data yang salah (eror), mungkin yang terekam adalah nadi ibu.
Pada layar monitor akan tampak tulisan “CHECK TRANSDUCER” dan tu lisan “ERROR”
pada hasil rekaman KTG. Lakukan pemeriksaan letak transduser untuk memperbaiki
rekaman KTG tersebut.
k. Tanda Bintang (Asteriks)
Tanda bintang (*) akan selalu tampak pada sisi kanan parameter yang diukur.
Tanda (*) tersebut menunjukkan adanya abnormalitas pada parameter yang dinilai.
Pada kelainan yang lebih berat akan tampak dua buah tanda (**). SETIAP ADA TANDA
BINTANG, SEGERA LAPOR PADA DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN TERSEBUT DAN
CARI SERTA ATASI PENYEBABNYA.
Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan terdapatnya dua buah tanda
bintang (**) :
1. DJJ ≤ 115 dpm
atau > 160 dpm selama kurang dari 30 menit.
2. Deselerasi > 100 dpm atau deselerasi selama < 30 menit.
3. Tidak ada gerakan janin dan akselerasi < 3.
4. Tidak ada variasi tinggi (high variation).
5. STV < 3 milidetik.
6. Tidak ada akselerasi dan terdapat gerak janin < 21 gerak/jam atau long term
variation (LTV) pada garis tinggi (HI) dibawah 10 persentil.
7. LTV pada garis tinggi (HI) dibawah 1 persentil.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan terdapatnya satu buah tanda bintang (*) :
1. STV < 4 milidetik tetapi ≥ 3 milidetik.
2. DJJ abnormal (diluar angka 116-
160 dpm), tetapi lama rekaman ≥ 30 menit.
3. Terdapat deselerasi, tetapi lamanya tidak memenuhi kriteria perekaman data.
F. DOKUMENTASI
Setiap rekaman KTG harus dibuat dokumentasi, bisa dalam bentuk hasil cetakan
printer atau direkam dalam disket komputer. Sebaiknya kedua hal tersebut dilakukan
bagi setiap pasien. Data dalam disket disimpan oleh rumah sakit, sedangkan hasil
cetakan diberikan kepada pasien. Di Inggris, rekaman KTG disimpan selama 25 tahun,
hal ini berkaitan dengan aspek medico legal. Sudah saatnya kita memperhatikan hal
ini, terutama dalam hal melakukan interpretasi yang benar dan tindakan lanjutannya.
Alat Kardiotokografi (CTG) atau Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin
dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter
kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya. Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berj alan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Cardiotocography (CTG) ?
3. Apa saja Syarat Pemeriksaan CTG ?
4. Apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG ? 5. Bagaimana cara kerja CTG ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengetian Cardiotocography (CTG) 2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Mekanisme pengaturan DJJ 3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja syarat P emeriksaan CTG
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi I ndikator Pemeriksaan CTG 5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara kerja C TG
A.
BAB II
PEMBHASAN
A. PENGERTIAN CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter
kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit
PENGERTIAN UMUM CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.Pemeriksaan CTG penting
dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam ke adaan: 1) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll) 2) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine G rowth Retriction)
3) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali) 4) Polihidramnion (air ketuban berlebih)
B. Mekanisme pengaturan DJJ : (normal 120-160dpm)
a. Sistem Saraf Simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat (beta adrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekruensi & curah jantung.
b. Sistem Saraf Para Simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari batang otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin) akan menurunkan kerja jantung, frekruensi dan curah jantung, sedangkan hambatan pada N.Vagus (ex atropin) akan
meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.
c. Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merangsang N.Vagus untuk menurunkan kerja, frekruensi dan curah jantung
d. Kemoreseptor yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak (sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan otak. Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akan mengakibatkan takhikardi sehingga aliran darah bnayak dan O2 meningkat pd darah dan cairan otak
e. Sistem Saraf Pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
f. Sistem Hormonal, padakeadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk meningkatkan kerja, frekruensi dan curah jantung.
1. Basa fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan kontraksi ut. 2. Reactivity, merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan ko ntraksi.
3. Baseline Rate
Normal 120-160dpm, ada juga yang membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika djj > 160dpm, dan bradikardi jika djj < 120dpm.
4. Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Ke hamilan preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu hipertiroid, Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
Variabilitas DJJ
suatu gambaran osilasi yang tidak teratur yang tampak pada rekaman djj, dan merupakan hasil dari interaksi antara saraf simpatis (kardioakselerator) dengan sistem para (kardiodeselerator). Pada keadaan hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang.
Dibedakan atas dua : variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang dibedakan lagi : normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), me nghilang (<2dpm) dan saltatory (>25dpm).
Perubahan Periodik DJJ
suatu perubahan pola djj yang berhubungan dengan kontraksi dan gerakan janin (akselerasi dan deselerasi).
Indikasi CTG : Hipertensi, DMG, gerak janin kurang, riw. obstetri jelek, PRM, postterm, oligohidramnion, polihidramnion, gamelli, iugr, ibu dengan penyakit penyerta, kehamilan dengan anemia.
C. Syarat Pemeriksaan CTG 1. Usia kehamilan mulai 28 minggu
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan) 3. Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui
4. Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan 5. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
6. Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
7. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
8. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
9. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
D. Indikator Pemeriksaan CTG
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada: IBU 1. Pre-eklampsia-eklampsia 2. Ketuban pecah 3. Diabetes melitus 4. Kehamilan 40 minggu 5. Vitium cordis 6. Asthma bronkhiale
7. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO 8. Infeksi TORCH
9. Bekas SC
10. Induksi atau akselerasi persalinan 11. Persalinan preterm
12. Hipotensi
13. Perdarahan antepartum 14. Ibu perokok
15. Berusia lanjut (>35 tahun)
16. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
17. Untuk kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan janin.
JANIN
1. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) 2. Gerakan janin berkurang
4. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin 5. Hidrops fetalis
6. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar. 7. Mekoneum dalam cairan ketuban
8. Riwayat lahir mati 9. Kehamilan ganda.
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia kehamilan 28 minggu untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
a) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
b) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Ute rine Growth Retriction)
c) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d) Polihidramnion (air ketuban berlebih)
E. Cara Kerja CTG
1. PERSIAPAN PEMERIKSAAN CTG
Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
Konsultasi langsung dengan dokter kandungan 2. PROSEDUR
Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
Kosongkan kandung kencing.
Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..
Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung j awab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASI EN.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dalam hal Kebidanan alat – alat elektronik juga menjadi suatu keharusan untuk mendukung pelayanan kebidanan yang jauh lebih baik .Selama masa kehamilan tentunya ibu selalu berharap yang terbaik untuk janin di dalam kandungan.Alat – alat elektronik pun berperan penting dalam membantu selama proses kehamilan dan pelayanan dalam ke bidanan.Dalam menyatakan kecepatan denyut jantung, yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beat per m enit – bpm). Heart rate dapat diperoleh dari EKG. Dopler adalah alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat non invasif. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Dengan mengenal alat- alat elektronik pelayanan kebidanan agar kita dapat mengetahui dan menggunakan alat
– alat tersebut sebagaimana mestinya.
B. Saran
Kepada mahasiswa untuk lebih mengenal alat-alat elektronik kebidanan beserta fungsi dan cara kerja sehingga dapat menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya.
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan pelayanan kebidanan lebih akurat dengan dipermudah dengan alat-alat elektronik kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dikamed.com/kardiotokografi-ctg-alat-memantau-kesejahteraan-janin-yang-wajib-dimiliki-fasilitas-pelayanan-persalinan.html
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT . Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan junjungan dan suri tauladan kita Nabi besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Cardiotokografi.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
orang-orang yang telah berperan penting sehingga dapat terselesaikannya Makalah ini, antara lain
:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah kesehatan, kekuatan dan ilmu pengetahuan kepada penulis sebagai satu anugerah yang tidak ternilai harganya.
2. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan doa maupun dukungan
selama penyelesaian Tugas Makalah ini.
3. Dra. Sudarwati, AMK. M.Mkes selaku dosen Ketrampilan Dasar Kebidanan II di AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharap segala bentuk saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas makalah ini. Sebagai akhirkami berharap agar tugas makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi kajian bagi banyak pihak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR GAMBAR... iii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2Tujuan... 2 BAB IIPEMBAHASAN... 2 2.1Pengertian... 2 2.2Indikasi... 3
2.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi... 5
2.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi... 5
2.5 Persiapan Pasien... 5
2.6 Cara Melakukan... 6
2.7 Cara Melakukan... 7
BAB III PENUTUP... 10
LAMPIRAN GAMBAR... 11
DAFTAR PUSTAKA... 13
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa j auh gangguan tersebut dan akhirnya me nentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan me ncegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir m ati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian cardiotokografi
2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi c ardiotokografi
3. Mengetahui persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan car diotokografi 4. Mengetahui cara menginterpretasi hasil pemeriksaan cardiotokografi
5. Mengetahui manfaat pemeriksaan cardiotokografi dalam ke hamilan dan persalinan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian
Kardio denyut jantung Toko kontraksi uterus
Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian atas catatan dan kontraksi dibawahnya. Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya ( fetal-wellbeing).
Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat : 1. Denyut jantung janin
2. Kontraksi Rahim 3. Gerakan janin.
Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test ). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
2.2 Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari : 1. IBU a) Pre-eklampsia-eklampsia b) Ketuban pecah c) Diabetes mellitus d) Kehamilan > 40 minggu
e) Vitium cordis
f) Asthma bronkhiale
g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h) Infeksi TORCH
i) Bekas SC
j) Induksi atau akselerasi persalinan
k) Persalinan preterm.
l) Hipotensi.
m) Perdarahan antepartum.
n) Ibu perokok.
o) Ibu berusia lanjut.
p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
2. JANIN
a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b) Gerakan janin berkurang
c) Suspek lilitan tali pusat
d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e) Hidrops fetalis
f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g) Mekoneum dalam cairan ketuban
h) Riwayat lahir mati
i) Kehamilan ganda
2.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi 1. Usia kehamilan > 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan). 3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
2.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin.
2.5 Persiapan Pasien
1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
2. Kosongkan kandung kencing.
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum maksimum DJJ. 6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.. 7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi. 9. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
10.Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai). 11.Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
12.Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
14. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
15.Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
2.6 Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa. Prosedur pelaksanaan :
1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri 2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3. Dipasang kardio dan tokodinamometer 4. Frekuensi jantung janin dicatat
5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi 6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
2.7 Cara Membaca
Pembacaan hasil : 1. Reaktif, bila :
a) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit b) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
e) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
2. Tidak reaktif, bila :
a) Denyut jantung basal 120-160 kali per m enit b) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT). 3. Sinusoidal, bila :
a) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal b) Tidak ada gerakan janin
c) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
4. Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
a) Bradikardi
b) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.
Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian.
Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
5. Saat persalinan….
a) Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.
b) Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi
c) Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat : Deselarasi lambat berulang
Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm) pewarnaan mekonium
Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )
Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 j am)
BAB III PENUTUP
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.
DAFTAR PUSTAKA
AbarwatiA, E R , Sunarsih,T, (2011),KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi , Nuha Medika, Yogyakarta, Jee, Lofever, J, ( 1997 ),Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik , Edisi 6, EGC, Jakarta. http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html
Interpretasi Kardiotokografi
KARDIOTOKOGRAFI
Denyut jantung secara normal dimodulasi oleh sistem syaraf simpatik dan parasimpatik berdasarkan respon baroreseptor dan kemoreseptor. Kontrol regulator juga tergantung faktor-faktor lain sebagai berikut:
Faktor Lokasi Cara Kerja Efek
Divisi
Parasimpatik
dari Sistem
syaraf otonom
Serabut N. Vagus
mensuplai nodus
Sinoatrial dan nodus
atrioventrikular
Stimulasi menyebabkan
pelepasan asetilkolin pada sinap
mioneural
Denyut jantung janin
berkurang
Mempertahankan
variabilitas beat to beat
Divisi Simpatik
dari sistem
syaraf otonom
Terdistribusi luas
pada miokardium
Stimulasi menyebabkan
pelepasan nerepinefrin pada
sinaps
Meningkatkan DJJ
Meningkatkan kekuatan
kontraktilitas miokard
Baroreseptor
Reseptor regang
pada lengkung aorta
dan sinus karotis
pada percabangan
Berespon terhadap peningkatkan
tekanan darah dengan
menstimulasi reseptor regang
untuk mengirim impuls via
nervus vagus atau
Menurunkan DJJ
Menurunkan tekanan
darah
arteri karotis interna
dan eksterna
glossofaringeal ke otak tengah,
menimbulkan respon vagal dan
menurunkan aktivitas jantung
Menurunkan output
kardiak
Kemoreseptor
Perifer : badan
karotis dan aorta
Sentral : medula
oblongata
Berespon terhadap penurunan
yang bermakna O2 dan
peningkatan CO2 di perifer.
Kemoreseptor sentral bererspon
terhadap penurunan tekanan O2
dan CO2 pada darah dan/atau
cairan serebrospinal
Bradikardia, kadang
dengan peningkatan
variabilitas
Takikardi dan
peningkatan tekandan
darah dengna
penurunan variabilitas
Sistem syaraf
pusat
Korteks serebri
Hipotalamus
Medula oblongata
Berespon terhadap gerakan janin
Berespon terhadap tidurnya
anin
Mengatur dan koordinasi
aktivitas otonom (simpatik dan
parasimpatik)
Mediasi reflek kardiak dan pusat
vasomotor dengan mengontrol
aksi jantung dan diameter
pembuluh darah
Meningkatkan
reaktivitas dan
variabilitas
Menurunkan reaktivitas
dan variabilitas
Mempertahankan
keseimbangan
kardioakselerasi dan
kardiodeselerasi
Regulasi
hormonal
Medula adrenal
Korteks adrenal
Vasopresin
(katekolamin
plasma)
Melepaskan epinefrin dan
norepinefrin dengan hipoksia
anin berat yang menyebabkan
timbulnya respon simpatis
Turunnya tekanan darah janin
menstimulasi pelepasan
aldosteron, penurunan output
natrium, meningkatkan retensi
cairan yang menyebabkan
meningkatnya volume darah
yang bersirkulasi
Menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah nonvital pada
fetus yang asfiksia
Meningkatnya DJJ
Meningkatnya kekuatan
kontraktilitas miokard
dan tekanan darah
Meningkatnya output
kardiak
Mempertahankan
homeostasis volume
darah
Distribusi aliran darah
untuk mempertahankan
DJJ dan variabilitas
Volume darah /
pergeseran
cairan kapiler
Pergerakan cairan
antara kapiler dan
ruang intersisial
Berespon terhadap peningkatan
tekanan darah dengan
menyebabkan perpindarahn
Penurunan volume
darah dan tekanan
darah
dcairan keluar dari kapiler ke
ruang intersisial
Berespon terhadap tekanan
darah rendah dengan
menyebabkan cairan pindah dari
ruang intersisial ke kapiler
Peningkatan volume
dan tekanan darah
Tekanan
intraplasenta
Ruang intervilus
Cairan berpindah antara darah
anin dan ibu berdasarkan
tekanan osmotik dan gradien
tekanan darah; tekanan darah ibu
sekitar 100mmHg dan janin 55
mmHg; oleh karena itu
penyeimbangan dijaga oleh
beberapa compensatory factor
Meregulasi volume
darah dan tekanan
darah
Mekanisme
Frank-Starling
Berdasarkan
peregangan
miokardium dengan
peningkatan aliran
darah vena yang
masuk ke atrium
kanan
Pada orang dewasa miokardium
diregangkan dengan peningkatan
darah masuk, menyebabkan
antung berkontraksi dengan
daya yang lebih kuat dari
sebelumnya dan memompa
keluar lebih banyak darah; oleh
karena itu orang dewasa mempu
meningkatkan output kardiak
dengan meningkatkan denyut
antung dan stroke volume;
mekanisme ini belum
berkembang dengan baik pada
anin
Output kardiak
tergantung dari denyut
antung janin :
Penurunan DJJ =
penurunan kardiak
oupput dan sebaliknya
Faktor lain yang dapat mempengaruhi denyut jantung janin adalah gangguan seperti takikardi akibat hipertermia dan bradikardi hipotermia.
Frekuensi Dasar
Frekuensi dasar adalah irama intrinsik dari jantung janin. Evaluasi untuk menentukan frekuensi dasar dilakukan dalam pengamatan 10
– 20 menit. Secara definisi frekuensi dasar adalah irama jantung
yang terjadi ketika tidak ada stress atau stimulasi pada fetus, contohnya:–
ketika pasien tidak dalam persalinan–
ketika janin tidak bergerak–
ketika tidak ada stimulasi pada fetus seperti pemeriksaan dalam dan pemasangan elektroda–
selama interval perubahan periodik.Frekuensi dasar diatur oleh atrial pacemaker dan diseimbangkan dengan perpaduan antara cabang syaraf otonom simpatik (kardioakselerator) dan parasimpatik (deselerator). Sebagai akibat belum matangnya sistem syaraf dan adanya dominasi simpatis, janin prematur pada usia gestasi sekitar 20 minggu menampakkan frekuensi dasar 160 dpm. Janin diatas 40 minggu dapat memiliki frekuensi antara 110
– 120 dpm. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh kontrol parasimpatis yang sedikit lebih
besar. Pada janin aterm frekuensi dasar berkisar 120– 160 bpm.
–
Takikardi : frekuensi dasar > 160 atau lebih dari 30 dpm dari frekuensi dasar normal selama durasi 10 menit atau lebih. Takikardi dibagi menjadi moderate dan marked. Moderate jika denyut jantung berkisar 161– 180 dpm, diasosiasikan dengan hipoksia ringan atau fetus secara progresif
menjadi lebih hipoksik. Marked takikardia jika denyut jantung >180 dpm, jika terdapat pula perubahan periodik DJJ dan /atau minimal atau tidak adanya variabilitas dianggap sebagai tanda nonreassuring. Penyebab takikardi dapat berupa hipoksia janin, ibu demam, obat-obatan parasimpatolitik (contohnya atropin, skopolamin, fenotiazin), obat-obatan elicit (kokain dan metamfetamin), ibu hypertiroid, janin anemia, gagal jantung janin, disritmia jantung janin. Intervensi dapat berupa obat penurun demam (jika ibu demam), jika penyebabnya adalah oksigenasi maka diberikan oksigen 100% 8-10 L/mnt dengan masker.–
Bradikardia : frekuensi dasar <120 dpm (jika usia gestasi janin >40 minggu, <110 dpm) atau turun 30 dpm dari frekuensi dasar normal selama 10 menit atau lebih. Dapat disebabkan oleh hipoksia janin lanjut, obat-obatan beta adrenergik bloking, anestesia (epidural, spinal, pudendal), hipotensi maternal, kompresi tali pusat prolong, disritmia jantung janin, hipotermia, maternal SLE, sitomegalo virus, prolong hipoglikemia maternal, congenital heart block. Bradikardia dapat merupakan tanda nonreassuring jika disertai dengan adanya deselerasi lambat dan hilangnya variabilitas. Bradikardia dengan variabilitas rata-rata tanpa deselerasi lambat bukan merupakantanda fetal distress. Bradikardia dalam jangka waktu lama yang tidak berespon terhadap intervensi menggambarkan fetal distress lanjut dan kemungkinan preterminal event. Untuk memperbaiki oksigenasi fetus dan aliran darah uteroplasental minta ibu tidur dalam posisi miring, hidrasi, koreksi hipotensi maternal, oksigen 100% 8-10 L/mnt dengan masker dan hilangkan hiperstimulasi uterus.
Variabilitas
Variabilitas dapat dideskripsikan sebagai iregularitas normal irama jantung yang muncul akibat interaksi seimbang antara syaraf simpatik (kardioakselerator) dan parasimpatik (kardiodeselerator). Merefleksikan jalur neurologis yang intak, oksigenasi janin optimal dan menggambarkan oksigen janin yang disimpan di jaringan. Selain itu, variabilitas intrapartum secara tidak
langsung menggambarkan toleransi janin terhadap persalinan.
Variabilitas merupakan karakteristik denyut jantung janin yang paling penting. Fetus dengan variabilitas normal (reassuring) mengindikasikan kapabilitas untuk mensentalisasi oksigen yang
tersedia dan akan mempertahankan kompensasi fisiologis.
Iregularitas normal lebih jauh dideskripisikan sebagai short term variability (STV) dan long term variability (LTV).
–
Short Term Variability (STV) : perubahan denyut jantung janin dari satu denyut ke denyut berikutnya (beat to beat) pada fetal EKG–
Long Term Variability (LTV) : fluktuasi ritmik atau variasi siklik dengan amplitudo 6-10 dpm dari frekuensi dasar yang terjadi selama 3– 10 siklus permenit. LTV dinilai dalam observasi 5
– 10
menit diantara kontraksi dan perubahan periodik serta mengeksklusi artefak. Penilaian : kurang/minimal : 0
–
5 dpm, normal : 6-25 dpm, meningkata atau salsatory : > 25 dpm (AWHONN, 1993). Kategori lain adalah absen (0-2 dpm), minimal (3-5 dpm), rata-rata ( 6-10 dpm), moderate (11-25 dpm) dan marked (>(11-25 dpm).Perubahan periodik pada denyut jantung janin danpa berupa perubahan periodik dan non periodik. Perubahan periodik adlah akselerasi atau deselerasi sementara yang selanjutnya akan kembali ke frekuensi dasar, dan biasanya merupakan respon terhadap kontraksi uterus. Perubahan non periodik adalah akselerasi atau deselerasi yang terjadi tanpa hubungan spesifik dengan aktivitas uterus, termasuk akselerasi spontan dan deselerasi variabel diantara kontraksi dan prolong deselerasi.
Akselerasi
Akselerasi adalah peningkatan sementara di atas frekuensi dasar dan dan dapat menyerupai bentuk kontraksi uterus. Amplitudonya biasanya 15 dpm atau lebih dan terjadi selama > 15 detik. Akselerasi dapat terjadi akibat gerak janin, pemeriksaan dalam, pemasangan elektroda, breech presentation, presentasi oksiput posterior, kontraksi uterus, tekanan fundal, palpasi abdomen. Akselerasi spontan sebagai respon gerak janin dan kontraksi uterus merupakan indikasi kewaspadaan sisten syaraf pusat janin dan kesejahteraan janin dan merupakan tanda reassuring. Akselerasi seragan yang berulang yang berhubungan dengan kontraksi uterus mengindikasikan respon inisial terhadap hipoksia ringan.
Deselerasi
–
Deselerasi dini: mulai sebelum kontraksi uterus mencapai puncak dan hilang bersamaandengan kontraksi uterus (berbentuk ‘mirror image’). Disebabkan oleh kompresi kepala. Umumnya
muncul pada dilatasi serviks >7 cm atau pada partus kala II. Bukan merupakan hal yang patologis.–
Deselerasi lambat: deselerasi mulai pada atau setelah puncak kontraksi uterus dan menghilang setelah kontraksi uterus kembali ke nilai semula. Merupakan gambaran insufisiensi uteroplasenta. Meupakan tanda nonreassuring jika persisten dan tidak dapat dikoreksi, terutama jika disertai takikardia dan/atau variabilitas yang minimal atau absen. Insufisiensi uteroplasenta dapat disebabkan oleh hiperstimulasi uterus, hipotensi maternal, hipertensi pada kehamilan, hipertensi kronik, postmaturitas, amnionitis, janin kecil masa kehamilan (KMK), DM maternal, plasenta previa, solusio plasenta/syok maternal, regional anestesia (spinal, epidural), penyakit jantung maternal, anemia maternal, Rh isoimunisasi dan kondisi lain seperti penyakit kolagen vaskular & penyakit ginjal.–
Deselerasi variabel : deselerasi yang terjadi akibat gangguan pada aliran darah umbilikus selama kontraksi uterus. Bentuk bervariasi seperti huruf U, V atau W. Onsetnya variabel tidak tergantung kontraksi uterus, sering mendahulu kontraksi dan diikuti dengan akselerasi singkat (shouldering). Ringan : deselerasi < 30 detik dan segera kembali ke frekuensi dasar; moderat : deselerasi < 80 dpm dengan durasi apapun dengan segera kembali dan segera kembali ke frekuensi dasar; berat : deselerasi < 60 dpm selama > 60 detik dan lambat kembalinya ke frekuensi dasar. Deselerasi variabel dapat terjadi pada keadaan posisi maternal dimana tali pusat perada diantara fetus dan pelvis ibu, tali pusat mengelilingi leher atau bagian tubuh lain, tali pusat pendek, ikatan tali pusat, prolaps tali pusat. Deselari variabel timbul pada 50% persalianan dan biasanya sementara dan dapat dikoreksi. Disebut deselerasi variabel yang reassuring jika: terjadi selama kurang dari 30–
45 detik, segera kembali ke frekuensi dasar, frekuensi dasar tidak meningkat, variablitas tidak berkurang. Deselerasi berat tak terkoreksi terutama dijumpai dengan hilangnya variabilitas short term dan peningkatan frekuensi dasar, diasosiasikan dengan fetal asidosis, h ipoksia dan janin yang mengalami depresi neurologis.–
Deselerasi Memanjang (Prolonged Deceleration) : deselerasi selama 60–
90 detik atau lebih di bawah denyut jantung janin rata-rata. Paling sering diasosiasikan dengan prolaps tali pusat erat dandeselerasi variabel berat yang progresif.
POLA AKTIVITAS UTERUS NORMAL
Disebut aktivitas uterus normal jika memiliki frekuenis lebih dari 2 menit diantara kontraksi, durasi kurang dari 90 detik dengan intensitas kurang dari 100mmHg dan memiliki resting tone 30 detik atau lebih pada tekanan kurang dari 20
–
25 mmHg. Kontraksi lebih dari 5 dalam 10 menit dianggap tidak normal.INTERPRETASI CARDIOTOKOGRAM
ANTEPARTUM
1. Normal
Disebut pola normal jika :
–
Frekuensi dasar antara 110–
150 dmp–
Amplitudo variabilitas 5-25 dmpm–
Tidak ada deselerasi, kecuali deselerasi sporadik dan ringan dengan durasi yang sangat ringan.–
Dua atau lebih akselerasi dalam periode 10 menit 2. SuspiciousDisebut suspicious jika terdapat salah satu dari tanda di bawah ini:
–
Frekuensi dasar antara 150–
170 dpm atau antara 110–
100 dpm–
Amplitudo variabilitas antara 5–
10 dpm selama 40 menit atau lebih–
Peningkatan variabilitas diatas 25 dpm–
Tidak ada akselerasi selama lebih dari 40 menit–
Deselerasi sporadik apapun jenisnya kecuali berat 3. PatologisDisebut pola patologis jika ditemukan salah satu tanda di bawah ini: