• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Nyeri 2.1.1. Teori Nyeri - Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Mawar Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Nyeri 2.1.1. Teori Nyeri - Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Mawar Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Nyeri

2.1.1. Teori Nyeri

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri, sehingga apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Association for the Study of Pain menyatakan Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (NANDA, 2006). Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri juga merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Clancy & McVicar, 1992 dalam Potter & Perry, 2005).

Salah satu teori nyeri yang paling dapat diterima dan dipercaya adalah Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control) yang diajukan oleh Melzak dan Wall tahun 1965. Teori ini menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel – sel gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, thalamus, dan sistem limbic (Clancy & McVicar, 1992).

(2)

pertahanan. Reseptor berdiameter kecil (serabut A delta dan serabut C) berfungsi untuk mentransmisikan nyeri yang sifatnya keras dan reseptor ini biasanya berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh permukaan kulit dan pada struktur tubuh lebih dalam seperti tendon, fascia dan tulang serta organ – organ interna. Sedangkan transmitter yang berdiameter besar (serabut A-Beta) memiliki reseptor yang terdapat pada struktur permukaan tubuh dan fungsinya selain mentransmisikan sensasi nyeri, juga lebih berfungsi untuk mentransmisikan sensasi lain seperti getaran, sentuhan, sensasi panas / dingin, serta juga terhadap tekanan halus. Impuls dari serabut A-Beta mempunyai sifat inhibitor (penghambat) yang ditransmisikan ke serabut C dan A-delta. Bila impuls dominan berasal dari serabut A-Beta, maka gerbang nyeri akan menutup. Apabila impuls dominan berasal dari serabut C dan A-delta, maka gerbang nyeri akan terbuka dan klien akan mempersepsikan sensasi nyeri (Potter & Perry, 2005).

2.1.2. Klasifikasi Nyeri

(3)

2.1.3. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya (Brunner & Suddarth, 2001).

Untuk mengkaji intensitas nyeri seseorang digunakan skala sebagai berikut:

1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

Skala ini membagi nyeri dalam kategori tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri hebat, nyeri sangat hebat dan nyeri yang tidak terkontrol.

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Ringan Sedang Berat Sangat Berat Hebat

Gambar 1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

2. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)

Skala analog visual tidak melabel subdivisi. VAS merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan memiliki alat

(4)

pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat mengidentifikasikan setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire,1984).

Gambar 2. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)

3. Skala Penilaian Numerik (Numeric Rating Scale, NRS)

NRS digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian nyeri. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri Nyeri Sedang Nyeri Hebat

Gambar 3. Skala Penilaian Numerik (Numeric Rating Scale, NRS)

No Pain Pain as bad as it could

possibly be

Tidak nyeri Nyeri yang tidak

tertahankan

No Pain

Moderate Pain

Worst Possible

(5)

Perawat tidak menggunakan skala nyeri untuk membandingkan satu klien dengan klien lain. Walaupun skala memberikan suatu pengukuran yang relatif objektif, tingkat keparahan nyeri terlalu subyektif untuk digunakan dalam perbandingan nyeri antar-individu.

2.2.Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Bobak, 2004).

Proses persalinan dibagi menjadi empat tahap atau lebih dikenal dengan istilah Kala, yaitu Kala I atau Kala Pembukaan/Pematangan Serviks dari mulai terbukanya saluran leher rahim sampai pembukaan lengkap, Kala II / Pengeluaran yaitu sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, Kala III / Kala Pelepasan Uri dimulai saat bayi lahir sampai keluarnya plasenta, Kala IV / Observasi Pasca Persalinan yaitu sejak plasenta dilahirkan sampai satu jam setelahnya (Jones, 2006).

(6)

tahap ini akan muncul tanda – tanda sebagai berikut : kontraksi yang datang perlahan dan nantinya semakin sering dan rutin ditahap berikutnya, yang menandakan bahwa jalan lahir sedang membuka, mulut rahim menipis dan melunak sebelum akhirnya menegang dan terbuka, lendir bercampur keluar dengan cepat, keluar cairan ketuban yang terlihat jernih dan tanpa bau serta menetes tidak terkendali, gerakan bayi menjadi lebih jarang karena posisi bayi sudah mantap berada di jalan lahir. Selanjutnya adalah fase transisi yang dimulai dengan pembukaan 9 hingga lengkap. Fase ini merupakan fase yang paling melelahkan dan berat serta merasakan sakit / nyeri yang hebat (Jones, 2006).

Kala II dimulai ketika serviks lengkap sampai lahirnya bayi . Setelah pembukaan lengkap ibu akan mulai mengejan dan seiring dengan turunnya kepala janin, timbul keinginan untuk berdefekasi . Kala 2 disebut juga kala pengeluaran . Perubahan Fisiologis Kala 2 kontraksi uterus bertambah kuat, datang setiap 2-3 menit dan berlangsung antara 50-90 detik. Setiap kali berkontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan bagian presentasi/kantong amnion didorong kebawah, kedalam serviks. Serviks pertama-tama menipis, mendatar, kemudian terbuka dan otot pada fundus menjadi lebih tebal (Tamsuri, 2006).

Kala III adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta.Kala tiga persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Normalnya pelepasan uri ini berkisar

(7)

Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah melahirkan (Bobak, 2004). Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV: tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

2.2.1. Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera di atasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2004).

(8)

berkontraksi isometrik melawan obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat ini merupakan sumber nyeri yang kuat.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri Persalinan

2.2.2.1. Budaya

Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengarui oleh budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin (Pilliteri, 2003). Menurut Mulyati (2002) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan.

2.2.2.2. Emosi (cemas dan takut)

(9)

berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan.

Kondisi tubuh yangrileks pada saat menghadapi persalinan sangat penting, apabila ibu dalam keadaan rileks maka semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya sehingga persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman.Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan tegang, tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka, dan yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panik dan stress.

2.2.2.3. Pengalaman Persalinan

Menurut Bobak (2004) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri.

2.2.2.4. Support sistem

(10)

2.2.2.5. Persiapan persalinan

Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatrasi ketakutannya.

2.2.3 Manajemen Nyeri Persalinan

Terdapat banyak cara untuk mengatasi nyeri persalinan. Secara umum, cara untuk mengatasi nyeri persalinan dibagi menjadi dua yaitu dengan metode farmakologis (menggunakan obat – obatan) dan cara non-farmakologis (tanpa obat – obatan).

Nyeri pada persalinan yangdirasakan oleh Ibu seringkali tidaktertahankan sehingga mendorong ibubersalin menggunakan obat penawarnyeri seperti analgetik dan sedatif,sedangkan obat-obat tersebutmemberikan efek samping yangmerugikan yang meliputi fetal hipoksia,resiko depresi pernapasan neonatus,penurunan Heart Rate / Central nervussystem (CNS) dan peningkatan suhutubuh ibu yang dapat menyebabkangangguan pada janin (Mander, 2004).

(11)

non-farmakologi yang digunakan adalah teknik relaksasi dan pernafasan, effleurage dan tekanan sacrum, jet hidroterapi, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS),

dan teknik lain seperti hipnoterapi, masase, acupressure, aromaterapi, yoga dan sentuhan

terapeutik (Bobak, 2005).

2.3.Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2005). Sejumlah teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom (Sherwood, 1995). Relaksasi pernafasan selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.

(12)

menolong menghemat energi, membantu ibu berkomunikasi lebih efektif dengan orang – orang disekitarnya, serta membantu bayi dalam kelahirannya.

Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu :

1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik.

2. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare, 2002)

3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.

(13)

Langkah pertama menuju relaksasi adalah memilih lingkungan bersalin yang benar – benar nyaman bagi ibu. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan – perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks (Uliyah, 2006).

Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003)adalah sebagai berikut :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3

4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks

5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan

7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam 9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

10.Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang 11.Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

(14)

2.4.Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau bau – bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau – bauan yang umumnya dari tubuh – tumbuhan serta berbau harum dan enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000).

2.4.1 Aromaterapi mawar

Salah satu tanaman yang dapat dijadikan aromaterapi adalah mawar. Minyak atsiri mawar dihasilkan dari penyulingan daun bunga mawar, varietas mawar yang paling sering dijadikan minyak essensial aromaterapi adalah mawar tabur karena aromanya yang lebih lembut (Satuhu & Yuliani, 2012). Baunya intensif, manis, dan floral (khas bunga). Aroma bunga mawar bersifat antidepresan, sedatif, dan meringankan stress.

Secara umum ada tiga cara penggunaan minyak essensial aromaterapi, yaitu secara ingesti (memasukkan minyak melalui mulut), inhalasi (mengakses minyak atsiri melalui hidung), dan mengabsorbsi melalui kulit.

(15)

menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang menyebabkan euphoria, relaks, atau sedatif.

Penggunaan aromaterapi dengan cara inhalasi dapat dihirup melalui tissue. Kertas tissue diberi tetesan minyak essensialsebanyak1 - 5 tetes, selanjutnya aroma dihirupsecara perlahan dan teratur selama 5 – 10 menit. Untuk mendapatkan efek yang panjang, tissue dapat diletakkan di dada sehingga minyak atsiri yang menguap akibat panas badan tetap terhirup oleh nafas pasien (Jane, 2013).

Minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan alami juga dapat memberikan efek negative apabila tidak mengikuti peraturan penggunaannya. Peraturan dasar yang penting dalam penggunaan aromaterapi adalah :

1. Jangan menggunakan minyak sintetik. Minyak buatan dapat menimbulkan aroma serupa tetapi tidak memberikan efek yang sama seperti minyak murni dan dapat mengakibatkan efek samping seperti sakit kepala serta mual,

2. Minyak yang ditolak oleh pasien tetapi tetap digunakan oleh perawat mungkin tidak memberikan efek terapeutik ; proses kejiwaan lebih banyak terlibat dalam cara kerjanya dibandingkan pada pengobatan tradisional,

3. Minyak esensial adalah larutan pekat dan meskipun merupakan bahan alami, tapi bukan berarti tidak berbahaya. Risiko penggunaan minyak essensial mencakup sensitivitas, iritasi, dan kemungkinan pula efek toksik,

4. Jangan sekali – kali menggunakan minyak essensial pada mata,

(16)

Gambar

Gambar 1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana
Gambar 3. Skala Penilaian Numerik (Numeric Rating Scale, NRS)

Referensi

Dokumen terkait

Walau bagaimanapun, pembangunan aplikasi pembelajaran ini perlu mengambil kira aspek mereka bentuk menggunakan strategi pembelajaran yang bersesuaian seperti faktor

Hasil yang diperoleh menunjukkan kualitas layanan website BPJS Kesehatan dengan variabel penelitian kualitas kegunaan dan kualitas interaksi layanan mempengaruhi kepuasan

Hasil pengujian apoptosis dengan metode pengecatan akridin-orange pada perlakuan dengan isolat 5 fraksi etil asetat ekstrak petroleum eter daun mahkota dewa (Phaleria..

Penambahan garam dalam pembuatan sosis bukan hanya berfungsi untuk memberi rasa, tetapi juga untuk melarutkan salt-soluble protein dalam daging sehingga dapat menghasilkan

Representasi dari kekuatan super dari karakter Lucy dalam film ini, seakan- seakan sejalan dengan konsep poshuman atau manusia baru yang tak terbatas, yang

Sistem informasi akuntansi peranannya tidak hanya sebagai pengumpulan data, mengolahnya menjadi laporan keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yang jauh lebih penting

Kaitannya dengan penyajian nilai-nilai bela negara dalam buku ini adalah penyusun buku memberikan contoh pada fitur menerapkan perilaku kepada peserta didik agar

240 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan perbuatan, mana oleh aturan in casudiancam dengan pidana.Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang