ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN
STRATEGI DIAGRAM VEE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
MATERI KESETIMBANGAN KELARUTAN PADA
SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 MATARAM
Oleh
IIN SATYA NASTITI
NIM E1M 013 017
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
Halaman Pengesahan Artikel Ilmiah
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN
STRATEGI DIAGRAM VEE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
MATERI KESETIMBANGAN KELARUTAN PADA
SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 MATARAM
Oleh
IIN SATYA NASTITI
NIM E1M 013 017
Pembimbing I,
(Prof. Drs. Agus Abhi Purwoko, M.Sc., Ph.D.)
NIP. 19590823 198502 1 001
Pembimbing II,
(Dr. rer. nat. Lalu Rudyat Telly Savalas, S.Si., M.Si)
NIP. 19750626 200312 1 002
1
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN STRATEGI DIAGRAM VEE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KESETIMBANGAN
KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 MATARAM
Iin Satya Nastiti1, Agus Abhi Purwoko2, Lalu Rudyat Telly Savalas3 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
2,3Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram
Email: [email protected]1, [email protected], [email protected] Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa. Jenis penelitian adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain non equivalen pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 139 siswayang terbagi dalam 4 kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada persamaan karakteristik siswa dari nilai pretest. Kelas XI IPA 1 terpilih sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram veedan kelas XI IPA 2 terpilih sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa (pretest) dan untuk mengukur hasil belajar siswa (posttest) adalah soal pilihan ganda. Hasil
pretest siswa kelas eksperiment dan kontrol adalah 48,68 dan 53,43, berurutan. Sedangkan Hasil belajar siswa (posttest) pada kelas eksperimen dan kontrol adalah 69,41 dan 60,00, berurutan. Uji hipotesis dengan menggunakan uji anakova (analysis of covariances) adalah F* 7,85 > F tabel 3,98, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya penerapan pembelajaran problem based learning dengan
strategi diagram vee berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia.
Kata-kata kunci: Problem Based Learning, diagram vee, hasil belajar kimia, dan kesetimbangan kelarutan.
2
INFLUENCE OF PROBLEM BASED LEARNING WITH VEE DIAGRAM STRATEGY ON CHEMISTRY LEARNING OUTCOME SOLUBILITY EQUILIBRIUM MATERIAL IN
STUDENT CLASS XI SCIENCE SMAN 4 MATARAM
Iin Satya Nastiti1, Agus Abhi Purwoko2, Lalu Rudyat Telly Savalas3 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram
2,3Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram
Email: [email protected]1, [email protected], [email protected]
Abstract
The purpose of this research is to examine the influence of problem based learning with vee diagram strategy on chemistry learning outcome. This research is a quasi-experimental research (quasi experiment) with Non-equivalent design pretest-posttest control group design. Population in this research are all students of class XI science SMAN 4 Mataram 2016/2017 academic year (139 students) who are distributed into four classes. Sampling technique is purposive sampling based on pretest score. Class XI IPA 1 was selected as experimental group treated with of problem based learning model with vee diagram strategy and class XI IPA 2 was selected as control group treated with of conventional learning model. Instruments used to measure students pretest and posttest are multiple choice questions. Pretest score for the experimental and control group were 48.68 and 53.4, respectively. Posttest score were 69.41 and 60.00, respectively. The hypothesis test using anacova resulted in F * 7.85 > F table 3.98, so Ha was accepted and H0 was rejected. This means that the
implementation of learning problem-based learning model with vee diagram strategy has a positive effect on the chemistry learning outcome.
Keywords: Problem Based Learning, vee diagram, chemistry learning outcome, and solubility equilibrium.
3
PENDAHULUANPendidikan memegang peranan penting dalam upaya pengembangan kualitas manusia. Namun, dunia pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih memiliki masalah terutama pada mutu pendidikan. Salah satu penyebab munculnya masalah pendidikan ini karena sebagian besar guru tidak menggunakan strategi pembelajaran yang menuntut keaktivan siswa. Hal ini mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah terutama pada pelajaran yang abstrak seperti kimia (Susanti, 2013). Menurut Rusman (2016) salah satu kecenderungan yang sering dilupakan berupa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa guru sering menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan membiasakan siswa untuk menghafalkan beberapa konsep kimia, dengan harapan siswa dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar, dan proses penyelesaian soal masih dengan arahan guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang mandiri, kurangnya keaktivan siswa, banyak ditemukan siswa yang mengantuk, bosan, dan memperhatikan hal lain selama pembelajaran.
Dampak yang ditimbulkan dari masalah-masalah tersebut dapat dilihat dari nilai Ujian Akhir Semester (UAS). Adapun nilai UAS kelas XI IPA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2016/ 2017 semester 1 (satu) yang telah dilakukan dapat diamati pada Tabel 1.
Tabel 1. Ujian Akhir Semester (UAS) Siswa Kelas XI IPA SMAN 4 Mataram
Sumber: Arsip SMAN 4 Mataram 2016
Salah satu solusi terhadap masalah yang dialami siswa dalam pembelajaran yaitu menghadirkan sebuah masalah sebagai awal untuk memancing siswa berpikir, sehingga siswa aktif dan mampu menyelesaikan kesulitannya dalam memecahkan masalah tersebut. Menurut Tan (2009) pendidikan harus berubah dan menggunakan sebuah “masalah” dalam pembelajaran serta kreativitas dengan melakukan berbagai pengamatan untuk membangun, dan membentuk pengetahuan sehingga dapat mencapai tujuan akhir pembelajaran.
Menurut Puspitasari (Fathiya dkk, 2014) pemilihan model pembelajaran berpengaruh terhadap aktivitas peserta didik di dalam kelas. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan keaktivan siswa adalah Problem Based Learning
(PBL). Model pembelajaran ini memberikan ruang kepada peserta didik untuk bisa menemukan dan membangun konsep sendiri dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
PBL dimaksudkan sebagai jembatan transisi proses belajar yang awalnya terpusat pada guru menjadi terpusat pada siswa. Pergeseran ini diharapkan dapat sehalus mungkin sehingga tidak terjadi „shock‟ pada siswa. Persiapan dan pengorganisasian pembelajaran yang matang menjadi faktor
keberhasilan penerapan PBL (Putradi dan Sari, 2015). Menurut Barrows dan Tamblyn (Li, 2013) mengidentifikasi lima karakteristik PBL yaitu: situasi dunia nyata dan kompleks, kerja tim, siswa mendapatkan informasi baru melalui pembelajaran mandiri, peran guru sebagai fasilitator dan masalah yang mengarah pada pengembangan kapasitas klinis. Duffy (Armitage, 2013) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran PBL yaitu siswa diarahkan untuk menjadi lebih peka terhadap kebutuhan dan kemampuan belajar mereka.
Menurut Sanova (2013) salah satu cara yang mengorganisasikan proses pemecahan masalah yang menarik adalah dengan menggunakan diagram vee. Diagram vee memiliki bentuk “V” dan bisa dengan bentuk yang lain yang tersusun atas beberapa komponen keterampilan proses (Novak dan Gowin, 1984). Sehingga pada penelitian ini digunakan diagram vee dalam bentuk soal-soal esai. Hal ini bertujuan memudahkan siswa memahami maksud dari diagram vee tersebut dan mudah memahami materi yang dipelajari. Potensi diagram vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa Tuntas Nilai Rata-Rata XI IPA 1 34 1 32,92 XI IPA 2 35 2 34,17 XI IPA 3 35 4 51,11 XI IPA 4 35 7 44,94
4
hubungan antara 'thinking' dan 'doing (Hasanah dkk, 2013; Putradi dan Sari, 2009). Diantara kedua sisi terdapat komponen fokus pertanyaan dan prosedur yang menggambarkan peristiwa atau objek dalam pembelajaran. Kedua sisi diagram vee secara aktif saling berinteraksi untuk membantu dan mengorganisir pengetahuan dalam memecahkan masalah yang terdapat pada komponen fokus pertanyaan. Selain itu secara langsung akan memperlihatkan hubungan antara peristiwa dan objek yang diamati. Jadi komponen-komponen diagram vee akan mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan metakognitif yang berupa pengetahuan kognitif. Hal ini sesuai juga penelitian Alvarez dan Risko (Novitasari, 2015) mengenai efektivitas penggunaan diagram vee untuk membantu siswa memahami konsep sains, dengan membentuk keterkaitan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang diperoleh siswa selama praktikum.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajaran problem based learning dan diagram vee diterapkan pada pembelajaran di kelas dapat meningkatkan pemahaman materi siswa, dan meningkat kemampuan pemecahan masalah siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia materi kesetimbangan kelarutan siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental design), artinya bahwa peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil penelitian. Prosedur penelitian meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Pada tahap persiapan, dilakukan observasi dan penyusunan jadwal penelitian serta pengembangan instrumen yang diperlukan selama proses penelitian. Intrumen yang dikembangkan meliputi Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan strategi diagram vee, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) serta instrument soal-soal pretest dan posttest.
Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Mataram dengan jumlah siswa kelas XI IPA sebanyak 139 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada persamaan karakteristik siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata
pretest siswa XI IPA SMAN 4 Mataram yang berdekatan. Pemberian pretest diberikan kepada siswa populasi, Data yang diperoleh Hasil pretest untuk populasi yaitu kelas XI IPA 1 (48,68), kelas XI IPA 2 (53,43), kelas XI IPA 3 (27,43), dan kelas XI IPA 4 (79,90). Data pretest tersebut dikonversi ke dalam bentuk logit dan dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 (variannya bersifat homogen), XI IPA 1 dan XI IPA 3 (variannya bersifat homogen), XI IPA 1 dan XI IPA 4 (variannya bersifat tidak homogen), XI IPA 2 dan XI IPA 3 (bersifat homogen), XI IPA 2 dan XI IPA 4 (variannya bersifat tidak homogen), dan XI IPA 3 dan XI IPA 4 (variannya bersifat homogen). Berdasarkan data-data tersebut terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen (memiliki nilai rata-rata pretest lebih kecil) dan terpilih XI IPA 2 sebagai kelas kontrol (memiliki nilai rata-rata
pretest lebih besar). Hal ini disebabkan karena XI IPA 1 dan XI IPA 2 memiliki varian bersifat homogen dan selisih nilai rata-rata kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sangat kecil yaitu 4,75. Sedangkan kelas yang lain memiliki selisih nilai rata-rata lebih besar dari 4,75. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias dalam hasil penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model PBL dengan strategi diagram vee pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Rancangan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Posttes
Eksperimen Ya Model Problem Based Learning
dengan strategi diagram vee
Ya Kontrol Ya Model Pembelajaran Konvensional Ya
Sumber : Sugiyono (2016).
Kedua kelas diberikan pretest sebelum penerapan model pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Materi yang digunakan untuk pretest yaitu materi kesetimbangan ion dan pH larutan garam. Hasil pretest digunakan sebagai kovariat agar pengaruh model dapat diketahui lebih jelas. Penerapan model dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) setiap minggu, sehingga penerapan perlakuan dilakukan selama 3 (tiga) minggu. Kemudian, diakhir penelitian dilakukan posttest untuk menguji pemahaman siswa. Analisis data dilakukan dengan
5
mengkonversi data dengan pemodelan Rasch. Pemodelan Rasch merupakan langkah pengolahan data yang mengutamakan prinsip utama pengukuran yang sebenarnya yaitu menggunakan instrumen yang memiliki skala, satuan, titik tolak dan bersifat linear (seperti garis lurus), serta data yang diperoleh dalam bentuk data interval sehingga pada penelitian ini mengunakan statistik parametris (Sumintono dan Widhiarso, 2015). Sehingga uji hipotesis digunakan statistik uji anakova. Alasan digunakan uji anakova yaitu merupakan statistik parametris yang digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio (Sinambela, 2014; Yusuf, 2014). Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan uji anakova yang diperkuat dengan data membandingkan nilai rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Mei hingga 23 Mei 2017 dengan jumlah pertemuan sebanyak tujuh kali (terhitung pretest dan posttest). Data nilai pretest kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest
Perlakuan
Nilai Pretest Nilai Pretest
Kelas Eksprerimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Siswa 34 35 34 35 Nilai Tertinggi 75 70 95 85 Nilai Terendah 15 35 50 35 Nilai Rata-rata 48,68 53,43 69,41 60,00 Standar Deviasi 9,62 10,49 10,78 16,54
Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai pretest kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol. Nilai tertinggi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan pada kelas kontrol. Namun nilai terendah siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan pada kelas kontrol. Hal ini menandakan bahwa sebelum diberikan perlakuan kemampuan awal siswa kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol. Sedangkan setelah diberikan perlakuan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Nilai tertinggi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tertinggi siswa pada kelas kontrol begitu pula dengan nilai terendah siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan pada kelas kontrol. Hal ini menandakan bahwa setelah diberikan perlakuan kemampuan rata-rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Meskipun demikian rata-rata siswa mengalami peningkatan kemampuan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Berbeda dengan penelitian yang umumnya mengolah skor mentah untuk menguji hipotesis. Namun pada penelitian ini data mentah yang diperoleh di konversi menggunakan pemodelan Rasch. Pemodelan Rasch berprinsip bahwa skor bukan skala pengukuran sehingga data yang diolah untuk uji hipotesis adalah nilai yang sudah dikonversi menjadi nilai logaritma (nilai logit). Sehingga dilakukan uji hipotesis menggunkan uji anakova dan diperoleh hasil Fhitung = 7,85 , sedangkan Ftabel pada taraf
siginifikan 5% dengan db = 1 : 66 adalah 3,98 berarti Fhitung > Ftabel. Maka Ha diterima dan H0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dikendalikan oleh kovariabel (pretest), pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia materi kesetimbangan kelarutan pada siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram.
Berdasarkan data di atas berarti terjadi peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee. Peningkatan hasil belajar disebabkan oleh perubahan tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan definisi
6
Sudjana (Nirwana, 2015) mengatakan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar.
Penerapan pembelajaran problem based learning menyebabkan perubahan perilaku belajar siswa. Sebelumnya siswa hanya acuh tak acuh saat diberikan pembelajaran khususnya di kelas eksperimen. Hal ini disebabkan bedanya cara mengajar guru mata pelajaran dengan cara mengajar peneliti, dan biasanya pembelajaran diawali dengan pemberian materi dan contoh oleh guru. Sehingga pada awal pembelajaran, guru cukup sulit dalam menuntun dan membiasakan siswa untuk belajar dengan pembelajaran problem based learning. Meskipun awalnya sintaks pembelajaran belum terlaksana dengan baik, namun seiring dengan pembiasaan yang terus menerus, beberapa siswa menjadi terbiasa menjalankan pembelajaran dengan model tersebut. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan keaktivan siswa. Skor keaktivan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Skor Keaktivan Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. Kategori Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran 59 57 2. Interaksi siswa dengan guru 63 59 3. Interaksi siswa dengan siswa 43 40 4. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan pembelajaran 26 27
Jumlah Total 191 183
Skor keaktivan siswa setelah diterapkan pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee semakin meningkat dengan semakin sering diberikan perlakuan. Selama proses pembelajaran (5 x pertemuan) diperoleh skor keaktivan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keaktivan pada kelas kontrol. Keaktivan yang ditunjukan oleh siswa pada penerapan pembelajaran problem based learning dari pertemuan 1 (satu) sampai dengan pertemuan 5 (lima) mengalami perubahan yaitu awalnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup aktif disebabkan siswa masih mengerjakan tugas mata pelajaran lain pada jam pelajaran kimia seperti mengerjakan tugas ekonomi, interaksi siswa dengan guru cukup aktif ditandai dengan hanya 1 (satu) orang yang bertanya mengenai materi yang akan dipelajari dan materi yang belum dimengerti, interaksi siswa dengan siswa yang lain cukup aktif disebabkan dalam melaksanakan kerja kelompok belum bisa membagi tugas secara rata antar anggota kelompok sehingga hanya beberapa siswa yang mengerjakan praktikum, diskusi, dan menjawab soal, serta siswa tidak menawarkan diri untuk bertanya dan memberikan tanggapan terhadap jawaban temannya, kemudian partisipasi siswa dalam menyimpulkan pembelajaran kurang aktif ditandai dengan siswa tidak menawarkan diri dalam menyimpulkan hasil pembelajaran, namun ketika ditunjuk baru menyampaikan kesimpulan dari hasil pembelajaran. Sedangkan setelah dilakukan pemberian perlakuan selama 4 pertemuan, keaktivan siswa mengalami peningkatan seperti siswa menjadi sangat aktif ditandai dengan siswa tidak ragu menjawab pertanyaan guru dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan benar (antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran), siswa bertanya mengenai hasil diskusi kelompoknya kepada guru telah sesuai atau belum, dan mampu memperbaiki hasil diskusi tersebut dengan arahan guru (interaksi siswa dengan guru), siswa mampu menjelaskan kepada temannya yang belum paham terhadap hasil diskusi kelompok (interaksi siswa dengan siswa), dan siswa mampu menyimpulkan hasil pembelajaran (partisipasi siswa dalam menyimpulkan pembelajaran).
Adapun langkah-langkah pembelajaran problem based learning yang diterapkan pada kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) membimbing pengalaman individual/kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah (Nurhadi dan Senduk, 2004). Tahap awal pembelajaran di kelas eksperimen guru memberikan apersepsi untuk membentuk kondisi emosional siswa yang menyenangkan sehingga siswa siap untuk menerima pembelajaran. Oleh karena itu apersepsi yang diberikan pada kelas eksperimen adalah penyajian masalah nyata dan gambar yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep materi yang akan dipelajari. Apersepsi ini dapat menjadi pengantar siswa untuk mengetahui
7
konsep kelarutan yang akan mereka pelajari. Sesuai dengan penelitian Gorghiu, dkk (2014) yang menyatakan bahwa pemberian masalah nyata dalam penerapan PBL menyebabkan siswa lebih kritis dalam menemukan solusi dari permasalahan tersebut, siswa akan mengalami tahap pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka.
Penerapan pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee yang dituangkan ke dalam LKS menyebabkan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran dengan cara setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, seperti ada yang menjadi notulen, ada yang membaca literatur, ada yang mengamati reaksi pada praktikum (kegiatan praktikum) dan ada pula yang menjadi ketua kelompok, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan tidak ada siswa yang mengerjakan hal-hal diluar proses pembelajaran. Kegiatan ini merupakan tahap mengorganisasi siswa untuk belajar agar siswa merasa memiliki tanggung jawab sehingga siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
Siswa pada kelas ekperimen diberikan kesempatan untuk mendapat pengalaman dengan melakukan praktikum sederhana (pertemuan 1 dan 3) sesuai dengan permasalahan yang diberikan pada apersepsi. Tahap ini, siswa aktif memberikan pertanyaan mengenai cara kerja maupun hasil pengamatan mereka. Setelah melakukan praktikum sederhana, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan berdiskusi bersama anggota kelompok mereka untuk menemukan konsep yang terkait dengan materi pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan melakukan penyelidikan peristiwa mikroskopis dengan mengisi soal-soal LKS dan mengkaji literatur sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah. Soal-soal tersebut merupakan diagram vee yang disajikan dalam bentuk lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Magdalena, dkk (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan PBL membuat siswa lebih berpikir daripada menghafal. Siswa memahami pembelajaran dengan lebih baik melalui diskusi terarah dalam skenario PBL.
Adanya lembar kerja siswa (LKS) dengan strategi diagram vee sangat membantu siswa dalam pelaksanaan diskusi. Hal ini karena dalam LKS terdapat langkah-langkah sederhana untuk membantu siswa menemukan konsep yang sebenarnya. Penggunaan diagram vee pada LKS membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang adadalam materi kesetimbangan kelarutan. Hal menyebabkan siswa menjadi lebih mengerti tentang konsep-konsep yang ada dalam materi tersebut (bagian konseptual) serta arti hubungan antarkonsep yang telahditemukan selama kegiatan pembelajaran (bagian metodologi). Hal ini menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi meningkat sehingga hasil belajar siswa meningkat. Sesuai dengan penelitian Elprianti dan Bakti (2016) menjelaskan penggunaan diagram vee membantu siswa memahami materi dengan menjawab pertanyaan pada sisi konsep dan metode secara berurutan sehingga siswa menjadi paham terhadap materi tersebut yang berdampak pada tingginya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee menyebabkan terjadi peningkatan keaktivan siswa sehingga pemahaman siswa terhadap materi meningkat pula yang mengakibatkan hasil belajar kimia siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Faizah, dkk (2013) menjelaskan perangkat pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Tahap akhir pembelajaran problem based learning adalah menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah dengan cara memberikan umpan balik berupa tugas individu pada yang terdapat diakhir LKS. Sebelum mengerjakan tugas individu, salah satu kelompok dijadikan sebagai sampel dan menyampaikan hasil diskusi mereka untuk menyamakan apersepsi terkait konsep yang dipelajari. Setelah itu, siswa menganalisis pemecahan masalah dengan mengerjakan soal-soal yang sesuai. Pada tahap ini, siswa aktif dan mau menyelesaikan tugas individu tersebut. Hal ini sesuai dengan fakta yang ditemukan oleh Selcuk (2010) yang menyatakan bahwa selain meningkatkan hasil belajar siswa, penerapan PBL dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran. Sesuai pula dengan penelitian Pandu (2013) mengatakan penerapan model problem based learning
dapat membantu meningkatkan keaktivan siswa. Keaktivan siswa pada penelitian ini yaitu dilihat dari siswa menjadi aktif bertanya, terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, berdiskusi dan bekerja sama, mengungkapkan gagasan mereka, serta mengerjakan soal.
Penerapan model ini dapat dikatakan berjalan lancar, meskipun banyak kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya. Penerapan model ini dapat dikatakan dapat merubah perilaku belajar siswa, dari yang biasanya siswa tidak fokus dan acuh tak acuh menerima pembelajaran, menjadi lebih aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik dibandingkan sebelum model ini diterapkan, siswa mulai belajar untuk menganalisis dan tidak terlalu banyak menghafalkan konsep, siswa lebih banyak bertanya dan mencari tahu sendiri jawaban
8
dari pertanyaan mereka pada literatur seperti pada buku paket dan internet, meningkatnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari, siswa menjadi lebih bertanggungjawab dan mandiri dibuktikan dengan kerja sama dalam diskusi kelompok.
Selanjutnya pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol mengikuti sintaks pembelajaran konvensional (menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru yaitu metode ceramah dan diskusi). Sama halnya dengan kelas eksperimen, siswa di kelas kontrol juga diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen dan diskusi dalam proses pembelajarannya. Perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah pembelajaran yang dilakukan tidak berbasis masalah, namun langsung pada materi pokok yang akan dipelajari dengan penjelasan materi oleh guru terlebih dahulu. Siswa tetap dibiasakan untuk berpikir dan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol juga dilengkapi dengan LKS yang menjadi acuan siswa dalam melakukan praktikum dan diskusi walaupun masih dengan arahan guru terlebih dahulu.
Selama proses pembelajaran, siswa di kelas kontrol cukup aktif bertanya terutama pada saat melakukan percobaan dan mengerjakan LKS. Penyusunan LKS yang digunakan pada kelas kontrol tidak menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah, sehingga tidak banyak siswa bertanya pada guru. Selama pembelajaran, banyak materi pengantar yang tidak diketahui siswa sehingga guru harus menjelaskan materinya terlebih dahulu agar siswa dapat mengerjakan LKS dengan baik. Pembelajaran dilakukan secara berkelompok, namun beberapa siswa tidak ikut berdikusi tetapi mengerjakan hal-hal lain diluar kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru mengawasi setiap kelompok agar semua anggota bekerja sama dengan baik. Kemudian hanya terdapat beberapa siswa yang mau mengemukakan gagasannya baik selama diskusi maupun dalam menyimpulkan hasil pembelajaran. Siswa yang mengemukakan gagasan tersebut biasanya adalah siswa yang sama disetiap pertemuan sehingga guru sering menunjuk siswa yang lain untuk mengemukakan gagasannya.
Berdasarkan pemaparan di atas keaktivan siswa dengan pemberian perlakuan pembelajaran
problem based learning dengan strategi diagram vee lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keaktifan pada kelas kontrol dengan perlakuan pembelajaran konvensional. Keaktifan siswa dapat dilihat dari siswa yaitu: siswa aktif bertanya, terlibat langsung dalam pembelajaran, bekerja sama dalam diskusi, berani mengemukakan gagasan, dan aktif dalam mengerjakan soal yang diberikan seperti tugas individu. Sehingga perilaku siswa dalam memahami materi juga menjadi lebih baik, yang dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada pelaksanaan posttest. Oleh karena itu dapat disimpulkan Pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee ini lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Azizi, dkk (2014) menjelaskan penerapan pembelajaran problem based learning dengan berbantuan diagram vee meningkatkan aktivasi belajar siswa sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa meningkat.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil-hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran dengan menggunakan problem based learning dengan stategi diagram vee dapat meningkatkan keaktivan siswa seperti siswa menjadi aktif bertanya, terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, berdiskusi dan bekerja sama, mengungkapkan gagasan mereka, serta mampu mengerjakan soal. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna berdampak pada pemahaman siswa menjadi lebih baik. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Oleh karena itu pembelajaran problem based learning dengan strategi diagram vee berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia materi kesetimbangan kelarutan pada siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram.
Kepada tenaga pendidik, semua yang ada dalam perencanaan sebelum melakukan pengajaran harus dipersiapkan secara matang agar waktu pembelajaran dapat berlangsung sesuai rencana dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar.
Kepada peneliti lainnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran
problem based learning dengan strategi diagram vee berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa, namun jumlah siswa yang mencapai KKM belum mencapai ketuntasan 100 %. Terkait hasil temuan tersebut terdapat saran yang mungkin perlu dipertimbangkan untuk penelitian lebih lanjut, yaitu hendaknya dilakukan penelitian yang serupa dan dimodifikasi dengan model atau penggunaan media pembelajaran yang lain yang dapat digunakan pada materi yang memiliki karakteristik yang hampir sama pada penelitian ini, dan perlu adanya tindak lanjut dalam memberikan solusi kepada
9
siswa yang termasuk dalam kategori belum paham materi (belum mencapai KKM) pada materi Kesetimbangan Kelarutan agar ketuntasan hasil belajar kimia siswa mencapai 100 %.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada keluarga besar SMAN 4 Mataram atas kesempatan yang telah diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Armitage, A. (2013). Conscientization, Dialogue and Collaborative Problem Based Learning. Journal Of Problem Based Learning In Higher Education, 1(1): 1-18.
[2] Azizi, A., Suciati, dan Maridi. 2014. Pembelajaran Biologi dengan Model PBL dengan Metode Eksperimen Disertai Teknik “Vee Diagram” dan “Fishbone Diagram” Ditinjau dari Aktivitas dan Kreativitas Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, 3(1): 8-18.
[3] Dewi, P.S., Saefudin, S.B., dan Anggraeni, S. 2016. Penerapan Diagram Vee dalam Problem Based Learning dan Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Kuantitatif Siswa pada Materi Pencemaran. Proceeding Biology Education Conference,
13(1): 128-132.
[4] Elprianti, N., dan Bakti, I. 2016. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Diagram Vee pada Materi Larutan Penyangga. Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 7(1): 56-65. [5] Faizah, Miswadi S. S. dan Haryani, S. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan Soft Skill dan Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia JPII, 2(2): 120-128.
[6] Gorghiu, G., Draghicescu, L.M., Cristea, S., Pretrescu, A.M., dan Gorghiu, L.M. 2015. Problem- Based Learning – An Efficient Learning Strategy In The Science Lesson Context. Procedia- Social and Behavioral Sciences 19I: 1865-1870.
[7] Hasanah, L.N., Susiolowati, E., dan Utami, B. 2013. Penerapan Siklus Belajar 5E Disertai Diagram Vee untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar pada Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan di SMA Negeri 2 Karangganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia 2(3): 146-151.
[8] Li, H. 2013. The Interpretation Of Problem Based Larning: A Case Study. Journal Of Problem Based Learning In Higher Education 1(1): 176-193.
[9] Magdalena, O., Mulyani, S., dan Susanti, E. 2014. Pengaruh Model Problem Based Learning dan Inquiri terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kreativitas Verbal pada Materi Hukum Dasar Kimia Kelas X SMAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia 3(4): 162-169.
[10] Nirwana, H.D. 2015. Penerapan Praktikum Berbasis Masalah pada Materi Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
[11] Novak, J.D., dan Gowin D.B. 1984. Learning How toLearn. Cambridge: Cambridge University Press.
[12] Novitasari, R.P. 2015. Validasi dan kepraktisan lembar kegiatan siswa system ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram vee untuk melatih kemampuan metakognitif siswa SMA. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi 4(1): 770-777.
[13] Nurhadi, Y., Burhan dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
[14] Pandu, L.B. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Komputer (KK6) Di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
[15] Putradi, S., dan Sari, Rr L.P. 2015. Metode Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Berbatuan Diagram Vee dalam Pembelajaran Kimia. Jurdik Kimia FMIPA UNY: 1-17 [16] Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi
Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
[17] Sanova, A. 2013. Implementasi Metode Problem Based Learning (PBL) Berbatuan Diagram Vee dalam Pembelajaran Kimia Berbasis Virtual LAB untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar. J.Ind. Soc. Integ. Chem. 5 (2): 31-38.
10
[18] Selcuk, G.S. 2010. The Effect of Problem Based Learning on PreServis Teachers‟ Achievement, Approaches and Attitudes towards Learning Physics. International Journal of Physical Sciences5(6): 711-723.
[19] Sinambela, L.P. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: untuk Bidang Ilmu Administrasi, Kebijakan Politik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi, dan Ilmu Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. [20] Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabet.
[21] Suhendang, G., Suprapto P., Kuswarini dan Mustofa, R.F. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Menggunakan Diagram Vee Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen di Kelas X MIPA MAN Cipasung pada Materi Pencemaran Lingkungan). Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
[22] Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2015. Aplikasi Pemodelan RASCH pada Assesment Pendidikan. Cimahi: Trim Komunikata.
[23] Susanti, Y. 2013. Pengaruh Aktivitas dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Geringing. Universitas Negeri Padang.
[24] Tan, O.S. 2009. Problem Based Learning and Creatifity. Singapur: Cenghage Learning Asia Pte Ltd.
[24] Yusuf, A.M. 2014. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.