• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahan CTG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bahan CTG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

C C

GAMBARAN NORMAL KARDIOTOKOGRAFI

GAMBARAN NORMAL KARDIOTOKOGRAFI

Yanuarman

Yanuarman

Pendahuluan

Pendahuluan

Salah satu upaya untuk mengurangi kematian janin dan perinatal serta

Salah satu upaya untuk mengurangi kematian janin dan perinatal serta

mendeteksi kondisi hipoksia janin dalam rahim adalah dengan melakukan

mendeteksi kondisi hipoksia janin dalam rahim adalah dengan melakukan

pemantauan

kesejahteraan

janin

dengan

menggunakan

krdiotokografi.

pemantauan

kesejahteraan

janin

dengan

menggunakan

krdiotokografi.

Pemantauan dilakukan dengan mengamati pola gambaran denyut jantung janin

Pemantauan dilakukan dengan mengamati pola gambaran denyut jantung janin

yang tergambar dalam suatu gambaran dengan pola tertentu yang menyerupai

yang tergambar dalam suatu gambaran dengan pola tertentu yang menyerupai

diagram. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran pola tersebut yang

diagram. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran pola tersebut yang

menunjukkan kondisi normal pada janin.

menunjukkan kondisi normal pada janin.

Pemeriksaan Kardiotokografi pada masa kehamilan

Pemeriksaan Kardiotokografi pada masa kehamilan

Pada awalnya pemeriksaan kardiotokografi dikerjakan saat persalinan.

Pada awalnya pemeriksaan kardiotokografi dikerjakan saat persalinan.

Namun kemudian terbukti bahwa pemeriksaan kardiotokografi ini banyak

Namun kemudian terbukti bahwa pemeriksaan kardiotokografi ini banyak

manfaatnnya pada masa kehamilan, khususnya pada kasus-kasus dengan faktor

manfaatnnya pada masa kehamilan, khususnya pada kasus-kasus dengan faktor

risiko untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin (hipoksia) dalam rahim

risiko untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin (hipoksia) dalam rahim

seperti:

seperti:

1.Pasien antepartum dengan risiko tinggi yang kemungkinan mengalami

1.Pasien antepartum dengan risiko tinggi yang kemungkinan mengalami

insufisiensi

insufisiensi

uteroplasenta:

uteroplasenta:

1.

1.

Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan

2.

2.

Kehamilan dengan Diabetes Melitus

Kehamilan dengan Diabetes Melitus

3.

3.

Kehamilan post-term

Kehamilan post-term

4.

4.

IUGR

IUGR

5.

(2)
(3)

6.

6.

Gerakan janin berkurang

Gerakan janin berkurang

7.

7.

Kehamilan dengan anemia

Kehamilan dengan anemia

8.

8.

Kehamilan ganda

Kehamilan ganda

9.

9.

Oligohidramnion

Oligohidramnion

10.

10.

Polihidramnion

Polihidramnion

11.

11.

Riwayat obstetri buruk

Riwayat obstetri buruk

12.

12.

Kehamilan dengan penyakit pada ibu.

Kehamilan dengan penyakit pada ibu.

2.

2.

Pemantauan

Pemantauan

kontinyu

kontinyu

intrapartum

intrapartum

terutama

terutama

kasus

kasus

risiko

risiko

tinggi

tinggi

1. Induksi / augmentasi dengan oksitosin/prostaglandin

1. Induksi / augmentasi dengan oksitosin/prostaglandin

2. Auskultasi yang abnormal (takikardi, bradikardi atau deselerasi pada 2. Auskultasi yang abnormal (takikardi, bradikardi atau deselerasi pada

pemantauan intermiten) pemantauan intermiten) 3. Anaestesi epidural

3. Anaestesi epidural

4. Perdarahan intrapartum yang tidak diketahui sebabnya 4. Perdarahan intrapartum yang tidak diketahui sebabnya 5. Ibu demam

5. Ibu demam

6. Cairan ketuban mekoneal 6. Cairan ketuban mekoneal 7. Setelah amniotomi

7. Setelah amniotomi 8. Persalinan prematur 8. Persalinan prematur

Mekanisme pengaturan denyut jantung janin

Mekanisme pengaturan denyut jantung janin

Pengaturan denyut jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

Pengaturan denyut jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:

lain:

1.

1.

Sistem

Sistem

saraf

saraf

simpatis:

simpatis:

Sebagian besar berada dalam miokardium. Rangsangan saraf simpatis,

Sebagian besar berada dalam miokardium. Rangsangan saraf simpatis,

misalnya dengan obat beta adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut

misalnya dengan obat beta adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut

 jantung

 jantung

janin,

janin,

menambah

menambah

kekuatan

kekuatan

kontraksi

kontraksi

jantung,

jantung,

dan

dan

meningkatkan

meningkatkan

volume

volume

curah jantung. Dalam keadaan stres, sistem saraf simpatis ini berfungsi

curah jantung. Dalam keadaan stres, sistem saraf simpatis ini berfungsi

mempertahankan aktivitas jantung. Hambatan pada saraf simpatis, misalnya

mempertahankan aktivitas jantung. Hambatan pada saraf simpatis, misalnya

dengan beta blocker, akan menurunkan frekuensi dan sedikit mengurangi

dengan beta blocker, akan menurunkan frekuensi dan sedikit mengurangi

variabilitas denyut jantung janin.

variabilitas denyut jantung janin.

2.

2.

sistem

sistem

saraf

saraf

parasimpatis:

parasimpatis:

Terutama terdiri atas serabut n.Vagus berasal dari batang otak. Sistem saraf

Terutama terdiri atas serabut n.Vagus berasal dari batang otak. Sistem saraf

ini akan mengatur nodus SA, VA dan neuron yang terletak di antara atrium dan

ini akan mengatur nodus SA, VA dan neuron yang terletak di antara atrium dan

ventrikel jantung. Rangsangan n.Vagus misalnya dengan asetilkolin, akan

ventrikel jantung. Rangsangan n.Vagus misalnya dengan asetilkolin, akan

menurunkan frekuensi djj, sedangkan hambatan n. Vagus misalnya dengan atropin

menurunkan frekuensi djj, sedangkan hambatan n. Vagus misalnya dengan atropin

akan meningkatkan denyut jantung janin.

akan meningkatkan denyut jantung janin.

3.

Kemoreseptor

(4)

Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian perifer yang terletak di dae

Terdiri atas 2 bagian yaitu bagian perifer yang terletak di dae

rah karotid dan

rah karotid dan

korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini

korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini

berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah

berfungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah

serta otak.

serta otak.

4.

4.

