• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA, SITUBONDO.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA, SITUBONDO.docx"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA

NAMA KADER

ALAMAT

PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA BEKERJASAMA DENGAN KELURAHAN SINDANG BARANG KOTA BOGOR

TAHUN 2009

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA

Sejak Tahun 2002, paradigma kesehatan Indonesia berfokus pada peningkatan dan pencegahan penyakit dengan memberdayakan potensi yang ada dimasyarakat secara optimal agar masyarakat lebih mandiri dalam menjaga kesehatannya. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang diaktifkan adalah membentuk dan melatih kader kesehatan agar mempunyai kemampuan tertentu, kemampuan sebagai Kader Kesehatan Jiwa ( Kader Keswa).

Diperkirakan satu tahun setelah terjadinya bencana di propinsi NAD dan Sumatera Utara mungkin timbul berbagai masalah psikososial dengan gangguan jiwa. Hasil penelitian pasien jiwa yang cepat dirawat dapat sembuh 25%, mandiri 25%, butuhkan bantuan 25% dan yang berat dan butuh perawatan penuh 25%. Pasien gangguan jiwa yang telah dirawat oleh perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) menunjukkan perbaikan dan ± 45% telah mandiri.

Untuk mendapatkan keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah kesehatan jiw dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa.

Kader kesehatan jiwa berperan penting di masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental yang optimal melalui penggerakan masyarakat dan meningkatkan kesehatan mental serta pemantauan kondisi kesehatan mental masyarakat di wilayahnya.

(2)

A. Tujuan Pelatihan a. Umum

Kader kesehatan berperan serta dalam meningkatkan , memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa di masyarakat.

b. Khusus

Setelah mengikuti pelatihan, kader mempunyai kemampuan : 1. Melaksanakan program desa siaga sehat jiwa

2. Melakukan deteksi keluarga ; sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa di masyarakat

3. Menggerakan individu, keluarga dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa

4. Mengerakan individu , keluarga dan kelompok yang beresiko mempunyai masalah psikososial untuk mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa.

5. Menggerakan individu, keluarga dan kelompok yang mempunyai gangguan jiwa utnuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa

6. Menggerakan pasien gangguan jiwa yang mandiri untuk program TAK dan rehabilitasi

7. melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami masalah psikososial atau gangguan jiwa yang telah mandiri.

8. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada perawat CMHN atau Puskesmas

9. Membuat dokumentasi perkembangan kondisi kesehatan jiwa pasien.

B. Program Desa Siaga Sehat Jiwa

Departemen Kesehatan berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi – tingginya di tingkat desa. Desa – desa yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan diberi nama Desa Siaga. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan

jiwa dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong – royong, menuju desa sehat.

1. Visi

Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat 2010. Kecamatan Sehat 2010 merupakan gambaran kesehatan masyarakat masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi – tingginya.

Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang mempunyai visi ” memelihara kesehatan jiwa masyarakat dan mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakana keluarga dan masyarakat ” 2. Misi Pelayanan

Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat sehat jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader kesehatan jiwa.

3. Strategi Pelayanan

Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa (CMHN0 di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di desa siaga adalah

a.Kegiatan perawat CMHN

1) Pendidikan Kesehatan Jiwa bagi

kelompok masyarakat sehat  Keluarga dengan bayi

 Keluarga dengan anak –anak  Keluarga dengan usia prasekolah

(3)

 Keluarga dengan usia sekolah  Keluarga dengan remaja  Keluarga dengan dewasa muda  Keluarga dengan dewasa  Keluarga dengan lanjut usia

2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah psikososial :

 Kehilangan bentuk, strukutr, fungsi tubuh

 Kehilngan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan , tempat tinggal, sekolah, harta benda

3)Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa:

 Pasien dengan perilaku kekerasan  Pasien dengan isolasi sosial  Pasien dengan harga Diri Rendah  Pasien dengan halusinasi

 Pasien dengan Kurang Perawatan Diri

4)Kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan jiwa mandiri

5)Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri 6)Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa b.Kegiatan kader Kesehatan Jiwa

1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat jiwa : sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.

2) Menggerakan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia

3) Menggerakan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial

4) Menggerakan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat

5) Menggerakan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan rehabilitasi

6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien ganguan jiwa yang telah mandiri

7)Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN 8)Mendokumentasikan semua kegiatan

Kegiatan di atas dilakukan secara bergiliran dalam satu bulan.  Minggu I : kegiatan nomor 1,2, 6,7,8

 Minggu II: kegiatan nomor 1,4,5,6,7,8  Minggu III: kegiatan nomor 1,3,6,7,8  Mingu IV : kegiatan nomor 1,4,5,6,7,8 Latihan 1

C.

Deteksi Keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa

Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh keluarga yang ada di desa siaga sehat jiwa.

1.Pengertian

Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. 1.Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kesehatan

mental masyarakat?bagaimana cara bpk/ibu meningkatkan kesehatan mental keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar bpk/ibu?

2.Dapatka bpk/ibu membayangkan bila salah seorang tetangga dekat bpk/ibu mengalami massalah kejiwaan?Apa yang akan bpk/ibu lakukan?

3.Bila ada tetangga yang baru pulang dari rumah sakit jiwa, apa yang akan bpk/ibu lakukan?

(4)

Hasil deteksi adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.

2.Tujuan

Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang ditunjukkan melalui :

a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa

b. Jumlah keluarga yang beresiko mengalami masalah psikososial c. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa 3.Pelaksana Kegiatan

a. Persiapan

1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga

2) Kader mempelajari tanda – tanda orang/keluarga yang beresiko mengalami masalah psikososial atau orang/keluarga yang mengalami ganguan jiwa

3) Kader mengidentifikasi orang/keluarga yang diduga mengalami risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa 4) Melakukan kontrak / janji untuk bertemu dengan pasien dan

keluarga b. Pelaksanaan

1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa

2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk dikelola bersama)

3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan cara wawancara dengan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku pedoman deteksi keluarga.

Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui tanda – tanda / perilaku yang

menunjukkan inividu tersebut risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa (tabel 3.1 dan tabel 3.2)

4) Berdasarkan penilaian yang dilakukan kader mengelompokkan keluarga yang tinggal i wilayahnya menjadi 3 kelompok:

a)Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang: baik risiko masalah psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan jiwa ( lihat tabel 2)

b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai kondisi sesuai tabel 1

c)Kelompok keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ( perilaku seperti pada tabel 2)

c. Pelaporan

1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya

2) Kader mencatat data – data keluarga yang mempunyai risiko masalah psikososial

3) Kader mencatat data – data keluarga yang mengalami gangguan jiwa

4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing – masing kelompok dicatat

5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang bertanggung jawab

4.Karakteristik keluarga yang beresiko mengalami masalah psikososial, gangguan jiwa dan sehat jiwa

(5)

Tabel 1

Risiko masalah psikososial

NO FAKTOR RISIKO

1 Kehilangan anggota keluarga, atau orng yang dicintai 2 Kehilangan pekerjaan

3 Kehilangan harta benda 4 Kehilangan anggota tubuh

5 Penyakit fisik kronis: hipertensi, TBC, DM, Jantung , Ginjal, Rhematik

6 Hamil dan postpartum

b. Gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi jiwa ( ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar) sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial (interaksi/bergaul).Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang beradaptasi dngan masalah . Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat beragam (lihat tabel 2).

Tabel 2

Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa

NO CIRI PERILAKU

1 Sedih berkepanjangan dalam waktu lama

2 Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang

3 Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas) 4 Marah tanpa sebab

5 Bicara tertawa sendiri 6 Mengamuk

7 Menyendiri 8 Tidak mau bergaul

9 Tidak memperhatikan penampilan/ kebersihan diri 10 Mengatakan atau mencoba bunuh diri

Latihan 1 : Diskusikan dengan teman kelompok dan fasilitator pertanyaan dibawah ini.

1 Identifikasi apakah ada tetangga bpk/ibu yang mempunyai perilaku seperti tertulis paa tabel 1 dan 2?

2 Bagaimana cara bpk/ibu menilai perilaku seseorang yang termasuk sehat jiwa, beresiko mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa

3 Perlihatkan cara bpk/ibu alam mendeteksi adanya maslah psikososial atau gangguan jiwa

4 Sebagai kader apa yang dapat bpk/ibu lakukan menolong mereka?

C. Sehat Jiwa

Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.

Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam kelompok, demikian pula risiko dan gangguan jiwa.

D. Menggerakan Kelompok Keluarga Sehat Untuk Penyuluhan

Kesehatan 1. Pengertian

Penggerakan kelompok keluarga sehat adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang sehat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali.

(6)

2. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga sehat agar menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan.

3. Pelaksanaan Kegiatan a. Persiapan

1) Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti penyuluhan: sesuai dengan topik penyuluhan(misalnya keluarga dengan anak bayi) 2) Kader menyampaikan / mengundang keluarga yang

menjadi sasaran penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan

3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan

4) Kader meningkatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum penyuluhan

5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan

6) Kader mempersiapkan tempay penyuluhan b. Pelaksanaan

1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan

3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan

4) Memotivasi peserta untuk bertanya c. Pelaporan

Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader: penyuluhan kesehatan jiwa)

E. Penggerakan Kelompok Keluarga Yang Beresiko Mengalami

Masalah Psikososial Untuk Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian

Penggerakan kelompok keluarga yang beresiko mengalami masalah psikososial adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang mengalami risiko masalah psikososial untuk mengikuti penyuluhan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali.

2. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang risiko masalah psikososial untuk menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan. 3. Pelaksanaan Kegiatan

a.Persiapan

1)Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti penyuluhan: sesuai dengan topik penyuluhan(misalnya keluarga dengan anak bayi)

2)Kader menyampaikan / mengundang keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan

3)Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan

4)Kader meningkatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum penyuluhan

5)Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6)Kader mempersiapkan tempat penyuluhan

b.Pelaksanaan

1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan

3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan

(7)

c.Pelaporan

Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)

F. Penggerakan Kelompok Keluarga Gangguan Jiwa Untuk

Penyuluhan Kesehatan, TAK dan Rehabilitasi 1.Pengertian

Penggerakan kelompok pasien gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali.

2.Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga gangguan jiwa untuk menghadiri penyuluhan kesehatan jiwa.

3.Pelaksanaan Kegiatan a.Persiapan

1).Kader mengidentifikasi keluarga yang mempunyai gangguan jiwa yang akan mengikuti penyuluhan

2).Kader menyampaikan / mengundang keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan.

3). Kader satu hari sebelumnya mengingatkan keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan untuk hadir.

4). Kader mengingatkan keluarga untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan

5). Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6). Kader mempersiapkan tempat penyuluhan

b.Pelaksanaan

1). Mengingatkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan 2). Mengumpulkan peserta penyuluhan

3). Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan. 4) Memotivasi peserta untuk aktif mengikuti penyuluhan dan

mengajukan pertanyaan. c.Pelaporan

Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader: Tak dan rehabilitasi)

Latihan 2

1. Peragakan bagaiman bpk/ibu mengundang keluarga mengikuti penyuluhan

2. Peragakan bagaiman bpk/ibu mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan

G. Penggerakan Kelompok Pasien Gangguan Jiwa untuk Terapi

Aktifitas Kelompok ( TAK) dan Rehabilitasi 1. Pengertian

Penggerakan kelompok pasien gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi pasien untuk mengikuti kegiatan TAK dan rehabilitasi oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali.

2.Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan rehabilitasi.

3.Pelaksanaan Kegiatan a.Persiapan

1). Kader bersama perawat CMHN mengidentifikasi pasien gangguan yang akan mengikuti TAK dan rehabilitasi

2). Kader bersama perawat CMHN menyampaikan rencana TAK dan rehabilitasi

(8)

3). Kader bersama keluarga memfasilitasi kebutuhan (alat dan bahan) rehabilitasi.

4). Kader mengundang pasien dan keluarga yang akan mengikuti TAK untuk hadir

5). Kader mengundang pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir

6). Kader mengingatkan pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir

7). Kader mempersiapkan daftar hadir peserta kegiatan (TAK dan rehabilitasi)

8).Kader mempersiapkan tempat pelaksanaan kegiatan TAK dan rehabilitasi

b.Pelaksanaan

1). Mengumpulkan peserta TAK dan rehabilitasi

2). Mendampingi perawat CMHN yang akan melakukan kegiatan (TAK dan rehabilitasi)

3). Kader memotivasi peserta untuk aktif mengikuti kegiatan (TAK dan rehabilitasi)

c.Pelaporan

Membuat laporan kegiatan TAK dan rehabilitasi serta kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader: TAK dan rehabilitasi)

H. Kunjungan Rumah

1. Pengertian

Kunjungan rumah adalah kunjungan kader kesehatan jiwa ke keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dan telah dirawat oleh perawat CMHN dan telah mandiri. Kunjungan dilakukan 2 minggu sekali. Saat melakukan kunjungan rumah, kader melakukan penilaian terhadap kemampuan pasien gangguan jiwa dan keluarga dalam perawatan pasien (lihat buku panduan supervisi kader).

2. Tujuan

Melalui kunjungan rumah diperoleh informasi terkini tentang kemampuan pasien mengatasi masalahnya dan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien di rumah.

3. Sasaran

Sasaran kunjungan rumah kader adalah pasien dan keluarga yang mempunyai masalah harga diri rendah, menyendiri, mendengar suara- suara (halusinasi), mengamuk dan kurang merawat diri (lihat buku panduan supervisi kader) yang telah mandiri.

4. Pelaksanaan Kegiatan a. Persiapan

Persiapan yang harus dilakukan adalah : 1). Menyiapkan buku supervisi kader 2). Mempelajari isi buku

3). Melakukan perjanjian/kontrak dengan keluarga b. Pelaksanaan

1). Memberikan salam terapeutik 2). Melakukan perjanjian/kontrak

3).Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga tentang kemampuan pasien

4).Menyampaikan pujian terhadap kemampuan psien dan keluarga

5). Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya dengan tujuan tertentu.

c. Pelaporan

Tuliskan hasil observasi bpk/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader: supervisi kader)

(9)

Latihan 3

1. Peragakan bagaimana bpk/ibu melakukan kunjungan rumah untuk menilai pasien yang menyendiri

2. Peragakan bagaimana bpk / ibu melakukan kunjungan rumah untuk menilai pasien yang mendengar suara – suara

3. Diskusikan hal – hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari saat kunjungan rumah

I. Rujukan Kasus

1.Pengertian

Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang bertanggung jawab. Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi keluarga kader menemukan:

 Pasien mengalami kemunduran perilaku berdasarkan penilaian terhadap perilaku pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader: supervisi pasien)

 Pasien baru yang itemukan 2.Tujuan

Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi.

3.Pelaksanaan a. Persiapan

1) Kader menyiapkan laporan kunjungan rumah/supervisi yang menunjukkan kemunduran perilaku pasien atau adanya masalah kesehatan pasien

2) Kader mengisi format rujukan kasus

b. Pelaksanaan

1) Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat CMHN

2) Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN

c. Pelaporan

Tuliskan hasil observasi bpk/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader:supervisi kader)

Latihan 4

1. Identifikasi kasus – kasus yang membutuhkan rujukan 2. Peragakan bagaiman caranya bila bpk/ibu melakukan

rujukan kasus ke perawat CMHN

J. Pendokumentasian

1. Pengertian

Pendokumentasikan adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader (deteksi, penggerakan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan panduan pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa).

2. Tujuan

Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa tercatat dengan baik.

3. Bentuk dokumentasi

Bentuk dokumentasi laporan kader adalah: a. Buku pegangan kader: deteksi keluarga

(10)

c. Buku pegangan kader: supervisi pasien gangguan jiwa d. Surat rujukan

D.Bagaiman mengembangkan rasa percaya diri saya? 1. Tekankan pada kekuatanmu

Beri dirimu hadiah untuk setiap hal positif yang kamu coba, dengan memusatkan pada apa yang dapat kamu kerjakan, bukan pada hasil akhir.

2. Ambil Resiko

Mencoba pengalaman baru yang positif merupakan kesempatan untuk belajar, daripada memikirkan kalah atau menang . Dengan demikian memberi kamu kemungkinan baru dan dapat meningkatkan penerimaan diri. Takut mencoba hal yang baru dan positif menghambat pengembangan diri.

3.Bicara pada diri sendiri

Berbicara pada diri sendiri merupakan kesemapatan untuk menyanggah asumsi/pikiran yang menyakitkan. Katakan pada dirimu ”stop” berpikiran negatif dan ganti dengan pikiran positif. Hal ini membiarkan kamu untuk menerima dirimu sambil berusaha untuk memperbaikinya. 4.Evaluasi diri

Belajar mengevaluasi diri sendiri secara mandiri. Dengan memusatkan pada bagaimana perasaanmu tentang perilaku dan pekerjaan kamu sendiri. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih realistis tentang dirimu dan mencegah kamu untuk bergantung pada penilaian orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.. Buku Saku Keperawatan

Buku ajar ini sebagai acuan mahasiswa secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa dari tinjauan teori dan praktik klinik, sehingga...

Hasil: seluruh responden mengalami beban dengan tingkat yang berbeda-beda dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Kesimpulan: Responden secara

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui evaluasi booklet untuk promosi kesehatan jiwa dengan keluarga yang ada anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa di

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan deteksi dini dan home visit pada Orang Dengan Gangguan Jiwa

Rata-rata kemampuan psikomotor keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa ternyata lebih signifikan meningkat pada kelompok intervensi

Pengertian Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah upaya penemuan kasus gangguan jiwa secara dini oleh tenaga kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan