PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION,
GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS
(Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
oleh
Eldi Mulyana NIM 1200965
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS (Studi Quasi Experiment pada Kelas VIII SMP N 38 Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS
(Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)
Oleh Eldi Mulyana
S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Eldi Mulyana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ELDI MULYANA NIM 1200965
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION, GROUP INVESTIGATION, DAN TEAM GAMES TOURNAMENT
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPS
(Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002
Pembimbing II
Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd NIP. 19610501 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPS
ABSTRAK
Eldi Mulyana (1200965). “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap Pemahaman Konsep IPS (Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMP N 38 Bandung)”. Berada di
bawah bimbingan Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. dan Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPS yang terjadi pada peserta didik di kelas VIII SMP N 38 Bandung. Rendahnya pemahaman konsep IPS disebabkan oleh miskonsepsi yang dibawa sebelumnya oleh peserta didik dari lingkungannya akibat pola pikir yang salah dan ditambah oleh metode pembelajaran IPS yang kurang mengajak peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Peneliti mencoba menggunakan pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation
(GI) dan Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS. Metode yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain penelitian nonequivalent [pre test and post test] control group design. Perolehan data dilakukan dengan tes (pre test dan post test), lembar observasi dan pedoman wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode right only, analisis peningkatan pemahaman konsep IPS (gain), uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk) , uji homogenitas Levene Test, uji hipotesis (paired sample t test, independent sample t test, dan matched subject). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT efektif meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik, hal tersebut berdasarkan nilai rata-rata pemahaman konsep IPS pada saat sesudah perlakuan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa CIRC, GI dan TGT efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII SMPN 38 Bandung. Perbandingan efektivitas antara ketiga metode pembelajaran kooperatif tersebut diperoleh informasi berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII SMPN 38 Bandung dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan TGT.
Kata Kunci: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
ABSTRACT
Eldi Mulyana (1200965). “Comparing the Effectiveness of Learning of Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, and Team Games Tournament types in Students’ Understanding of IPS1 Concepts (A Quasi Experiment to the Eighth Grade Students of SMP N2 38 Bandung)”. Under the guidance of Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. and Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd.
The background to the research is students’ low understanding of (IPS) social
studies concepts in grade VIII SMP N 38 Bandung. This low understanding is
caused by the misconception prevalent in students’ environment as a result of the
wrong mindset and is ameliorated by social studies learning methods that do not engage students in the teaching and learning process. Therefore, the researcher attempts to adopt cooperative learning of CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), GI (Group Investigation), and TGT (Teams-Games-Tournaments) types to improve students’ understanding of social studies concepts. The method adopted was quasi experiment with nonequivalent-[pre-test and post-test]-control-group design. Meanwhile, data were collected through tests (pre-test and post-test), observation sheets, and guided interview. The data were then analyzed using the right only method, gain analysis of improvement in understanding of social studies concepts, Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk) normality test, Levene’s homogeneity test, and hypothesis tests (paired samples t-test, independent sample t-test, and matched subject). The findings indicate that cooperative learning of CIRC, GI, and TGT types were
equally effective in improving students’ understanding of social studies concepts,
such as evidenced in the increased average scores of the post-test for understanding of social studies concepts compared to the scores before treatment. Hence, it can be concluded that CIRC, GI, and TGT were effective to improve the understanding of social studies concepts of the eight grade students of SMPN 38 Bandung. In addition, comparison of the effectiveness of the three cooperative learning methods shows that GI was better and more effective in improving the understanding of social studies concepts of the eight grade students of SMPN 38 Bandung compared to CIRC and TGT cooperative learning model types.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah Penelitian 10
C. Rumusan Masalah Penelitian 10
D. Tujuan Penelitian 12
E. Manfaat Penelitian 13
F. Struktur Organisasi Tesis 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Landasan Teoretis Pemahaman Konsep Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) 15
2. Landasan Teoretis Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) 32
F. Proses Pengembangan Instrumen 89
G. Teknik Pengumpulan Data 101
H. Analisis Data 101
Isi Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Sekolah 114
2. Deskripsi Kelas 115
3. Deskripsi Pembelajaran CIRC di Kelas Eksperimen 1 116 4. Deskripsi Pembelajaran GI di Kelas Eksperimen 2 119 5. Deskripsi Pembelajaran TGT di Kelas Eksperimen 3 121 6. Deskripsi Pembelajaran Konvensional di Kelas Kontrol 123 7. Deskripsi Analisis Hasil Tes Pemahaman Konsep IPS 124 8. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Kooperatif
Tipe CIRC, GI dan TGT dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep IPS 164
9. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 168 10.Deskripsi Tanggapan Peserta didik dan Pendidik terhadap
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC, GI dan
TGT 177
11.Kendala-kendala Implementasi Pembelajaran Kooperatif
Tipe CIRC, GI dan TGT 184
12.Saran-saran Peneliti terhadap kendala Implementasi
Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC, GI dan TGT 185
B. Pembahasan 187
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 205
B. Saran 207
DAFTAR PUSTAKA 208
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Data Nilai UTS Genap Mata Pelajaran IPS Kelas VIII 3 1.2. Data Nilai UTS Genap Mata Pelajaran IPS Berdasarkan KKM 4 1.3. Data Nilai Ulangan Harian Khusus Soal Pemahaman Konsep 5
2.1. Taksonomi Bloom 16
2.2. Revisi Taksonomi Bloom 18
2.3. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 30 2.4. Perbandingan PIPS untuk Dikdasmen dan FPIPS 33 2.5. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS 42 2.6. Tipologi Metode-metode Pembelajaran Kooperatif 54 2.7. Langkah-langkah Pendidik dalam Pembelajaran Kooperatif 56 2.4. Peran-peran dalam Kelompok-kelompok Belajar Kooperatif 57 3.1. Populasi Penelitian Kelas VIII SMPN 38 Bandung 71 3.2. Data Statistika Deskriptif Nilai Ulangan Harian Kelas VIII 73 3.3. Hasil Uji Normalitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII 74 3.4. Hasil Uji Homogenitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII 75
3.5. Sampel Penelitian 76
3.6. Kelompok Penelitian 78
3.7. Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC 82
3.8. Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe GI 84 3.9. Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe TGT 85 3.10. Operasional Variabel Pemahaman Konsep 86
3.11. Kriteria Tingkat Kesukaran 89
3.12. Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Pemahaman Konsep IPS 90
3.13. Kriteria Daya Beda Butir Soal 92
3.14. Daya Beda Butir Soal Pre Test Pemahaman Konsep IPS 92 3.15. Daya Beda Butir Soal Post Test Pemahaman Konsep IPS 93 3.16. Berfungsi Tidaknya Pilihan Pengecoh 95
Tabel Halaman
3.18. Hasil Uji Validitas Butir Soal Pre Test 98 3.19. Hasil Uji Validitas Butir Soal Post Test 99
3.20. Kategori Gain 102
3.21. Matched Subject Berdasarkan Skor Pre Test 110 4.1. Rata-rata Skor Pre Test dan Post Test 124
4.2. Rata-rata Skor Gain 125
4.3. Hasil Uji Normalitas 126
4.4. Hasil Uji Homogenitas 127
4.5. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test
Kelas Kontrol 128
4.6. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Kontrol 129
4.7. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan
Post test Konvensional 130
4.8. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test
Konvensional 130
4.9. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test
Kelas Eksperimen 1 131
4.10. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen
1 132
4.11. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan
Post test CIRC 133
4.12. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test
CIRC 133
4.13. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas
Eksperimen 2 134
4.14. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas
Eksperimen 2 135
4.15. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan
Post test GI 136
4.16. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test
Tabel Halaman
4.17. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas
Eksperimen 3 137
4.18. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 3 138
4.19. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan
Post test TGT 139
4.20. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test
TGT 139
4.21. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 1 140
4.22. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 1 141
4.23. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain
Konvensional dengan CIRC 142
4.24. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional
dan CIRC 142
4.25. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 2 144
4.26. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 2 145
4.27. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain
Konvensional dengan GI 146
4.28. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional
dan GI 146
4.29. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Kontrol dengan
Kelas Eksperimen 3 148
4.30. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 3 148
4.31. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain
Konvensional dengan TGT 149
4.32. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional
dan TGT 150
4.33. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Eksperimen 1
Tabel Halaman
4.34. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 152
4.35. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain CIRC
dengan GI 153
4.36. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan GI 153
4.37. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Eksperimen 1
dengan Kelas Eksperimen 3 155
4.38. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 3 156
4.39. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain CIRC
dengan TGT 157
4.40. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan TGT 157
4.41. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain Kelas Eksperimen 2
dengan Kelas Eksperimen 3 159
4.42. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2 dan Kelas
Eksperimen 3 160
4.43. Hasil Uji Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Gain GI
dengan TGT 161
4.44. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain GI dan TGT 161
4.45. Rangkuman Pengujian Hipotesis 163
4.46. Matched Subjects Skor Pre Test 165
4.47. Matched Subjects Skor Post Test 165
4.48. Matched Subjects Skor Gain 166
4.49. Respon Peserta didik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 178
4.50. Respon Peserta didik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 179
4.51. Respon Peserta didik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 180
4.52. Respon Pendidik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 181
4.53. Respon Pendidik tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 182
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Alur Istilah-istilah dalam Penerapan Pembelajaran 47
2.2. Mekanisme Model Pembelajaran Kooperatif 49
2.3. Penempatan pada Meja Turnamen 64
2.4. Aturan Permainan TGT 64
2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian 67
3.1. Penarikan Sampel dengan Convenience 76
3.2. Hubungan Kelas Eksperimen 1, Eksperimen 2, Eksperimen 3 dan Kelas Kontrol 79
4.1. Perbandingan rata-rata skor pre test dan post test pada kelas Kontrol, eksperimen 1, Eksperimen 2 dan Eksperimen 3 125 4.2. Perbandingan Rata-rata Skor Gain pada Kelas Kontrol, Eksperimen 1, Eksperimen 2 dan Eksperimen 3 126 4.3 Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Kontrol 129
4.4. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test Konvensional 130
4.5. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 1 132
4.6. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test CIRC 133
4.7. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 2 135
4.8. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test GI 136 4.9. Perbedaan Rata-rata Skor Pre test dan Post test Kelas Eksperimen 3 138
4.10. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Skor Pre test dan Post test
TGT 139
4.11. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 1 141
4.12. Perbedaan matched subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional
Gambar Halaman
4.13. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 2 145
4.14. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional
dan GI 147
4.15. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 3 149
4.16. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain Konvensional
dan TGT 150
4.17. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 2 152
4.18. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan GI 154
4.19. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 1 dan Kelas
Eksperimen 3 156
4.20. Perbedaan Matched Subjects Rata-rata Nilai Gain CIRC dan TGT 158
4.21. Perbedaan Rata-rata Nilai Gain Kelas Eksperimen 2 dan Kelas
Eksperimen 3 160
4.22. Matched Subjects Berdasarkan Rata-rata Nilai Gain GI dan TGT 162
4.23. Matched Subjects Berdasarkan Skor Pre Test dan Post Test 166
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Instrumen Penelitan 216
B. Hasil Uji Coba Instrumen Tes 306
C. Analisis Data Hasil Penelitian 330
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak dapat dihindari oleh para pendidik karena mengingat berisi data, informasi, serta konsep dan generalisasi. Salah satu dari kesulitan dalam penggunaan metode ceramah adalah tetap memelihara perhatian peserta didik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani & Sjamsuddin (2008, hlm. 88) menunjukkan bahwa “67,7% peserta didik SMP di Jawa Barat tidak menginginkan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran”. Karena itu, sangatlah jelas apabila banyak peserta didik yang tidak menginginkan metode ceramah dalam pembelajaran IPS di sekolah.
Banyak orang berpendapat bahwa pembelajaran IPS selama ini dianggap monoton dan tidak jarang peserta didik menjadi malas untuk mempelajarinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hasan (dalam Somantri, 2010, hlm. 20) yang mengemukakan bahwa ‘Proses pembelajaran IPS dianggap sangat membosankan karena peserta didik terpaku ketat di mejanya masing-masing mencatat, mendengar, menjawab pertanyaan pendidik ataupun berdiskusi’. Para pendidik IPS selama ini terfokus pada buku paket yang tersedia di sekolah dengan meminta peserta didik merangkum kemudian menghafalnya dan diakhiri tes lisan.
Para pendidik mata pelajaran IPS di sekolah terbebani dengan target untuk menghabiskan materi pelajaran sesuai silabus. Karena itu, para pendidik cenderung mengabaikan proses pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS dan lebih mengedepankan pengetahuan saja kepada peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Al Muchtar (2014, hlm. 3) yang mengemukakan bahwa “Salah
Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik akan menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran IPS. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk oleh pengalaman sehari-hari pada peserta didik. Apabila pembelajaran tidak menekankan pada pemahaman konsep peserta didik, maka dapat dipastikan miskonsepsi akan semakin sulit dihilangkan. Klammer (dalam Tayubi, 2005, hlm. 4) mengemukakan bahwa ‘Adanya miskonsepsi ini jelas akan sangat menghambat pada proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri peserta didik, sehingga akan menghalangi keberhasilan peserta didik dalam proses belajar lebih lanjut’. Karena itu, sangat penting sekali apabila para pendidik melakukan pembelajaran yang mampu mengkonstruksi pemahaman konsep peserta didik berdasarkan pengalamannya sehari-hari.
Kenyataannya selama ini di lapangan kemampuan pemahaman konsep pada peserta didik mengalami banyak kesulitan. Beberapa kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami konsep menurut hasil penelitian Rifani (2013, hlm. 3) adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan memahami konsep-konsep;
2. Kesulitan mendeskripsikan konsep ke dalam bentuk diagram, grafik atau dalam bentuk presentasi ilmiah lainnya;
3. Kesulitan dalam menginterpretasikan data berdasarkan tabel atau grafik, termasuk pula kesulitan dalam mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam menyelesaikan permasalahan sederhana;
4. Kesulitan membaca data; dan
5. Kesulitan mengaitkan suatu konsep dengna konsep yang lain.
Beberapa kesulitan dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penggunaan pola pikir peserta didik selama ini masih rendah terhadap proses memahami suatu konsep dalam pembelajaran.
Hasil pengamatan peneliti terhadap peserta didik Kelas VIII di SMPN 38
Bandung pada mata pelajaran IPS ditemukan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang memengaruhi proses pemahaman konsep. Pembelajaran yang
Tes tanya jawab secara lisan dilakukan pendidik pada akhir pembelajaran dengan tujuan untuk mengukur pemahaman konsep IPS pada peserta didik setelah mereka diberi waktu untuk menghafalkannya. Diskusi kelompok yang dilakukan pun berlangsung monoton karena kurang kreatifnya pendidik dalam mengemasnya metode pembelajaran. Sebagian besar peserta didik tidak terlibat dalam kegiatan diskusi, hanya beberapa orang saja dalam kelompok yang terlibat aktif dalam diskusi. Kebanyakan peserta didik hanya mengobrol dan lebih mengandalkan rekannya untuk membahas tema diskusi yang diberikan pendidik.
Media pembelajaran di sekolah pun tidak tersedia teknologi yang canggih seperti laptop/komputer dan proyektor. Pendidik pun malas untuk membuat lembar kerja peserta didik (LKP) sendiri sehingga lebih mengandalkan soal-soal yang terdapat pada buku paket di sekolah. Pendidik berasumsi bahwa untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik cukup dengan memberikan penugasan dengan memberikan pekerjaan rumah (PR).
Berikut ini hasil belajar IPS yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelas VIII berdasarkan data nilai ulangan tengah semester genap:
Tabel 1.1.
Data Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) Genap Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Tahun Ajaran 2014-2015
No Kelas Data Statistika UTS Kelas VIII
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
1 VIII A 93 40 73.51
2 VIII B 97 57 83.18
3 VIII C 100 57 86.68
4 VIII D 100 30 82.03
5 VIII E 97 47 75.26
6 VIII F 97 43 73.32
7 VIII G 83 40 62.97
8 VIII H 77 40 59.63
9 VIII I 80 36 57.59
10 VIII J 90 36 66.35
11 VIII K 77 46 59.76
Berdasarkan data pada tabel 1.1., diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai hasil belajar IPS pada peserta didik berdasarkan ulangan tengah semester genap hanya 70,94. Sementara itu, nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70. Hal tersebut mengindikasikan terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran IPS di kelas VIII sehingga mengakibatkan nilai hasil belajar IPS yang kurang memuaskan.
Kelas VIII di SMPN 38 Bandung diampu oleh dua orang pendidik. Pendidik yang pertama mengampu di kelas VIII A sampai F dan pendidik yang
kedua mengampu di kelas VIII G sampai K. Berdasarkan tabel 1.1. di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa kelas yang diampu oleh pendidik pertama lebih tinggi rata-rata hasil belajarnya dibandingkan kelas yang diampu oleh pendidik kedua. Rata-rata nilai hasil belajar IPS terendah pada kelas yang diampu oleh pendidik pertama sebesar 73,32. Sementara itu, rata-rata nilai hasil belajar IPS terendah pada kelas yang diampu oleh pendidik kedua sebesar 57,59. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas yang diampu oleh pendidik kedua memiliki rata-rata hasil belajar IPS yang rendah bahkan di bawah nilai KKM yang telah ditentukan.
Persentase nilai peserta didik yang di bawah dan di atas KKM pada kelas VIII terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2.
Berdasarkan tabel 1.2, diperoleh informasi bahwa kelas yang diampu oleh pendidik kedua memiliki nilai persentase UTS genap yang rendah di bawah KKM sebesar 82 %. Data nilai persentase UTS genap pada mata pelajaran IPS ini diolah kembali oleh peneliti dengan tujuan melihat sejauhmana tingkat keberhasilan dalam pembelajaran IPS selama ini di kelas VIII SMPN 38 Bandung.
Permasalahan pembelajaran IPS di kelas VIII SMPN 38 Bandung semakin terlihat dengan hasil nilai ulangan harian terakhir yang hanya mencakup khusus pada soal-soal pemahaman konsep IPS materi pranata dan penyimpangan sosial.
Hasil dari ulangan harian khusus soal-soal pemahaman konsep IPS tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 1.3.
Data Nilai Ulangan Harian Khusus Soal Pemahaman Konsep Materi Pranata dan Penyimpangan Sosial Tahun Ajaran 2014 - 2015
No Kelas Data Ulangan Harian Kelas VIII
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
1 VIII A 74 24 55,42
2 VIII B 74 16 48,63
3 VIII C 78 40 56,47
4 VIII D 70 20 51,53
5 VIII E 72 36 54,58
6 VIII F 76 32 54
7 VIII G 72 28 47,79
8 VIII H 70 30 45,84
9 VIII I 68 30 47,54
10 VIII J 74 30 46,65
11 VIII K 68 32 51,47
Jumlah Rata-rata Nilai Ulangan Harian 54 Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung, 2014.
Pembelajaran inovatif yang mampu meningkatkan pemahaman konsep IPS harus dilakukan oleh para pendidik. Pendidik harus memiliki kemampuan memilih dan menyusun pembelajaran dengan kreatif di antara beberapa konsep IPS. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Chadwick (2009, hlm. 4) sebagai berikut:
Concept are embedded in all the social studies achievement across the four conceptual strands and are an essential part of teaching and learning in social studies. Moreover, many of the same concepts form the buliding blocks for learning in the senior social sciences, so understanding them is crucial for these student. Teaching for conceptual understanding in social studies enables teachers to select and structure learning around important concepts. This process also provides students with conceptual frameworks for them to develop their own way for structuring their understandings.
Artinya, konsep yang tertanam dalam semua IPS di empat bidang konseptual dan merupakan bagian esensial dari pengajaran dan pembelajaran di ilmu sosial. Selain itu, banyak konsep yang sama membentuk blok bangunan untuk belajar dalam ilmu sosial sebelumnya, sehingga pemahaman konseptual dalam IPS memungkinkan pendidik untuk memilih dan menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep penting. Proses ini juga memberikan peserta didik kerangka kerja konseptual bagi mereka untuk mengembangkan penataan pemahaman dengan cara-cara mereka sendiri.
Pemahaman konsep wajib dimiliki oleh peserta didik sebagai bekal mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, peran pendidik sebagai fasilitator untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik sangat penting untuk dilakukan dalam proses pembelajaran. Santrock (dalam Purwanti, 2013, hlm. 37) mengemukakan bahwa ‘pemahaman konsep akan akan berkembang apabila pendidik dapat membantu peserta didik mengeksplorasi topik
Implementasi perubahan dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Solihatin & Raharjo (2011, hlm. 2) yang mengemukakan bahwa “Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam pendidikan IPS merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model cooperative learning”. Pembelajaran kooperatif dinilai cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran karena berpusat kepada peserta didik (student centered) yang dapat membuat peserta
didik aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan menjadi pemahaman.
Cara belajar pembelajaran kooperatif jarang sekali menggantikan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik, tetapi lebih sering menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Slavin (2008, hlm. 4) mengemukakan bahwa “Apabila peserta didik diatur dengan baik, maka dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan”. Keberhasilan kelompok tergantung pada kemampuan mereka untuk memastikan bahwa semua orang sudah memegang ide kuncinya.
Beberapa tipe metode dalam pembelajaran kooperatif yang dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran IPS di antaranya adalah Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI) dan Team Games Tournament (TGT). Lie (2008, hlm. 28) mengemukakan bahwa “falsafah yang mendasari metode pembelajaran kooperatif adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial”. Semua metode pembelajaran kooperatif menawarkan peserta didik untuk bekerja sama dalam belajar dan memberikan pembelajaran untuk
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan metode yang memfokuskan peserta didik untuk memiliki kemampuan membaca dan menulis dalam tingkat yang lebih tinggi. CIRC dapat melatih kemampuan peserta didik untuk membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-unsur utama dari suatu pokok bahasan. Kedua kemampuan tersebut menurut Palinscar & Brown (dalam Slavin, 2008, hlm. 203) merupakan ‘kegiatan-kegiatan yang ditemukan dapat meningkatkan pemahaman dalam membaca’. CIRC menggunakan tim-tim
kooperatif untuk membantu peserta didik mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dianggap mampu meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian oleh Erlianingsih (2009, hlm. ii) yang menunjukkan bahwa “Penggunaan model pembelajaran kooepratif tipe CIRC secara signifikan mampu meningkatkan pemahaman konsep”. Karena itu, peneliti ingin menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebagai salah satu treatment untuk meningkatkan pemahaman konsep pada kelas VIII di SMPN 38 Bandung.
Pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan metode yang memberikan dialog interpersonal pada peserta didik dengan melakukan investigasi dalam memecahkan permasalahan secara berkelompok sehingga dihasilkan sebuah laporan. GI menurut Joyce, Weil & Calhoun (2011, hlm. 34) dirancang untuk “membimbing peserta didik dalam memperjelas masalah, menelusuri berbagai perspektif dalam masalah tersebut, dan mengkaji bersama untuk menguasai informasi, gagasan dan skill yang secara simultan juga dapat mengembangkan kompetensi sosial mereka”. GI menekankan semua anggota kelompok untuk merencanakan suatu penelitian beserta pemecahan masalahnya yang kemudian
Pembelajaran kooperatif tipe GI dianggap memiliki kemampuan untuk meningkatkan pemahaman pada peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir (2010, hlm. Iv) yang mengemukakan bahwa “...adanya peningkatan signifikan pemahaman peserta didik setelah perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi”. Karena itu, peneliti menggunakan pembelajaran GI sebagai salah satu alternatif yang akan digunakan pendidik di dalam kelas pada penelitian ini.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan metode yang melibatkan
aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status dengan sistem tutor sebaya yang mengandung unsur permainan dan reinforcement. Permainan dapat disusun oleh pendidik dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. TGT menurut Slavin (2008, hlm. 163) adalah “metode yang menggunakan turnamen akademik dengan menggunakan kuis-kuis dan pemberian skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil dari tim mereka dengan anggota tim lain”. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam TGT akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar pada peserta didik.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT pun dianggap cocok untuk meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian oleh Putri (2013, hlm. iv) yang mengemukakan bahwa “TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep dan aktifitas pada peserta didik”. Karena itu, peneliti menggunakan TGT sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang ditawarkan kepada pendidik untuk digunakan pada kelas VIII di SMPN 38 Bandung.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti ingin
Pemahaman Konsep IPS (Studi Quasi Experiment pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 38 Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah dalam pembelajaran IPS di kelas VIII SMP 38 Bandung berkaitan dengan minimnya kreatifitas dari pendidik dalam pembelajaran. Pendidik terfokus untuk menghabiskan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran seadanya seperti buku paket dari sekolah. Pembelajaran selama ini lebih
menonjolkan model pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, penugasan merangkum materi pelajaran, hafalan materi yang harus sesuai dengan apa yang terdapat pada buku paket, diskusi kelompok yang monoton karena kurang kreatif mengemasnya. Hal tersebut berdampak negatif terhadap pemahaman konsep peserta didik pada pembelajaran IPS. Kurang dilibatkannya peserta didik dalam pembelajaran justru semakin membuat pemahaman konsep semakin rendah.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengetahui perbandingan efektivitas pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VIII SMPN 38 Bandung. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara kelas yang menggunakan pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition, Group Investigation, dan Team Games Tournament terhadap pemahaman konsep IPS? Selanjutnya, rumusan masalah penelitian ini dijabarkan ke dalam beberapa kalimat pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah perlakuan? 2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 1
3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI sebelum dan sesudah perlakuan?
4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebelum dan sesudah perlakuan?
5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan
kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC? 6. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI? 7. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT? 8. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas
eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI?
9. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT?
10.Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbandingan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT terhadap pemahaman konsep IPS. Berdasarkan hasil perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional sebelum dan sesudah perlakuan. 2. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 1 yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebelum dan sesudah perlakuan.
3. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI sebelum dan sesudah perlakuan.
4. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPS pada kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebelum dan sesudah perlakuan.
5. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. 6. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI. 7. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. 8. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas
9. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
10.Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep IPS antara kelas eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI dibandingkan dengan kelas eksperimen 3 yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dan dirasakan oleh semua kalangan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik. Selanjutnya, diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT sebagai alternatif pengganti pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dan berpegang teguh pada kurikulum dalam memberikan fasilitas kepada pendidik dan peserta didik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Manfaat praktis bagi pendidik adalah memberikan masukan berkaitan dengan pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS pada peserta didik.
IPS. Sementara itu, manfaat praktis bagi peneliti selanjutnya diharapkan menjadi referensi data untuk mengembangkan penelitian pembelajaran yang terkait dengan pemahaman konsep pada peserta didik dan sebagai pembanding bagi penelitian yang sedang atau akan dilakukan.
E. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini merujuk kepada pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2014 dengan sistem penulisan American Psychological Association
(APA). Adapun struktur organisasi tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.
2. Bab II terdiri dari Kajian pustaka yang berisi landasan teoretis dan penelitian terdahulu, kemudian kerangka pemikiran, dan diakhiri hipotesis penelitian. 3. Bab III Metodologi Penelitian yang berisi lokasi dan sampel penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen seperti validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, kemudian teknik pengumpulan data, dan terakhir analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari dua hal yakni pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan penelitan, kemudian baru pembahasan dan analisis temuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 38 Bandung yang beralamat di jalan Borobudur Cibaduyut Kota Bandung Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:
a. Terbatasnya kemampuan pendidik dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.
b. Terbatasnya sumber dan media pembelajaran di sekolah.
c. Indikasi terjadinya pemahaman konsep yang masih rendah pada peserta didik dilihat dari hasil belajar baik nilai UTS terakhir maupun nilai ulangan harian khusus soal-soal pemahaman konsep IPS yang masih banyak di bawah KKM. d. Belum ada penelitian yang serupa di sekolah tersebut;
e. Telah mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk melakukan penelitian;
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri atas populasi dan sampel yang akan menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, mengenai populasi dan sampel penelitian dijelaskan sebagai berikut:
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMPN 38 Bandung yang berjumlah 418 orang. Kata populasi dalam metode penelitian amat populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian. Pengertian populasi menurut Zuriah (2009, hlm.
Jumlah kelas VIII SMPN 38 Bandung termasuk ke dalam populasi yang tersedia (accesible population). Accesible population menurut Zuriah (2009, hlm. 117) berarti “sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas”. Rincian populasi kelas VIII di SMPN 38 Bandung terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Populasi Penelitian Kelas VIII SMPN 38 Bandung
Kelas Jumlah Peserta didik Kelas Jumlah Peserta didik
VIII A 38 VIII G 38
Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung. b. Sampel
Populasi mempunyai karakteristik tertentu yang dikehendaki sebagai sebuah prosedur untuk mengambil sampel penelitian. Siregar (2013, hlm. 30)
mengemukakan bahwa sampel adalah “suatu prosedur pengambilan data di mana
hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi”. Karena itu, sampel dianggap mewakili dari populasi penelitian.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak diambil secara acak (non randomly assignment) sesuai dengan bentuk metode quasi eksperiment yang digunakan. Cresswell (2013, hlm. 232) mengemukakan sebagai berikut:
Dalam beberapa penelitian eksperimen, hanya sampel convenience-lah yang memiliki kemungkinan untuk terpilih sebab peneliti biasanya menggunakan kelompok-kelompok yang sudah terbentuk secara alamiah (seperti, sebuah kelas, organisasi, atau sebuah keluarga) atau sukarelawan. Jika masing-masing partisipan tidak ditugaskan secara acak (non randomly assignment), berarti prosedur yang demikian lebih dikenal sebagai quasi eksperiment. Jika partisipan ditugaskan secara acak (randomly assignment) ke dalam beberapa kelompok, berarti prosedur yang demikian dikenal sebagai prosedur true-experiment.
Kelas VIII merupakan kelas yang bersedia untuk dijadikan responden dalam penelitian dan telah mendapatkan izin dari pihak satuan pendidikan. Hal tersebut menjadi syarat dari teknik convenience sampling. Convenience sampling menurut Siregar (2013, hlm. 33) adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang terdekat
saja”. Karena itu, peneliti akan memilih kelas berdasarkan permasalahan pemahaman konsep IPS yang terjadi di kelas VIII.
Berdasarkan informasi dari pihak satuan pendidikan, kelas VIII diampu oleh dua orang pendidik. Pendidik pertama mengampu di kelas VIII A sampai F dan pendidik kedua mengampu di kelas VIII G sampai K. Dijelaskan pada BAB I bahwa permasalahan pembelajaran IPS di kelas VIII SMPN 38 Bandung adalah hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Data kurikulum SMPN 38 Bandung pada tabel 1.1. dan 1.2., menunjukkan bahwa rata-rata nilai UTS genap kelas VIII tidak jauh berbeda dengan nilai KKM yang telah ditentukan. Para pendidik kelas VIII masih menggunakan pembelajaran konvensional dan terpaku pada satu media berupa buku paket sebagai sumber belajar peserta didik.
Peneliti akan memilih kelas mana yang memiliki permasalahan hasil belajar peserta didik berkaitan dengan pemahaman konsep IPS. Peneliti akan mengidentifikasi hasil ulangan harian kelas VIII yang telah dilaksanakan khusus pada soal-soal pemahaman konsep IPS materi pranata dan penyimpangan sosial. Hasil ulangan harian tersebut akan dianalisis secara statistika deskriptif untuk melihat persamaan atau yang dipersamakan sebagai langkah peneliti untuk menarik sampel penelitian. Statistika deskriptif yang digunakan pada hasil ulangan harian pemahaman konsep IPS hanya terfokus pada nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), jangkauan (range), nilai
Berikut ini data statistika deskriptif nilai ulangan harian kelas VIII SMPN 38 Bandung khusus pada soal-soal pemahaman konsep IPS materi pranata dan penyimpangan sosial melalui Software Microsoft Office Excel for Windows:
Tabel 3.2.
Data Statistika Deskriptif Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 38 Bandung
KELAS N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
VIIIA 38 50 24 74 55,42 10,355 107,223
VIIIB 38 74 0 74 47,58 14,461 209,115
VIIIC 38 78 0 78 55,42 12,381 153,277
VIIID 38 50 20 70 51,53 11,675 136,310
VIIIE 38 36 36 72 54,58 8,317 69,169
VIIIF 38 44 32 76 54,00 11,227 126,054
VIIIG 38 44 28 72 47,79 10,632 113,036
VIIIH 38 40 30 70 45,84 8,591 73,812
VIIII 38 38 30 68 47,74 10,157 103,172
VIIIJ 38 44 30 74 46,47 9,847 96,959
VIIIK 38 36 32 68 51,47 8,683 75,391
Valid N (listwise) 38
Sumber: Hasil Penelitian, 2014.
Berdasarkan tabel 3.2., maka urutan nilai rata-rata ulangan harian pemahaman konsep IPS dimulai dari yang terbesar sampai terkecil, yaitu:
Hasil urutan nilai rata-rata ulangan harian pemahaman konsep IPS yang telah dilaksanakan pada kelas VIII menunjukkan bahwa kelas yang diampu oleh pendidik kedua berada kebanyakan berada di bawah nilai kelas yang diampu oleh pendidik pertama. Karena itu, peneliti memilih kelas yang diampu oleh pendidik kedua yaitu kelas VIII G, H, I, J dan K sebagai sampel penelitian. Namun, karena yang akan dijadikan sampel penelitian sebanyak empat kelas sementara kelas yang diampu pendidik kedua sebanyak lima kelas, maka peneliti akan melihat persamaan atau dipersamakan berdasarkan data statistika deskriptif pada tabel 3.2.
disertai melakukan uji normalitas dan homogenitas untuk menentukan kelompok kontrol, kelompok eksperimen1, kelompok eksperimen 2 dan kelompok eksperimen 3.
Berdasarkan tabel 3.2., diperoleh informasi bahwa nilai mean yang hampir sama terdapat pada kelas VIII G dan I. Nilai maximum yang sama terdapat pada kelas VIII I dan K. Nilai minimum yang sama terdapat pada kelas VIII H, I dan J. Nilai range yang sama terdapat pada kelas VIII G dan J. Nilai standart deviation yang hampir sama terdapat pada kelas VIII G dan I. Nilai variance tidak ada yang hampir sama. Banyaknya muncul persamaan atau dipersamakan terdapat pada kelas VIII H dan I.
Hasil uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk) melalui Software SPSS 18 for windows dengan taraf signifikansi α = 5% (0,05) dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Hasil Uji Normalitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 38 Bandung
Sumber: Hasil Penelitian, 2014.
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Berdasarkan tabel 3.3. melalui uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) diperoleh kesimpulan bahwa semua kelas yang diampu oleh pendidik kedua berdistribusi normal. Siregar (2013, hlm. 148) mengemukakan bahwa “Uji ini membandingkan serangkaian data pada sampel terhadap distribusi normal serangkaian nilai dengan mean dan standar deviasi yang sama”. Karena itu, sangat penting bagi peneliti melihat normal tidaknya dengan menggunakan uji Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk).
Hasil uji homogenitas Mann Whitney melalui software SPSS 18 for
windows terdapat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.4.
Hasil Uji Homogenitas Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMPN 38 Bandung Kelas Mann-Whitney Z Asymp.Sig.(2-tailed) Kesimpulan
VIII G dan H 626.000 -1.000 0.317 Homogen VIII G dan I 724.000 -174 0.862 Homogen VIII G dan J 651.000 -552 0.581 Homogen VIII G dan K 583.500 -1.443 0.149 Homogen VIII H dan I 675.000 -674 0.500 Homogen VIII H dan J 682.000 -223 0.823 Homogen VIII H dan K 461.000 -2.724 0.006 Heterogen
VIII I dan J 680.000 -432 0.666 Homogen VIII I dan K 561.000 -1.838 0.066 Homogen VIII J dan K 491.000 -2.247 0.025 Heterogen Sumber: Hasil Penelitian, 2014.
Berdasarkan tabel 3.3. diperoleh kesimpulan bahwa kelas VIII G, H, I dan J tidak memiliki perbedaan (homogen). Karena itu, kelas VIII G, H, I dan J dijadikan sebagai sampel penelitian.
Kelas VIII J dipilih sebagai kelompok eksperimen 1 menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari
pendidik bahwa peserta didik kelas VIII J memiliki karakteristik aktif dalam dalam tugas membaca dan merangkum. Kelas VIII G dipilih sebagai kelompok
kooperatif tipe TGT. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari pendidik bahwa peserta didik kelas VIII I memiliki karakteristik aktif dalam bersaing untuk menjawab tes lisan yang diberikan pendidik. Kelas VIII H dipilih sebagai kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dari pendidik bahwa peserta didik kelas VIII H memiliki karakteristik kondusif di dalam kelas, fokus mendengarkan pendidik ketika berceramah. Sebaran sampel dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5. Sampel Penelitian
Kelas Jumlah Peserta didik Model Pembelajaran VIII G 38 Kooperatif tipe GI (Eksperimen 2)
VIII H 38 Konvensional (Kontrol)
VIII I 38 Kooperatif tipe TGT (Eksperimen 3) VIII J 38 Kooperatif tipe CIRC (Eksperimen 1)
Total 152 4
Sumber: Data Kurikulum SMPN 38 Bandung, 2014.
Sumber: Adaptasi dari Zuriah (2009, hlm. 143).
Gambar 3.1.
Pengambilan Sampel dengan Convenience
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode
eksperimen termasuk ke dalam pendekatan kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2012, hlm.
14) yang mengemukakan bahwa “Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme”. Filsafat positivisme memandang suatu fenomena dapat diklasifikasikan, diamati, terukur dan menunjukkan hubungan sebab akibat.
A B C D
E F K
G I
H J G I
Penelitian eksperimen menggunakan treatment untuk memengaruhi hasil penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Keepel (dalam Creswell, 2013, hlm. 19) yang mengemukakan sebagai berikut:
Penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu kelompok (sering disebut kelompok treatment) dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain (sering disebut kelompok kontrol), lalu menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual dengan penugasan acak (random assignment) atas subjek-subjek yang di treatment dalam kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi eksperimen dengan prosedur-prosedur non acak.
Karena itu, metode penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Bentuk eksperimen dalam penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi experiment). Sukmadinata (2013, hlm. 207) mengemukakan bahwa
“Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi
seperti murni, seolah-olah murni. Eksperimen ini biasa juga disebut eksperimen semu”. Quasi experiment merupakan pengembangan dari true eksperiment, yang sulit untuk dilaksanakan.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu pedoman yang harus dilakukan untuk menganalisis data dari lokasi penelitian. Desain penelitian quasi experiment ini menggunakan Nonequivalent [Pre Test and Post Test] Control Group Design.
Desain ini menurut Creswell (2013, hlm. 242) adalah “kelompok eksperimen dan
Alur desain penelitian ini menurut Creswell (2013, hlm. 242) adalah sebagai berikut:
Kelas Eksperimen O X O Kelas Kontrol O O Keterangan:
O : Pre test dan post test pemahaman konsep IPS X : Pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI, TGT : Subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak
Kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak empat kelompok, yang terdiri dari tiga kelas eksperimen dan satu kelas kontrol seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kelompok Penelitian
Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test
Eksperimen 1 (E1) O1 X1 O2
Eksperimen 2 (E2) O1 X2 O2
Eksperimen 3 (E3) O1 X3 O2
Kontrol (K) O1 O2
Keterangan:
E1 O1 : Pre test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 1 E1 O2 : Post test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 1 E2 O1 : Pre test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 2 E2 O2 : Post test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 2 E3 O1 : Pre test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 3 E3 O2 : Post test (sebelum treatment) pada kelas eksperimen 3 K O1 : Pre test pada kelas kontrol
K O2 : Post test pada kelas kontrol
Berikut ini dijelaskan hubungan antara kelas kontrol, kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas eksperimen 3 dengan kelas dalam penelitian quasi experiment ini:
E1 : E2
E1 : K E3 : E2
E1 : E3 E2 : K
E3 : K
Gambar 3.2.
Hubungan antara Kelas Kontrol, Kelas Eksperimen 1, Kelas Eksperimen 2 dan Kelas Eksperimen 3
Berdasarkan gambar di atas, maka penelitian ini akan melihat perbandingan efektivitas dari ke empat pembelajaran terhadap pemahaman konsep IPS.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini mengacu kepada variabel yang akan diteliti. Variabel penelitian merupakan keadaan yang dimanipulasi, dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Creswell (2013, hlm. 236)
mengemukakan bahwa “dalam penelitian eksperimen, variabel-variabel harus dirinci agar pembaca bisa melihat dengan jelas kelompok-kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan outcome-outcome apa saja yang ingin diukur”. Penelitian ini mengkaji efektivitas pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT terhadap pemahaman konsep IPS. Penelitian ini juga membandingkan treatment antara pembelajaran kooperatif tipe CIRC, GI dan TGT dengan pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh pendidik. Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua, yang pertama variabel bebas (independent variable) yang diberi simbol (X) dan variabel terikat (dependent variable) yang diberi simbol (Y).
Eksperimen 1(E1) Eksperimen 2 (E2)
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Karena itu, variabel bebas berdasarkan judul penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebagai (X1), pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai (X2), dan pembelajaran kooperatif tipe TGT (X3). Berikut ini dijelaskan definisi operasional yang termasuk variabel bebas: a. Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) adalah suatu cara pembelajaran untuk melatih peserta didik secara terpadu memiliki kemampuan membaca dan menemukan ide pokok dalam suatu bahasan tertentu sehingga dapat menyimpulkan dan memberikan tanggapan. Deskripsi langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe CIRC yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
1) Teams:
a) Pendidik membentuk kelompok yang anggotanya secara heterogen berdasarkan jenis kelamin.
b) Pembentukan kelompok pun berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar pendidik mengetahui kelebihan dan kelemahan peserta didik.
2) Placement test:
Pendidik memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran kepada setiap kelompok.
3) Student creative:
a) Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping.
b) Para peserta didik membaca cerita dalam wacana/kliping dalam hati
dan kemudian secara bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama kelompoknya, bergiliran untuk tiap paragraf.
d) Setelah mencapai setengah dari cerita dalam wacana/kliping, setiap kelompok diminta untuk menghentikan bacaan kemudian diminta untuk mengidentifikasikan karakter, latar belakang kejadian, dan masalah dalam cerita tersebut, serta untuk memprediksi bagaimana masalah tersebut akan diselesaikan.
e) Pada akhir cerita dalam wacana/kliping, para peserta didik merespons cerita secara keseluruhan dan menulis beberapa paragraf mengenai topik yang berkaitan dengan itu.
f) Para peserta didik berlatih mengucapkan daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka bisa membacanya dengan lancar.
4) Team study:
a) Para peserta didik diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru dalam kosa kata bicara mereka dan diminta untuk melihat kata-kata tersebut di dalam kamus, menuliskan definisinya dengan cara yang lebih mudah dipahami, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna kata tersebut.
b) Jika para peserta didik telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka memberikan hasil kerja kelompok kepada pendidik yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan/atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut.
c) Perwakilan tiap kelompok akan mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok.
5) Team score and team recognition:
Pendidik memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6) Teaching group:
7) Facts test:
Para peserta didik diberikan tes pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna, dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras kepada pendidik. Pada tes ini peserta tidak diperbolehkan saling membantu.
8) Whole-class units:
Pendidik bersama/membimbing peserta didik untuk merangkum inti materi pembelajaran yang diakhiri dengan memberikan post test.
Tabel 3.7.
Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
Variabel Indikator
Pembelajaran
Kooperatif tipe CIRC
a. Presentasi kelas; b. Belajar dalam tim;
c. Membaca dan menemukan ide pokok; d. Tanggapan dan kesimpulan kelompok; dan e. Skor penghargaan kerja kelompok.
b. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah suatu cara pembelajaran untuk melatih peserta didik menginvestigasi secara kelompok dalam suatu permasalahan yang menjadi pokok bahasan dan bekerja sama untuk menarik kesimpulan setelah informasi didapatkan. Deskripsi mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI, yaitu:
1) Seleksi Topik
a) Para peserta didik memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh pendidik;
b) Para peserta didik selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups); c) Komposisi kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik,
2) Merencanakan Kerja Sama
Para peserta didik beserta pendidik merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a di atas.
3) Implementasi
a) Para peserta didik melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b;
b) Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para peserta didik untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
c) Pendidik secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4) Analisis dan Sintesis
a) Para peserta didik menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c;
b) Para peserta didik merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5) Penyajian Hasil Akhir
a) Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua peserta didik dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut;
b) Presentasi kelompok dikoordinir oleh pendidik. 6) Evaluasi
a) Pendidik beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai
kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan;
Tabel 3.8.
Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe GI
Variabel Indikator
Pembelajaran Kooperatif tipe GI
a. Presentasi kelas; b. Belajar dalam tim;
c. Investigasi terhadap masalah; d. Analisis informasi; dan
e. Skor penghargaan kerja kelompok.
c. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu cara pembelajaran dengan menggunakan turnamen akademik di mana setiap peserta didik berkompetisi
mewakili timnya dengan bersaing bersama anggota tim lain yang secara akademik sebelumnya setara. Deskripsi mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu:
1) Penyajian kelas
a) Pada awal pembelajaran, pendidik menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh pendidik.
b) Pada saat penyajian kelas ini, peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (Tim)
a) Kelompok anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.
b) Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3) Game
b) Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
c) Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
d) Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
a) Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah pendidik melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
b) Turnamen pertama pendidik membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II, dan seterusnya.
5) Team Recognize (penghargaan kelompok)
a) Pendidik kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
b) Tim mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
Tabel 3.9.
Operasional Variabel Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
Variabel Indikator
Pembelajaran Kooperatif tipe GI
a. Presentasi kelas; b. Belajar dalam tim; c. Permainan/games; d. Turnamen; dan
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Karena itu, variabel terikat berdasarkan judul penelitian ini adalah pemahaman konsep IPS (Y). Berikut ini dijelaskan definisi operasional yang termasuk variabel terikat: a. Pemahaman Konsep adalah suatu aspek yang banyak menuntut pemikiran
untuk menangkap makna suatu konsep IPS yang dikonstruksi dengan kata-kata sendiri dari pengetahuan lama dan pengetahuan baru.
Tabel 3.10.
Operasional Variabel Pemahaman Konsep
Variabel Indikator
Pemahaman konsep
a. Menafsirkan konsep; b. Mencontohkan konsep; c. Mengklasifikasikan konsep; d. Merangkum konsep;
e. Menyimpulkan konsep; f. Membandingkan konsep; dan g. Menjelaskan konsep.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data pada saat penelitian. Instrumen penelitian menurut Siregar (2013, hlm. 46)
adalah “suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan