• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGENDA KONSEP DASAR SISTEM BILANGAN. SISTIM BILANGAN BINARY SISTIM BILANGAN OCTAL SISTIM BILANGAN HEXADECIMAL. KONVERSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGENDA KONSEP DASAR SISTEM BILANGAN. SISTIM BILANGAN BINARY SISTIM BILANGAN OCTAL SISTIM BILANGAN HEXADECIMAL. KONVERSI."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

AGENDA

KONSEP DASAR SISTEM BILANGAN.

SISTIM BILANGAN BINARY

SISTIM BILANGAN OCTAL

SISTIM BILANGAN HEXADECIMAL.

KONVERSI.

(3)

KONSEP DASAR SISTEM BILANGAN

Suatu sistim billangan , senantiasa mempunyai base (radix), absolut

digit dan positional (place) value.

Base dapat diartikan sebagai maksimum angka/simbol yang digunakan

dalam sistem tersebut.

Absolute value/digit adalah jenis-jenis angka/simbol yang mempunyai

nilai yang berbeda-beda dalam sistem tersebut.

Positional value, adalah nilai yang terkandung pada suatu posisi, yaitu

perpangkatan dari basenya.

umumnya dalam sistim bilangan decimal yang kita kenal, mempunyai :

Base

: 10

Absolute digit

: 0,1,2,3,4, s/d 9

(4)

Contoh :

1. Bilangan bulat : 7 4 3 adalah berasal dari :

positional value : 102 101 100

Absolute digit: 7 4 3

7x10x10 4x10 3x1

700 40 3

Nilai dari angka/bilangan tersebut adalah : 3

40 700 743 2. Bilangan pecahan : 9, 3 5 Positional value : 100 , 10-1 10-2 Absolute digit: 9 3 5 9x1 3x1/10 5x1/100 9 3/10(0,3) 5/100(0,05) Nilai dari Angka/bilangan tersebut adalah : 0,05

0,3 9 9,35

(5)

Catatan

1.

Suatu angka yang mempunyai pangkat 0 adalah bilangan

adalah sama dengan 1. Umpamanya 1

0

= 1, 10

0

= 1, 15

0

= 1,.dst. Dalam sistim bilangan, pasitional value adalah

dari digit yang paling kecil (untuk bilangan bulat )

dimana base mempunyai pangkat 0.

2.

Suatu angka/posisi yang mempunyai pangkat ( – )

minus,berarti suatu angka pecahan yang dimulai setelah

angka decimal point ( untuk sistem decimal ). Positional

value dari angka pecahan ini, dimulai dari posisi setelah

decimal point kekanan, dengan pangkat -1, kemudian

pangkat -2, dst…

(6)

Nama & Urutan Sistim Bilangan

Nama Base Absolute digit/value

Binary 2 01 Ternary 3 012 Quarternary 4 0123 Quinery 5 01234 Senary 6 012345 Septenary 7 0123456 Octanary(octal) 8 01234567 Nonary 9 012345678 Denary(decimal) 10 0123456789 Undanary 11 0123456789A Duodanary 12 0123456789AB Tredenary 13 0123456789ABC Quatuordanary 14 0123456789ABCD Quidenary 15 0123456789ABCDE Hexadenary(haexadecimal) 16 0123456789ABCDEF

(7)

SISTiM BILANGAN BINARY

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa sistem yang digunakan dalam

operasi arithmatic suatu sistem komputer adalah sistem bilangan binary.

Input/ data yang dipersiapkan untuk pengolahan, ditulis dalam standard

decimal atau dalam bentuk alphabet.

Data kemudian dialihkan oleh komputer kedalam sistim yang digunakan

dalam pengolahan.

Hasil pengolahan tersebut dialihkan kembali kedalam sistim decimal

dan dalam bentuk alphabet, apabila diinginkan sebagai output.

Dalam sistim bilangan binary berlaku pula aturan yang sama dengan

sistim bilangan decimal, seperti adanya radix (base), absolut digit dan

positional value.

Yang digunakan dalam pengolahan data di komputer adalah sistem

(8)

Contoh bilangan binary

1. Bilangan bulat : 10101101

Mempunyai Nilai sebagai berikut :

Positional Value : 27 26 25 24 23 22 21 20 128 64 32 16 8 4 2 1 Absolute Value : 1 0 1 0 1 1 0 1

128 + 0 + 32 + 0 + 8 + 4 + 0 + 1 = 173

2. Bilangan pecahan : 1011,001

Mempunyai Nilai sebagai berikut :

Positional Value : 23 22 21 20 2-1 2-2 2-3 8 4 2 1 1/2 1/4 1/8

1 0 1 1 , 0 0 1 Nilainya :

(9)

Penjumlahan Bilangan Binary

 Hampir semua pengolahan data elektronik yang dilakukan komputer melalui penjumlahan Contoh : 26

38

1 dipindahkan (carry) 64 Hasil Penjumlahan.

Hal ini juga berlaku bagi bilangan binary, namun pada bilangan binarym pemindahan akan dilakukan apabila hasil penjumlahannya melebihi angka 1.

contoh : 1 1 1 0

0 1 0 1

1 1 dipindahkan ( carry ) dari jumlah sebelumnya 1 0 0 1 1 hasil penjumlahan

(10)

Pengurangan Bilangan Binary

 Tujuan pengurangan adalah untuk mendapatkan perbedaan antara dua buah

nilai bilangan .

 Untuk maksud tersebut maka dua buah bilangan ini satu sama lain mempunyai

tanda (sign) yang berbeda yaitu :

Bilangan yang akan dikurangi biasanya mempunyai tanda positif.Bilangan pengurangnya biasanya mempunyai tanda negatif..

Besarnya kedua bilangan tersebut dapat dibedakan juga dalam tiga jenis,yaitu :

1) Bilangan yang akan dikurangi lebih besar daripada bilangan pengurangnya. (

hasilnya positif ).

2) Bilangan yang akan dikurangi sama besarnya daripada bilangan pengurangnya

(hasilnya 0 ).

3) Bilangan yang akan dikurangi lebih kecil daripada bilangan pengurangnya (

(11)

Contoh Pengurangan Bilangan Binary

 Contoh bilangan decimal.

1. (+) 75 2. (+) 25 3. (+) 16

- 23 - 25 - 27

(+) 52 (+) 0 - 11

• Contoh :

bilanngan decimal Bilangan Binary

10 2

(+) 22 (+) 1 (2) 1 0 1 1 0 1 0 1 0 (0) - 5 5 - 0 0 1 0 1 - 0 0 1 0 1

(+) 1 7 (+) 1 0 0 0 1

Bii paling kanan = 0 – 1 ( dalam hal ini perlu meminjam 1 x base dari angka berikutnya, sehingga terjadi :( 0 + 1 xbase (2)) -1 = 0 + 2 -1 = 1

Bit kedua = karena 1 telah dipinjam berarti hasilnya 0 – 0 = 0. Bit ketiga = 1 - 1 = 0

Bit keempat = 0 – 0 = 0

(12)

Metode Untuk Melakukan Pengurangan

Cara atau metode untuk melakukan operasi pengurangan,

dikenal dengan 2 cara :

1.

True form, yaitu bentuk pengurangan yang langsung

dilakukan seperti keadaan yang ada pada bilangan-bilangan

yang akan di lakukan operasi penguirangan.

2.

Complement Addition, yaitu bentuk pengurangan yang

dilakukan oleh hampir semua operasi aritmatik dari sistem

komputer, yaitu pengalihan bentuk pengurangan menjadi

penambahan, dengan terlebih dahulu merubah tanda negatif

pada bilangan pengurangnya menjadi tanda bilangan positif

(13)

Perkalian Bilangan Binary

Perkalian adalah suatu operasi penjumlahan yang berulang atau suatu proses peningkatan dari suatu bilangan, sebanyak unit/bilangan yang lain. Sebagai contoh untuk sistim bilangan decimal :

2 4 5 x 1 2 0

Bilangan 120 sebagai hasil perkaliannya adalah sama dengan bilangan 24 disusun dalam 5 buah bilangan yang sama (angka 5 adalah unit ), dan dijumlahkan :

24 + 24 + 24 + 24 + 24 = 120

Pada Sistim bilangan binary, sistim perkaliannya mencakup 4 langkah dasar yaitu : 1. bila 0 x 0 hasilnya 0

2. bila 1 x 0 hasilnya 0. 3. bila 0 x 1 hasilnya 0 4. bila 1 x 1 hasilnya 1

(14)

Perkalian Bilangan Binary (1)

 Ketentuan ini tidak berbeda dengan cara perkalian untuk siumbol 0 dan 1 pada

sistem bilangan decimal. Contoh sistem binary :

1 1 0 1 0 1 x 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0

Pada sistim bilangan binary dikenal 2 cara atau metode perkalian yaitu :

1. Metode decimal, yaitu metode sepoerti diatas.

2. Metode shift, yaitu suatu metode yang sama dengan metode decimal, hanya pada

metode ini dimulai pada angka paling kiri dari pada unit/bilangan pengali, yang hasilnya kemudian ditambah dengan 0 sebanyak sisa angka sebelah

kanannya.pelaksanaan ini diulangi untuk angka berikutnya dari unit/bilangan pengali, hingga akhir. Kemudian hasilnya dijumlahkan.

(15)

Contoh

 Contoh metode shift.

bilangan yang dikalikan 1 1 0 bilangan pengali 1 0 1 x

hasilnya (metode decimal) 1 1 1 1 0 Langkah 1 .

kalikan bilangan yang akan dikalikan dengan bit pertama dari kiri pada bilangan pengali :

1 1 0 1 0 1

1 1 0 Hasil perkalian pertama Langkah 2 .

Tambahkan pada hasil langkah 1, dua buah angka 0 yaitu sebanyak bilangan pengali yang belum dikerjakan, sehingga hasilnya menjadi :

1 1 0 0 0

(16)

Contoh (1)

Langkah terakhir.

Jumlahkan seluruh hasil berturut-turut dari langkah-langkah

sebelumnya, sehingga hasilnya menjadi :

1 1 0 0 0

hasil langkah 2

0 0 0 0

hasil langkah 4

+ 1 1 0

hasil langkah 5

(17)

Pembagian

 Apabila operasi perkalian yaitu operasi penjumlahan yang berulang, maka untuk

pembagian adalah suatu operasi pengurangan yang berulang. Caranya :

Bilangan yang akan dibagi dikurangi dengan bilangan pembaginya, kemudian hasilnya dikurangi lagi dengan bilangan pembaginya. Demikian seterusnya hingga hasil akhirnya adalah 0. Berapa kali pengurangan dilaksanakan merupkan hasil operasi pembagian tersebut.

Contoh : Bilangan Decimal 15 : 3 = 5

Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara pengurangan, yaitu : 15 – 3 = 12 1 kali pengurangan

12 – 3 = 9 1 kali pengurangan 9 - 3 = 6 1 kali pengurangan 6 – 3 = 3 1 kali pengurangan 3 – 3 = 0 1 kali pengurangan Jumlah 5 kali pengurangan,

(18)

Contoh untuk bilangan binary

 Untuk bilangan binary berlaku pula ketentuan tersebut diatas :

Contoh : 1111 : 11 = 101

cara pengurangannya adalah : 1 1 1 1 - 1 1 1 1 0 0 1 kali pengurangan - 1 1 1 0 0 1 1 kali pengurangan - 1 1 0 1 1 0 1 kali pengurangan - 1 1 0 0 1 1 1 kali pengurangan - 1 1 0 1 kali pengurangan

Jumlah 5 kali pengurangan ( dalam decimal ) dan apabila dialihkan ke binary adalah = 1 0 1

(19)

Sistim Bilangan Octal

Sistim bilangan octal adalah salah satu sistim bilangan yang umum dipakai pada sistem komputer yang khusus mengerjakan masalah-masalah scientific ( Scientific-Oriented Computer

Sistim bilangan Octal juga mempunyai base( radix ), absolute digit/value dan positional value.  Base Sistim Bilangan Octal adalah 8

 Absolute digit adalah 0 1 2 3 4 5 6 dan 7  Positional Value adalah 80 81 82 83 dst…..

Apabila sistim bilangan Octal dihubungkan dengan sistim bilangan Decimal maka persamaannya nilainya dapat digambarkan sebagai berikut :

Decimal Octal Decimal Octal

1 1 9 11 2 2 10 12 3 3 11 13 4 4 12 14 5 5 13 15 6 6 14 16 7 7 15 17 8 10 16 20 dst……….

(20)

Sistim bilangan Octal (1)

 Contoh Bilangan Octal : 5 2 7 6

Positional Value : 84 83 82 81 80

Absolute Value 5 2 7 6

5x512 2x64 7x8 6x1 2560 + 128 + 56 + 6 = 2750

1.

Penjumlahan Pada Sistim Bilangan Octal.

Operasi penjumlahan sistim bilangan octal mempunyai kesamaan

dengan operasi untuk sistim bilangan decimal, hanya pada sistim

bilangan Octal tidal mengenal angka/digit 8 dan 9, sehingga angka

berkutnya setelah angka 7 adalah 0 dengan menambahkan angka satu

pada angka berikutnya.

(21)

Penjumlahan Sistim Bilangan Octal

Contoh :

3 2 5 5 7 4 + 3 1 + 6 6 + 7 5 6 1 1 pemindahan 1 4 5 hasil penjumlahan Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

angka paling kanan : 7 + 6 = 10 + 5, dipindahkan 1

angka kedua : 5 + 6 + pemindahan 1 = 4 + 10 = 4 dpindahkan 1 angka terakhir : pemindahan 1

maka hasil penjumlahannya = 1 4 5 Catatan :

semua angka/bilangan yang menyatakan jumlah 8 untuk sistim bilangan Decimal,

diartikan sebagai bilangan 10 untuk bilangan Octal, sehingga angka yang melebihi angka 8 decimal ( 10 Octal ) dimulai dengan angka 11 sistim bilangan Octal.

(22)

2. Pengurangan Bilangan Octal

 Sistim bilangan octal juga mempunyai operasi pengurangan seperti sistim bilangan

lainnya, dengan ketentuan yang sama pula, dimana tujuannya adalah melihat nilai perbedaan antara dua buah nilai bilangan.

 Nilai perbedaan antara kedua bilangan tersebut dapat berupa + ( positif ), 0, atau – (

negatif ). Pada sistim bilangan octal juga dianut dua sistim pengurangan.

1) Sistim yang sama dengan yang digunakan pada sistim bilangan decimal disebut juga

the borrow Methode. Contoh : Decimal Octal 10 8 5 0 4 (0) 5 2 6 (2) - 1 2 - 1 2 - 1 4 - 1 4 + 3 8 + 4 6

(23)

2. Pengurangan Bilangan Octal (1)

2) Dengan menggunakan Komplemen 7

yaitu operasi pengurangan yang dialihkan ke operasi penjumlahan, dengan merubah bilangan negatifnya menjadi bilangan positif, dan apabila bilangan pengurangannya lebih besar dari bilnagn yang akan dikurangi dimana hasilnya nanti adalah bilangan negatif, maka perlu diadakan pengalihan kembali dari positif menjadi negatif atau melaksanakan komplement kembali.

Contoh : Komlemen 7

6 2 - 1 4

a. true Form…….…+ 4 6 ( the borrow methode ). b. Komplemen 7

Langkah 1

bilangan yang disediakan terdiri dari angka + 7 + 7 7

- 1 4 + 6 3

(24)

2. Pengurangan Bilangan Octal (2)

Langkah 2.

- Hasil dari langkah 1 (+63 ) merupakan bilangan positif daripada bilangan – 14

- Pada langkah berikut ini hasil dari langkah 1 dijumlahkan dengan bilangan yang akan dikurangi yaitu 62 :

+ 6 3 + 6 2 + 1 4 5 Langkah 3

- Hasil dari langkah 2 (145) khususnya angka 1 dipindahkan dan dijumlahkan bersama dengan angka satuannya yaitu :

4 5 1 + 4 6

- Hasil akhir inilah yang merupakan hasil akhir dari pada operasi pengurangan sistim bilangan Octal dengan menggunakan komplemen 7.

(25)

2. Pengurangan Bilangan Octal (3)

Dengan menggunakan Double Complemen/ Re-Complemen 7

Untuk methode ini berlaku dua kali operasi pengalihan bentuk yaitu :

1. Bilangan negatif ( bilangan pengurangnya ) dijadikan bilangan positif dengan menyediakan bilangan terdiri dari angka positif 7 (+7).

2. Setelah dilakukan operasi penjumlahan atas hasil pengalihan bentuk diatas dengan bilangan yang akan dikurangi, maka dikembalikan lagi nantinya kepada bentuk negatif, dengan menyediakan bilangan yang terdiri dari angka negatif 7 (-7).

Contoh :

+ 1 4 - 6 2

a. True form……… - 4 6 ( the borrow methode ) b. Re-Complement, adalah sebagai berikut :

Langkah 1 :

- Pengalihan bentuk bilangan pengurangnya dengan menyediakan bilangan positif yang terdiri dari angka-angka 7 ;

+ 7 7 - 6 2 + 1 5

(26)

2. Pengurangan Bilangan Octal (4)

Langkah 2

- Hasil dari langkah 1 dijumlahkan dengan bilangan yang akan dikurangi :

+ 1 5 + 1 4 + 3 1 Langkah 3

- Hasil langkah 2 diatas dialihkan kembali menjadi bilangan negatif, dengan

menyediakan bilangan negatif yang terdiri dari angka-angka 7 : - 7 7

+ 3 1 - 4 6

(27)

3. Perkalian bilangan Oktal

 Operasi perkalian sistim bilnagn octal agak sulit dilakukan apabila dibandingkan dengan sistim bilangan binary

Cara / Methode pelaksanaannya pada prinsipnya sama dengan lainya yaitu pada sistim bilangan binary yaitu :

1. Cara konvensional, yaitu cara yang sering dilakukan pada sistim bilangan decimal. 2. True Shift Methode, cara yang sama pada sistim bilangan binary.

Contoh :

2 3 6 x 2 5

a. Apabila dilakukan dengan cara yang sering dilakukan dalam sistim bilangan decimal , maka akan mendapatkan hasil sebagai berikut :

2 3 6 x 2 5 1 4 2 6 4 7 4 6 3 6 6

(28)

3. Perkalian bilangan Oktal (1)

b. Dengan methode Shift.

Langkah 1 ;

Adalah perkalian yang dimulai dari angka pertama (diujung kiri) dari bilangan

pengali yaitu : 2 3 6 2 1 4 6 4 4 7 4

Kemudian hasil tersebut ditambahkan dengan aknga 0 sebanyak sisa angka yang

belum dikerjakan pada bilangan pengali ( dalam hal ini ditambah satu 0 ) sehingga hasilnya menjadi :

(29)

3. Perkalian bilangan Oktal (2)

Langkah 2.

- Pelaksanannya sama dengan langkah satu untuk sisa bilangan pengali :

2 3 6 X 5 3 6 1 7 1 2____ 1 4 2 6 Langkah 3.

- Jumlahkan hasil dari langkah 1 san langkah 2

4 7 4 0 1 4 2 6

(30)

4. Pembagian Sistim Bilangan Octal

Pada operasi pembagian ini berlaku pula cara yang dilakukan pada

sistim bilangan binary yaitu :

1.

Kombinasi antara perkalian dan pengurangan ( cara paling sering

dilakukan untuk sistim bilangan decimal ).

2.

Pengurangan berulang

Contoh :

3 1 0 : 6 2

-

Cara pengurangan berulang adalah bilangan yang akan dibagi

dikurangi dengan bilangan pembagi, Sisa hasil pengurangan

tersebut dikurangi lagi dengan bilangan pembagi. Demikian

seterusnya .

(31)

4. Pembagian Sistim Bilangan Octal (1)

3 1 0 - 6 2 1 kali pengurangan 2 2 6 - 6 2 1 kali pengurangan 1 4 4 - 6 2 1 kali pengurangan 6 2 - 6 2 1 kali pengurangan 0

(32)

Sistim Bilangan Hexadecimal

• Sistim Bilangan lainya yang dikenal dan dimengerti oleh sistim komputer adalah sistim bilangan hexadecimal atau hexadenary.

• Perkataan Hexadecimal berasal dari kata hexagon yang berarti 6 dan decimal yang berarti 10, jadi hexadecimal berarti 16.

• Basenya adalah 16

• Absolute digit/value 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E dan F • PositionalValue adalah ………163162 161160...dst. Contoh bilangan Hexadecimal : 2 A 7

PositionalValue : 163 162 161 160

4096 256 16 1

Absolute digit 2 A 7

Nilai dalam Decimal 2 x 256 10x 16 1x7 512 + 160 + 7 = 679

(33)

Penjumlahan Bilangan Hexadecimal

Operasi penjumlahan dalam decimal pada dasarnya sama dengan sistim bilangan hexadecimal, yaitu penggunaan cara pemindahan.

Pada Hexadecimal angka tertinggi adalah F ( 15 Decimal ).  Contoh :

3 A B 8 + 7 5 6 A

1 1 1 B 0 2 2

Pada operasi penjumlahan diatas dapat diperlihatkan bahwa apabila dalam decimalnya sudah mencapai angka 16 atau lebih maka berarti adanya pemindahan.

Contoh lainya : 5 + 6 = B 7 + 8 = F A + 5 = F A + 6 = 10 ( 0 dipindhakan 1). A + 7 = 11 ( 1 dipindahkan 1). A + 8 = 12 ( 2 dipindahkan 1).

(34)

Pengurangan Hexadecimal

 Pada sistim bilangan hexadecimal untuk operasi pengurangan juga hampir sama

dengan sistim bilangan lainnya.

 Disini juga berlaku the borrow methode ( hal peminjaman ).  Contoh : (16) (16) 3 4 A 7 2 (4) 9 (7) - 8 2 E - 8 2 E 2 C 7 9 Komplemen :

Disamping cara diatas , hexadecimal juga mengenal pula methode komplemen, yaitu :

1. Komplemen –F dan 2. Re-Complemen F.

(35)

Kompelemen F

 Methode ini pada dasarnya sama dengan cara komplemen pada sistim bilangan

sebelumnya, yaitu mengadakan pengalihan bentuk pada bilangan negatifnya

menjadi bilangan posistif. Bilangan yang disusun untuk mengalihkan bentuk terdiri dari angka-angka F Positif.

 Contoh

E 7 A 4 A 4 8 E

-a. True Form …...4 3 1 6 ( The Borrow Methode). b. Komplemen –F, pelaksanaannya sebagai berikut :

Langkah 1.

- Bilangan untuk mengalihkan betuk negatif ke postif terdiri dari angka/angka F.

+ F F F F - A 4 8 E 5 B 7 1

(36)

Komplemen F (1)

Langkah 2.

- hasil dari langkah 1 ( 5B71) dijumlahkan dengan bilangan yang

akan dikurangi, yaitu E 7 A 4

5 B 7 1

+ E 7 A 4

1 4 3 1 5

Langkah 3.

- hasil dari langkah 2(14315) khususnya angka 1 pada ujung paling

kiri dipindahkan dan dijumlahkan dengan satuannya yaitu angka 5

sehingga menjadi :

1 4 3 1 5

+

1

4 3 1 6

(37)

Double Compelemen ( Re Complemen )

 Caranya sama dengan sistim bilangan lainnya yaitu dua kali pengalihan bentuk,

yaitu pertama pada bilangan pengurangnya dijadikan bilangan positif dan operasi penjumlahan antara bilangan positif tersebut dengan bilangan yang akan

dikurangi dialihkan kembali ke bentuk negatif..

 Metode ini berlaku bagi operasi pengurangan yang bilangan pengurangnya lebig

besar dari bilangan yang dikurangi.

 Contoh :

A 4 8 E - E 7 A 4

a. True form……… 4 3 1 6 ( the borrow methode). b. Re komplemen F pelaksanaannya sebagai berikut :

Langkah 1

- bilangan pengurangnya dialihkan kebilangan positif dengan menyediakan bilangan positif yang terdiri dari angka F

+ F F F F - E 7 A 4 + 1 8 5 B

(38)

Re-Complemen (1)

Langkah 2.

- Hasil dari langkah 1dijumlahkan dengan bilangan yang akan

dikurangi.

+ 1 8 5 B

+ A 4 8 E

+ B C E 9

Langkah 3.

- Hasil dari langkah 2 dialihkan kembali menjadi bilangan negatif

dengan menjumlahkan hasil tersebut dengan suatu bilangan negatif

yang terdiri dari angka F

- F F F F

+ B C E 9

- 4 3 1 6

(39)

Perkalian Hexadecimal

 Metode yang digunakan pada sistim ini mengikuti pada sistim bilangan lainya, yaitu

cara yang paling sering dilakukan untuk decimal system, dan dengan metode shift.

 Contoh berikut memperlihatkan prosedur yang digunakan untuk operasi perkalian

bilangan hexadecimal : 7 C 8 x A 6 3 0 6 x 8 4 8 6 x c 2 A 6 x 7 5 0 A x 8 7 8 A x C 4 6 A x 7 1 1 pemindahan 5 0 B B 0

(40)

Pembagian

Cara atau metode yang digunakan pada operasi pembagian untuk sistem bilangan sebelumnya, seperti yang sering dilakukan pada sistem desimal dan cara pengurangan berulang. Contoh : 3 3 E : A 6

1.Cara sistem decimal :

A 6 ) 3 ^ E ( 5 A 6

3 3 E X 5

0 1 E 5 X 6 3 2 5 X A 3 3 E

2.Cara pengurangan berulang 3 3 E - A 61 kali pengurangan 2 9 8 - A 61 kali pengurangan 1 F 2 - A 61 kali pengurangan 1 4 C - A 61 kali pengurangan A 6 - A 61 kali pengurangan 0

(41)

Konversi

Konversi adalah suatu operasi untuk mengalihkan suatu

bilangan kepada sistem bilangan lainnya.

(42)

Konversi Desimal ke binary

Prosedurnya adalah :

1. Bilangan desimal yang akan dikonversi dibagi dengan angka 2 (base daripada

bilangan binary)

2. Hasil bagi tersebut selanjutnya dibagi dengan angka 2 kembali 3. Demikian seterusnya hingga hasil baginya menjadi 0

4. Dari pembagian tersebut, yg menjadi bilangan binarynya adalah sisa dari setiap

hasil pembagian (remainder)

Contoh :

2 5 7 sisa (remainder) adalah 1

2 8 sisa (remainder) adalah 0

2 1 4 sisa (remainder) adalah 0

7 sisa (remainder) adalah 1

2 3 sisa (remainder) adalah 1

1 sisa (remainder) adalah 1

Sisa (remainder dari pembagian mrpkan bilangan binarynya dgn diurutkan mulai dari bawah sehingga menjadi :

(43)

Konversi Binary ke Decimal

Caranya : a. Cara pertama Positional value 25 24 23 22 21 20 Absolute value 1 1 1 0 0 1 1x32 + 1x16 + 1x8 + 0x4 + 0x2 + 1x1 32 + 16 + 8 + 0 + 0 + 1 = 57 bilangan desimal

b. Cara kedua : cara yang dilakukan oleh komputer, yi

langkah 1:dimulai dari kolom angka bilangan binary yang paling ujung kiri dikalikan dgn basenya (angka 2)

langkah 2: hasil langkah 1 ditambah dengan bit berikutnya langkah 3:hasil langkah 2 dikalikan kembali dengan angka 2

langkah 4 dan seterusnya mengikuti langkah 2 dan selajutnya hingga pada penjumlahan bit terakhir daripada bilangan binary tersebut.

(44)

Konversi Binary ke Decimal (1)

 Contoh bilangan binary 1 1 1 0 0 1 ke decimal.

1 1 1 0 0 1 x 2 2 + 1 3 x 2 6 + 1 7 x 2 1 4 + 0 1 4 x 2 2 8 + 0 2 8 x 2 5 6 + 1

(45)

Konversi Decimal ke Octal

Bilangan decimal yang akan dialihkan ke octal dibagi berturut –

turut dengan angka 8 sebagai base, sedangkan bil. Octalnya

adalah sisa dari setiap langkah pembagian tersebut .

Contoh : 8

2 5 0 sisa (remainder) adh 2

8 3 1 sisa (remainder) adh 7

8 3 sisa (remainder) adh 3

0

(46)

Konversi Octal ke Decimal

Konversi ini dilakukan dengan operasi perkalian setiap angka octal dengan basenya (angka 8) dan mengikuti prosedur pada sistem bilangan decimal yang decimal yang di konversikan ke bilangan binary

Contoh : 3 7 2 akan dikonversikan ke bilangan decimal. 3 7 2 x 8 2 4 + 7 3 1 x 8 2 4 8 + 2 2 5 0

(47)

Konversi Decimal ke Hexadecimal

Sistim bilangan hexadecimal adalah suatu sistim yang dapat mempersingkat bilangan-bilangan lainnya seperti sisitim bilangan-bilangan binary. Apabila suatu bilangan-bilangan decimal ingin dialihkan ke bentuk hexadecimal, dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut : Langkah 1.

Bagilah bilangan decimal yang akan dialihkan dengan angka 16 ( base dari bilangan hexadecimal).

Langkah 2.

Sisa(remainder) dari pembagian tersebut merupsksn sngka terkecil untuk bilangan hexadecimal

Lsngkah 3.

hsil bagi langkah 1 selanjutnya dibagi lagi dengan angka 16. Langkah 4

Sisa(remainder)-nya adalah angka berikutnya untuk bilangan hexadecimal Langkah 5.

(48)

Contoh : Decimal Ke Hexadecimal

Bilangan 678 akan dialihkan ke bilangan hexadecimal

16

678

sisa (remainder) adalah 6

16

42

sisa (remainder) adalah 10 = A

16

2

sisa (remainder) adalah 2

0

Dengan berakhirnya pembagian tersebut maka bilangan decimal 678

sama dengan bilangan hexadecimal 2 A 6

(49)

Konversi Hexadecimal ke Decimal

Cara yang dilakukan pada langkah pengalihan bentuk ini merupakan kebalikan dari pada konversi dari decimal ke hexadecimali

Dengan metode perkalian Langkah 1.

digit/angka tertinggi daripada bilangan hexadecimal yang akan dialihkan, dikalikan dengan angka 16 ( base dari hexadecimal)

Langkah 2.

hasil langkah 1 ditambahkan dengan angka hexadecimal berikutnya. Langkah 3.

hasil dari langkah 2 dikalikan kembali dengan angka 16, demikian seterusnya mengikuti langkah-langkah diatas, hingga angka yang paling rendah dari bilangan hexadecimal yang akan dialihkan ditambha dengan hasil kali sebelumnya.

Langkah 4.

hasil penjumlahan terakhir inilah yang merupakan hasil pengalihan bentuk menjadi decimal.

(50)

Contoh Hexadecimal ke Decimal

Bilangan hexadecinal yang akan dialhkan ke decimal = 2 A 6

2

A

6

X 1 6

3 2

+ 1 0

4 2

X 1 6

6 7 2

+ 6

6 7 8

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya. PUTRI MAYSURA

penelitian pembuatan biodiesel dengan teknologi ekstraksi reaktif dari mesokarp buah. sawit menggunakan katalis Novozym 435 sehingga metode ini nantinya

Sosialisasi informasi cara penggunaan bahan, alat dan mesin yang digunakan mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja... Petugas

Tujuan Para siswa dapat membuat keputusan, merancang tujuan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meraih tujuan.. Kompetensi Dasar (P/S8.11.40)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dialogis dalam Al- Qur‟an s urah Ash-Shaffat ayat 102. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah:

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan

Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana menerapan bahan ajar tematik integratif berbasis karakter untuk meningkatkan sikap hormat siswa dalam proses

Ketepatwaktuan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yang akan dipublikasikan dapat dipengaruhi oleh lamanya rentang waktu antara tanggal laporan