• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film merupakan salah satu media hiburan paling populer dalam abad 21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film merupakan salah satu media hiburan paling populer dalam abad 21"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu media hiburan paling populer dalam abad 21

karena menggabungkan teknologi audio dan visual terkini yang memberikan efek nyata dari sebuah layar. Film-film bermutu dari luar negeri maupun dari dalam negeri dengan sutradara handal dan aktor/aktris berbakat menjadikan film sebagai hiburan dengan ongkos produksi yang tidak murah sekaligus menjanjikan ke untungan yang menggiurkan.

Film sebagai bagian dari Komunikasi Massa, mempunyai peranan sebagai penyebar pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dengan muatan pesan yang dimuatnya. Pesan yang dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu. Menurut Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istlah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan

masyarakat.1

Film merupakan teks—struktur linguistik yang kompleks dan kode-kode visual yang disusun untuk memproduksi makna-makna khusus. Film bukan hanya sekedar koleksi atas gambaran atau stereotipe. Film-film membentuk makna melalui

1

(2)

2 susunan tanda-tanda visual dan verbal. Struktur tekstual inilah yang harus kita periksa karena disitulah makna dihasilkan. Singkatnya, film-film melahirkan ideologi. Ideologi bisa didefinisikan sebagai sistem representasi/penggambaran ‘sebuah cara pandang’ terhadap dunia yang terlihat menjadi ‘universal’ atau ‘natural’ tetapi

sebenarnya merupakan struktur kekuatan tertentu yang membentuk masyarakat kita.2

Ideologi dalam film dapat dijadikan sebagai mitos yang berkembang di masyarakat melalui struktur yang bekerja di dalamnya. Struktur itu dapat berupa teks linguistik maupun gambar visual pada film. Film sebagai kajian dari cultural studies dinilai mempunyai peranan penting dalam produksi dan hubungan sosial. Dengan kata lain, film sebagai teks yang mempunyai muatan praktek produksi yang memuat pertanyaan tentang makna, kesenangan, efek ideologis.

Sejarah penemuan film berlangsung cukup panjang, ini disebabkan melibatkan masalah-masalah teknik yang cukup rumit seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film bahkan masalah psikologi. Menurut Cangara (1998:36) bahwa perkembangan sejarah penemuan film baru kelihatan setelah abad ke-18 dengan percobaan kombinasi cahaya lampu dengan lensa padat. Meskipun sudah mampu memproyeksikan gambar tetapi belum bentuk gambar hidup yang bisa

bergerak.3

Film bioskop umumnya dipandang sebagai hiburan yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern dalam menikmati waktu luang mereka. Setiap minggu

2

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.2001. Hal 220

3

(3)

3 muncul film bioskop baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang menampilkan beragam tema dan unsur cerita sesuai dengan segmentasi penontonnya. Seiring dengan majunya teknologi, beberapa film dibuat dengan cap “fiksi ilmiah”, yang membuat film tersebut dengan perkembangan atau kemajuan teknologi. Film “Lucy” merupakan salah satunya. Dibandingkan dengan film sejenis yang mengisahkan tentang kekuatan manusia super, film Lucy memiliki berbagai muatan ideologis yang diwacanakan lewat berbagai tanda. Sedangkan beberapa film yang menampilkan tema manusia super lain umumnya hanya menampilkan manusia super dalam perspektif bagaimana kekuatan itu bisa diandalkan untuk membasmi kejahatan. Film Lucy berusaha menampilkan perspektif ilmiah tentang rekayasa penggunaan narkotika yang penyalahgunaannya dapat membangkitkan potensi kekuatan super. Sehingga jika dilihat dari konteks yang lebih luas, film ini merekonstruksi narkotika bukan hanya sebagai barang terlarang, tapi juga memberikan sebuah kemungkinan lain bahwa berbagai kandungan narkotika, sebagai campuran berbagai zat sintetis, bisa memberikan dampak lain bagi organ tubuh manusia yang kompleks. Inilah yang disebut dengan ambivalensi, bahwa sebuah barang mempunyai kegunaan yang positif maupun negatif tergantung dari tujuan kegunaan barang itu.

Dalam film ini, Lucy si tokoh utama menjadi eksperimen dari sebuah mafia yang menanamkan narkoba jenis baru “CPH4” sintetis di dalam perutnya. “CPH4” sendiri merupakan zat alami yang diproduksi oleh wanita yang memasuki usia kehamilan enam minggu, dalam jumlah yang sangat kecil. Bagi bayi dalam kandungan, kekuatan zat itu setara dengan kekuatan bom atom, karena zat itulah yang

(4)

4 membentuk seluruh tulang bayi. Sedangkan dalam tubuh Lucy, “CPH4” sintetis ditanamkan dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga mampu memaksimalkan kekuatan kapasitas otaknya hingga 100 persen.

Pada adegan lain, seorang profesor biologi bernama Samuel Norman, menjadi pembicara seminar ilmiah tentang tahapan evolusi mahluk hidup yang semakin berkembang dengan menggunakan kapasitas otak mereka. Menurut profesor Norman, rata-rata makhluk hidup selain manusia hanya memaksimalkan kemampuan otaknya sebesar 3-5% saja, sedangkan manusia yang membangun peradaban di dunia ini hanya mampu menggunakan 10 % dari kapasitas otaknya.

Sejak penanaman zat “CPH4” dalam tubuh Lucy, perlahan-lahan ia mampu memaksimalkan kapasitas otaknya dari 10 % hingga 100% secara bertahap. Pada tahap kemampuan otak 20%, Lucy mempunyai tenaga super di luar manusia normal dan mampu mengambil proyektil peluru dalam lengannya tanpa merasakan sakit. Pada tahap 30% Lucy mampu mendeteksi keberadaan seseorang dan melihat lingkungan di sekitarnya, tanpa berada di lingkungan itu. Dan ia mampu mengendalikan radio, telepon, memunculkan dirinya di layar televisi, hanya dengan kemampuan pikirannya, meskipun keberadaannya berada di tempat yang jauh.

Cerita berlanjut dengan menampilkan adegan aksi yang memperlihatkan kemampuan Lucy dalam setiap tahapan persentase kemampuan otaknya hingga ke titik maksimal dan membaurkan dirinya dengan energi dan materi serta menyatu dengan komputer, untuk menyebarkan pengetahuan yang dimilikinya. Selanjutnya ia mampu memutar waktu dengan kembali ke masa lalu dengan menghampiri setiap

(5)

5 kronologis waktu dalam sejarah kehidupan, hingga akhirnya ia bertemu dengan manusia primitif pertama yang konon juga diberi nama “Lucy”. Film ini diakhiri dengan adegan saat Lucy sudah mencapai tahap 100% dan ia hampir dibunuh oleh ketua mafia yang menanam narkoba di tubuhnya, ia menghilang secara sekelebat. Dan saat seorang dari rekannya bertanya kepada profesor Norman, “dimana ia berada?”, ponsel dari rekannya itu berdering dan mendapatkan sebuah pesan dari Lucy, bahwa ia “ada dimana-mana”.

Meskipun beberapa ilmuwan telah menolah tegas mitos yang berkembang bahwa manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya, film Lucy kembali

menghidupkan mitos itu. Larry Squire4, seorang peneliti neuroscientist di Veterans

Administration Hospital, San Diego dan University of California, menyatakan bahwa keseluruhan dari fungsi otak tidak hanya berkaitan dengan fungsi intelektual atau berpikir tetapi juga beragam fungsi lain, salah satunya mengatur seluruh sistem dalam tubuh kita. Sehingga setiap bagian otak mempunyai perannya masing-masing dan berpikir merupakan salah satu fungsi dari bagian otak. “Saat kita melakukan berbagai hal yang berbeda, kita menggunakan bagian-bagian otak yang berbeda dengan cara berbeda. Tapi tak ada bagian otak yang tidak kita gunakan," jelas Eric Chudler, ahli

fisiologi saraf yang bekerja di University of Washington, Amerika Serikat.5

4 http://www.merdeka.com/sehat/manusia-hanya-menggunakan-10-otak-mitos-atau-fakta.html 5 http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-08-12/betulkah-manusia-hanya-gunakan-10-persen-otaknya/1355688

(6)

6

Meskipun banyak pakar yang membantah mitos ini, faktanya mitos ini tetap

banyak dipercaya oleh banyak orang. Film Lucy kembali mempertegas mitos ini dan menggambarkan sebuah kondisi seandainya manusia mampu menggunakan kapasitas otaknya hingga 100%.

Representasi dari kekuatan super dari karakter Lucy dalam film ini, seakan-seakan sejalan dengan konsep poshuman atau manusia baru yang tak terbatas, yang ditawarkan oleh sains dan teknologi mutakhir, sesuai dengan semangat teknoromantisme. Gagasan teknoromantisme adalah keyakinan, bahwa segala masalah, hambatan, atau tantangan yang dihadapi manusia dapat diselesaikan oleh sains dan teknologi, termasuk masalah keyakinan dan Tuhan. Sedangkan konsep poshuman adalah kondisi manusia yang telah memiliki kelebihan fisikm intelektual, dan psikologis, yang mampu memprogram dan mendefinisikan diri sendiri, yang mempunyai potensi menjadi abadi, serta menjadi individu-individu yang tanpa batas dan tak terbatas. Poshuman, sebagian atau kebanyakan masih berwujud biologis, akan tetapi di masa depan mungkin sebagian atau keseluruhan akan berwujud posbiologis—kepribadian kita akan ditransfer ke dalam tubuh baru dan perangkat keras pikiran yang lebih tahan lama, yang dapat dimodifikasi, yang lebih cepat, dan yang lebih bertenaga. Di antara teknologi yang akan berperan penting di dalam penciptaan poshuman antara lain rekayasa genetika, integrasi otak komputer,

(7)

7 nanoteknologi molekul dan ilmu pengetahuan kognitif. Posthumanisme adalah

kepercayaan terhadap evolusi manusia yang ditingkatkan secara artifisial. 6

seakan mendapatkan momentum berkat kemajuan sains dan teknologi mutakhir. Berbagai kemungkinan bagi manusia baru tersebut kini telah direalisasikan. Dalam waktu yang tak terlalu lama, kemampuan dalam teknologi informasi, rekayasa molekul, bioteknologi, nanoteknologi, dan pemograman kuantum digital dapat menciptakan manusia baru tersebut, yang nanti bentuk dan fungsinya akan “ditentukan secara total oleh olah bentuk, gaya, dan pilihan setiap musim individu”.Sosok manusia abad-21 adalah manusia hasil fabrikasi realitas elektronik atau imagineering, yang mampu mengekspresikan, mengkomunikasikan, dan berbagai keajaiban otaknya dengan orang lain. Mereka adalah manusia sibernetika yang mampu mengendalikan pengetahuan dan teknologi informasi untuk tujuan pribadi, kesenangan, keuntungan, prinsip, atau pertumbuhan diri mereka sendiri. Mereka adalah manusia bebas, yang menavigasi diri mereka sendiri, tanpa harus bergantung pada sesuatu di luar dirinya (presiden, pemimpin agama atau Tuhan). Ketika manusia dilepaskan dari tirani otoritas Tuhan atau kekuatan luar lainnya di luar dirinya, ia akan menemukan potensi dirinya yang luar biasa, yang berasal dari kekuatan pikiran (power of mind), yang memberikan manusia otoritas dalam membuat keputusannya sendiri. Inilah manusia dengan mentalitas baru yang

6

Yasraf Amir Pilliang, Post-realitas: realitas kebudayaan dalam era post-metafisika, Yogyakarta: Jalasutra, hal 410

(8)

8 bertumpu pada kekuatannya sendiri (self-responsible). Sehingga, abad 21 bagi Leary

adalah abad kelahiran homo sapiens electronicus.7

Konsep manusia baru atau poshuman seakan sesuai dengan ramalan Friedrich Nietzsche dengan konsep Ubermensch atau manusia super pada akhir abad 19. Menurut Nietzsche, manusia yang ada di dunia ini adalah sebuah potret dunia, yang diisi dengan citra-citra inferior manusia itu sendiri. Konsep manusia yang ada selama ini adalah manusia yang murahan, sampah, tidak sempurna, penuh ketergantungan, mental budak, yang kondisi manusia semacam itu harus diatasi menuju manusia sempurna. Manusia hanya dapat dirubah menjadi manusia super bila ia dibebaskan dari segala keterbatasannya, dan membawanya melampaui kondisi manusia warisan alam itu sendiri (beyond man). Potret diri tubuh manusia yang hina, dan sebaliknya potret tentang manusia yang agung (superhuman) merupakan salah satu inti dari pemikiran Nietzsche tentang manusia. Hanya kehendak bebas (free will) yang dapat

merubah dari manusia menjadi manusia super (superhuman).8

Tubuh yang hina itu, menurut Nietzsche, adalah tubuh yang yang harus

dicampakkan, disebabkan ia hanya memperlihatkan wajah manusia yang paling lemah, yang tak punya kuasa, yang mempunyai banyak sekali keterbatasan: tidak bisa terbang, banyak penyakit, banyak cacat, dan dapat mati. Kondisi tubuh yang hina ini, tidak sebanding dengan kehendak manusia yang tak terbatas dan tanpa pembatas, yang penuh imajinasi, fantasi, dan angan-angan. Disebabkan segala kelemahan dan

7

Ibid 410

8

(9)

9 kehinaan itu, kata Nietzsche, “Aku ingin berkata tentang hinanya tubuh…(dan)

ucpkan selamat tinggal pada tubuh itu.”9

Konsep manusia poshuman dalam film Lucy, menjadi konsep kunci bagi peneliti yang ingin mengungkap mitologi ubermensch ala Nietzsche yang sudah didengungkannya lebih dari satu abad lalu. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, peneliti berusaha mengungkap tanda-tanda yang mitologi ubermensch ala Nietzsche.

1.2 Fokus Penilitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana mitologi Ubermensch dalam film Lucy ditampilkan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap mitologi ubermensch dalam film Lucy.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian yang dilakukan tentang mitologi Ubermensch dalam film Lucy diharapkan bisa menjelaskan atau merinci aplikasi atau keberlakuan konsep analisa semiotik, sehingga penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian selanjutnya

9

(10)

10

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan memberi masukan bagi sineas sehingga diharapkan dapat membuat film yang berkualitas dan bermanfaat bagi khalayak.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan kompetensi kepribadian konselor yang diharapkan siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Puguh Harianto sebagai Ketua Pelaksana yaitu tugas dari dua divisi ini hampir sama dan sesuai dengan keputusan dari DPM agar

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa

Sejarah telah menunjukkan kepada kita betapa hebatnya sumbangan para sarjana hadith dalam mengumpul, menulis, mensyarahkan serta menyebarkan ilmu hadith kepada umat

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam "Ibnu Sina" Yarsi Sumbar Bukittinggi menunjukkan bahwa 54,7% perawat memiliki kecendrungan turnover, dari

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea