ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI TEKNIK MIKROPROSESOR DI SMK NEGERI 4 BANDUNG
Rischa Novitasari E. 0451. 0907356
Sulitnya siswa memahami materi pembelajaran dan rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan praktikum menjadi latar belakang pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT pada standar kompetensi teknik mikroprosesor. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design dengan desain penelitian one-group
pretest-posttest design. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan observasi untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotor serta mengetahui tingkat keterlaksanaan model pembelajaran NHT. Berdasarkan data hasil penelitian, hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata
gain adalah 29,16 dan nilai rata-rata gain ternormalisasi adalah 0,58. Hasil belajar
siswa pada ranah afektif mengalami peningkatan pada setiap pertemuan dengan nilai rata-rata pada pertemuan ke-1 adalah 75,50, pada pertemuan ke-2 adalah 76,83, pada pertemuan ke-3 adalah 77,33, dan pada pertemuan ke-4 adalah 77,83. Seperti halnya hasil belajar siswa pada ranah afektif, hasil belajar siswa pada ranah psikomotor juga mengalami peningkatan pada setiap pertemuan dengan nilai rata-rata pada pertemuan ke-1 adalah 76,50, pada pertemuan ke-2 adalah 77,66, pada pertemuan ke-3 adalah 80,83, dan pada pertemuan ke-4 adalah 81,17. Berdasarkan hasil uji hipotesis data, diketahui harga thitung untuk data hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor lebih besar dari harga ttabel pada taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan = 29 sehingga hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Model pembelajaran NHT hendaknya dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran pada standar kompetensi teknik mikroprosesor dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran NHT, Hasil Belajar, Ranah Kognitif, Ranah
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Teknik mikroprosesor merupakan salah satu mata pelajaran kompetensi
kejuruan. “Mata pelajaran kejuruan bertujuan untuk menunjang pembentukan
kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam
bidang keahliannya” (Yamin, 2008, hlm. 71). Hal ini mengindikasikan bahwa
hendaknya pembelajaran pada standar kompetensi teknik mikroprosesor tidak
hanya mengembangkan kemampuan intelektual siswa, melainkan juga sikap dan
keterampilan siswa. Dengan demikian, hasil belajar yang seimbang dan terpadu
antara kemampuan intelektual, sikap, dan keterampilan akan tercapai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru teknik mikroprosesor
di SMK Negeri 4 Bandung, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang
digunakan yaitu model pembelajaran konvensional. Adapun metode pembelajaran
yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu metode ceramah. “Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa” (Sanjaya,
2006, hlm. 147). Sanjaya (2006, hlm. 148) mengemukakan bahwa metode
ceramah memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan, ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, dan organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Akan tetapi, penggunaan metode ceramah dalam proses penyampaian
materi memiliki beberapa kelemahan. Sanjaya (2006, hlm. 148) mengemukakan
bahwa metode ceramah memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Sebagaimana dikemukakan oleh Pratiwi (2011, hlm. 2) dalam hasil
penelitiannya bahwa
Pada penggunaan metode ceramah, siswa lebih banyak mendengar dan menulis. Akibatnya proses belajar mengajar dirasakan siswa cukup membosankan, tidak menarik, dan membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar lebih lanjut sehingga berdampak siswa kurang memahami konsep-konsep bahan ajar yang harus dikuasai.
Rugayanti (2011, hlm. 4) dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa “Penggunaan metode ceramah membuat siswa hanya mendapat informasi tentang materi pembelajaran dari guru di kelas sehingga siswa sulit memahami dan
memaknai konsep-konsep materi yang dibahas, karena siswa tidak mengalami dan belajar untuk merumuskan konsep tersebut.”