Susunan

Susunan saraf

saraf pusat

pusat

Variabilitas djj akan meningkat sesuai aktivitas otak

Variabilitas djj akan meningkat sesuai aktivitas otak dan gerakan janin. Pada

dan gerakan janin. Pada

keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun maka variabilitas djj juga akan

keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun maka variabilitas djj juga akan

menurun. Rangsangan pada hipotalamus akan menyebabkan takhikardia.

menurun. Rangsangan pada hipotalamus akan menyebabkan takhikardia.

5.

5.

Sistem

Sistem

Hormonal

Hormonal

juga

juga

berperan

berperan

dalam

dalam

pengaturan

pengaturan

denyut

denyut

jantung

jantung

 janin.

 janin.

Pada keadaan stres, misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan

Pada keadaan stres, misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan

mengeluarkan epinefrin dan noepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan

mengeluarkan epinefrin dan noepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan

kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.

kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.

Bagaimana mendeteksi denyut jantung janin dan kontraksi uterus

Bagaimana mendeteksi denyut jantung janin dan kontraksi uterus

Terdapat 2 cara untuk memonitor denyut jantung janin lebih dan kontraksi

Terdapat 2 cara untuk memonitor denyut jantung janin lebih dan kontraksi

uterus. Cara pertama secara eksternal dan cara lain secara internal. Cara internal

uterus. Cara pertama secara eksternal dan cara lain secara internal. Cara internal

adalah dengan menggunakan elektrode yang diletakka

adalah dengan menggunakan elektrode yang diletakkan di kepala janin. Sedangkan

n di kepala janin. Sedangkan

cara eksternal adalah menggunakan elektrode yang diletakkan di seputar abdomen

cara eksternal adalah menggunakan elektrode yang diletakkan di seputar abdomen

ibu hamil.

ibu hamil.

Kontraksi uterus dipantau dengan menggunakan tokodinamometer yang

Kontraksi uterus dipantau dengan menggunakan tokodinamometer yang

sensitif terhadap perubahan tekanan yang diletakkan pada perut ibu pada cara

sensitif terhadap perubahan tekanan yang diletakkan pada perut ibu pada cara

eksterna. Pada cara interna adalah dengan mengukur langsung tekanan

eksterna. Pada cara interna adalah dengan mengukur langsung tekanan

intrauterin, caranya dengan meletakkan semacam kateter intraamnion. Cara

intrauterin, caranya dengan meletakkan semacam kateter intraamnion. Cara

internal lebih rumit dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi intrauterin.

internal lebih rumit dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi intrauterin.

Sedangkan cara ekstrauterin lebih mudah, nyaman dan aman digunakan oleh ibu

Sedangkan cara ekstrauterin lebih mudah, nyaman dan aman digunakan oleh ibu

hamil.

hamil.

Tokodinamometer dapat mengukur dan merekam frekwensi, regularitas,

Tokodinamometer dapat mengukur dan merekam frekwensi, regularitas,

dan durasi kontraksi uterus. Tekanan intrauterin dan tanda klinis dapat

dan durasi kontraksi uterus. Tekanan intrauterin dan tanda klinis dapat

dihubungkan dengan gambaran gejala yang timbul berdasarkan tingginya tekanan.

dihubungkan dengan gambaran gejala yang timbul berdasarkan tingginya tekanan.

0

0

 –

 –

10

10

mmHg

mmHg

:

: Tonus

Tonus basal

basal

>

> 20

20

mmHg

mmHg

:

: Kontraksi

Kontraksi uterus,

uterus, teraba

teraba pada

pada abdomen

abdomen

>

(5)

> 50 mmHg

: Kontraksi efektif untuk mengeluarkan janin.

 Yang harus diwaspada dari todinamometer ini adalah gambaran

hiperstimulasi yaitu terdapat kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit.

Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik. Kondisi-kondisi tersebut harus

diwaspadai karena akan menyebabkan hipoksia pada uteroplasenter yang pada

akhirnya menyebabkan hipoksia pada janin.

B as e Line

 denyut jantung janin

B as e line

 adalah rata-rata denyut jantung janin selama pemantauan minimal

10 menit.

Tingkat

bas e line

 dapat diklasifikasikan:

> 180 bpm takhikardia berat

160 - 180 bpm takhikardia sedang, tidak selalu patologis

110 - 160 bpm normal

100 - 110 bpm bradikardia ringan

< 100 bpm bradikardia berat

Puncak

Tonus

Kardiografi

Tokografi

3

2

1

(6)

Gambar 1: Gambaran kardiotokografi normal

Keterangan: base line 140-150 bpm, variabilitas > 5 bpm, akselerasi +, tidak

terdapat deselerasi. Tokodinamometer: tonus 45-50 mmHg, frekuensi 3 x/10

menit,

lamanya 60-70 detik.

Perubahan periodik denyut jantung janin

Perubahan pola DJJ dapat terjadi karena terjadinya keseimbangan antara

saraf simpatis dan parasimpatis dari janin. Simpatis meningkatkan aktifitas

 jantung dan parasimpatis berperan sebaliknya. Pada janin yang berada dalam

kondisi baik dalam hal

ini kondisi otak dan sistim persarafan dicerminkan dengan adanya variabilitas

yang normal. Variabilitas terdapat 2 macam yaitu: jangka pendek (

beat to beat

variability 

) dan jangka panjang ( gelombang ritmik). Jangka pe ndek tidak bermakna

secara klinis karena sulit untuk dianalisis secara visual, seda ngkan jangka panjang

sangat mudah untuk dinilai

Variabilitas dapat dikelompokkan;

1.

Absen atau variabilitas yang tidak terdeteksi

2.

variabilitas minimal ( < 5 beat per-minute (bpm))

3.

variabilitas moderat (6

 –

 25 bpm)

4.

 Marked vari ability 

 (> 25 bpm)

Hilangnya variabilitas dalam jangka lama harus difikirkan k ondisi mencurigakan

karena adanya hipoksia pada janin. Kondisi lain yang mempunyai gambaran yang

(7)

sama adalah pada kasus immaturitas, janin tidur, atau penggunaan obat pada ibu

yang menekan fungsi sistim saraf pusat.

Suatu keadaan variabilitas jangka pendek menghilang, sedangkan variabilitas

 jangka panjang tampak dominan sehingga tampak gambaran sinusoidal. Hal ini

sering ditemukan pada: hipoksia janin berat, anemia kronik, fetal eritroblastosis,

dll. Biasanya gambaran sinusoidal merupakan gambaran outcome janin yang

buruk.

Akselerasi

Akselerasi adalah meningkatnya djj dalam waktu yang pendek. Kriteria

untuk akselerasi adalah 15 bpm atau lebih dengan durasi 15 detik atau lebih.

Biasanya berhubungan dengan gerakan anak atau kontraksi uterus. Terdapatnya

akselerasi salah satu kriteria kondisi janin dalam keadaan baik.

Akselerasi dapat dibedakan karena penyebab kontraksi uterus dan oleh karena

gerakan janin.

1.

