DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
LADY PERMATA SARI NIM: 143110251
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MOLA
HIDATIDOSA DI RUANGAN GYNEKOLOGI-ONKOLOGI
DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
LADY PERMATA SARI NIM: 143110251
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Mola hidatidosa di Ruang Rawat Inap Kebidanan Gynekologi-Onkologi di RSUP DR. M. Djamil Padang”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari Ns. Elvia Metti, M.Kep, Sp.Kep.Matselaku dosen pembimbing I dan Ns. Zolla Amely Ilda, S.kep, M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa bantuan dari Ibu sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan kementrian Kesehatan RI padang. 3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk penulis.
5. Pihak RSUP dr .M. Djamil Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan;
6. Teristimewa kepada papa, mama, uda rendy yang telah memberikan bantuan, semangat dan mendengarkan keluh kesah selama pembuatan KTI ini.
7. Spesial untuk sahabat tercinta fisqi, sintya, safda, jiji, yaya yang selama 3 tahun ini bersama, susah senang hingga kita berhasil bersama-sama meraih gelar Amd.Kep.
keluh kesah dan yang selalu memberikan semangat selama pembuatan KTI ini. Semoga cepat menyusul juga wisuda nya.
9. Terimakasih kepada teman satu pembimbing fisqi dan andri yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dan selalu bersama-sama melalui pembuatan proposal hingga KTI ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, 19 Juni 2017
JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Lady Permata sari
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola hidatidosa di Ruangan Gynekologi-Onkologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017
Isi : xi + 64 Halaman + 8 Lampiran
ABSTRAK
Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan perkembangan dan pertumbuhan janinnya tidak berkembang sempurna dan dapat menyebabkan keganasan sehingga menjadi kariokarsinoma. Angka kejadian mola hidatidosa di sumantera barat pada tahun 2010 ada 100 kejadian. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien mola hidatidosa di ruangan Gynekologi-Onkolgi RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi kasus. Penelitian dilakukan di IRNA Kebidanan Ruang Gynekologi-Onkologi RSUP Dr. M Djamil Padang dari tanggal 05 Juni-11 Juni 2017. Populasi semua pasien dengan mola hidatidosa, sampel diambil 2 partisipan dengan teknik purposive sampling. Alat dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dengan teknik observasi, pengukuran, wawancara dan studi dokumentasi. Rencana analisis data yang telah didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai dengan proses keperawatan.
Hasil pengkajian didapatkan Ny. A dan Ny. Y mengeluh keluar darah kemaluan, nyeri perut bagian bawah, penurunan nafsu makan karena mual. Diagnosa yang diangkat kekurangan volume cairan dan elektrolit, nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas. Rencana keperawatan sesuai dengan NIC meliputi pengontrolan perdarahan, pengontrolan nyeri, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan. Hasil evaluasi yang didapatkan perubahan pada pasien Ny. A ditemukan pada hari rawatan ke 5 dan Ny. Y didapatkan perubahan seperti perdarahan pervaginam berkurang, nafsu makan meningkat pada hari rawatan ke-5
Disarankan kepada Kepala Ruangan kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang agar dilaksanakan pelatihan secara berkala kepada petugas ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan mola hidatidosa agar lebih meningkatnya kualitas dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
Kata Kunci : Mola hidatidosa, Asuhan Keperawatan Daftar Pustaka : 26 (2007-2016)
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
LEMBAR ORSINILITAS... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR SKEMA... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTRAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Konsep Mola hidatidosa ... 6
1. Pengertian Mola hidatidosa... 6
2. Etiologi... 7 3. Klasifikasi... 8 4. Manifestasi klinis ... 10 5. Patofisiologi ... 11 6. WOC... 13 7. Pemeriksaan penunjang ... 14 8. Penatalaksanaan ... 14
9. Pemeriksaan tindak lanjut ... 16
10. Komplikasi ... 16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Mola hidatidosa... 17
1. Pengkajian... 17
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan... 19
3. Perencanaan Keperawatan... 20
4. Implementasi Keperawatan... 28
5. Evaluasi Keperawatan... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Desain Penelitian... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 29
C. Populasi dan Sampel ... 29
F. Cara Pengumpulan Data... 30
G. Prosedur Pengumpulan Data... 32
H. Prosedur Penelitian... 33
I. Rencana Analisis... 35
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS... 36
A. Deskripsi Kasus... 36 B. Pembahasan Kasus... 48 BAB V... 62 A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 64 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
2.1 Mola hidatidosa Komplit... 9 2.2 Mola hidatidosa Parsial... 10
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 WOC Mola Hidatidosa ... 13
Tabel 4.1 Pengkajian ... 36
Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan... 41
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan... 42
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan... 44
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan... 46
Lampiran2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran3 : Surat Selesai Melakukan Penelitian Lampiran4 : Ganchart
Lampiran5 : Jadwal Bimbingan Proposal Lampiran 6 : Jadwal Bimbingan KTI
Lampiran 7 : Asuhan Keperawatan pada Ny. A Lampiran 8 : Asuhan Keperawatan pada Ny. Y
BAB 1 PENDAHULUAN
Kehamilan yang sehat merupakan kehamilan yang ditandai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan janin secara normal didalam rahim. Namun ada beberapa keadaan dimana pertumbuhan dan perkembangan janinnya tidak berkembang dengan baik, apabila terjadi kegagalan kehamilan tergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. Kegagalan ini bisa berupa abortus, kehamilan ektopik, prematuritas, kehamilan janin dalam rahim, atau kelainan kongenital. Semuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi, juga termasuk trofoblas (Martadisoebrata, 2010).
Penyakit trofoblas merupakan penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas. Sel trofoblas banyak ditemukan pada wanita hamil. Sel trofoblas juga dapat ditemukan diluar kehamilan berupa teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas dalam kehamilan disebut Gestational Trophoblastic Disease (Martasdisoebrata, 2010). Penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Pada penyakit trofoblas dikenal dengan nama mola hidatidosa atau hamil anggur (Prawirohardjo, 2010).
Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan yang perkembangan dan pertumbuhan janinnya tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu pertama kehamilan. Sel telur yang seharusnya berkembang menjadi janin justru terhenti perkembangan nya, yang terus berkembang justru sel-sel trofoblas yaitu berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion sehingga menyerupai gelembung-gelembung berisi cairan, mirip anggur. Ukuran gelembung ini pun bervariasi. Ada yang berdiameter 1 milimeter sampai 1-2 sentimeter. Jika dilihat dari mikroskop, ditemukan edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili, dan proliferasi sel-sel trofoblas ( jumlah sel nya bertambah ) (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Sastrawinarta (2007), faktor resiko dari penyakit mola hidatidosa ini adalah umur, genetik,status gizi ibu. Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, dan mola hidatidosa juga sering ditemui pada ibu hamil yang kekurangan protein.
Dampak mola hidatidosa dapat timbul secara fisik maupun psikologis. Secara fisik mola hidatidosa bisa menyebabkan perdarahan hebat yang dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan hingga syok, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat mual muntah. Jika tidak cepat ditindak lanjuti maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan pasien, karna penyebaran sel sel trofoblas akan semakin cepat dan meningkat sehingga dapat menyebabkan kanker dan bisa menyebar ke jaringan/organ lain. Dampak secara psikologis bisa menyebabkan kesedihan pada keluarga terutama pada ibu dan keluarga yang masih mengharapakan anak. Serta pada ibu jika dilakukan tindakakn proses pengangkatan rahim maka ibu tidak bisa hamil kembali. (Mochtar,2010). Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi dampak fisik dan psikologis pada pasien mola hidatidosa.
Mengingat dampak dan banyak nya kasus mola hidatidosa perawat mempunyai peran dalam melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi (Potter & Perry, 2009). Pengkajian keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Untuk tindakan keperawatannya perawat dapat melakukan tindakan secara mandiri dan kolaborasi. Secara mandiri perawat dapat melakukan teknik non farmakologi untuk mengatasi nyeri, memberikan penyuluhan tentang mola hidatidosa, memberikan motivasi kepada ibu. Secara kolaborasi perawat dapat berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengatasi perdarahan pada pasien mola dengan pemberian obat anti perdarahan, manajemen cairan untuk mengatasai kekurangan volume cairan, manajemen nutrisi untuk menjaga keseimbangan nutrisi (Mochtar, 2010).
Riset World Health Organization (WHO) 2010 di negara-negara barat kasus mola hidatidosa dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Sedangkan di negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Biasanya kasus mola lebih sering ditemukan pada umur reproduktif (Kemenkes RI, 2010). Jumlah kejadian komplikasi maternal menurut Riskesdas, 2010 angka
Barat (268 kejadian) Jawa Tengah (182 kejadian) dan Sumatera Barat (100 kejadian).
Hasil penelitian yang dilakukan Damongilala mengenai profil mola hidatidosa di RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou Manado, 2011 diperoleh sebanyak 39 kasus mola hidatidosa. Kasus mola hidatidosa terbanyak pada kelompok usia 20-29 tahun dengan jumlah penderita 17 orang (43,6). Sedangkan berdasarkan data yang diambil dari RSUP dr Kariadi jumlah pasien mola hidatidosa pada tahun 2007 sebanyak 19 penderita, pada tahun 2008 terjadi penurunan sebanyak 17 penderita, dan pada tahun 2009 sebanyak 29 penderita. Dari data tersebut setelah dilakukan survei dari catatan rekam medik sebanyak 10 penderita mola hidatidosa pada tahun 2007, terdapat 60% penderita yang terjadi pada ibu berumur diatas 35 tahun, sebanyak 30% penderita yang terjadi pada umur 20 tahun serta 10 % penderita terjadi pada umur 20 sampai 35 tahun. dari data tersebut 80% terjadi pada keluarga dengan sosial ekonomi rendah.
Hasil studi pendahuluan awal yang dilakukan oleh penulis di RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 8 Februari 2017 didapatkan data bahwa setiap bulan nya ada pasien mola hidatidosa dan ada terjadi peningkatan, pada bulan Desember 2016 ada sebanyak lima orang pasien. Pada bulan Januari 2017 sebanyak enam orang pasien. Awal bulan Februari 2017 didapatkan tiga orang pasien dengan mola hidatidosa. Dari data yang didapatkan dua diantaranya pasien berusia 28 dan 43 tahun di Ruang Rawat Inap Kebidanan Gynekologi dan Onkologi RSUP dr. M. Djamil Padang. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan ke salah satu pasien, pasien mengatakan ia baru menyadari bahwa kehamilannya tidak normal di usia kehamilan 4 bulan. Selama hamil ia sering mengalami mual, pusing yang berlebihan, disertai dengan nyeri perut dan perdarahan pervaginam. Selama hamil pasien juga mengatakan tidak ada merasakan perkembangan janinnya. Saat pengkajian pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit ia hanya mendapatkan tindakan medis saja, seperti pemberian obat, dan akan dilakukan tindakan kuretase. Pasien juga mengatakan ia kurang
informasi tentang penyakit mola hidatidosa dari petugas kesehatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Mola hidatidosa” di ruangan Rawat Inap Kebidanan Gynekologi dan Onkologi RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017 ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada ibu hamil dengan Mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017
b. Mampu mendiskripsikan diagnosis keperawatan pada ibu hamil dengan Mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017 c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada ibu hamil
dengan Mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017 d. Mampu mendiskrpsikan implementasi keperawatan pada ibu hamil
dengan Mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017 e. Mampu mendiskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pada ibu
hamil dengan Mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2017
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa dan dapat
pengetahuan dan data dasar dalam penelitian selanjutnya 2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan penerapan asuhan keperawatan ibu hamil dengan mola hidatidosa
3. Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang
Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan konstribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dalam bidang atau profesi keperawatan.
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang menjadi lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur (Saifuddin, 2009).
Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang tidak sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas trofoblas profileratif tidak normal. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan morfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar, 2011).
Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan suatu hasil pembuahan yang gagal. Jadi dalam proses kehamilannya mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis disebut “snow storm” (Sukarni, 2014).
pembengkakan vili (degenerasi pada hidrofibik) dan poliferasi trofoblas. Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain :
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau ada serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan
b. Imunoselektif dari trofoblas, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stoma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya
d. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi. Secara genetic yang dapat diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasi seperti menotropiris (pergonal).
e. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim. Keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh (Mochtar, 2010). Faktor lainnya yang diketahui adalah sosial ekonomi rendah, keguguran sebelumnya, neoplasma trofoblastik gestasional sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim pada masa subur. Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang berusia lebih dari 45 tahun,
dapat terjadi pada wanita yang berusi 20-40 tahun (Reeder, 2011).
Menurut Sukarni, 2014 faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi. Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola hidatidosa :
a. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa.
b. Riwayat genetik
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen
c. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga kekurangan vitamin A.
3. Klasifikasi
Klasifikasi atau pengelompokan mola hidatidosa menurut Sastrawinata, 2007 :
a. Mola hidatidosa komplet (MHK)
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau membrane. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Vili korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan memeberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk menambahkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang berkembang dapat bepenetrasi ke tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang terjadi ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat yang dapat terjadi.
Secara sitogenik umumnya bersifat diploid 46XX, sebagai hasil pembuahan satu ovum, tidak berinti atau intinya tidak aktif, dibuahi oleh
duplikasi menjadi 46XX. Jadi, umunya MHK bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak (Andogenetik ). ( gambar 2.1 )
Gambar 2.1 Mola Hidatidosa Komplit
Kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y (dispermi)
sehingga terjadi 46XX atau 46 XY. Disini, MKH bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik, yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.
b. Mola hidatidosa parsial (MHP)
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas dibandingkan dengan mola komplet. Kariotip umunya adalah triploid sebagai hasil pembuahan satu ovum oleh dua sperma (dispermi).Bisa berupa 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY.
Pada MHP, embrio biasanya mati sebelum trimester pertama. Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP dengan bayi aterm. Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini memiliki signifikan klinis karena walaupun resiko ibu untuk menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting. Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dan vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsito trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal trophoblastic inclusions( gambar 2.2 )
Gambar 2.2 Mola hidatidosa Parsial 4. Manifestasi Klinis
Menurut Winknjosastro, 2007 gejala mola tidak berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya, perkembangannya lebih cepat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari pada umur kehamilan. Ada pula kasus kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walau jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying mole.
Pada pasien mola biasa nya akan terjadi : a. Nyeri/kram perut
b. Muka pucat/keuning-kuningan c. Perdarahan tidak teratur d. Keluar jaringan mola e. Keluar secret pervaginam f. Muntah-muntah
g. Pembesaran uterus dan uterus lembek h. Balotemen tidak teraba
i. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal j. Gerakan janin tidak terasa
k. Terdengar bunyi dan bising yang khas l. Penurunan berat badan yang khas 5. Patofistologi
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola.
b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh (Mochtar, 2010).
Sel telur seharusnya berkembang menjadi janini justru terhenti perkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasi sistem aliran darah terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini kadang disertai juga dengan gelembuung vilus yang dapat memastikan dignosis mola hidatidosa (Purwaningsih,2010)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purwaningsih, 2010 ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa dengan
1. HCG : nilai HCG meningkat dari normal nya.
Nilai HCG normal pada ibu hamil dalam berbagai tingkatan usia kehamilan berdasarkan haid terakhir :
a. 3 minggu : 5-50 mlU/ml b. 4 minggu : 5-426 mlU/ml c. 5 minggu : 18-7,340 mlU/ml d. 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/ml e. 7-8 minggu : 7,650-229,000 mlU/ml f. 9-12 minggu : 25,700-288,000 mlU/ml g. 13-16 minggu : 13,300-254,000 mlU/ml h. 17-24 minggu : 4,060-165,400 mlU/ml i. 25-40 minggu : 3,640-117,000 mlU/ml
j. Tidak hamil : <5.0 mlU/ml
k. Post-menopause : < 9.5 mlU/ml
2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi
3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyu jantung janin
4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk, sedangkan pada kehamilan biasa, ada tahanan dari janin.
7. Penatalaksanaan
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu : a. Perbaikan keadaan umum
Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemi, pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat atau tirotoksikosis.
Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu : 1) Koreksi dehidrasi
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai dengan protokol penangan dibagian obstetrik dan gynekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi 1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA 2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur tua dan paritas tinggi merupan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga (Saifuddin, 2011). c. Evakuasi
Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi (Martaadisoebrata, 2007). Segerakan lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat) (Saifuddin, 2014).
hidatidosa meliputi :
a. Lama pengawasan 1-2 tahun
b. Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakasi alat kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang untuk kontrol
c. Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut
e. Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali f. Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan
pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. 9. Komplikasi
a. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat akibat fatal
b. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia c. Infeksi sekunder
d. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
e. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola destruens atau kariokarsinoma. (Mochtar, 2010).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Mola hidatidosa 1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, alamat b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram perut disertai dengan perdarahan pervaginam, keluar secret pervaginam, muntah-muntah
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan pasien akan mengalami perdarahan pervaginam diluar siklus haidnya, terjadi pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
semakin banyak anak keadaan rahim ibu akan semakin melemah. ibu multipara cenderung beresiko terjadinya kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran.
4. Status obstetri ginekologi
a. Usia saat hamil , sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun, melakukan persalinan secara normal atau operasi.
c. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD. d. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang
menyengat. Kemungkinan adanya infeksi. 2. Riwayat kesehatan keluarga
Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
a) Pola aktivitas sehari – hari 1. Pola nutrisi
Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsu makan, karena pasien biasanya akan mengalami mual dan muntah akibat peningkatan kadar hCG dalam tubuh.
2. Eliminasi
Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasi itu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam pengeluaran feces. Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
mengalami kelemahan fisik, pasien akan mengalami pusing dan dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut mlakukan aktivitas, karena kemungkinan akan timbul nya nyeri, sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op atau setelah kuratese
b) Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum kllien akan tampak pucat, lemah, lesu, dan tampak mual atau muntah
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva anemis 3. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di identifikasikan melalui leher dan thorax
4. Pemeriksaan abdomen
Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uterus lebih besar dari yang diperkirakan dari lama nya amenore.Pada 25% pasien uterus lebih kecil dari yang diperkirakan.Bunyi jantung janin tidak ada. (Prawirohardjo, 2010)
5. Pemeriksaan genetalia
Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam. 6. Pemeriksaan ekstremitas
dingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki. c) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan HCG 2. Pemeriksaan USG 2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2. Nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar HCG
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai darah ke otak dan suplai nutrisi ke jaringan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran (Nanda, 2017).
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, intertisial, dan atau intarselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium Batasan karakteristik : 1) Kelemahan 2) Kulit kering 3) Membran mukosa kering 4) Peningkatan hematokrit 5) Penurunan tekanan darah 6) Penurunan turgor kulit NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : 1. Tekanan darah dalam rentang normal ( 110-130 mmHg) 2. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak terganggu
3. Hematokrit dalam
rentang normal
( 37-43%) 4. Turgor kulit baik 5. Membran mukosa
lembab
Manajemen cairan
1. Jaga intake atau asupan yang akurat dengan catat output pasien
2. Monitor status hidrasi ( misalnya, membran mukosa lembab,denyut nadi adekuat)
3. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan ( misalnya penurunan hematokrit )
4. Monitor tanda-tanda vital pasien
5. Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian
6. Berikan terapi IV
7. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik
Pencegahan perdarahan
1. Catat nilai hemoglobin dan hemtokrit sebelum dan setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap ( contoh : cek smua sekresi darah yang terlihat jelas maupun yang tersembunyi )
3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), Partial Thromboplastin Time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin, dan trombosit hitung dengan cepat. 4. Monitor tanda-tanda vital
5. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi perdarahan aktif
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
Nyeri akut berhubungan dengan perdarahan, proses perjalanan penyakit
Defenisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai
kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
Batasan Karakteristik :
1) Kspresi wajah
nyeri ( mis, mata kurang bercahaya, meringis )
2) Fokus pada diri sendiri
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan paseien mampu mengontorl nyeri dengan kriteria hasil : 1. Nyeri terkontrol 2. Mampu memutuskan tindakan untuk memberikan kenyaman 3. Mampu menerima infomasi yang disediakan ntuk mengurangi nyeri 4. Mampu mengambil tindakan untuk mengurangi nyeri Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan berat nya nyeri
2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat
3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, mengantisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
6. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam ( misalnya, farmakologi, non farmakologi, interpersonal ) untuk memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan
7. Evaluasi ke efektifan dari tindakan pengontorl nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri yang dilakukan
3) Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri ( mis, skala Wong-Baker FACES ) 4) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri 5) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas 6) Mengekspresikan prilaku ( mis, gelisah, merengek, menangis,waspada ) 7) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri 8) Sikap melindungi area nyeri. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NOC:Setelah dilakukan tindakan
keperawatan,
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
berhubungan dengan penurunan asupan oral, mual sekunder akibat peningkatan kadar hCG
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan Karakteristik:
a) Bising usus hiperaktif
b) Cepat kenyang
setelah makan c) Kurang informasi d) Kurang minat pada
makanan
e) Membran mukosa pucat
f) Nyeri andomen g) Penurunan berat
badan dengan asupan makanan adekuat pasien mampu menunjukkan keseimbangan nutrisi tidak terganggu dengan kriteria hasil : 1. Nafsu Makan : Indikator : a. Keinginan untuk makan tidak terganggu b. Rangsangan untuk makan tidak terganggu 2. Status Nutrisi : Asupan makanan & cairan Indikator : a. Asupan makanan secara oral tidak terganggu b. Asupan cairan secara oral tidak terganggu
2) Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan
3) Monitor kalori dan asupan makanan
4) Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
5) Berikan arahan bila diperlukan Monitor Nutrisi
1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor kecendrungan turun dan naiknya berat badan 3. Identifikasi pertumbuhan berat badan terakhir
4. Monitor tugor kulit dan mobilitas 5. Monitor adanya mual muntah
6. Monitor adanya (warna) pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering
7. Lakukan pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht )
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
Peningkatan mekanika tubuh
1. Kaji komitmen pasien untuk berjalan dan menggunakan postur tubuh yang benar
antara suplai darah ke otak dan suplai nutrisi ke jaringan
Defenisi :
Ketidakcakupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan
sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan Batasan Karakteristik 1) Dispnea setelah beraktivitas 2) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 3) Keletihan
4) Respon tekanan darah
abnormal terhadap aktivitas pasien mampu menunjukkan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil : 1. Frekuennsi nadi saat beraktivitas tidak terganggu (80-100 kali/menit) 2. Tekanan darah sistolik dalam beraktivitas tidak terganggu (110-140 mmHg) 3. Tekanan darah diastolik dalam beraktivitas tidak terganggu (75-85 mmHg) 4. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas tidak terganggu (12-20 kali/menit)
2. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama
3. Instruksikan pasien untuk menggerakakn kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri 4. Edukasi pasien/kelurga tentang frekuensi dan jumlah
pengulangan dari setiap latihan Piningkatan Latihan
1. Gali hambatan untuk melakukan latihan
2. Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau kebutuhan untuk melakukan latihan
3. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan 4. Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan
5. Libatkan keluarga/orang yang memberikan perawatan dalam merencanakan dan meningkatkan program latihan
6. Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan intensitas prodram latihan yang diinginkan
7. Monitor respon individu terhadaap program latihan
8. Sediakan umpan balik positif atau usaha yang dilakukan individu
Risiko infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol infeksi , dengan kriteria hasil : 1. Mampu mengidentifikasi faktor risiko infeksi 2. Mengetahui konsekuensi terkait infeksi 3. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi 4. Mempu menunjukan mencuci tangan untuk pencegahan infeksi
5.
Tidak ada kemerahan6.
Tidak ada demam Kontrol infeksi 1. Cucitangansetiapsebelumdansesudahtindakankeperawata n2. Tingkatkan intake nutrisi
3. Monitor tandadangejalainfeksisistemikdan lokal 4. Inspeksikulitdanmembranemukosaterhadapkemerahan, panas, drainase 5. Monitor adanyaluka 6. Dorongmasukancairan 7. Dorongistirahat 8. Ajarkanpasiendankeluargatandadangejalainfeksi
7.
Tidak ada hipotermia8.
Tidak ada kestabilan suhu9.
Tidak ada kehilangan nafsu makan 10. Tidak ada malaise Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peranDefinisi :Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap
bahaya. Perasaan ini
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu NOC:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan cemas berkurang dengan
tanda-tanda vital dalam rentang normal
dengan kriteria
hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Tingkat pernapasan dalam rentang normal 3. Tekanan darah Terapi Relaksasi :
1. Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang sudah memberikan manfaat
2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan
4. Dapatkan perilaku yang menunjukan terjadinya relaksasi, misalnya bernapas dalam, menguap, pernapasan perut, atau banyangan yang menyenangkan
5. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi 6. Tunjukan dan praktekan teknik relaksasi pada pasien
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman Batasan Karakteristik Perilaku 1. Penurunan produktivitas 2. Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup 3. Gelisah 4. Insomnia
5. Kontak mata buruk
6. Resah Afektif 1. Gelisah 2. Distress 3. Ketakutan 4. Perasaan tidak adekuat 5. Marah 6. Menyesal 7. Perasaan takut 8. Khawatir Fisiologis 1. Wajah tegang sistolik dalam rentang normal 4. Tekanan darah diastolik dalam rentang normal 5. Tekanan nadi dalam rentang normal 6. Kedalaman inspirasi dalam rentang normal
2. Peningkatan keringat
3. Gemetar/tremor
4. Suara bergetar
keperawatan. Perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat. Tindakan keperawatan diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan mengingatkan status kesehatan klien. Tindakan keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang bertujuan untuk meningkatkan hasil perawatan klien. Proses tindakan keperawatan memerlukan pengkajian ulang terhadap klien. Saat melakukan tindakan keperawatan, perawat akan berfokus untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya perdarahan, atau mengupayakan agar klien tidak mengalami kekurangan volume cairan. Bisa dilakukan dengan melakukan transfusi darah, pemenuhan cairan melalu infus. Serta pemantauan tanda-tanda vital pasien (Purwaningsih, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontiniu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan pasien. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan, kumpulkan data subjectif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan. Selain itu perawat juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Proses evaluasi keperawatan dari data yang didapatkan diharapkan pada pasien mola hidatidosa tidak terjadi lagi perdarahan, klien tidak anemis, tanda-tanda vital dalam batas normal (Purwaningsih, 2010). Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus dimana penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien. Dimulai dengan melakukan pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan, melakukan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa di RSUP dr. M. Djamil Padang.
B. Waktu danTempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Kebidanan Gynekologi dan Onkologi RSUP dr. M. Djamil Padang. Waktu penelitian di mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2017. (Lampiran 3). Waktu untuk melakukan studi kasus ada selama 2 minggu dan rencana akan dilakukan pada bulan Mei.
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Saryono, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami mola hidatidosa pada bulan Desember tahun 2016 sebanyak 5 orang, Januari 2017 sebanyak 6 orang, dan awal Februari tahun 2017 sebanyak 3 orang di RSUP dr. M. Djamil Padang. Maka total populasi adalah 14 orang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu objek yang diteliti yang mewakili suatu populasi (Saryono, 2013). Pemilihan partisipan mengacu pada teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013).
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling 2 pasien dengan kriteria inklusi.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi
- Partisipan 2 dan keluarga bersedia menjadi responden 2) Partisipan 1 dan partisipan 2 dengan masalah mola hidatidosa 3) Pasien yang berdomisili di Kota Padang
4) Partisipan dengan hari rawatan 5 hari D. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah,data penunjang (hasil labor dan diagnostik), dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang akan diperoleh langsung dari keluarga, rekam medis dan Ruangan Rawat Inap Gynekologi dan Onkologi RSUP dr. M. Djamil Padang
E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Format yang akan digunakan adalah format pengkajian Gynekologi dan Onkologi (Lampiran 4).
F. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi, dan dokumentasi. Menurut Dinarti, dkk (2009) pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan ada 5 tahap yaitu sebagai berikut :
1. Pengkajian
Bentuk yang umumnya dipakai dalam format pengkajian sebagai berikut: a. Format tanya jawab
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat umum (identitas pasien seperti nama, jumlah anggota keluarga, ataupun riwayat kesehatan seperti penyakit yang pernah diderita), ataupun yang lebih pribadi (seperti status keuangan, spiritual, seksual). Pola aktifitas sehari-hari (seperti kebiasaan makan, pekerjaan pasien). b. Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to date. Data ini biasa dicatat dalam format tertentu yang disebut dengan flowsheet. Format flow sheet memungkinkan agar perawat dapat
dengan hasil pemeriksaan laboratorium. c. Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan. Pengkajian ini dapat ditulis pada format catatan keperawatan. (Format terlampir) 2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya (Format Terlampir ). Data pasien diklasifikasikan menjadi dua yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapat dari perkataan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan dan data objektif adalah data yang diperoleh perawat berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnosis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES (problem + etiologi + sympton).
3. Perencanaan keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen menurut NANDA 2015-2017 sebagai berikut:
a. Diagnosis yang diprioritaskan b. Tujuan dan kriteria hasil c. Intervensi
(Format Terlampir) 4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen: a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan. b. Diagnosis keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan. d. Tanda tangan perawat pelaksana.
(Format terlampir) 5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen: a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan. b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. G. Prosedur Pengumpulan Data
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Penulis akan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Melakukan observasi keadaan umum pasien, mengobservasi jumlah perdarahan pervaginam, mengobservasi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan pasien.
Menurut Susan Stainback dalam buku Sugiyono (2014), menyatakan bahwa dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi aktif dalam aktivitas mereka.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2014). Pertanyaan yang akan ditanyakan saat dilakukan wawancara fokus terhadap masalah yang diteliti seperti, apakah ibu sudah pernah mendapatkan informasi tentang mola hidatidosa Melakukan anamnesa riwayat kehamilan, riwayat antenatal . Wawancara sebagai salah satu syarat untuk melengkapi pengkajian asuhan keperawatan, menggali bagaimana keadaan pasien, menggali pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik responden. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam asuhan keperawatan ini meliputi pemeriksaan status fisiologi dan pemeriksaan head to toe. Hasil
pembesaran uterus 4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah sakit dan catatan perkembangan pasien, medical record, hasil USG, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan darah.
H. Prosedur Penelitian 1. Prosedur Administrasi
Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah : a. Penulis mengurus perizinan pengambilan data untuk
mendapatkan surat rekomendasi penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Penulis menyerahkan surat rekomendasi untuk mengurus perizinan untuk pengambilan data penelitian ke RSUP dr. M. Djamil Padang
c. Mengurus perizinan ke direktur melalui Diklat RSUP dr. M. Djamil Padang
d. Mengurus perizinan ke Kepala Instalasi Keperawatan Ruang Ginekologi dan Onkologi RSUP dr. M. Djamil Padang
e. Mengurus perizinan ke Kepala Ruang Gynekologi dan Onkologi RSUP dr. M.Djamil Padang
f. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pada pasien mola hidatidosa. Pemilihan sampel dilakukan dengan berkoordinasi dengan petugas ruangan dalam menentukan data sampel
g. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
h. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan responden dalam penelitian
i. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk bertanya j. Responden / keluarga menandatangani informed consent. Penulis meminta kontrak waktu kepada responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan pamit.
2. Prosedur Asuhan keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Penulis melakukan pengkajian kepada responden / keluarga menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
responden
c. Penulis membuat perencanaan asuhan keperwatan yang akan diberikan kepada responden
d. Penulis melakukan tindakan keperawatan pada responden
e. Penulis mengevalusi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada responden
f. Penulis mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
g. Penulis melakukan terminasi dengan responden/keluarga. I. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada paseien dengan mola hidatidosa . Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Ny. A (partisipan I) berumur 52 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 05 Juni 2017 pukul 11.15 WIB melalui Poliklinik
05-10 Juni 2017, Ny. A dirawat diruang kemuning 4.
Ny. Y (partisipan II) berumur 31 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 06 Juni 2017 pukul 08.40 WIB melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang atas rujukan RS Yarsi. Peneliti melakukan studi kasus terhadap Ny. Y dari tanggal 06-11 Juni 2017, Ny. Y dirawat diruang kemuning 3.
Tabel 4.1 Pengkajian
Partisipan 1 Partisipan 2
Identitas pasien
Ny.A berusia 52 tahun, pendidikan terakhir SMU, tidak bekerja, agama islam, alamat : Bandes batu kasek pengambiran, Lubuk begalung Padang
Identitas pasien
Ny.Y berusia 31 tahun, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan ibu rumah tangga, agama islam, alamat palapuh RT 002 RW 007 Air pacah, Koto Tangah Padang
Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu
Tanggal masuk Ny.A yaitu 05 Juni 2017 Diagnosa Medik Ny. A yaitu Mola hidatidosa invasif
Keluhan utama
Ny.A masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 05 Juni 2017 pukul 11.15 WIB melalui Poliklinik Kebidanan dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan keluar darah dari kemaluan sejak 6 hari yang lalu. Ny. A mengatakan dalam sehari mengganti pembalut sebanyak 5 kali.
Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu
Tanggal masuk Ny.Y yaitu 06 Juni 2017 Diagnosa Medik Ny. Y yaitu Mola hidatidosa invasif
Keluhan utama
Ny.Y masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 06Juni 2017 pukul 08.40 WIB melalui IGD RSUP DR. M. Djamil Padang dengan keluhan usia kehamilan sudah 5 bulan namun suara detak jantung janin tidak ada, dan keluar darah darah vagina sejak usia kehamilan 2 bulan, diserta nyeri perut bagian bawah. Ny. Y mengatakan keluar darah dari kemaluan sedikit-sedikit tapi terus menerus
Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 05 Juni 2017 jam 15.00 WIB, Ny.A mengatakan nyeri perut bagian bawah, tidak ada nafsu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah, keluar darah dari kemaluan jika banyak beraktifitas.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juni 2017 jam 14.30 WIB, Ny.Y kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah, pasien mengatakan sering mengalami sakit perut bagaian bawah, menjalar ke ari-ari.
Ny.A mengatakan belum pernah menderita sakit ini sebelumnya.
Ny.Ymengatakan saat masih gadis dulu haid nya sering tidak teratur, kadang pernah dalam 1 bulan klien haid 2 kali.
Klien mengatakan pernah dirawat
sebelumnya saat melahirkan anak pertama karna SC
Riwayat kesehatan keluarga
Ny.A mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit keturunan seperti kanker, hipertensi, dibaetes melitus.
Riwayat kesehatan keluarga Ny.Y mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama dan yang memiliki sakit keturunan seperti kanker, hipertensi dan lain-lain.
Riwayat haid/status ginekologi
Ny.A mengatakan pertama kali datang haid pada berumur 12 tahun, siklus teratur, lama nya haid 5-6 hari. haid banyak pada hari pertama dan kedua,klien mengatakan 3 kali ganti pembalut dalam sehari saat haid. warna merah, bau khas, dismenorrhe ada pada saat hari pertama haid nyeri haid masih bisa ditahan. Sekarang pasien sudah mengalami menaupose.
Riwayat haid/status ginekologi
Ny.Y mengatakan pasien pertama kali datang haid umur 14 tahun, siklus tidak teratur, haid banyak pada hari pertama haid, warna merah, bau khas, disminorrhe ada pada saat hari pertama haid, nyeri masih bisa ditahan, pasien mengatakan pernah dalam 1 bulan halangan 2 kali.
Riwayat obstetri
Ny.A mengatakan hamil pertama pada umur 23 tahun dan memiliki 4 orang anak, selama hamil mengalami siklus yang normal. Ny.A mengatakan melahirkan secara normal dan tidak pernah mengalami keguguran dan persalin ditolong oleh bidan. Ny.A mengatakan masa nifas selama 2 minggu dan menyusui selama 2 tahun.
Riwayat obstetri
Ny.Y mengatakan hamil pertama pada umur 25 tahun dan memiliki anak 1 orang. Ny.S mengatakan melahirkan anak pertamanya secara secara seksio sesarea (sc) dirumah sakit. Ny.Y mengatakan masa nifas selama 2 minggu. Anak pertamanya ASI Eklusif dan menyusui sampai umur 2 tahun
Data keluarga berencana
Ny.A mengatakan tidak pernah ikut KB
Data keluarga berencana
Ny.Y mengatakan pernah mengikuti KB yaitu suntik 3 bulan
Data psikologis
Ny.A mengatakan cemas dengan keadaan nya dan takut tidak bisa sembuh.
Data spiritual
Ny.A mengatakan menjalankan sholat 5
Data psikologis
Ny.Y mengatakan ia takut tidak bisa sembuh dan tidak bisa hamil kembali, pasien mengatakan ia dan suami masih mengharapkan anak
Data spiritual
melakukan ibadah. Data sosial-ekonomi
Ny.A mengatakan berobat menggunakan BPJS
ADL
Dapat menolong diri sendiri :
Ny.A mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri harus dengan bantuan yang minimum.
Nutrisi :
Ny.A memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan biasa yaitu nasi + lauk pauk + sayuran + buah. pola makan teratur, tetapi selama di rawat di rumah sakit nafsu makan klien berkurang, klien sering tidak menghabiskan diit yang diberikan.
Pola tidur
Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± 10 jam tetapi setelah sakit pasienhanya tidur 6-7 jam sehari
BAB & BAK
Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih5-7 kali sehari, dengan jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, saat pasien sakit BAK 3 kali sehari dengan jumlah kira-kira 400 cc, kebiasaan BAB pasien sebelum sakit2 kali sehari, jumlah tidak dapat ditentukan, warna kuning dengan konsistensi padat, saat pasien sakit BAB 1 kali sehari
Personal hygiene :
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari pagi dan malam saat mau tidur, selama di rumah sakit pasien mengatakan mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan malam
Pemeriksaan fisik
melakukan ibadah Data sosial-ekonomi
Ny.Y mengatakan berobat menggunakan BPJS
ADL
Dapat menolong diri sendiri :
Ny.Y mengatakan pasien tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri harus dengan bantuan yang minimum
Nutrisi :
Ny.Y memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan biasa yaitu nasi + lauk pauk + sayuran + buah. pola makan teratur, tetapi selama di rawat di rumah sakit pasien hanya menghabiskan seperempat porsi dari diit yang diberikian oleh rumah sakit. Selama dirumah sakit pasien makan 3 kali sehari.
Pola tidur
Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± 8 jam tetapi setelah sakit pasien mengatkan sulit tidur karena sakit, klien hanya tidur 4-5 jam sehari
BAB & BAK
Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih5-7 kali sehari, dengan jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, saat pasien sakit BAK 3 kali sehari dengan jumlah kira-kira 400 cc, kebiasaan BAB pasien sebelum sakit2 kali sehari, jumlah tidak dapat ditentukan, warna kuning dengan konsistensi padat, saat pasien sakit BAB 1 kali sehari
Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore, selama di rumah sakit pasien mengatakan mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore