• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan rujukan dan dalam ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya upaya pencegahan penyakit mulai dari diagnosa dini dan pengobatan tepat, perawatan intensif dan rehabilitatif orang sakit sampai ke tingkat penyembuhan optimal. Sebaliknya, karena kegiatannya, rumah sakit dapat menjadi medium pemaparan/penularan bagi para pasien, petugas maupun pengunjung oleh agen (komponen penyebab) penyakit yang terdapat di dalam lingkup rumah sakit.2

2. Fungsi Rumah Sakit

Fungsi Rumah Sakit menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah :3

a. Sebagai lembaga pelayanan medis kepada masyarakat, yaitu memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan kepada masyarakat baik dalam bentuk berobat jalan maupun rawat inap Rumah Sakit.

b. Sebagai lembaga penelitian ilmu kedokteran, terutama melakukan penelitian bidang ilmu kedokteran yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan medis kepada masyarakat maupun pengembangan pendidikan kedokteran.

c. Sebagai lembaga pendidikan, Rumah Sakit memberikan dan menyediakan tempat dan fasilitas untuk pendidikan baik tenaga medis maupun personalia Rumah Sakit.

d. Sebagai Rumah Sakit rujukan regional, yaitu sebagai rumah sakit yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi, menerima dan mengobati pasien yang dikirim oleh rumah sakit lain / puskesmas di dalam wilayah regional.

(2)

3. Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengendalian berbagai lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial psikologi di rumah sakit yang menimbulkan dampak buruk pada kesehatan jasmani rohani dan kesejahteraan petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.4

Masalah kesehatan lingkungan rumah sakit adalah sebagai berikut:3

1. Rumah sakit sebagai sumber penularan penyakit potensial penghuni rumah sakit baik itu penderita, pengunjung, anggota keluarga, dokter dan lain-lain akan menambah jumlah hunian sebuah rumah sakit. Semakin banyak kapasitas tempat tidur atau jenis layanan, semakin banyak pula jumlah hunian 2. Limbah padat dan limbah cair

Limbah merupakan bahan atau benda "tidak berguna" yang merupakan hasil sisa kegiatan manusia.

3. Masalah kesehatan lainnya

Masalah-masalah lain yang dipelajari dalam kesehatan lingkungan rumah sakit adalah masalah sifat dan perilaku berbagai komponen biologi (binatang) yang dapat memindahkan atau menularkan penyakit.2

B. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian

Infeksi nosokomial atau nosokomial infection adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat selama berada di rumah sakit.8

2. Terjadinya infeksi nosokomial

Infeksi nosokomial terjadi karena hasil interaksi antara agent (penyebab) yaitu kuman, host (tuan rumah) berupa manusia dan environment (lingkungan) disertai mata rantai penularan (mode of transmission).9

Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:9 a. Kuman (jenis, virulensi, jumlah, lama kontak)

(3)

b. Sumber infeksi

c. Perantara/pembawa kuman yang aktif menularkan d. Tempat masuk kuman pada hospes baru

e. Daya tahan tubuh hospes baru f. Pemakaian antibiotik

g. Berat penyakit yang diderita h. Keadaan lingkungan rumah sakit 3. Sumber infeksi

Sumber infeksi yaitu suatu tempat bersarangnya kuman, tempat dari mana kuman penyebab infeksi keluar/dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan. Sumber infeksi dapat berupa animate (sesuatu yang bernyawa) dan inanimate (sesuatu yang tak bernyawa).12

4. Penyebab infeksi

Penyebab infeksi nosokomial adalah kuman (bakteri, virus, fungi atau parasit).6 1) Bakteri

a. Coccus gram positif : staphylococcus, streptococcus b. Bacillus gram negatif, aerob : salmonella, shigella c. anaerob : histotoxis Bacillus clostridia

d. Vibrio : cholera / eltor 2) Virus

a. Virus influenza b. influenza Virus para c. Virus hepatitis 3) Fungi a. Cardida albikans b. Histoplasma c. Nocardia 4) Parasit a. Pneumocytis carinii b. Toxoplasma gondii

(4)

C. Pengedalian Infeksi Nosokomial

Pengendalian infeksi nosokomial adalah upaya pencegahan terjadinya infeksi dan bukan upaya pemberantasan kuman Rumah Sakit dengan cara pemantauan dan penyempurnaan tata kerja manusia di dalam rumah sakit tersebut.7

Sebagai contoh upaya pencegahan infeksi nosokomial antara lain yang berkaitan dengan :6

1. Pasien

Isolasi pasien yang diduga menderita penyakit infeksi 2. Petugas

a. Memeriksa kesehatan minimal satu tahun sekali b. Memperhatikan hygiene perorangan dengan baik c. Menjaga kebersihan lingkungan

d. Bekerja hanya pada waktu sehat 3. Pengunjung

a. Yang sedang menderita sakit tidak diperkenankan mengunjungi pasien b. Pembatasan jumlah pengunjung

4. Alat

a. Penyimpanan alat selalu dalam keadaan steril, bersih, kering dan di tempat khusus

b. Tidak memakai alat yang rusak, karatan, robek maupun tumpul 5. Lingkungan

a. Ruangan selalu dijaga tetap bersih dan kering b. Sirkulasi udara ruangan lancar

c. Penerangan atau pencahayaan matahari cukup d. Tidak ada serangga dalam ruangan

6. Air

a. Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan b. Jumlah air memenuhi kebutuhan

c. Tidak ada genangan air limbah 7. Makanan dan minuman

(5)

b. Yang sudah basi / terkontaminasi dibuang

D. Kuman 1. Pengertian

Kuman adalah mikroorganisme/jasad hidup yang sangat kecil ukurannya, sulit diamati tanpa alat pembesar, berukuran beberapa mikron dan meliputi bakteri, jamur, algae, protozoa maupun kuman.13

2. Karakteristik Kuman

Karakteristik kuman terdiri dari 2 macam yaitu :9 a. Morfologi koloni

Morfologi koloni merupakan salah satu dari berbagai sifat bakteri yang dapat digunakan untuk identifikasi disamping morfologi mikroskopis (ukuran, type flagela, endosprora dan pewarnaan), kebutuhan biokimia serta pembiakannya. b. Ekologi kuman

Yang mempengaruhi pertumbuhan kuman adalah :

1) Faktor abiotik, yaitu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan kuman yang bersifat kimia dan fisika, meliputi :

a) Suhu b) Ph

c) Kebutuhan O2

d) Kelembaban

e) Nutrien (Vitamin dan Garam Organik ) f) Cahaya / ventilasi

2) Faktor biotik, yaitu faktor yang disebabkan oleh jasad hidup yang dapat mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dengan jenis kehidupan yang bersifat : a. Simbiose b. Sinergisme c. Antibosis d. Sistropisme 3. Kuman di Udara

(6)

a. Udara lingkungan

Udara bukan merupakan habitat kuman, namun sel-sel kuman yang terdapat di udara merupakan kontaminan terbesar. Banyak kuman patogen tersebar di udara melalui butir-butir debu atau residu tetesan air ludah yang kering.16

b. Jenis mikroorganisme udara

Jenis algae, protozoa, jamur dan bakteri dapat ditemukan di udara dekat permukaan bumi. Spora jamur merupakan bagian terbesar dari mikroorganisme yang ditemukan di udara. Spora jamur yang sering di temukan berasal dari species clodosporium. Bakteri yang ditemukan jenis basil gram positif, baik spora maupun non spora, kokus gram positif dan basil.9

c. Jumlah mikroorganisme udara ruangan

Derajat kontaminasi mikroorganisme dalam ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas ventilasi, kepadatan, tingkat aktifitas individu yang berada dalam ruangan dan luas ruang yang di tempati.

4. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kuman9 a. Suhu

Daya tahan kuman terhadap suhu tidak sama bagi tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada temperatur 600C, sebaliknya bakteri yang membentuk spora seperti genus bacillus dan clostridium tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 1000C.

b. Kelembaban

Sebenarnya bakteri lebih suka keadaan basah, bahkan dapat hidup dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup bakteri tidak dapat hidup subur, karena kurangnya udara. Tanah yang cukup basah juga baik untuk perkembangan bakteri. Kelembaban optimum untuk bakteri 50%-55%.

c. Cahaya

Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintetis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata manusia yaitu dengan panjang gelombang antara 390 nm–760 nm, tidak begitu

(7)

berbahaya. Sinar yang lebih berbahaya adalah sinar dengan panjang gelombang 240 nm-300 nm.

5. Media Pertumbuhan Kuman

Media merupakan kumpulan bahan-bahan organik dan anorganik yang digunakan untuk menumbuhkan dan membiakkan kuman dengan syarat-syarat tertentu. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya antara lain protein, karbohidrat, lemak dan vitamin.

Media dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu: a. Berdasarkan bentuk dan konsistensinya

1) Media cair 2) Media padat 3) Media setengah air b. Berdasarkan penggunaannya

1) Defined synthetic media, yang terdiri dari :

a) Media sintetik sederhana (syntetic simple media)

Mengandung bahan-bahan dasar untuk pertumbuhan kuman-kuman non parasit.

b) Media sintetik komplek (complex syntetic media)

Mengandung bahan-bahan dasar pertumbuhan ditambah dengan asam amino.

2) Route laboratory media, meliputi:

a) Media dasar (basic media) yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan, antara lain ekstrak daging pepton dan gram. Contoh media ini adalah nutrient broth (cair) atau nutrient agar (padat).

b) Media diperkaya (enrichment media) digunakan untuk organisme yang memerlukan tambahan makanan.

c. Berdasarkan sifatnya 1) Media transport

Untuk mengirim spesimen dari suatu tempat ke laboratorium Contoh : cary and blair stuart

(8)

2) Media diperkaya

Digunakan untuk memperbanyak bakteri baik di dalam specimen maupun koloni-koloni yang kecil.

3) Media diperkaya eksklusif

Digunakan segolongan bakteri yang lain termasuk dalam media ini antara lain Azide Broth, Selenite Broth.

4) Media eksklusif

Yang hanya dapat ditumbuhi segolongan bakteri, sedangkan bakteri lainnya tidak dapat tumbuh.

Contoh : agar plate 5) Media selektif

Media yang digunakan untuk membedakan golongan, sehingga dapat dipilih koloni bakteri yang ada.

Contoh : endo plate 6) Media universal

Media yang dapat ditumbuhi oleh semua jenis bakteri. Contoh : blood agar

6. Pemeriksaan kuman di udara9

Pengambilan sampel udara untuk menentukan kandungan mikroorganismenya (kuman) memerlukan peralatan khusus. Banyak terdapat peralatan dengan bermacam-macam jenisnya dengan kelebihan dan kekurangannya. Secara umum peralatan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bentuk padat (Solid Impingement Device) dan bentuk cair (Liquid Impingement Device).

Pada Solid Impegement Device mikroorganisme dikumpulkan pada permukaan media agar padat, baik secara langsung atau tidak langsung dengan melalui penyaringan. Pada Liquid Impegement Device sampel udara dalam bentuk spray dapat dialihkan langsung dalam suatu media air atau melalui penyaring lebih dahulu, sebelum dilarutkan dalam medium cair. Campuran cairan tersebut selanjutnya ditebarkan pada plate untuk dibiakkan.

(9)

Beberapa alat dan tehnik yang digunakan untuk analisis mikrobiologi udara antara lain :21

1. Settling Plate

Tehnik ini dilakukan dengan memaparkan Petri dish yang berisi suatu media agar yang dibuka sehingga permukaan agar terpapar keudara untuk beberapa menit. Setelah Petri dish diinkubasikan akan tampak sejumlah koloni yang berkembang. Masing-masing koloni menunjukkan mikroorganisme yang jatuh pada permukaan agar.

Tehnik pengambilan seperti ini agak kasar dan umumnya digunakan lebih kearah evaluasi kualitatif. Hanya partikel tertentu saja yang akan jatuh diatas plate pada waktu tertentu dan udara yang diperlukan untuk sample tidak diketahui volumenya. Akan tetapi, untuk tujuan mengisolasi mikroorganisme udara, tehnik ini dapat dipakai.

Dengan pengulangan settle plate ini untuk periode waktu tertentu dapat digunakan untuk memperoleh suatu dugaan kasar adanya kontaminan udara dan gambaran tentang jenis mikroorganisme yang dibawa debu pada suatu daerah.

2. Membrane Filter

Prinsip kerja instrument membrane filter pada dasarnya mirip dengan prinsip kerja pada alat pengambil sample air. Udara disaring melalui suatu membran khusus yang diletakkan pada bagian alat penyaringan dan partikel-partikel akan tertahan diatas membran. Membran selanjutnya diletakkan pada suatu piringan terbuat dari kertas absorbent yang penuh dengan media pembiakan yang sesuai dan kemudian diinkubasikan. Mikroorganisme yang terdapat pada embran filter tersebut dapat langsung diuji secara mikroskopis.

3. Bubbling

Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan sejumlah udara yang terukur melalui medium cair seperti isotonik saline, kemudian campuran tersebut dituangkan dalam Petri dish.

(10)

Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan udara yang terukur jumlahnya melalui suatu lapisan pasir steril dalam tabung gelas kecil. Pasir tersebut kemudian dicampur dalam saline isotonik steril dan dikocok dan campuran cairan supernatant tersebut dituangkan pada Petri dish.

Metode ini mempunyai keuntungan, yaitu konstruksinya sederhana dan mudah dibawa. Namun pasir harus diseleksi untuk mendapatkan ukuran yang tepat dan pensterilannya dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari perlekatan. Faktor lain yang diperhitungkan adalah bahwa hanya organisme yang bertahan hidup saja yang terseleksi pada selang waktu mulai pengambilan sampel sampai pembiakan pada Petri dish dapat diobservasi.

5. Well’s Air Centrifuge

Dengan menggunakan metode ini mikroorganisme diendapkan pada media pembiakan. Centrifuge menyebabkan sejumlah udara yang telah diukur volumenya, mengalir melalui alat Wells Air Centrifuge dan mengumpulkan mikroorganisme pada media yang tepat dalam botol steril. Botol-botol tersebut diinkubasikan, koloni-koloni dihitung dan dipelajari tanpa perlu memindahkannya ke Petri dish.

6. Atomisasi

Metode ini digunakan untuk menghasilkan suatu lapisan cair sekeliling partikel pada masing-masing mikroorganisme. Kabut yang mengandung mikroorganisme diabsorbsi dalam suatu tempat yang berisi campuran kaldu (bort) dan minyak zaitun (olive oil) steril. Selanjutnya campuran tersebut dibiakkan pada Petri dish.

7. Sieve dan Slit Sampler

Sampler tipe Sieve dioperasikan dengan mengalirkan udara yang terukur volumenya pada suatu tutup logam berlubang-lubang yang dibawahnya terdapat perti dish berisi media agar. Partikel-partikel yang trekandung dalam udara akan tersemprot keatas permukaan agar. Petri dish tersebut kemudian diinkubasi untuk memberi kesempatan koloni berkembang.

(11)

Pemakaian slit sampler prinsipnya sama seperti pada sieve sampler, yaitu menyemprotkan partikel pada permukaan agar, akan tetapi pada slit sampler lebih teliti. Pada pelaksanaannya, udara dialirkan dengan kecepatan tinggi melalui suatu celah sempit diatas Petri dish yang berisi media agar. Perti dish diputar dengan kecepatan tetap dibawah slit kira-kira seukuran jari-jari Petri dish. Pemutaran hampir seluruh organisme berada diatas permukaan. Kecepatan rotasi diatur sesuai kepadatan populasi organisme.

8. Bio-test Omega Organisme

Pemakaian alat Bio-test Omega Air Sampler, prinsip pengoperasiannya dengan mengalirkan udara yang terukur volumenya (100 liter) pada suatu pelindung (penapis) screen dan di dalam pelindung (penapis) screen media agar ship berputar Alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan setting waktu yang dikehendaki, setelah itu agar strip dilepas dari tempatnya kemudian diinkubasikan dalam inkubator.

Jumlah koloni kuman yang terbentuk dihitung dengan coloni counter sel yang merupakan bagian dari alat tersebut dan dilengkapi juga dengan calculator. Dengan cara menekan ujung detector pada agar strip, maka akan terbaca jumlah koloni kuman yang terbentuk pada display calculator.

Beberapa test telah menunjukkan bahwa Bio-test Omega Air Sampler mempunyai efisiensi tinggi dalam mendapatkan organisme udara, sebab hampir semua partikel kuman tertangkap dalam agar strip yang terpasang pada pelindung (penapis) screen dalam alat tersebut.

Alur pengambilan sampel kuman menurut penelitian Zuhroh Widiastuti.

Pelaksanaan Setting timer

Persiapan

1. Persiapan

Media agar (Indo Agar) dibuat selama 2 hari, batteray dipasangkan pada alat kemudian dicharge selama ±1 jam, omega air test disetting sesuai dengan lamanya sampling yang direncanakan dengan menekan tombol menu,

(12)

kemudian sampling screen di desinfeksi dengan alkohol 70 %, setelah itu alat dipasang pada posisi yang datar atau dapat juga diletakkan pada tripot.

2. Pelaksanaan

Pertama tekan tombol ON pada alat, media agar (Indo Agar) dimasukkan kedalam alat kemudian ditutup dengan sampling screen, kedua tekan tombol star pada alat, alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan setting waktu 5 menit, kemudian tekan tombol stop, sampling screen dibuka kemudian media agar dilepas dari tempatnya dan dimasukkan kembali pada kemasannya, lalu ditutup rapat dan disegel, diberi keterangan/label seperlunya, indo agar dilapisi dengan aluminium foil dan disimpan pada cool box dengan suhu 4–10%, lalu dibawa ke laboratorium dan nutrient agar dimasukkan pada incubator dengan suhu 30–350C dan lamanya pembiakan 24 jam, setelah pembiakan kuman selesai, jumlah koloni kuman yang terbentuk dihitung menggunakan colony counter set.

3. Cara seting timer

Tekan tombol star kemudian secara otomatis alat akan bekerja selama 5 menit, lalu tekan tombol stop.

E. Pencahayaan 1. Cahaya

IES (Illumation Engineering Society) mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengaan mata.11

Cahaya adalah gelombang magnet-magnet yang mempunyai panjang antara 380 hingga 700 nm (I nm : 10-9 m) dengan urutan warna (Ultra violet), ungu, nila, hijau, kuning, jingga, merah (infra merah). Ultra violet dan infra merah hanya dapat terlihat dengan bantuan alat optick khusus.

2. Sumber Pencahayaan

(13)

a. Pencahayaan alami, yakni mempergunakan sumber cahaya yang terdapat di alam, biasanya matahari, bintang, dan lain sebagainya. Matahari merupakan sumber utama cahaya dan dominan, namun tergantung pada waktu siang hari, musim, cuaca berawan, atau tidak. Cahaya matahari mempunyai gelombang antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ultraviolet hingga inframerah. Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup diperlukan luas jendela 15 sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan. b. Pencahayaan buatan, artinya mempergunakan sumber cahaya yang bukan

alamiah yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti listrik, lampu, minyak tanah, lampu gas dan lainnya. Pencahayaan buatan diperlukan karena kita tidak dapat sepenuhnya tergantung dari ketersediaan pencahayaan alami, sehingga pencahayaan buatan bersifat saling mendukung dengan pencahayaan alami. Pada umumnya jenis lampu dalam ruangan yang digunakan sebagai sumber pencahayaan buatan adalah :

¾ Lampu pijar (incandescent) cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik lebur) 22000C yang berpijar karena panas. Maka disebut lampu tungsten. Efikasi (lumen per watt) lampu ini rendah, hanya 8-10% energi menjadi cahaya. Sisanya terbuang sebagai panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten diisi gas halogen dan disebut lampu tungsten. Halogen efikasinya mencapai 17,5 lm/watt.

¾ Lampu fluoriscent (TL = Tubleair Lamp/Lampu Tabung) cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu, lebih dari 25% energi dijadikan cahaya. Efikasinya antara 40-85 lm/watt, 2-3 kali lebih baik dari lampu pijar.

¾ Lampu HID (High Intasity Discharge Lamp) cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Untuk memperbaiki efikasinya warna pada tabung lecutan listrik lampu merkuri ditambahkan halida logam sehingga disebut lampu metal halida. Efikasi bisa mencapai 70 lm/watt, tetapi umurnya berkurang hingga separuh. Perkembangan selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap

(14)

sodium bertekanan tinggi (High Pressure Sodium Yapor Lamp) efikasinya mencapai lebih dari 95 lm/watt.

3. Macam Sistem/Tipe Pencahaayaan

Berdasarkan cakupannya pencahayaannya dibedakan menjadi 3 macam yaitu : 17

a. Pencahayaan umum (General Lighting) yaitu pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimasukkan untuk memberikan terang merata, walau mungkin minimal, agar tidak terlalu gelap.

b. Pencahayaan kerja (Task Lighting) yaitu pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu, biasanya disesuaikan dengan standar kebutuhan pencahayaan bagi jenis kerja yang bersangkutan.

c. Pencahayaan aksen (Accent Lighting) yaitu pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek tertentu untuk memperkuat penampilannya (fungsi estetik).

Cahaya dari suatu sumber cahaya tidak selalu dipancarkan langsung kesuatu obyek pencahayaan atau bidang kerja. Menurut IES terdapat 5 klasifikasi sistem pancaran cahaya dari sumber cahaya yaitu :11

1. Pencahayaan Tak Langsung

Pada pencahayaan tak langsung 90 hingga 100% cahaya dipancarkan ke langit-langit dan dinding sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya pantulan.

2. Pencahayaan Setengah Tak Langsung

Pada pencahayaan setengah tak langsung 60 hingga 90% cahaya diarahkan kelangit-langit dan dinding. Distribusi cahaya pada pencahaayaan ini mirip dengan distribusi pencahayaan tak langsung tetapi lebih efisien dan kuat pencahayaannya lebih tinggi.

3. Pencahayaan Menyebar (difus)

Pada pencahayaan difus distribusi cahaya ke atas dan bawah relatif merata yaitu berkisar 40 hingga 60 %.

(15)

Pencahayaan setengah langsung 60 hingga 90% cahayanya diarahkan kebidang kerja selebihnya diarahkan ke langit-langit dan dinding. Pencahayaan jenis ini adalah efisien.

5. Pencahayaan Langsung

Pada pencahayaan langsung 90 hingga 100% cahaya dipancarkan ke bidang kerja.

4. Sifat Pencahayaan

Ada atau tidaknya cahaya atau pencahayaan dalam ruangan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : 11

a. Ada atau tidak adanya sumber cahaya

b. Terhalang atau tidaknya pancaran cahaya dari sumber ruangan

c. Sifat-sifat dari benda ataupun obyek yang terdapat di dalam ruangaan. 5. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kuman

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penyebab pertumbuhan kuman. Pencahayaan yang kurang merupakan kondisi yang disukai bakteri karena dapat tumbuh dengan baik pada kondisi yang gelap. Posisi ruang yang kurang menguntungkan mengakibatkan kurangnya cahaya, misalnya posisi ruang yang ada diantara ruang lain mengakibatkan terhalangnya cahaya yang masuk, apalagi tidak memanfaatkan lampu listrik yang ada. Ada juga ruang-ruang yang seharusnya memungkinkan cukup pencahayaan, namun tidak dimanfaatkan secara optimal, misalnya jendela tidak dibuka.11

Semua ruangan harus diberi penerangan. Ruangan perawatan harus ada penerangan umum dan penerangan khusus untuk individu. Sakelar untuk penerangan umum diletakkan dekat pintu masuk sedangkan sakelar untuk individu diletakkan dekat tempat tidur pasien dan mudah dijangkau.18

Pada umumnya intensitas pencahayaan dalam ruang perawatan berkisar antara 100-200 Lux.18

(16)

F. Kerangka Teori SANITASI RUMAH SAKIT RUANG PERAWATAN AGENT Kuman ANGKA KUMAN UDARA HOST • Pasien • Karyawan • Pengunjung • Penunggu ENVIRONMENT • Suhu • Kelembaban • Pencahayaan • Penanganan alat-alat • Penanganan makanan minumn • Pembersihan ruangan • Penggantian perlengkapan INFEKSI NOSOKOMIAL Sumber : 5, 6, 12

(17)

Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel pengganggu - Suhu

- Kelembaban - Jumlah penunggu - Proses dan frekuensi

pembersihan ruangan - Intensitas pencahayaan ruangan - Jumlah pasien - Jumlah pengunjung pasien Angka kuman

Ket: variabel pengganggu tidak dikendalikan dan tidak diteliti.

G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara intensitas pencahayaan ruangan dengan angka kuman di ruang perawatan kelas II dan kelas III RS Bhakti Wira Tamtama Semarang

2. Ada hubungan antara jumlah pasien dengan angka kuman di ruang perawatan kelas II dan kelas III RS Bhakti Wira Tamtama Semarang

3. Ada hubungan antara jumlah pengunjung pasien dengan angka kuman di ruang perawatan kelas II dan kelas III RS Bhakti Wira Tamtama Semarang

Referensi

Dokumen terkait

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor

Tempat & Tanggal Lahir : Bengkulu, 15 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan. Agama

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Penganalisaan gugus fungsi menggunakan spektroskopi infra merah ini berdasarkan karakteristik yang khas baik dari jenis ikatan maupun energi ikatan pada gugus fungsi

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel