• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nlp Kaskus Modelling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nlp Kaskus Modelling"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Deep Trance Identification (DTI) Lanjut gan!!!

Ini adalah versi advancednya "Circle of Excellent"(CoE). Soalnya di pelatihan NLP diajarin di kelas Master. hehehehe....

Secara konsep tekniknya sama dengan CoE, bedanya fungsinya DTI adalah untuk melakukan modelling.

Apa itu modelling? Modelling disini bukan modelling kayak di catwalk. namun proses melakukan duplikasi terhadap keunggulan orang lain atau diri kita sendiri lalu diterpakan pada diri kita sendiri. (banyak praktisi NLP yang bilang kayak kemampuannya peter di serial "Heroes") katanya jika DTI dilakukan selama 21 hari full, maka segala perilaku termasuk kemampuan kita bakalan sama persis dengan orang yang kita model.

Nih tekniknya :

[*]Berdiri dan bayangkan sebuah lingkaran berdiameter kira-kira setengah meter di depan anda. Lingkarannya bisa kayak lingkaran yang ada di awal film serial Mr. Bean.

[*]Bayangkan orang yang agan model berada dalam lingkaran tersebut.

[*]Sekarang perlahan masuk ke dalam lingkaran tsb. Masuki diri model berada dalam lingkaran itu.

[*]Lihat, dengar, rasakan dan alami. Fokus pada pengalaman mental agan. Buat senyata-nyatanya, seakan-akan agan benar-benar sedang mengalami saat itu juga (present moment). Bayangkan sedetil mungkin. Dengarkan sejelas mungkin. Rasakan sekuat mungkin.

[*]Setelah selesai keluar dari lingkaran itu dan kembalikan kesadaran agan.

Ilustrasi :

Spoiler for "awas ngakak"

(2)

Teknik ini adalah untuk memnginstal perilaku dan kebiasaan baru yang kita inginkan. Hampir sama dengan Circle of Excellent, bedanya kita tidak melakukan modeling atas perilaku ekselen kita. Kita membuat perilaku baru yang kita inginkan. Disini kita seperti menjadi sutradara atas perilaku kita.

New Behavior Generator

1. Pilih suatu perilaku baru yang agan ingin lakukan di suatu *konteks tertentu*, dan

idetifikasikan dimana dan kapan perilaku baru ini akan tepat dilakukan dengan cara itu. Cek ekologi.

2. Bayangkan melihat diri agan sedang melakukan perilaku itu. Perhatikan “video” diri agan dan kemudian *rewind* lagi ke awal.

Perhatikan video itu dan buatlah *improvement* dalam perilaku itu. Improvement itu bisa berupa gambar suara maupun perasaan. Misal perubahan postur, suara, intonasi, isi kata-kata, untuk meningkatkan kinerja tersebut lebih baik. Perhatikan perbedaan respon diri agan saat tiap kali membuat perubahan.

*Rewind* video itu lagi, lakukan lagi proses improvement itu sebanyak agan inginkan untuk memproduksi perilaku paling ekselen yang agan inginkan.

3. Melangkah masuk ke dalam video itu dan lakukan perilaku itu dengan tubuh agan sendiri. Melihat dari mata agan sendiri, mendengar dari telinga agan sendiri, dan sadari sepenuhnya seperti apa rasanya melakukan hal itu secara berbeda.

Di akhir proses ini, rewind lagi dari awal dan lakukan lagi penyesuaian pada postur, suara, intonasi, isi kata-kata, untuk meningkatkan kinerja tersebut lebih baik.

Ulangi sampai agan merasakan yakin bahwa ini adalah kinerja yang paling puncak yang agan inginkan.

4. *Future Pace* dengan cara mengimajinasikan situasi dan konteks dimana agan ingin mengalami perilaku ini secara otomatis.

Sadari signal apa yang akan membuat agan tahu kapan dan di mana agan akan melakukan perilaku ini (gambaran, suara, perasaan). Ingat-ingat signal ini.

Selamat mempraktekkan! 5A Self Modeling

Di Jogja dingin-dingin seger. Habis ngobrol2 soal reiki ditemani teh hangat angkringan jadi pengen posting. Hehehehe...

Ini bukan teknik. Sama sekali bukan teknik. Ini adalah konsep modeling. Biasa digunakan untuk memodel diri sendiri. Lho diri sendiri kok dimodel? Hehehe... ini sebenarnya menjawab pertanyaan yang banyak masuk ke PM, Skype maupun via YM.

Ane ambil beberapa...

"Gan, ane kok orangnya pelupa ya? Biar ilang lupanya gimana?" "Gan, cara ngilangin kebiasaan malas gimana?"

(3)

Dari kedua contoh di atas sebenarnya ada sebuah pelanggaran meta-model. Yaitu pelanggaran Generalization, apa tuh? Yup, Universal quantification. Jadi pertanyaan yang tepat untuk menggali pernyataan di atas adalah :

"Selalu lupa kah? Tak sekalipun ingat?"

"Selalu biasa malas kah? Tak sekalipun tidak malas? tak sekalipun semangat?" Tentu saja jawabannya adalah tidak. Pasti ada hal yang pernah kita ingat. Pasti ada

pengalaman kita semangat atau tidak malas. Pengalaman itulah yang kemudian kita akses dan kita model kembali lalu kita perkuat dan kita anchor. Setelah itu kita terapkan dan kita sesuaikan di kondisi saat diperlukan.

Apa aja sih 5A Self Modeling itu? [*]Access

Akses kembali pengalaman yang akan dimodel. [*]Amplify

Elicit Submodalitynya. Lalu perkuat. Perjelas gambar, suara dan rasanya. [*]Anchor

Buatlah anchor sehingga bisa mempermudah agan mengakses kondisi tersebut. [*]Apply

Lalu terapkan dalam kondisi tertentu. Agan dapat dengan mudah mengaksesnya dengan anchor.

[*]Appropriate

Sesuaikan dengan kondisinya. Jika perlu semangat yang besar, naikkan. Buat gambarnya, suara, dan rasanya lebih jelas.

Trus prakteknya gmn? >>> LANGSUNG KE PEJWAN GAN!!! Dah Ada di daftar teknik.

jadi ane kan maen dota...trus ane demen ama permainannya si A..

ane liad replay replaynya...diliat dlu cara maennya...ampe detil(gak detil detil amat sih)....

pas udah tau persis gimana mainnya,next step:

1. pilih posisi yg enak buat agan (kalo gua sih lebih pilih sebelum tidur lebih enak aja)

2. ente bayangin si A maen dota dengan strategi yg sama persis agan liad di replay,lalu bkin jadi sebuah icon..bayangkan itu ada di sebelah kiri agan

3. lalu ente bayangin ente lagi maen dota lalu bkin jadi icon taruh di kanan agan 4. trus dari icon 1 (permainan si A)bayangin ada kayak ada 'link' yang hubungin icon 1 ama 2

5. lalu visualisasiin ada energi ngalir dari icon si A (kiri) ke icon b (kanan),kayak serap ilmu gitu deh

(4)

6. terus tahan sampe gambar si A (kiri) jadi agak ngeblur lama lama ilankk.. 7. setelah icon kiri ilang...icon yang kanan (agan yg main) jadi sama persis maennya kayak si A tadi.

8. praktekkan di game...selesai yaa itu lah cara ane modelling...

make your own method is better than the others

NLP Modeling

Teknik modeling NLP memiliki tiga tahap, yang pertama observasi perilaku model (orang yang ketrampilannya hendak ditiru). Tahap kedua mengajukan pertanyaan, dan mengalibrasi

accessing cues (gerakan-gerakan bola mata, perubahan warna kulit, kerutan sekitar daerah

mata, mulut, dan pernafasan). Dan tahap ketiga menempatkan diri pada posisi orang tersebut.

Eye-accessing cues kemudian diperluas menjadi teknik BAGEL oleh Robert Dilts. Bagel

adalah kepanjangan dari body—fisiologi, auditory, gesture, eye-accessing cue, dan language). Teknik ini dapat digunakan untuk mengobservasi bahasa tubuh, suara, gerakan kepala, tangan, mimik, kerutan pada daerah mata dan bibir, perubahan warna kulit wajah dan sebagainya. Gerakan bola mata atau pupil ketika mengakses informasi visual, suara, dan kinesthetic akan berbeda ketika seseorang sedang dalam state (kondisi mental) berbeda, misalnya ketika sedang kreatif dan ketika sedang stagnan. Yang terakhir kita juga dapat menganalisasi kata-kata atau tata-bahasa yang digunakan.

Setelah menyelesaikan tahap observasi, maka pemodel/peniru akan mendapatkan banyak sekali informasi, beberapa di antaranya merupakan gaya sang model. Hasil observasi dapat disamakan dengan data mentah, maka perlu dipisahkan secara sistematik lapisan demi lapisan atau bagian perilaku model tersebut. Perilaku efektif dan esensial saja yang dimodel, sedangkan yang tidak ditinggalkan. Dengan demikian jika pemodel masih memiliki

pertanyaan, ia dapat menanyakan secara tepat, dan membantu model untuk menggali informasi yang terbenam dalam deep structure pikirannya.

Tahap terakhir adalah menganalisa hasil observasi itu sendiri, disimpulkan dan dapat dikodefikasi untuk diajarkan kepada orang lain. Sesungguhnya tiga tahap modeling inilah yang dilakukan Richard Bandler dan John Grinder pada tahun 1974 di University of

California Santa Cruz, California, Amerika Serikat dan menjadi cikal-bakal Neuro Linguistic Programming (NLP) hari ini.

Modeling sangat pragmatis dan digerakkan oleh hasil yang diharapkan. Tidak ada model yang benar atau salah, yang ada hanyalah apakah proses modeling berjalan dengan baik atau tidak. Inilah sebabnya mengapa NLP sangat kuat sebagai aplikasi praktis, karena semua teknisnya mengacu pada memodel achievements (pencapaian-pencapaian) yang sesungguhnya. Pemodel tidak sekedar meniru apa yang diekspresikan melalui perilaku. Pemodel tidak berusaha menjadi terlihat mirip, tetapi membuat suatu model yang dapat diaplikasikan dan model tersebut dirancang dengan menggabungkan nilai-nilai dan keunikan dirinya sendiri. Untuk jelasnya bayangkan apa yang dilakukan seorang insinyur yang

memodel capung sebagai model helikopter. Atau memodel ikan paus sebagai model kapal selam.

Banyak kesenian seperti seni tari, seni pahat, ukir dan lukis serta seni musik akan lebih efektif dipelajari dengan teknik modeling tiga tahap ini. Untuk mempelajari

ketrampilan seperti tata rias, membuat pakaian, memasak, mengemudi dan sebagainya, yang belajar dapat meniru langsung perilaku model setelah cukup melakukan pengamatan.

(5)

Anda dapat membaca mengenal modeling dalam buku saya yang terbaru (2012) Pertanyaan dan komentar dapat ditujukan ke emil saya: erni.julia@gmail.com

NLP Modeling : Mitos?

by Henry Yonathan

Saya tergelitik untuk menuliskan artikel ini agar dapat menjadi perenungan bagi saya pribadi terhadap sebuah topik menarik yang dibahas pada acara HypnoNLP Cafe perdana yang berlangsung pada hari Rabu, 27 Juni 2012 malam di Jakarta. Dari sekian banyak topik yang dilontarkan oleh moderator, Pak Ikhwan Sopa (pakai P, bukan F; demikian ujar Om Sopa seraya memperkenalkan diri kepada seluruh partisipan), salah satu topik yang menarik adalah topik terakhir, yaitu mengenai Modeling.

Salah satu hal menarik mengenai NLP adalah menjelaskan apa yang dimaksud dengan NLP. Menuurut saya, jauh lebih mudah memberikan contoh NLP daripada menjelaskan NLP. Anda akan menemui begitu banyak penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan NLP. Akan ada beberapa orang yang menjawab NLP adalah mengenai komunikasi. Ada juga yang menjawab NLP adalah mengenai menjalankan otak. Namun, ada pula yang menjawab NLP adalah Modeling.

Modeling

Lalu, kenapa Modeling menjadi sesuatu yang menarik? Berbagai Model dan Pattern yang ada di NLP merupakan hasil Modeling. Richard Bandler pernah mengatakan bahwa bila seseorang menggunakan teknik NLP, maka ia hanyalah seseorang dengan teknik NLP. John Grinder sendiri menegaskan perbedaan antara NLP Modeling dan NLP Application, serta keprihatinannya terhadap pengajaran NLP saat ini yang sangat menekankan NLP Application. Menurut saya, kedua Co-Founders NLP ini ingin mengatakan bahwa bila Anda seorang terapis (atau profesi apapun) yang menggunakan teknik Fast Phobia Cure (misalnya), Anda tidak melakukan NLP; melainkan seorang terapis (atau profesi apapun) dengan teknik NLP,

Fast Phobia Cure (misalnya). Jadi, bila boleh diambil kesimpulan, teknik-teknik NLP

bukanlah NLP itu sendiri.

Secara singkat dan sederhana, Modeling dapat diartikan sebagai proses membuat replikasi dari sebuah keunggulan yang dimiliki oleh seseorang, baik dirinya sendiri ataupun oranglain, sehingga keunggulan tersebut dapat digunakan oleh diri sendiri ataupun oranglain. Contoh yang amat sederhananya : Ada seorang karyawan yang dapat menyelesaikan pekerjaan lebih efisien dari yang lain. Lalu, sang Manajer muncul ide agar karyawan yang lain juga mampu bekerja efisien. Mulailah dibuat Model dari karyawan istimewa tersebut, dengan harapan karyawan lain mampu bekerja dengan efisien.

Praktik Modeling

Mari kembali kepada acara HypnoNLP Cafe. Topik mengenai Modeling ditanyakan oleh Pak Yan Nurindra kepada kami, para narasumber. Kurang lebih demikian yang ditanyakan,

(6)

“Apakah Modeling ala NLP itu benar2 ‘bekerja’? Karena demikian banyak yg membuat metode Modeling ini, jadi seakan-akan Modeling adalah ilmu yg belum selesai”. Sebuah pertanyaan yang menohok!

Saya lupa siapakah yang pertama kali menjawab pertanyaan mengenai Modeling ini dan siapa sajakah yang menanggapi pertanyaan ini. Mohon maaf kepada para narasumber bila ada yang terlewat ataupun tidak tepat.

Pak Victor Tumaang menjelaskan bahwa Modeling masih menjadi perdebatan. Adalah lebih mudah untuk memodel perilaku. Namun yang menjadi tantangan adalah bagaimana memodel

Cognitive seseorang, sebab manusia itu unik.

Pak Dudi Mardiyansyah menceritakan pengalamannya melakukan Modeling dalam

menyusun buku. Pak Dudi mencari sebanyak-banyaknya buku dan sumber lain dengan tema sejenis agar dapat dimodel.

Pak Hendry Risjawan menceritakan pengalamannya melakukan konsep Modeling di salah satu badan pemerintah, dimana seorang penerjunpayung ingin memiliki keahlian merekam video dengan bagus saat sedang terjun payung.

Pak Prasetya M. Brata menjelaskan bahwa di Neuro-Semantic terdapat dua tingkatan Modeling. Modeling tingkat pertama adalah Modeling hingga tingkat Behavior (perliaku). Tingkat selanjutnya melakukan Modeling hingga pada tingkat Spiritual (mengacu pada

Neuro-Logical Level).

Pak Adi P. Widjaja menjelaskan bahwa pada praktiknya Modeling itu tidak semudah yang diceritakan di buku-buku. Bila orang yang dimodel memiliki misi hidup yang sama dengan kita, maka proses memodelnya akan menjadi jauh lebih cepat.

Seingat saya, Pak Totok Pdy tidak turut memberikan jawaban. Namun pada topik lain, Pak Totok sempat menyinggung penerapan NLP, yaitu memodel perilaku. Suatu perilaku yang unggul, dapat dicari strukturnya. Pak Totok memberikan contoh bagaimana memodel seorang Sales yang unggul.

Tibalah giliran saya. Bagi saya pribadi, secara resmi belum pernah mempelajari Modeling (ini materi Master Practitioner). Namun saya pernah membaca pendapat David Gordon mengenai Modeling. David Gordon merupakan Co-Developer NLP di masa-masa awal sebelum NLP memiliki nama NLP. Menurut cerita, David Gordon diberikan tugas untuk membongkar rahasia Milton H. Erickson dalam menggunakan metafora yang berdampak terapeutik. Alhasil, David Gordon menuliskan upayanya dalam buku Therapeutic Metaphors. Dan sepengetahuan saya, hingga saat ini David masih terus aktif berfokus pada Modeling, alih-alih mengajarkan sertifikasi NLP.

David mengatakan bahwa Modeling adalah persepsi bermanfaat (useful maps) terhadap orang yang dimodel. Dan hasil Modeling itu tidak berarti model yang diperoleh dari Modeling dapat langsung digunakan mentah-metah. Melainkan perlu disesuaikan dengan pribadi orang yang akan menggunakan model tersebut. Oleh karena itu, lanjut David, hasil Modeling bukan diinstall melainkan diakuisisi.

(7)

Sebelum sesi NLP di HypnoNLP Cafe ditutup, Pak Krishanmurti turut membagikan pengalamannya dengan Modeling. Pak Kris pernah diminta untuk memodel seorang Sales yang unggul. Awalnya Pak Kris membongkar keunggulan Sales tersebut. Setelah itu, Pak Kris mengujicoba sendiri model awal yang sudah diperoleh, apakah sudah seperti Sales unggul tersebut atau belum. Bila belum, maka akan diulangi lagi proses membongkar

keunggulannya. Bila sudah, maka model siap untuk digunakan oleh Sales lainnya. Shaman dan NLP

Diskusi mengenai Modeling ini membuat saya teringat kembali akan kisah seorang shaman. Saya mendapat kisah ini dari dr. Stefanus Isaac Tamzil, di suatu sore di daerah Kelapa Gading. dr. Stef menceritakan bahwa sewaktu dirinya mengikuti kelas sertifikasi di NLPU, sempat dikisahkan mengenai mentoknya perkembangan NLP sebelum tahun 2000. Lalu setelah tahun 2000, barulah NLP berkembang pesat. Menurut cerita tersebut, hal ini dikarenakan oleh Modeling itu sendiri.

Suatu ketika para jagoan NLP (saya tidak tahu siapa mereka) pergi ke Mexico untuk

memodel seorang shaman (dapat diartikan dukun) yang kesohor. Shaman ini sangat luar biasa sekali. Pasien yang ia tangani, pasti sembuh. Tentu hal ini sangat menarik bagi para jagoan NLP untuk membongkar rahasianya dan kemudian membuat modelnya. Dapat dibayangkan bukan, seandainya keahlian shaman tersebut dapat diakses oleh siapapun.

Singkat cerita, para jagoan ini kewalahan memodel sang shaman. Bagaimana tidak membuat mereka kewalahan bila setiap kali membantu pasien, tekniknya selalu berbeda. Sehingga, satu-satunya pattern (pola) yang sama adalah selalu berbeda. Teknik yang selalu berbeda adalah pattern-nya!

Hal ini benar-benar membuat para jagoan putus asa… hingga akhirnya… sang shaman membuka KUNCI RAHASIAnya. Rahasia bagaimana ia dapat menyembuhkan pasien-pasiennya. “Kalian melupakan hal yang paling penting….”, demikian ujar sang shaman. “Intensi!”, lanjut sang shaman. Bila memiliki intensi untuk menyembuhkan, maka

‘bagaimana caranya’ nanti akan ditemukan dengan sendirinya. Sejak saat itu, perkembangan NLP-pun mulai melesat.

Penutup

Demikianlah catatan kecil saya mengenai topik Modeling di acara HypnoNLP Cafe perdana, yang juga saya tambahkan kisah yang saya dapatkan dari dr Stef, yang pernah saya janjikan kepada beberapa Co-Founders ASLI namun tak kunjung diceritakan. Semoga Anda

memperoleh bayangan mengenai NLP & Modeling dan apa yang terjadi dalam kenyataannya. Jadi, apakah NLP Modeling Mitos? Saya yakin Anda akan menemukan jawaban Anda

sendiri. Salam. Anjuran Bacaan

(8)

Modeling dalam NLP

Modelling dalam NLP memungkinkan anda untuk mempelajari seseorang dalam rangka mengidentifikasi dan menduplikasi keahliannya. Kemungkinan dari aplikasi modelling ini sungguh tak terbatas, tinggal Anda tentukan saja skill apa yang ingin diduplikasi. Bila Anda menanyakan “Apa yang dapat dilakukan melalui modelling?”, maka jawabannya adalah “Bila seseorang pernah melakukan hal itu sebelumnya, maka anda dapat melakukannya juga”.

Kemampuan NLP dalam melakukan “coding” suatu perilaku manusia dan memetakannya dalam suatu pola-pola tertentu, memungkinkan kita misalnya mempelajari bagaimana cara sukses membangun hubungan dengan orang lain secara instan. Cara mengemas pertanyaan untuk memancing informasi yang kita inginkan dengan metode verbal tertentu. Kepolisian di Amerika Serikat dengan menggunakan NLP telah sukses mengembangkan cara mengetahui gejala kebohongan seseorang saat diinterogasi, karena kebohongan memiliki polanya pada setiap orang.

Neuro Linguistic Programming ( NLP ™) adalah suatu model keunggulan manusia (human excellence). Berisi suatu set teknik-teknik canggih dan attitude untuk menggunakan keseluruhan sumberdaya seorang manusia yakni pikiran, mental, dan fisik.

NLP ™ memberikan kemampuan pada Anda untuk mengubah, mengadopsi, atau

menghapuskan perilaku-perilaku sesuai keinginan Anda, dan memberikan kemampuan untuk memilih sendiri kondisi mental, emosional, dan kondisi fisik.

Teknik-teknik NLP ini telah terbukti memberikan hasil, aplikasinya hampir tidak terbatas. Saat ini bahkan sudah diterapkan di berbagai perusahaan kelas dunia (Fortune 500), dunia pemasaran, manajemen, komunikasi, pelatihan, pendidikan, olahraga, ilmu pengobatan, dan pengembangan pribadi.

Berbagai sistem lain di luar NLP ™ juga cukup baik dalam menemukan permasalahan, tapi tidak memberikan tools yang dapat digunakan secara mandiri (tidak tergantung orang lain : terapis, coach, dll), tanpa rasa sakit, dan menjanjikan perubahan yang lebih cepat dengan cara yang menyenangkan dan elegan.

Belajar NLP sekarang, dengan Sinergy Lintas Batas, memberikan Anda kesempatan untuk mempelajari ilmu NLP dengan cara yang mudah, menyenangkan dan elegant. Kami

mengajarkanNLP dengan NLP itu sendiri, dengan trainer yang mendapatkan lisensi langsung dari Pencipta ilmu NLP itu sendiri: Dr. Richard Bandler.

(9)

trategi Belajar Neuro-Linguistic Programming (NLP) :

Modelling Dalam Pembelajaran

07

Selasa Agu 2012

Posted by Putu Yudiantara in Hypnotherapy dan NLP ≈ Tinggalkan komentar

Modelling, diakui secara luas sebagai ibu dari NLP, sebab pertama kali dikembangkanNLP dikembangkan dengan memodel tokoh-tokoh yang memang memiliki kompetensi luar biasa di bidangnya.Model pertama NLP yaitu pakar Gestalt Therapy, Fritz Perls.Kemudian

pengembangan itu dikembangkan lagi dengan memodel pakar terapi keluarga Virginia Satir, lalu memodel pola komunikasi dan terapi dari pakar hypnotherapy Miltn H. Erickson. Cara yang digunakan oleh Bandler dan Grinder dalam belajar begitu efektif, mereka memodel tokoh yang memang sudah sangat kompeten di bidangnya.Mereka tidak hanya membaca buku dan mendengarkan ceramah dari para pakar psikoterapi, namun mereka mencari orang yang secara luas diakui telah berhasil menerapkan ilmu psikoterapi dan membuat banyak orang merasa terbantu.Kemudian, mereka belajar darinya, belajar bagaimana orang-orang seperti Perls, Satir dan Erickson menerapkan pola-polanya,

mempelajari prinsip-prinsip kerjanya, mempelajari perilaku, nilai dan prinsip yang mereka anut.Lalu hasil belajar duo Bandler dan Grinder sangat luar biasa. Belajar sukses dari orang sukses ternyata merupakan cara belajar sukses paling efektif.

Demikian pula dalam konteks belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Salah satu strategi belajar yang perlu diadopsi dari NLP yaitu modelling, memodel mereka yang sukses. Siswa yang memiliki prestasi tinggi dalam belajar umumnya memiliki pola-pola perilaku, prinsip dan nilai yang berbeda dengan siswa yang memiliki prestasi rendah. Disamping itu siswa dengan prestasi tinggi juga umumnya memiliki metode problem solving atau metode untuk mengatasi permasalah penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh guru dengan cara-cara unik.Mereka umumnya juga memiliki pengaturan waktu dan strategi-strategi khusus dalam belajar.Hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu mereka memiliki prinsip-prinsip dan karakter yang mendukung kesuksesan mereka dalam mencapai prestasi tinggi. Jika semua pola perilaku dan mental ini diadopsi dan dipakai untuk diri sendiri, maka akan terjadi lompatan prestasi yang signifikan.

Teddi Prasetya Yuliawan (2010:361) menjelaskan dengan detail bahwa modelling adalah replikasi sebuah prilaku yang ekselen. Alih-alih bertanya mengapa perilaku ekselen tersebut bisa dimiliki seseorang, modelling mengurai bagaimana persisnya seorang memunculkan perilaku ekselennya secara konsisten. Bagaimana persisnya mereka mencapai hasil dengan kualitas yang tinggi?Apa perbedaan yang membedakan (the difference that makes a

difference) antara mereka dengan orang rata-rata? Memahami proses bagaimana ini

menjadikan kita mampu melakukan apa yang mereka lakukan secepat mungkin.

Secara singkat, Yuliawan (2010:362) menjelaskan tahapan proses modelling sebagai berikut: Sebuah proses modelling memiliki 3 tahap. Tahap pertama adalah tahap ketika kita bersama orang yang dijadikan model sementara ia melakukan perilaku yang ingin kita jadikan model.

(10)

Ada tahap ini, kita benar-benar berusaha masuk ke dalam model dunia sang model, merasakan menjadi dirinya, sehingga menemukan bagaimana persisnya ia memunculkan perilaku ekselen tersebut di dalam pikiran dan perasaannya. Tahapan ini persis dengan apa yang dilakukan anak kecil. Bukankah mereka biasa melakukan apayang orang dewasa lakukan dan entah sejak kapan mereka tiba-tiba mampu menirunya? Untuk memudahkan proses ini, anda dapat menggunakan teknik perseptual position, yaitu dengan berada pada posisi 2. Amati apa yang persisnya mereka lakukan (perilaku dan gerakan tubuh), temukan bagaimana mereka melakukannya (representasi internal dan urutannya), serta mengapa mereka melakukannya (keyakinan yang mendukung), yang belakangan ini amat penting, sebab sebuah keyakinan memiliki daftar perilaku yang didukungnya. Tentu anda sepakat bahwa seorang Valentino Rossi tidak mungkin memiliki keyakinan bahwa mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi itu berbahaya, bukan?

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam modelling yaitu kita memodel seesorang, bukan menjadi kloningan orang itu, sehingga kita mungkin tidak persis sama suksesnya dengan model kita, bisa tidak sesukses dia, atau malah bisa jauh melampaui kesuksesan yang dia capai. Melakukan ekstraksi merupakan proses yang sangat penting dalam modelling, yaitu kita mencoba menghapuskan sebuah langkah, atau merubah urutannya. Jika tidak ada perbedaan signifikan pada hasil, maka berarti langkah tersebut tidak penting.Sebaliknya, ketika anda menemukan perbedaan hasil yang signifikan, berarti dia adalah elemen yang penting.

Tetapi menurut Shlomo Vaknim (2008:585) mengatakan bahwa ada kalanya seorang yang kita jadikan model itu tidak tahu benar apa yang dia lakukan. Jadi, mereka hanya

melakukannya begitu saja secara alami.Saat anda bertanya tentang strategi dan sebagainya yang membuat mereka sukses, mungkin mereka tidak bisa menjawabnya dengan baik. Oleh karena itu, cara terbaik yang bisa anda gunakan untuk mengetahui rahasia sukses model anda adalah dengan observasi. Hanya saja, anda harus tahu sudut apa yang perlu anda perhatikan dari mereka, untuk memastikan anda mengamati elemen penting dari model anda.

Yuliawan (2010: 366-391) menyajikan secara detail langkah-langkah dan prinsip penting dalam modelling yaitu beliefs (keyakinan), fisiologi (gerak tubuh) dan strategi.

1. Belief (keyakinan)

Keyakinan merupakan determinan penting untuk kesuksesan seesorang.Seorang pelajar yang selalu bergairah dalam belajar Matematika atau Bahasa Inggris, pastinya memiliki keyakinan bahwa pelajaran itu mudah dikuasai dan menyenangkan.Mungkin juga mereka melihat peluang untuk kesuksesan dalam karir atau pendidikan yang lebih tinggi dengan penguasaan kedua pelajaran tersebut. Sementara siswa lain yang berkeyakinan bahwa dirinya tidak akan mungkin bisa menguasai Bahasa Inggris bahkan akan menyerah sebelum mereka benar-benar belajar. Jika anda ingin memodel orang yang suskes dan berprestasi dalam bidang tertentu atau mata pelajaran tertentu, maka anda juga harus mengadopsi keyakinan-keyakinan yang mereka miliki terkait bidang atau mata pelajaran tersebut.

(11)

Setelah kita mendapatkan keyakinan yang memastikan daftar perilaku yang akan kita model muncul, langkah selanjutnya adalah menyelaraskan dengan perilaku model itu sendiri. Sebab dengan mengikuti persis perilaku yang kita model, secara otomatis kita akan masuk ke dalam

state perilaku tersebut… sebab tubuh dan pikiran-perasaan adalah satu kesatuan yang tak

terpisahkan. Gerakkan tubuh anda dan pikiran-perasaan anda akan mengikuti. (Yuliawan, 2010:369-370).

1. Strategy

Menurut NLP, strategi adalah urutan-urutan mental tentang bagaimana kita mengatur pola kerja dalam pikiran, perasaan dan gerak tubuh sehingga menghasilkan sebuah perilaku. Dalam hal ini, strategi model anda pastinya tersusun dalam sistem representasi dan

sub-modalitasnya, secara detail.

Vaknin (2008:586) mengemukakan sebagai berikut:

To create a model of a person’s excellent or successful behavior, the analyst starts by learning to elicit the strategy, or at least to understand how and when it is elicited. The analyst begins serving as a knowledge worker. That is, using observation and questioning to assemble the model (untuk memodel kehebatan seseorang atau perilaku suksesnya, hal yang pertama harus diperhatikan adalah belajar bagaimana memunculkan strateginya, atau minimal memahami bagaimana dan kapan strategi tersebut dimunculkan. Kita harus memulai dengan pekerja otak (mengedepankan pengetahuan). Wawancara dan observasi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui strategi seseorang).

Hal pertama yang harus anda ketahui dari model anda adalah strategi yang digunakannya dalam belajar.Anda harus bisa mengorek informasi sedetail mungkin. Setelah anda

melakukan seperti apa yang dikatakan Shlomo Vaknin tadi, yaitu memunculkan strategi, hal berikutnya yaitu mendesain strategi baru, atau mendesain ulang strategi lama, kemudian terakhir yaitu menginstal strategi, atau memanfaatkan strategi.

Setelah anda memiliki data yang komprehensip tentang “bagaimana” klien anda

berkeyakinan, berperilaku, dan strateginya, cara yang bisa anda gunakan untuk menginstal atau internalisasi beliefs, fisiology dan strategy keyakinan model anda adalah dengan anchor. Bayangkan diri anda berada dalam suatu situasi dimana anda telah memiliki keyakinan dan perilaku persis seperti model anda, rasakan kondisi tersebut dengan senyata mungkin, lalu pada puncaknya, pasang anchor.

Hambatan dalam belajar juga sering kali muncul sebab siswa sering kali

menginternalisasi keyakinan dan perilaku orang yang dikaguminya sebagai figur yang keliru. Misalkan ada salah seorang siswa yang ditakuti karena kenakalan dan keberaniannya

menetang guru, maka siswa yang mengagumi siswa nakal tadi akan secara otomatis, sedikit demi sedikit menginternalisasi pola keyakinan dan perilaku idolanya itu. Akibatnya, siswa yang menginternalisasi pola keliru tadi akan menjadi sama nakalnya dengan siswa

sebelumnya. Jika anchor dapat terpasang secara tidak sengaja karena emosi yang dalam dan intens, maka internalisasi keyakinan dan perilaku seorang model juga bisa terjadi karena kekaguman pada orang tersebut.

(12)

Pertanyaannya sekarang, bagaimana jika anda tidak bisa menemukanmodel yang sesuai atau bisa menemukan model namun tidak bisa mengurai strateginya?Apakah lantas teknik

modelling tidak lagi bisa digunakan?Tentu saja tidak.Sebab anda bisa memodel diri anda sendiri.Anda bisa menganalisa apakah anda telah memiliki pencapaian atau prestasi yang anda inginkan dalam belajar? Jika belum, berarti anda perlu memperbaiki sistem keyakinan, pengaturan fisiologis dan perilaku serta strategi yang anda gunakan. Salah satu asumsi dasar NLP yaitu tidak ada yang namanya kegagalan, hanya ada feedback, jadi jika anda belum mencapai hasil atau prestasi seperti apa yang anda inginkan, jangan anggap itu sebaga kegagalan, namun jadikan sebagai umpan balik (feedback) yang dengannya anda bisa memperbaiki kembali strategi dan cara belajar anda.

Imager Modeling

25 May, 2008 by Waidi Akbar10 Comments

Modeling adalah teknik meniru atau memodel orang lain yakni tokoh yang

dikagumi/diidolakan. Setiap orang yang sukses –idola katakanlah– pasti memiliki sebuah pola tindakan (pattern) yang bisa ditiru atau diduplikasi oleh orang lain.

Seorang petenis unggulan misalnya, ia memiliki pola tindakan (pattern) baku yang dapat dipelajari oleh orang lain. Tindakan terpola itu misalnya: dimulai latihan-latihan rutin sebelum bertanding, persiapan di lapangan, cara serve yang bagus, cara menangkis bola lawan, hingga cara menyemes yang mematikan. Tahapan seperti itu dapat dikodifikasikan (ditulis) secara jelas sehingga dapat dipelajari oleh orang lain.

Demikian halnya dengan seorang tokoh bisnis terkenal. Ia memiliki pola tindakan yang dapat ditiru. Misalnya, dari bagaimana ia mengawali bisnisnya, kiat mengembangkan usahanya, dan bagamana sikapnya pada saat ia gagal dan bangkit lagi, hingga kiat-kiat pemasarannya. Semua aktifitas itu dapat dipolakan dan dapat ditiru. Prinsip dasar NLP-nya adalah: “Kalau orang lain bisa, saya pun bisa”. Mempelajari cara yang sudah terbukti efektif merupakan salah satu cara belajar efektif pula. Belajar atau memodel orang yang sudah terbukti sukses, maka kemungkinan suksesnya juga besar.

Pola tindakan yang sudah dikodifikasikan (ditulis urutannnya) merupakan sebuah peta atau jalan yang sudah terbukti dapat mengantarkan sang juara/sang idola menuju kesuksesan. Peta itu tentunya, dapat digunakan oleh siapa saja yang ingin mengikuti jejak sang idola.

Metaforanya, seorang pendaki gunung cenderung mencari jalan setapak yang sudah dirintis pendahunya kalau tidak ingin sesat jurang.

Anggap saja tindakan terpola itu adalah sebuah teori yang sudah teruji. Minimal oleh dirinya. Teori tersebut tinggal digunakan oleh siapa saja yang ingin menjadi juara seperti sang

idolanya.

(13)

Hal yang sangat terkait dengan memodel pola tindakan orang lain adalah disosiasi dan asosiasi. Disosiasi adalah melihat atau membayangkan sebuah objek atau kejadian tanpa ikut merasakan. Pokoknya mati rasa. Indera yang digunakan hanya sebatas mata dan pikiran kognitif saja. Ada jarak tertentu dari sebuah objek atau kejadian dengan diri Anda, sehingga Anda dapat melihat secara jelas dan detail tetapi tanpa melibatkan emosi Anda. Contoh lihatlah sebuah adegan sinetron secara jelas alur ceritanya tapi lihatlah apa adanya tanpa melibatkan emosi.

Apabila Anda memiliki pengalaman kehujanan misalnya, lihatlah atau bayangkanlah kejadian itu tanpa harus ikut terlibat emosinya. Jadi meskipun Anda punya pengalaman –dalam

kejadian itu—tubuh sampai menggigil kedinginan, tetap tahan jangan sampai emosi Anda terlibat. Bahkan walaupun Anda kedinginan, menggigil, sampai menangis, tahan jangan sampai terhanyut. Lihatlah apa adanya tanpa kertlibatan emosi.

Sebaliknya, asosiasi adalah melihat atau membayangkan sebuah kejadian sekaligus ikut merasakan. Jika pada disosiasi Anda perlu mati rasa, sebaliknya dalam asosiasi harus mengaktifkan emosi/rasa seolah sebuah kejadian benar-benar hadir kembali. Semisal Anda sedang membayangkan pengalaman kehujanan tadi, Anda harus benar-benar melibatkan emosinnya. Apabila pengalaman itu adalah menggigil kedinginan Anda harus secara ikhlas kembali merasakannya.

Dua konsep ini, disosiasi dan asosiasi, merupakan salah satu konsep penting dalam dunia NLP khususnya modeling. Disosiasi merupakan piranti untuk melihat sebuah objek/kejadian tanpa melibatkan emosi agar objek dapat dilihat secara jelas dan objektif. Artinya, apabila Anda melihat figur seorang tokoh/idola –katakanlah seorang petenis unggulan—Anda akan melihatnya secara jelas tidak saja fisiknya tetapi juga pola tindakkannya. Dengan disosiasi pula Anda mendapatkan “peta pikiran” sang idola. Peta itu, paling tidak, telah membatu Anda untuk menjadi sekualitas dia. Demikian pula dalam hal bisnis, ketika Anda melihat dengan jelas pola pikiran dan pola perilakunya, ini akan membantu Anda untuk sukses bisnis. Namun perlu dicatat bahwa tahap disosiasi seperti tersebut diatas, adalah baru tahap diterimanya pola tindakan orang lain (idola) pada level permukaan saja atau pikiran sadar (kognitif saja). Ingat bahwa pada level ini baru 12 persen pengaruhnya terhadap perilaku Anda. Anda baru tahu, tetapi belum tentu Anda mau melaksanankan tindakan seperti idola Anda.

Agar pola tindakan atau peta pikiran sang idola benar-benar menginternal/merasuk ke dalam diri (baca installing program baru), maka Anda harus menjalani tahap asosiasi. Tahap ini adalah tahap Anda merasakan, tahap memasukan pengalaman orang lain ke dalam pikiran bawah sadar melalui asosiasi. Pada tahap ini pula Anda mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain (idola). Rasakan kesuksesannya, yakni seandainya Anda sesukses dia.

Tahap asosiasi adalah tahap “membuka” pintu pikiran bawah sadar untuk menerima pengalaman atau pola tindakan orang lain (idola). Begitu pikiran bawah sadar Anda

merespon, merenima dan menghayatinya, disitulah proses installing program pikiran terjadi.

(14)

Paling tidak ada dua teknik modeling. Kedua teknik itu pada dasarnya bertujuan untuk mendidik ulang pikiran bawah sadar agar mau menerima pola tindakan atau “peta pikiran” sang idola.

1. Symbolizing

Teknik ini adalah teknik membuat simbol berupa gambar/foto atau patung dari sang idola. Bisa juga diambil dari gambar tokoh wayang yang Anda sukai. Kemudian, tempatkan

gambar/foto yang sudah dibingkai kemudian ditempel didinding yang kamar atau tempat lain di rumah. Sejauh mana efek dari teknik ini?

Pertama, sebagai pemicu pikiran sadar. Begitu melihat atau memandangi sang tokoh (idola) pikiran Anda segera teringat dengan karakter tokoh tersebut. Setidaknya teknik ini akan mengingatkan terus kepada Anda untuk bisa menjadi seperti sang tokoh.

Kedua, sebagai pemicu pikiran bawah sadar. Saran saya, agar fungsi gambar/foto tidak hanya sebagai hisan dinding saja, maka tataplah gambar itu dengan segenap imajinasi dibalik gambar/foto itu. Maksudnya, gambar/foto itu hanya sekedar symbol dari jati diri sang tokoh. Agar tokoh tersebut bermanfaat untuk memicu pikiran bawah sadar Anda, dengan harapan dapat memodel tokoh itu, maka tatap dan pandanglah dengan segenap imajinasi Anda terhadap tokoh itu.

Pikiran bawah sadar Anda tidak akan dapat terudakasi atau terbuka pintunya bila tidak dengan membayangkan atau mengasosiasikannya. Caranya, tataplah dengan kesadaran (kognitif, pikiran sadar) untuk mendapatkan “peta pikiran” sang tokoh. Selanjutnya Anda mengingat, merasakan, dan imajinasikan tentang segenap ketokohannya. Rasakan seolah-olah Anda seperti dia. Baru, setelah itu, pikiran bawah sadar teredukasi. Sebab, pikiran bawah sadar tidak dapat membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Maka jangan heran kalau dirumah orang-orang sukses selalu menyimpan gambar/foto tokoh/wayang hingga gambar abstrak yang mahal. Bukan gambarnya secara fisik yang penting, tetapi makna dibalik tokoh itulah yang justru sangat penting.

2. Imaginer Modeling

Cara ini hampir sama dengan cara pertama. Hanya bedanya, kalau yang pertama

menggunakan gambar/foto sang tokoh, sementara cara yang kedua menggunakan kehadiran sang tokoh secara imajiner. Saya katakan imajiner karena dalam tekniknya nanti Anda harung “menghadirkan” secara imajiner sang tokoh yang akan Anda model. Caranya adalah sebagai berikut.

Pertama, duduklah dengan rileks di tempat yang menurut Anda aman dan nyaman serta bebas gangguan. Rilekslah serileks Anda duduk di pinggir pantai. Duduk rileks menjadi sesi penting dalam dunia NLP dan hypnosis. Rileksasi merupakan cara ampuh untuk mengendorkan syaraf dan mengantarkan gelombang pikiran ke kondisi alpha yang kreatif dan sugestibel. Kedua, tutuplah mata Anda dan bayangkan seorang tokoh yang Anda idolakan. Apabila Anda hendak menjadi seroang entrepreneur sukses, carilah tokoh bisnis yang Anda sangat kagumi. Setelah Anda mendapatkannya, bayangkanlah figur tokoh tersebut dengan segenap atribut,

(15)

kharisma, dan detail karakter lainnya. Fokuskan pikiran Anda ke tokoh tersebut, lihatlah betapa menyenangkannya tokoh itu.

Ketiga, perhatikan dan rasakan auranya bahwa ia muncul dengan jelas di depan Anda. Ia datang menyapa Anda dengan senyuman khasnya dan sangat ramah. Ia datang siap membantu Anda untuk berlatih bisnis. Bahkan katanya, Anda adalah orang yang sangat potensial dan bahkan terpilih untuk mengikuti jejak langkahnya. Ia adalah tokoh yang baik hati, terpercaya yang siap membimbing Anda.

Keempat, terbanglah (floating) secara imajiner, yakni Anda masih duduk rileks di tempat duduk dan mata masih tertutup namun Anda seolah-olah keluar dari tubuh Anda yang sedang duduk. Dengan demikian, Anda dapat melihat diri Anda yang sedang duduk (disosiasi) dan Anda juga dapat melihat dengan jelas tokoh Anda.

Kelima, lakukan percakapan dengan sang tokoh. Mintalah nasehat-nasehatnya agar bagaimana agar Anda sesukses dia. Apa pun nasehat positifnya terima saja.

Keenam, ijinkan sang tokoh itu masuk ke dalam tubuh Anda yang sedang duduk rileks di kursi. Ia masuk atas ijin Anda, ia masuk karena Andalah salah satu orang terpilih untuk mengikuti jejaknya. Setelah ia masuk, Anda segera kembali masuk ke tubuh Anda yang sudah “kerasukan” sang tokoh tadi.

Ketujuh, secara perlahan buka mata Anda. Anda kini dalam kesadaran penuh bersama nilai-nilai baru, semangat baru, dan peta pikiran baru dari sang idola. Kalau Anda merasakan itu semua, ucapkan terima kasih kepada batin Anda (pikiran bawah sadar). Genggam kuat, teguhkan hati dan berdoalah kepada Allah agar Anda diberi kekuatan untuk melaksanakan peta pikirana sang tokoh berikut semua nilai-nilainya. Semoga.

Pusdiklat Pegawai Depdiknas, Sawangan Depok 12 Mei 2008

Circle Of Excellent

Teknik NLP yang sangat powerful untuk mengakses kondisi ekselen tertentu yang disebut "Circle Of Excellent".

Sebagai contoh adalah meningkatkan semangat kerja.

[*]Berdiri dan bayangkan sebuah lingkaran berdiameter kira-kira setengah meter di depan anda. Lingkarannya bisa kayak lingkaran yang ada di awal film serial Mr. Bean.

[*]Bayangkan diri anda berada dalam lingkaran itu.

[*]Lihat diri anda dalam lingkaran itu sedang dalam kondisi yang penuh semangat. [*]Sekarang perlahan masuk ke dalam lingkaran tsb.

[*]rasakan semangat itu menyatu dengan diri anda.

[*]Lihat, dengar dan rasakan pujian, tepuk tangan dan support yang meningkatkan semangat anda.

[*]set anchor

(16)

Spoiler for "ilustrasi"

Catatan :

Ketika dalam lingkaran agan gunakan multisensory. Pertajam dan Perjelas gambar, suara dan rasanya.

Swish Pattern

Ini teknik ampuh dari NLP. Salah satu manfaatnya adalah untuk menghilangkan kebiasaan buruk.

Kita langsung praktek ya. Mempelajari Teknik ini maka kita perlu mengenal teknik Associate-Disassociate.

perhatikan gambar berikut : Quote:

(17)

Agan sedang melihat beberapa orang yang sedang bekerja bareng kan?

Ok, Sekarang agan bayangkan diri agan menjadi salah satu orang dalam foto tersebut. Ketika agan hanya melihat foto itu, saat itu agan melakukan Disassociate.

Dan ketika agan membayangkan diri agan menjadi salah satu orang dalam foto itu, saat itu agan melakukan associate. Gampang kan?

Ok, kita masuk ke Swish Pattern : Perhatikan gambar berikut : Quote:

(18)

Posisi gambar 1 berada dekat dengan agan dan Associate dengan agan. Gambar 2 berada agak jauh dari gambar 1 atau disamping gambar 1 dengan ukuran lebih kecil dari gambar 1. Yang paling penting adalah gambar 1 associate dan gambar 2 disassociate.

[*]misal kita ingin menghilangkan kebiasaan merokok. Akses pengalaman ketika keinginan merokok muncul. Masukan dalam Gambar 1 dan lakukan associate dengan gambar 1.

[*]Perilaku merokok ingin diganti apa? Misal minum air putih, Bernafas dalam dan lega, atau berperilaku biasa aja tanpa ada keinginan merokok.

[*]Misal kita ambil yang terakhir yaitu berperilaku biasa aja tanpa ada keinginan merokok. Lalu masukkan ke Gambar 2 dan lakukan disassociate pada gambar 2.

[*]Dengan cepat tarik gambar 2 dan menumpuk gambar 1 sambil bersuara "wuuushh...!". Lalu lakukan associate dengan gambar 2. Ulangi sebanyak 5-7 kali.

(19)

Fast Phobia Cure Apa itu fobia?

Orang kadang berpikir bahwa fobia adalah sebuah kelemahan. Menurut ane, fobia justru adalah sebuah kelebihan. Seseorang yang memiliki fobia adalah seseorang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap sesuatu. Kepekaan itu biasanya diikuti dengan respon yang berlebihan. Kadang kita merasa lucu melihat orang lain yang ketakutan hanya karena bulu ayam, kapas, perban, cicak, dll.

Begitu juga dengan teknik satu ini. Menggunakan perpektif orang lain untuk mengatasi dan menyembuhkan fobia.

Hmm... Kabar2nya gara2 teknik inilah Anthony Robbins menjadi seorang motivator kelas dunia sekaligus miliarder. Mungkin banyak orang yang menganggap fobia sulit disembuhkan, kalaupun bisa akan memakan waktu yang lama. Ane dulu mikirnya juga gitu gan.

Psikologi mencari cara menyembuhkan fobia dengan meneliti para penderitanya. Meneliti jenis2 fobia. Sampai bikin klasifikasi fobia. Hehehe...

Apa yang dilakukan Richard Bandler dan John Grinder? Mereka justru mengumpulkan orang2 yang telah sembuh dari fobia dan dimodel cara mereka menyembuhkan diri. Amazing!

Itulah mengapa teknik ini sangat efektif memulihkan kondisi dari kondisi fobia hanya dalam hitungan menit.

:thumbup

Berikut ini tekniknya :

1. Bayangkan duduk di bioskop, dengan layar putih di depan kita, layar masih kosong. 2. Kemudian bayangkan agan berpindah dengan cara membayangkan melayang keluar dari tubuh agan dan berpindah ke ruang penyorot film (yang ada di belakang penonton). Ini disebut proses disassosiasi.

3. Bayangkan ruangan itu aman, ada kaca tebal yang membatasi agan dengan ruangan. Pegang kaca imajiner itu, rasakan telapak tangan agan menyentuh kaca, dan katakan “Saya aman”. Jika perlu bayangkan di sebelah agan ada orang lain yang bisa membuat agan nyaman.

4. Jika bisa, picu pula rasa aman, dengan mengakses pengalaman saat agan pernah merasa powerful, ampilfy dan lakukan anchor.

5. Dari balik kaca di ruang itu, lihat diri agan yang duduk di bawah (di kursi penonton tadi), dan bayangkan agan melihat ke layar melalui diri agan yang ada di kursi bawah (double disassociated).

6. Lihat di layar bioskop sebuah gambar film, yang dimulai tepat sebelum peristiwa phobia itu terjadi. Jalankan film ini secara hitam putih dan kecepatan cukup cepat, sekedar untuk mendapatkan sensasi atas jalannya peristiwa itu, dan hentikan film sampai melampaui titik phobia itu. Saat berhenti adalah pada saat menemukan suatu gambaran di masa lalu dimana sudah merasa aman lagi setelah peristiwa phobia itu.

7. Pastikan selama menjalankan proses nomer 6 agan/klien merasa aman, dengan tetap mempertahankan kesadaran bahwa agan ada di balik kaca tebal yang aman dan jauh dari peristiwa phobia itu.

(20)

8. Setelah film itu selesai, pertahankan gambaran akhir yang agan sudah merasa aman itu. Kemudian bayangkan agan melayang keluar dari ruang sorot film, dan masuk kembali ke tubuh (agan) yang duduk di kursi, bawa tubuh itu bersama agan dan masuk ke dalam gambar akhir dalam film itu.

9. Begitu masuk kedalam gambar, sekarang ubah gambar film itu menjadi berwarna, dan secepat kilat diputar mundur film itu (rewind while play), sambil mulut agan membunyikan seperti pita kaset yang diputar mundur tapi dalam kondisi play (suara seperti

“weerwewrewrrwrrre rwewewewrwrwerw rweerwer”). Pertama kali lakukan dengan kecepatan 2 kali lebih cepat dengan kecepatan normal, kemudian ulang lagi dari akhir film menuju ke awal film dengan kecepatan 4 kali, lakukan lagi dalam kecepatan 8 kali dan akhirnya 16 kali. Semua sambil bersuara seperti kaset rewind cepat itu…

10. Selesai

Neurological Level

Neurological Level Dikembangkan pertama kali oleh Robert Dilts, teknik ini menjadi salah satu teknik yang mengutamakan pendekatan sistemik untuk memahami manusia. Ia disusun untuk menjawab kebutuhan para praktisi NLP yang ingin memahami bagaimana

menggunakan NLP secara sistemik dan tidak terpisah antara satu teknik dengan teknik lainnya.

Neurological Level mengajak kita untuk memahami proses berpikir dan merasa manusia menjadi beberapa level, yaitu:

(21)

[*]Environment. Informasi tambahan mengenai lingkungan apa yang saya butuhkan?

[*]Behavior. Saya punya informasi yang cukup, tapi bagaimana saya bisa menggunakannya? [*]Capability. Saya tahu apa yang harus saya lakukan, tapi bagaimana agar saya bisa

menggunakannya dengan baik secara konsisten?

[*]Belief/Values. Saya bisa melakukannya, tapi maukah saya melakukannya? Apakah bagi saya itu penting?

[*]Identity. Apakah hal itu bermakna bagi saya? Sesuaikah dengan identitas yang saya miliki? [*]Spiritual. Apakah hal itu sesuai dengan keyakinan saya yang paling dalam? Dengan agama yang saya anut? Dengan misi/tujuan saya hidup di dunia?

(22)

Contoh (bukan bermaksud BB):

"Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Environment) "Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Behavior) "Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Capability) "Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Belief/Value) "Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Identity) Contoh:

Seorang anak, sebut saja XYZ yang diolok-olok oleh orangtua dan saudara2nya (environment) karena jatuh ketika belajar naik sepeda. Akibatnya dia berperilaku takut (behavior) untuk naik dan belajar bersepeda lagi. Hal itu mengakibatkan XYZ tidak bisa naik sepeda karena kemampuannya tidak diasah (Capability). Dari situ XYZ percaya bahwa kegiatan mengendarai sepeda membuatnya jatuh dan diolok-olok orang lain sehingga membahayakan dia secara fisik dan emosional (Belief/Value). Ketika dia diminta mengendarai sepeda dia selalu menjawab : "Saya tidak bisa naik sepeda" (Identity).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Pengertian Retribusi Daerah dalam pasal 1 baik menurut Undang – undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang Perubahan Undang – undang Nomor 18 Tentang Pajak Daerah dan retribusi

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Aktivitas fisik yang berat (100%) dengan defisit tingkat berat asupan lemak (62%) serta defisit tingkat sedang asupan energi (55%) dan karbohidrat (62%) juga

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari Carbopol ® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan pada level yang

Rumput laut 50g (formula B) merupakan produk terpilih dari segi organoleptik hedonik dengan karakteristik mutu hedonik permen terpilih memiliki kriteria rasa manis dan