• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT JAPFA COMFEED INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PT JAPFA COMFEED INDONESIA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

1. Umum

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka UU Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 berdasarkan akta notaris Djojo Muljadi, S.H. No. 59 tanggal 18 Januari 1971 dan diubah dengan akta No. 60 dari notaris yang sama tanggal 15 Pebruari 1972. Akta pendirian ini beserta perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. Y.A.5/39/8 tanggal 4 Oktober 1972 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 86 Tambahan No. 641 tanggal 25 Oktober 1974. Status Perusahaan berubah dari Penanaman Modal Asing menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan dari BKPM No.10/V/1982 tanggal 25 Juni 1982 yang dinyatakan dalam akta notaris Sastra Kosasih, S.H. No. 29 tanggal 27 Oktober 1982. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan

akta notaris No. 16 tanggal

23 November 2010 dari Fransiskus Yanto Widjaja, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penggabungan PT Multiphala Agrinusa dan PT Bintang Terang Gemilang ke dalam Perusahaan. Perubahan anggaran dasar tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-AH.01.10-31353 tanggal 8 Desember 2010.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 1971. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Milenia Lt. 7 Jl. MT. Haryono Kav. 16 Jakarta 12810, dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo - Jawa Timur, Tangerang - Banten, Cirebon - Jawa Barat, Makasar - Sulawesi Selatan, Lampung, Padang – Sumatera Barat dan Bati-bati – Kalimantan Selatan. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang:

• Pengolahan segala macam bahan untuk pembuatan/produksi bahan makanan hewan, kopra dan bahan lain yang mengandung minyak nabati, gaplek dan lain-lain;

• Mengusahakan pembibitan, peternakan ayam dan usaha peternakan lainnya, meliputi budi daya seluruh jenis peternakan, perunggasan, perikanan dan usaha lain yang terkait, dan

• Menjalankan perdagangan dalam negeri dan internasional dari bahan tersebut serta hasil produksi tersebut di atas.

Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Asia, Eropa dan Amerika Serikat.

b. Penggabungan Usaha

Penggabungan Usaha Dengan PT Multiphala Agrinusa dan PT Bintang Terang Gemilang Berdasarkan Rancangan Penggabungan Usaha PT Multiphala Agrinusa (MAG) dan PT Bintang Terang Gemilang (BTG) ke dalam PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JCI), JCI menggabungkan MAG dan BTG ke dalam JCI untuk merampingkan struktur perusahaan JCI dengan menggabungkan anak-anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sama dengan JCI. Dalam penggabungan ini JCI bertindak selaku “Perusahaan Yang Menerima Penggabungan” sedangkan MAG dan BTG sebagai “Perusahaan-perusahaan Yang Akan Bergabung”.

(2)

Sehubungan dengan diperolehnya persetujuan dari Bapepam-LK melalui surat No. S-10511/BL/2010 tanggal 19 November 2010, penggabungan usaha MAG dan BTG ke dalam JCI menjadi efektif pada tanggal 1 Januari 2011 seperti yang dinyatakan dalam Akta No. 16 tanggal 23 November 2010 dari Fransiskus Yanto Widjaja, S.H., notaris di Jakarta. Akta penggabungan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-AH.01.10-31353 tanggal 8 Desember 2010. Penggabungan usaha ini juga telah disetujui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui Surat Keputusan No. 5/1/IU/IV/PMDN/INDUSTRI/2010 tanggal 31 Desember 2010.

Setelah tanggal penggabungan usaha, seluruh hubungan hukum dengan eks MAG dan BTG telah beralih dan diteruskan oleh JCI.

Penggabungan Usaha Dengan PT Multi Agro Persada Tbk

Berdasarkan Rancangan Penggabungan Usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JCI) dan PT Multi Agro Persada Tbk (MAP), pada tanggal 25 Juni 2009 telah ditandatangani Kesepakatan Awal (Letter of Intent) untuk mengintegrasikan kegiatan usaha kedua perusahaan tersebut dengan cara penggabungan usaha. Dalam penggabungan ini JCI bertindak selaku “Perusahaan Yang Menerima Penggabungan” dan MAP sebagai “Perusahaan Yang Akan Bergabung”

Sehubungan dengan telah diperolehnya persetujuan dari Bapepam-LK melalui surat No. S-8714/BL/2009 tanggal 30 September 2009 dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui Surat Persetujuan Penggabungan Perusahaan No. 124/III/PMDN/2009 tanggal 9 November 2009 atas rencana penggabungan MAP ke dalam JCI maka berdasarkan Akta No. 8 tanggal 12 Oktober 2009 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, notaris di Jakarta, tanggal efektif penggabungan usaha dengan MAP ditetapkan pada 1 Desember 2009. Akta penggabungan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-56557.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 19 November 2009.

Sejak tanggal penggabungan usaha, seluruh hubungan hukum antara pelanggan/relasi bisnis eks MAP dengan eks MAP telah beralih dan diteruskan oleh JCI.

Susunan pemegang saham sebelum dan pada tanggal penggabungan usaha adalah sebagai berikut:

Total saham Total saham

sebelum setelah

Total saham % konversi % konversi Total saham %

Saham Seri A

Malvolia Pte.Ltd 619.380.751 41,59 - - - 619.380.751 29,90 BNP Paribas Wealth Management Singapore Branch 102.026.057 6,85 - - - 102.026.057 4,92 UOB Kay Hian Private Limited 77.744.177 5,21 - - - 77.744.177 3,75 PT Bank Danamon Indonesia Tbk S/A Kreditur JCI 76.665.362 5,15 - - - 76.665.362 3,70 Masyarakat (masing-masing dibawah 5%) 613.598.313 41,20 - - - 613.598.313 29,62

Saham Seri B

Malvolia Pte.Ltd - - 55.301.235 98,58 574.026.819 574.026.819 27,71 Masyarakat (masing-masing dibawah 5%) - - 798.765 1,42 8.291.181 8.291.181 0,40 Total 1.489.414.660 100,00 56.100.000 100,00 582.318.000 2.071.732.660 100,00

usaha

Pemegang saham JCI Pemegang saham JCI

sebelum penggabungan usaha/ Pemegang saham MAP sebelum pada tanggal penggabungan usaha penggabungan usaha

(3)

Berdasarkan laporan No. TC/CF/R-0609/09 tanggal 16 September 2009 dan No. TC/CF/R-0706/09 tanggal 16 September 2009 yang dikeluarkan oleh KJPP Ruky, Safrudin & Rekan, penilai independen, untuk keperluan konversi saham, manajemen menetapkan nilai pasar wajar per saham JCI dan MAP masing-masing adalah sebesar Rp 635 (nilai penuh) dan Rp 6.596 (nilai penuh) per saham.

Berdasarkan penilaian tersebut, maka setiap 1 pemegang saham MAP akan mendapatkan 10,38 (dibulatkan) saham Seri B yang diterbitkan oleh JCI dengan nilai nominal Rp 200 (nilai penuh) per saham. Penilaian tersebut merupakan nilai intrinsik wajar dari masing-masing perusahaan dan juga memberikan premium di atas harga perdagangan historis.

Untuk perhitungan penambahan nilai modal saham biasa dan tambahan modal disetor JCI, manajemen menggunakan harga pasar saham JCI pada saat penggabungan usaha terjadi. Dengan demikian terdapat penambahan nilai modal saham biasa dan tambahan modal disetor JCI masing-masing sebesar Rp 116.464 juta dan Rp 253.308 juta. Lihat Catatan 4 untuk penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi tahun sebelumnya.

Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

Pada tanggal efektif penggabungan usaha, 1 Desember 2009, JCI dan MAP berada dalam pengendalian entitas yang sama, yaitu Malvolia Pte. Ltd. Oleh karena itu penggabungan usaha kedua perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku pada transaksi restrukturisasi antar entitas sepengendali sebesar Rp 20.466 juta dibukukan ke dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada unsur ekuitas. c. Penawaran Umum Efek

Pada tanggal 31 Agustus 1989, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) [sekarang Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK)] dengan suratnya No. SI-046/SHM/MK.10/1989 untuk melakukan penawaran umum atas 4.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 23 Oktober 1989 saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

Pada tanggal 8 Pebruari 1990, Perusahaan memperoleh persetujuan pencatatan dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) dengan suratnya No. S-139/PM/1990 untuk melakukan pencatatan saham sebesar 24.000.000 saham yang berasal dari penawaran umum terbatas dengan perbandingan 2 : 3. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 12 Pebruari 1990.

Pada tanggal 26 Juli 1991, Perusahaan memperoleh persetujuan pencatatan dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) dengan suratnya No. S-1149/PM/1991 untuk melakukan pencatatan saham bonus sejumlah 80.000.000 saham dengan perbandingan 1 : 2. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 29 Juli 1991. Pada tanggal 20 Maret 1992, Perusahaan memperoleh persetujuan pencatatan tambahan saham atas penerbitan Obligasi Konversi di luar negeri dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) dengan suratnya No. S-599/PM/1992 sebanyak 28.941.466 saham.

(4)

Pada tanggal 1 November 2002, Perusahaan memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor dengan mengeluarkan 1.340.473.194 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham kepada kreditur tak terafiliasi tanpa melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sesuai dengan peraturan Bapepam No. IX.D.4, lampiran Keputusan Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) No. Kep-44/PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998.

Pada tanggal 16 Mei 2007, Perusahaan menerima Surat Persetujuan Penerbitan Obligasi No. 021/JAPFA-BPM/LD-CS/V/07 dari Ketua Bapepam-LK sehubungan dengan penerbitan Obligasi Japfa I Tahun 2007 sebesar Rp 500 miliar (Catatan 20).

Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, seluruh saham Perusahaan masing-masing sejumlah 2.071.732.660 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

d. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasikan

Anak perusahaan yang dimiliki oleh Perusahaan baik langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut:

Tahun Operasi 30 September

Domisili Jenis Usaha Komersial 2011 2010

PT Suri Tani Pemuka (STP) Sidoarjo Produksi pakan udang, tambak udang,

kamar pendingin dan penetasan benur udang 1987 100.00% 100.00%

- PT Kraksaan Windu (KW) Probolinggo Tambak udang 1991 100.00% 100.00%

- PT Artha Lautan Mulya (ALM) Situbondo Tambak udang 1992 99,55% 99.55%

- PT Bumiasri Lestari (BL) Situbondo Tambak udang 1989 60.00% 60.00%

PT Multibreeder Adirama

Indonesia Tbk (MBAI) Jakarta Pembibitan ayam 1985 73.39% 73.06%

- PT Multiphala Adiputra (MA) Purwakarta Pembibitan ayam 1995 100.00% 100.00%

- PT Hidon (Hidon) Sukabumi Pembibitan ayam 1975 99.99% 99.99%

PT Ciomas Adisatwa (CA) Jakarta Perdagangan, pembibitan ayam dan

rumah potong ayam 1998 100.00% 100.00%

- PT Japfa Intitrada Jakarta Perdagangan (tidak beroperasi) 1992 99.97% 99.97%

- PT Japfa Indoland Jakarta Real estat 1992 100.00% 100.00%

- PT Tretes Indah Permai (TIP) Tretes Real estat 1995 100.00% 100.00%

- PT Jakamitra Indonesia

(dahulu PT Japfa Sentra Distribusi) Surabaya Real estat 2010 70.00% 100.00%

- PT Indonesia Pelleting (IP) Jakarta Industri pellet 1967 99.00% 99.00%

- PT Japfafood Nusantara (JFN) Jakarta Makanan 1997 100.00% 100.00%

- PT Wabin Jayatama Serang Perkebunan dan peternakan 1988 100.00% 100.00%

- PT Java Citra Indonusa Jakarta Jasa Pelayaran (tidak beroperasi) 1992 100.00% 100.00% - PT So Good Food (d/h PT Supra Sumber Cipta) Jakarta Perdagangan 1996 - 100.00%

- PT Supra Anekaboga (SAB) Bogor Makanan 1997 - 99.00%

- PT Karya Ciptanyata Wisesa (KCW) Semarang Minuman 1997 -

-- PT Septatrada Hardaguna (STH) Bogor Makanan 1997 - 97.50%

- PT Japfafood Sentra Distribusi Jakarta Perdagangan (tidak beroperasi) 1997 -

-- PT Japfa Santori Indonesia (JSI) Tangerang Perdagangan 1997 - 85,01%

- Japfa Comfeed

International Pte., Ltd. (JCIP) Singapura/ Perdagangan, investasi dan perunggasan 1994 - 100.00%

- Japfa Comfeed India Private Ltd. (JCIL) India Perunggasan 1995 -

-- PT Vaksindo Satwa Nusantara (VSN) Jakarta Produksi vaksin 1981 100.00% 65.00%

- Regional Trader Pte., Ltd. Singapura Perdagangan 2008 -

-- Apache Pte., Ltd Singapura/ Jasa transportasi 2010 100.00% 100.00%

- PT Primatama Karya Persada (PKP) Jakarta Peternakan, penetasan dan rumah potong ayam 1998 100.00%

-- PT Adiguna Bintang Lestari (ABL) Jakarta Peternakan ayam 2010 100.00%

-- PT Bhirawa Mitra Sentosa (BMS) Surabaya Jasa angkutan barang 1999 100.00% -PT EMKL Bintang Laut Timur (EMKL) Surabaya Jasa ekspedisi muatan kapal laut 1974 100.00% 100.00%

PT Multiphala Agrinusa (MAG)* Jakarta Produksi pakan ternak 1995 - 100.00%

- PT Indojaya Agrinusa (IAG) Medan Produksi pakan ternak dan pembibitan ayam 1997 50.00% 50.00% PT Santosa Agrindo (SA) Jakarta Perdagangan, pembibitan sapi dan

rumah potong sapi 1991 100.00% 100.00%

- PT Austasia Stockfeed (ASF) Jakarta Perdagangan, pembibitan sapi dan

produksi pakan ternak 1973 100.00% 100.00% PT Bintang Terang Gemilang (BTG)* Serang Produksi pakan ternak 2000 - 100.00% * Lihat Catatan 1b

Anak Perusahaan

Persentase Pemilikan Efektif

Akuisisi Anak Perusahaan

PT Primatama Karya Persada (PKP)

Berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 7 tanggal 1 April 2011 dari Buntario Tigris, S.H., S.E., M.H., notaris di Jakarta, PT Ciomas Adisatwa (CA), anak perusahaan, mengakuisisi 99,98% atau sebanyak 219.950.000 saham PKP dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 349.920 juta. Sedangkan berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 8 tanggal 1 April 2011 dari Buntario Tigris, S.H., S.E., M.H., notaris di Jakarta, PT Multiphala Adiputra (MA), anak perusahaan, mengakuisisi 0,02% atau sebanyak 50.000 saham PKP dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 80 juta. Berdasarkan Akta Jual Beli Saham No.73 tanggal 30 Juni 2011 dari H. Teddy Anwar, SH., SpN., notaris di Jakarta, MA menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PKP kepada

(5)

CA dengan harga jual sama dengan biaya perolehannya. Saldo kas dan setara kas PKP pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 2.885 juta.

Total aset dan kewajiban PKP pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:

Rp '000.000

Aset lancar 404.996

Aset tidak lancar 131.539

Total liabilitas 349.826

PT Adiguna Bintang Lestari (ABL)

Berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 1 tanggal 2 Mei 2011 dari H. Teddy Anwar, SH., SpN., notaris di Jakarta, PT Ciomas Adisatwa (CA), anak perusahaan, mengakuisisi 99,58% atau sebanyak 7.170 saham ABL dari PKP dengan biaya perolehan sebesar Rp 7.671,9 juta. Sedangkan berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 2 tanggal 2 Mei 2011 dari H. Teddy Anwar, SH., SpN., notaris di Jakarta, PT Multiphala Adiputra (MA), anak perusahaan, mengakuisisi 0,42% atau sebanyak 30 saham ABL dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 32,1 juta. Berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 75 tanggal 30 Juni 2011 dari H. Teddy Anwar, SH.,SpN., notaris di Jakarta, MA menjual seluruh kepemilikan sahamnya di ABL kepada CA dengan harga jual sama dengan biaya perolehannya. Saldo kas dan setara kas ABL pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 795 juta. Total aset dan kewajiban ABL pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:

Rp '000.000

Aset lancar 15.846

Aset tidak lancar 4.219

Total liabilitas 12.240

PT Bhirawa Mitra Sentosa (BMS)

Berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 5 dan 6 tanggal 2 Mei 2011 dari H. Teddy Anwar, SH., SpN., notaris di Jakarta, PT Ciomas Adisatwa (CA), anak perusahaan, mengakuisisi 99,87% atau sebanyak 11.980 saham BMS dari PKP dan sebanyak 3.000 saham dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 19.024,6 juta. Sedangkan berdasarkan Akta Jual Beli Saham No. 7 tanggal 2 Mei 2011 dari H. Teddy Anwar, SH., SpN., notaris di Jakarta, PT Multiphala Adiputra (MA), anak perusahaan, mengakuisisi 0,13% atau sebanyak 20 saham BMS dari PKP dengan biaya perolehan sebesar Rp 25,4 juta. Saldo kas dan setara kas BMS pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 408 juta. Total aset dan kewajiban BMS pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:

Rp '000.000

Aset lancar 15.207

Aset tidak lancar 28.200

Total liabilitas 24.683

Berdasarkan laporan No. TC/CF/R-0202/11 tanggal 16 Februari 2011 yang dikeluarkan oleh KJPP Ruky, Sridhar & Rekan, penilai independen, nilai wajar saham PKP dan anak perusahaan adalah sebesar Rp 359.007 juta. Pada tanggal akuisisi tersebut terdapat perbedaan antara nilai wajar yang diakuisisi dan biaya perolehan akuisisi sebesar Rp 70.015 juta yang dicatat sebagai goodwill pada tanggal 30 September 2011.

(6)

Apachee Pte., Ltd. (APC)

Berdasarkan Surat Perjanjian tanggal 11 Juni 2010 dari Goldriver Finance Limited., PT Ciomas Adisatwa (CA), anak perusahan, mengakuisisi 100% atau 1 lembar saham APC dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar US$ 1, telah dibayar secara tunai. Pada saat akuisisi nilai ekuitas APC adalah sebesar US$ 1, tidak terdapat saldo aset dan liabilitas.

PT Bintang Terang Gemilang (BTG)

Pada tanggal 1 Desember 2009, PT Multi Agro Persada Tbk, pemegang saham mayoritas BTG, telah efektif melakukan penggabungan usaha dengan Perusahaan sebagaimana dijelaskan pada Catatan 1b. Sehingga sejak tanggal tersebut, BTG adalah anak perusahaan dari Perusahaan. Total aset dan kewajiban BTG pada saat penggabungan adalah sebagai berikut:

Rp '000.000

As et lancar 357.935

As et tidak lancar 102.734

Total liabilitas 147.396

Penjualan Anak Perusahaan

PT So Good Food (d/h PT Supra Sumber Cipta)

Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Saham tanggal 25 April 2011, Perusahaan bermaksud untuk melakukan divestasi divisi produk konsumennya dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada PT So Good Food (”SGF”), anak perusahaan yang dimiliki 100%, kepada Jupiter Foods Pte Ltd (”Jupiter”) sebesar 99.92% dan Annona Food Pte Ltd (”Annona”) sebesar 0.08% dengan harga jual sebesar US$ 100 juta (ekuivalen Rp 853.000 juta). Jupiter dan Annona merupakan anak perusahaan Malvolia Pte Ltd (”Malvolia”), pemegang saham JCI. Transaksi jual beli ini dilakukan pada tanggal 25 April 2011.

Selisih antara harga jual dengan nilai ekuitas SGF pada saat dijual sebesar Rp 329.864 juta, diakui sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali pada Ekuitas karena transaksi ini merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.

Japfa Comfeed International Pte., Ltd. (JCIP) dan Japfa Comfeed India Ltd. (JCIL)

Berdasarkan Perjanjian Jual Beli tanggal 20 Oktober 2010, PT Ciomas Adisatwa (CA), anak perusahaan, menyetujui untuk menjual 100% sahamnya di Japfa Comfeed International Pte., Ltd. (JCIP) dan 65% sahamnya di Japfa Comfeed India Ltd. (JCIL), kepada Malvolia Pte Ltd, pemegang saham mayoritas Perusahaan, dengan harga jual sebesar US$ 11.750.000 (ekuivalen Rp 105.492 juta). Transaksi jual beli ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2011.

Selisih antara harga jual dengan nilai ekuitas JCIP dan JCIL pada saat dijual sebesar Rp 991 juta, diakui sebagai selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendalian pada Ekuitas karena transaksi ini merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendalian.

PT Jakamitra Indonesia (JMI) (d/h PT Japfa Sentra Distribusi)

Berdasarkan Akta No. 104 tanggal 6 November 2009, dari Buntario Tigris Darmawa Ng, S.H., M.H., notaris di Jakarta, PT So Good Food, anak perusahaan menyetujui untuk menjual 99% sahamnya di JMI dengan harga jual sebesar Rp 123,75 juta kepada PT Japfa Indoland, anak perusahaan. Transaksi jual beli ini dilakukan pada tanggal 6 November 2009.

(7)

PT Karya Ciptanyata Wisesa (KCW)

Berdasarkan perjanjian jual beli saham tanggal 2 Februari 2009, PT So Good Food (d/h PT Supra Sumber Cipta) (SGF), anak perusahaan, menyetujui untuk menjual 99 % sahamnya di KCW dengan harga jual sebesar Rp 10.494 juta kepada pihak ketiga. Transaksi jual beli ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 2009.

Total aset anak perusahaan yang dijual ini pada saat dijual adalah sebesar Rp 11.310 juta. e. Dewan Komisaris, Direktur dan Karyawan

Pada tanggal 30 September 2011, berdasarkan Akta No. 61 tanggal 8 Juni 2011 dari Dr. Irawan Soerodjo,S.H,MSi, notaris di Jakarta, susunan manajemen Perusahaan adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Syamsir Siregar

Wakil Komisaris Utama : Osa Masong

Komisaris Independen : Radityo Hatari

Komisaris : Hariono Soemarsono

Direksi

Direktur Utama : Handojo Santosa

Wakil Direktur Utama : Bambang Budi Hendarto

Direktur : Ignatius Herry Wibowo

Tan Yong Nang

Pada tanggal 31 Desember 2010, berdasarkan Akta No. 16 tanggal 23 November 2010 dari Fransiskus Yanto Widjaja, S.H., notaris di Jakarta, susunan manajemen Perusahaan adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Syamsir Siregar

Wakil Komisaris Utama : Osa Masong

Komisaris Independen : Radityo Hatari

Komisaris : Hariono Soemarsono

Direksi

Direktur Utama : Handojo Santosa

Wakil Direktur Utama : Bambang Budi Hendarto

Direktur : Ignatius Herry Wibowo

Tan Yong Nang

Sebagai perusahaan publik, Perusahaan telah memiliki Komisaris Independen dan Komite Audit yang diwajibkan oleh Bapepam dan LK. Komite Audit Perusahaan terdiri dari dua orang anggota, dimana Radityo Hatari yang menjabat sebagai Komisaris Independen juga menjadi Ketua Komite Audit.

Jumlah karyawan Perusahaan rata-rata (tidak diaudit) masing-masing adalah sebanyak 13.312 karyawan masing-masing pada tanggal 30 September 2011.

Direksi telah menyelesaikan laporan keuangan konsolidasian PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan anak perusahaan pada tanggal 31 Oktober 2011 dan bertanggung jawab atas laporan keuangan konsolidasian tersebut.

(8)

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.7 tentang “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan”, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Surat Edaran No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dalam Industri Manufaktur. Perusahaan dan anak perusahaan telah mematuhi seluruh ketentuan dan persyaratan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

Laporan keuangan konsolidasian Grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2011 disusun sesuai dengan PSAK No. 3 (Revisi 2010), “Laporan Keuangan Interim”.

Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasian ini adalah konsep biaya perolehan (historical

cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana

diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan keuangan konsolidasian ini disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas konsolidasian. Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah mata uang Rupiah (Rp), kecuali untuk JCIP, JCIL, APC dan RGT. Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam jutaan Rupiah.

Pembukuan JCIP diselenggarakan dalam Dolar Singapura, JCIL dalam Rupee India, APC dan RGT dalam Dolar Amerika. Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas anak perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan dijabarkan masing-masing dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut, sedangkan pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata. Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai bagian dari komponen ekuitas lainnya pada akun “Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan”.

Pada tanggal 31 Desember 2010 kurs mata uang Dolar Singapura yang digunakan adalah sebagai berikut:

31 Desember 2010

Akun-akun Neraca 6,981

Akun-akun Laba-rugi 6,676

b. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Efektif 1 Januari 2011

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) berikut:

(1) PSAK 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan”, yang mengatur penyajian laporan keuangan, antara lain, mengenai tujuan, komponen laporan keuangan, penyajian yang wajar, materialitas dan agregat, saling hapus, perbedaan antara aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, informasi komparatif dan konsistensi, dan pengungkapan baru antara lain, estimasi utama dan pertimbangan, manajemen permodalan,

(9)

pendapatan komprehensif lain, penyimpangan dari standar akuntansi, dan pelaporan kepatuhan. Standar ini memperkenalkan laporan laba rugi komprehensif yang menggabungkan semua pendapatan dan beban yang diakui dalam laba rugi secara bersama-sama dengan "pendapatan komprehensif lainnya” dalam satu laporan, atau dalam dua laporan yang berkaitan, yakni laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif secara terpisah. Perusahaan memilih untuk menyajikan dalam bentuk satu laporan dan laporan keuangan periode-periode sebelumnya disajikan sesuai dengan PSAK ini, agar komparatif dengan laporan keuangan 30 September 2011.

(2) PSAK 3 (Revisi 2010), “Laporan Keuangan Interim”, yang mengatur penyajian minimum laporan keuangan interim, serta prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran dalam laporan keuangan lengkap atau laporan keuangan interim.

(3) PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”, yang mensyaratkan informasi yang dilaporkan dalam setiap segmen operasi sesuai dengan informasi yang dilaporkan secara regular kepada pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya. PSAK ini menyempurnakan definisi segmen operasi dan mengharuskan “pendekatan manajemen” dalam menyajikan informasi segmen menggunakan dasar yang sama seperti halnya pelaporan internal. Perusahaan dan anak perusahaan menyajikan informasi segmen tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan PSAK ini, agar komparatif dengan laporan keuangan untuk periode enam bulan yang berakhir 30 September 2011.

(4) PSAK 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”, yang menyempurnakan panduan untuk pengungkapan hubungan pihak-pihak berelasi, transaksi dan saldo termasuk komitmen.

Berikut ini PSAK dan ISAK yang wajib diterapkan untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2011, namun tidak relevan atau tidak memiliki dampak material terhadap laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan:

PSAK

1. PSAK 2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas

2. PSAK 4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 3. PSAK 8 (Revisi 2010), Peristiwa setelah Periode Pelaporan

4. PSAK 12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 5. PSAK 15 (Revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi

6. PSAK 19 (Revisi 2010), Aset Tak Berwujud 7. PSAK 22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis 8. PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan

9. PSAK 25 (Revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan 10. PSAK 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset

11. PSAK 57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi

12. PSAK 58 (Revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

ISAK

1. ISAK 7 (Revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus

2. ISAK 9 (Revisi 2009), Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa

3. ISAK 10 (Revisi 2009), Program Loyalitas Pelanggan

(10)

5. ISAK 12 (Revisi 2009), Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer 6. ISAK 14 (Revisi 2009), Aset Tak Berwujud - Biaya Situs Web

7. ISAK 17 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai

c. Prinsip Konsolidasian dan Akuntansi untuk Penggabungan Usaha Kebijakan Akuntansi Efektif Tanggal 1 Januari 2011

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan mempunyai kepemilikan lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan.

Hasil usaha anak perusahaan yang diakuisisi atau dilepaskan pada tahun berjalan diperhitungkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sejak tanggal efektif akuisisi dan berakhir pada tanggal efektif pelepasan.

Saldo, transaksi, penghasilan, dan beban intra kelompok usaha dieliminasi secara penuh.

Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi dan peristiwa lain dalam keadaan yang serupa.

Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk. Pengakuan awal kepentingan nonpengendali dapat diukur pada nilai wajar atau pada nilai proporsional kepemilikan nonpengendali atas aset bersih anak perusahaan yang diakuisisi. Pengukuran selanjutnya, nilai tercatat kepentingan nonpengendali merupakan pengakuan awal ditambah proporsi kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas anak perusahaan. Seluruh laba rugi komprehensif diatribusikan pada pemilik entitas induk dan pada kepentingan nonpengendali bahkan jika hal ini mengakibatkan kepentingan nonpengendali mempunyai saldo defisit.

Perubahan dalam bagian kepemilikan Perusahaan pada anak perusahaan yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas. Nilai tercatat kepentingan pengendali dan nonpengendali disesuaikan untuk mencerminkan perubahan kepentingan dalam anak perusahaan. Perbedaan antara total penyesuaian kepentingan nonpengendali dan nilai wajar yang dibayar atau diterima diakui langsung pada ekuitas dan diatribusikan pada pemilik entitas induk.

Jika entitas induk kehilangan pengendalian atas anak perusahaan, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui sebagai selisih antara (i) nilai wajar agregat pembayaran yang diterima dan mengakui setiap sisa investasi pada anak perusahaan pada nilai wajarnya pada tanggal hilangnya pengendalian, dan (ii) nilai tercatat aset (termasuk goodwill), dan liabilitas anak perusahaan dan kepentingan nonpengendali. Entitas induk mereklasifikasi ke laporan laba rugi, atau mengalihkan secara langsung ke saldo laba semua total yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain yang terkait dengan anak perusahaan tersebut (sebagai penyesuaian reklasifikasi).

Akuisisi anak perusahaan diperhitungkan dengan menggunakan metode akuisisi. Pembayaran untuk setiap akuisisi diukur pada total agregat nilai wajar (pada tanggal pertukaran) aset, liabilitas yang timbul, dan instrumen ekuitas yang dibayarkan oleh Perusahaan untuk mengakuisisi anak perusahaan. Untuk setiap kombinasi bisnis pihak pengakuisisi mengakui kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi pada nilai wajar atau proporsi kepemilikannya dalam aset bersih anak perusahaan yang diakuisisi. Biaya yang timbul sehubungan dengan akuisisi dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian.

(11)

Selisih lebih nilai agregat dari imbalan yang dialihkan sebesar nilai wajar tanggal akuisisi dan total setiap kepentingan nonpengendali atas anak perusahaan dengan total aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih pada tanggal akuisisi dicatat sebagai goodwill. Jika nilai agregat imbalan yang dialihkan dan total setiap kepentingan nonpengendali atas anak perusahaan lebih kecil dari nilai wajar aset bersih anak perusahaan yang diakuisisi, maka selisihnya dicatat pada laporan laba rugi konsolidasian.

Goodwill negatif yang diakui sebelum 1 Januari 2011 dihentikan pengakuannya dengan melakukan penyesuaian terhadap saldo laba awal periode tahun buku yang dimulai pada 1 Januari 2011.

Perusahaan menyusun laporan keuangan tersendiri sebagai informasi tambahan, maka Perusahaan mencatat investasi pada entitas anak pada biaya perolehan. Akumulasi bagian laba bersih dari ekuitas anak perusahaan yang diakui pada tanggal sebelum 1 Januari 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 957.408 juta dan Rp 987.808 juta, disesuaikan ke saldo laba per 1 Januari 2011 dan 2010.

Kebijakan Akuntansi Sebelum 1 Januari 2011

Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat liabilitas yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi liabilitasnya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.

Sesuai dengan PSAK 22, Akuntansi Penggabungan Usaha, dalam menerapkan metode pembelian, jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian pengakuisisi atas nilai wajar aset bersih anak perusahaan yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi, maka nilai wajar aset nonmoneter yang diperoleh harus diturunkan secara proporsional sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama 20 (dua puluh) tahun.

d. Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

Akuisisi atau pelepasan anak perusahaan dari atau kepada entitas yang merupakan entitas sepengendali yang merupakan reorganisasi perusahaan-perusahaan di bawah pengendali yang sama (pooling of interest) dipertanggungjawabkan sesuai dengan PSAK 38 (Revisi 2004) Akuntansi Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Transfer aset, liabilitas, saham dan instrumen kepemilikan lainnya di antara entitas sepengendali tidak menghasilkan laba atau rugi bagi Perusahaan dan anak perusahaan atau bagi perusahaan individu berada di bawah grup yang sama. Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak menimbulkan perubahan substansi ekonomi atas kepemilikan aset, liabilitas, saham, dan instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset dan liabilitas yang ditransfer dicatat pada nilai bukunya.

Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi entitas sepengendali dibukukan pada akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” sebagai bagian “Komponen ekuitas lainnya” pada bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.

Saldo selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali dibukukan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai laba atau rugi yang direalisasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset,

(12)

liabilitas, saham, atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo baru atas akun ini.

Dalam penerapan metode penyatuan kepemilikan, komponen laporan keuangan pada periode terjadinya transaksi restrukturisasi dan periode perbandingan yang disajikan, untuk tujuan komparatif, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah restrukturisasi tersebut telah terjadi sejak permulaan periode paling awal yang disajikan.

e. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan, kecuali JCIP, JCIL, RGT dan APC, diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal laporan posisi keuangan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian tahun yang bersangkutan.

Keuntungan atau kerugian selisih kurs atas aset dan liabilitas moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal tahun yang disesuaikan dengan bunga efektif dan pembayaran selama tahun berjalan, dengan biaya perolehan diamortisasi dalam mata uang asing yang dijabarkan kedalam Rupiah menggunakan kurs yang berlaku pada akhir tahun. Pada tanggal laporan posisi keuangan kurs mata uang asing yang digunakan adalah sebagai berikut: 30 September 2011 30 September 2011 30 Desember 2010

Dolar Amerika Serikat 8.597 8.597 8.991

Dolar Singapura 6.985 6.985 6.981

Dolar Australia 9.219 9.219 9.143

Euro 12.462 12.462 11.956

f. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi Kebijakan Akuntansi Efektif 1 Januari 2011

Pihak-pihak berelasi adalah orang atau perusahaan yang terkait dengan Perusahaan:

1) Perorangan atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan Perusahaan jika orang tersebut:

a) memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas Perusahaan b) memiliki pengaruh signifikan atas Perusahaan, atau

c) personil manajemen kunci Perusahaan atau entitas induk Perusahaan

2) Suatu perusahaan berelasi dengan Perusahaan jika memenuhi salah satu hal berikut:

a) perusahaan tersebut dan Perusahaan adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (induk perusahaan, anak perusahaan dan anak perusahaan berikutnya terkait dengan perusahaan tersebut),

(13)

c) perusahaan tersebut dan Perusahaan adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama,

d) perusahaan adalah ventura bersama dari pihak ketiga dan Perusahaan adalah asosiasi pihak ketiga tersebut,

e) perusahaan tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja Perusahaan atau perusahaan lain yang terkait dengan Perusahaan. Jika Perusahaan adalah perusahaan yang menyelenggarakan program tersebut, maka perusahaan sponsor juga berelasi dengan Perusahaan,

f) perusahaan yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh perorangan yang diidentifikasi dalam 1) di atas,

g) perorangan yang diidentifikasi dalam 1) a) di atas memiliki pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut atau personil manajemen kunci perusahaan tersebut (atau induk perusahaan dari perusahaan tersebut).

Kebijakan Akuntansi Sebelum 1 Januari 2011

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:

1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding

companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries);

2. Perusahaan asosiasi;

3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang diharapkan dapat mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);

4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasian.

g. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan liabilitas kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

(14)

Estimasi dan asumsi yang digunakan tersebut ditelaah kembali secara terus-menerus. Revisi atas estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.

Informasi mengenai ketidakpastian yang melekat pada estimasi dan pertimbangan yang mendasari dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak signifikan terhadap jumlah-jumlah laporan keuangan yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasian, dijelaskan pada Catatan 3 atas laporan keuangan konsolidasian.

h. Kas dan Setara Kas

Kas terdiri dari kas dan bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.

i. Deposito Berjangka dan Rekening Koran Bank yang Dibatasi Penggunaannya

Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan, atau dibatasi penggunaannya, dan deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatannya serta rekening Bank yang dijaminkan atau dibatasi penggunaannya, disajikan sebagai investasi. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal. j. Instrumen Keuangan

Kebija kan Akuntansi Efektif Tanggal 1 Januari 2010

Perusahaan dan anak perusahaan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan konsolidasian, jika dan hanya jika, Perusahaan dan anak perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pembelian atau penjualan yang lazim atas instrumen keuangan diakui pada tanggal penyelesaian.

Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi.

Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan dan anak perusahaan

(15)

mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, utang yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas lain-lain; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.

Penentuan Nilai Wajar

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing

models), dan model penilaian lainnya. Dalam hal nilai wajar tidak dapat ditentukan dengan andal

menggunakan teknik penilaian, maka investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga dinyatakan pada biaya perolehan setelah dikurangi penurunan nilai.

Laba/Rugi Hari ke-1

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan dan anak perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi konsolidasian, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai.

(16)

Aset Keuangan

(1) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Derivatif juga diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif.

Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau

b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, liabilitas keuangan, atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau

c. Instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada laporan posisi keuangan konsolidasian pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan.

Pada tanggal 30 September 2011, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam kategori ini sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, kategori ini meliputi investasi Perusahaan dan anak perusahaan pada surat berharga seperti yang diungkapkan di Catatan 6 pada laporan keuangan konsolidasian.

(2) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual.

Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, dikurangi penyisihan penurunan nilai Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasian. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. Pinjaman yang diberikan dan piutang disajikan sebagai aset lancar jika akan

(17)

jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, jika tidak, maka disajikan sebagai aset tidak lancar.

Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, kategori ini meliputi kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lain-lain dan rekening bank yang dibatasi penggunaannya yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.

(3) Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perusahaan dan anak perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan atau anak perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.

Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, setelah dikurangi penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasian. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode bunga efektif.

Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam kategori ini.

(4) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi ekonomi. Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari surat berharga utang tersedia untuk dijual serta dampak penjabaran mata uang asing (untuk surat berharga utang dalam mata uang asing) diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian pendapatan komprehensif lain dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Aset keuangan tersedia untuk dijual disajikan sebagai aset lancar jika akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, jika tidak, maka disajikan sebagai aset tidak lancar.

Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. Jika Perusahaan dan anak perusahaan memiliki lebih dari satu jenis surat berharga yang sama, maka diterapkan dasar masuk pertama keluar pertama (first-in, first out basis). Bunga yang diperoleh dari aset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian.

(18)

Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam kategori ini.

Liabilitas Keuangan

(1) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila liabilitas tersebut merupakan hasil dari aktivitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan dan anak perusahaan memilih untuk menetapkan liabilitas keuangan tersebut dalam kategori ini.

Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian.

Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki liabilitas keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

(2) Liabilitas Keuangan Lain-lain

Kategori ini merupakan liabilitas keuangan yang tidak dimiliki untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi konsolidasian.

Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan lain-lain, jika subtansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika liabilitas tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan.

Liabilitas keuangan lain-lain pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) berdasarkan suku bunga bunga efektif atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Liabilitas keuangan lain-lain disajikan sebagai liabilitas lancar jika akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, jika tidak, maka disajikan sebagai liabilitas tidak lancar.

Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, kategori ini meliputi pinjaman bank, utang usaha, utang lain-lain, biaya masih harus dibayar, utang obligasi, utang pembelian aset tetap, pinjaman jangka panjang dan liabilitas sewa pembiayaan yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.

Instrumen Keuangan Derivatif

Derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan dicatat sebagai derivatif jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:

a. Karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat dengan karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utama.

b. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi definisi sebagai derivatif;

(19)

c. Instrumen campuran atau instrumen yang digabungkan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Derivatif yang berdiri sendiri dan derivatif melekat yang dipisahkan diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kecuali derivatif tersebut ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif. Pada pengakuan awal, instrumen derivatif diukur pada nilai wajar pada tanggal transaksi derivatif terjadi atau dipisahkan, dan selanjutnya diukur pada nilai wajar.

Derivatif disajikan sebagai aset apabila nilai wajarnya positif, dan disajikan sebagai liabilitas apabila nilai wajarnya negatif. Laba atau rugi dari perubahan nilai wajar derivatif langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian.

Manajemen menelaah apakah derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya pada saat pertama kali Perusahaan menjadi salah satu pihak dari kontrak tersebut. Penelaahan kembali dilakukan apabila terdapat perubahan syarat-syarat kontrak yang mengakibatkan modifikasi arus kas secara signifikan.

Saling Hapus Instrumen Keuangan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, Perusahaan dan anak perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

Penurunan Nilai Aset Keuangan

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, manajemen Perusahaan dan anak perusahaan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai.

(1) Aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi

Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori utang yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun penyisihan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi konsolidasian.

(20)

Jika, pada tahun berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan penyesuaian atas penyisihan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian, dengan ketentuan nilai tercatat aset setelah pemulihan penurunan nilai tidak melampaui biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan tersebut.

(2) Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa.

(3) Aset keuangan tersedia untuk dijual

Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian, dikeluarkan dari pendapatan komprehensif lain dan dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi konsolidasian tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di pendapatan komprehensif lain.

Dalam hal instrumen utang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasian. Jika, pada tahun berikutnya, nilai wajar instrumen utang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi konsolidasian.

Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan

(1) Aset Keuangan

Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:

a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;

b.

Perusahaan dan anak perusahaan tetap memiliki hak untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut, namun juga menanggung liabilitas kontraktual untuk membayar kepada pihak ketiga atas arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa adanya penundaan yang signifikan berdasarkan suatu kesepakatan; atau

c. Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak

(21)

memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.

Ketika Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan dan/atau anak perusahaan.

(2) Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi utang yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan liabilitas keuangan awal. Pengakuan timbulnya liabilitas keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian.

Dampak transisi PSAK 50 (Revisi 2006), PSAK 55 (Revisi 2006) dan PPSAK 3 terhadap laporan posisi keuangan konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 1 Januari 2010 dijelaskan pada tabel berikut:

Sebagaimana Setelah

dilaporkan Penyesuaian disesuaikan 1 Januari 2010 Transisi 1 Januari 2010

Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Ase t Ase t Lancar

Piutang usaha kepada pihak ketiga 756.051 40.923 796.974

Ase t Tidak Lancar

Aset pajak tangguhan 79.198 (9.284) 69.914

Total Aset 835.249 31.639 866.888

Penyesuaian transisi di atas berasal dari dampak penilaian kembali kerugian penurunan nilai aset keuangan, pendiskontoan aset keuangan tanpa bunga menggunakan suku bunga pasar dan efek pajak penghasilan.

Selanjutnya, Perusahaan telah menerapkan penyesuaian transisi dari PPSAK 3 “Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang-Piutang bermasalah”, yang mengatur standar akutansi keuangan dan pelaporan restrukturisasi utang-piutang bermasalah, baik bagi debitor maupun kreditor. Sehubungan dengan penerapan ini, anak perusahaan telah menghitung kembali nilai kini dari arus kas masa depan dan utang terkait dengan menggunakan tingkat bunga inkremental pada tanggal efektif pernyataan ini. Selisih antara nilai kini yang dihitung kembali dengan nilai tercatat sebesar Rp 4.092 juta, disesuaikan ke saldo laba per 1 Januari 2010.

Gambar

Tabel  berikut   adalah  nilai   tercatat,  berdasarkan   jatuh temponya,  atas aset  dan liabilitas   keuangan  konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 30 September 2011 yang terkait risiko   suku bunga:
taba  yang  dapd  daatrlbusikan kepada:

Referensi

Dokumen terkait

Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba

Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrument keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan

Instrumen keuangan diakui pada awalnya sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung saat perolehan atau menerbitkan instrumen

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan