• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Media Cerpen dalam Pembelajaran Kimia pada Materi Zat Aditif pada Makanan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Rukoh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Media Cerpen dalam Pembelajaran Kimia pada Materi Zat Aditif pada Makanan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Rukoh."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Media Cerpen dalam Pembelajaran Kimia pada

Materi Zat Aditif pada Makanan untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Rukoh.

Astina Ria, Rusman, Muhammad Nazar

Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author: Astinareem@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Cerpen dalam Pembelajaran Kimia pada Materi Zat Aditif pada Makanan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Rukoh”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketuntasan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, aktivitas, dan tanggapan siswa terhadap pengembangan media cerpen kimia. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan lima tahap yaitu: (1) Analisis, (2) Perancangan, (3) Pengembangan, (4) Implementasi, dan (5) Evaluasi. Data penelitian diperoleh melalui soal pilihan ganda untuk melihat hasil belajar, lembar aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat keaktifan siswa dan angket disebarkan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap media pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penilaian kelayakan media cerpen secara keseluruhan diperoleh sebesar 89% yang tergolong dalam kategori sangat layak. Hasil penerapan media cerpen dalam pembelajaran diperoleh skor aktivitas siswa dan penguasan pengetahuan siswa, masing-masing secara berurutan adalah 90% dan 79%, sedangkan penguasaan pengetahuan kelas kontrol persentase sebesar 62%. Tanggapan positif siswa sebesar 90% dan persentase tanggapan negatif sebesar 27%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa media cerpen kimia pada materi zat aditif pada makanan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Cerpen, zat aditif, hasil belajar

PENDAHULUAN

Penggunaan media pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu alternative untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Pengembangan media dalam proses belajar mengajar kimia dapat dilakukan dengan memanfaatkan ragam aspek yang ada (Padmaningrum, 2010). Media dapat digunakan dalam meningkatkan kreatifitas siswa sehingga hasil belajar akan mengalami peningkatan.

Mewujudkan hal tersebut, tentu banyak sarana pendukung belajar yang dibutuhkan oleh siswa termasuk buku pembelajaran. Namun, buku yang selama ini digunakan siswa belum mampu meningkatkan minat belajar. Buku tebal dan dipenuhi dengan kata-kata formal terkadang akan membuat siswa merasa bosan saat membacanya. Penjelasan serta pembahasan materi kemungkinan menjadi salah satu alasan mereka tidak mau membaca buku. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dapat digunakan sebagai buku tambahan dari buku paket yang tersedia di sekolah, sehinggga proses pembelajaran lebih bersifat produktif. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Listiyani (2012), bahwa media pembelajaran sangat berperan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa. Sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Kejenuhan yang dialami siswa selama proses pemberian ilmu dapat disebabkan oleh sifat pembelajarannya yang monoton, proses belajar mengajar cenderung pasif, kurangnya semangat belajar karena proses pembelajaran yang tidak kreatif. Pada akhirnya menyebabkan nilai Ujian Tengah Semester (UTS) yang diperoleh di bawah standar

(2)

ketuntasan yaitu sebesar 78. Penggunaan cerpen sebagai media dalam proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan serta wawasan siswa dalam memahami materi ilmu kimia. Ditambah lagi, siswa MTsN merupakan pelajar pemula yang baru mengenal kimia dan alangkah baiknya jika pemahaman kimia diperkenalkan dengan cara yang menyenangkan sejak sekarang, agar di tingkatan selanjutnya mereka tidak menganggap bahwa pelajaran kimia itu sulit dipahami dan tidak menyenangkan.

Masih langkanya cerpen kimia khususnya pada materi zat aditif pada makanan, maka perlu dikembangkan media cerpen yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hasil pengembangan diujicobakan di MTsN Rukoh kelan VIII. Dalam mengembangkan media ini mengkaji (1)bagaimana hasil penilaian kelayakan media terhadap pengembangan cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?; (2) bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penerapan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?; (3) bagaimana hasil belajar siswa selama penerapan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?; (4)Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Mengetahui hasil penilaian kelayakan media terhadap pengembangan cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?; (2) Mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penerapan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?; (3) Mengetahui hasil belajar siswa selama penerapan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?; dan (4) Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII MTsN Rukoh?

Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Bagi siswa, untuk membantu siswa dalam memahami konsep kimia zat aditif pada makanan selama proses pembelajaran, serta menciptakan siswa yang berperilaku aktif, dan berpikir kreatif; (2) Bagi guru, sebagai bahan literature dalam mengajar untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan siswa dalam mengenal atau memahami konsep kimia melalui pengembangan media cerpen; (3) Bagi sekolah, sebagai acuan untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih efektif dengan menggunakan media pembelajaran cerpen kimia, dan menjadi suatu bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah; dan (4) Bagi peneliti, sebagai tempat berbagi ilmu pengetahuan kimia kepada siswa atau pun masyarakat luas dalam mengenal dan menambah wawasan terhadap kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Media merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan informasi kepada siapa saja yang ingin mendapatkannya. Media dapat dikategorikan ke dalam gambar, suara, video, animasi, serta dalam bentuk teks seperti buku dan lainnya. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. National Education Asociation (NEA) memberikan batasan bahwa media merupakan saranan komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya dan media merupakan segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (Susilana, 2009).Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak. Pemanfaatan media yang sejalan dengan metode dan strategi pembelajaran akan mampu melibatkan siswa secara intensif dalam aktivitas pembelajaran. Keterlibatan mental siswa dalam aktivitas pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran sukses (Pribadi, 2011).

Keberhasilan belajar dapat ditentukan oleh dua komponen yaitu metode mengajar dan media pembelajaran (Ali, 2009). Media pembelajaran yang dimaksud adalah cerpen, yang digunakan sebagai buku tambahan dalam proses belajar mengajar. Media cerpen dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Wicaksono (2014), cerpen merupakan suatu cerita fiksi berbentuk prosa yang singkat dan pendek yang unsur ceritanya terpusat kepada suatu peristiwa pokok. Jumlah dan pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Cerpen memiliki beberapa peranan penting dalam pembelajaran kimia yaitu; (1) media cerpen berperan dalam mendidik, lewat ceritanya

(3)

pengajar memberikan pencerahan, mencerdaskan, dan memperluaskan wawasan khalayak pembaca yaitu siswa, (2) cerpen dapat menghibur, hal ini dapat mengatasi kebosanan pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung, (3) cerpen juga dapat mempengaruhi pola pikir siswa, yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang selama ini disepelekan, ternyata sangat berperan penting dalam kehidupan manusia.

Media cerpen dapat digunakan sebagai bahan ajar yang dimanfaatkan bagi siswa sebagai bahan pembelajaran di sekolah. Menurut Arlitasari dalam Soegiranto (2013) menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan siswa dalam pembelajaran. Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk cetakan, non-cetak dan dapat bersifat visual auditif. Pengembangan media pembelajaran cerpen kimia pada tataran sekolah merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam rangka membangkitkan minat belajar siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar serta mengurangi kejenuhan pada saat pembelajaran berlangsung.

Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan dampak penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan cerpen kimia terhadap hasil belajar, diantaranya media pembelajaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan membantu dan mempermudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dunia pendidikan dewasa ini sudah memasuki zamannya penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah dan diganti dengan pemakaian banyak media (Nurseto, 2011). Tokoh di dalam cerpen memiliki nilai pendidikan yang dapat membentuk karakter. Sehingga dapat memberi pengaruh positif bagi pembaca, khususnya siswa (Pertiwi, 2013). Seperti cerpen yang berjudul Jalan-Jalan ke Hutan karya Ghafira Nur Fatimah, merupakan suatu cerpen yang dapat memberikan nilai-nilai positif kepada pembaca.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan lkualitatif dilakukan dengan menggunakan tahapan pengembangan model ADDIE, diantaranya Analisis (Analysis), Perancangan (Design), Pengembangan (Development), Implementasi (Implementation), dan Evaluasi (Evaluation) (Pribadi, 2011). Penelitian berfokus pada pengembangan media cerpen, hasil belajar, aktivitas siswa, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian telah dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Rukoh, Jl. Lingkar Kampus UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, Provinsi Aceh. Waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November hingga Maret 2015 pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dilaksanakan pada kelas VIII-1 dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Sedangkan kelas kontrol dilaksanakan pada kelas VIII-2 yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purpose sampling yaitu menentukan sampel dengan memilih subjek dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2010).

Penelitian pengembangan media cerpen dimulai dari menganalisis kebutuhan siswa dalam menentukan masalah dan solusi yang tepat serta menentukan kompetensi dasar. Selanjutnya tahap pembuatan desain atau perancangan yang dilakukan sebelum tindakan pelaksaan sebuah kegiatan. Dalam tahap ini, produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran yaitu media cerpen kimia tentang zat aditif pada makanan. Pada tahap selanjutnya yaitu perancangan. Cerpen yang sudah dikarang kemudian dikembangkan lagi dengan saran dari dosen pembimbing dan ketiga validator ahli lainnya. Adapun penilaian pada tahap implementasi ini meliputi hasil belajar siswa, aktivitas, dan angket tanggapan. Tahap implementasi ini dilakukan di kelas VIII-1 di MTsN Rukoh Banda Aceh. Dipilihnya kelas tersebut dikarenakan saran dari guru dan beberapa pertimbangan lainnya. Mengingat penelitian ini bersifat pengembangan, maka peneliti menggunakan siswa yang sudah terlebih dahulu belajar tentang materi zat

(4)

aditif pada makanan agar dapat mendapatkan hasil yang lebih bagus. Tahap evaluasi dilakukan terhadap hasil penilaian kelayakan media, tanggapan siswa, uji soal tes, dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa sehingga dapat disimpulkan bahwa media yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran kimia pada materi zat aditif pada makanan.

Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan suatu penelitian dan penilaian. Instrumen memiliki fungsi untuk mengungkapkan fakta menjadi data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi cerpen, lembar observasi aktivitas siswa yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, selanjutnya soal tes yang akan diujikan kepada siswa diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal, dan angket tanggapan siswa yang berisikan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aktivitas siswa, sikap siswa, hasil belajar, angket tanggapan siswa, dan dokumentasi.

Pengumpulan data dilaksanakan observasi pada lembar aktivitas siswa dengan memberi tanda cek list (√) pada kolom yang telah tersedia. Sikap siswa dalam kelompok belajar selama proses pembelajaran dinilai melalui observer. Penilaian hasil belajar siswa dilakukan untuk melihat tingkat pengetahuan, penguasaan, dan pemahaman siswa terhadap materi zat aditif pada makanan. Pengisian angket dilakukan untuk mendapatkan tanggapan siswa terhadap media cerpen kimia pada materi zat aditif pada makanan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Teknik ini digunakan untuk melihat persentase uji kelayakan media, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan tanggapan siswa. Menurut Sudijono (2005), Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Media cerpen ini dikembangkan berdasarkan kajian standar isi dan Kompetensi Dasar KTSP kemudian merumuskan indikator pembelajaran sehingga diketahui gambaran standar minimal yang dikehendaki kurikulum. Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap kegiatan dengan menggunakan model ADDIE, diantaranya tahap analisis dilakukan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam menentukan masalah dan solusi yang tepat serta menentukan kompetensi dasar, cerpen yang telah direncanakan terdiri dari enam subjudul. Setiap subjudul memiliki ide cerita, alur, setting, serta plot yang berbeda. Namun, penokohan serta karakter dan nama tokoh masih sama disetiap subjudul. Hal ini dilakukan agar siswa tidak kebingungan saat membaca cerpen, cerpen dari subjudul pertama hingga keenam saling bersinambung, tahap pengembangan merupakan tahap lanjutan dari perancangan. Cerpen yang sudah dikarang kemudian dikembangkan lagi dengan saran dari dosen pembimbing dan ketiga validator ahli lainnya. Secara keseluruhan persentase kelayakan media cerpen secara keseluruhan dikategorikan sangat layak dengan perolehan nilai sebesar 89%. Hasil keseluruhan penilaian kelayakan media cerpen terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Kelayakan Media Cerpen

No Kriteria V1 V2 V3Skor Rata-rata (%) Kategori

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

A. Komponen Aspek Format Media

1 Sistematika penyajian soal atau

pertanyaan 4 4 4 4 100 Sangat Layak

2 Kejelasan peraturan penggunaan

media 4 4 4 4 100 Sangat Layak

3 Kesesuaian soal tes dengan

(5)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

B. Komponen Aspek Visual

1 Kelengkapan aspek formal media yang meliputi

judul, nama pengarang, dialog, dan narasi

3 2 4 3 75 Layak

2 Kelengkapan unsur instrinsik media 2 4 3 3 75 Layak 3 Kejelasan dan pemahaman

penggunaan bahasa atau kalimat dalam media

3 4 3 3.3 82.5 Layak

4 Desain cover yang sesuai dengan

konsep cerpen 3 3 3 3 75 Layak

5 Kejelasan dan bentuk huruf padamedia Rata-rata 3 4 3 3.3 82.578 Sangat LayakLayak

C. Komponen Aspek Fungsi Media

1 Menarik perhatian siswa 3 4 4 3.6 90 Sangat Layak

2 Pembelajaran lebih komunikatif dan

produktif 3 4 3 3.3 82.5 Sangat Layak

3 Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari

sesuatu

4 4 4 4 100 Sangat Layak

4 Meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran

4 4 4 5 100 Sangat Layak

Rata-rata 93.1 Sangat Layak

D. Komponen Aspek Fungsi Media

1 Pengertian zat aditif 2 2 2 2 50 Cukup

2 Bahan kimia alami 4 4 4 4 100 Sangat Layak

3 Bahan kimia buatan 4 4 4 4 100 Sangat Layak

4 Contoh bahan kimia alami dan

buatan 4 4 3 3.6 90 Sangat Layak

5 Bahaya bahan kimia alami dan

buatan Rata-rata 4 4 4 4 10088 Sangat LayakSangat Layak

Persentase (%) Kelayakan Keseluruhan 89 Sangat Layak

Berdasarkan keempat komponen aspek penilaian kelayakan media cerpen, bahwa media cerpen untuk materi zat aditif sangat layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran (Ridwan dalam Susanto, dkk. 2012).

Uji coba penggunaan cerpen hasil pengembangan dilakukan di kelas VIII-1

MTsN Rukoh. Uji coba diterapkan pada kelas eksperimen selama dua kali pertemuan. Mengingat penelitian ini bersifat pengembangan, maka uji coba menggunakan siswa yang sudah pernah belajar materi zat aditif pada makanan agar dapat mendapatkan hasil yang lebih bagus.

Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dengan menggunakan media cerpen diukur menggunakan lembar observasi aktivitas peserta didik. Observer terdiri dari dua orang, keduanya berasal dari mahasiswa program studi Pendidikan Kimia semester VIII, FKIP Unsyiah.

Tabel 2. Penilaian Aktivitas Siswa secara Keseluruhan Kelas VIII-1 MTsN Rukoh Banda Aceh

NO ASPEK YANG DIAMATI

PENGEAMATAN PERTEMUAN I PERTEMUAN II 1 2 1 2 (1) (2) (3) (4) (5) (6) PENDAHULUAN 1

Siswa mendengar atau menjawab apersepsi yang disampaikan

oleh guru

4 4 4 3

Siswa memperhatikan guru menyampaikan motivasi 3 3 4 4 Siswa mendengarkan guru guru menyampaikan

tujuan

Pembelajaran 3 3 3 2

Jumlah 10 10 11 9

(6)

KEGIATAN INTI

2

Siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagikan 3 4 4 3 Siwa mendengarkan langkah-langkah pembelajaran 3 4 4 4 Siswa menyimak materi yang disampaikan oleh

guru 3 4 3 4

Siswa membaca cerpen yang telah dibagikan guru 4 4 4 3

siswa berdiskusi dalam kelompok 3 3 3 3

siswa melakukan tanya jawab 3 3 4 4

Siswa mempresentasikan hasil diskusi - - 3 4

Siswa memberikan tanggapan persentasi kelompok

lain - - 3 3

Siswa menyimak penguatan materi yang disampaikan oleh guru - - 4 4

Jumlah 19 22 32 32

Nilai 79 92 89 89

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pertemuan I dan II secara berurutan masing-masing sebesar 84% dan 90% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Data tersebut terlihat bahwa pada pertemuan kedua lebih tinggi dibandingka pertemuan pertama. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya penggunaan media yang menyebabkan proses belajar mengajar lebih menyenangkan, kreatifitas guru dalam mengelola kelas, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jannah (2013) bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar merupakan rangkaian kegiatan belajar yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Penggunaan media belajar dapat mengurangi rasa bosan dan kejenuhan saat proses belajar mengajar berlangsung.

Proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru menyebabkan siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan peran guru dalam menyampaikan materi kimia dengan lebih menarik, menyenangkan, dan mengikutsertakan partisipasi siswa, sehingga siswa akan lebih aktif. Keaktifan siswa ini diperlukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Tyasning, 2012).

Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas di kelas VIII-1 (eksperimen) sebanyak 20 orang siswa sesuai dengan ketetapan nilai KKM ≥78, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 orang siswa. Ketujuh siswa yang tidak tuntas diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya belum menyelesaikan bacaan cerpen hingga selesai, minat baca yang kurang dalam belajar, dan kurang aktif serta kreatif selama pembelajaran. Nilai persentase yang diperoleh sebesar 79% yang digolongkan ke dalam skor penilaian baik, sedangkan kelas VIII-2 (kontrol), persentase ketuntasan hasil belajar siswa adalah 62%. Dari data tersebut bahwa sebanyak 21 siswa yang memiliki nilai di bawah ketuntasan dan sebanyak 8 siswa yang tuntas pada kelas kontrol.

PENUTUP

3

Guru membimbing siswa secara mandiri untuk membuat

rangkuman dari materi yang telah dibahas 4 3 4 4

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang

melaporkan hasil diskusi dengan baik 4 4 4 4

Melakukan refleksi dan evaluasi 3 4 4 4

Siswa memperhatikan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya 3 2 4 3

Jumlah 14 13 16 15

Nilai 88 81 100 94

Nilai keseluruhan 83 8

5

(7)

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan perhitungan uji t. Harga t tabel dengan ketentuan df = (n1 + n2) – 2 = (27+29) – 2 = 54. Dengan df sebesar 54, nilai 54 dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,01, karena thitung telah diperoleh sebesar 7,57; sedangkan ttabel = 2,01. Maka thitung ≥ ttabelbaik pada taraf signifikan 5%, maka hipotesis nihil ditolak; sebaliknya hipotesis alternatif diterima atau disetujui. Berarti antara siswa kelas eksperimen (VIII-1) dan kelas kontrol (VIII-2) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada materi zat aditif pada makanan.

Angket tanggapan siswa dibagi kepada seluruh siswa di kelas VIII-1. Keterangan pada angket tersebut berupa petunjuk pengisian “Ya” atau “Tidak” dengan mencantumkan beberapa alasan terkait pertanyaan tersebut. Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa 90% siswa memberi respon positif yang termasuk dalam kriteria skor penilaian baik sekali terhadap pengembangan media cerpen ini, sedangkan 27% menunjukkan respon negatif.

Hasil tanggapan pada angket siswa telah menunjukkan bahwa pengembangan media cerpen sangat disukai oleh siswa-siswa kelas VIII-1 MTsN Rukoh Banda Aceh. Adapun beberapa alasan yang telah direkam jejak melalui angket tanggapan siswa, diantaranya siswa membutuhkan metode pembelajaran yang lebih kreatif, dengan begitu aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Tahap terakhir merupakan tahap evaluasi yaitu hasil belajar dapat dipandang sebagai bentuk evaluasi yang dilakukan untuk menilai pencapaian hasil belajar siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Pribadi, 2011). Tahap evaluasi dilakukan terhadap hasil penilaian kelayakan media, uji soal tes, hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan tanggapan siswa sehingga dapat disimpulkan bahwa media yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran kimia pada materi zat aditif pada makanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasaran hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Hasil penilaian kelayakan pada pengembangan media cerpen oleh ketiga validator sebelum melakukan penelitian, diperoleh sebesar 89% dengan kategori sangat layak.

2) Aktifitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media cerpen mengalami kenaikan dari pertemuan I hingga pertemuan II yaitu sebesar 84% dan 90%.

3) Pengembangan media cerpen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi zat aditif pada makanan di kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen sebesar 79%, sedangkan kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol sebesar 62%.

4) Tanggapan Siswa terhadap pengembangan media cerpen pada materi zat aditif pada makanan menunjukkan respon postif yang sangat baik sebesar 90%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: (1) Pembelajaran dengan menggunakan pengembangan media cerpen dapat memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, maka diharapkan guru-guru bidang studi kimia dapat menerapkan media ini dalam proses belajar mengajar terutama pada materi zat aditif pada makanan; (2) Alokasi waktu untuk setiap tahapan pembelajaran dalam model kooperatif dengan menggunakan media cerpen harus diperhitungkan dengan tepat, sehingga semua tahapan dapat dilaksanakan dengan baik; (3) Guru harus lebih tegas dalam mengelola kelas agar proses diskusi siswa tidak ramai dan bicara sendiri di luar materi; dan (4) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan media cerpen pada materi selanjutnya.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Mata Kuliah Medan Elektromagnetik.Jurnal Edukasi Elektro, Vol 5 (1) : 11-18

Arlitasari, O; Pujayanto; Rini B. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Saling Temas dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Pendidikan Fisika,Vol 1(1): 81-89

Jannah, R; Agung N.C.S; Sry Y. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) disertai Buku Saku untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia Pada Materi Minyak Bumi Kelas X SMA Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia,Vol 2 (4): 19-23

Listiyani, I. M. 2012. Pengembangan Komik Sebagai Media Pembelajaran Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Persamaan Dasar Akutansi Untuk Siswa SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,Vol X(2): 80-94

Nurseto, T. 2011. “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik.” Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol 8 (1) April 2011.

Padmaningrum, R. T; Endang W. LFX; I Made Sukarna. 2010. “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme.” Jurnal Pendidikan Kimia UNY, ISBN: 978-979-98117-7-6.

Pertiwi, O. 2013. Analisis Nilai Pendidikan dalam Kumpulan Cerita Pendek Jalan- jalan ke Hutan Karya Ghafira Nur Fatimah Pendidikan Bahasa Indonesia Fkip Unsyiah.

Pribadi, B.A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Dian Rakyat

Sudijono, A. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susilana, Rudi, dan Cepi R. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Tyasning, D.M; Haryono; Nanik D.N, 2012. Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Minyak Bumi pada Siswa Kelas X-4 SMA Batik Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia,Vol 1(1):

26-33

Wicaksono, A. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajaran. Jakarta: Garudhawaca

Gambar

Tabel 1. Penilaian Kelayakan Media Cerpen
Tabel 2. Penilaian Aktivitas Siswa secara Keseluruhan Kelas VIII-1 MTsN Rukoh Banda Aceh

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pengalaman ibu dengan kehadiran anak dengan penyakit kronik atau gangguan perkembangan agar dapat memberikan

Kecamatan Tondong Tallasa adalah salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, terletak di wilayah laut Kabupaten Pangkajene dan

Informasi pada penelitian ini banyak menggunakan data primer, antara lain: (1) data dari birokrasi pedesaan dan pemuka masyarakat berupa potensi sumberdaya yang ada,

-Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum maksimal, karena masih terdapat siswa/i yang belum sepenuhnya mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA TIGA UNIVERSITAS BINA

Pengaruh pemasaran Relasional Terhadap Kepuasan dan loyalitas Nasabah Taplus pada PT.. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., Kantor Cabang Gunungsitoli di

Tabel 25 : Jawaban Responden Mengenai Apakah Berbeda Pendapat Dengan Atasan Suatu Yang Berbahaya