LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN FISIOLOGIS
DI KAMAR BERSALIN RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Bidan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Oleh:
Revitalia Kusumaning Ayu Hapsari 105070601111017
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia kini menjadi salah satu dari 13 negara dengan angka kematian ibu tertinggi di dunia. Menurut WHO (2010) sekita 287.000 ibu meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, seperti perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%, dan penyebab tidak langsung (trauma obstetri) 5%. Dan sebagian besar kasus kematian ibu didunia terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Riskesdas, 2010).
Persalinan ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan profesional harus memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman. Hal ini tertuang dalam program Safe Motherhood. Program Safe Motherhood merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas serta menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan bagi negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut (Safrudin, dkk, 2009). Oleh karena itu asuhan persalinan normal yang berdasar pada asuhan sayang ibu perlu dilakukan
dengan benar oleh tenaga kesehatan untuk mendukung terlaksananya program pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan yang tepat pada ibu bersalin menggunakan 7 langkah varney 1.1.2 Tujuan Khusus
- Mampu mengkaji data subjektif - Mampu mengkaji data objektif
- Mampu mengidentifikasi masalah, diagnosa, dan kebutuhan pada ibu bersalin normal
- Mampu mengantisipasi diagnosa potensial dan masalah potensial pada ibu bersalin normal
- Mampu mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada ibu bersalin normal
- Mampu mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan pada ibu bersalin normal
- Mampu mengevaluasi setiap tindakan yang telah dilakukan pada ibu bersalin normal
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan laporan pendahuluan ini, antara lain:
5.2.1 Bagi mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan 5.2.2 Bagi RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Memberikan masukan dan sebagai pertimbangan dalam perbaikan kebijakan dibidang Obstetri dan Gynekologi supaya bisa memberikan pelayanan yang baik.
5.2.3 Bagi masyarakat
Memberikan informasi tentang intranatal yang berkualitas sehingga masyarakat bisa berperan serta dalam upaya penurunan Angka Kesakitan Ibu pada saat persalinan.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan laporan pendahuluan ini mencakup asuhan persalinan normal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN, 2008).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).
2.2 Insiden
Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (BkkbN, 2008).
Di Indonesia kelompok kehamilan risiko tinggi sekitar 34%.
Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu <18 tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar 9,4%. Sedangkan kategori risiko tinggi ganda sebesar 11,6%, dengan rincian: Umur <18 tahun dan jarak kelahiran < 24 bln sebesar 0,2%, Umur > 34 tahun dan jarak kelahiran < 24 bulan sebesar 0,1%, Umur > 34 tahun dan jumlah anak terlalu banyak (> 3 orang)sebesar 8,5%, Umur > 34 dan jarak kelahiran < 24 bulan dan jumlah anak terlalu banyak (> 3 orang)sebesar 1,1%, jarak kelahiran < 24 bulan dan jumlah anak yang terlalu banyak (> 3 orang) sebesar 1,8% (BkkbN, 2008).
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun bayi (BkkbN, 2008).
2.3 Etiologi
Hal yang menyebabkan timbulnya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain
dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi. Beberapa teori mengenai timbulnya persalinan (Prawirohardjo, 2010) yaitu :
1. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun (Prawirohardjo, 2010).
2. Teori plasenta menjadi tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim (Prawirohardjo, 2010).
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter (Prawirohardjo, 2010).
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul konterkasi uterus (Prawirohardjo, 2010).
5. Induksi partus (Induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan (Prawirohardjo, 2010) :
Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis srvikalis dengan tujuan merangsang fleksus Frankerhauser
Amniotomi : pemecahan ketuban
Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain (Manuaba, 2007):
A. Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul his.
B. Teori Oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
C. Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot- otot rahim makin rentan.
D. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
E. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
2.4 Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau
“harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tenda-tanda sebagai berikut (Prawirohardjo, 2010):
A. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)
B. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun
C. Poliuria dan miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin
D. False lowback pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena adanya kontraksi lemah dari uterus.
E. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir, darah dari vagina (bloody show).
2.5 Tanda dan Gejala Inpartu
A. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat (APN, 2008)
B. Keluar lendir dan darah lebih banyak (APN, 2008) C. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya (APN, 2008)
D. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan lengkap (APN, 2008)
2.6 Faktor-Faktor Persalinan a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari (Prawirohardjo,2010):
1). Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) a). Os. Coxae
- Os illium - Os. Ischium - Os. Pubis
b). Os. Sacrum = promotorium c). Os. Coccygis
2). Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet.
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet.
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.
Bidang-bidang:
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium.
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim (Prawirohardjo, 2010).
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari Prawirohardjo, 2010):
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat (Prawirohardjo,2010) :
1) Kontraksi simetris 2) Fundus dominan 3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi di luar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling).
6) Terasa sakit 7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his (Prawirohardjo,2010):
1) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim.
Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his (Prawirohardjo, 2010):
1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit.
2) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3 menit.
6) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental (Prawirohardjo, 2010).
Kelainan kontraksi Otot Rahim (Prawirohardjo, 2010), antara lain:
a) Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi: Inertia uteri primer: apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah.
2) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
- Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan inversion uteri.
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam Rahim.
c) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
1) Faktor usia penderita relative tua 2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin 4) Rasa takut dan cemas
c. Passenger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan (Prawirohardjo,2010).
Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang (Prawirohardjo,2010).
d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata (Prawirohardjo,2010).
Psikologis meliputi (Prawirohardjo,2010):
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual 2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan 2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image 3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan (Prawirohardjo,2010).
2.7 Kala Dalam Persalinan A. Kala I
Kala satu persalinan biasnya disebut kala pembukaan dimulai dari adanya kontraksi yang teratur dan meningkat (frekuensi, durasi, kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm) (APN, 2008).
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kla pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (APN, 2008).
Persalinan kala I disebut juga fase pematangan / pembukaan serviks dimulai pada waktu serviks membuka karena his (kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid).
Fase ini berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi) (APN, 2008).
Kala I Persalinan dimulai pada waktu serviks membuka karena his yaitu kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi).
Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I (APN, 2008).
Kala satu persalinan terbagi atas dua fase (APN, 2008):
1. Fase laten
Fase Laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka 3 cm, dengan lamanya waktu biasanya sekitar 7-8 jam.
2. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Servik membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm). Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase Aktif terbagi atas (APN, 2008) :
a. Fase akselarasi : yaitu pembukaan yang terjadi sekitar 2 jam, mulai pembukaan 3 cm menjadi pembukaan 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : yaitu pembukaan yang berlangsung 2 jam, pembukaan pada fase ini berlangsung sangat cepat, yaitu dari pembukaan 4 cm menjadi pembukaan 9 cm.
c. Fase deselerasi : yaitu pembukaan yang berlangsung 2 jam, dimulai dari pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida, biasanya mengalami perbedaan pada fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi yang lebih pendek. Pada primigravida kala 1 berlangsung sekitar 13 jam, sedangkang pada multigravida berlangsung sekitar 7 jam (APN, 2008).
Secara klinis dimulainya kala satu persalinan, ditandai dengan adanya his serta pengeluaran darah yang bercampur dengan lendir (bloody show). Lendir yersebut berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks membuka dan mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran- pergeseran karena serviks membuka (APN, 2008).
Mekanisme membukanya serviks berbeda atara primigravida dan multigravida. Pada primigravida OUI akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks menipis dan mendatar, kemudian OUE membuka. Pada multigravida OUI sudah sedikit membuka, pembukaan OUI dan OUE serta pembukaan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama (APN, 2008).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida dan multipara (APN, 2008):
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2. Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3. Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
B. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) da berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut dengan kala pengeluaran bayi. Pada primi gravida kala II berlangsung rata- rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (APN, 2008) .
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah (APN, 2008):
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina
Perineum menonjol
Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda pasti kala dua dipastikan dengan pemeriksaan dalam, yaitu (APN, 2008):
Pembukaan serviks telah lengkap, atau
Terlihatnya bagian kepala janin melalui introitus vagina
C. Kala III
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina (APN, 2008).
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal- hal di bawah ini (APN, 2008):
Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfield)
Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan plasental melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
D. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Rata- rata perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal. Pada kala empat dilakukan pemantauan tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua (APN, 2008).
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar (APN, 2008).
Penanganan
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
Biarkan ibu beristirahat
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Ajari ibu atau keluarga tentang :
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
2.8 Mekanisme Persalinan Normal
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul “seven cardinal movements of labor” terdiri (Wiknjosastro, dkk, 2009):
A. Engagement
Keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati PAP 70% kepala masuk PAP dengan SSM (Wiknjosastro, dkk, 2009).
Proses engagement
Normal sinklitismus à SS tepat antara simpisis pubis dan sacrum
Asinklitismus anterior : : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang. SS lebih dekat ke arah sacrum
Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan. SS lebih dekat ke arah simp pubis (parietal bone presentasion)
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium (Wiknjosastro, dkk, 2009).
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik.
Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak (Wiknjosastro, dkk, 2009).
- Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
- Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
- Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
B. Fleksi
Akibat tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul
Tujuan àterjadi engagemen dan desensus
Bila ada kesempitan panggul à terjadi ekstensi àletak defleksi (pres dahi/muka)
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal (Wiknjosastro, dkk, 2009).
C. Desensus
Penyebab
a. Tekanan cairan amnion b. Tekanan FU pada bokong c. Usaha meneran
d. Gerakan ekstensi tubuh janin
Faktor lain
a) Ukuran dan bentuk panggul b) Posisi bagian terendah janin
Engagmen adalah desencus dari diameter terendah kepala janin menuju PAP, bagian terendah kepala VERTEX berada setinggi spina ischiadica
Desencus berlanjut dan oksiput berputar dalam rongga panggul kearah depan, diameter oblig kanan sehingga oksiput bergerak kearah depan ke foramen obturatoria kiri, sekarang posisi kepala UUK kidep
UUK kidep o/k colon sigmoid pada kuadran ki posterior panggul.
D. Internal rotasi
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul (Wiknjosastro, dkk, 2009).
Desensus àbag terendah janin putar paksi àsejajar spina ischiadica (BTP)
Kepala dari posisi transversalàanterior / kadang posterior
Berakhir saat kepala mencapai dasar panggul E. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya (Wiknjosastro, dkk, 2009)..
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi (Wiknjosastro, dkk, 2009)..
Sumbu jalan lahir kedepan atas, gerakan ekstensi sebelum melewati PBP
Desensus àperineum teregang diikuti crowning
Penolong siap dengan perasat Ritgen
Ekstensi àseluruh kepala lahir F. Eksternal rotasi
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak (Wiknjosastro, dkk, 2009)..
Kepala lahiràrestitusiàkepala kembali pada posisi saat engagemen
Bahu desensus ke dalam panggul
Bahu anterioràinternal rotasi 45° menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simpisis
Persalinan bahu depanàtarik curam kebawahàelevasi keatas àlahir bahu belakang
G. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir (Wiknjosastro, dkk, 2009)..
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar (Wiknjosastro, dkk, 2009).
2.9 Adaptasi/Perubahan Fisiologi dan Psikologi A. Adaptasi janin (Manuaba, 2007; Varney, 2007) 1) Denyut jantung janin ( DJJ )
Untuk memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi DJJ rata-rata pada aterm adalah 140 denyut/ menit sedangkan DJJ normal ialah 110 sampai 160 denyut/ menit
2) Sirkulasi janin
Sirkulasi janin dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan aliran darah tali pusat.kontraksi uterus selama masa persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui anterior spirallis, sehingga mengurangi perfusi melalui ruang intervilosa.
3) Pernafasan dan perilaku lain janin
Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada aorta dan badan carotid guna mempersiapkan janin untuk memulai pernafasan setelah lahir. Perubahan yang terjadi:
a. 7-2 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru ( selama persalinan pervaginam)
b. Tekanan oksigen ( PO2 ) janin menurun
c. Tekanan karbondioksida ( PCO 2 ) arteri meningkat d. PH arteri menurun
B. Adaptasi Ibu (Manuaba, 2007; Varney, 2007) 1) Perubahan kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan curah masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan curah % pada tahap II persalinan.
2) Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian O2 terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik ( PH meningkat ) hipoksia dan hipokapnea ( CO 2 menurun)
3) Perubahan pada ginjal
Pada trimester ke II kandung kemih menjadi organ abdomen. Apakah terisi kandung kemih dapat teraba diatas simpisis pubis. Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat dari :
a. Oedema jaringan akibat tekanan bagian presentasi b. Rasa tidak nyaman
c. Sedasi dan rasa malu 4) Perubahan integument
Terlihat pada daya distensibilitas daerah introtus vagina (muara vagina). Pada setiap individu tingkat distensibilitas berbeda,
meskipun meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina meskipun tidak dilakukuan episiotomi / terjadi laserasi.
5) Perubahan musculoskeletal
Dapat mengalami stress selama masa persalinan. Diaphoresis, keletihan, proteinuria dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm.
6) Perubahan neuriologis
Menunjukkkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman pada masa persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk ke tahap I persalinan dan masuk kesetiap tahap berikutnya. Mula-mula wanita terasa euphoria kemudian menjadi serius dan mngelami amnesia diantara fraksi selama tahap ke II akibatnya wanita merasa senang atau merasa letih saat melahirkan.
7) Perubahan pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.
Selama persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan waktu pemasangan lambung menjadi lambat. Mual, muntah, dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
8) Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunann kadar progresteron dan peningkatan estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar aliran darah dapat menurun akibat proses persalinan.
2.10 Patofisiologi
2.11 Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal 2.11.1 Konsep Asuhan Persalinan Normal
A. Tujuan Asuhan Persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (APN, 2008).
B. Asuhan Persalinan Yang Baik (APN, 2008) Asuhan :
Yang menghormati ibu dan pilihannya setelah diberi penjelasan.
Yang diberikan oleh penolong yang terampil.
Yang dapat mengantisipasi masalah.
Yang mempermudah pendeteksian dan penanganan komplikasi secara dini.
Yang didasarkan pada kenyataan.
C. Asuhan Yang Diberikan pada Masa Persalinan (APN, 2008)
Menggunakan praktik PI seperti cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan dan kebutuhan bayi, serta proses ulang peralatan bekas pakai.
Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan, dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi.
Partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.
Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi, dan masa nifas termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran bayi, serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
Merencanakan dan mempersiapkan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan saat bayi baru lahir.
Menghindari berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti kateterisasi urine atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum pembukaan lengkap, meminta ibu meneran terus menerus, dan pengisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
Melakukan penatalaksanaan aktif kala III untuk mencegah pendarahan pasca persalinan.
Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda - tanda komplikasi, dan mengambil tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir
Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda dan gejala bahaya pada masa nifas pasa ibu dan bayi baru lahir.
Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
D. Dukungan kepada Ibu (APN, 2008)
Penggunaan metoda peringanan rasa sakit yang non-farmakologis selama persalinan (massase, teknik relaksasi, dsb )
Menawarkan minuman selama persalinan dan kelahiran
Posisi pada saat persalinan dan melahirkan :
Beri kebebasan dalam memilih posisi dan pergerakan selama persalinan dan melahirkan.
Dorong ibu mengambil posisi selain dari terlentang.
E. Tujuan Asuhan Persalinan (APN, 2008)
1. Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir
2. Memberikan dukungan pada persalinan normal, mendeteksi, dan penatalaksanan komplikasi tepat waktu
3. Memberikan dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi.
F. Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan (APN, 2008)
1. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obsterik dan neonatal harus tersedia 24 jam
3. Obat – obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih
G. Rekomendasi Kebijakan Tehnik Asuhan Persalinan dan Kelahiran (APN, 2008)
1. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan dukungan.
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi. Prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
5. Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini. Memberikan suntikan oksitosin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali(PTT), dan segera melakukan masase fundus; hal-hal tersebut harus dilakukan pada semua persalinan normal.
6. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu minimal 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus
harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, pendarahan minimal, dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
7. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk melakukan masase fundus.
8. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
9. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
H. Prinsip-Prinsip Asuhan Kebidanan (APN, 2008)
1. Memahami bahwa kehamilan, persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi sebelum menggunakan teknologi canggih.
3. Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4. Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan atau lembaga (Asuhan Sayang Ibu).
5. Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu.
6. Membantu ibu agar merasa aman,nyaman, dan didukung secara emosional.
7. Memastikan bahwa ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8. Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan.
9. Menghormati aspek budaya setempat, kebiasaan, praktik-praktik adat, dan keyakinan agama.
10. Memantau kesejahteraan fisik , psikologis, spiritual, dan sosial ibu/
keluarganya selama kehamilan, persalinan/kelahiran anak, dan sampai 40 hari pascapersalinan.
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
I. Praktik-Praktik Yang Sering Digunakan Tidak Tepat/Tidak Sesuai (APN, 2008)
Pembatasan makanan dan minuman selama persalinan
Pemeriksaan vagina secara berulang – ulang terutama oleh lebih dari satu pemberi asuhan
Secara rutin memindahkan ibu yang bersalin keruangan lain pada saat permulaan kala dua
Mendorong ibu meneran ketika pembukaan serviks penuh atau hampir penuh setelah didiagnosis, sebelum ibu merasa ada dorongan untuk meneran
Menuruti secara kaku ketentuan lamanya kala dua persalinan, misalnya 1 jam, padahal kondisi ibu dan janin adalah baik dan ada kemajuan persalinan
Pemakaian yang liberal atau rutin episiotomy
Pemakaian yang liberal atau rutin amniotomy
Penekanan fundus selama persalinan
Kateterisasi kandung kemih secara rutin (Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jik kandung kemih ibu penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri)
2.11.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan Normal 2.11.2.1 Asuhan Kala I
A. Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai. Tanyakan pada ibu (APN, 2008):
Nama, umur, alamat
Gravida dan para
Hari pertama haid terakhir
Kapan bayi akan lahir (menurut tafsiran ibu)
Riwayat alergi obat-obatan tertentu
Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sebelumnya
Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dll)
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan pengelihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas)
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibi dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis digunakan untuk menegakkan diagnosisi dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Pemeriksaan harus yang dilakukan (APN, 2008), yaitu:
Pemeriksaan umum yang meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, refleks, jangtung paru-paru, berat badan, tinggi badan, dll.
Pemeriksaan abdomen
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta untuk menekukkan lututnya. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk : a) Menentukan tinggi fundus uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung pita (posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisis pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
b) Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
c) Memantau denyut jantung janin
Gunakan fetoskop pinnards atau doppler untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu. Nilai DJJ selama dan
segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir.
Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi.
Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin ditubjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit. Bila demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjad. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan maka sipkan ibu untuk dirujuk.
d) Menentukan presentasi
e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan) adalah :
Pemeriksaan dalam (vagina atau rektal) untuk menilai pembukan serviks dalam cm atau jari, turunnya kepala diukur menurut Hodge, ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak.
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan urin untuk menilai kadar protein dan gula, pemeriksaan darah untuk menilai kadar Hb dan golongan darah.
2.11.2.2 Asuhan Kala II (Persiapan Persalinan) 1. Persiapan Penolong (APN, 2008)
• Persiapan Pelindung Pribadi
Pelindung diri merupakan penghalang atau barier antara penolong dg bahan2 yg berpotensi untuk menularkan penyakit.
Celemek yg bersih
Penutup kepala
Masker penutup mulut
Pelindung mata
Sarung tangan
2. Persiapan Ibu dan Keluarga (APN, 2008)
ASUHAN SAYANG IBU
Anjurkan agar ibu selalu didampingi o/ suami atau keluarga slm proses persalinan dan kelahiran bayinya.
Anjurkan suami/keluarga u/ ikut terlibat dalam asuhan.
Tawarkan bimbingan dan bantuan jika diperlukan
Bantu ibu memilih posisi yg nyaman saat meneran.
Anjurkan ibu u/ meneran hanya apabila ada dorongan kuat dan spontan u/ meneran
Anjurkan ibu u/ minum selama persalinan.
Berikan dukungan, semangat dan rasa aman kepada ibu.
Membersihkan perineum ibu
Mengosongkan kandung kemih
3. Persiapan tempat dan Lingkungan (APN, 2008)
RUANGAN/TEMPAT PERSALINAN
• Pencahayaan yg cukup baik
• Tempat tidur yh dilapisi kain penutup yg bersih dan pelapis anti bocor.
• Hangat
• Meja atau permukaan yg bersih u/ meletakkan peralatan.
TEMPAT & LINGKUNGAN U/ BAYI
• Ruangan yg bersih
• Hangat
• Pencahayaan yg cukup
• Bebas dari tiupan angin
• Selimut, kain atau handuk yg kering & bersih
PERLENGKAPAN & BAHAN2
• Pastikan bahwa semua alat & bahan tersedia dan berfungsi dg baik
• Peralatan u/ menolong kelahiran bayi (partus set)
• Menjahit laserasi atau luka episitomi
• Resusitasi bayi baru lahir.
Partus set:
2 klem Kelly atau klem kocher
Gunting tali pusat
Benang tali pusat atau klem plastik
Kateter
Gunting episiotomi
Klem ½ kocher
2 psg sarung tangan DTT atau steril
Kasa
Penghisap lendir
Spuit 3cc
Kapas DTT
Kain bersih
Handuk atau kain u/ menyelimuti bayi
Bahan-bahan :
Partograf
Formulir rujukan
Termometer
Pita pengukur
Doppler
Tensimeter
stetoskop
Benda2 lain yg harus ada :
Sarung tangan DTT atau steril (5psg)
Sarung tangan rumah tangga (1psg)
Larutan klorin
Sabun cuci tangan
Deterjen
Tempat sampah
Wadah u/ larutan klorin
Wadah u/ air DTT
Sumber air bersih yg mengalir
Alas
Benda2 yang disediakan Keluarga :
Kain bersih
Asupan oral
Beberapa kain bersih (3-5)
Beberapa sarung bersih (3-5)
Pembalut wanita
Celana dalam
Handuk
Sabun
Kain penyeka
Wadah untuk air
Handuk atau selimut u/ bayi (3-5)
Penutup kepala bayi
Wadah u/ plasenta
Ember
Persiapan Resusitasi BBL
• Balon resusitasi dan sungkup no 0 & 1
• Lampu sorot
• Tempat resusitasi
• Obat2an
Perlegkapan Penjahitan Laserasi
Bak instrume n steril
Pinset
Pegangan jarum
Jarum jahit
Benang chromic Sarung tangan DTT atau steril
4. BIMBINGAN MENERAN
blm lengkap tp ibu ingin meneran : motivasi & ajarkan nafas cepat
lengkap & ibu merasa ingin meneran : bimbing meneran scr efekstif
lengkap tp ibu tdk ingin meneran : ganti posisi, cairan, RPS CARA MENERAN
Meneran mengikuti dorongan alamiah
Tdk menahan nafas saat meneran
Berhenti meneran & istirahat diantara his
Jika miring/ setengah duduk : Lutut ditarik kearah dada & dagu ditempel didada
Tidak mengangkat bokong
Tidak mendorong fundus 5. PENCEGAHAN LASERASI
a. Cegah bayi lahir terlalu cepat dan tidak terkendali
b. Jalin kerjasama dalam proser kelahiran kepala
c. Mengendalikan kecepatan & pengaturan diameter kepala saat melewati introitus vagina & perineum
d. Bimbingan ibu meneran dan istirahat (bernafas) dengan cepat pada waktunya
6. MELAHIRKAN KEPALA
a. Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain bersih & kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong
b. Lindungi perineum dg 1 tangan (di bwh kain bersih),ibu jari pada salah satu perineum dan 4 jari pada sisi yang lain dan tangan yang lain pd belakng kepala
c. Tahan belakang kepala agar posisi tetap fkelsi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus vagina dan perineum
Tindakan diatas dapat mengurangi robekan/regangan berlebihan pada vagian
& perineum 7. CEK TALI PUSAT
a. Setelah kepala lahir, minta ibu berhenti meneran dan bernafas cepat b. Periksa leher bayi apakah terlilit tali pusat
c. Jika lilitan cukup longgar, lepaskan lilitan dengan melewati kpl bayi d. Jika erat, klem & potong tali pusat
8. MELAHIRKAN BAHU
a. Setelah cek lilitan, tunggu putr paksi luar secara spontan
b. Letakkan tangan pada sisi kiri & kanan kepala bayi (biparietal), minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simpisis
c. Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada lahir
9. MEMOTONG TALI PUSAT
a. Jepit tali pusat 3 cm dari dinding perut bayi
b. Dari titik jepitan, tejkan tali pusat dg 2 jari kmd dorong isi tali pusat ke arah ibu
c. Lakukan penjepitan ke-2 dg jarak 2 cm dr jepitan pertama
d. Pegang tali pusat diantara kedua klem, satu tangan menjadi landasan tali pst dan melindungi bayi tangan lain memotong tali pusat diantar kedua klem tersebut
e. Ikat 2 kali
10. KEBUTUHAN KALA II Pantau, periksa & catat : a. Nadi : 30 mnt
b. Frew & lama kontraksi : 30 mnt
c. Djj : 5-10 mnt
d. Penuruna kepala : 30 mnt mll pemeriksaan luar (abdomen), VT : 60 mnt / jika ada indikasi
e. Warna ketuban jika selaput ketuban pecah
f. Apakan ada presentasi majemuk/tali pusat si samping (terkemuka) g. Putar paksi luar sgr stl kepala lahir
h. Kehamilan kembar yg tdk diket sebelumbayi pertama lahir i. Catat semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan
11. MELAHIRKAN SELURUH BADAN
a. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi dg tangan tersenut
b. Gunakan tangan yang sama u/ menopang siku & tangan post saat melewati perineum
c. Tangan bawah menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
Secara simultan, tangan atas u/ menelusuri & memegang bahu, siku dan lengan atas
2.11.2.3 Asuhan Kala III
Manajemen aktif kala III terdiri dari (APN, 2008):
a. Pemberian oksitosin
b. Penegangan tali pusat terkendali c. Masase fundus uteri
Menurut depkes RI ( 2008 ) melakukan manajemen aktif kala III meliputi : 1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm dari vulva 2. Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati- hati (untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidal lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontrksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
4. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melekukan stimulasi putting susu.
5. Mengeluarkan plasenta
a. Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetaplakukan tekanan dorso-kranial). Jika tali pusat bertambah
panjanng, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudaian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah di sediakan.
c. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakuakan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
6. Pemeriksaan Plasenta
a. Selaput ketuban utuh atau tidak b. Plasenta : ukuran plasenta
c. Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon d. Bagian fetal : utuh atau tidak
e. Tali pusat : jumlah arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral, marginal, serta panjang tali pusat.
7. Menilai perdarahan
a. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
b. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
c. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
2.11.2.4 Asuhan Kala IV
Setelah plasenta lahir (APN, 2008):
1. Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi kuat
2. Evaluasi TFU, umumnya beberapa jari dibawah pusat 3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4. Periksa kemungkinan darah dari robekan (laserasi atau episiotomy) perineum
5. Evaluasi KU ibu
6. Dokumentasikan segera semua asuhan di halaman balik partograf
Catatan : WHO/UNICEF, 2006 merekomendasikn pemberian dosis vit.A 200.000 IU pada selang waktu 24 jam pasca ibu bersalin untuk memperbaiki kadar vit.A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet putting susu.Selain itu suplemen vit.A akan meningkatkan daya tahan ibu terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat persalinan
Evaluasi Uterus
Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri.
PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA DAN PERENIUM a. Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah ada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dilihat dari warnanya serviks menjadi merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan servik masih bisa dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi setelah 2 jam hanya bisa dimasuki 2-3 jari.
b. Vagina dan Perineum
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
Derajat 1 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum
Derajat 2 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum
Derajat 3 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani
Derajat 4 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani, dan dinding depan rektum
Memperkirakan Kehilangan Darah
Sangat sulit memperkirakan banyaknya kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban dan urin dan
mungkin terserap handuk atau kain. Tak mungkin menilai kehilangan darah melalui penghitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam. Salah satu cara menilai kehilangan darah adalah melalui cara tak langsung melalui gejala penampakan darah dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan sistolik menurun lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml) Pencegahan Infeksi
Dekontaminasi alat , matras dan tempat tidur ibu dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan dengan kain bersih.
Pemantauan Keadaan Umum Ibu
Penting untuk berada disamping ibu dan bayinya setelah dua jam pertama pasca persalinan
Pantau TD, nadi, TFU, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua
Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus baik setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua
Pantau suhu ibu setiap jam dalam dua jam pasca persalinan
Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua
Ajarkan ibu dan keluarga bagaiman menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaiman melakukan masase jika uterus menjadi lembek
2.12 Komplikasi
Komplikasi persalinan antara lain:
a. Persalinan macet b. Ruptura uteri c. Infeksi atau sepsis
d. Malpresentasi dan malposisi e. Ketuban pecah dini
f. Preeklamsi dan eklamsia g. Perdarahan
h. Kematian ibu dan janin
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengkajian Data
Dituliskan tempat, no. Register, tanggal pengkajian dan jam.
A. Data Subjektif 1. Biodata
a. Nama Klien
untuk mengetahui identitas klien dan memudahkan pelayanan kesehatan/rumah sakit/klinik serta sebagai catatan apakah klien pernah dirawat di salah satu tempat tersebut atau tidak.
b. Nama Suami
untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan pemberian persetujuan tindakan medis atau perawatan.
c. Usia Klien
Untuk mengetahui apakah umur ibu pada saat persalinan termasuk faktor risiko tinggi. Usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20-35 tahun. Usia < 20 tahun memiliki risiko terjadinya perdarahan, BBLR karena belum sempurnanya organ reproduksi ibu. Usia >35 tahun berisiko tinggi untuk kehamilan dan persalinan karena usia tersebut risiko terjadi perdarahan, persalinan lama, BBLR akibat sudah mulai melemahnya organ reproduksi ibu.
d. Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam pemberian bimbingan keagamaan atau konseling edukatif.
e. Suku/Bangsa
untuk mengetahui suku, adat, daerah, atau budaya sehingga memudahkan terjadinya komunikasi
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui status sosial ekonomi karena pada status ekonomi rendah kemungkinan kurang mengkonsumsi makanan bergizi. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi ibu
g. Alamat
untuk mengetahui gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi.
2. Alasan datang ke rumah sakit
Alasan datang merupakan tujuan klien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Klien dengan persalinan normal biasanya datang dengan keinginan sendiri atau karena rujukan dari bidan atau puskesmas.
3. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang diutarakan oleh ibu dan untuk mengetahui alasan ibu datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan yang dirasakan pada ibu bersalin yaitu adanya tanda-tanda persalinan antara lain: kontraksi uterus semakin kuat dan lama, keluar lendir dan darah, keluar cairan ketuban.
4. Riwayat menstruasi
mengidentifikasi riwayat menstruasi yaitu usia menarche, siklus menstruasi, dan perkiraan jumlah perdarahan saat menstruasi,
menentukan HPHT apakah sesuai dengan taksiran persalinan saat ini atau tidak
Alasan : untuk mengetahui keadaan alat-alat reproduksi serta gangguannya yang terjadi
HPHT : Menurut Pusdiknas. bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat memperhitungkan usia persalinan dan perkiraan persalinan.
HPL : Untuk mengetahui hari perkiraan lahir. Perkiraan lahir pada Ibu nifas berpengaruh pada pemberian konseling apabila bayi yang dilahirkan preterm, aterm atau post term.
5. Riwayat obstetric
mengidentifikasi riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas ibu karena terkait dengan persalinan dengan risiko tinggi antara lain paritas tinggi, riwayat perdarahan pada persalinan sebelumnya dan komplikasi apa saja yang pernah terjadi pada persalinan sebelumnya.
6. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan sebelumnya, berapa lama pemakaiannya, ada keluhan apa saja selama pemakaian kontrasepsi tersebut.
7. Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat penyakit sekarang : mengidentifikasi apakah saat ini memiliki penyakit kronis ataupun menular selain keluhan yang dirasakan saat ini. Karena jika ada riwayat penyakit yang menurun seperti hipertensi akan berpengaruh pada proses persalinannya
Riwayat penyakit terdahulu : mengidentifikasi apakah sebelumnya ibu pernah menderita penyakit kronis ataupun menular.