• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA

TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

Oleh

Annissa Mawardini

1201632

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA

TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Oleh:

Annissa Mawardini, S.ST

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana

© Annissa Mawardini Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195812071983012002

Pembimbing II

Dr. Yayan Sanjaya, M.Si

NIP. 197112312001121001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPA

(4)

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil literasi sains siswa SMP pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Bandung. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif ini, data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes literasi sains, skala sikap, lembar penilaian kinerja, lembar angket dan format wawancara. Pembelajaran dirancang dengan keterpaduan menggunakan pendekatan saintifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata capaian literasi sains siswa secara keseluruhan sebesar 69% termasuk kategori cukup, dimana literasi sains pada domain proses sains untuk indikator mengidentifikasi isu ilmiah sebesar 77% (baik), menjelaskan fenomena ilmiah sebesar 72% (cukup), dan menggunakan bukti-bukti ilmiah sebesar 59% (kurang). Literasi sains pada domain konten sains adalah konten pencemaran udara dan hujan asam sebesar 81% (baik), konten pencemaran tanah sebesar 74% (cukup), konten pemanasan global sebesar 60% (cukup) dan konten pencemaran air sebesar 56% (kurang). Sikap siswa terhadap sains dalam mendukung inkuiri ilmiah memperoleh capaian dengan kategori sangat tinggi, tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan memperoleh capaian dengan kategori tinggi serta ketertarikan terhadap sains memperoleh capaian dengan kategori tinggi. Rata-rata hasil penilaian kinerja siswa saat praktikum sebesar 80% (baik), dan rata-rata hasil penilaian laporan praktikum siswa sebesar 65% (cukup). Guru dan siswa menanggapi positif terhadap pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan.

(5)

THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S SCIENTIFIC LITERACY PROFILE IN INTEGRATED SCIENCE LEARNING ON THE

ENVIRONMENTAL POLLUTION THEME

ABSTRACT

The purpose of this study was to describe the junior high school students’ scientific literacy profile in integrated science learning on the environmental pollution theme. The subjects were the 7th grade of Junior High School in Bandung city. The method of this study was descriptive. Data was collected using a test of science literacy, attitude scales, performance assessment sheet, questionnaire sheet, and interview format. Integrated science learning using scientific approach. Average scientific literacy for all student was 69%, the attainment of student scientific competence in identifying scientific issues was 77%, in explaining phenomena scientifically was 72%, and in utilizing scientific evidence was 59%. The attainment of student scientific literacy in domain content science was 81% in air pollution and acid rain, 74% in soil pollution, 60% in global warming and 56% in water pollution. The attainment of student’s attitudes toward science in supporting scientific inquiry was very high category, responsibility toward resources and environment, and interest in science was high category. The average of performance assessment when doing practicum was 80%, and on practicum report was 65%. Teacher and students responded positively to the integrated science learning on the environmental theme.

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Hasil Penelitian...

1 5 6 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Literasi Sains …... B. Pembelajaran IPA Terpadu ……... C. Tinjauan Pembelajaran Tema Pencemaran Lingkungan ...……… D. Keterkaitan Pembelajaran dengan Aspek Literasi Sains ... E. Tinjauan Tema Pencemaran Lingkungan ... F. Asesmen Otentik untuk Mengungkap Profil Literasi Sains Siswa pada Pembelajaran ...…… G. Penelitian yang Relevan ...

7 14 18 20 22

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... C. Definisi Operasional... D. Instrumen Penelitian...

E. Prosedur Penelitian ………

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data... 36 36 36 37 38 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Literasi Sains Siswa pada Aspek Pengetahuan ... 1. Hasil Tes Literasi Sains Secara Keseluruhan dan Berdasarkan

Kelompok Siswa ………....

2. Hasil Tes Literasi Sains pada Domain Proses dan Konten Sains Secara Keseluruhan dan Berdasarkan Kelompok Siswa ... B. Literasi Sains Siswa pada Aspek Sikap ... C. Literasi Sains Siswa pada Aspek Keterampilan ... D. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPA Terpadu Tema

Pencemaran Lingkungan ...………...

E. Respon Guru Terhadap Pembelajaran IPA Terpadu Tema Pencemaran

Lingkungan ………...

61

61

65 74 79

91

97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 100 100

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Konten Sains dalam PISA 2012 ………... 2.2 Pengetahuan Tentang Sains dalam PISA 2012………...………... 2.3 Proses Sains PISA 2012 ... 2.4 Konteks Aplikasi Sains PISA 2012 ………..………... 2.5 Keterkaitan antara Langkah Belajar dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya .. 2.6 Keterkaitan Proses Pembelajaran dengan Aspek Literasi Sains ..……... 2.7 Jenis-jenis Gas Rumah Kaca dan Sumbernya ... 3.1 Instrumen Penelitian …...

3.2 Teknik Pengumpulan Data ………...……….

3.3 Interpretasi Validitas ………..

3.4 Klasifikasi Reliabilitas Tes ……….

3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ………...………

3.6 Interpretasi Daya Beda ………...………

3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda ..……… 3.8 Soal Literasi Sains yang Digunakan Berdasarkan Aspek Konten dan Proses

Sains yang Telah Disesuaikan Nomornya ………...… 3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap Sains………... 3.10 Skala Sikap yang Digunakan Berdasarkan Indikator Sikap Literasi Sains dan Telah Disesuaikan Nomornya………... 3.11 Kisi-kisi Penilaian Kinerja Siswa Saat Praktikum ………... 3.12 Kisi-kisi Penilaian Kinerja Siswa Membuat Laporan Praktikum………... 3.13 Kategori Persentase Tes Literasi Sains Siswa ...…...………... 3.14 Kriteria Sikap ... 3.15 Kriteria Sikap ... 3.16 Kriteria Sikap ... 3.17 Kriteria Sikap ... 3.18 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 3.19 Kategori Persentase Koentjaraningrat ... 4.1 Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan dan Berdasarkan Kelompok Siswa ....

(9)

4.2 Literasi Sains Siswa pada Setiap Kelompok …………... 4.3 Nilai Sikap Sains Siswa ... 4.4 Analisis Perolehan Skor Tiap Item Pernyataan Sikap dan Interpretasi

Capaian Sikap untuk Setiap Indikator ... 4.5 Hasil Penilaian Kinerja Siswa Saat Praktikum ………... 4.6 Hasil Wawancara dengan Guru ………...

63 74

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kerangka Asesmen Sains PISA 2012 ………... 2.2 Pembelajaran Terpadu Model Webbed ...…………... 2.3 Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed Tema Pencemaran Lingkungan .... 2.4 Lesson Sequence Map IPA Terpadu Tipe Webbed pada Konten Pencemaran

Lingkungan (Pencemaran Air, Tanah dan Udara) ... 2.5 Contoh Pencemaran Air di Kota Bandung ………... 2.6 Contoh Pencemaran Tanah ………..…….…... 2.7 Kegiatan Mengurangi Sampah ……..………... 2.8 Proses Terjadinya Hujan Asam ………... 2.9 Dampak Hujan Asam pada Ekosistem ………...……….... 2.10 Mencairnya Es di Kutub ... 2.11 Mencairnya Gletser Whitechuck ...

3.1 Diagram Alur Penelitian ………...

3.2 Rentangan Skor Skala Sikap Beserta Kriterianya ... 3.3 Rentangan Skor Skala Sikap Beserta Kriterianya pada Indikator Mendukung

Inkuiri Sains dan Ketertarikan terhadap Sains ... 3.4 Rentangan Skor Skala Sikap Beserta Kriterianya pada Indikator Tanggung

Jawab terhadap Sumber Daya dan Lingkungan ... 4.1 Histogram Persentase Rata-rata Literasi Sains pada Setiap Kelompok Siswa .... 4.2Histogram Persentase Literasi Sains Domain Proses Sains Secara Keseluruhan 4.3 Histogram Persentase Literasi Sains Domain Proses Sains pada Setiap Kelompok Siswa ………... 4.4 Contoh Jawaban Siswa pada LKS Pencemaran Tanah ... 4.5 Contoh Jawaban Siswa pada Laporan Praktikum Pencemaran Air ... 4.6 Histogram Persentase Literasi Sains Domain Konten Sains Secara Keseluruhan ………... 4.7 Histogram Persentase Literasi Sains Domain Konten Sains pada Setiap

(11)

4.8 Contoh Tulisan Siswa Tentang Upaya yang Akan Dilakukan untuk Menjaga Lingkungan ... 4.9 Histogram Hasil Penilaian Laporan Praktikum Siswa ... 4.10 Histogram Persentase Seluruh Kelompok dalam Menerapkan Literasi Sains

pada Laporan Praktikum ... 4.11 Contoh Rumusan Hipotesis Siswa ... 4.12 Contoh Tabel Data Hasil Pengamatan Kelompok 3 ... 4.13 Contoh Tabel Data Hasil Pengamatan Kelompok 4 dan Kelompok 2 ... 4.14 Contoh Rumusan Kesimpulan Hasil Percobaan Siswa ... 4.15 Diagram Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 4.16 Diagram Tanggapan Siswa terhadap Tugas dan Penilaian Guru ...

77 82

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat pembelajaran

1. RPP ...………. 2. LKS ...……….. B. Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen Tes Literasi Sains Domain Konten dan Proses Sains .... 2. Kisi-kisi Instrumen Literasi Sains Domain Sikap Sains ...………. 3. Kisi-kisi Penilaian Kinerja Siswa Saat Praktikum ..……..………. 4. Rubrik Observasi Kegiatan Praktikum …... 5. Task dan Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 6. Angket Siswa ... 7. Pedoman Wawancara Guru ... 8. Instrumen Tes Literasi Sains ... C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Rekapitulasi Skor Uji Coba Soal Pilihan Ganda ….…………...…...

2. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Pilihan Ganda………..

3. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ….…………...……….……….

4. Rekapitulasi Uji Coba Skala Sikap………..………. 5. Perhitungan Skor dan Analisis Daya Beda dari Hasil Uji Coba Skala Sikap ..

6. Reliabilitas Skala Sikap ……...………..………..

D. Hasil Penelitian

1. Data Skor Tes Aspek Proses Sains ………... 2. Data Skor Tes Aspek Proses Sains Menurut Kelompok Siswa ... 3. Data Skor Tes Aspek Konten Sains ... 4. Data Skor Tes Aspek Konten Sains Menurut Kelompok Siswa ... 5. Rekapitulasi Skala Sikap ...……… 6. Rekapitulasi Skala Sikap beserta Kategorinya ... 7. Lembar Observasi Praktikum ... 8. Lembar Penilaian Laporan Praktikum ...………..

(13)

9. Hasil Uji Korelasi (nilai tes, sikap dan kinerja) ... 10. Hasil Angket Siswa ...……… 12.Contoh Jawaban LKS Siswa ...

E. Dokumentasi ………...………...

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arah dan desain pendidikan seyogianya selalu merespon perkembangan pendidikan global yang terjadi baik dalam lingkup regional maupun internasional. Hal ini diperlukan agar generasi bangsa senantiasa mampu merespon berbagai tantangan dan permasalahan baik terkait kehidupan masyarakat, lingkungan, kemajuan IPTEK, industri dan budaya, maupun perkembangan pendidikan secara internasional. Keikutsertaan Indonesia dalam Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan Indonesia selalu mengikuti perkembangan pendidikan dalam tataran global.

Namun demikian, perkembangan pendidikan di Indonesia sampai saat ini belum menggembirakan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya hasil PISA anak-anak Indonesia dari masa ke masa. Hasil PISA tahun 2012 menyatakan bahwa kemampuan literasi sains anak Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara peserta. Siswa Indonesia mendapatkan skor literasi sains 382 dengan rata-rata skor dari semua negara peserta adalah 500. Menurut analisis yang dilakukan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), skor literasi sains dalam rentang antara 335 ≤ 409 poin termasuk dalam kategori kecakapan level 1 atau lebih rendah dari itu. Kecakapan siswa pada level ini memiliki pengetahuan sains yang terbatas dan hanya bisa diterapkan pada beberapa situasi saja. Siswa pada level ini hanya dapat memberikan penjelasan ilmiah yang mudah dan mengikuti bukti-bukti yang diberikan secara eksplisit (OECD, 2009). Perolehan skor yang rendah tersebut bermakna bahwa siswa Indonesia masih bermasalah dalam kemampuan literasi sains.

(15)

2

rendahnya kontribusi pembelajaran sains terhadap keberhasilan warganegara disebabkan karena terlepasnya pembelajaran sains dari konteks sosial, hanya menitikberatkan pada penguasaan materi, dan penggunaan asesmen yang tidak tepat sehingga warga negara hanya dipersiapkan untuk menguasai pengetahuan. Dalam pembelajaran seharusnya siswa mengetahui relevansi pembelajaran sains terhadap kehidupan sehari-hari dan kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran sains di sekolah sebaiknya diarahkan pada pemahaman betapa pentingnya sains bila dikaitkan dengan masyarakat di masa lalu, kini atau masa datang (Hoolbrook, 1998).

Pengujian literasi sains oleh PISA dilaksanakan terhadap anak-anak usia kurang lebih 15 tahun (siswa Sekolah Menengah Pertama). Oleh karena itu, perhatian terhadap pembelajaran sains di SMP sangat penting untuk dikaji. Ruang lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam tersebut terkait pada bidang kajian energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, serta bumi dan antariksa yang secara umum terdapat pada mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan Bumi Antariksa (Kemendikbud, 2013). Di dalam Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan keterpaduan bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Maksudnya, perangkat pembelajaran IPA disusun dari berbagai cabang ilmu sehingga pendekatan pembelajaran IPA terpadu disebut dengan pendekatan interdisipliner (Kemendikbud, 2013). Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran sains secara terpadu yang menghubungkan berbagai konten sains, teknologi dan matematika serta melibatkan siswa dalam real-world activities, dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang dibutuhkan siswa untuk menjadi literat sains (Turpin dan Cage, 2005).

(16)

3

adalah: (1) rendahnya rasa percaya diri guru ketika harus mengajar mata pelajaran IPA secara terpadu karena tidak sesuai dengan bidang keahliannya; (2) guru belum paham tentang model pemaduan konsep-konsep IPA; (3) guru mengalami kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran IPA terpadu karena minimnya pelatihan tentang pembelajaran IPA terpadu.

Berdasarkan data studi pendahuluan hasil observasi pembelajaran di kelas juga terungkap bahwa: (1) pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih berpusat pada guru (teacher center) sehingga pemahaman konsep dan kemampuan inkuiri siswa jarang dilatihkan; (2) guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materinya dan siswa tidak dilibatkan secara maksimal dalam menemukan konsep secara mandiri; (3) pendekatan saintifik tidak ditekankan dalam proses pembelajaran, dan siswa lebih banyak melakukan pengamatan secara tidak langsung melalui buku dan LKS yang dimilikinya; (4) pembelajaran yang dilakukan masih memperlihatkan pembelajaran IPA yang masih terpisah-pisah dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari; (5) penilaian yang dilakukan oleh guru menilai penguasaan konsep, belum menilai keterampilan proses dan penalaran tingkat tinggi, tidak mengadopsi soal-soal dari PISA.

Dari uraian di atas memberikan sedikit gambaran tentang penyebab rendahnya literasi sains peserta didik di Indonesia, yang disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hayat dan Yusuf (2006) lingkungan dan iklim belajar di sekolah mempengaruhi variasi skor literasi siswa. Demikian juga keadaan infrastruktur sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe organisasi serta manajemen sekolah, sangat signifikan pengaruhnya terhadap prestasi literasi sains siswa. Firman (2007) juga mengungkapkan rendahnya literasi sains siswa Indonesia berkaitan erat dengan adamya kesenjangan antara pembelajaran IPA yang diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA.

(17)

4

pembelajaran. Penilaian yang melibatkan proses belajar dikenal sebagai asesmen (Rustaman et al., 2005)

Pola penilaian/asesmen yang baik dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Stiggins (1994) menyatakan tidak perlu diragukan lagi bahwa pembelajaran yang efektif, efisien dan produktif, tidak mungkin ada tanpa penilaian yang baik. Penilaian/asesmen merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran, dan digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Wajar apabila penilaian sangat diperhatikan pada proses pendidikan sebagai bagian dari reformasi kurikulum pendidikan.

(18)

5

(dalam Chiu dan Chang, 2005) menyatakan asesmen autentik berbasis literasi sains memberikan pemahaman terhadap konsep dan metode sains, dampak teknologi dan sains bagi lingkungan.

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi pelajaran IPA yang dapat membangun literasi sains siswa secara lengkap dan utuh. Materi ini salah satunya berhubungan dengan lingkungan alam. Selain itu, semakin berkurangnya sumber air bersih, potensi rawan pangan pada berbagai belahan dunia, dan pemanasan global merupakan tantangan yang harus dihadapi, yang merupakan bagian dari materi pencemaran lingkungan. Melalui pembelajaran ini siswa diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan (Kemendikbud, 2013), dengan menggunakan pemahaman terhadap konsep-konsep terkait. Hasil belajar siswa pada level SMP sangat penting untuk meletakkan sikap, kesadaran, dan kepekaan terhadap lingkungan sebagaimana dikemukakan oleh Agenda (dalam Wulan, 2007). Selain itu, tema pencemaran lingkungan pun merupakan salah satu konteks yang diujikan PISA di dalam menilai literasi sains siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul “Profil Literasi Sains Siswa SMP pada Pembelajaran IPA Terpadu Tema

Pencemaran Lingkungan.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diambil yaitu: “Bagaimanakah profil literasi sains siswa SMP pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan?”

Dari rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana literasi sains siswa SMP pada aspek pengetahuan pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan?

(19)

6

3. Bagaimana literasi sains siswa SMP pada aspek keterampilan pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan?

4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan literasi sains siswa pada aspek pengetahuan pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan.

2. Mendeskripsikan literasi sains siswa pada aspek sikap pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan.

3. Mendeskripsikan literasi sains siswa pada aspek keterampilan pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan.

4. Mendeskripsikan tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, yaitu:

1. Bagi siswa, proses pembelajaran melatih kemampuan literasi sains dan mendapatkan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan tentang literasi sains, pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya pada proses pembelajaran IPA di SMP beserta penilaiannya yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.

3. Bagi sekolah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan sistem penilaian di sekolah.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menggali data dari kondisi yang sebenarnya. Data yang dimaksud adalah profil literasi sains siswa aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan yang sedang terjadi (Arikunto, 2002). Sukmadinata (2012) juga mengatakan bahwa dalam penelitian deskriptif tidak diadakan manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di SMP Negeri di kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 orang. Subjek penelitian merupakan siswa yang mendapat pembelajaran IPA terpadu pada tema pencemaran lingkungan.

C.Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Literasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada framework Programme for International Student Assessment (PISA) 2012. Domain literasi sains yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Konten sains yang diukur dalam penelitian ini yaitu penerapan konsep pencemaran lingkungan dalam kehidupan yang meliputi konten pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran udara (hujan asam, pemanasan global). Domain ini diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang diberikan pada saat tes di akhir pembelajaran.

(21)

37

udara. Domain ini diukur dengan menggunkan tes pilihan ganda yang diberikan pada saat tes di akhir pembelajaran.

c. Sikap sains yang diukur dalam penelitian ini ialah minat siswa terhadap pembelajaran yang bertema pencemaran lingkungan yang terdiri dari: mendukung inkuiri pada pembelajaran yang bertema pencemaran lingkungan; ketertarikan terhadap pembelajaran yang bertema pencemaran lingkungan; tanggung jawab terhadap masalah yang berkaitan dengan tema pencemaran lingkungan. Domain ini diukur dengan menggunakan skala Likert yang diberikan pada saat tes di akhir pembelajaran.

2. Pembelajaran IPA terpadu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran IPA terpadu model webbed dengan mengitegrasikan antara biologi, kimia, dan fisika dimana proses pembelajaran dibagi menjadi tiga tema, yaitu tentang pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran udara. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, di mana peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi dan mengomunikasikan.

3. Tema pencemaran lingkungan adalah konsep mengenai pencemaran air, tanah dan udara beserta upaya untuk mengatasi dampak yang ditimbulkannya. Tema ini didukung oleh KD 3.5 memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari; KD 3.8 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya; KD 3.9 mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi kehidupan; KD 3.10 mendeskripsikan tentang penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi ekosistem; 4.10 menyajikan data dan informasi tentang pemanasan global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.

D. Instrumen Penelitian

(22)

38

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

No Instrumen Target asesmen Deskripsi Waktu 1. a. Tes pilihan

ganda

b. Skala sikap (skala Likert)

a. Literasi sains siswa (Domain Konten dan Proses Sains)

b. Literasi Sains (Domain Sikap Sains)

a. Tes pilihan ganda digunakan untuk memperoleh data literasi sains siswa untuk domain konten dan proses sains.

b. Tes skala sikap digunakan untuk memperoleh data literasi sains domain sikap sains

Setelah seluruh pembelajaran

selesai

2. a. Task dan rubrik asesmen

kinerja siswa (proses)

b. Task dan rubrik asesmen

kinerja siswa (produk) a. Aktivitas/ kemampuan kinerja siswa saat pembelajaran/ praktikum

b.Produk yang dibuat siswa berupa laporan praktikum

a. Lembar penilaian kinerja siswa digunakan untuk menilai aktivitas siswa saat praktikum/pembelajaran

b. Lembar penilaian laporan praktikum digunakan untuk menilai laporan praktikum siswa

Saat kegiatan pembelajaran

3. Angket respon siswa

Mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan

Angket diberikan kepada siswa setelah seluruh

kegiatan pembelajaran selesai

Setelah seluruh pembelajaran

selesai 4. Pedoman

wawancara guru

Menggali kelemahan maupun

keunggulan dari pembelajaran yang telah dilakukan beserta

penilaiannya

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur untuk menggali pendapat guru mengenai pembelajaran yang telah dilakukan beserta penilaiannya

Setelah seluruh pembelajaran

selesai

E. Prosedur Penelitian

Penelitian secara umum dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1. Tahap persiapan

(23)

39

Studi pendahuluan ini juga untuk menggali respon siswa terhadap pembelajaran IPA yang selama ini mereka dapatkan di sekolah. Pada tahap ini juga diteliti mengenai metode yang digunakan oleh guru di dalam kelas. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara mewawancarai serta mengamati guru mengajar ketika berada di dalam kelas.

b. Mengidentifikasi permasalahan penelitian

c. Melakukan studi kepustakaan, bertujuan untuk mendapatkan teori dan konsep yang berkaitan dengan materi yang dipilih agar dapat sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan. Hasil dari studi literatur ini yang kemudian akan dijadikan acuan untuk mendesain pembelajaran beserta perangkat yang diperlukan dalam penelitian ini.

d. Penyusunan proposal penelitian, melakukan seminar proposal, dan perbaikan proposal penelitian berdasarkan masukan dari dosen-dosen penguji.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan penyusunan RPP dan pembuatan instrumen penelitian disesuaikan dengan SK, KD dan indikator yang telah ditentukan. Instrumen penelitian ini mengacu pada PISA 2012 yang mengukur 3 dimensi. RPP penelitian dirancang berdasarkan pendekatan saintifik. b. Melakukan judgment terhadap RPP dan instrumen penelitian oleh dosen

ahli. Pengujian validitas instrumen literasi sains dilakukan dengan meminta pendapat dari ahli (judgement experts) tentang konstruksi dan konten instrumen yang telah disusun oleh peneliti. Pengujian konstruk dan isi instrumen dilakukan dengan melihat kesesuaian instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar), serta indikator literasi sains. Dari hasil judgment, untuk soal tes ada beberapa soal yang harus direvisi yaitu no 1, 4, 6, 20, 21, 24 dan 27. Sedangkan skala sikap yang harus direvisi yaitu pernyataan no 1, 2, 3, 7, 13, 15 dan 17.

(24)

40

mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian. Instrumen penelitian diujikan pada siswa yang sudah mempelajari materi yang akan diujikan.

d. Menganalisis hasil uji instrumen, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian dengan bimbingan dosen ahli (pembimbing).

e. Melakukan proses pembelajaran IPA terpadu menggunakan asesmen otentik untuk menilai literasi sains siswa SMP. Implementasi dari penelitian ini dilakukan di salah satu SMP yang berada di Kota Bandung. Subjeknya yaitu kelas VII-1 tahun ajaran 2013/2014.

f. Memberikan angket kepada siswa tentang proses pembelajaran IPA terpadu.

g. Melaksanakan wawancara terhadap guru dan siswa. 3. Tahap akhir

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang dilakukan setelah pengambilan data di lapangan. Tahap ini meliputi:

a. Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian mengenai literasi sains siswa SMP pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan.

b. Menyimpulkan dari pengolahan dan analisis data beserta pembahasannya mengenai penguasaan literasi sains siswa.

c. Menyusun laporan

(25)

41

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Penyusunan

Laporan Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah Penelitian

Studi Kepustakaan

Penyusunan Proposal Penelitian, Seminar dan

Perevisian Proposal

Pembuatan Instrumen dan RPP

Judgment Instrumen oleh dosen ahli

Uji Coba Instrumen Penelitian

Penentuan Subjek Penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Pengisian Angket oleh Siswa dan Wawancara Guru & Siswa

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data, Penarikan Kesimpulan

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir Analisis Hasil Uji

(26)

42

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1) Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data

Jenis Data Teknik Pengumpulan data

Keterangan

Siswa Tingkat literasi sains domain konten dan proses sains

Tes pilihan ganda Dilakukan di akhir proses pembelajaran Siswa Tingkat literasi sains

domain sikap sains

Skala sikap Dilakukan di

akhir proses pembelajaran Siswa Kemampuan literasi

sains

Asesmen kinerja beserta task dan rubriknya

Dilakukan saat proses pembelajaran Siswa Respon siswa

terhadap pembelajaran

Angket respon siswa dan wawancara tidak terstruktur

Setelah proses

pembelajaran

Guru Respon guru

terhadap pembelajaran dan penilaiannya Wawancara tidak terstruktur Setelah proses pembelajaran

2) Teknik Analisis Instrumen Penelitian

a. Validasi instrumen tes

Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan literasi sains siswa diperlukan tes yang baik. Sebelum digunakan tes evaluasi tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitasnya.

1) Validitas Item

(27)

43

item soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item memiliki kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2012). Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dengan angka kasar, dengan rumus:

= �� − � �

√{ �� − � } { �� − � }… … …

dimana:

rxy = koefisien validitas item soal N = jumlah siswa yang mengikuti tes X = skor item ke-I yang diukur validitasnya Y = Skor total

Untuk menginterpresentasikan besarnya koefisien korelasi dipergunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 < r ≤ 0,60 Validitas cukup 0,20 < r ≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah (Tidak Valid)

Validitas soal-soal ini ditentukan dengan membandingkan harga r yang diperoleh dengan harga rtabel, dengan ketentuan rhitung> rtabel maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2012).

2) Reliabilitas

(28)

44

dikorelasikan dengan skor hasil pengetesan kedua. Koefisien korelasi yang di peroleh menunjukkan koefisien reliabilitas instrumen/tes tersebut. Koefisien korelasi reliabilitas instrumen diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Kriteria 0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi (Arikunto, 2012) 3) Tingkat Kesukaran Item

Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga mengandung adanya keseimbangan dari kesulitan test tersebut. Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

� = � ……… Dimana:

P = indeks kesukaran untuk setiap butir item

B = jumlah siswa yang menjawab soal tertentu dengan benar Js = jumlah siswa keseluruhan yang memberikan jawaban untuk

soal tersebut

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran

Interval Kriteria

P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

P > 0,70 Mudah

(Arikunto, 2012)

4) Daya Beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui bahwa setiap siswa dapat menerima suatu item tes atau soal dengan pengertian yang sama.

(29)

45

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

� = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)

� = = proporsi peserta kelompok bawah atas yang menjawab benar

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda

Interval Kriteria

0,00 - 0,19 Jelek

0,20 - 0,39 Cukup

0,40 -0,69 Baik

0,70 - 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012)

Hasil uji coba instrumen yang didapat selanjutnya dilakukan analisis butir soal. Uji ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya soal yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis mencakup validitas butir soal, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Untuk mencari nilai reliabilitas digunakan program SPSS versi 19.0 dan diperoleh koefisien reliabilitas 0,541 dengan kriteria sedang (Lampiran C.3). Maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. Sedangkan analisis validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan menggunakan program Anates V4. Berdasarkan analisis soal ada soal yang digunakan untuk penelitian dan ada juga yang tidak digunakan. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda No

Soal

Daya Beda Tingkat Kesukaran

Validitas

Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,27 Cukup 0,85 Mudah 0,350 Valid Dipakai

(30)

46

No Soal

Daya Beda Tingkat Kesukaran

Validitas

Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

3 0,27 Cukup 0,69 Sedang 0,307 Valid Dipakai

4 0,45 Baik 0,38 Sedang 0,394 Valid Dipakai

5 0,45 Baik 0,44 Sedang 0,376 Valid Dipakai

6 0,45 Baik 0,28 Sulit 0,257 Valid Dipakai

7 0,18 Jelek 0,64 Sedang 0,200 Valid Direvisi

8 0,18 Jelek 0,13 Sulit 0,200 Valid Direvisi

9 0,27 Cukup 0,74 Mudah 0,257 Valid Dipakai

10 0,45 Baik 0,82 Mudah 0,616 Valid Dipakai

11 0,45 Baik 0,31 Sedang 0,372 Valid Dipakai

12 0,27 Cukup 0,82 Mudah 0,312 Vaild Dipakai

13 0,27 Cukup 0,59 Sedang 0,200 Valid Dipakai

14 0,36 Cukup 0,77 Mudah 0,442 Valid Dipakai

15 0,55 Baik 0,67 Sedang 0,587 Valid Dipakai

16 0,00 Jelek 0,44 Sedang -0,095 Tidak valid Dibuang

17 0,55 Baik 0,59 Sedang 0,472 Valid Dipakai

18 0,36 Cukup 0,38 Sedang 0,280 Valid Dipakai

19 0.45 Baik 0,77 Mudah 0,573 Valid Dipakai

20 0,09 Jelek 0,28 Sulit 0,213 Valid Direvisi

21 0,81 Baik 0,74 Mudah 0,735 Valid Dibuang

22 0,27 Cukup 0,74 Mudah 0,299 Valid Dibuang

23 0,45 Baik 0,64 Sedang 0,422 Valid Dipakai

24 0,45 Baik 0,87 Mudah 0,489 Valid Dipakai

25 0,18 Jelek 0,23 Sulit 0,299 Valid Direvisi

26 0,18 Jelek 0,26 Sulit 0,209 Valid Direvisi

27 0,18 Jelek 0,07 Sulit 0,107 Tidak valid Dibuang

28 0,36 Cukup 0,28 Sulit 0,380 Valid Dipakai

29 0,45 Baik 0,79 Mudah 0,432 Valid Dipakai

(31)

47

[image:31.595.132.511.192.379.2]

berdasarkan hasil uji coba soal maka soal yang digunakan disajikan pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Soal Literasi Sains yang Digunakan Berdasarkan Aspek Konten dan Proses Sains yang Telah Disesuaikan Nomornya

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal Konten Sains

1. Pencemaran air 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

2. Pencemaran tanah 9,10, 11, 12,

3. Pencemaran udara 13, 14,15,

4. Hujan asam 16, 17, 18, 19, 20, 21

5. Pemanasan global 22, 23, 24, 25

Proses Sains

1. Mengidentifikasi isu ilmiah 3,12, 15, 21, 23, 24 2. Menjelaskan fenomena ilmiah 1, 4, 5, 9, 11, 13, 16, 17, 18, 19 3. Menggunakan bukti ilmiah 2, 6, 7, 8, 10, 14, 20, 22, 25

Instrumen tes plihan ganda yang dipakai berjumlah 25 soal dan secara rinci dapat dilihat pada lampiran B.1.

b. Analisis Instrumen Skala Sikap

1) Uji Validitas Konstruk Instrumen Sikap

Pengujian validitas instrumen yang pertama-tama adalah pengujian validitas konstruk. Sugiyono (2009:177) menjelaskan “untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts)”.

2) Menentukan Nilai Skala Sikap dengan Deviasi Normal

Tujuan penentuan nilai skala dengan deviasi normal adalah untuk memberikan bobot yang tetinggi bagi kategori jawaban yang paling favorabel dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorabel.

(32)

48

nilai z, 6) menentukan nilai z + positif z, dan 7) pembulatan nilai z”. Adapun penjabaran dari langkah-langkah di atas adalah sebagai berikut:

1. Menghitung frekuensi jawaban (f)

2. Menghitung Proporsi (p) dengan rumus: �= �/�

Keterangan: P :Proporsi

f : frekuensi jawaban n : jumlah responden

3. Menentukan Komulasi Komulatif (pk) dengan rumus: pk1 = p1

pk2 = p2 + p1

pk3 = p3+ pk2 dan seterusnya

4. Menentukan titik tengah pk (ttpk) dengan rumus

ttpk 1= ½ p1

ttpk 2= ½ p2 + pkb

ttpk 3= ½ p3+pkb(dan seterusnya)

Keterangan: ttpk : Titik tengah proporsi kumulatif

pkb : frekuensi komulatif dalam kategori disebelah kirinya p: proporsi dalam kategori tersebut

5. Menentukan nilai z

6. Menentukan nilai z+, positif z1

7. Pembulatan nilai z (pembulatan nilai z+, positif z1) 3) Uji Daya Beda Untuk Menyeleksi Butir Pernyataan

Untuk dapat menguji apakah rata-rata skor pada suatu item atau pernyataan berbeda bagi kelompok responden yang sikapnya positif dan bagi kelompok responden yang sikapnya negatif, maka digunakan t-test (Azwar, 2012:148). Suatu item yang baik, yaitu yang memiliki daya beda tinggi, yang menghasilkan harga rata-rata skor lebih tinggi bagi responden yang bersikap positif dari pada rata-rata skor dari kelompok responden yang sikapnya negatif. Dengan langkah-langkah nya sebagai berikut:

(33)

49

ii. keseluruhan responden penjawab dibagi ke dalam dua kelompok; kelompok pertama adalah kelompok yang memiliki skor total skala paling tinggi (kelompok A “atas”), kelompok kedua adalah kelompok yang memperoleh skor total skala paling rendah (kelompok B “bawah”). sebelumnya responden disusun berurutan menurut besarnya skor skala yang diperoleh masing-masing mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Apabila jumlah responden banyak dapat diambil dengan cara memisahkan 25% diantara mereka yang memiliki skor paling tinggi dan skor rendah dan sisanya yang memiliki skor skala tengah-tengah tidak perlu diikut sertakan dalam analisis. iii. masing-masing kelompok dilakukan tabulasi terhadap distribusi jawaban yang

diberikan pada setiap kategori respon setiap pernyataan dengan menggunakan formulasi t-tes :

= ̅ − ̅ √ � + � ̅ = ∑ ��

� , =

∑ ��2∑ �� 2 � �−

keterangan:

̅ = rata-rata skor pernyataan s2 = varians skor pernyataan

f = frekuensi pemilih setiap kategori respons n = banyaknya subjek dalam suatu kelompok A = Kelompok atas

B = kelompok bawah

Batas minimum untuk harga t menurut Edwards (dalam Azwar, 2012:151) adalah 1,75. Semua pernyataan yang mempunyai harga t lebih kecil daripada 1,75 dapat dibuang karena dianggap tidak ada gunanya.

4) Uji Tes Ulang Untuk Menentukan Reliabilitas Instrumen Sikap

(34)

50

dikorelasikan dengan skor pengujian kedua. Koefisien korelasi yang di peroleh menunjukkan koefisien realibilitas instrumen/tes tersebut.

Berdasarkan analisis uji coba pernyataan sikap, dari 20 pernyataan yang diuji cobakan diperoleh 15 pernyataan yang memenuhi kriteria skala sikap yang baik. Pernyataan no. 3, 10, 15, 16 dan 17 dibuang atau tidak digunakan karena memiliki nilai daya pembeda lebih kecil dari harga t yaitu 1,75 hal ini menunjukkan bahwa pernyataan tersebut tidak dapat membedakan siswa yang memiliki harga rata-rata skor yang lebih tinggi yang menunjukkan sikap positif dengan siswa yang memiliki harga rata-rata skor yang lebih kecil yang menunjukkan sikap negatif.

[image:34.595.107.524.415.750.2]

Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas 0,931 dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi (Lampiran C.6). Oleh karena itu, intrumen skala sikap dapat dikatakan reliabel. Adapun rekapitulasi skala sikap disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap Sains Soal

No

Sifat Pernyataan

Skor

Daya Beda Harga t

Minimum Ket. SS S TS STS

1 Positif 3 2 1 0 6,708 1,75 Dipakai

2 Positif 3 2 1 0 4,2 1,75 Dipakai

3 Negatif 0 0 1 3 Tidak dihitung 1,75 Dibuang

4 Positif 3 2 1 0 3 1,75 Dipakai

5 Positif 3 2 1 0 9 1,75 Dipakai

6 Negatif 0 1 2 3 7 1,75 Dipakai

7 Positif 3 2 0 0 6,708 1,75 Dipakai

8 Negatif 0 1 2 3 3,464 1,75 Dipakai

9 Positif 3 2 1 0 4,582 1,75 Dipakai

10 Positif 3 2 1 0 Tidak dihitung 1,75 Dibuang

11 Negatif 0 1 2 3 27 1,75 Dipakai

12 Negatif 0 1 2 3 2,121 1,75 Dipakai

13 Positif 3 2 1 0 21 1,75 Dipakai

14 Negatif 0 1 2 3 6,194 1,75 Dipakai

15 Negatif 0 1 2 3 Tidak dihitung 1,75 Dibuang

16 Positif 3 2 1 0 1,441 1,75 Dibuang

17 Positif 3 2 1 0 Tidak dihitung 1,75 Dibuang

18 Negatif 0 1 2 3 6,708 1,75 Dipakai

19 Negatif 0 1 2 3 1,963 1,75 Dipakai

(35)

51

[image:35.595.133.509.233.309.2]

Selanjutnya berdasarkan hasil uji coba skala sikap maka pernyataan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10

Skala Sikap yang Digunakan Berdasarkan Indikator Sikap Literasi Sains dan Telah Disesuaikan Nomornya

No Indikator Sikap Literasi Sains Nomor Pernyataan

1. Mendukung inkuiri sains 1, 2, 6, 11

2. Tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan

4, 5, 7, 9, 12, 13,14

3. Ketertarikan terhadap sains 3, 8, 10, 15

Instrumen sikap yang digunakan berjumlah 15 pernyataan dan dapat dilihat pada lampiran B.2.

c. Task dan Rubrik Asesmen Kinerja Proses dan Produk

(36)

52

[image:36.595.103.524.213.423.2]

diujicobakan, task dan rubrik kemudian diperbaiki sehingga diperoleh task dan rubrik penelitian sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran B.5 dan B.6. Kisi-kisi rubrik observasi kemampuan kinerja siswa dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Penilaian Kinerja Siswa Saat Praktikum Aspek yang

diungkap

Deskripsi dalam kaitannya dengan Literasi Sains

Indikator Literasi Sains

Persiapan praktikum

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Ketertarikan terhadap sains

Melakukan Praktikum

2. Terlibat secara aktif dalam praktikum sesuai prosedur kerja

3. Mengamati hasil praktikum dengan cermat

Ketertarikan terhadap sains

4. Membersihkan alat yang telah dipakai 5. Menjaga kebersihan lingkungan dari sisa

bahan yang digunakan

Tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan

[image:36.595.140.488.456.733.2]

Pelaporan 6. Mempresentasikan hasil praktikum Ketertarikan terhadap sains

Tabel 3.12 Kisi-kisi Penilaian Kinerja Siswa Membuat Laporan Praktikum

Format Laporan Praktikum Deskripsi dalam kaitannya dengan Literasi Sains Indikator Literasi Sains

Hipotesis Merumuskan hipotesis percobaan

Identifikasi

permasalahan ilmiah Kajian

Teoritis

Kajian teori memuat kata kunci informasi ilmiah

Identifikasi

permasalahan ilmiah Hasil

Pengamatan

Menyajikan data secara baik

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Jawaban Pertanyaan

Menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS secara ilmiah

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Kesimpulan Membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil

pengamatan Menggunakan bukti-bukti ilmiah Daftar Pustaka Menggunakan sejumlah sumber dalam menyusun laporan

(37)

53

d. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa nilai tes penguasaan literasi sains, skor literasi sains siswa aspek sikap sains dan skor literasi sains siswa yang diperoleh melalui rubrik penilaian kinerja. Data kuantitatif lainnya berupa jawaban angket siswa yang dianalisis dengan rumus Purwanto dan Koentjoroningrat (Juhanda, 2014).

Data kualitatif berupa hasil wawancara dengan guru IPA dan siswa. Data ini dinalisis secara deskriptif untuk mengetahui temuan yang terjadi saat penelitian berlangsung. Hasil perolehan data kuantitatif dan kualitatif selanjutnya akan digunakan dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian. Secara rinci, analisis data akan diuraikan dalam penjelasan berikut:

1) Analisis Tes Literasi Sains Siswa

Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi data hasil tes. Pengolahan data hasil tes ini bertujuan untuk mengetahui perolehan hasil pembelajaran berupa penguasaan literasi sains domain proses dan konten sains yang dimiliki siswa sesudah pembelajaran. Analisis data diuji dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan skor tiap lembar jawaban siswa yang sesuai dengan kunci jawaban

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban

c. Mengubah skor menjadi nilai dalam bentuk persentase dengan cara menggunakan rumus Purwanto (2009):

NP = R / SM x 100% Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

(38)

54

[image:38.595.180.442.212.345.2]

Setelah itu dilakukan penafsiran persentase penguasaan literasi sains siswa berdasarkan hasil perhitungan di atas. Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori menurut Purwanto (2009) sebagai berikut:

Tabel 3.13 Kategori Persentase Tes Literasi Sains Siswa

Persentase Predikat

86 – 100 % Sangat baik 76 – 85 % Baik

60 – 75 % Cukup

55 – 59 % Kurang ≤ 54 % Kurang Sekali

2) Analisis Skala Sikap Sains Siswa

Sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil, yang dimiliki seseorang dalam mereaksi (baik reaksi positif maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda-benda, situasi dan kondisi sekitarnya (Azwar, 2000). Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan indikator sikap dalam literasi sains. Instrumen disusun dalam bentuk skala Likert, yaitu menyajikan suatu pernyataan kemudian siswa diminta pendapatnya dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada SS jika sangat setuju, S jika Setuju, TS jika tidak setuju, dan STS jika sangat tidak setuju. Untuk pernyataan positif, masing-masing jawaban diberi nilai SS = 3, S= 2, TS=1 dan STS=0. Untuk pernyataan negatif, masing-masing jawaban diberi nilai SS=0, S=1, TS=2 dan STS=3.

Selanjutnya dilakukan analisis hasil skala sikap. Untuk mengkategorikan capaian literasi sains domain sikap sains, peneliti menggunakan lima kriteria yaitu:

Tabel 3.14 Kriteria Sikap

Rerata Skor Sikap Interpretasi

[image:38.595.116.507.695.738.2]
(39)

55

-1,5 σ < ≤ -0,5 σ

-0,5 σ < ≤ +0,5 σ

+0,5 σ < ≤ +1,5 σ

+1,5 σ <

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

[image:39.595.120.508.113.206.2]

(Azwar, 2012) Skala sikap yang diberikan kepada siswa berjumlah 15 item yang masing-masing itemnya diberi skor yang berkisar mulai dari 0, 1, 2 dan 3. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek pada skala tersebut adalah X = 0 (yaitu 15x0) dan skor terbesar adalah X = 45 (yaitu 15x3). Maka rentangan skor skala sebesar 45 (yaitu 45-0) itu dibagi dalam enam satuan deviasi standar sehingga diperoleh 45/6 = 7,5. Angka 7,5 ini merupakan estimasi besarnya satuan deviasi standar populasi (σ) yang kita gunakan untuk membuat kategori normatif skor subjek. Sehingga akan didapatkan kategori/kriteria sikap sebagai berikut:

Tabel 3.15 Kriteria Sikap Rerata Skor Sikap Interpretasi

≤ 11,25 sangat rendah

11,25 < ≤ 18,75 rendah 18,75 < ≤ 26,25 sedang 26,25 < ≤ 33,75 tinggi

33,75 < sangat tinggi

[image:39.595.108.536.581.776.2]
(40)

56

0 7,5 15 22,5 30 37,5 45

[image:40.595.126.509.110.154.2]

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gambar 3.2 Rentangan Skor Skala Sikap beserta Kriterianya

Skala sikap sebanyak 15 item tersebut terdiri atas tiga indikator sikap yaitu mendukung inkuiri sains, ketertarikan terhadap sains dan tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan. Adapun cara pengolahan data untuk masing-masing indikator sikap sains adalah sebagai berikut:

[image:40.595.209.415.501.592.2]

a. Indikator sikap mendukung inkuiri sains dan ketertarikan terhadap sains masing-masing terdiri atas 4 item yang masing-masing itemnya diberi skor yang berkisar mulai dari 0, 1, 2 dan 3. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek pada skala tersebut adalah X = 0 (yaitu 4x0) dan skor terbesar adalah X = 12 (yaitu 4x3). Maka rentangan skor skala sebesar 12 (yaitu 12-0) itu dibagi dalam enam satuan deviasi standar sehingga diperoleh 12/6 = 2. Angka 2 ini merupakan estimasi besarnya satuan deviasi standar populasi (σ) yang kita gunakan untuk membuat kategori normatif skor subjek. Sehingga akan didapatkan kategori/kriteria sikap sebagai berikut:

Tabel 3.16 Kriteria Sikap

Rerata Skor Sikap Interpretasi

≤ 3 sangat rendah

3 < ≤ 5 rendah 5 < ≤ 7 sedang 7 < ≤ 9 tinggi

9 < sangat tinggi

[image:40.595.115.534.637.805.2]
(41)

57

0 2 4 6 8 10 12

[image:41.595.128.511.165.210.2]

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gambar 3.3 Rentangan Skor Skala Sikap beserta Kriterianya pada Indikator Mendukung Inkuiri Sains dan Ketertarikan terhadap Sains

b. Indikator sikap tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan

[image:41.595.207.426.472.574.2]

terdiri atas 7 item yang masing-masing itemnya diberi skor yang berkisar mulai dari 0, 1, 2 dan 3. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek pada skala tersebut adalah X = 0 (yaitu 7x0) dan skor terbesar adalah X = 21 (yaitu 7x3). Maka rentangan skor skala sebesar 21 (yaitu 21-0) itu dibagi dalam enam satuan deviasi standar sehingga diperoleh 21/6 = 3,5. Angka 3,5 ini merupakan estimasi besarnya satuan deviasi standar populasi (σ) yang kita gunakan untuk membuat kategori normatif skor subjek. Sehingga akan didapatkan kategori/kriteria sikap sebagai berikut:

Tabel 3.17 Kriteria Sikap

Rerata Skor Sikap Interpretasi ≤ 5,25 sangat rendah 5,25 < ≤ 8,75 rendah 8,75 < ≤ 12,25 sedang 12,25 < ≤ 15,75 tinggi

15,75 < sangat tinggi

[image:41.595.111.532.622.803.2]
(42)

58

0 3,5 7 10,5 14 17,5 21

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gambar 3.4 Rentangan Skor Skala Sikap beserta Kriterianya pada Indikator Tanggung Jawab terhadap Sumber Daya dan Lingkungan

3) Analisis Rubrik Asesmen Kinerja dan Penilaian Laporan Praktikum

Kinerja selama proses pembelajaran/praktikum dan hasil laporan praktikum siswa dianalisis dengan menggunakan rubrik penilaian berdasarkan indikator literasi sains siswa dengan cara:

a. Melakukan rekapitulasi data berdasarkan rubrik penilaian literasi sains siswa berupa nilai kemunculan indikator-indikator literasi sains yang terungkap

b. Menghitung persentase literasi sains setiap siswa untuk masing-masing indikator dengan menggunakan rumus Purwanto (2009) yaitu:

NP = R

�� x %

Keterangan:

NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa

SM : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap

Melakukan penafsiran persentase literasi sains siswa berdasarkan hasil perhitungan di atas. Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori menurut Purwanto (2009) yang tercantum pada Tabel 3.13.

4) Uji Korelasi

(43)

59

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Ketentuannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi (Sig) ≤ 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Uji korelasi dilakukan untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi (r). Jenis uji korelasi yang digunakan yaitu uji Pearson jika data berdistribusi normal atau uji Spearman atau Kendall’s jika data tidak berdistribusi normal.

Tabel 3.18 Interpretasi Koefisien Korelasi

Nilai r Kriteria

0,00 – 0,19 Sangat Rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang 0,60 – 0,79 Tinggi 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Berikutnya adalah analisis hubungan secara deskriptif antara nilai aspek pengetahuan, sikap dan kinerja capaian siswa.

Untuk skor skala sikap sebelumnya dilakukan konversi terlebih dahulu agar rentang nilainya sebanding dengan nilai tes dan nilai kinerja siswa, dengan menggunakan rumus:

N = R

�� x

Keterangan:

N = nilai skala sikap siswa hasil konversi R = skor skala sikap yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal skala sikap 100 = bilangan tetap

Adapun skor maksimum ideal untuk skala sikap ini adalah 45 (15 item x 3). Misalkan siswa memiliki skor skala sikap 42, maka skor ini dikonversikan menjadi:

(44)

60

5) Analisis angket siswa

Angket yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab Ya dan jumlah siswa yang menjawab Tidak untuk setiap pertanyaan pada angket. Kemudian melakukan perhitungan persentase jawaban siswa untuk setiap pertanyaan dengan menggunakan rumus Koentjaraningrat (Juhanda, 2014) sebagai berikut:

% tanggapan siswa =∑ siswa menjawab ya atau tidak pd setiap itemjumlah seluruh siswa x %

[image:44.595.171.453.388.510.2]

Selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel aturan Koentjaraningrat (Juhanda, 2014) sebagai berikut:

Tabel 3.19 Kategori Persentase Koentjaraningrat Persentase Kategori

0 % Tidak ada

1 % - 25 % Sebagian kecil 26 % - 49 % Hampir separuhnya 50 % Separuhnya 51 % - 75 % Sebagian besar 76 % - 99 % Hampir seluruhnya 100 % Seluruhnya

6) Analisis Wawancara

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan terkait profil literasi sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada aspek pengetahuan, rerata capaian literasi sains siswa secara keseluruhan sebesar 69% (cukup), dimana capaian literasi sains domain proses sains sebesar 77% (baik) untuk aspek mengidentifikasi isu ilmiah, 72% (cukup) untuk aspek menjelaskan fenomena ilmiah, dan 59% (kurang) untuk aspek menggunakan bukti ilmiah. Capaian literasi sains siswa domain konten sains adalah 81% (baik) pada konten pencemaran udara dan hujan asam, 74% (cukup) pada konten pencemaran tanah, 60% (cukup) pada konten pemanasan global dan 56% (kurang) pada konten pencemaran air. 2. Pada aspek sikap, rerata capaian literasi sains siswa domain sikap sains secara

keseluruhan memperoleh capaian kategori tinggi, dimana untuk indikator sikap mendukung inkuiri sains memperoleh capaian kategori sangat tinggi, indikator tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan memperoleh capaian kategori tinggi, dan indikator ketertarikan terhadap sains memperoleh capaian kategori tinggi.

3. Pada aspek keterampilan, capaian literasi sains siswa berdasarkan rerata nilai kinerja saat praktikum sebesar 80% (baik). Sementara capaian literasi sains siswa berdasarkan rerata nilai kinerja pada laporan praktikum sebesar 65% (cukup).

4. Siswa dan guru menanggapi positif terhadap pembelajaran IPA terpadu pada tema pencemaran lingkungan.

B. Saran

(46)

101

optimal, dan keterbatasan waktu saat proses pembelajaran, maka berdasarkan hal tersebut direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan literasi sains siswa perlu dilakukan secara terus menerus dengan lebih mengoptimalkan pendekatan-pendekatan atau model-model pembelajaran yang mengarah pada peningkatan literasi sains siswa, keterampilan berpikir dan berbasis inkuiri. Guru pun harus bisa membangkitkan rasa cinta membaca dalam diri siswa. Salah satu caranya dengan memberikan tugas membaca (studi literatur) kepada siswa sebelum pembelajaran. Selain itu, guru juga diharapkan menggunakan asesmen otentik/penilaian berbasis literasi sains sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPA dan peningkatan kompetensi literasi sains siswa.

2. Agar pembelajaran atau diskusi kelompok lebih kondusif, saat pembagian kelompok siswa disarankan setiap kelompok beranggotakan siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah secara merata.

3. Apabila peneliti lain berniat melakukan penelitian dalam pembelajaran IPA secara terpadu, disarankan untuk lebih dapat memperhitungkan alokasi waktu dalam pembelajaran.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adodo,S & Gbore L. (2012) Prediction of Attitude and Interest of Science Students of Different Ability on Their Academic Performance in Basic Science. International Journal of Psychology and Counselling. Vol. 4(6), pp 68-72.

Ardianto, D. (2014) Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Tema Fluida dengan Model Guided Discovery dan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. UPI. Tesis

Arends, R.I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill.

Arikunto, S. (2003) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Astuti, W.P dkk (2012) Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Berbasis

Literasi Sains pada Materi Sistem Ekskresi. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK. [21 Februari 2014]

Azwar, S. (1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S (2012) Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

BPLHD Jabar. 2009. Isu Strategis Kewilayahan.[online].Tersedia : www.bplhdjabar.go.id›Isu-Isu -Srategis-kewilayahan.[1 Febuari 2014]

Brosaard, D., Lewenstein, B., & Bonney, Rick (2005). Scientific Knowledge and Attitude Change: The Impact of a Citizen Science Project. International Journal of Science Education 27. Tersedia: http://csss-science.preview.uen.org.

Campbell dan Reece (2008) Biologi , Edisi kedelapan Jilid 3, Jakarta : Erlangga Chiu, M dan Chang, S. (2005) The Development of Authentic Assessment to

Investigate Ninth Graders Scientific Literacy. International Journal of Science and Mathematics Education, Volume 3. Hal 117-140.

Depdiknas. (2007) Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas-balitbang

Depdiknas. (2006) Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas-Balitbang.

(48)

Depdiknas. (2014) Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Eagly, A.h. dan Chaiken.S. (1993) The Psychology of Attitudes. Fort worth: Harcourt Brace Jovanovch College Publishers.

Echols, J.M & Hassan Shadily. (2003) Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. PT Gramedia

Fatimah, F. (2012) Pembelajaran Inkuiri Menggunakan PLRG Simulator untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP pada Materi Pembiasan Cahaya. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Univesitas Pendidikan Indonesia. Bandung

File.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19501231197932_NUR YANI_RASTAMAN/asesmen_pendidikan_IPA.pdf

File.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/NURYANI_RASTAMA N/Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003.pdf

Fardiaz, S. (1992) Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius

Firman, H, Nuryani, R dan Kardiawarman. (2004). Analisis Tes PISA. Pusat Penilaian Pendidikan Depdiknas. [Online]. Tersedia: http://forumliterasi.blogspot.com/2008_11_01_achieve.html [20 Juni 2013]

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penelitian Balitbang Depdiknas.

Fogarty, R. 1991. How to Integrate the Curricula. Palatine: IRI/Skylight Publishing, Inc.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E. & Hyun, H.H. (2012) How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill

Glynn, S.M & Muth, K.D (1994) Reading and Writing to Learn Science: Achieving Science Literacy. Journal of Research in Science Teaching. Vol.31 No. 9,PP 1057-1073

Hayat , B. (2004) Penilaian Kelas dalam Penerapan Standar Kompetensi. Jurnal Pendidikan Penabur No. 03

Hazen, RM. (2002) Why should you be Scientifically Literate. [Online]. Tersedia: http://www.actionbioscience.org/newfrontiers/hazen.html. [27 Juni 213]

(49)

Holbrook, J. & Miia, R. (2009) The meaning of literacy science. International Journal of Environment & Science Education, Volume 4 No. 3 hal 275-288

Ibrahim, M. (2012). Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: University Press. Juhanda, A. (2014) Pengembangan Asesmen Portofolio Elektronik (APE) untuk

Menilai Sikap Ilmiah dan Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Laporan Praktikum Pencemaran Lingkungan. UPI: Tesis

Karhami, S.K.A. (2000). Sikap Ilmiah Sebagai Wahana Pengembangan Unsur Budi Pekerti: Kajian Melalui Sudut Pandang Pengajaran IPA. Jakarta: Portal Informasi Pendidikan di Indonesia. Depdiknas.

Kemendikbud. (2013) Buku IPA Kelas VII Pegangan Siswa. Jakarta : Kemendikbud

Kemendikbud. (2013) Buku IPA Kelas VIII Pegangan Guru. Jakarta : Kemendikbud

Kemendikbud. (2013) Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (Mts). Jakarta: Kemendikbud

Liliasari. (2009). Inovasi Pembelajaran Sains Menuju Profesionalisme Guru. [online]. Tersedia di: http://file.upi.edu?Direktori/SPS?PRODI

.PENDIDIKAN_IPA/194909271978032-LILIASARI/MAKALAH_UNSRI_2009-BU_LILIA.pdf. Diakses 4 Oktober 2011

Mar’at, (1994). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Ghalia Indonesia.

Matlin, M.W (2009). Cognitive Psychology. John Wiley and Sons.Inc

Mitarlis & Mulyaningsih, S. (2009). IPA Terpadu. Surabaya: Unesa University Press.

Muijs.D & Reynolds.D (2008) Effective Teaching (evidence and practise). London: Sage publication Ltd

NRC (National Research Council). (1996) National Science Education Standarts. Washington: National Academy Press

(50)

OECD. (2013) PISA 2012 Assessment and analytical Framework: mathematics, reading, science, problemsolving, and financial literacy [Online].

Tersedia:

http://www.keepeek.com/Digital-Asset-framework_9789264190511-en [4 Maret 2013]

OECD. (2007). Executive Summary PISA 2006: Science Competencies for

Tomorrow’s World. Paris: Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD).

Pearce, F. (2002) Pemanasan Global, Panduan Bagi Pemula tentang Perubahan Iklim Bumi. Jakarta : Erlangga

Palar, H. (2008) Pencemaran dan Teknologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta

Popham, W.J. (2011) Classroom Assessment: What Teachers Need To Know. Oxford: Pergamon Press

Rahayu, D.B (2015) Profil Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII Pada Tema Efek Rumah Kaca. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Retmana, R.L. (2010) Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Saisn Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Rifqiyati. (2013) Analisis Literasi Sains dan Kemampuan Melakukan Mini Riset Mahasiswa Biologi. UPI: Tesis

Risnida, N. (2011) Penerapan Penilaian Kinerja untuk Menilai Kemampuan Metakognitif Siswa SMP pada Pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. UPI. Tesis

Rustaman, N. et al (2002) Strategi Belajar Mengajar Biologi (Common Textbook). FPMIPA. UPI

Sariati, D (2013) Analisis Keterampilan Proses pada Penggunaan Hierarki Inkuiri dan Dampaknya terhadap Literasi Sains Siswa SMP. UPI. Tesis

Sastrawijaya, A.T. (2009) Pencemaran Lingkungan.

Gambar

Tabel 3.1  Instrumen Penelitian
Gambar 3.1  Diagram Alur Penelitian
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.3 Interpretasi Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profil literasi sains siswa SMP Kelas VII pada tema efek rumah kaca berada pada kategori kurang sekali untuk aspek konten dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu model Webbed dapat meningkatkan literasi sains siswa, lebih baik bila dibandingkan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran STM terhadap literasi sains siswa yang meliputi 4 aspek yaitu aspek konteks, aspek

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN STEM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN UDARA.. Universitas Pendidikan Indonesia

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar pada aspek literasi sains (konten, proses dan sikap sains) antara kelas yang menggunakan

Peningkatan Literasi Sains Secara Keseluruhan Capaian literasi sains secara keseluruhan mencakup nilai pretest dan posttest yang diperolah siswa pada domain kompetensi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa penilaian skala sikap untuk mengetahui sikap siswa terhadap sains sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan instrumen tes berbasis kemampuan berpikir kritis berlandaskan literasi sains pada materi pencemaran lingkungan dengan