• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KESEHATAN

Deteksi Dini Keluarga Mengenai Kesehatan Jiwa

Disusun Oleh :

MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS

ANGKATAN XXXII

KELOMPOK 3

STASE JIWA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016

(2)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MATA AJARAN : Keperawatan Jiwa

POKOK BAHASAN : Deteksi Dini Keluarga Mengenai Kesehatan Jiwa

SUB BAHASAN : Keluarga Sehat, Keluarga Beresiko, Keluarga Dengan Gangguan Kesehatan Jiwa, dan Peran Keluarga Dengan Anggota Keluarga Dengan Gangguan Kesehatan Jiwa

SASARAN : Keluarga RW 05 dan RW 06 Desa Cilayung WAKTU : 1 x 30 Menit

TEMPAT : Posyandu RW 05

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini keluarga mengenai kesehatan jiwa, peserta didik mampu menyebutkan kriteria keluarga yang sehat, keluarga yang beresiko terkena gangguan kesehatan jiwa, keluarga dengan gangguan kesehatan jiwa dan peran keluarga dengan anggota keluarga dengan gangguan kesehatan jiwa.

2. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Peserta didik adalah keluarga RW 05 dan RW 06

3. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah diberikan penjelasan tentang deteksi dini keluarga menganai kesehatan jiwa :

3.1 Keluarga mampu memahami apa yang dimaksud dengan deteksi dini 3.2 Keluarga mampu memahami pengertian keluarga sehat

3.3 Keluarga mampu memahami kriteria keluarga sehat

3.4 Keluarga mampu memahami kriteria keluarga yang beresiko terkena gangguan kesehatan jiwa

3.5 Keluarga mampu memhmi kriteria keluarga yang telah terkena gangguan kesehatan jiwa

(3)

3.6 Keluarga mampu memahami perannya jika ada anggota keluarga yang terkena gangguan jiwa

4. POKOK BAHASAN

Deteksi Dini Keluarga Mengenai Kesehatan Jiwa

5. SUB POKOK BAHASAN

5.1 Pengertian deteksi dini 5.2 Pengertian keluarga sehat 5.3 Kriteria keluarga sehat

5.4 Kriteria keluarga yang beresiko terkena gangguan kesehatan jiwa 5.5 Kriteria keluarga yang telah terkena gangguan kesehatan jiwa 5.6 Peran keluarga mengenai deteksi dini gangguan kesehatan jiwa

6. STRATEGI PEMBELAJARAN

a. Pendidik akan melakukan apersepsi tentang deteksi dini keluarga mengenai kesehatan jiwa.

b. Penyampaian materi pembelajaran disampaikan menggunakan media powerpoint dan leaflet. Pendidik akan menggunakan cara penyampaian yang jelas dan interaktif, menjaga kontak mata dan tanggap terhadap respon audiens.

c. Dalam proses pembelajaran akan diselingi dengan diskusi apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang jelas bagi audiens dan dilakukan evaluasi saat itu juga dengan cara memberikan pertanyaan seputar hal yang sudah diampaikan dan dididskusikan kepada audiens.

d. Audiens diharapkan antusias dalam proses pembelajaran, mau bertanya dan berdiskusi. Apabila antusiasme tampak kurang, pendidik akan melemparkan pertanyaan terkait materi pembelajaran. Apabila antusiasme audiens masih kurang, akan diberikan kuis dengan hadiah yang sudah disisapkan. Setelah itu dilakukan evaluasi dengan cara bertanya kepada audiens sebagai review materi yang baru saja disampaikan.

e. Leaflet disebarkan diawal pembelajaran sebagai bahan bacaan bagi audiens, sehingga audiens bisa membaca terlebih dahulu dan nantinya akan menyimak isi dari leaflet dan powerpoint dari pendidik.

7. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (Durasi 30 Menit) TAHAP KEGIATAN PENDIDIK KEGIATAN PESERTA DIDIK METODA MEDIA Pra Kegiatan (2 menit) a. Menyiapkan materi b. Media c. Tempat dan undangan a. Mandiri b. Mandiri c. Mandiri -

(4)

-Kegiatan Pembuka (3 menit) a. Pendidik memberi salam, memperkenalkan diri b. Apersepsi c. Mengungkapkan tujuan kegiatan penyuluhan a. Menjawab salam b. Menyampaikan pengetahuannya tentang deteksi dini keluarga mengenai kesehatan jiwa c. Menyimak penjelasan dari pendidik Ceramah dan Diskusi Powerpoin t dan Leaflet Uraian Materi (20 menit) d. Pendidik menyampaikan materi e. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya atau memberikan tambahan f. Pendidik

mengobservasi peserta didik dalam diskusi d. Peserta didik menyimak penjelasan materi dari pendidik e. Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami f. Peserta didik memberikan informasi mengenai pengelamannya dalam hal deteksi dini keluarga mengenai kesehatan jiwa Ceramah dan Diskusi Powerpoin t dan Leaflet Kegiatan Penutup (5 menit) g. Pendidik memberikan pertanyaan sebagai bahan evalusai g. Peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Ceramah dan Diskusi Powerpoin t dan Leaflet

(5)

keberhasilan penyuluhan h. Menyimpulkan

materi yang telah disampaikan i. Memberi salam penutup pendidik h. Bersama-sama pendidik menyimpulkan hasil diskusi i. Menjawab salam

(6)

URAIAN MATERI

1. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini adalah kemampuan keluarga untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa. 2. Pengertian Keluarga Sehat

Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial. Secara sederhana dapat dipahami bahwa kondisi mental yang tidak terganggu alias mental yang sehat adalah :

a. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Penderita gangguan jiwa masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya, sedangkan pada penderita penyakit jiwa kepribadiannya dari segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

b. Dapat menyesuaikan diri yakni adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan dengan lingkungan dimana ia tinggal. Penyesuaian diri merupakan proses untuk memperoleh atau memenuhi kebutuhan dan menguasai stress, konflik, frustasi serta masalah-masalah tertentu denga cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan penyesuaian yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah secara wajar. c. Dapat memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada

semaksimal mungkin sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif bagi pengembangan kualitas dirinya. Contoh nya dalam kegiatan sehari-hari (olahraga, bekerja, berorganisasi, pengajian, dll).

d. Membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.

(7)

3. Kriteria Keluarga Sehat

a. Memiliki perasaan bahagia b. Mampu bersikap efisien

c. Mampu meminimalisir kecemasan

d. Mampu manghindar dan meminimalisir rasa berdosa e. Mampu menunjukkan sikap dan tingkah laku yang wajar f. Mampu beradaptasi dengan lingkungan secara wajar

g. Memiliki sikap otonomi dan memiliki harga diri yang wajar h. Mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain 4. Kriteria Keluarga Yang Beresiko Terkena Gangguan Kesehatan Jiwa

Berikut beberapa pemicu yang dapat menimbulkan resiko gangguan jiwa : a. Kehilangan anggota tubuh

b. Kehilangan/perpisahan dengan orang yang dicintai

c. Keluarga dengan penyakit kronis : TBC, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, ginjal dan reumatik

d. Keluarga dengan ibu hamil

WHO menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa dan penyakit jiwa tidak hanya karena atribut individu nya saja melainkan juga karena faktor sosial, ekonomi dan lingkungan. Memburuknya kondisi ekonomi atau kemiskinan merupakan contoh kejadian yang memiliki konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan jiwa.

Penelitian tim penyusun rancangan undang-undang tentang kesehatan jiwa menemukan penyebab terjadinya gangguan jiwa sebagai berikut :

a. Stress yang disebabkan oleh konflik sosial yang berkepanjangan, globalisasi, peningkatan arus informasi dan urbanisasi

b. Stress atau depresi karena kekerasan dalam rumah tangga dengan berbagai latar belakang masalah misalnya ketidakmampuan ekonomi, pengangguran, NAPZA, tuntutan pekerjaan sampai dengan asmara c. Kemiskinan, keturynan, kegagalan pernikahan, masalah pembagian

harta, dan kegagalan pendidikan

5. Kriteria Keluarga Yang Terkana Gangguan Jiwa a. Sedih berkepanjangan dalam waktu yang lama

b. Kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang

c. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas) d. Marah-marah tanpa sebab

(8)

f. Mengamuk g. Menyendiri

h. Tidak mau bergaul

i. Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri j. Mengatakan atau mencoba bunuh diri

6. Peran Keluarga

Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota keluarganya dan tugas keluarga kepada para anggota keluarga yang mengalami ganguan jiwa adalah sebagai berikut :

a. Mengenal gangguan jiwa setiap anggotanya b. Menetapkan pelayanan kesehatan jiwa yang tepat

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami ganguan kesehatan jiwa d. Menyediakan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa

e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa, lintas sector dan jaringan adukungan keluarga ysng tersedia di linglungan

Referensi

Dokumen terkait

setelah mendapatkan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien gangguan jiwa di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Sukoharjo, dimana pengetahuan dan sikap keluarga meningkat dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan jiwa keluarga terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Desa Makamhaji

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat pada Penderita Gangguan Jiwa di.. Desa Nguter Kabupaten

Pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan covid-19 pada orang gangguan jiwa melalui kader kesehatan jiwa diberikan kepada para kader kesehatan jiwa dalam proses

Namun, yang ditekankan di dalam konsep kesehatan mental Islam di sini adalah mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan

Namun, yang ditekankan di dalam konsep kesehatan mental Islam di sini adalah mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh

Namun, yang ditekankan di dalam konsep kesehatan mental Islam di sini adalah mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan

Pihak rumah sakit jiwa maupun instansi kesehatan jiwa pun belum memiliki panduan yang dapat digunakan untuk melatih dan menumbuhkan empati keluarga terhadap pasien sehingga