• Tidak ada hasil yang ditemukan

REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL

YOUNG ADULT

SAADATUN NISA, PRAESTI SEDJO, S. PSI., M.SI

Undergraduate Program, 2007

Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Key Words: REMOTE courtship, YOUNG ADULT

ABSTRACT :

Young adulthood is the beginning of a stage of maturity in a person's life span. Individuals

during adolescence have passed and now will enter the stage of maturity with all the

challenges of achieving more diverse forms. Tasks range from the development of young

adults in the building intimate relationships with others, particularly intimate relationships

with the opposite sex, which is marked by well know each other personally identifying

deficiencies or strengths of each individual who continued with dating. Usually courtship

has been started since the younger adults who are at the age of 18-40 years and a period of

adjustment to the patterns of new life and new social expectations as well. In undergo

courtship; individuals often can not always be close to her partner, so they make

long-distance courtship. Long-long-distance dating is a relationship between two parties who are

committed to each other where the individual can not always be near each other, and can

not be met when they need each other, because in school or working in different cities,

different islands, even a country or continent different. Individuals who undergo

long-distance courtship are likely to experience a conflict, if not immediately resolved can lead

to frustration and mental imbalance and can give a direct influence on a relationship.

Conflict is a situation where the individual was faced with two or more goals or individual

choices and must choose one of several choices. When disagreements arise in the form of

influence from within individuals themselves or from outside who are not in accordance

with the goals, hopes or desires that cause a conflict between forces that existed at the

individual's own self as well as between other parties or individuals with different views,

opinions and attitudes that occur either by yourself or with others. This study aims to find a

picture of the conflict, the causes of conflict, and how to resolve conflicts experienced by

young adult individuals who undergo long-distance courtship. The approach used in this

study is qualitative method with case study research approach, which in this study v using

the interview method in general as well as non-participant observation method. Individual

subjects were young adults’ aged 20-35 years long-distance dating relationships. Based on

the results of research that could be identified that the subject had a personal conflict,

including the desire to establish official relations subject but the subject has not been

allowed to feel their parents, when the subject is a problem not her boyfriend was beside

the subject, the subject was difficult to find time to communicate with his girlfriend,

dropped out of a sense of fear and fear that if her boyfriend cheating and the subject have

thought to look for a replacement. In addition, the subjects were experiencing interpersonal

conflict, including non-current due to communication and differences in economic status.

The reason is that there is an agreement between the subject and her boyfriend are not

being met by the subject, attention began to decrease the intensity of communication, the

(2)

2

subjects felt that his girlfriend had changed and his attention began to diminish. Subject

ways to overcome this conflict by way of communicating with his girlfriend, positive

thinking, patience, trust, understand each other and the strong commitment from both

parties

(3)

2

Abstraksi

Masa dewasa muda merupakan awal

dari suatu tahap kedewasaan dalam

rentang

kehidupan

seseorang.

Individu pada masa telah melewati

masa remaja dan kini akan memasuki

tahap

pencapaian

kedewasaan

dengan segala tantangan yang lebih

beragam

bentuknya.

Tugas

perkembangan

dewasa

muda

berkisar pada pembinaan hubungan

intim dengan orang lain, terutama

hubungan intim dengan lawan jenis,

yang

ditandai

dengan

saling

mengenal pribadi seseorang baik

kekurangan

ataupun

kelebihan

masing-masing

individu

yang

dilanjutkan

dengan

berpacaran.

Biasanya pacaran sudah dimulai

sejak dewasa muda yang berada

pada

usia

18-40

tahun

dan

merupakan

periode

penyesuaian

terhadap pola-pola hidup yang baru

dan harapan sosial yang baru pula.

Dalam menjalani pacaran, seringkali

individu tidak selalu dapat berdekatan

dengan

pasangannya,

sehingga

mereka melakukan pacaran jarak

jauh. Pacaran

jarak

jauh

merupakan

suatu

hubungan antara dua pihak yang

saling berkomitmen dimana individu

tidak dapat selalu berada secara

berdekatan satu sama lain, dan tidak

dapat bertemu ketika mereka saling

membutuhkan, karena bersekolah

atau

bekerja

pada

kota

yang

berbeda,

pulau

yang

berbeda,

bahkan negara ataupun benua yang

berbeda. Individu yang menjalani

pacaran jarak jauh sangat mungkin

akan mengalami suatu konflik, jika

tidak

segera

diselesaikan

dapat

mengakibatkan

frustasi

dan

ketidakseimbangan

kejiwaan

dan

dapat

memberikan

pengaruh

langsung pada suatu hubungan.

Konflik adalah suatu keadaan dimana

individu dihadapkan pada dua atau

lebih tujuan atau pilihan dan individu

harus memilih satu dari beberapa

pilihan

tersebut.

Ketika

muncul

ketidaksetujuan berupa pengaruh dari

dalam diri individu itu sendiri maupun

dari luar yang tidak sesuai dengan

tujuan, harapan ataupun keinginan

sehingga

menimbulkan

suatu

pertentangan antara kekuatan yang

ada pada diri individu sendiri maupun

antara individu dengan pihak lain

atau

perbedaan

pandangan,

pendapat dan sikap yang terjadi baik

dengan diri sendiri maupun dengan

orang lain. Penelitian ini bertujuan

untuk

mengetahui

gambaran

mengenai konflik, penyebab konflik,

dan cara penyelesaian konflik yang

dialami oleh individu dewasa muda

yang menjalani pacaran jarak jauh.

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif,

dengan pendekatan penelitian studi

kasus, dimana dalam penelitian ini

menggunakan metode wawancara

secara umum serta metode observasi

non partisipan. Subjek penelitian ini

adalah individu dewasa muda yang

berusia 20-35 tahun yang menjalin

hubungan

pacaran

jarak

jauh.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah

dilakukan

dapat

diketahui

bahwa subjek mengalami konflik

personal,

diantaranya

keinginan

subjek untuk menjalin hubungan

resmi tetapi subjek merasa orang

tuanya belum mengijinkan, pada saat

subjek sedang ada masalah acarnya

tidak berada di samping subjek,

subjek sulit untuk mencari waktu ang

tepat untuk berkomunikasi dengan

pacarnya, adanya perasaan takut

putus

dan

takut

jika

pacarnya

selingkuh dan subjek mempunyai

pikiran untuk mencari pengganti.

Selain itu, subjek mengalami konflik

(4)

3

dikarenakan komunikasi yang tidak

lancar

dan

perbedaan

status

ekonomi.

Penyebabnya

adalah

adanya kesepakatan antara subjek

dan pacarnya yang tidak terpenuhi

oleh subjek, perhatian intensitas

komunikasi mulai berkurang, subjek

merasa

bahwa

pacarnya

sudah

berubah dan perhatiannya mulai

berkurang.

Cara

subjek

untuk

mengatasi konflik tersebut dengan

cara

berkomunikasi

dengan

pacarnya, berpikiran positif, bersabar,

saling percaya, saling mengerti satu

sama lain dan kuatnya komitmen dari

kedua belah pihak.

(5)

4

KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA

Disusun oleh: Nama : Saadatun Nisa

NPM : 10501257

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

Masa dewasa muda merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa telah melewati masa remaja dan kini akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam bentuknya. Tugas perkembangan dewasa muda berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing-masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula.

Dalam menjalani pacaran, seringkali individu tidak selalu dapat berdekatan dengan pasangannya, sehingga mereka melakukan pacaran jarak jauh. Pacaran jarak jauh merupakan suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen dimana individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain, dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda.

Individu yang menjalani pacaran jarak jauh sangat mungkin akan mengalami suatu konflik, jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan dan dapat memberikan pengaruh langsung pada suatu hubungan. Konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain

atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yang dialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus, dimana dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara umum serta metode observasi non partisipan. Subjek penelitian ini adalah individu dewasa muda yang berusia 20-35 tahun yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa subjek mengalami konflik personal, diantaranya keinginan subjek untuk menjalin hubungan resmi tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan, pada saat subjek sedang ada masalah pacarnya tidak berada di samping subjek, subjek sulit untuk mencari waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pacarnya, adanya perasaan takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh dan subjek mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Selain itu, subjek mengalami konflik interpersonal, diantaranya dikarenakan komunikasi yang tidak lancar dan perbedaan status ekonomi. Penyebabnya adalah adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya yang tidak terpenuhi oleh subjek, perhatian intensitas komunikasi mulai berkurang, subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dan perhatiannya mulai berkurang. Cara subjek untuk mengatasi konflik tersebut dengan cara berkomunikasi dengan pacarnya, berpikiran positif, bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain dan kuatnya komitmen dari kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut pendapat Hurlock (1980), proses membentuk dan membangun hubungan personal dengan lawan jenis ini dapat berlangsung melalui apa yang biasa di sebut sebagai hubungan pacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap

(6)

5

pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula.

Hubungan pacaran dapat memiliki beberapa arti penting dan kontribusi positif bagi individu. Secara umum, alasan utama bagi seseorang untuk berpacaran ialah untuk menikmati kebersamaan dengan orang lain. Selain itu, adanya keinginan untuk merasakan cinta, kasih sayang, penerimaan dari lawan jenis, serta adanya rasa aman. Umumnya individu mencoba menemukan seseorang untuk dicintai, mencoba untuk mencintai, untuk mengerti dan bersimpati. Hal-hal tersebut bisa didapatkan lewat hubungan pacaran. Pacaran juga dapat memberi kesempatan bagi individu untuk belajar mengenai keterbukaan, umpan balik, dan kemampuan menyelesaikan konflik. Proses membuka diri secara timbal balik dalam hubungan pacaran juga membuat individu semakin memahami diri sendiri serta belajar memahami orang lain.

Menurut Fisher, dkk (2000) konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Menurut Myers (1992), ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal (personal conflict), konflik interpersonal (interpersonal conflict), dan konflik kelompok (group conflict).

Dalam menjalani pacaran jarak jauh kemungkinan besar akan mengalami konflik, salah satunya adalah komunikasi yang tidak lancar, sehingga pasangan rawan akan terjadinya konflik terutama pada individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh.

B. Pertanyaan Masalah

Dalam penelitian, peneliti ingin mengetahui:

1. Bagaimana konflik personal dan konflik interpersonal yang terjadi pada pasangan yang mengalami pacaran jarak jauh?

2. Mengapa subjek mengalami konflik personal dan konflik interpersonal dalam menjalani pacaran jarak jauh?

3. Bagaimana subjek menyelesaikan konflik pacaran jarak jauh?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yangdialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi kemajuan ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan pada tahap dewasa muda, khususnya yang berkenaan dengan konflik dan penyelesaian konflik pacaran jarak jauh pada individu dewasa muda.

2. Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan untuk individu yang sedang menjalani pacaran jarak jauh, dan bagi individu yang akan menjalani pacaran jarak jauh agar dapat mengantisipasi konflik-konflik yang kemungkinan terjadi dalam menentukan rencana atau langkah-langkah kehidupan dan memperbaiki atau meningkatkan suatu hubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik 1. Pengertian Konflik Sears, dkk (1985) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses yang terjadi bila perilaku seseorang terhambat karena perilaku orang lain. Dalam hubungan cinta juga terjadi konflik karena hubungan ini melibatkan minimal dua individu yang memiliki kepribadian, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda.

Menurut Sudarsono (1993), konflik adalah suatu keadaan di mana individu diharapkan kepada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi

(7)

6

baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

2. Tipe atau Jenis Konflik

Menurut Myers (1992) ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal (personal conflicts), konflik interpersonal (interpersonal conflicts) dan konflik kelompok (group conflicts).

a. Konflik Personal (Personal Conflicts)

Konflik ini terjadi jika seseorang mengalami:

1) Pertentangan keinginan, kebutuhan atau nilai.

2) Persaingan dalam cara-cara untuk mencapai tujuan

3) Frustasi karena hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan 4) Diskrepansi peran

b. Konflik Interpersonal (Interpersonal Conflicts)

Konflik interpersonal menjadi bagian dari setiap hubungan interpersonal antara orang tua dan anak, saudara perempuan dan laki-laki, teman, kekasih dan para pekerja. Konflik ini dapat disebabkan karena:

1) Perbedaan individu

2) Keterbatasan sumber-sumber 3) Keseimbangan peran

c. Konflik Kelompok (Group Conflicts) Konflik dalam kelompok dapat terjadi karena:

1) Struktur dan level 2) Fungsi dan tujuan 3) Sumber-sumber

3. Penyelesaian Konflik

a. Penyelesaian Konflik dalam Berpacaran Apabila konflik yang terjadi tidak dikelola dengan baik, maka bisa saja konflik menimbulkan bahaya bagi hubungan, bahkan bisa membuat hubungan berakhir. Menurut Achmanto (2005) terdapat langkah-langkah dalam penyelesaian konflik yang bisa dilakukan pasangan dalam hubungan berpacaran:

1) Mendefinisikan konflik secara jelas. 2) Menilai berbagai alternatif solusi

pemecahan.

3) Menilai berbagai alternatif solusi pemecahan.

4) Menguji dan mengevaluasi solusi.

B. PACARAN JARAK JAUH 1. Pengertian Pacaran

Untuk dapat memilih pasangan hidup dan membentuk keluarga, individu perlu menjalin hubungan cinta dengan orang lain terlebih dahulu. Masa ini disebut dengan masa pacaran. Bird Melville (1994) menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan.

Pada umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Tentu saja proses untuk mencapai tujuan tersebut akan mengalami suatu konflik, oleh sebab itu dibutuhkan komitmen yang kuat pada masing-masing pasangan untuk menjalaninya.

Berdasarkan berbagai definisi dan uraian mengenai pacaran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang ditandai dengan adanya rasa cinta, komitmen, dan self-disclosure atau pengungkapan diri. Namun pada umumnya, hubungan ini berkembang seiring dengan terjalinnya komunikasi dengan intensitas yang lebih besar. Komunikasi yang baik dapat menentukan berhasil tidaknya pasangan menyelesaikan pertengkaran yang dialami.

a. Fungsi Pacaran

Pada dasarnya, pacaran berfungsi agar individu mengenal dan belajar bagaimana bertindak terhadap lawan jenis. Dengan pacaran, individu mempelajari diri satu sama lain, belajar cara-cara berinteraksi dengan lawan jenis serta belajar hal-hal apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan terhadap lawan jenis. Menurut Duval & Miller (1985), fungsi dari pacaran adalah untuk mencari pasangan. Dengan pacaran, individu berusaha mencari seseorang yang mereka suka dan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri mereka untuk kemudian dikenal lebih dalam lagi. Dengan pacaran, individu berusaha mencari seseorang yang mereka suka dan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri mereka.

(8)

7

b. Bentuk-bentuk Pacaran

Menurut Bennat (2004) dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

1. Pacaran in Common

2. Pacaran Backstreet

3. Pacaran Jarak Jauh 4. Pacaran Satu Lokasi 5. Pacaran Double

6. Pacaran Elektronik

2. Pengertian Pacaran Jarak Jauh

Teman intim atau pacaran merupakan perwujudan dari hubungan romantis. salah satu ciri dari hubungan romantis adalah pasangan tidak mau memikirkan kalau mereka harus berpisah dan selalu ingin berbalas cinta. Bird & Melville (1994) mengatakan bahwa dalam menjalani masa pacaran, pada umumnya individu ingin merasa dekat dengan pasangannya, tetapi tidak semua individu dapat menjalani masa pacaran ini secara berdekatan dengan pasangannya. Mengingat individu sudah harus dapat mandiri dalam pendidikan dan pekerjaan, kadangkala pendidikan dan pekerjaan itulah yang memaksa pasangan untuk melangsungkan hubungan pacaran jarak jauh. Bisa saja pasangan terpaksa bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. Inilah yang disebut dengan pacaran jarak jauh.

3. Dampak Pacaran Jarak Jauh

Mary E. Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu kedua belah pihak memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempertahankan hubungan dan hal ini biasanya sangat dirasakan oleh mahasiswa yang hidup dalam anggaran yang terbatas. Mahalnya biaya telepon dan perjalanan jarak jauh menjadi kendala tersendiri. Selain itu, individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki pengaharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama pasangan. Jika waktu berkunjung tidak sesuai dengan harapan, maka dapat menimbulkan perasaan kecewa dan bahkan stres.

4. Penyelesaian

Konflik

dalam

Berpacaran Jarak Jauh

Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan dalam hubungan pacaran jarak

jauh untuk menyelesaikan konflik (dalam Achmanto, 2005), yaitu:

a) Secara jelas mendefinisikan masalah dan mencoba mengulangi argumen pihak lain dalam kata-kata sendiri. b) Kemukakan perubahan yang masuk

akal yang dapat mengatasi keluhan. c) Mengungkapkan perasaan negatif

dan positif yang dimiliki.

d) Menerima dengan tulus umpan balik atas perilaku yang telah dilakukan. e) Tetaplah bersikap toleransi serta

terbukalah pada perasaan sendiri dan pasangan.

f) Utamakan untuk berkompromi. g) Mengklarifikasi hal-hal mana saja

yang disetujui dan tidak.

h) Mengajukan pertanyaan yang membantu pihak-pihak lain menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang terjadi masalahnya.

i) Menunggu ledakan emosi spontan surut tanpa melakukan balas dendam.

j) Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama.

k) Sarkasme adalah pertengkaran yang kotor.

l) Lupakan masa lalu dan ingatlah apa yang ada di sini sekarang.

m) Ambil waktu untuk memikirkan kembali apa yang akan dikatakan mengenai pikiran dan perasaan.

C. Individu Dewasa Muda

Menurut Monks (2002), dewasa dalam bahasa Belanda adalah ”volwassen”

“Vol” yaitu penuh dan “wassen” yaitu tumbuh, sehingga “volwassen” berarti “sudah tumbuh dengan penuh” atau “selesai tumbuh”.

Menurut Hurlock (1980) dewasa muda berada pada usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula.

Masa muda (youth) adalah istilah ahli sosiologi Kenneth Kenniston untuk periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari dewa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Kemampuan untuk membuat keputusan adalah ciri lain yang tidak sepenuhnya terbangun pada

(9)

8

kaum muda. Yang dimaksud disini adalah pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup. (dalam Santrock, 2002)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang memungkinkan evaluator untuk mempelajari isu yang dipilih secara mendalam dan terperinci (dalam Patton, 1990). Menurut Moleong (1990) studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu-isu yang rumit atau objek dan dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekankan pada rincian analisis-analisis kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek yang

diteliti adalah individu usia dewasa muda

berusia 20-35 tahun yang menjalin

hubungan pacaran jarak jauh. Hal ini

dilakukan agar rentang usia subjek tidak

terlalu jauh. Batasan pacaran jarak jauh

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

subjek

dengan

pasangannya

berada pada pulau yang berbeda.

C. Tahap-tahap Penelitian

Sebelum pengambilan data di lapangan, penelitian terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pertanyaan penelitian, yang akan dijadikan topik penelitian. Setelah itu pertanyaan masalah dituangkan dalam permulaan bab laporan penelitian. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sekaligus sebagai penunjang fakta yang akan ditemui di lapangan, yang pada akhirnya nanti akan dijadikan acuan dalam menentukan hubungan antara data yang diperoleh dengan teori yang melatarbelakanginya. Kemudian pedoman wawancara dan pedoman observasi disusun sebagai

panduan ketika pengambilan data berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan inti penelitian dimana akan dilakukan pengambilan data dengan metode wawancara dan metode observasi, berdasarkan pedoman yang telah disusun sebelumnya ditahap awal setelah data diperoleh, maka analisis adalah langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh dari penelitian kualitatif merupakan data yang bersifat deskriptif, dalam melakukan proses analisa. Peneliti melakukan beberapa prosedur untuk mengolah data yang didapat untuk dijadikan informasi yang nantinya akan dihubungkan dengan teori yang melatarbelakangi, pengolahan data hasil wawancara dapat dilakukan dengan pencatatan hasil wawancara secara menyeluruh (verbatim), analisis hasil wawancara dengan coding, serta pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil wawancara tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan keseluruhan hasil dibuat kesimpulan kemudian di analisis dengan teori-teori yang melatarbelakangi yang sudah terlebih dahulu tertuang di bab tinjauan pustaka.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dirancang untuk memperoleh informasi yang dapat dikualifikasikan. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. (dalam Poerwandari, 2001)

Secara umum kita dapat

membedakan tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui

wawancara (Patton, 1990): a. Wawancara informal

b. Wawancara dengan pedoman umum c. Wawancara dengan pedoman terstandar

yang terbuka

Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum.

2. Observasi

Observasi menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.

(10)

9

Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. (dalam Poerwandari, 2001)

Menurut Moleong (1990) observasi ada dua macam, yaitu :

a. Observasi partisipan (berperan serta) b. Observasi non partisipan (tidak berperan

serta)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan, karena dengan penelitian ini peneliti tidak berperan serta hanya melakukan fungsi sebagai pengamat dan melakukan fungsinya sebagai pengamat.

E. Alat Bantu Penelitian

Didalam penelitian peneliti menggunakan tiga instrumen penelitian, yaitu:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan dengan maksud agar peneliti dapat melihat tingkah laku apa yang nampak pada subjek selama proses wawancara berlangsung. 3. Alat Perekam

Untuk memperoleh data yang utuh, peneliti menggunakan alat perekam selama wawancara. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan bias yang mengkin terjadi karena keterbatasan dan subjektifitas peneliti. Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan subjek sebelum menggunakan alat perekam.

F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian 1. Keabsahan Penelitian

Kredibilitas menjadi istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti konsep validitas, dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan

kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 2001).

2. Keajegan Penelitian

Menurut Lincoln & Guba (dalam Poerwandari, 1998) adalah dependability, menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif.

Melalui konstruk dependability peneliti menghitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagi hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Yang dapat dilakukannya adalah mengkonsentrasikan diri pencatatan rincian fenomena yang diteliti, termasuk interrelsi aspek-aspek yang berkait (Marshall & Rossman, dalam Poerwandari, 1998).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yaitu proses mengatur, mengstrukturisasi dan mengartikan sejumlah data yang terkumpul. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menurut Marshall & Rossman (dalam Poerwandari, 1998) akan di analisa dengan teknik data kualitatif. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. Mengorganisasikan Data

2. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan

yang ada Terhadap Data

4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data

5. Menulis Hasil Penelitian BAB IV HASIL dan ANALSIS 1. Konflik Pacaran Jarak Jauh

Dalam berinteraksi, setiap individu memiliki keinginan, kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda (Fisher & Adams, 1994). Kadang kala perbedaan tersebut terjadi pada pasangan dan menimbullkan konflik. Menurut Sudarsono (1993), konflik adalah suatu keadaan dimana individu diharapkan kepada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Menurut Myers (1992) ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal, konflik interpersonal, dan konflik kelompok. Dalam kasus

(11)

10

pacaran jarak jauh yang dialami subjek, yaitu subjek mengalami konflik personal dan konflik interpersonal.

Konflik personal yang dialami subjek adalah pertama, keinginan subjek dalam menjalani pacaran dengan adanya ikatan resmi (tunangan), tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan. Kedua, jika subjek sedang ada masalah, pacarnya tidak ada di samping subjek dan jika kangen tidak dapat bertemu langsung. Menurut Myers (1992), konflik terjadi jika seseorang mengalami pertentangan keinginan, kebutuhan atau nilai.

Ketiga, cara subjek untuk berkomunikasi dengan pacarnya melalui telepon, tetapi subjek sulit untuk mencari waktu yang tepat dan jika subjek sms pacarnya terlalu lama untuk membalasnya, sehingga subjek menjadi bingung ingin telepon atau sms. Bird & Melville (1994) mengatakan bahwa dengan komunikasi yang lebih intens, pasangan menjadi lebih mampu memahami satu sama lain sehingga keintiman diantara mereka juga semakin erat terjalin. Komunikasi yang baik juga menentukan berhasil tidaknya pasangan menyelesaikan pertengkaran yang dialami. Keempat, Adanya perasaan takut yang subjek rasakan, yaitu subjek takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh, serta mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Pengungkapan diri yang dilakukan subjek meliputi pengungkapan mengenai perasaan, pengalaman, harapan, ketakutan, kekhawatiran, serta impian-impiannya (Bird & Melville, 1994).

Sedangkan konflik interpersonal yang subjek alami diantaranya, komunikasi yang tidak lancar, seperti subjek ingin membahasnya sampai selesai, sedangkan pacarnya tidak ingin membahasnya. Menurut Coleman (2000) dalam penelitiannya, pikiran dan perasaan yang muncul dalam hubungan jarak jauh, membutuhkan suatu alat komunikasi yang efektif untuk memperlancar suatu hubungan, seperti telepon dan internet. Tetapi komunikasi itu sendiri dapat menjadi penyebab putusnya hubungan pasangan. Selain itu, terdapat perbedaan antara subjek dan pacarnya, tetapi pacarnya selalu mempermasalahkannya semenjak enam bulan belakangan pacaran jarak jauh ini

dan subjek merasa kesal karena pacarnya menganggap subjek lebih dari segala-galanya, dilihat dari segi ekonomi. Fisher, dkk (2000) memberikan ringkasan teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik, salah satunya yaitu teori transformasi konflik berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.

Dari konflik yang terjadi membuat subjek marah, perasaan tidak nyaman dan kesal, tetapi subjek menjadikan konflik tersebut sebagai pelajaran untuk menjadi lebih bersabar dan bertambah dewasa. Menurut Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu dapat menimbulkan perasaan kecewa dan bahkan stres. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mietzner & Li-Wen (Kompas, 2005) pacaran jarak jauh dapat berdampak positif, bahwa kebanyakan responden merasakan bertambah sabar, mandiri, lebih percaya, dan komunikasinya bertambah baik

2. Penyebab Konflik

Menurut Braiker & Kelley (dalam Achmanto, 2005), mengelompokkan berbagai sumber konflik ke dalam tiga kategori yang berbeda-beda, yaitu pertama konflik bersumber dari perilaku spesifik pasangan, kedua sumber konflik berasal dari norma peran, dan ketiga sumber konflik karena disposisi pribadi. Penyebab konflik pada subjek, konflik yang bersumber dari perilaku spesifik pasangan, yaitu adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya, tetapi subjek tidak dapat memenuhinya pada saat pacarnya datang ke Jakarta, selain itu pada awal pacaran jarak jauh subjek mendapat perhatian yang lebih meskipun hanya lewat telepon, tetapi akhir-akhir ini menurut subjek pacarnya sudah jarang telepon, alasannya sibuk dan keuangannya tidak ada. Menurut Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki pengharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama

(12)

11

pasangan. Sumber konflik pada subjek yang berasal dari norma peran yaitu, sebelumnya subjek mendapatkan perhatian yang lebih dari pacarnya dilihat dari seringnya pacar subjek menelepon subjek, tetapi belakangan ini pacarnya sudah jarang telepon bahkan tidak pernah telepon hanya sms saja dan sekarang subjek yang lebih banyak telepon ke pacarnya dan pacarnya tidak menelepon, sms tidak dibalas, atau HPnya tidak aktif. Sumber konflik karena disposisi pribadi terjadi pada subjek, dikarenakan subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dilihat dari waktu subjek ulang tahun, pacarnya tidak telepon untuk mengucapkannya dan keesokkan harinya pacarnya telepon, tetapi tidak sadar juga kalau subjek ulang tahun, setelah subjek kasih tahu, pacarnya minta maaf dan mengucapkan selamat ulang tahun.

3. Penyelesaian Konflik

Cara subjek dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dalam menjalani pacaran jarak jauh, yaitu dengan cara menelepon atau sms, berpikiran positif, bersabar dan mengalah, menenangkan diri, memikirkan kembali kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi, setelah itu menceritakan permasalahan yang terjadi, masing-masing mengeluarkan pendapatnya, dan mengambil jalan tengahnya yang tebaik. Menurut Wilmot & Hocker (2001) terdapat beberapa gaya reaksi yang umumnya terjadi pada individu, salah satunya adalah berkompromi untuk menyelesaikan konflik, kadang-kadang individu memanipulasi pihak lain yang menyebabkan konflik melemah dan timbulnya kepercayaan di antara kedua pihak. Selain itu, menurut Achmanto (2005) terdapat langkah-langkah dalam penyelesaian konflik yang bisa dilakukan pasangan dalam hubungan berpacaran, yaitu menilai berbagai alternatif solusi pemecahan dan menerima atau menolak solusi. Selain penyelesaian konflik pacaran, Achmanto (2005) juga berpendapat tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam konflik pacaran jarak jauh, yaitu Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama, Ambil waktu untuk memikirkan kembali apa

yang akan dikatakan mengenai pikiran dan perasaan.

Usaha yang subjek dan pacarnya lakukan untuk mempertahankan suatu hubungan dengan lebih banyak bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain, dan mengalahkan egonya. Menurut Wilmot (2001) harus saling percaya dan saling mengerti satu sama lain merupakan sikap dasar yang membangun sebuah hubungan dalam penyelesaian konflik yang sehat.

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan keseluruhan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang diperoleh dalam penelitian studi kasus ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konflik Pacaran Jarak Jauh

Konflik yang terjadi pada subjek dalam menjalani pacaran jarak jauh, yaitu konflik personal dan konflik interpersonal.

2. Penyebab Konflik

Penyebab terjadinya konflik, karena ada kesepakatan yang tidak terpenuhi, intensitas komunikasi mulai berkurang, serta perhatian mulai berkurang.

3. Penyelesaian Konflik

Dalam menyelesaikan konflik, cara yang digunakan subjek adalah menelepon, berpikir positif, selain itu subjek harus bersabar dan mengalah. Sesaat setelah terjadi konflik, subjek mengambil waktu untuk menenangkan diri, setelah itu menceritakan permasalahan, subjek dan pacarnya mengeluarkan pendapatnya, dan mengambil jalan tengahnya yang terbaik. Usaha yang subjek dan pacarnya lakukan untuk mempertahankan suatu hubungan dengan lebih banyak bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain, dan mengalahkan egonya.

B. Saran-saran

Berikut ini adalah saran-saran yang diajukan penulis, antara lain sebagai berikut: 1. Untuk Subjek

Subjek disarankan agar dapat meningkatkan kembali kualitas

(13)

12

pertemuannya, misalnya dengan cara membuat perencanaan atau menyesuaikan waktunya terlebih dahulu, selain itu media komunikasi subjek diperluas agar lebih efektif, misalnya dengan menggunakan internet, serta membicarakan kembali kepada pacarnya mengenai hubungan yang sekarang mereka jalani.

2. Untuk Pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh

Disarankan agar dapat menyadari bahwa pacaran jarak jauh akan mengalami konflik, dan jika terjadi konflik sebaiknya diselesaikan dengan cara yang tepat oleh kedua individu agar konflik yang terjadi tidak berlarut-larut dan menjadi penyebab buruknya hubungan pasangan.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan mencari penyebab konflik lainnya yang terkait dengan pacaran jarak jauh. Sehingga hasil penelitian mengenai konflik dalam berpacaran jarak jauh semakin luas, misalnya konflik pacaran jarak jauh terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi dan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam berpacaran jarak jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Achmanto. 2005. Mengerti Cinta dari Dasar hingga Relung-relung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bellafiore, D. Interpersonal Conflict and Effective Communication.

http://www.drbalternatives.com/articl es/cc2.html, 20 Maret 2002.

Bird, E & Melville, K. 1994. Families and Intimate Relationship. New York: Mc.Graw Hill, Inc.

Chaplin, J. P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi / oleh James P. Chaplin; Penerjemah, Kartini Kartono – Ed. 1. cet 9. – Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Coleman, D. 2000. Long Distancce Relationships.

http://www.datingdoctor.com/longdist

ance.htm, 1 Juli 2002.

Duvall, E. M., & Miller, B. C. 1985. Married and Family Development, 6th ed,.

Cambridge: Harper & Row Publishers.

Fisher, S., Abdi, D. I., Ludin, J., Smith, R., Williams, S., & Williams, S. 2000.

Mengelola Konflik: Keterampilan dan Stategi untuk Bertindak. The Britis Council.

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Penterjemah: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Ma’shum & Wahyurini. 2004. Pacaran.

http//www.Kompas.com/kirimberita/pr int. cfm?nnum.

MÖnk, F. J. 2002. Psikologi Perkembangan:Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya / F. J. MÖnks, A. M. P. Knoers, Siti Rahayu Haditono – Cet. 14 – Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nijmah, Y. 2003. Gambaran Konflik dan

Kecemasan Pada Individu Dewasa Muda yang Menjalani Pacaran Backstreet. Skripsi. (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Papalia, D. E., & Sally, W. O. 1998. Human

Development. New York: McGraw Hill, Inc.

Patton. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. New York: Sage Publication, Inc.

Poerwandari, E. Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. E. Kristi Poerwandari; pengantar, Fuad Hassan – edisi revisi – Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Santrock, J. W. 2002. Life-Span

Development / John W. Santrock; Alih Bahasa, Juda Damanik, Achmad Chusain; editor, Wisnu Chandra Kristiaji, Yati Sumiharti – Ed. 5. – Jakarta: Erlangga.

Willmot, William, W. 2001. Interpersonal Conflict / Wiliam W. Wilmot, Joyce L. Hocker – 6th ed. The McGraw – Hill Companies, Inc: New York.

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Pencemaran untuk para- meter logam Cu dan Pb di kawasan Raja Ampat telah masuk dalam kategori tercemar; berat pada lokasi I, sedang pada lokasi III dan II, ringan

5) melaporkan hasil pelaksanaan wasrik yang menjadi tugas dan kewajibannya kepada Irjen TNI; dan.. 6) Irops dibantu oleh empat orang Inspektur Utama yang

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di  jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis

Sebuah penelitian observasi klinik telah dilakukan di Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu

Seiring dengan perkembangan peruntukkan lahan yang tidak lagi diskriminatif atau dengan kata lain lahan di ’darat’ juga diperbolehkan untuk menjadi tempat hunian bagi warga

Pembebanan hydrostatic pressure merupakan beban utama (beban hidrodinamik) yang diterima mengingat model yang dianalisa bekerja dikelilingi oleh fluida yang dalam

Diberitakan bahwa perseroan tengah mengembangkan bisnis syariah ke Nusa Tenggara Barat seiring pertumbuhan ekonomi daerah itu yang di atas rata -rata nasional,