Uniform acceleration, terjadi karena kontraksi uterus

2.

Variable acceleration, terjadi karena gerakan atau rangsangan pada

 janin.

Gambar 2 : Pada gambar 2 tampak akselerasi yang dipengaruhi oleh kontraksi

uterus

(8)

TEKNOLOGI KARDIOTOKOGRAFI

A. Deskripsi Tentang Kardiotokografi (CTG)

Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut

 Fetal Monitor 

merupakan salah satu alat

elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan dan kondisi

kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada

saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin

(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim.

Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka

kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksi janin dalam rahim. Pada

dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksi

 janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari

hasil pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut

 jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim

yang adekuat.

B. Perkembangan Teknologi Kardiotokografi

Kardiotokografi (KTG) Sonicaid System 8002adalah suatu kardiotokograf

terbaru yang terkomputerisasi dimana sebagian besar interpretasi hasil rekaman

(9)

 pen il ai an kes eja ht er aa n ja ni n di la kuk an ol eh ko mp ute r yang te rd ap at di da la mn ya.

Cara pembacaan hasil rekaman KTG ini ada perbedaan dengan KTG yang

konvensional.Pada KTG Sonicaid System 8002, dokter pemeriksa akan memperoleh

sejumlah hasil interpretasi komputer terhadap semua data rekaman aktivitas / kondisi

 ja nin da n ib u se rt a an ju ra n ya ng dip er lu ka n. Ke pu tu s an ak hi r te ta p ada pad a

tangandokter yang bersangkutan setelah juga menilai keadaan klinis dan memberikan

 pen je la sa n pa da pa si en /k el ua rganya (i nfo rm ed co ns en t) . Pe mer ik saan in i

ditujukanuntuk menilai kesejahteraan janin dan dapat dimulai sejak kehamilan

28

minggu (setelah fungsi sistem saraf otonom berfungsi sempurna)

C. Pemeriksaan Dengan Kardiotokografi

Cara pemantauan dengan kardiotokografi bisa dilakukan secara langsung

(invasive/internal) yakni dengan alat pemantau yang dimaksudkan dengan rongga rahim atau

secara tidak langsung (non infasif/eksternal) yakni dengan alat yang dipasang pada dinding perut

ibu. Pada saat ini cara eksternal yang lebih populer karena bisa dilakukan selama antenatal

ataupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediksi positif yang kurang lebih sama dengan

cara internal yang lebih invasive.

Yang diperiksa dengan kardiotokografi adalah :

-Gerak nafas janin,gerak janin,tonus janin

-Kelainan bentuk tubuh ,letak ,biometri janin

-Taksiran bb dan Umur kehamilan

-Jumlah cairan amnion, Keadaan dan letak Placenta

-Pola denyut jantung janin & EKG

Pemeriksaan KTG biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya

terdiri dari :

1. IBU

a. Pre-eklampsia-eklampsia

 b. Ketuban pecah

c. Diabetes melitus

d. Kehamilan ³ 40 minggu

e. Vitium cordis

f. Asthma bronkhiale

g. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO

h. Infeksi TORCH

i. Bekas SC

 j. Induksi atau akselerasi persalinan

k. Persalinan preterm

(10)

l. Hipotensi

m. Perdarahan antepartum

n. Ibu perokok 

o. Ibu berusia lanjut

 p. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, pen yakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung,

dan penyakit tiroid.

2. JANIN

a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

 b. Gerakan janin berkurang

c. Suspek lilitan tali pusat

d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin

e. Hidrops fetalis

f. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.

g. Mekoneum dalam cairan ketuban

h. Riwayat lahir mati

i. Kehamilan ganda

 j. Dan lain-lain

SYARAT PEMERIKSAAN KTG

1. Usia kehamilan ³ 28 minggu.

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).

3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG terkomputerisasi) sesuai

 buku petunjuk dari pabrik.

INDIKASI KONTRA KTG

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun

 janin.

D. ANALISA

Setelah perekaman data selama 10 menit, dan kemudian setiap dua menit

berikutnya, komputer akan melakukan analisa terhadap data yang masuk, dan

kemudian menampilkannya pada layar monitor. Bila rekaman abnormal, akan tampak

kalimat “STOP”, sebaliknya bila normal akan tampak kalimat

“CONTINUE”.

Seteleh kriteria Dawes/Redman terpenuhi, komputer akan memberi tanda

berupa bunyi alarm sebanyak dua kali. Lama pemeriksaan maksimal adalah 60 menit,

umumnya 30 menit sudah memadai. Pada kasus khusus dapat dilakukan perangsangan

vibroakustik sebelum rekaman KTG dimulai dan lama pemeriksaan cukup 10

 20

(11)

menit. Adanya episoda variasi tinggi menunjukkan janin dalam keadaan normal dan

merupakan petunjuk penting. Pada kehamilan 28-33 minggu, sebanyak 16,2% janin

normal memiliki < 2 akselerasi per jam, dan pada kehamilan 34-41 minggu sebanyak

7,3%; tetapi hanya 0,7% janin normal memiliki episode variasi tinggi selama kurang

dari 10 menit pada kehamilan ≥ 28 minggu. Oleh karena itu episode variasi tinggi

merupakan indikator yang lebih baik terhadap kesejahteraan janin, dibanding dengan

adanya akselerasi. Variasi tinggi terjadi pada saat janin dalam keadaan aktif,

sedangkan variasi rendah terjadi pada saat janin tidur.

a. Frekuensi Denyut Jantung Basal.

Frekuensi denyut jantung basal adalah nilai rata-rata dari seluruh periode

variasi rendah DJJ. Frekuensi DJJ basal tinggi (160-170 dpm) bukanlah keadaan yang

membahayakan janin selama short term variability (STV) n ormal dan tidak ada

deselerasi lambat. Frekuensi DJJ basal > 170 dpm menunjukkan kemungkinan adanya

infeksi pada janin.

Bila frekuensi basal DJJ < 105 dpm harus segera dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk mencari penyebabnya dan melakukan tindakan yang tepat. Sangat jarang

dijumpai pada janin normal usia 38-42 minggu terdapat frekuensi basal DJJ

110-115 dpm. Nilai batas normal DJJ adalah 110-115 dpm, bila nilai tersebut dicapai, maka

alarm akan berbunyi. Pada hasil cetakan (print out) akan tertulis : “WARNING low

basal FHR. Check that FHR does not continue to fall. Fetal movements present ?

Sinusoidal rhythm ?”.

b. Akselerasi

Akselerasi adalah peningkatan frekuensi DJJ sebanyak 10 dpm diatas

nilai dasar rata-rata (base-line) DJJ selama 15 detik ATAU peningkatan 15 dpm di

atas baseline selama ≥ 15 detik.

c. Deselerasi

Deselerasi adalah penurunan DJJ di bawah frekuensi dasar normal DJJ. Bila

terdapat penurunan maksimal 10 dpm selama lebih dari 1 menit atau penurunan lebih

dari 20 dpm selama lebih dari 30 detik disebut deselerasi. Deselerasi lebih dari 20

dpm akan tampak sebagai garis merah pada layar monitor. Setiap deselerasi harus

segera dicari penyebabnya dan dilakukan penanganan segera.

d. Variasi Tinggi dan Variasi Rendah. (High and Low Variation)

Ambang batas variasi tinggi adalah 32 milidetik dan variasi rendah adalah 30

milidetik. Episode variasi tinggi dan variasi rendah akan tampak sebagai gambaran

garis penuh berwarna hitam pada bagian atas rekaman KTG. Variasi tinggi akan

(12)

tampak di atas garis batas, dan variasi rendah akan tampak di bawah garis batas.

Variasi ini secara otomatis akan dikoreksi oleh komputer sesuai dengan usia gestasi.

e. “Short Term Variation” (STV)

Evaluasi STV merupakan parameter terpenting dan paling baik menggambarkan

kesejahteraan janin. Rekaman ini dilakukan dari menit ke menit dengan interval 1/16

menit . Pada penilaian STV dimana tidak ada gambaran variasi tinggi DJJ berkorelasi

kuat dengan terjadinya asidosis metabolik dan kematian janin intra uterin sbb :

f. Gerak Janin

Selama perekaman KTG, pasien diminta menekan bel yang disediakan setiap ibu

merasakan gerakan janinnya. Bila jumlah gerakan janin kurang, akan tampak tulisan

“CHECK” pada layar monitor. Pada hasil rekaman KTG akan tertulis jumlah rata

-rata

gerakan janin per jam .

g. Puncak Kontraksi (Contraction Peaks).

Kontraksi akan terekam apabila tekanan intra uterin meningkat melebihi 16%

dari nilai dasar (baseline ) dan lamanya ≥ 30 detik. Jumlah kontraksi akan tertulis

pada hasil rekaman KTG.

h. Rekaman Tokometri

Bila dalam 10 menit tidak ada perubahan tekanan intra uterin (tokometri)

makan komputer akan memberikan tanda alarm dan tampak tulisan “CHECK TOCO”;

lakukan pemeriksaan segera apakah pemasangan tokokometernya sudah tepat atau

belum (terlalu longgar atau bergeser).

i. “Signal Loss”

Selama perekaman KTG, komputer akan selalu memeriksa jumlah data yang

hilang (signal loss). Persentasi kehilangan data pada perekaman 5 menit terakhir akan

tampak pada kanan bawah layar monitor. Bila kehilangannya terlalu tinggi, akan

terdengar alarm dari komputer dan tampak tulisan “CHECK TRANSDUCER” pada layar

monitor. Lakukan perbaikan letak transduser seperlunya dan bila perlu pembatalan

rekaman, tekan “C”. Signal loss < 10 % masih dapat di terima untuk pembacaan hasil

rekaman KTG. Bila signal loss terlalu banyak rekaman harus diulangi.

Bila signal loss yang terjadi pada keadaan deselerasi lebih dari 20 dpm < 25%,

akan timbul tanda bintang (*). Bila signal loss antara 25-50% akan keluar tanda (?)

menunjukkan keragu-raguan (dubious nature). Bila signal loss > 50% maka data

tersebut tidak akan dihitung sebagai deselerasi atau akselerasi). Bila signal loss

> 80%, maka program akan berhenti dan harus dilakukan pemeriksaan baru dari awal

lagi (new start).

(13)

Bila rekaman DJJ terlalu tinggi atau rendah dibanding frekuensi dasar, mungkin

akan memberikan data yang salah (eror), mungkin yang terekam adalah nadi ibu.

Pada layar monitor akan tampak tulisan “CHECK TRANSDUCER” dan tu lisan “ERROR”

pada hasil rekaman KTG. Lakukan pemeriksaan letak transduser untuk memperbaiki

rekaman KTG tersebut.

k. Tanda Bintang (Asteriks)

Tanda bintang (*) akan selalu tampak pada sisi kanan parameter yang diukur.

Tanda (*) tersebut menunjukkan adanya abnormalitas pada parameter yang dinilai.

Pada kelainan yang lebih berat akan tampak dua buah tanda (**). SETIAP ADA TANDA

BINTANG, SEGERA LAPOR PADA DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN TERSEBUT DAN

CARI SERTA ATASI PENYEBABNYA.

Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan terdapatnya dua buah tanda

bintang (**) :

1. DJJ ≤ 115 dpm

atau > 160 dpm selama kurang dari 30 menit.

2. Deselerasi > 100 dpm atau deselerasi selama < 30 menit.

3. Tidak ada gerakan janin dan akselerasi < 3.

4. Tidak ada variasi tinggi (high variation).

5. STV < 3 milidetik.

6. Tidak ada akselerasi dan terdapat gerak janin < 21 gerak/jam atau long term

variation (LTV) pada garis tinggi (HI) dibawah 10 persentil.

7. LTV pada garis tinggi (HI) dibawah 1 persentil.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan terdapatnya satu buah tanda bintang (*) :

1. STV < 4 milidetik tetapi ≥ 3 milidetik.

2. DJJ abnormal (diluar angka 116-

160 dpm), tetapi lama rekaman ≥ 30 menit.

3. Terdapat deselerasi, tetapi lamanya tidak memenuhi kriteria perekaman data.

F. DOKUMENTASI

Setiap rekaman KTG harus dibuat dokumentasi, bisa dalam bentuk hasil cetakan

printer atau direkam dalam disket komputer. Sebaiknya kedua hal tersebut dilakukan

bagi setiap pasien. Data dalam disket disimpan oleh rumah sakit, sedangkan hasil

cetakan diberikan kepada pasien. Di Inggris, rekaman KTG disimpan selama 25 tahun,

hal ini berkaitan dengan aspek medico legal. Sudah saatnya kita memperhatikan hal

ini, terutama dalam hal melakukan interpretasi yang benar dan tindakan lanjutannya.

(14)

Alat Kardiotokografi (CTG) atau Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan  janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin

dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.

Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut  jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter

kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya. Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berj alan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Cardiotocography (CTG) ?

(15)

3. Apa saja Syarat Pemeriksaan CTG ?

4. Apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG ? 5. Bagaimana cara kerja CTG ?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui dan memahami pengetian Cardiotocography (CTG) 2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Mekanisme pengaturan DJJ 3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja syarat P emeriksaan CTG

4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi I ndikator Pemeriksaan CTG 5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara kerja C TG

A.

BAB II

PEMBHASAN

A. PENGERTIAN CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)

Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung  janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.

Apabila kemungkinan terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut  jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter

kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan segera.

Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.

(16)

Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit

PENGERTIAN UMUM CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)

Suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut  jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.Pemeriksaan CTG penting

dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam ke adaan: 1) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll) 2) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine G rowth Retriction)

3) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali) 4) Polihidramnion (air ketuban berlebih)

B. Mekanisme pengaturan DJJ : (normal 120-160dpm)

a. Sistem Saraf Simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat (beta adrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekruensi & curah jantung.

b. Sistem Saraf Para Simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari batang otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin) akan menurunkan kerja  jantung, frekruensi dan curah jantung, sedangkan hambatan pada N.Vagus (ex atropin) akan

meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.

c. Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merangsang N.Vagus untuk menurunkan kerja, frekruensi dan curah  jantung

d. Kemoreseptor yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak (sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan otak. Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akan mengakibatkan takhikardi sehingga aliran darah bnayak dan O2 meningkat pd darah dan cairan otak

e. Sistem Saraf Pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.

f. Sistem Hormonal, padakeadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk meningkatkan kerja, frekruensi dan curah jantung.

(17)

1. Basa fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan kontraksi ut. 2. Reactivity, merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan ko ntraksi.

3. Baseline Rate

Normal 120-160dpm, ada juga yang membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika djj > 160dpm, dan bradikardi jika djj < 120dpm.

4. Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Ke hamilan preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu hipertiroid, Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).

Variabilitas DJJ

suatu gambaran osilasi yang tidak teratur yang tampak pada rekaman djj, dan merupakan hasil dari interaksi antara saraf simpatis (kardioakselerator) dengan sistem para (kardiodeselerator). Pada keadaan hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang.

Dibedakan atas dua : variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang dibedakan lagi : normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), me nghilang (<2dpm) dan saltatory (>25dpm).

Perubahan Periodik DJJ

suatu perubahan pola djj yang berhubungan dengan kontraksi dan gerakan janin (akselerasi dan deselerasi).

Indikasi CTG : Hipertensi, DMG, gerak janin kurang, riw. obstetri jelek, PRM, postterm, oligohidramnion, polihidramnion, gamelli, iugr, ibu dengan penyakit penyerta, kehamilan dengan anemia.

C. Syarat Pemeriksaan CTG 1. Usia kehamilan mulai 28 minggu

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan) 3. Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui

4. Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan 5. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

6. Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

7. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.

8. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.

(18)

9. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

D. Indikator Pemeriksaan CTG

Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada: IBU 1. Pre-eklampsia-eklampsia 2. Ketuban pecah 3. Diabetes melitus 4. Kehamilan 40 minggu 5. Vitium cordis 6. Asthma bronkhiale

7. Inkompatibilitas Rhesus atau ABO 8. Infeksi TORCH

9. Bekas SC

10. Induksi atau akselerasi persalinan 11. Persalinan preterm

12. Hipotensi

13. Perdarahan antepartum 14. Ibu perokok

15. Berusia lanjut (>35 tahun)

16. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

17. Untuk kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan janin.

JANIN

1. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) 2. Gerakan janin berkurang

(19)

4. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin 5. Hidrops fetalis

6. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar. 7. Mekoneum dalam cairan ketuban

8. Riwayat lahir mati 9. Kehamilan ganda.

Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia kehamilan 28 minggu untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:

a) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)

b) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Ute rine Growth Retriction)

c) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)

d) Polihidramnion (air ketuban berlebih)

E. Cara Kerja CTG

1. PERSIAPAN PEMERIKSAAN CTG

Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.

Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.

Konsultasi langsung dengan dokter kandungan 2. PROSEDUR

Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

Kosongkan kandung kencing.

Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.

(20)

Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..

Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.

Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.

Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.

Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).

Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).

Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali

Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung j awab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.

PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASI EN.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam hal Kebidanan alat  –  alat elektronik juga menjadi suatu keharusan untuk mendukung pelayanan kebidanan yang jauh lebih baik .Selama masa kehamilan tentunya ibu selalu berharap yang terbaik untuk janin di dalam kandungan.Alat – alat elektronik pun berperan penting dalam membantu selama proses kehamilan dan pelayanan dalam ke bidanan.Dalam menyatakan kecepatan denyut jantung, yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beat per m enit – bpm). Heart rate dapat diperoleh dari EKG. Dopler adalah alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat non invasif. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala

(21)

pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Alat Kardiotokografi (CTG) atau  juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Dengan mengenal alat- alat elektronik pelayanan kebidanan agar kita dapat mengetahui dan menggunakan alat

 – alat tersebut sebagaimana mestinya.

B. Saran

Kepada mahasiswa untuk lebih mengenal alat-alat elektronik kebidanan beserta fungsi dan cara kerja sehingga dapat menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya.

Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan pelayanan kebidanan lebih akurat dengan dipermudah dengan alat-alat elektronik kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

http://dikamed.com/kardiotokografi-ctg-alat-memantau-kesejahteraan-janin-yang-wajib-dimiliki-fasilitas-pelayanan-persalinan.html

(22)

KATA PENGANTAR 

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT . Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan junjungan dan suri tauladan kita Nabi besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Cardiotokografi.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

orang-orang yang telah berperan penting sehingga dapat terselesaikannya Makalah ini, antara lain

:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah kesehatan, kekuatan dan ilmu pengetahuan kepada penulis sebagai satu anugerah yang tidak ternilai harganya.

2. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan doa maupun dukungan

selama penyelesaian Tugas Makalah ini.

3. Dra. Sudarwati, AMK. M.Mkes selaku dosen Ketrampilan Dasar Kebidanan II di AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharap segala bentuk saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas makalah ini. Sebagai akhirkami berharap agar tugas makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi kajian bagi banyak pihak.

(23)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2Tujuan... 2 BAB IIPEMBAHASAN... 2 2.1Pengertian... 2 2.2Indikasi... 3

2.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi... 5

2.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi... 5

2.5 Persiapan Pasien... 5

2.6 Cara Melakukan... 6

2.7 Cara Melakukan... 7

BAB III PENUTUP... 10

LAMPIRAN GAMBAR... 11

DAFTAR PUSTAKA... 13

(24)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa j auh gangguan tersebut dan akhirnya me nentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.

Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.

Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan  janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."

Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan me ncegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir m ati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian cardiotokografi

2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi c ardiotokografi

3. Mengetahui persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan car diotokografi 4. Mengetahui cara menginterpretasi hasil pemeriksaan cardiotokografi

5. Mengetahui manfaat pemeriksaan cardiotokografi dalam ke hamilan dan persalinan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian

(25)

Kardio denyut jantung Toko kontraksi uterus

Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian atas catatan dan kontraksi dibawahnya. Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan  janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya ( fetal-wellbeing).

Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat : 1. Denyut jantung janin

2. Kontraksi Rahim 3. Gerakan janin.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung  janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut  jantung janin.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test ). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

2.2 Indikasi

Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari : 1. IBU a) Pre-eklampsia-eklampsia b) Ketuban pecah c) Diabetes mellitus d) Kehamilan > 40 minggu

(26)

e) Vitium cordis

f) Asthma bronkhiale

g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO

h) Infeksi TORCH

i) Bekas SC

 j) Induksi atau akselerasi persalinan

k) Persalinan preterm.

l) Hipotensi.

m) Perdarahan antepartum.

n) Ibu perokok.

o) Ibu berusia lanjut.

p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

2. JANIN

a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

b) Gerakan janin berkurang

c) Suspek lilitan tali pusat

d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin

e) Hidrops fetalis

f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.

g) Mekoneum dalam cairan ketuban

h) Riwayat lahir mati

i) Kehamilan ganda

(27)

2.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi 1. Usia kehamilan > 28 minggu.

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan). 3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

2.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin.

2.5 Persiapan Pasien

1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

2. Kosongkan kandung kencing.

3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.

5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum maksimum DJJ. 6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.. 7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.

8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi. 9. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.

10.Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai). 11.Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.

12.Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).

(28)

14. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

15.Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.

2.6 Cara Melakukan

Persiapan tes tanpa kontraksi :

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa. Prosedur pelaksanaan :

1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri 2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit

3. Dipasang kardio dan tokodinamometer 4. Frekuensi jantung janin dicatat

5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi 6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)

8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual

2.7 Cara Membaca

Pembacaan hasil : 1. Reaktif, bila :

a) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit b) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit

c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit

d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian

(29)

e) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu

2. Tidak reaktif, bila :

a) Denyut jantung basal 120-160 kali per m enit b) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit

c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit

d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT). 3. Sinusoidal, bila :

a) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal b) Tidak ada gerakan janin

c) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

4. Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :

a) Bradikardi

b) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.

Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian.

(30)

Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

5. Saat persalinan….

a) Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.

b) Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi

c) Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat : Deselarasi lambat berulang

Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm) pewarnaan mekonium

Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )

Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 j am)

BAB III PENUTUP

NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

AbarwatiA, E R , Sunarsih,T, (2011),KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi , Nuha Medika, Yogyakarta, Jee, Lofever, J, ( 1997 ),Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik , Edisi 6, EGC, Jakarta. http://citraabadi2010.blogspot.com/2012/02/cardiotokografi.html

Interpretasi Kardiotokografi

KARDIOTOKOGRAFI

Denyut jantung secara normal dimodulasi oleh sistem syaraf simpatik dan parasimpatik berdasarkan respon baroreseptor dan kemoreseptor. Kontrol regulator juga tergantung faktor-faktor lain sebagai  berikut:

Faktor Lokasi Cara Kerja Efek 

Divisi

Parasimpatik

dari Sistem

syaraf otonom

Serabut N. Vagus

mensuplai nodus

Sinoatrial dan nodus

atrioventrikular

Stimulasi menyebabkan

 pelepasan asetilkolin pada sinap

mioneural

Denyut jantung janin

 berkurang

Mempertahankan

variabilitas beat to beat

Divisi Simpatik

dari sistem

syaraf otonom

Terdistribusi luas

 pada miokardium

Stimulasi menyebabkan

 pelepasan nerepinefrin pada

sinaps

Meningkatkan DJJ

Meningkatkan kekuatan

kontraktilitas miokard

Baroreseptor

Reseptor regang

 pada lengkung aorta

dan sinus karotis

 pada percabangan

Berespon terhadap peningkatkan

tekanan darah dengan

menstimulasi reseptor regang

untuk mengirim impuls via

nervus vagus atau

Menurunkan DJJ

Menurunkan tekanan

darah

(32)

arteri karotis interna

dan eksterna

glossofaringeal ke otak tengah,

menimbulkan respon vagal dan

menurunkan aktivitas jantung

Menurunkan output

kardiak

Kemoreseptor

Perifer : badan

karotis dan aorta

Sentral : medula

oblongata

Berespon terhadap penurunan

yang bermakna O2 dan

 peningkatan CO2 di perifer.

Kemoreseptor sentral bererspon

terhadap penurunan tekanan O2

dan CO2 pada darah dan/atau

cairan serebrospinal

Bradikardia, kadang

dengan peningkatan

variabilitas

Takikardi dan

 peningkatan tekandan

darah dengna

 penurunan variabilitas

Sistem syaraf

 pusat

Korteks serebri

Hipotalamus

Medula oblongata

Berespon terhadap gerakan janin

Berespon terhadap tidurnya

anin

Mengatur dan koordinasi

aktivitas otonom (simpatik dan

 parasimpatik)

Mediasi reflek kardiak dan pusat

vasomotor dengan mengontrol

aksi jantung dan diameter

 pembuluh darah

Meningkatkan

reaktivitas dan

variabilitas

Menurunkan reaktivitas

dan variabilitas

Mempertahankan

keseimbangan

kardioakselerasi dan

kardiodeselerasi

Regulasi

hormonal

Medula adrenal

Korteks adrenal

Vasopresin

(katekolamin

 plasma)

Melepaskan epinefrin dan

norepinefrin dengan hipoksia

anin berat yang menyebabkan

timbulnya respon simpatis

Turunnya tekanan darah janin

menstimulasi pelepasan

aldosteron, penurunan output

natrium, meningkatkan retensi

cairan yang menyebabkan

meningkatnya volume darah

yang bersirkulasi

Menyebabkan vasokonstriksi

 pembuluh darah nonvital pada

fetus yang asfiksia

Meningkatnya DJJ

Meningkatnya kekuatan

kontraktilitas miokard

dan tekanan darah

Meningkatnya output

kardiak

Mempertahankan

homeostasis volume

darah

Distribusi aliran darah

untuk mempertahankan

DJJ dan variabilitas

Volume darah /

 pergeseran

cairan kapiler

Pergerakan cairan

antara kapiler dan

ruang intersisial

Berespon terhadap peningkatan

tekanan darah dengan

menyebabkan perpindarahn

Penurunan volume

darah dan tekanan

darah

(33)

dcairan keluar dari kapiler ke

ruang intersisial

Berespon terhadap tekanan

darah rendah dengan

menyebabkan cairan pindah dari

ruang intersisial ke kapiler

Peningkatan volume

dan tekanan darah

Tekanan

intraplasenta

Ruang intervilus

Cairan berpindah antara darah

anin dan ibu berdasarkan

tekanan osmotik dan gradien

tekanan darah; tekanan darah ibu

sekitar 100mmHg dan janin 55

mmHg; oleh karena itu

 penyeimbangan dijaga oleh

 beberapa compensatory factor

Meregulasi volume

darah dan tekanan

darah

Mekanisme

Frank-Starling

Berdasarkan

 peregangan

miokardium dengan

 peningkatan aliran

darah vena yang

masuk ke atrium

kanan

Pada orang dewasa miokardium

diregangkan dengan peningkatan

darah masuk, menyebabkan

antung berkontraksi dengan

daya yang lebih kuat dari

sebelumnya dan memompa

keluar lebih banyak darah; oleh

karena itu orang dewasa mempu

meningkatkan output kardiak

dengan meningkatkan denyut

antung dan stroke volume;

mekanisme ini belum

 berkembang dengan baik pada

anin

Output kardiak

tergantung dari denyut

antung janin :

Penurunan DJJ =

 penurunan kardiak

oupput dan sebaliknya

Faktor lain yang dapat mempengaruhi denyut jantung janin adalah gangguan seperti takikardi akibat hipertermia dan bradikardi hipotermia.

Frekuensi Dasar

Frekuensi dasar adalah irama intrinsik dari jantung janin. Evaluasi untuk menentukan frekuensi dasar dilakukan dalam pengamatan 10

– 20 menit. Secara definisi frekuensi dasar adalah irama jantung

 yang terjadi ketika tidak ada stress atau stimulasi pada fetus, contohnya:

ketika pasien tidak dalam persalinan

ketika janin tidak bergerak

(34)

ketika tidak ada stimulasi pada fetus seperti pemeriksaan dalam dan pemasangan elektroda

selama interval perubahan periodik.

Frekuensi dasar diatur oleh atrial pacemaker dan diseimbangkan dengan perpaduan antara cabang syaraf otonom simpatik (kardioakselerator) dan parasimpatik (deselerator). Sebagai akibat belum matangnya sistem syaraf dan adanya dominasi simpatis, janin prematur pada usia gestasi sekitar 20 minggu menampakkan frekuensi dasar 160 dpm. Janin diatas 40 minggu dapat memiliki frekuensi antara 110

– 120 dpm. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh kontrol parasimpatis yang sedikit lebih

 besar. Pada janin aterm frekuensi dasar berkisar 120

– 160 bpm.

Takikardi : frekuensi dasar > 160 atau lebih dari 30 dpm dari frekuensi dasar normal selama durasi 10 menit atau lebih. Takikardi dibagi menjadi moderate dan marked. Moderate jika denyut  jantung berkisar 161

– 180 dpm, diasosiasikan dengan hipoksia ringan atau fetus secara progresif

menjadi lebih hipoksik. Marked takikardia jika denyut jantung >180 dpm, jika terdapat pula perubahan periodik DJJ dan /atau minimal atau tidak adanya variabilitas dianggap sebagai tanda nonreassuring. Penyebab takikardi dapat berupa hipoksia janin, ibu demam, obat-obatan parasimpatolitik (contohnya atropin, skopolamin, fenotiazin), obat-obatan elicit (kokain dan metamfetamin), ibu hypertiroid, janin anemia, gagal jantung janin, disritmia jantung janin. Intervensi dapat berupa obat penurun demam (jika ibu demam), jika penyebabnya adalah oksigenasi maka diberikan oksigen 100% 8-10 L/mnt dengan masker.

Bradikardia : frekuensi dasar <120 dpm (jika usia gestasi janin >40 minggu, <110 dpm) atau turun 30 dpm dari frekuensi dasar normal selama 10 menit atau lebih. Dapat disebabkan oleh hipoksia  janin lanjut, obat-obatan beta adrenergik bloking, anestesia (epidural, spinal, pudendal), hipotensi maternal, kompresi tali pusat prolong, disritmia jantung janin, hipotermia, maternal SLE, sitomegalo virus, prolong hipoglikemia maternal, congenital heart block. Bradikardia dapat merupakan tanda nonreassuring jika disertai dengan adanya deselerasi lambat dan hilangnya  variabilitas. Bradikardia dengan variabilitas rata-rata tanpa deselerasi lambat bukan merupakan

tanda fetal distress. Bradikardia dalam jangka waktu lama yang tidak berespon terhadap intervensi menggambarkan fetal distress lanjut dan kemungkinan preterminal event. Untuk memperbaiki oksigenasi fetus dan aliran darah uteroplasental minta ibu tidur dalam posisi miring, hidrasi, koreksi hipotensi maternal, oksigen 100% 8-10 L/mnt dengan masker dan hilangkan hiperstimulasi uterus.

 Variabilitas

 Variabilitas dapat dideskripsikan sebagai iregularitas normal irama jantung yang muncul akibat interaksi seimbang antara syaraf simpatik (kardioakselerator) dan parasimpatik (kardiodeselerator). Merefleksikan jalur neurologis yang intak, oksigenasi janin optimal dan menggambarkan oksigen  janin yang disimpan di jaringan. Selain itu, variabilitas intrapartum secara tidak

langsung menggambarkan toleransi janin terhadap persalinan.

 Variabilitas merupakan karakteristik denyut jantung janin yang paling penting. Fetus dengan  variabilitas normal (reassuring) mengindikasikan kapabilitas untuk mensentalisasi oksigen yang

tersedia dan akan mempertahankan kompensasi fisiologis.

Iregularitas normal lebih jauh dideskripisikan sebagai short term variability (STV) dan long term  variability (LTV).

Short Term Variability (STV) : perubahan denyut jantung janin dari satu denyut ke denyut  berikutnya (beat to beat) pada fetal EKG

Long Term Variability (LTV) : fluktuasi ritmik atau variasi siklik dengan amplitudo 6-10 dpm dari frekuensi dasar yang terjadi selama 3

– 10 siklus permenit. LTV dinilai dalam observasi 5

– 10

(35)

menit diantara kontraksi dan perubahan periodik serta mengeksklusi artefak. Penilaian : kurang/minimal : 0

 5 dpm, normal : 6-25 dpm, meningkata atau salsatory : > 25 dpm (AWHONN, 1993). Kategori lain adalah absen (0-2 dpm), minimal (3-5 dpm), rata-rata ( 6-10 dpm), moderate (11-25 dpm) dan marked (>(11-25 dpm).

Perubahan periodik pada denyut jantung janin danpa berupa perubahan periodik dan non periodik. Perubahan periodik adlah akselerasi atau deselerasi sementara yang selanjutnya akan kembali ke frekuensi dasar, dan biasanya merupakan respon terhadap kontraksi uterus. Perubahan non periodik adalah akselerasi atau deselerasi yang terjadi tanpa hubungan spesifik dengan aktivitas uterus, termasuk akselerasi spontan dan deselerasi variabel diantara kontraksi dan prolong deselerasi.

 Akselerasi

 Akselerasi adalah peningkatan sementara di atas frekuensi dasar dan dan dapat menyerupai bentuk kontraksi uterus. Amplitudonya biasanya 15 dpm atau lebih dan terjadi selama > 15 detik. Akselerasi dapat terjadi akibat gerak janin, pemeriksaan dalam, pemasangan elektroda, breech presentation, presentasi oksiput posterior, kontraksi uterus, tekanan fundal, palpasi abdomen. Akselerasi spontan sebagai respon gerak janin dan kontraksi uterus merupakan indikasi kewaspadaan sisten syaraf pusat  janin dan kesejahteraan janin dan merupakan tanda reassuring. Akselerasi seragan yang berulang  yang berhubungan dengan kontraksi uterus mengindikasikan respon inisial terhadap hipoksia ringan.

Deselerasi

Deselerasi dini: mulai sebelum kontraksi uterus mencapai puncak dan hilang bersamaan

dengan kontraksi uterus (berbentuk ‘mirror image’). Disebabkan oleh kompresi kepala. Umumnya

muncul pada dilatasi serviks >7 cm atau pada partus kala II. Bukan merupakan hal yang patologis.

Deselerasi lambat: deselerasi mulai pada atau setelah puncak kontraksi uterus dan menghilang setelah kontraksi uterus kembali ke nilai semula. Merupakan gambaran insufisiensi uteroplasenta. Meupakan tanda nonreassuring jika persisten dan tidak dapat dikoreksi, terutama jika disertai takikardia dan/atau variabilitas yang minimal atau absen. Insufisiensi uteroplasenta dapat disebabkan oleh hiperstimulasi uterus, hipotensi maternal, hipertensi pada kehamilan, hipertensi kronik, postmaturitas, amnionitis, janin kecil masa kehamilan (KMK), DM maternal, plasenta previa, solusio plasenta/syok maternal, regional anestesia (spinal, epidural), penyakit jantung maternal, anemia maternal, Rh isoimunisasi dan kondisi lain seperti penyakit kolagen vaskular & penyakit ginjal.

Deselerasi variabel : deselerasi yang terjadi akibat gangguan pada aliran darah umbilikus selama kontraksi uterus. Bentuk bervariasi seperti huruf U, V atau W. Onsetnya variabel tidak tergantung kontraksi uterus, sering mendahulu kontraksi dan diikuti dengan akselerasi singkat (shouldering). Ringan : deselerasi < 30 detik dan segera kembali ke frekuensi dasar; moderat : deselerasi < 80 dpm dengan durasi apapun dengan segera kembali dan segera kembali ke frekuensi dasar; berat : deselerasi < 60 dpm selama > 60 detik dan lambat kembalinya ke frekuensi dasar. Deselerasi variabel dapat terjadi pada keadaan posisi maternal dimana tali pusat perada diantara fetus dan pelvis ibu, tali pusat mengelilingi leher atau bagian tubuh lain, tali pusat pendek, ikatan tali pusat, prolaps tali pusat. Deselari variabel timbul pada 50% persalianan dan biasanya sementara dan dapat dikoreksi. Disebut deselerasi variabel yang reassuring jika: terjadi selama kurang dari 30

45 detik, segera kembali ke frekuensi dasar, frekuensi dasar tidak meningkat, variablitas tidak berkurang. Deselerasi berat tak terkoreksi terutama dijumpai dengan hilangnya variabilitas short term dan peningkatan frekuensi dasar, diasosiasikan dengan fetal asidosis, h ipoksia dan janin yang mengalami depresi neurologis.

(36)

Deselerasi Memanjang (Prolonged Deceleration) : deselerasi selama 60

 90 detik atau lebih di  bawah denyut jantung janin rata-rata. Paling sering diasosiasikan dengan prolaps tali pusat erat dan

deselerasi variabel berat yang progresif.

POLA AKTIVITAS UTERUS NORMAL

Disebut aktivitas uterus normal jika memiliki frekuenis lebih dari 2 menit diantara kontraksi, durasi kurang dari 90 detik dengan intensitas kurang dari 100mmHg dan memiliki resting tone 30 detik atau lebih pada tekanan kurang dari 20

25 mmHg. Kontraksi lebih dari 5 dalam 10 menit dianggap tidak normal.

INTERPRETASI CARDIOTOKOGRAM

 ANTEPARTUM

1. Normal

Disebut pola normal jika :

Frekuensi dasar antara 110

 150 dmp

Amplitudo variabilitas 5-25 dmpm

Tidak ada deselerasi, kecuali deselerasi sporadik dan ringan dengan durasi yang sangat ringan.

Dua atau lebih akselerasi dalam periode 10 menit 2. Suspicious

Disebut suspicious jika terdapat salah satu dari tanda di bawah ini:

Frekuensi dasar antara 150

 170 dpm atau antara 110

 100 dpm

Amplitudo variabilitas antara 5

 10 dpm selama 40 menit atau lebih

Peningkatan variabilitas diatas 25 dpm

Tidak ada akselerasi selama lebih dari 40 menit

Deselerasi sporadik apapun jenisnya kecuali berat 3. Patologis

Disebut pola patologis jika ditemukan salah satu tanda di bawah ini:

Frekuensi dasar kurang dari 100 atau diatas 170 dpm

Variabilitas kurang dari 5 dpm yang menetap lebih dari 40 mentig

Deselerasi apapi\un yang berulang dan terjadi periodik

Deselerasi sporadik dan tidak berulang pada tipe deselerasi variabel berat, prolong deselerasi, deselerasi lambat

Pola sinusoidal. Pola sinusoidal adalah perubahan siklik pada frekuensi dasar seperti ombak. Dengan karakteristik: frekuensi kurang dari 6 siklus/menit, amplitudo paling tidak 10 dpm dan durasi minimal 20 menit.

Gambar

Gambar 1: Gambaran kardiotokografi normal

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kelebihan tayangan di acara Sarah Sechan ini dibandingkan acara sejenis lainnya diantaranya memiliki kualitas gambar high definition yang tidak ditemui di

(2019) pengaruh negatif pada Busy CEO terhadap kinerja perusahaan dikarenakan CEO yang memegang dua atau lebih jabatan direktur lain diluar perusahaan akan terganggu atau

Pasar cukup terkejut pada akhir Februari karena tingkat inflasi yang lebih baik dari perkiraan di AS mencerminkan prospek pemulihan yang optimis setelah pandemi

Hasil diskusi pada 9 Oktober 2015 menyatakan bahwa tentunya pada batik hasil transformasi ter- dapat pengulangan, karena justru terlihat indah jika ada pengulangan. Tanggapan

Rancangan (desain) penambangan batubara dengan metoda tambang bawah tanah di bukaan tambang (pit) Sarang Burung, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan

Selain itu, saya juga akan meminta pendapat dari guru pembimbing dan rakan guru yang lain bagi meningkatkan lagi prestasi kerja saya pada masa akan datang dan bagi

Saya bersetuju bahawa berdasarkan kepada prinsip Al-Mudharabah dan lain-lain hukum Syariah yang berkaitan, sumbangan takaful saya kepada Syarikat dikreditkan ke

---.. Dari hal-hal yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja