• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peran Istri

Kata peran diambil dari istilah teater dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelompok-kelompok masyarakat. Peran adalah bagian yang dimainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan (Wolfman, 1989).

Adapun deksripsi mengenai peranan menurut Subandiroso (1987) adalah tingkah laku yang diharapkan diperbuat seseorang sesuai dengan status yang tergantung pada kedudukan yang dimilikinya. Peranan erat kaitannya dengan pelaksanaan fungsi dan penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat sesuai dengan kedudukannya.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2002).

Kaum wanita memiliki peranan yang berupa peran wanita sebagai ibu, sebagai istri, sebagai individu wanita, dan sebagai anggota masyarakat. Setiap unsur peran yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya

(2)

sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai individu. Meskipun demikian masing-masing unsur tersebut tidak boleh saling bertentangan (Sujarwa, 2001).

Peran wanita setelah perkawinan adalah melahirkan, dimana peran ini dinamakan peran reproduktif. Peran ini memang tidak bisa diganti oleh laki-laki karena memang sifatnya kodrati, dan tidak bisa dihindari. Disamping melahirkan, wanita secara tradisional harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, menjaga rumah, mengasuh anak, dan mempersiapkan keperluan keluarga sehari-hari (Handayani, 2008).

Menurut Suwondo (1981), ada lima tugas utama wanita yang disebut panca tugas wanita. Kelima panca tugas wanita itu adalah:

1. Sebagai istri supaya dapat mendampingi suami, sebagai kekasih dan sahabat bersama-sama membina keluarga yang bahagia

2. Sebagai ibu pendidik dan pembina generasi muda supaya anak-anak dibekali kekuatan rohani dan jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa

3. Sebagai ibu pengatur rumah tangga supaya rumah merupakan tempat aman dan teratur bagi seluruh anggota keluarga

4. Sebagai tenaga kerja dan dalam profesi, bekerja di pemerintahan, perusahaan swasta, dunia politik, berwiraswasta, dan sebagainya untuk menambah penghasilan keluarga

(3)

5. Sebagai anggota organisasi masyarakat terutama organisasi wanita, badan-badan sosial, dan sebagainya untuk menyumbangkan tenaga kepada masyarakat.

Ibu memiliki areal pekerja domestik yang dapat diartikan oleh sebagian masyarakat yang menyatakan secara sinis bahwa seorang ibu hanya sekedar wanita yang memiliki tiga fungsi yaitu memasak, melahirkan anak, berhias, atau hanya memiliki tugas dapur, sumur, dan kasur (Notopuro, 1983).

Menurut Sukri (2001) dalam budaya Jawa peran dan kedudukan wanita adalah sebagai istri, pendamping suami dan sebagai ibu rumah tangga yang melahirkan, menjaga, dan memelihara anak. Dalam Serat Candrarini dilukiskan wanita harus bisa macak, manak, dan masak.

1. Macak

Yang berarti seorang perempuan harus bisa merias diri, berdandan, ataupun berbusana yang sebaik-baiknya agar senantiasa tampak cantik, menarik dan mempesona. Hal ini merupakan kewajiban pokok yang harus dijaga sebagai bentuk perwujudan bekti dalam melayani suami. Dengan demikian, jika perempuan selalu tampak menarik, ia akan membuat suami betah tinggal dirumah.

2. Manak

Pengertian tersebut tidak hanya sekedar mengandung, melahirkan, dan menyusui saja tetapi juga menjaga, memelihara, dan mendidik anak. Kemampuan berhias diri tampaknya bermuara kepada perempuan yang kedua ini karena dengan menjaga kecantikannya seorang perempuan akan memiliki daya tarik bagi suami.

(4)

3. Masak

Mengurusi dapur, karena mengurusi dapur perempuan sering disebut dengan istilah kanca wingking. Namun, kepandaian memasak tidak hanya mengolah dan menyediakan makan dan minum, tetapi juga mengatur anggaran belanja dengan sebaik-baiknya. Sebagai wujud dari sikap bekti terhadap suami, dalam urusan masak-memasak dan segala sesuatu yang berhubungan makan dan minum, istri juga harus memperhatikan selera dan kesenangan suami

Menurut Kartodirdjo (1984), dalam lingkungan keluarga di suku Jawa, pria berperan sebagai kepala keluarga, mempunyai kekuasaan sebagai pemberi keputusan, menjadi pencari nafkah, menentukan status keluarga, dan memimpin kerabat. Sedangkan, peranan wanita terbatas sebagai ibu terutama pendidikan anak-anak dan pengaturan rumah tangga, sehingga ada istilah kanca wingking (teman belakang) yang dipakai suami terhadap istri.

2.1.2 Peran Ganda Istri

Wanita yang bekerja dan sudah menikah berarti memiliki peran yang lebih dari satu, yaitu di rumah dan di tempat kerja. Peran wanita yang lebih dari satu sebagai ibu, istri, dan pekerja inilah yang disebut sebagai peran ganda (Gunarsa, 2000).

Menurut Mutawali (1987), peran seorang istri dapat dikembangkan dan dijabarkan sesuai dengan fungsi serta perilakunya sebagai pengelola rumah tangga, sebagai pencari nafkah tambahan, dan sebagai warga masyarakat.

1. Sebagai Pengelola Rumah Tangga

a. Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang, sejuk, dan tentram b. Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

(5)

c. Pandai mengatur dan memanfaatkan waktu secara efisien d. Mengatur kerapian letak perabotan rumah

e. Menyiapkan makanan sesuai dengan selera dan bergizi f. Pandai berhemat, hidup sederhana, dan dapat menabung 2. Sebagai Pencari Nafkah Tambahan

a. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agar dapat memberi penghasilan tambahan untuk keluarga sesuai dengan kemampuannya

b. Mengembangkan potensi berwiraswasta dengan usaha-usaha ekonomi produktif

c. Menggali, mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada 3. Sebagai Warga Masyarakat

a. Sadar akan hak dan kewajibannya dan ikut berperan dalam pembangunan b. Memelihara pergaulan hidup dan menjaga kerukunan bertetangga

c. Melestarikan asas-asas yang baik dan tumbuh dalam masyarakat

Menurut Lita (2014), peran istri menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Peran publik, yaitu segala aktivitas manusia yang biasanya dilakukan diluar rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan. Peran yang dilakukan para perempuan atau ibu rumah tangga karena ingin kondisi kesejahteraan yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, persiapan materi berbagai jaminan masa depan kehidupannya, ketentraman, dan keamanan.

(6)

2. Peran domestik, yaitu aktivitas yang dilakukan di dalam rumah dan biasanya tidak dimaksudkan untuk mendatangkan penghasilan, melainkan untuk melakukan kegiatan kerumahtanggaan.

Pada dasarnya bagi wanita Indonesia, khususnya yang tinggal di daerah tertinggal dan berekonomi miskin peran ganda bukanlah sesuatu yang baru. Bagi wanita golongan ini peran ganda telah ditanamkan oleh para orang tua sejak masih berusia muda, para remaja putri tidak dapat bermain secara bebas seperti layaknya remaja lainnya karena terbebani kewajiban bekerja untuk membantu perekonomian keluarga (Soetrisno, 1997).

Hamid dalam Aryani (1994) menyatakan bahwa pada lapisan ekonomi rumah tangga yang miskin, ada kecenderungan peran wanita sebagai pencari nafkah semikin tinggi. Peran ini bukan untuk meningkatkan karir tetapi semata-mata untuk kelangsungan hidup keluarga. Karena ada kecenderungan jika pendapatan suami meningkat atau besar, maka curahan kerja istri untuk mencari nafkah menurun. Adakalanya dalam rumah tangga keharusan istri bekerja di luar rumah terhalang oleh tugas-tugas rumah tangga seperti mengasuh anak dan lain sebagainya.

Istri mengambil peran publik sebagai bagian dari tanggung jawab menjaga kelangsungan hidup rumah tangganya. Pengaturan aktivitas domestik dan publik secara serasi telah memberikan kontribusi pada istri untuk memainkan peran yang optimal dalam kedudukannya sebagai seorang istri, ibu anak-anak, dan tiang ekonomi rumah tangga (Kusnadi, 2006).

(7)

Jika dilihat berdasarkan budaya suku melayu, wanita suku melayu yang bekerja saat ini, tidak terlalu dipermasalahkan karena perkembangan zaman serta kondisi perekonomian yang menuntut, tetapi hal mendasar yang harus dimiliki wanita melayu adalah mereka tetap tidak dapat melupakan kodratnya sebagai wanita dan tetap menghormati pria sebagai pemimpin serta tidak melupakan tugas-tugasnya sebagai seorang wanita dan ibu rumah tangga (Yusuf,2006).

Bagi masyarakat melayu pekerjaan dapat mengangkat status sosial seseorang. Seseorang yang memiliki pekerjaan akan di hormati oleh masyrakatnya, dan di jadikan tauladan. Sebaliknya, apabila orang yang malas bekerja, atau bekerja asal jadi, tentu akan dilecehkan. Orang yang bekerja dengan keahliannya, bekerja dengan cermat dan pengetahuan yang memadai, maka akan mendapatkan kedudukan yang terhormat dalam masyarakat Melayu (Anonimous, 2011)

2.1.3 Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang yang berbeda (Winardi, 1975).

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain, dimana kondisi seseorang dapat diukur

(8)

dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson, 1995).

Pendapatan keluarga berasal dari tiga sumber yaitu berasal dari suami, istri dan sumber lainnya. Menurut Mardiana (2004) pendapatan keluarga dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan istri, pendapatan suami dan pendapatan anggota keluarga lainnya.

Pendapatan keluarga dapat juga diartikan sebagai jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan riil berupa barang Secara konkritnya pendapatan keluarga berasal dari :

1. Usaha itu sendiri misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai wiraswastawan

2. Bekerja pada orang lain misalnya sebagai pegawai negeri atau karyawan 3. Hasil dari pemilihan misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain. Pendapatan

bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa beras, fasilitas perumahan dan lain-lain (Gilarso, 2008).

Pendapatan juga erat kaitannya dengan konsumsi dan tabungan. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1986), tabungan merupakan sebagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan dikurangi dengan

(9)

konsumsi. Penelitian empirik menunjukkan bahwa orang kaya menabung lebih banyak daripada orang miskin. Pengertian lebih banyak di sini bukan hanya dalam jumlah nominal, tetapi juga dalam bentuk persentase dari seluruh pendapatannya. Orang yang sangat miskin sangat jelas tidak akan mampu menabung sama sekali dan mungkin akan membelanjakan uang yang lebih banyak daripada pendapatannya. Untuk menutupi seluruh kebutuhan hidupnya mereka akan menggunakan tabungan yang sudah ada sebelumnya atau mengutang.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Motivasi

Motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat, karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong seseorang untuk bekerja (Winardi, 2011).

Maslow dalam Siagian, (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok yang ditunjukan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks, yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Adapun gambaran hirarki kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut :

(10)

1. Physiology Needs (kebutuhan fisik dan biologis)

Merupakan kebutuhan yang paling utama yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup seperti makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari penyakit. Selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka manusia tidak akan tenang dan dia akan berusaha untuk memenuhinya.

2. Safety and Security Needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan)

Merupakan kebutuhan akan kebebasan dari ancaman jiwa dan harta, baik di lingkungan tempat tinggal mapun tempat kerja. Kebutuhan ini merupakan tangga kedua dalam susunan kebutuhan.

3. Affiliation or Acceptance Needs (kebutuhan sosial)

Merupakan kebutuhan akan perasaan untuk diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja, kebutuhan akan dihormati, kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal, dan kebutuhan akan ikut serta. 4. Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan)

Merupakan kebutuhan akan penghargaan diri atau penghargaan prestise dari orang lain.

5. Self Actualization Needs (kebutuhan aktualisasi diri)

Merupakan realisasi lengkap potensi seorang secara penuh. Untuk pemenuhan kebutuhan ini biasanya seorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi atas kesadaran dan keinginan diri sendiri.

2.2.2 Motivasi Berperan Ganda

Ada beberapa faktor yang mendorong wanita untuk bekerja, antara lain adanya kemauan wanita untuk mandiri dibidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan orang lain yang menjadi

(11)

tanggungannya dengan penghasilannya sendiri, adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan keluarga disamping penghasilan suami, dan untuk meningkatkan penghasilan keluarga (Sajogyo, 1985).

Menurut Mardikanto (1990) alasan mengapa wanita mengalokasikan waktunya untuk bekerja, yaitu :

1. Untuk menambah pendapatan keluarga (family income), terutama jika pendapatan suami atau keluarga relatif kecil.

2. Memiliki berbagai keunggulan (pendidikan, keterampulan, model relasi, dan lain-lain), sehingga merasa lebih efisien untuk meniti karir dibanding jika hanya melakukan pekerjaan rumah tangga.

3. Untuk menunjukkan eksistensinya sebagai manusia (aktualisasi diri) bahwa perempuan mampu berprestasi

4. Untuk memperoleh status atau kekuasaan lebih besar di dalam kehidupan rumah tangganya.

Adapun menurut Juliana (2009) motif yang melandasi tingginya tingkat keterlibatan wanita dalam bekerja di antaranya adalah:

1. Kebutuhan finansial/ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga seringkali memaksa perempuan untuk ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Seringkali kebutuhan pokok rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang istri tidak mempunyai pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah.

(12)

2. Kebutuhan sosial

Perempuan memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial relasional yang tinggi. Tempat kerja mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan rekan-rekan di kantor menjadi agenda yang lebih menyenangkan dari pada tinggal di rumah.

3. Kebutuhan aktualisasi diri

Bekerja adalah salah jalan yang dapat digunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya, berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan diri, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu, menghasilkan sesuatu serta mendapatkan penghargaan, penerimaan, prestasi adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian pemenuhan diri melalui profesi atau pun karir. Bekerja merupakan suatu pilihan yang banyak diambil oleh para perempuan di zaman sekarang terutama dengan makin terbukanya kesempatan yang sama pada perempuan untuk meraih jenjang karir yang tinggi.

Perempuan sebagai individu yang bebas juga memiliki harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, dan potensinya sendiri. Menurut pandangan psikologis humanistik, yang menenkankan nilai positif manusia, perempuan juga membutuhkan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin demi pengembangan dirinya, yaitu sesuatu yang pada akhirnya juga membawa dampak positif pada pengembangan umat manusia secara umum (Poewandari, 1995).

(13)

2.2.3 Penggunaan waktu

Penggunaan waktu bekerja wanita dapat dibagi dalam dua pola yaitu pekerjaan rumah tangga dan pola pencari nafkah. Dari hasil penelitian di dua desa di Jawa Barat dan dua desa di Jawa Tengah disimpulkan bahwa jumlah jam kerja rata-rata yang dipergunakan wanita untuk mencari nafkah lebih kecil dibandingkan dengan jam kerja pria untuk melakukan kegiatan yang sama. Tingkat penghasilan keluarga mempengaruhi pengaturan waktu wanita. Pekerja wanita dari rumah tangga berpenghasilan rendah cenderung untuk menggunakan lebih banyak waktunya untuk aktivitas produktif dibandingkan wanita dari rumah tangga yang berpenghasilan tinggi (Jume’edi, 2005).

Keterlibatan wanita dalam pencarian nafkah menyebabkan waktu yang dicurahkan dalam kegiatan rumah tangga berkurang dan diperlukan adanya pembagian kerja di antara seluruh anggota keluarga. Waktu yang dicurahkan seorang wanita dalam kegiatan pencarian nafkah mendapatkan imbalan berupa pendapatan sehingga seorang wanita dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga (Eliana, 2012).

2.3 Penelitian Terdahulu

Noor Aspasia (2013) dalam penelitiannya tentang “Peran Ganda, Curahan Waktu Kerja, Dan Kontribusi Ekonomi Istri Pada Keluarga Petani” menunjukkan bahwa peran pada sektor domestik yang melingkupi kegiatan mengenai pengelolaan rumah tangga, pengasuhan, dan sebagainya didominasi oleh istri. Peran pada sektor publik yang melingkupi kegiatan luar rumah seperti bekerja diladang dilakukan bersama antara suami dan istri. Dalam memprioritaskan antara

(14)

pekerjaan dan keluarga istri lebih memilih keluarga dibanding pekerjaan sehingga contoh belum mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Rata-rata waktu kerja yang dialokasikan istri selama 6 jam 6 menit. Rata-rata kontribusi ekonomi istri sudah cukup menambah pendapatan keluarga dengan persentase sebesar 33,54%

Erna Puspita Nursanti (2007) dalam penelitianya tentang “Peran Istri Nelayan Terhadap Pendapatan Rumah tangga Nelayan Di Kelurahan Karangsari Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban” didapatkan bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh istri nelayan yang bekerja pada sektor informal di Kelurahan Karangsari bervariasi yakni berkisar antara kurang dari satu juta rupiah sampai dengan seratus ribu rupiah. Perbedaan pendapatan yang begitu tinggi ini disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan. Sumbangan pendapatan istri nelayan terhadap pendapatan rumah tangga/keluarga diwujudkan dalam bentuk uang. Sumbangan istri nelayan terhadap pendapatan keluarga dikatakan besar yaitu sebesar 39,57% sehingga sumbangan tersebut sangat berarti bagi kemapanan perekonomian keluarga.

Roma Y.F. Hutapea (2012) dalam penelitiannya mengenai “Peranan Wanita Nelayan (Istri Nelayan) Jaring Insang Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Desa Bejaen, Perairan Rawa Pening Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang“ didapatkan bahwa pendapatan wanita yang bekerja di berbagai sektor usaha memiliki penghasilan rata-rata Rp 634.000 perbulan dengan kontribusi terhadap pendapatan keluarga sebesar 37,11%. Pendapatan wanita nelayan terbesar perbulan Rp 2.000.000 dengan kontribusi sebesar 75,48% terhadap

(15)

pendapatan keluarga dan pendapatan terendah Rp 300.000 dengan kontribusi sebesar 26% tehadap pendapatan keluarga.

Ummi L. Y. (2015) dalam penelitiannya mengenai “Partisipasi Istri Nelayan Pandega Sebagai Pengupas Ranjungan Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Di Kelurahan Pacar Kecamatan Rebang Kabupaten Rembang” didapatkan kontribusi pendapatan informan terhadap pendapatan keluarga masih relatif kecil yaitu 29,82% dari total pendapatan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan istri nelayan berpengaruh kecil terhadap pendapatan keluarga. Meskipun pendapatan keluarga mengalami peningkatan tetapi peran aktif istri nelayan dalam kegiatan produktif belum mampu mensejahterakan keluarganya. Pekerjaan para istri nelayan masih bersifat tradisional belum bisa berkembang yang masih berupa pengupas rajungan biasa tanpa diolah lebih lanjut.

Lita Saragih (2014) dalam penelitiannya tentang “Peran Perempuan di Sektor Domestik dan Sektor Publik (Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara III Medan)” didapatkan bahwa motivasi dan tujuan yang mendorong wanita untuk bekerja adalah faktor ekonomi. Wanita pekerja di PTPN III umumnya sudah bekerja sebelum mereka menikah. Kemudian setelah mereka menikah ditambah dengan keadaan suami yang berpenghasilan rendah sehingga tidak mampu menanggulangi kehidupan keluarga. Ada juga sebagian suami yang berpenghasilan cukup namun terdapat motivasi-motivasi lain yang membuat wanita berkiprah di sektor publik. Motivasi lainnya seperti pendidikan wanita yang cenderung sudah tinggi sehingga membuat wanita ingin mengaplikasikan pendidikan tersebut dalam hal bekerja.

(16)

2.4. Kerangka Pemikiran

Pada keluarga nelayan dengan jumlah pendapatan yang tergolong rendah dan tidak tetap, istri akan cenderung untuk ikut bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Istri yang bekerja akan menjalani suatu peran ganda yaitu peran domestik (mengurus rumah tangga) dan peran publik (bekerja). Peran ganda yang dijalani istri nelayan mengharuskan istri nelayan untuk membagi waktunya antara mengurus rumah tangga dan bekerja.

Istri nelayan yang memilih untuk berperan ganda akan menghasilkan pendapatan dari penggunaan waktu yang diberikannya untuk bekerja. Besarnya pendapatan istri nelayan dihitung sebagai kontribusi pendapatan keluarga.

Selain itu dalam melakukan peran ganda ini istri nelayan termotivasi oleh fakotr-faktor tertentu. Adapun fakotr-faktor motivasi istri nelayan untuk berperan ganda diantaranya adalah kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial dan kebutuhan aktualisasi diri. Faktor-faktor motivasi istri nelayan untuk berperan ganda ini akan dilihat pengaruhnya terhadap pendapatan istri nelayan.

(17)

Keterangan : Menyatakan Hubungan Menyatakan Pengaruh

Gabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Peran Ganda Istri Nelayan

PenggunaanWaktu Mengurus RT Penggunaan Waktu Bekerja / Berusaha Pendapatan istri nelayan Pendapatan Anggota Keluarga

Faktor Yang Memotivasi Berperan Ganda : 1. Kebutuhan Ekonomi 2. Kebutuhan Sosial 3. Kebutuhan Aktualisasi Diri Pendapatan Keluarga

(18)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka disusun hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut:

1. Penggunaan waktu istri nelayan lebih dominan digunakan untuk mengurus rumah tangga dibandingkan untuk bekerja/berusaha.

2. Pendapatan istri nelayan dari hasil bekerja/berusaha berkontribusi kecil terhadap pendapatan keluarga.

3. Faktor motivasi berperan ganda berpengaruh nyata terhadap pendapatan istri nelayan.

Referensi

Dokumen terkait

Karena temuan yang disini hanya tiga dalam tiga jenis yang berbeda pula, maka tidak ada yang lebih dominan. Bentuk tedong-tedong yang ada disini berbeda dengan yang lain,

Pengembangan buku karakter anak berbasis CTL ini pada tahap uji validasi ahli materi dan bahasa, ahli desain, dan hasil uji kemenarikan oleh siswa dan

Hasil penelitian menunjukan pengomposan eceng gondok dan jerami padi dengan penambahan biodekomposer mempunyai lama waktu 32 hari dengan C/N rasio 2,67, warna kehitaman,

Oleh karena itu, dengan adanya faktor penghambat yang beraneka ragam di Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah, hal yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu menjaga

Disarankan bahwa dua alternatif secara teknis dapat di terima, yang pertama adalah bangunan dengan rangka atap beton bertulang yang mempunyai biaya permulaan Rp 160 juta,

sejak 2005 dan diangkat kembali sebagai Wakil Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen pada RUPS Tahunan tanggal 7 Mei 2014..

– Dengan memperhitungkan faktor tidak dapat diprediksi serta pelepasan energi dingin melalui dinding pipa, bak pendinginan, serta mengatasi panas yang dikeluarkan oleh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Earnings Per Share, dan Price Earnings Ratio terhadap harga saham baik.. secara parsial