PROSEDUR OPERASI STANDAR
PROSEDUR OPERASI STANDAR PENDIDIKAN INKLUSIPENDIDIKAN INKLUSI DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA
DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT JENDERAL MANDIKDASMMANDIKDASMENEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NATIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NATIONAL
TAHUN 2007 TAHUN 2007 A. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia memberikan jaminan sepenuhnya kepada
Pemerintah Indonesia memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khususanak berkebutuhan khusus (ABK) untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ter
(ABK) untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ter sebut sesuai dengansebut sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31
amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undangayat 1 dan Undang – – Undang Nomor 20 tahunUndang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah menurut data BPS dan Depsos (2003) adala
menurut data BPS dan Depsos (2003) adalah 317.016 ABK. Sampai saat ini h 317.016 ABK. Sampai saat ini 66.610 ABK 66.610 ABK atau sekitar 21 % telah memperoleh la
atau sekitar 21 % telah memperoleh layanan pendidikan pada Sekolah Luar Biasa (SLB),yanan pendidikan pada Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Sekolah Terpadu. Ini berarti 79 % ata
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Sekolah Terpadu. Ini berarti 79 % ata u 250.442 ABK u 250.442 ABK di Indonesia belum memperoleh la
di Indonesia belum memperoleh layanan pendidikan.yanan pendidikan.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka diperlukan alternatif sist
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka diperlukan alternatif sist em pendidikan lain yang lebihem pendidikan lain yang lebih memberikan peluang bagi perluasan dan peningkatan
memberikan peluang bagi perluasan dan peningkatan mutu layanan pendidikan bagi ABK.mutu layanan pendidikan bagi ABK. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, model pendidikan inklusif merupakan sistem Untuk mengantisipasi permasalahan ini, model pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang memberikan k
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak untuk memperoleh esempatan kepada semua anak untuk memperoleh layananlayanan pendidikan yang bermu
pendidikan yang bermutu, humanis dan demokratis, sesuai dengan penjelasan pasal 15 dalamtu, humanis dan demokratis, sesuai dengan penjelasan pasal 15 dalam Undang-Undang S
Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003, yang berbunyi: “Pendidikan khusus merupakanisdiknas Tahun 2003, yang berbunyi: “Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan un
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yangtuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuanyang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusu
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar s pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”dan menengah.” 2. Landasan
2. Landasan
a. Landasan Filosofis a. Landasan Filosofis 1)
1) Setiap Setiap anak anak mempunyai mempunyai hak hak mendasar mendasar untuk untuk memperoleh memperoleh pendidikan,pendidikan, 2)
2) Setiap Setiap anak anak mempunyai mempunyai potensi, potensi, karakteristik, karakteristik, minat, minat, kemampuan kemampuan dan dan kebutuhankebutuhan belajar yang berbeda,
belajar yang berbeda, 3)
3) Sistem Sistem pendidikan pendidikan seyogyanya seyogyanya dirancang dirancang dan dan dilaksanakan dilaksanakan dengan dengan memperhatikanmemperhatikan keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan anak,
keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan anak, 4)
4) Anak Anak berkebutuhan berkebutuhan khusus khusus mempunyai mempunyai hak hak untuk memperoleh untuk memperoleh akses akses pendidikan pendidikan didi sekolah umum.
sekolah umum. 5)
5) Sekolah Sekolah umum umum dengan dengan orientasi orientasi inklusi inklusi merupakan merupakan media media untuk untuk menghilangkanmenghilangkan sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai pendidikan bagi semua.
inklusif dan mencapai pendidikan bagi semua. b.
b. Landasan Landasan YuridisYuridis 1)
1) Undang Undang Undang Undang Dasar Dasar 1945, 1945, ps ps 31 31 (1) (1) dan dan (2).(2). 2)
2) Undang-Undang Undang-Undang No.23 No.23 Tahun Tahun 2002 2002 tentang tentang perlindungan perlindungan anak, anak, ps ps 51.51. 3)
3) Undang Undang Undang Undang No. No. 20 20 Tahun Tahun 2003, 2003, tentang tentang Sistem Sistem Pendidikan Pendidikan Nasional: Nasional: ps ps 3, 3, ps ps 44 (1), ps 5 (1) (2) (3) (4) , ps 11 (1), ps. 12 (1.b)
(1), ps 5 (1) (2) (3) (4) , ps 11 (1), ps. 12 (1.b) 4)
4) Undang-Undang Undang-Undang Nomor Nomor 4 4 Tahun Tahun 1997 1997 tentang tentang Penyandang Penyandang cacat.cacat. 5)
5) Surat Surat Edaran Edaran Direktur Direktur Jenderal Jenderal Pendidikan Pendidikan Dasar Dasar dan dan Menengah Menengah DepdiknasDepdiknas No.380/G.06/MN/200
No.380/G.06/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003 tentang 3 tanggal 20 Januari 2003 tentang pendidikan inklusif.pendidikan inklusif. d
d.. Landasan EmpirisLandasan Empiris 1)
1) Deklarasi Deklarasi Hak Hak Asasi Asasi Manusia, Manusia, (1948),(1948), Declaration of Human Rights Declaration of Human Rights,, 2)
2) Konvensi Konvensi Hak Hak Anak, Anak, (1989),(1989), Convention on the Rights of the Child Convention on the Rights of the Child ,, 3)
3) Konferensi Konferensi Dunia Dunia (1990), (1990), tentang tentang Pendidikan Pendidikan untuk untuk Semua, Semua, ((World Conference onWorld Conference on Education for All
4)
4) Resolusi Resolusi PBB PBB nomor nomor 48/96 48/96 tahun tahun 1993 1993 tentang tentang Persamaan Persamaan Kesempatan Kesempatan bagi bagi OrangOrang Berkelainan
Berkelainan(the standard rules on the equalization of opportunities for persons with(the standard rules on the equalization of opportunities for persons with disabilities)
disabilities) 5)
5) Pernyataan Pernyataan Salamanca Salamanca (1994), (1994), tentang tentang Pendidikan Pendidikan Inklusif,Inklusif, 6)
6) Komitmen Komitmen Dakar Dakar (2000) (2000) mengenai mengenai Pendidikan Pendidikan untuk untuk Semua,Semua, 7)
7) Deklarasi Deklarasi Bandung Bandung (2004)(2004) dengan komitmen “Indonesia menuju pendidikan inklusif”,dengan komitmen “Indonesia menuju pendidikan inklusif”, 8)
8) Rekomendasi Rekomendasi Bukittinggi Bukittinggi (2005), (2005), tentang tentang meningkatkan meningkatkan kualitas kualitas sistem sistem pendidikanpendidikan yang ramah bagi semua.
yang ramah bagi semua.
3. Pengertian Pendidikan Inklusif 3. Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal.
kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal. Semangat pendidikan inklusif adalah memberi akses yang seluas-luasn
Semangat pendidikan inklusif adalah memberi akses yang seluas-luasn ya kepada semua anak,ya kepada semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan
termasuk anak berkebutuhan khusus, untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. 4.
4. Prinsip-prinsip PenyelenggaraPrinsip-prinsip Penyelenggaraanan 1.
1. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu.Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyusun strategi upaya pemerataan Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyusun strategi upaya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan mutu. Pendidikan inklusif kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan mutu. Pendidikan inklusif merupakan salah satu strategi upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, karena merupakan salah satu strategi upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, karena lembaga pendidikan inklusi bisa menampung semua anak
lembaga pendidikan inklusi bisa menampung semua anak yang belum terjangkau olehyang belum terjangkau oleh layanan pendidikan lainnya. Pendidikan inklusif juga merupakan strate
layanan pendidikan lainnya. Pendidikan inklusif juga merupakan strate gi peningkatan mutu,gi peningkatan mutu, karena model pembelajaran inklusif menggunakan metodologi pembelajaran bervariasi yang karena model pembelajaran inklusif menggunakan metodologi pembelajaran bervariasi yang bisa menyentuh pada semua anak dan meng
bisa menyentuh pada semua anak dan menghargai perbedaan.hargai perbedaan. b. Prinsip kebutuhan individu
b. Prinsip kebutuhan individualal
Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, oleh karena itu Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, oleh karena itu pendidikan harus diusahakan un
pendidikan harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan kotuk menyesuaikan dengan kondisi anak.ndisi anak. c.
c. Prinsip Prinsip KebermaknaanKebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang ramah, menerima Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
keanekaragaman dan menghargai perbedaan. d.
d. Prinsip Prinsip keberlanjutankeberlanjutan Pendidikan inklusif
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenjang pada semua jenjang pendidikan.pendidikan. e.
e. Prinsip Prinsip KeterlibatanKeterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen pendidikan terkait.komponen pendidikan terkait. 5. Tujuan
5. Tujuan 1. 1.
1.
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk anak berkebutuhan khusus) untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai anak berkebutuhan khusus) untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan kondisi anak.
dengan kondisi anak. 2.
2. Mempercepat penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar Mempercepat penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 3.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angkaMeningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah
tinggal kelas dan putus sekolah 4.
4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta pembelajaran yang ramah terhadap semua
diskriminatif, serta pembelajaran yang ramah terhadap semua anak.anak. 6. Sasaran
6. Sasaran
Sasaran pendidikan inklusif adalah semua anak usia sekolah termasuk ABK. ABK terdiri atas Sasaran pendidikan inklusif adalah semua anak usia sekolah termasuk ABK. ABK terdiri atas anak yang mengalami hambatan permanen, temporer maupun hambatan dalam
anak yang mengalami hambatan permanen, temporer maupun hambatan dalam perkembangan. Anak-anak deng
perkembangan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus yang an kebutuhan khusus yang dapat dilayani melalui pendidikandapat dilayani melalui pendidikan inklusif diantaranya, cacat fisik, intelektual, sosial, emosional, cerdas dan/atau berbakat
inklusif diantaranya, cacat fisik, intelektual, sosial, emosional, cerdas dan/atau berbakat istimewa, anak yang tinggal di daerah terpencil/terbelakang, suku terasing, korban bencana istimewa, anak yang tinggal di daerah terpencil/terbelakang, suku terasing, korban bencana
alam/ sosial, kemiskinan, warna kulit , gender, ras, bahasa, budaya, agama, t
alam/ sosial, kemiskinan, warna kulit , gender, ras, bahasa, budaya, agama, t empat tinggal,empat tinggal, kelompok politik, anak kembar, yatim, yatim piatu, anak pedesaan, anak kota, anak terlantar, kelompok politik, anak kembar, yatim, yatim piatu, anak pedesaan, anak kota, anak terlantar, tuna wisma, anak terbuang, anak yang terlibat dalam sistem
tuna wisma, anak terbuang, anak yang terlibat dalam sistem pengadilan remaja, anak terkenapengadilan remaja, anak terkena daerah konflik senjata, anak pengemis, anak terkena dampak narkoba HIV/AIDS (ODHA), daerah konflik senjata, anak pengemis, anak terkena dampak narkoba HIV/AIDS (ODHA), anak gelandangan dan nomaden, dll sesuai
anak gelandangan dan nomaden, dll sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.dengan kemampuan dan kebutuhannya. B. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
B. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF 1. Kriteria Sekolah
1. Kriteria Sekolah
Setiap satuan pendidikan formal, baik
Setiap satuan pendidikan formal, baik TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, danTK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, pada dasanya dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif sesuai
SMK/MAK, pada dasanya dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif sesuai dengandengan sumber daya yang tersedia. Namun demikian
sumber daya yang tersedia. Namun demikian untuk menghindari kemungkinan terjadinyauntuk menghindari kemungkinan terjadinya implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif yang kurang sesuai, maka setiap satuan implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif yang kurang sesuai, maka setiap satuan pendidikan yang akan m
pendidikan yang akan menyelenggarakan pendidikan inklusif perlu menyelenggarakan pendidikan inklusif perlu memenuhi beberapaemenuhi beberapa kriteria,
kriteria, di antaranya di antaranya sebagai berikut sebagai berikut :: a. Terdapat Peserta
a. Terdapat Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)
Melalui proses identifikasi dan asesmen terhadap semua peserta didik di sekolah yang Melalui proses identifikasi dan asesmen terhadap semua peserta didik di sekolah yang bersangkutan, yang dilakukan o
bersangkutan, yang dilakukan oleh sekolah atau tenaga profesional lain, kita dapatleh sekolah atau tenaga profesional lain, kita dapat menemukan ada atau tidak ada peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah tersebut. menemukan ada atau tidak ada peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah tersebut.
ABK mungkin juga dapat diperoleh dari proses penjaringan terhadap anak usia sekolah yang ABK mungkin juga dapat diperoleh dari proses penjaringan terhadap anak usia sekolah yang belum bersekolah di lingkungan
belum bersekolah di lingkungan terdekat. ABK juga dapat diperoleh berdasarkan hasilterdekat. ABK juga dapat diperoleh berdasarkan hasil rujukan dari Sekolah Luar Biasa/Institusi lain t
rujukan dari Sekolah Luar Biasa/Institusi lain terdekat, baik karena proses mutasi sekolaherdekat, baik karena proses mutasi sekolah ataupun melanjutkan sekolah.
ataupun melanjutkan sekolah.
Jika sekolah umum tersebut terdapat peserta didik berkebutuhan khusus, baik karena melalui Jika sekolah umum tersebut terdapat peserta didik berkebutuhan khusus, baik karena melalui proses identifikasi dan asesmen, penjaringan di lingkungan
proses identifikasi dan asesmen, penjaringan di lingkungan terdekat, maupun rujukanterdekat, maupun rujukan SLB/Institusi lain, maka secara otomatis sekolah tersebut dapat menyelenggarakan SLB/Institusi lain, maka secara otomatis sekolah tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif.
pendidikan inklusif. 1.
1.
1.
1. Kesiapan SekolahKesiapan Sekolah
Untuk mendukung kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, setiap s
Untuk mendukung kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, setiap s atuanatuan pendidikan harus memiliki kesiapan untuk
pendidikan harus memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Kesiapanmenyelenggarakan pendidikan inklusif. Kesiapan dimaksud meliputi :
dimaksud meliputi : (1)
(1) Adanya persepsi Adanya persepsi dan dan sikap sikap yang yang positif positif dari dari semua semua komponen komponen sekolah, sekolah, termasuk termasuk orangtua anak pada umumnya, tentang pendidikan inklusif.
orangtua anak pada umumnya, tentang pendidikan inklusif. (2)
(2) Adanya kemauan Adanya kemauan yang yang kuat kuat dari dari sekolah sekolah untuk untuk meningkatkan meningkatkan pemerataan pemerataan dan dan mutumutu pendidikan tanpa diskriminatif
pendidikan tanpa diskriminatif (3)
(3) Adanya peluang Adanya peluang untuk untuk meningkatkan meningkatkan aksesibilitas aksesibilitas ABK ABK dalam dalam penyelenggaraanpenyelenggaraan pendidikan inklusif
pendidikan inklusif 1.
1. Layanan dalam Pendidikan Inklusif Layanan dalam Pendidikan Inklusif
Layanan dalam pendidikan inklusif harus memperhatikan hasil identifikasi dan asesmen Layanan dalam pendidikan inklusif harus memperhatikan hasil identifikasi dan asesmen ABK. Berdasakan hasil identifikasi dan asesmen tersebut dikembangkan berbagai
ABK. Berdasakan hasil identifikasi dan asesmen tersebut dikembangkan berbagai kemungkinan alternatif program pelayanan sesuai
kemungkinan alternatif program pelayanan sesuai dengan kebutuhannya.dengan kebutuhannya.
Beberapa alternatif program pelayanan yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan peserta Beberapa alternatif program pelayanan yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan peserta didik di antaranya adalah :
didik di antaranya adalah : 1.
1. Layanan pendidikan penuhLayanan pendidikan penuh
Semua anak termasuk ABK belajar bersama di dalam komunitas kelas yang beragam di Semua anak termasuk ABK belajar bersama di dalam komunitas kelas yang beragam di bawah bimbingan guru
bawah bimbingan guru kelas, guru bidang studi atau guru lainnykelas, guru bidang studi atau guru lainnya. Sedangkan peran Gurua. Sedangkan peran Guru Pendidikan Khusus (GPK) bertanggung jawab dalam pembuatan program,
Pendidikan Khusus (GPK) bertanggung jawab dalam pembuatan program, monitor monitor pelaksanaan program dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program.
pelaksanaan program dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program. 1.
1. Layanan pendidikan yang dimodifikasiLayanan pendidikan yang dimodifikasi
ABK mengikuti proses belajar bersama-sama anak pada umumnya dalam komunitas kelas ABK mengikuti proses belajar bersama-sama anak pada umumnya dalam komunitas kelas yang beragam di bawah bimbingan guru kelas,
mata pelajaran
mata pelajaran dan aktivitas yang dapat diikuti oleh ABK ddan aktivitas yang dapat diikuti oleh ABK dengan baik. Sedangkan unengan baik. Sedangkan untuk tuk GPK berperan dalam membimbing beberapa aktivitas tertentu yang tidak dapat diikuti ABK GPK berperan dalam membimbing beberapa aktivitas tertentu yang tidak dapat diikuti ABK dengan menggunakan Program Pembelajaran Individual (PPI).
dengan menggunakan Program Pembelajaran Individual (PPI). 1.
1. Layanan pendidikan individualisasiLayanan pendidikan individualisasi
ABK mengikuti proses belajar bersama-sama anak pada umumnya dalam komunitas kelas ABK mengikuti proses belajar bersama-sama anak pada umumnya dalam komunitas kelas yang beragam di bawah bimbingan penuh GPK dalam melaksa
yang beragam di bawah bimbingan penuh GPK dalam melaksa nakan PPI.nakan PPI.
Untuk memperlancar pelaksanaan ketiga alternatif program layanan tersebut perlu didukung Untuk memperlancar pelaksanaan ketiga alternatif program layanan tersebut perlu didukung oleh unit khusus yang befungsi sebagai supporting program pendidikan inklusif
oleh unit khusus yang befungsi sebagai supporting program pendidikan inklusif . Supporting. Supporting program dimaksud dapat berbentu
program dimaksud dapat berbentuk: layanan remedial, layanan bimbingan, layanan latihank: layanan remedial, layanan bimbingan, layanan latihan dan pengembangan, layanan asesmen, dan la
dan pengembangan, layanan asesmen, dan layanan observasi.yanan observasi. 1.
1. Manajemen SekolahManajemen Sekolah
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah inklusif perlu
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah inklusif perlu didukung kemampuandidukung kemampuan manajerial kepala sekolah.
manajerial kepala sekolah. Kepala sekolah hendaknya berupaya untuk mendayagunakanKepala sekolah hendaknya berupaya untuk mendayagunakan sumber-sumber daya, baik personal maupun sarana prasaran secara optimal guna menunjang sumber-sumber daya, baik personal maupun sarana prasaran secara optimal guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Tidak
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Tidak kalah pentingnya sekolah harus mampukalah pentingnya sekolah harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik
mengembangkan kurikulum sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik pesertapeserta didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup (
didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skill life skill ).). Ruang lingkup manajemen sekolah dalam rangka pendidikan inklusif
Ruang lingkup manajemen sekolah dalam rangka pendidikan inklusif sekurang-kurangnyasekurang-kurangnya mencakup:
mencakup: 1.
1. Pengelolaan peserta didik Pengelolaan peserta didik 2.
2. Pengelolaan kurikulumPengelolaan kurikulum 3.
3. Pengelolaan pembelajaranPengelolaan pembelajaran 4.
4. Pengelolaan penilaianPengelolaan penilaian 5.
5. Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikanPengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan 6.
6. Pengelolaan sarana dan prasaranaPengelolaan sarana dan prasarana 7.
7. Pengelolaan pembiayaanPengelolaan pembiayaan 8.
8. Pengelolaan sumberdaya masyarakatPengelolaan sumberdaya masyarakat
Penjelasan dari masing-masing lingkup manajemen pendidikan inklusif tersebut, akan Penjelasan dari masing-masing lingkup manajemen pendidikan inklusif tersebut, akan dijabarkan di bagian lain dalam POS ini.
dijabarkan di bagian lain dalam POS ini.
Secara diagramatis digambarkan sebagai berikut: Secara diagramatis digambarkan sebagai berikut: Implikasi dari perubahan fungsi sekolah
Implikasi dari perubahan fungsi sekolah umum menjadi sekolah penyelenggara pendidikanumum menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, maka dimungkinkan adanya perubahan struktur oganisasi sekolah. Alternatif inklusif, maka dimungkinkan adanya perubahan struktur oganisasi sekolah. Alternatif struktur organisasi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
struktur organisasi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif untuk satuan pendidikanuntuk satuan pendidikan SD/MI.
SD/MI.
Contoh alternatif struktur organisasi sekolah penyelenggara pendidikan inklusi satuan Contoh alternatif struktur organisasi sekolah penyelenggara pendidikan inklusi satuan pendidikan SMP/MTS, SMA/MA,
pendidikan SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK SMK/MAK 1.
1. Identifikasi dan Identifikasi dan AsesmenAsesmen
Pada dasarnya setiap guru harus mengetahui latar belakang dan kebutuhan masing-masing Pada dasarnya setiap guru harus mengetahui latar belakang dan kebutuhan masing-masing peserta didik agar dapat memberikan pelayanan dan ban
peserta didik agar dapat memberikan pelayanan dan bantuannya dengan tepat. Setiap pesertatuannya dengan tepat. Setiap peserta didik memiliki kebutuhan
didik memiliki kebutuhan yang berbeda yang berbeda baik karena faktor yang baik karena faktor yang bersifat permanen sepertibersifat permanen seperti hambatan penglihatan, hambatan pendengaran, hambatan fisik, at
hambatan penglihatan, hambatan pendengaran, hambatan fisik, at aupun yang tidak permanenaupun yang tidak permanen seperti, masalah sosial, bencana alam, dll.
seperti, masalah sosial, bencana alam, dll.
Oleh karena itu penting bagi guru memiliki kemampuan mengidentifikasi peserta didik atau Oleh karena itu penting bagi guru memiliki kemampuan mengidentifikasi peserta didik atau calon peserta didik untuk mengetahui ada
calon peserta didik untuk mengetahui ada tidaknya ABK yang perlu mendapatkan layanantidaknya ABK yang perlu mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhanny
pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.a.
Untuk mencermati lebih jauh tentang latar belakang, potensi, dan kondisi khusus pada siswa, Untuk mencermati lebih jauh tentang latar belakang, potensi, dan kondisi khusus pada siswa, sekolah perlu mengadakan asesmen. Ada dua jenis asesmen
1. Asesmen Fungsional 1. Asesmen Fungsional
Asesmen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
Asesmen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan hambatan yang dialamikemampuan dan hambatan yang dialami peserta didik dalam melakukan aktivitas tertentu. Asesmen ini dapat dilakukan oleh guru peserta didik dalam melakukan aktivitas tertentu. Asesmen ini dapat dilakukan oleh guru didi
sekolah. sekolah.
2. Asesmen Klinis. 2. Asesmen Klinis.
Asesmen klinis dilakukan oleh tena
Asesmen klinis dilakukan oleh tenaga profesional sesuai dengan kebutuhannya. Contohnya,ga profesional sesuai dengan kebutuhannya. Contohnya, asesmen untuk mengetahui seberapa besar kemampuan melihat seorang anak yang memiliki asesmen untuk mengetahui seberapa besar kemampuan melihat seorang anak yang memiliki hambatan visual, sehingga dapat menentukan alat bantu visual apa yang sesuai dengan anak hambatan visual, sehingga dapat menentukan alat bantu visual apa yang sesuai dengan anak tersebut agar dapat dimanfaatkan dalam melakukan tugas sehari-hari, baik di sekolah maupun tersebut agar dapat dimanfaatkan dalam melakukan tugas sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
di lingkungan masyarakat. 1.
1. Kurikulum yang digunakanKurikulum yang digunakan
Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum yang berlaku di sekolah umum. Namun bagi ABK, kurikulumnya menggunakan kurikulum yang berlaku di sekolah umum. Namun bagi ABK, kurikulumnya perlu disesuaikan dengan kebutuhan p
perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, karena hambatan dan kemampuan yeserta didik, karena hambatan dan kemampuan yangang dimilikinya bervariasi.
dimilikinya bervariasi.
Penyesuaian kurikulum ini diimplementasikan dalam bentuk Program Pembelajaran Penyesuaian kurikulum ini diimplementasikan dalam bentuk Program Pembelajaran
Individualisasi (PPI). PPI merupakan program pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan Individualisasi (PPI). PPI merupakan program pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan individu dengan bobot materi berbeda dari kelompok dalam kelas dan dilaksanakan dalam individu dengan bobot materi berbeda dari kelompok dalam kelas dan dilaksanakan dalam seting klasikal.
seting klasikal.
Penyesuaian kurikulum dilakukan oleh tim pengembang kurikulum di s
Penyesuaian kurikulum dilakukan oleh tim pengembang kurikulum di s ekolah yang terdiriekolah yang terdiri dari: kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus, orang tua, dan dari: kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus, orang tua, dan ahli lain sesuai kebutuhan.
ahli lain sesuai kebutuhan.
Implikasi dari penyesuaian kurikulum bagi ABK pada sekolah inklusif ini, maka secara Implikasi dari penyesuaian kurikulum bagi ABK pada sekolah inklusif ini, maka secara operasional model kurikulum yang digunakan ada 3 (tiga)
operasional model kurikulum yang digunakan ada 3 (tiga) jenis, yaitu: (1) Kurikulum umumjenis, yaitu: (1) Kurikulum umum (reguler), untuk siswa biasa dan ABK yang dapat mengikuti kurikulum umum; (2)
(reguler), untuk siswa biasa dan ABK yang dapat mengikuti kurikulum umum; (2) Kurikulum
Kurikulum modifikasi, yaitu perpaduan antara kurikulum umumodifikasi, yaitu perpaduan antara kurikulum umum dengan kurikulum PPm dengan kurikulum PPI,I, untuk ABK yang tidak dapat mengikuti kurikulum umum secara
untuk ABK yang tidak dapat mengikuti kurikulum umum secara penuh; dan (3) Kurikulumpenuh; dan (3) Kurikulum yang diindividualisasikan, untuk ABK yang sama sekali
yang diindividualisasikan, untuk ABK yang sama sekali tidak dapat mengikuti kurikulumtidak dapat mengikuti kurikulum umum.
umum. 1.
1. Sistem PenilaianSistem Penilaian
a. Sistem penilaian yang digunakan a. Sistem penilaian yang digunakan Penilaian dalam setting pendidikan
Penilaian dalam setting pendidikan inklusif mengacu pada model pengembangan kurikuluminklusif mengacu pada model pengembangan kurikulum yang dipergunakan, yaitu:
yang dipergunakan, yaitu: 1.
1. Apabila ABK mengikuti kurikulum umum yang berlaku untuk peserta didik Apabila ABK mengikuti kurikulum umum yang berlaku untuk peserta didik padapada umumnya di sekolah, maka penilaiannya menggunakan sistem penilaia
umumnya di sekolah, maka penilaiannya menggunakan sistem penilaia n yang berlakun yang berlaku pada sekolah tersebut.
pada sekolah tersebut. 2.
2. Apabila ABK mengikuti kurikulum modifikasi, maka menggunakan sistem penilaianApabila ABK mengikuti kurikulum modifikasi, maka menggunakan sistem penilaian yang dimodifikasi sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan.
yang dimodifikasi sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan. 3.
3. Apabila ABK mengikuti kurikulum program pembelajaran individualisasi Apabila ABK mengikuti kurikulum program pembelajaran individualisasi (PPI),(PPI), maka penilaiannya bersifat individual dan didasarkan pada kemampuan dasar awal maka penilaiannya bersifat individual dan didasarkan pada kemampuan dasar awal ((baselinebaseline).).
b. Sistem Kenaikan kelas b. Sistem Kenaikan kelas
1.
1. Peserta didik yang menggunakan model kurikulum umum, maka sistPeserta didik yang menggunakan model kurikulum umum, maka sist em kenaikanem kenaikan kelas menggunakan acuan yang berlaku pada sekolah
kelas menggunakan acuan yang berlaku pada sekolah umum.umum. 2.
2. Peserta didik yang menggunakan model kurikulum modifikasi, maka sistem kenaikanPeserta didik yang menggunakan model kurikulum modifikasi, maka sistem kenaikan kelas menggunakan model kenaikan kelas
kelas menggunakan model kenaikan kelas yang didasarkan pada usia kronologis danyang didasarkan pada usia kronologis dan atau model kenaikan kelas umum.
atau model kenaikan kelas umum. 3.
3. Peserta didik yang menggunakan model PPI, sistem kenaikan kelas didasarkan padaPeserta didik yang menggunakan model PPI, sistem kenaikan kelas didasarkan pada usia kronologis (kenaikan kelas otomatis).
usia kronologis (kenaikan kelas otomatis). c. Sistem Laporan Hasil Belajar
1.
1. Peserta didik yang menggunakan kurikulum umum, maka model laporan hasil Peserta didik yang menggunakan kurikulum umum, maka model laporan hasil belajar belajar (raport) menggunakan model raport umum yang berlaku.
(raport) menggunakan model raport umum yang berlaku. 2.
2. Peserta didik yang menggunakan kurikulum modifikasi, maka model raport Peserta didik yang menggunakan kurikulum modifikasi, maka model raport yangyang dipergunakan adalah raport umum yang dilengkapi dengan diskripsi (naras
dipergunakan adalah raport umum yang dilengkapi dengan diskripsi (naras i) dani) dan portofolio yang mengg
portofolio yang menggambarkan kualitas kemajuan belajar.ambarkan kualitas kemajuan belajar. 3.
3. Peserta didik yang menggunakan PPI, maka model rPeserta didik yang menggunakan PPI, maka model raport yang digunakan adalahaport yang digunakan adalah raport khusus yang dilengkapi dengan diskripsi (naras
raport khusus yang dilengkapi dengan diskripsi (naras i) dan portofolio. Penentuani) dan portofolio. Penentuan nilai kuantitatif didasarkan pada kemampuan dasar awal (
nilai kuantitatif didasarkan pada kemampuan dasar awal (baselinebaseline).). 1.
1. Bimbingan dan KonselingBimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif diperlukan sesuai
Bimbingan konseling dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif diperlukan sesuai dengandengan kemampuan sekolah. Untuk satuan pendidikan SD/MI, pelaksanaan
kemampuan sekolah. Untuk satuan pendidikan SD/MI, pelaksanaan fungsi bimbingan danfungsi bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh guru kelas,
konseling dapat dilakukan oleh guru kelas, guru bidang studi dan guru pendidikan khusus.guru bidang studi dan guru pendidikan khusus. Sedangkan untuk satuan pendidikan SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, tugas dan fungsi Sedangkan untuk satuan pendidikan SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, tugas dan fungsi bimbingan konseling di seko
bimbingan konseling di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dilakukan oleh lah penyelenggara pendidikan inklusif dilakukan oleh petugaspetugas khusus yaitu tenaga pembimbing/konselor dan guru pendidikan khusus (GPK).
khusus yaitu tenaga pembimbing/konselor dan guru pendidikan khusus (GPK). 1.
1. Pendidik dan Tenaga Pendidik dan Tenaga KependidikanKependidikan a. Pengertian dan ruang lingkup
a. Pengertian dan ruang lingkup Pendidik adalah tenaga profesional di
Pendidik adalah tenaga profesional di bidang pendidikan yang mempunyai tugas utamabidang pendidikan yang mempunyai tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan tertentu
didik pada satuan pendidikan tertentu yang melaksanakan program pendidikan inklusif.yang melaksanakan program pendidikan inklusif. Pendidik meliputi: guru kelas (untuk SD/MI), guru mata pelajaran, guru
Pendidik meliputi: guru kelas (untuk SD/MI), guru mata pelajaran, guru pembimbing/konselor (untuk seko
pembimbing/konselor (untuk sekolah menengah), dan guru penlah menengah), dan guru pendidikan khusus (GPK).didikan khusus (GPK). Di samping pendidik, sekolah penyelenggara pendidikan inklusif j
Di samping pendidik, sekolah penyelenggara pendidikan inklusif j uga memerlukan dukunganuga memerlukan dukungan tenaga kependidikan yang relevan, seperti terapis, tenaga medis, dokter, psikolog, laboran, tenaga kependidikan yang relevan, seperti terapis, tenaga medis, dokter, psikolog, laboran, dan lain-lain.
dan lain-lain.
Pengadaan guru pendidikan khusus (GPK) pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, Pengadaan guru pendidikan khusus (GPK) pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, dapat dilakukan dengan cara :
dapat dilakukan dengan cara : 1.
1. Sekolah yang memungkinkan mengangkat guru pendidikan khusus (GPK) sesuaiSekolah yang memungkinkan mengangkat guru pendidikan khusus (GPK) sesuai kebutuhan
kebutuhan 2.
2. Sekolah meminta bantuan GPK melalui kerjasama dengan SLB terdekat atau InstitusiSekolah meminta bantuan GPK melalui kerjasama dengan SLB terdekat atau Institusi lainnya (LSM, Klinik, RS)
lainnya (LSM, Klinik, RS) 3.
3. Pemerintah mengangkat Guru Pendidikan Khusus (GPK) yang ditempatkan diPemerintah mengangkat Guru Pendidikan Khusus (GPK) yang ditempatkan di sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif 4.
4. Pemerintah mengangkat GPK yang ditempatkan pada sekolah penPemerintah mengangkat GPK yang ditempatkan pada sekolah pen yelenggarayelenggara pendidikan inklusif inti/basis dan melaksanakan tugas d
pendidikan inklusif inti/basis dan melaksanakan tugas di sekolah imbas.i sekolah imbas. 5.
5. Pemerintah mengangkat GPK yang ditempatkan pada SLB/SDLB dan melaksanakanPemerintah mengangkat GPK yang ditempatkan pada SLB/SDLB dan melaksanakan tugas di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
tugas di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. 6.
6. Pemerintah dan/atau Sekolah baik secara sendiri maupun bersama-sama,Pemerintah dan/atau Sekolah baik secara sendiri maupun bersama-sama, menyelenggarakan inservice training bagi guru-guru umum t
menyelenggarakan inservice training bagi guru-guru umum t entang pendidikanentang pendidikan inklusif
inklusif b. Tugas Pendidik b. Tugas Pendidik 1).
1). Tugas Tugas Guru Guru Kelas Kelas antara antara lain:lain: a)
a) Menciptakan Menciptakan iklim iklim belajar ybelajar yang ang kondusif kondusif sehingga sehingga anak-anak anak-anak merasa merasa nyaman nyaman belajar belajar didi kelas/sekolah.
kelas/sekolah. b)
b) Menyusun dan Menyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak untuk mengetahui kemampumelaksanakan asesmen pada semua anak untuk mengetahui kemampuanan dan kebutuhannya
dan kebutuhannya c)
c) Menyusun Menyusun program program pembelajaran pembelajaran individualisasi individualisasi (PPI) (PPI) bersama-sama bersama-sama dengan dengan guruguru pendidikan khusus.
pendidikan khusus. d)
e)
e) Memberikan Memberikan program program pengajaran pengajaran remedi, remedi, repetisi, repetisi, pengayaan, pengayaan, dan/atau dan/atau percepatan percepatan bagibagi peserta didik yang membutuhkan.
peserta didik yang membutuhkan. f)
f) Melaksanakan Melaksanakan administrasi administrasi kelas kelas sesuai sesuai dengan dengan bidang tugasnya.bidang tugasnya. 2)
2) Tugas guTugas guru mata ru mata pelajaran antara lain:pelajaran antara lain: a)
a) Menciptakan Menciptakan iklim iklim belajar ybelajar yang ang kondusif kondusif sehingga sehingga anak-anak anak-anak merasa merasa nyaman nyaman belajar belajar didi kelas/sekolah.
kelas/sekolah. b)
b) Menyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak uMenyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak untuk mengetahui kemampuanntuk mengetahui kemampuan dan kebutuhannya
dan kebutuhannya c)
c) Menyusun program Menyusun program pembelajaran pembelajaran individualisasi individualisasi (PPI) (PPI) bersama-sama bersama-sama dengan dengan guruguru pendidikan khusus.
pendidikan khusus. d)
d) Melaksanakan Melaksanakan kegiatan kegiatan pembelajaran pembelajaran dan dan penilaian penilaian yang yang menjadi menjadi tanggung tanggung jawabnya.jawabnya. e)
e) Memberikan Memberikan program program pengajaran pengajaran remedi, remedi, repetisi, repetisi, pengayaan, pengayaan, dan/atau dan/atau percepatan percepatan bagibagi peserta didik yang membutuhkan.
peserta didik yang membutuhkan. 3).
3). Tugas Guru Tugas Guru Pendidikan Khusus Pendidikan Khusus antara lain:antara lain: a)
a) Menyusun Menyusun instrumen instrumen dan dan melaksanakan melaksanakan asesmen asesmen pendidikan pendidikan bersama-sama bersama-sama dengandengan guru kelas dan guru mata pelajaran serta tena
guru kelas dan guru mata pelajaran serta tenaga profesional lainga profesional lain b)
b) Menjalin kerjasama antara guru, sekolah dan orang tua peserta didik dalam perencanaan,Menjalin kerjasama antara guru, sekolah dan orang tua peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kemajuan belajar
pelaksanaan dan penilaian kemajuan belajar c)
c) Melaksanakan Melaksanakan pendampingan pendampingan anak anak berkebutuhan berkebutuhan khusus khusus pada pada kegiatan kegiatan pembelajaranpembelajaran bersama-sama dengan guru kelas maupun gu
bersama-sama dengan guru kelas maupun guru mata pelajaran.ru mata pelajaran. d)
d) Memberikan Memberikan bantuan bantuan layanan layanan khusus khusus bagi bagi anak-anak anak-anak yang yang mengalami mengalami hambatan.hambatan. e)
e) Memberikan Memberikan bimbingan bimbingan secara secara berkesinambungan berkesinambungan dan dan membuat membuat catatan catatan khusus khusus bagibagi anak-anak yang menjadi bimbingannya selama mengikuti kegiatan pembela
anak-anak yang menjadi bimbingannya selama mengikuti kegiatan pembela jaran yang dapatjaran yang dapat dipahami jika terjadi pergantian guru.
dipahami jika terjadi pergantian guru. f)
f) Memberikan Memberikan bantuan bantuan (berbagi (berbagi pengalaman) pengalaman) pada pada guru guru kelas kelas dan/atau dan/atau guru guru matamata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada
pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak anak-anak berkebutuhan khusus.
berkebutuhan khusus. 1.
1. Sarana dan Prasarana PenunjangSarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat keras maupun perangkat lunak Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif pada yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan tertentu.
satuan pendidikan tertentu.
Pada hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tertentu Pada hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tertentu dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, tetapi
dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, tetapi untuk untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi aksesibilitas bagi kelancaran mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi aksesibilitas bagi kelancaran mobilisasi anak berkebutuhan
mobilisasi anak berkebutuhan khusus, khusus, selanjutnya untuk memenuhselanjutnya untuk memenuhi sarana prasarana yangi sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan pendidikan inklusif dijabarkan dalam buku Pedoman Kebutuhan dibutuhkan dalam pelayanan pendidikan inklusif dijabarkan dalam buku Pedoman Kebutuhan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan. 10. Pembiayaan
10. Pembiayaan
Pembiayaan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat diperoleh
Pembiayaan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat diperoleh dari pemerintah,dari pemerintah, pemerintah daerah, swasta, NGO, masyarakat (orangtua peserta didik dan lembaga-swadaya pemerintah daerah, swasta, NGO, masyarakat (orangtua peserta didik dan lembaga-swadaya
masyarakat), dan/atau sumber dana dari luar negeri. Selanjutnya mekanisme pengelolaan masyarakat), dan/atau sumber dana dari luar negeri. Selanjutnya mekanisme pengelolaan dana dijabarkan
dana dijabarkan dalam buku dalam buku Pedoman Pedoman Pengelolaan Dana.Pengelolaan Dana. 11. Pemberdayaan Masyarakat
11. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka optimalisasi sumber daya masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan Dalam rangka optimalisasi sumber daya masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pendidikan inklusif, diperlukan up
pendidikan inklusif, diperlukan upaya sistematis dan sistemik peran serta masyarakat.aya sistematis dan sistemik peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dapat berbentuk :
Peran serta masyarakat dapat berbentuk : 1.
1. Peran langsung, seperti bantuan tenaga/keahlian, dukungan pembiayaan, dukunganPeran langsung, seperti bantuan tenaga/keahlian, dukungan pembiayaan, dukungan sarana prasarana, penyaluran lulusan, keterlibatan dalam tim pengelola
sarana prasarana, penyaluran lulusan, keterlibatan dalam tim pengelola 2.
2. Peran tidak langsung, seperti bantuan pemikiran Peran tidak langsung, seperti bantuan pemikiran untuk pengambilan kebijakan,untuk pengambilan kebijakan, bantuan akses dan jaringan, pengembangan
12. Mekanisme Penyelenggaraan 12. Mekanisme Penyelenggaraan
Untuk keperluan administrasi dan pembinaan, serta kelancaran dalam penyelenggaraan Untuk keperluan administrasi dan pembinaan, serta kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, perlu meng
pendidikan inklusif, perlu mengikuti prosedur sebagai berikut :ikuti prosedur sebagai berikut : 1.
1. Sekolah yang akan menerima anak berkebutuhan khusus Sekolah yang akan menerima anak berkebutuhan khusus mengajukan proposalmengajukan proposal penyelenggaraan pendidikan ink
penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.lusif kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sedangkan sekolah yang telah memiliki
Sedangkan sekolah yang telah memiliki peserta didik berkebutuhan khususpeserta didik berkebutuhan khusus melaporkan penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan melaporkan penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota. 2.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menindaklanjuti proposal/ laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menindaklanjuti proposal/ laporan dari sekolahsekolah yang bersangkutan kepada Dinas Pendidikan Provinsi.
yang bersangkutan kepada Dinas Pendidikan Provinsi. 3.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan visiDinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan visi tasitasi ke sekolah yang bersangkutan.
ke sekolah yang bersangkutan. 4.
4. Dinas Pendidikan Provinsi menetapkan sekolah yang bersangkutan sebagaiDinas Pendidikan Provinsi menetapkan sekolah yang bersangkutan sebagai penyelenggara pendidikan inklusif den
penyelenggara pendidikan inklusif dengan menerbitkan surat penetapannya, denggan menerbitkan surat penetapannya, denganan tembusan kepada
tembusan kepada Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota, dan Direktorat Direktorat PembinaanPembinaan Sekolah Luar Biasa.
Sekolah Luar Biasa.
Mekanisme Penetapan Sekolah Inklusif Mekanisme Penetapan Sekolah Inklusif
C.
C. STRATEGI
STRATEGI IMPLEMENT
IMPLEMENTASI
ASI
1.1. Sosialisasi Sosialisasi dan Kdan Koordinasioordinasi
Sosialisasi dan koordinasi program pendidikan inklusif dilakukan oleh Direktorat PSLB Sosialisasi dan koordinasi program pendidikan inklusif dilakukan oleh Direktorat PSLB kepada Dinas/instansi terkait, sekolah dan masyarakat. Sedangkan koordinasi dilakukan kepada Dinas/instansi terkait, sekolah dan masyarakat. Sedangkan koordinasi dilakukan antara Direktorat
antara Direktorat PSLB PSLB dengan dengan perguruan perguruan tinggi, Dinas/Instansi tinggi, Dinas/Instansi terkait dan terkait dan sekolah.sekolah. 2.
2. Penerimaan PPenerimaan Peserta Didik Beeserta Didik Berkebutuhan Krkebutuhan Khusushusus
Penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan melalui sistem: Penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus dilakukan melalui sistem: a. Penerimaan murid baru;
a. Penerimaan murid baru;
b. Rujukan dari tenaga ahli yang
b. Rujukan dari tenaga ahli yang relevan;relevan; c. Rujukan dari lembaga lain
c. Rujukan dari lembaga lain
d. Mutasi atau melanjutkan dari sekolah lain d. Mutasi atau melanjutkan dari sekolah lain
e. Program retrievel (pengembalian anak ke sekolah karena drop out) e. Program retrievel (pengembalian anak ke sekolah karena drop out) 3. Rekrutmen Pendidik dan Tenaga
3. Rekrutmen Pendidik dan Tenaga KependidikanKependidikan 1.
1. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan baru (negeri/swasta)Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan baru (negeri/swasta) 2.
2. Mutasi pendidik dan tenaga kependidikanMutasi pendidik dan tenaga kependidikan 3.
3. Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat 4.
4. Bantuan pendidik dan tenaga kependidikan dari sekolah/lembaga laBantuan pendidik dan tenaga kependidikan dari sekolah/lembaga la inin 4. Pembelajaran
4. Pembelajaran 1.
1. Perencanaan PembelajaranPerencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan mengacu pada Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Perencanaan disusun sesuai
kurikulum yang berlaku. Perencanaan disusun sesuai dengan buku Pedoman pembelajaran.dengan buku Pedoman pembelajaran. 1.
1. Pelaksanaan PembelajaranPelaksanaan Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik. Sistem Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik. Sistem pelaksanaannya mengacu pada buku P
pelaksanaannya mengacu pada buku Pedoman pembelajaran.edoman pembelajaran. 1.
1. Penilaian Hasil PembelajaranPenilaian Hasil Pembelajaran 1)
1) Memahami Memahami kompetensi kompetensi dasar dasar dan dan bentuk bentuk penilaian penilaian yang yang sesuai sesuai untuk untuk mengukur mengukur Kompetensi dasar tersebut
Kompetensi dasar tersebut 2)
2) Menyusun Menyusun kisi-kisi kisi-kisi soalsoal 3)
3) Menyusun Menyusun soal soal (bentuk (bentuk penilaian) penilaian) sesuai sesuai dengan dengan kaidahkaidah 4)
4) Menelaah Menelaah dan dan merevisi merevisi soalsoal 5)
5) Melaksanakan Melaksanakan penilaian penilaian dengan dengan menggunakan menggunakan soal soal yang yang telah telah dikembangkandikembangkan 6)
7)
7) Menggunakan Menggunakan hasil hasil penilaian penilaian untuk untuk keperluan keperluan administrasi, administrasi, dan dan pelaporanpelaporan d.
d. Pengawasan Pengawasan PembelajaranPembelajaran
Pengawasan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, komite Pengawasan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, komite sekolah, orangtua peserta didik,
sekolah, orangtua peserta didik, dan pemangku kepentingan (dan pemangku kepentingan ( stake holder). stake holder). PengawasanPengawasan dilakukan dalam hal sebagai berikut:
dilakukan dalam hal sebagai berikut: 1)
1) Perencanaan Perencanaan pembelajaranpembelajaran 2)
2) Pelaksanaan Pelaksanaan proses proses pembelajaran pembelajaran di di kelaskelas 3)
3) Pelaksanaan Pelaksanaan penilaianpenilaian 4)
4) Penyusunan Penyusunan laporan laporan pembelajaranpembelajaran 5. Supervisi
5. Supervisi
Supervisi yang dimaksud adalah pembinaan yang dilakukan oleh Pejabat,
Supervisi yang dimaksud adalah pembinaan yang dilakukan oleh Pejabat, Kepala Sekolah,Kepala Sekolah, Pengawas dan/atau profesional terkait.
Pengawas dan/atau profesional terkait. Aspek-aspeknya adalah:
Aspek-aspeknya adalah: a. Penyusunan silabus a. Penyusunan silabus
b. Pembelajaran (RPP dan proses pembelajaran) b. Pembelajaran (RPP dan proses pembelajaran)
c. Penilaian c. Penilaian
d. Program remediasi dan
d. Program remediasi dan bimbingan/pengayaanbimbingan/pengayaan 6. Sertifikasi
6. Sertifikasi
Peserta didik yang telah menyelesaikan program pembelajaran pendidikan inklusi di setiap Peserta didik yang telah menyelesaikan program pembelajaran pendidikan inklusi di setiap satuan pendidikan diberi
satuan pendidikan diberi ijazahijazah (sertifikat). Sedangkan peserta didik yang sudah lulus ujian(sertifikat). Sedangkan peserta didik yang sudah lulus ujian kompetensi tertentu diberi
kompetensi tertentu diberi sertifikat kompetensi sertifikat kompetensi.. 7.
7. Monitoring Monitoring dan edan evaluasivaluasi a.
a. Monitoring dan evaluasi pMonitoring dan evaluasi pendidikan inklusif dilaksanakan endidikan inklusif dilaksanakan oleh: (1) Direktorat Jenderaloleh: (1) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Cq. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa; (2) Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Cq. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa; (2) Dinas Pendidikan Provinsi (Sub Dinas yang menangani PLB); (3) Dinas
Pendidikan Provinsi (Sub Dinas yang menangani PLB); (3) Dinas PendidikanPendidikan Kabupaten/kota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Kabupaten/kota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. b.
b. Aspek monitoring dan evaluAspek monitoring dan evaluasi meliputi: persiapan penyelenggaraan, peserta didik,asi meliputi: persiapan penyelenggaraan, peserta didik,
ketenagaan, sarana-prasarana, pendanaan, manajemen, pemberdayaan masyarakat, dan aspek ketenagaan, sarana-prasarana, pendanaan, manajemen, pemberdayaan masyarakat, dan aspek lain yang relevan.
lain yang relevan.
c. Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan c. Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan dikoordinasikan dengan institusi terkait.
dikoordinasikan dengan institusi terkait.
d. Instrumen monitoring dan evaluasi disiapkan oleh masing-masing institusi sesuai dengan d. Instrumen monitoring dan evaluasi disiapkan oleh masing-masing institusi sesuai dengan kebutuhan.
kebutuhan.
e. Hasil monitoring dan e
e. Hasil monitoring dan evaluasi dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan program,valuasi dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan program, penyempurnaan strategi pelaksanaan program dan memformu
penyempurnaan strategi pelaksanaan program dan memformulasikan kebijakan di masa yanglasikan kebijakan di masa yang akan datang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
akan datang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan inklusif.inklusif. 8.
8. Administrasi Administrasi dan Pdan Pelaporanelaporan a. Administrasi
a. Administrasi
Administrasi penyelenggaraan pendidikan inklusif secara umum tidak berbeda dengan Administrasi penyelenggaraan pendidikan inklusif secara umum tidak berbeda dengan sekolah umum, tetapi secara k
sekolah umum, tetapi secara khusus husus diperlukan data administrasi sebagai berikut: gdiperlukan data administrasi sebagai berikut: guruuru pendidikan khusus, peserta didik berk
pendidikan khusus, peserta didik berkebutuhan khusus, hasil asesmen, hasil pembahasanebutuhan khusus, hasil asesmen, hasil pembahasan kasus, program pembelajaran individual, hasil belajar, program layanan rehabilitasi/habilitasi, kasus, program pembelajaran individual, hasil belajar, program layanan rehabilitasi/habilitasi, dan lainnya.
dan lainnya. b. Pelaporan b. Pelaporan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif dilaporkan setiap triwulan secara tertulis Penyelenggaraan pendidikan inklusif dilaporkan setiap triwulan secara tertulis sekurang-kurangnya memuat tentang:
kurangnya memuat tentang: 1)
1) peserta peserta didik;didik; 2)
2) kurikulum kurikulum yang yang digunakan;digunakan; 3)
3) sarana sarana prasarana;prasarana; 4)
5)
5) proses proses pembelajaran;pembelajaran; 6)
6) hasil hasil evaluasi,evaluasi, 7)
7) permasalahan permasalahan dan dan upaya upaya pemecahannyapemecahannya
Laporan disampaikan kepada institusi pembina langsung dengan tembusan kepada Dinas Laporan disampaikan kepada institusi pembina langsung dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Pendidikan Provinsi dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Mandikdasmen.Biasa Ditjen Mandikdasmen. Format laporan dapat dikembangkan oleh masing-masing se