Kelemahan-kelemahan metode ceramah yang telah dikemukakan tersebut
juga tampak pada hasil belajar siswa kelas X TAV 2 yang menjadi objek
penelitian ini. Berdasarkan data nilai UTS semester 1 standar kompetensi teknik
mikroprosesor, diperoleh informasi bahwa 60% siswa kelas X TAV 2
memperoleh nilai di bawah standar KKM yaitu 75. Berdasarkan data angket siswa
kelas X TAV 2, diperoleh informasi bahwa sebanyak 30% siswa mengatakan suka
pelajaran teknik mikroprosesor, 53% siswa mengatakan biasa, 17% siswa
mengatakan tidak menyukai pelajaran teknik mikroprosesor, 50% siswa
menganggap teknik mikroprosesor sebagai pelajaran yang sulit, 20% siswa
menganggap biasa, dan 30% siswa menganggap mudah. Diketahui pula, sebanyak
23,33% siswa mengatakan suka bertanya kepada guru pada proses pembelajaran,
43,33% siswa mengatakan kadang-kadang, dan 33,33% siswa mengatakan tidak
suka bertanya. Selain itu, sebanyak 33,33% siswa menganggap pembelajaran yang
dilaksanakan mendorongnya untuk semangat belajar, 26,67% siswa menganggap
kadang-kadang, dan 40% siswa menganggap tidak mendorongnya untuk semangat
Berdasarkan penelitian awal di kelas X TAV 2 ditemukan beberapa
permasalahan terkait pelaksanaan praktikum pada standar kompetensi teknik
mikroprosesor. Siswa melakukan kegiatan praktikum secara berkelompok, tetapi
kelompok tersebut dibentuk oleh siswa. Pembentukan kelompok oleh siswa
membuat penyebaran siswa yang pintar dan kurang pintar tidak merata di setiap
kelompok. Adapun ketika siswa yang kurang pintar berada dalam satu kelompok
dengan siswa yang pintar, siswa yang kurang pintar seringkali mengandalkan
siswa yang pintar. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa yang pintar akan
semakin pintar dan kemampuan siswa yang kurang pintar tidak akan bertambah.
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, perlu adanya
upaya perbaikan proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
yaitu menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut permasalahan yang terjadi dibutuhkan suatu model pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi pelajaran dan bertanggung
jawab pada saat melaksanakan kegiatan praktikum.Terdapat berbagai jenis model
pembelajaran. Salah satu jenis model pembelajaran yaitu Numbered Heads
Together (NHT) yang merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif
yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok.
“Model pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja
sama mereka” (Lie, 2004, hlm. 59). Ciri khas dari model pembelajaran NHT
adalah setiap siswa dalam kelompok mempunyai nomor diri masing-masing. Pada
fase menjawab, guru menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya
dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Penunjukkan tersebut
dilakukan tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompok tersebut. Cara ini merupakan upaya yang baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individual siswa dalam melakukan kegiatan kelompok karena
setiap anggota kelompok berpotensi untuk bertanggung jawab terhadap
mempelajari materi pelajaran dan bekerja sama dalam melakukan kegiatan
kelompok. Dengan demikian, tidak hanya prestasi akademik siswa yang
meningkat, tetapi juga kemampuan sosial siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran NHT guna meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah
pada standar kompetensi teknik mikroprosesor. Adapun judul penelitian yang
peneliti lakukan yaitu “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Standar Kompetensi Teknik Mikroprosesor Di SMK Negeri 4 Bandung”.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, penulis
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Sebagian besar siswa memperoleh nilai ujian teori di bawah standar KKM.
2. Siswa seringkali saling mengandalkan teman sekelompoknya pada saat
melaksanakan kegiatan praktikum.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada latar belakang penelitian dan identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : Apakah
implementasi model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dilihat dari hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada standar
kompentensi teknik mikroprosesor?
D.Batasan Masalah Penelitian
Agar permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini tidak terlalu luas,
penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah berikut.
1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X TAV 2 Tahun Ajaran 2013/2014
3. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah rangkaian flip-flop, register, dan
pencacah.
4. Aspek kemampuan yang diukur untuk ranah kognitif adalah pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Untuk ranah afektif dan
psikomotor masing-masing adalah sikap dan keterampilan siswa pada proses
pembelajaran.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor setelah diimplementasikan model
pembelajaran NHT pada standar kompetensi teknik mikroprosesor.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan alternatif model pembelajaran
dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan mengetahui kelayakan
penggunaannya.
2. Bagi guru, hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dalam memilih
model pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
pada standar kompetensi teknik mikroprosesor.
3. Bagi siswa, implementasi model pembelajaran NHT dapat mempermudah
siswa dalam memahami materi pelajaran.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu
kependidikan yang diperoleh selama menjalani perkuliahan, serta memperluas
pengetahuan mengenai model pembelajaran.
G.Struktur Organisasi Skripsi
Organisasi skripsi ini terbagi ke dalam lima bab sebagai berikut.
BAB I meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian,
BAB II meliputi kajian pustaka yang berkaitan dengan model
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil belajar,
dan standar kompetensi teknik mikroprosesor,serta penelitian terdahulu yang
relevan, asumsi penelitian, dan hipotesis penelitian.
BAB III meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, metode
penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, serta prosedur penelitian.
BAB IV meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V meliputi simpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan saran
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bandung yang beralamat di
Jalan Kliningan No. 6 Buah Batu Bandung, Jawa Barat. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Audio Video
di SMK Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang sedang menempuh
standar kompetensi teknik mikroprosesor. Sampel pada penelitian ini dipilih
dengan menggunakan teknik purposive sampling. “Teknik purposive sampling
merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono,
2012, hlm. 85). Pertimbangan pengambilan sampel pada penelitian ini
berdasarkan pada tujuan penelitian, jumlah sampel yang diperlukan untuk
penelitian, dan rekomendasi dari pihak guru standar kompetensi teknik
mikroprosesor. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas X TAV 2
dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.
B.Metode dan Desain Penelitian
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2012, hlm.
2). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental
design. Penelitian ini memberikan perlakuan pada sampel tanpa menggunakan
kelas kontrol.
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group
pretest-posttest design yang merupakan pengembangan dari one-shot case study.
Pengembangannya yaitu dengan cara melakukan satu kali pengukuran sebelum
dan setelah diberikan perlakuan. Alur penelitian ini adalah sampel penelitian
diberikan pretest, kemudian diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan
Pada Gambar 3.1 diperlihatkan desain penelitian yang dilakukan. Pada
gambar tersebut O1 adalah pretest yang dilakukan sebelum diimplementasikan model pembelajaran NHT, X adalah perlakuan berupa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran NHT, dan O2 adalah posttest yang dilakukan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
Gambar 3.1 One-group pretest-posttest design (Sugiyono, 2012, hlm. 74)
C.Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah pada judul penelitian yang
perlu dijelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok masalah dan
arah penelitian. Adapun penjelasan istilah tersebut yaitu:
1. Implementasi
Implementasi secara harfiah dapat dikatakan sebagai penerapan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008), penerapan adalah suatu
perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau
golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Lie (2004, hlm. 59) menyatakan bahwa “Model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran ini
juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama mereka.”.
3. Hasil belajar
Sudjana (2010, hlm. 3) menyatakan bahwa “Hasil belajar ialah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang
dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.”.
4. Standar kompetensi teknik mikroprosesor
Standar kompetensi teknik mikroprosesor merupakan salah satu mata
pelajaran dasar kompetensi kejuruan pada program keahlian Teknik Audio Video
(TAV) SMK Negeri 4 Bandung. Standar kompetensi ini terdiri dari empat
kompetensi dasar yaitu menjelaskan sistem bilangan, menjelaskan operasi logika
dasar, menjelaskan prinsip register geser, dan menjelaskan prinsip kerja
mikroprosesor Z80.
D.Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah” (Arikunto, 2010, hlm. 203). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1. Tes
Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
ranah kognitif untuk tingkatan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan
(C3), dan menganalisis (C4). Tes berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda yang
berkaitan dengan materi rangkaian flip-flop, register, dan pencacah. Tes
digunakan dalam pelaksanaan pretest dan posttest.
Sebelum instrumen ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
terhadap instrumen. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Adapun tahapan yang
a. Uji validitas
“Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur” (Arikunto, 2012, hlm. 73). Instrumen yang valid akan
memberikan gambaran data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan
sesungguhnya. Pengujian validitas instrumen ini merupakan pengujian validitas
setiap butir soal. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengetahui
validitas setiap butir soal adalah teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson. Berikut rumus korelasi product moment (Arikunto,
2012, hlm. 87).
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Pada rumus tersebut, rXY adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, ∑X adalah jumlah skor butir soal tertentu dari seluruh siswa, ∑Y
adalah jumlah skor total dari seluruh siswa, dan N adalah jumlah seluruh siswa.
Klasifikasi validitas butir soal berdasarkan harga koefisien korelasi
ditunjukkan oleh Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Klasifikasi validitas butir soal
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,81 – 1,00
0,61 – 0,80
0,41 – 0,60
0,21 – 0,40
0,00 – 0,20
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
Setelah harga koefisien korelasi diketahui, selanjutnya dilakukan uji
signifikansi untuk mengetahui validitas setiap butir soal. Uji signifikansi dihitung
dengan menggunakan uji t sebagai berikut (Sugiyono, 2012, hlm. 230).
√
√
Pada rumus tersebut, thitung adalah hasil perhitungan uji signifikansi, rXY adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dan n adalah jumlah
seluruh siswa.
Setelah dilakukan uji signifikansi, bandingkan thitung dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila thitung > ttabel, butir soal dinyatakan valid. Sedangkan apabila thitung < ttabel, butir soal dinyatakan tidak valid.
b. Uji reliabilitas
“Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila
diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda”
(Arifin, 2009, hlm. 258). Pada penelitian ini, rumus yang digunakan untuk
mengetahui reliabilitas instrumen adalah rumus Kuder-Richardson. 20 (K-R. 20)
sebagai berikut (Arikunto, 2012, hlm. 359).
.
∑
Pada rumus tersebut, ri adalah reliabilitas tes secara keseluruhan, pi adalah proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar, qi adalah proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q = 1 – p), ∑piqi adalah jumlah hasil perkalian antara pi dan qi, dan k adalah banyaknya butir soal, dan st2 adalah varians total.
Pada rumus tersebut, n adalah jumlah seluruh siswa. Setelah harga
koefisien reliabilitas (ri) diketahui, bandingkan ri dengan rtabel pada taraf signifikansi 5% dan N = 30. Apabila ri > rtabel, instrumen dinyatakan reliabel. Sedangkan apabila ri < rtabel, instrumen dinyatakan tidak reliabel.
Klasifikasi reliabilitas instrumen berdasarkan harga koefisien korelasi
ditunjukkan oleh Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Klasifikasi reliabilitas instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 – 1,00
0,61 – 0,80
0,41 – 0,60
0,21 – 0,40
0,00 – 0,20
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
(Arifin, 2009, hlm. 257)
c. Tingkat kesukaran
“Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang
seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik” (Arifin,
2009, hlm. 266). Dengan demikian, suatu soal hendaknya tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah. Berikut rumus yang digunakan untuk mencari indeks
kesukaran setiap butir soal (Arikunto, 2012, hlm. 223).
Pada rumus tersebut, P adalah indeks kesukaran, B adalah jumlah siswa
yang menjawab butir soal dengan benar, dan JS adalah jumlah seluruh siswa.
Klasifikasi tingkat kesukaran butir soal berdasarkan harga indeks
kesukaran ditunjukkan oleh Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi tingkat kesukaran butir soal
Indeks Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,71 – 1,00
0,31 – 0,70
0,00 – 0,30
Mudah
Sedang
Sukar
(Arikunto, 2012, hlm. 225)
d. Daya pembeda
“Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2012, hlm. 226). Berikut langkah-langkah
dalam mencari indeks diskriminasi atau daya pembeda setiap butir soal.
1) Mengurutkan skor total masing-masing siswa dari yang tertinggi sampai yang
terendah.
2) Membagi siswa ke dalam dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok
bawah.
3) Menghitung jumlah siswa pada kelompok atas maupun kelompok bawah yang
menjawab benar pada setiap butir soal.
4) Menghitung indeks diskriminasi dengan menggunakan rumus berikut
(Arikunto, 2012, hlm. 228).
Pada rumus tersebut, D adalah indeks diskriminasi, BA adalah banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benar, BB adalah banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal dengan benar, JA adalah banyaknya siswa kelompok atas, JB adalah banyaknya siswa kelompok bawah, PA adalah proporsi siswa kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benar, dan PB adalah proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal
dengan benar.
Klasifikasi daya pembeda butir soal berdasarkan harga indeks diskriminasi
ditunjukkan oleh Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda butir soal
Indeks Diskriminasi Kriteria Daya Pembeda
0,71 – 1,00
0,41 – 0,70
0,21 – 0,40
0,00 – 0,20
Negatif
Baik Sekali
Baik
Cukup
Jelek
Tidak Baik, Sebaiknya Dibuang
(Arikunto, 2012, hlm. 232)
Setelah dilakukan uji coba instrumen, instrumen yang valid dan reliabel
digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif. Pengukuran hasil belajar
ranah kognitif dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan (pretest) dan setelah
siswa diberikan perlakuan (postttest). Adapun langkah-langkah pengolahan data
prestest dan posttest yaitu sebagai berikut.
a. Menghitung skor setiap siswa
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode rights only,
yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak
dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah
b. Menghitung nilai rata-rata
Setelah nilai setiap siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai rata-rata dari keseluruhan siswa. Berikut rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai rata-rata dari data pretest maupun posttest (Sugiyono,
2012, hlm. 49).
∑
Pada rumus tersebut, Me adalah mean atau nilai rata-rata, ∑ adalah
jumlah nilai x siswa ke i sampai siswa ke n, dan N adalah jumlah seluruh siswa.
c. Menghitung nilai gain setiap siswa
Gain adalah selisih antara skor posttest dengan skor pretest. Gain
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Berikut rumus
yang digunakan untuk menghitung nilai gain.
d. Menghitung nilai gain ternormalisasi
Setelah gain setiap siswa diketahui, langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai rata-rata gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus
berikut (Hake, 1999, hlm. 1).
Pada rumus tersebut adalah nilai rata-rata gain ternormalisasi,
adalah nilai rata-rata gain aktual, adalah nilai rata-rata
gain maksimal yang mungkin terjadi, adalah nilai rata-rata postttest,
dan adalah nilai rata-rata pretest.
Klasifikasi nilai rata-rata gain ternormalisasi ditunjukkan oleh Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Klasifikasi nilai rata-rata gain ternormalisasi
Nilai Kriteria Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi
Tinggi
Sedang
Rendah
(Hake, 1999, hlm. 1)
2. Observasi
Pada penelitian ini, instrumen observasi digunakan untuk mengukur
tingkat keterlaksanaan model pembelajaran NHT serta hasil belajar siswa pada
ranah afektif dan psikomotor. Berbeda halnya dengan tes, lembar observasi tidak
diujicobakan, tetapi dikoordinasikan dengan observer yang terlibat dalam proses
penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut.
a. Observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT
Observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT dilakukan untuk
mengamati relevansi antara langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan langkah-langkah model pembelajaran NHT yang tertera pada RPP.
Relevansi tersebut menunjukkan tingkat keterlaksanaan langkah-langkah model
pembelajaran NHT. Hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran NHT
dinyatakan dalam bentuk persentase tingkat keterlaksanaan setiap langkah model
pembelajaran NHT.
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung persentase tingkat
b. Pengukuran hasil belajar ranah afektif
Pengukuran hasil belajar ranah afektif dilakukan terhadap perilaku siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek ranah afektif yang diukur adalah
penerimaan (A1), partisipasi (A2), serta penilaian dan penentuan sikap (A3).
Instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif
ditunjukkan oleh Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Instrumen pengukuran hasil belajar ranah afektif
No.
Aspek yang Diukur Skor
1 2 3 4 5
1. Perhatian dalam pembelajaran (Receiving, A1)
2. Keaktifan dalam kelompok (Responding, A2)
3. Kejujuran dalam mengumpulkan data (Valuing, A3)
4. Menanggapi Presentasi (Valuing, A3)
Jumlah Skor
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Jika siswa A memperoleh skor 4 (4 x 1) berarti siswa tersebut gagal atau
kurang baik dan jika memperoleh skor 20 (4 x 5) berarti siswa tersebut berhasil
atau sangat baik. Dengan demikian, mediannya adalah (20 + 4) / 2 = 12. Jika
dibagi menjadi empat kriteria maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah
afektif seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.7 Klasifikasi hasil belajar ranah afektif dalam bentuk skor
Skor Kriteria Hasil Belajar Ranah Afektif
17 – 20
13 – 16
9 – 12
Sangat Baik
Baik
4 – 8 Kurang Baik
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Apabila skor yang diperoleh dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan
skala 1-100 maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah afektif seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi hasil belajar ranah afektif dalam bentuk nilai
Nilai Kriteria Hasil Belajar Ranah Afektif
81 – 100
61 – 80
41 – 60
20 – 40
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap siswa
berdasarkan hasil pengukuran ranah afektif.
Pada rumus tersebut, N adalah nilai yang diperoleh siswa, jumlah skor
yang diperoleh dari keseluruhan aspek adalah skor total yang diperoleh siswa dari
keseluruhan aspek, dan jumlah skor maksimal dari keseluruhan aspek adalah skor
tertinggi dari setiap aspek yang dikalikan dengan jumlah aspek.
Berikut rumus yang digunakan untuk untuk menghitung nilai rata-rata
setiap aspek ranah afektif.
̅
skor maksimal aspek adalah skor tertinggi dari aspek tertentu yang dikalikan
dengan jumlah siswa.
c. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor
Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor dilakukan terhadap
keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Aspek ranah
psikomotor yang diukur adalah kesiapan (P2) dan gerakan terbimbing (P3).
Instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah
psikomotor ditunjukkan oleh Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Instrumen pengukuran hasil belajar ranah psikomotor
No.
Aspek yang Diukur Skor
1 2 3 4 5
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum (Set, P2)
2. Merangkai bahan praktikum pada protoboard (Guided respons, P3)
3. Melakukan pengamatan terhadap hasil praktikum (Guided respons, P3)
4. Mengumpulkan data hasil praktikum (Guided
respons, P3)
Jumlah Skor
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Jika siswa A memperoleh skor 4 (4 x 1) berarti siswa tersebut gagal atau
kurang baik, dan jika memperoleh skor 20 (4 x 5) berarti siswa tersebut berhasil
atau sangat baik. Dengan demikian, mediannya adalah (20 + 4) / 2 = 12. Jika
dibagi menjadi empat kategori maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah
psikomotor seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.10.
Skor Kriteria Hasil Belajar Ranah Psikomotor
17 – 20
13 – 16
9 – 12
4 – 8
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
(Arifin, 2009, hlm. 234)
Apabila skor yang diperoleh dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan
skala 1-100 maka akan diperoleh klasifikasi hasil belajar ranah psikomotor seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Klasifikasi hasil belajar ranah psikomotor dalam bentuk nilai
Nilai Kriteria Hasil Belajar Ranah Afektif
81 – 100
61 – 80
41 – 60
20 – 40
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap siswa
berdasarkan hasil pengukuran ranah psikomotor.
Pada rumus tersebut, N adalah nilai yang diperoleh siswa, jumlah skor
yang diperoleh dari keseluruhan aspek adalah skor total yang diperoleh siswa dari
keseluruhan aspek, dan jumlah skor maksimal dari keseluruhan aspek adalah skor
tertinggi dari setiap aspek yang dikalikan dengan jumlah aspek. Sedangkan untuk
menghitung nilai rata-rata setiap aspek ranah psikomotor digunakan rumus
̅
Pada rumus tersebut, ̅ Aspek adalah nilai rata-rata aspek tertentu, jumlah
skor aspek adalah jumlah skor keseluruhan siswa pada aspek tertentu, dan jumlah
skor maksimal aspek adalah skor tertinggi dari aspek tertentu yang dikalikan
dengan jumlah siswa.
3. Angket
Pada penelitian ini, instrumen angket digunakan untuk mendapatkan
informasi terkait anggapan siswa terhadap mata pelajaran teknik mikroprosesor
dan proses pembelajaran teknik mikroprosesor yang telah berlangsung sebelum
diadakannya penelitian. Instrumen angket ditunjukkan oleh Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Instrumen angket
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran teknik mikroprosesor?
a. Ya
b. Biasa saja
c. Tidak
2.
Bagaimana tanggapan kamu mengenai
tingkat kesulitan materi pada mata
pelajaran teknik mikroprosesor?
a. Mudah
b. Sedang
c. Sulit
3.
Apakah kamu suka bertanya seputar
materi pembelajaran kepada guru
ketika pembelajaran berlangsung?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4.
Apakah pembelajaran yang
dilaksanakan mendorong kamu untuk
semangat belajar?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Bagaimana nilai rata-rata kamu pada mata pelajaran teknik mikroprosesor?
a. Di atas KKM ( 75)
c. Di bawah KKM ( 75)
Hasil angket dinyatakan dalam bentuk persentase jawaban siswa pada
setiap kategori. Kategori yang dimaksud adalah alternatif jawaban dari setiap
pertanyaan. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban
siswa pada setiap kategori.
4. Wawancara
Pada penelitian ini, instrumen wawancara digunakan untuk mendapatkan
informasi terkait pembelajaran yang telah berlangsung sebelum diadakannya
penelitian. Pihak yang diwawancara adalah salah satu guru standar kompetensi
teknik mikroprosesor di SMK Negeri 4 Bandung. Instrumen wawancara
ditunjukkan oleh Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Instrumen wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa model pembelajaran yang sering Bapak/Ibu gunakan?
2. Apa metode pembelajaran yang sering Bapak/Ibu gunakan?
3. Apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti proses pembelajaran?
4. Bagaimana hasil belajar siswa pada ranah kognitif?
5.
Apa kendala yang sering
Bapak/Ibu alami ketika proses
pembelajaran berlangsung?
kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT)?
7.
Apa kendala yang Bapak/Ibu
alami ketika menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together
(NHT)?
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini digunakan
beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Tes
Pada penelitian ini, tes digunakan sebagai teknik pengumpulan data hasil
belajar siswa pada ranah kognitif. Instrumen tes berupa soal-soal berbentuk
pilihan ganda yang berkaitan dengan materi rangkaian flip-flop, register, dan
pencacah. Tes diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
yang berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Tes
yang dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan (pretest) ditujukan untuk
mengukur kemampuan awal siswa. Tes yang dilakukan setelah siswa diberikan
perlakuan (posttest) ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa sebagai efek
penggunaan model pembelajaran NHT. Pretest dan posttest menggunakan
instrumen yang sama.
2. Observasi
Pada penelitian ini, observasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data
tingkat keterlaksanaan model pembelajaran NHT. Selain itu, observasi juga
digunakan sebagai teknik pengumpulan data hasil belajar siswa pada ranah afektif
dan psikomotor. Hal ini disebabkan kedua ranah tersebut berkaitan dengan
(Sugiyono, 2012, hlm. 145) bahwa “Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.”. Adapun
tipe observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur.
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis
tentang apa yang akan diamati.
3. Wawancara
Pada penelitian ini, wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data ketika peneliti melakukan studi pendahuluan. Adapun tipe wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur karena peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan
lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian ini, pihak yang
diwawancara adalah salah satu guru teknik mikroprosesor di SMK Negeri 4
Bandung. Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi awal
mengenai permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian sehingga peneliti
dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
4. Angket
Seperti halnya wawancara, angket digunakan sebagai teknik
pengumpulan data ketika peneliti melakukan studi pendahuluan. Angket berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa secara langsung.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan anggapan siswa terhadap mata pelajaran
teknik mikroprosesor dan proses pembelajaran teknik mikroprosesor yang telah
berlangsung. Adapun jenis pertanyaan yang digunakan dalam angket yaitu
pertanyaan tertutup. Angket dengan pertanyaan tertutup adalah angket yang
F. Teknik Analisis Data
1. Uji normalitas data
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat normal atau
tidaknya data yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengujian normalitas data pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (χ2). “Pengujian
normalitas data dengan Chi Kuadrat (χ2) dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul dengan kurva normal
baku/standard” (Sugiyono, 2012, hlm. 79).
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Kurva normal baku ; (b) Kurva distribusi data yang akan diuji
normalitasnya (Sugiyono, 2012, hlm. 80)
Berikut langkah-langkah pengujian normalitas data dengan menggunakan
Chi Kuadrat (Sugiyono, 2012, hlm. 80-82).
a. Menentukan jumlah kelas interval
Untuk pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrat,
jumlah kelas interval ditetapkan sesuai dengan jumlah bidang yang ada pada
kurva normal baku yaitu sejumlah 6 kelas interval.
b. Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas interval dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
c. Menyusun data ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel penolong
untuk menghitung harga Chi Kuadrat Hitung.
Tabel penolong untuk pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi
Kuadrat ditunjukkan oleh Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Tabel penolong untuk pengujian normalitas data dengan
menggunakan Chi Kuadrat
Pada tabel tersebut, f0 adalah frekuensi/jumlah data hasil observasi, fh adalah jumlah/frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang pada kurva
normal baku dikalikan dengan n), dan f0-fh adalah selisih antara data f0 dengan fh.
d. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh)
Cara menghitung fh didasarkan pada persentase luas tiap bidang pada kurva normal baku dikalikan dengan jumlah individu yang terdapat pada sampel.
e. Memasukkan harga-harga fh ke dalam kolom fh yang terdapat pada tabel
penolong serta menghitung harga-harga dan . Harga
merupakan harga Chi Kuadrat Hitung.
f. Membandingkan harga Chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.
Interval fo fh fo– fh (fo– fh)2
Apabila harga Chi Kuadrat Hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat
Tabel, distribusi data dinyatakan normal. Sedangkan apabila harga Chi Kuadrat
Hitung lebih besar dari harga Chi Kuadrat Tabel, distribusi data dinyatakan tidak
normal.
2. Uji hipotesis data
Jenis hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji pihak kiri. Dalam uji pihak kiri
berlaku ketentuan, apabila harga thitung jatuh pada daerah penerimaan H0 lebih besar atau sama dengan ( ) dari ttabel, H0 diterima dan Ha ditolak.
Berikut rumus untuk menguji hipotesis deksriptif dengan menggunakan uji
pihak kiri (Sugiyono, 2012, hlm. 96).
̅ √
Pada rumus tersebut, t adalah nilai t yang dihitung, ̅ adalah rata-rata ,
adalah nilai yang dihipotesiskan, s adalah simpangan baku, dan n adalah
jumlah anggota sampel.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai simpangan baku
sebagai berikut (Sugiyono, 2012, hlm. 57).
√∑ ̅
Pada rumus tersebut, s adalah simpangan baku sampel, adalah nilai x
siswa ke i sampai siswa ke n, ̅ adalah rata-rata , dan n adalah jumlah anggota
sampel.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut kegiatan yang dilaksanakan pada setiap
tahap penelitian.
1. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian sebagai berikut.
a. Melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang akan
diteliti. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengamati secara langsung
pelaksanaan pembelajaran teknik mikroprosesor, menyebarkan angket kepada
siswa, dan melakukan wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran
teknik mikroprosesor.
b. Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori-teori yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti.
c. Menentukan metode dan desain penelitian yang akan digunakan.
d. Menentukan sampel penelitian yang akan digunakan berdasarkan pada tujuan
penelitian, jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian, dan rekomendasi
dari pihak guru mata pelajaran teknik mikroprosesor.
e. Mempelajari silabus standar kompetensi teknik mikroprosesor untuk
menentukan kompetensi dasar yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam
penelitian.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk keseluruhan
pertemuan yang akan dilaksanakan.
g. Menyusun instrumen pengukuran hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor serta instrumen observasi keterlaksanaan model pembelajaran
NHT.
h. Melakukan uji coba terhadap instrumen pengukuran hasil belajar ranah
kognitif. Di lain pihak, instrumen observasi hasil belajar ranah afektif, hasil
belajar ranah psikomotor, dan keterlaksanaan model pembelajaran NHT tidak
diujicobakan, melainkan dikoordinasikan dengan observer yang akan terlibat
i. Menganalisis setiap butir soal dari instrumen pengukuran hasil belajar ranah
kognitif , kemudian menentukan butir soal yang layak untuk digunakan dalam
pengukuran hasil belajar ranah kognitif.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian sebagai
berikut.
a. Memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada ranah
kognitif sebelum diimplementasikan model pembelajaran NHT.
b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran NHT. Selama pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi
terhadap keterlaksanaan model pembelajaran NHT. Selain itu, dilakukan pula
observasi terhadap sikap dan keterampilan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
c. Memberikan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa pada ranah kognitif
setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT.
3. Tahap akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir penelitian sebagai berikut.
1. Mengolah dan menganalisis data hasil observasi keterlaksanaan model
pembelajaran NHT untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan setiap langkah
model pembelajaran NHT.
2. Mengolah dan menganalisis data hasil pengukuran ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar
siswa pada ketiga ranah tersebut setelah diimplementasikan model
pembelajaran NHT.
3. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil
pengukuran ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, serta memberikan saran
untuk penelitian lanjutan.
Rischa Novitasari, 2015
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
Data Hasil Studi Pendahuluan dan Studi Literatur Mulai
Studi Pendahuluan dan Studi Literatur
Menentukan Sampel Penelitian Menentukan Metode dan Desain Penelitian
Menentukan Materi Pembelajaran
Penyusunan RPP
Revisi
Y
T Penyusunan Instrumen Tes dan Observasi
Uji Coba Instrumen Tes
Valid & Reliabel?
Pretest, Treatment, Observasi, dan Posttest
Data Hasil Pretest, Posttest, dan Observasi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Penelitian mengenai implementasi model pembelajaran NHT untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi teknik mikroprosesor
telah berhasil dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bandung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada ranah kognitif mengalami
peningkatan setelah diimplementasikan model pembelajaran NHT. Selain itu,
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada ranah afektif
dan psikomotor mengalami peningkatan pada setiap pertemuan setelah
diimplementasikan model pembelajaran NHT.
Hasil uji hipotesis terhadap data hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif
ditolak, atau dapat dikatakan bahwa implementasi model pembelajaran NHT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
B.Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, terdapat beberapa saran
sebagai berikut.
1. Untuk guru, peneliti menyarankan agar menjadikan model pembelajaran NHT
sebagai alternatif model pembelajaran pada standar kompetensi teknik
mikroprosesor dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar mengimplementasikan
model pembelajaran NHT pada subjek yang berbeda sehingga manfaat model
pembelajaran NHT dapat lebih teruji. Selain itu, dalam menerapkan model
pembelajaran NHT hendaknya lebih memperhatikan alokasi waktu untuk setiap
langkah pembelajaran agar setiap langkah pembelajaran dalam model
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2012) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulawiyah, Y.Z. (2010) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) pada Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi,
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Aunurrahman (2012) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Baker, D.P. (2013) The Effects of Implementing the Cooperative Learning
Structure, Numbered Heads Together, in Chemistry Classes at a Rural, Low Performing High School. [Online]. Tersedia di:
http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-07012013-224034/unrestricted/DanielPBakerThesis.pdf. [Diakses 24 Desember 2013].
Departemen Pendidikan Nasional (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta:Balai Pustaka.
Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [Diakses 25
Desember 2013].
Haydon, T., Maheady, L., dan Hunter, W. (2010). Effects of Numbered Heads
Together on the Daily Quiz Scores and on-Task Behavior of Students with Disabilities. Journal of Behavioral Education, 19 (3), hlm. 222-238.
Huda, M. (2011) Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Ibrahim, M. (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya-University Press.
Isjoni (2010) Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Kawakiby, S.S.N. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Laswati (2005) Modul Mata Pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital. Bandung: SMKN 4 Bandung.
Lie, A. (2004) Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Muslimah, Y.U.K.L. dan Amaria. (2013) Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia, 2 (3), hlm. 103-111.
Nurhadi, dkk. (2003) Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Pratiwi, R. (2011) Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala
Bernomor (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Skripsi, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Rugayanti, A. (2011) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA pada Materi Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudjana, N. (2010) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono (2012) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Widjanarka, W. (2006) Teknik Digital. Jakarta: Erlangga.
Trianto (2009) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia (2013) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: University Press UPI.