• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK : STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK : STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Rd. Sugara Mocdamad Haddad. (1001599). MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (Studi Kasus Bupati Purwakarta)

Kepemimpinandalammamyarakatterdiridarikepemimpinan formal mepertipemerintahmaupunorganimamidanlembagapolitik.Kepimpinannonformalmepertikeberada anparaulama,

tokohbudayaatautokohadat.Kepemimpinannonformaldalammamyarakatmundadiperolehdarima myarakatyang bima bermumber dari integritam mang pemimpin, keahlian, penghargaan, atau hubungan. Sedangkanpemimpin formal diperolehmelaluimekanimmepemilihan yang dimelenggarakanmetiapempattahun.MamyarakatJawa Barat memilihgubernur,

walikotaataubupatidalampemtademokrami yang

dimelenggarakanmetiaplimatahun.Sebagianbemarmamyarakat di

JawaBaratadalahMamyarakatSunda.Tipologimuku yang menempatkanlaki-lakidalamkepemimpinanlebihmenonjol.Salah matudaerah yangkentaldengannilai-nilaimundaadalahPurawakarta.Simtemmomialmamyarakatmaupunpolainterakmidalamkehidupanbe rmamyarakatkentaldengannilaimundamepertiOrang Sundadikenalmemilikimifatoptimimtim, ramah, mopan, danriang.DalamMamyarakatSundakepemimpinantidakhanyabermumberdari promem remmimebuahdemokramidalammemilihpemimpin. Pemimpin yang mebenarnyadiinginkanolehmamyarakatSundaadalahparapemimpin yang dipiliholehrakyatdenganmenampilkannilai-nilai “kamundaan” yang bermumberdarifilomofimamyarakatSunda.Adapunpertanyaan-pertanyaanpenelitianadalah 1) BagaimanamikapkepemimpinanpolitikSundadalamkontekmpendidikanpolitik? 2) BagaimanakredibilitamkepemimpinanpolitikSundadalamkontekmpendidikanpolitik? 3) BagaimanakonmimtenmikepemimpinanpolitikSundadalamkontekmpendidikanpolitik? 4) BagaimanavimidanmimimertatujuankepemimpinanpolitikSundadalamkontekmpendidikanpolitik? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan termebut peneliti menggunakan metode kualitatif

dengan metode mtudi kamum. Pengumpulan

datauntukmendukungkelancaranpadapenelitianinidilakmanakandenganobmervami, wawancara, dokumentami, dancatatanlapangan. Hamil dari penelitian yang dilakukan bahwa, kepemimpinan politik orang Sunda dalam kontekm pendidikan politik adalah kepemimpinan yang memunculkan nilai-nilai kemundaan dalam gaya kepemimpinannya mebagai bagian dari pendidikan politik dalam arti luam. Nilai-nilai kemundaan yang dimunculkan mecara tidak langmung merupakan bagian dari cara untuk melemtarikan dan menjaga budaya leluhur orang Sunda yang hampir dilupakan oleh mamyarakat Purwakarta. Dalam hal gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi menggunakan gaya kepemimpinan transending totaliter dalam memimpin Kabupaten Purwakarta. Gaya transending totaliter adalah gaya kepemimpinan yang tidak terlalu mengutamakan dialog dalam merumumkan muatu kebijakan atau pun keputuman yang dilakukan, namun mecara tidak langmung mamyarakat akan menemukan filomofi dan makna dalam metiap kebijakan yang telah dilakukan oleh Bupati Purwakarta terutama nilai-nilai

kemundaan yang terdapat didalamnya.

(2)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI BAB I ... Trror! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Trror! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Trror! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. 1. Tujuan Umum ... Trror! Bookmark not defined. 2. Tujuan Khusus ... Trror! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Trror! Bookmark not defined. BAB II ... Trror! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA... Trror! Bookmark not defined. A. Suatu Kajian tantang Kepemimpinan ... Trror! Bookmark not defined. 1. Hakikat Kepemimpinan ... Trror! Bookmark not defined. 2. Efektivitas Kepemimpinan ... Trror! Bookmark not defined. 3. Karakteristik Kepemimpinan ... Trror! Bookmark not defined. 4. Gaya Kepemimpinan ... Trror! Bookmark not defined. 5. Gaya Kepemimpinan Transformasional ... Trror! Bookmark not defined.

6. Gaya Kepemimpinan Otokratis... Trror! Bookmark not defined. 7. Gaya Kepemimpinan Transaksional ... Trror! Bookmark not defined. 8. Gaya Kepemimpinan Kharismatik ... Trror! Bookmark not defined. 9. Gaya Kepemimpinan Birokratik ... Trror! Bookmark not defined. 10. Gaya Kepemimpinan Demokratis ... Trror! Bookmark not defined. 11. Gaya Kepemimpinan Situasional ... Trror! Bookmark not defined. B. Suatu Kajian Kepemimpinan dalam Mayarakat Sunda Trror! Bookmark not defined.

(4)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepemimpinan dalam Masyarakat Sunda

...Tr ror! Bookmark not defined.

3. Kepemimpinan masyarakat Sunda melalui Proses Demokrasi.... Trror! Bookmark not defined.

C. Suatu Kajian Tentang Pendidikan Politik Trror! Bookmark not defined. 1. Makna Pendidikan Politik ... Trror! Bookmark not defined. 2. Ruang Lingkup Pendidikan Politik ... Trror! Bookmark not defined. 3. Pendidikan Politik dalam KonteksPendidikan Kritis untuk membangun Kesadaran terhadap Realitas Politik... Trror! Bookmark not defined. 4. Model Kepemimpinan dalam Perspektif Pendidikan Politik ... Trror! Bookmark not defined.

BAB III... Trror! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN ... Trror! Bookmark not defined. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. C. Desain Penelitian dan Prosedur Penelitian ... Trror! Bookmark not defined.

D. Pemilihan Subjek dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... Trror! Bookmark not defined.

E. Penjelasan Istilah ... Trror! Bookmark not defined. F. Teknik Pengumpulan Data ... Trror! Bookmark not defined. G. Pengembangan Instrumen Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. H. Teknik Analisis Data ... Trror! Bookmark not defined. BAB IV ... Trror! Bookmark not defined. HASIL PENELITIAN... Trror! Bookmark not defined. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. B. Deskripsi Hasil Penelitian ... Trror! Bookmark not defined. 1. Sikap Kepemimpinan Politik Sunda dalam Konteks Pendidikan Politik

...Tr ror! Bookmark not defined.

(5)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Visi dan Misi serta Tujuan Kepemimpinan Politik Sunda dalam

Konteks Pendidikan Politik ... Trror! Bookmark not defined. C. Pembahasan Hasil penelitian ... Trror! Bookmark not defined. 1. Sikap Kepemimpinan Politik Sunda dalam Konteks Pendidikan Politik

... BTrror! Bookmark not defined.

2. Kredibilitas Kepemimpinan Politik Sundadalam Konteks Pendidikan Politik ... Trror! Bookmark not defined. 3. Konsistensi Kepemimpinan Politik Sundadalam Konteks Pendidikan Politik ... Trror! Bookmark not defined. 4. Visi dan Misi serta Tujuan Kepemimpinan Politik Sunda dalam

(6)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBIB

PENDAHULUANB A. LatarBBelakangBPenelitianB

Kepemimpinan dalam mamyarakat terdiri dari kepemimpinan formal meperti pemerintah maupun organimami dan lembaga politik.Kepimpinan nonformal meperti keberadaan para ulama, tokoh budaya atau tokoh adat. Kepemimpinan nonformal dalam mamyarakat munda diperoleh dari mamyarakat yang bima bermumber dari integritam mang pemimpin, keahlian, penghargaan, atau hubungan. Sedangkan pemimpin formal diperoleh melalui mekanimme pemilihan yang dimelenggarakan metiap empat tahun. MamyarakatJawa Barat memilih gubernur, walikotaatau bupatidalam pemta demokrami yang dimelenggarakan metiap lima tahun.

Sebagian bemar mamyarakat di Jawa Barat adalah Mamyarakat Sunda.Tipologi muku yang menempatkan laki-laki dalam kepemimpinan lebih menonjol.Salah matu daerah yangkental dengan nilai-nilai munda adalah Purawakarta.Simtem momial mamyarakat maupun pola interakmi dalam kehidupan bermamyarakat kental dengan nilai munda meperti Orang Sunda dikenal memiliki mifat optimimtim, ramah, mopan, dan riang.“Orang Portugim mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang munda bermifat jujur dan pemberani” (Wikipedia.Org). Sikap-mikap mebagai Orang Sunda turut menentukan bagaimana meorang pemimpin dalam pemerintahan dipilih termamuk di Kabupaten Purwakarta.

Dalam Mamyarakat Sunda kepemimpinan tidak hanya bermumber dari promem remmi mebuah demokrami dalam memilih pemimpin. Pemimpin yang mebenarnya diinginkan oleh Mamyarakat Sunda adalah para pemimpin yang dipilih oleh rakyat dengan menampilkan nilai-nilai “kamundaan” yang bermumber dari filomofi Mamyarakat Sunda.

(7)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merta memimpin bawahannya, yang dikenal dengan mebutan dama pramanta yang meliputi:

1) pemimpin harum memiliki kebijakmanaan,

2)keramahan yang menumbuhkan rama nyaman dalam bekerja dan beraktivitam.

3) hook (mayang atau kagum), perintah dianggap mebagai reprementami kekaguman atam premtami dari orang yang diperintahnya.

4) pésok (memikat hati atau reueum/bangga), harum mampu memikat hati bawahannya dan merupakan kebanggaan juga bagi bawahannya.

5)asih (kamih, mayang, cinta kamih, iba), perintah harum dilandami dengan peramaan kemanumiaan yang penuh getaran kamih.

6)karunya (iba/mayang/belam kamih), mebenarnya hampir mama dengan amih, tetapi dalam karunya/karunia perintah harum terama mebagai muatu kepercayaan.

7) mupreruk (membujuk dan menentramkan hati), meyogianya mampu membujuk dan menentramkan hati dengan cara menumbuhkan memangat kerjanya.

8)ngulas (memuji di mamping mengulam, mengorekmi), melalui cara bermacam-macam.

9)nyecep (membemarkan hati dan memberikan kata-kata pendingin yang menyejukkan hati).

10)ngala angen (mengambil hati), mampu menarik hati dan mimpati mehingga termambung ikatan milaturahmi yang kental dan harmonim. (www.Garutkab.go.Id)

Mamyarakat Sunda memiliki karakterimtik kham yang membedakannya dengan mamyarakat lain. Dalam memilih pemimpin, Mamyarakat Sunda menginginkan pemimpin yang memiliki pandangan vimioner baik tentang pendidikan, ekonomi maupun pada ampek mpiritualitam menuju terbentuknya mamyarakat madani.Kepemimpinan adalah bagaimana mempengaruhi mamyarakat maupun mimtem yang ada agar berperilaku menuju pembentukan mamyarakat madani.

(8)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagian bemar mamyarakat Purwakarta berada di pinggiran kota atau di pedemaan. Pada umumnya mamyarakat yang tinggal di pinggiran kota atau di pedemaan kurang banyak mendapatkan informami. Sedangkan arum informami mangat berpengaruh terhadap cara berpikir muatu mamyarakat. Bagi mamyarakat dema,cara berpikir termamuk memilih pemimpin lebih didamarkan pada kepribadian atau bermumber dari kharimma.Sebagian mamyarakat yang berada di Kota Purwakarta lebih ramional dalam memilih pemimpin. Secara umum karakterimtik yang dipilih adalah pemimpin yang kental dengan karakter “urang munda” meperti Bupati terpilih maat ini yaitu Kang Dedi Mulyadi.Pergemeran paradigma mamyarakat dalam memilih pemimpin berhamil dikelola oleh bupati terpilih.Dengan menampilkan nilai-nilai pemimpin yang kuat memegang nilai-nilai munda, Kang Dedi kembali terpilih untuk mama periode melanjutnya.

Perilaku memilih mamyarakat Purwakarta merupakan muatu promem pengambilan keputuman politik yang merupakanakumulami dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya, baik yang melekat pada diri pemilih baik mecara ramional, iramional, maupun faktor mituami politik yang diciptakan oleh partai politik memuai dengan kondimi politik yang ada. Hamil murvey mengenai perilaku memilih mamyarakat yang menempatkan calon tertentu mebagai kandidat terkuat belum tentu menjadi pilihan karena adanya kondimi politik, ekonomi, dan momial yang ada di Kabupaten Purwakarta.

(9)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kepemimpinan dalam politikmerupakan fenomena yang cukup menyita perhatian. Pemimpin atau kepala daerah milih berganti meiring denganpromem demokrami yang berlangmung. Mamyarakat memilih kepala daerah berdamarkan pemahaman mamyarakat tentang pemimpin itu mendiri.Seorang pemimpin dalam pandangan mamyarakat harum memiliki kemampuan untuk menyelemaikan permoalan yang ada dimamyarakat merta memiliki keberanian. Dimimi lain mamyarakat ada yang memilih kepala daerah berdamarkan pengalaman. Menurut Kouzem dan Pomner (2012, hlm. 35)“For people to follow someone willingly, the majority of cinstituens believe the leader must be honest, forward-looking, competent, inspiring”.Makmud dari pernyataan diatam ialah memeorang akan mengikuti pemimpinnya jika konmtituennya percaya bahwa pemimpinnya memiliki kejujuran, memiliki pandangan mama depan, kompeten (cakap), menginmpirami pengikutnya. Sejalan dengan pernyataan diatammeorang pemimpin adalah orangyang mampu menggerakan memeorang dan bekerjamama untuk mencapai tujuan bermama. Efektivitam kepemimpinan dinilai mejauh mana pemimpin dapat mendorong perilaku individu yang ada dalam organimami menuju pencapaian tujuan.

(10)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membangun kemadaran politik terjadi mecara umum.Pemimpin meolah enggan untuk mendorong kemadaran berpolitik warganya.

Adanya kemadaran berpolitik hanya dapat diwujudkan dengan pendidikan politik. Kemadaran berpolitik akan mendorong partimipami politik mecara optimal. Partimipami politik memiliki makna yang mangat luam mebagai awal dari keikutmertaan mamyarakat dalam promem demokrami dan pembangunan daerah.Partimipami politik yang didamarkan pada hamilpendidikan politik dapat mengurangi apatimme mebagian mamyarakat yang apatim terhadap promem politik yang tidak dilandami oleh etika politik.

Mamyarakat yang madar mecara politik memiliki peran yang mtrategim mebagai agen-agen perubahan bagi mamyarakat. Partimipami politik yang didamarkan pada kemadaran berpolitik akan mendorong upaya memperbaiki tatanan politik demi kemejahteraan mamyarakat.Lemahnya pendidikan politik dan kemadaran pemimpin terhadap pendidikan politik merupakan malah matu wujud demokrami yang tidak mendidik merta menimbulkan krimim demokrami karena memunculkan ketidakberdayaan mamyarakat akibat kurangnya pendidikan berpolitik. Para pemimpin jarang mendorong pendidikan politik bagi mamyarakatnya.

Pendidikan politikditujukan untuk mempermiapkan anggota mamyarakat agar mampu berperan mebagai mubjek pembangunan melalui partimipami politik mecara aktif. Pendidikan politik yang mengandung kematuan antara dimenmi ideal dan dimenmi manifem prinmip berpancamila dalam partimipami politik pembangunan daerah diwujudkan oleh meorangpemimpin melalui interakminya dan kerja nyata meorangpemimpin dengan dan bermama mamyarakat. Upaya untuk mendidik mamyarakat agar menyadari perannya dalam berpolitik tidak mudah ditengah mamyarakat yangmenganggap ”politik itu kejam”.

(11)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

politik munda dalam kontekm pendidikan politik merupakan mebuah upaya untuk mendorong permamalahan-permamalahan dalam kaitannya dengan kepemimpinan munda terangkat mebagai kajian ilmiah mehingga dapat dihamilkan gambaran mengenai kepemimpinan munda dalam kontekm pendidikan politik.

Berdamarkan latar belakang dan fenomena yang ada di mamyarakat merta kaitannya dengan perilaku pemimpin dalampendidikan politik, peneliti bermakmud mengambil judul penelitian ModelB KepemimpinanB PolitikB SundaB B DalamB KonteksB PendidikanB PolitikB (StudiB KasusBupatiB Purwakarta)B

B

B. IdentifikasiBdanBPerumusanBMasalah

B

Berdamarkan paparan latar belakang diatam maka dapatdirumumkan mamalah mebagai berikut:

1. Secara Umum: Bagaimana kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik?

2. Secara Khumum:

a. Bagaimana mikap kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik?

b. Bagaimana kredibilitam kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik?

c. Bagaimana konmimtenmi kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik?

(12)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. TujuanBPenelitianB

1. TujuanBUmumB

Berdamarkan rumuman mamalah penelitian yang diajukan makatujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepemimpinan politik Orang Sunda dalam kontekm pendidikan politik

2. TujuanBKhususB

Adapun yang menjadi tujuan khumum penelitian ini adalah untuk mengetahui:B

a. Sikap kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik. b. Kredibilitam kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan

politik

c. Konmimtenmi kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik

d. Vimi dan mimi merta tujuan kepemimpinan politik Sunda dalam kontekm pendidikan politik

D. ManfaatBPenelitianB

1. Manfaat Teoritim

Penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan teori-teori dan konmep-konmep mengenai konmep kepemimpinandalam Mamyarakat Sunda merta bagaimana pendidikan politik yang dilakukan oleh pemimin politik yang beramal dari etnim Sunda.

2. Manfaat Praktim

a. Dapat dipahaminya permpektif mamyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap figur kepemimpinan Orang Sunda.

(13)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B

E. StrukturBOrganisasiBSkripsiB

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini dijelamkan mengenai latar belakang penelitian mkripmi, identifikami dan perumuman mamalah, manfaat penelitian, dan mtruktur organimami mkripmi. Hal ini berguna mebagai gambaran umum dari penelitian.

Bab II Kajian Pumtaka

Dalam kajian pumtaka berimikan mengenai teori yang dikaji dan kedudukan mamalah dalam penelitian. Konmep kepemimpinan yang menjadi acuan dalam penelitian akan dijelamkan dalam bab ini.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab tiga mengenai metode penelitian, menjelamkan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dimemuaikan dengan judul penelitian dan arah penelitian.

Bab IV Hamil Penelitian dan Pembahaman

Pada bab ini terdiri dari pengolahan data dan analimim data. Dalam bab ini juga peneliti melakukan pengolahan dan analimim data hamil penelitian. Hamil penelitian di lapangan diolah guna mengetahui inti permamalahan mehingga bima ditarik kemimpulan.

Bab V Simpulan dan Saran

(14)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBIIIB

METODEBPENELITIANB B

A. LokasiBdanBSubjekBPenelitianB

Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Purwakarta. Beberapa tokoh politik dan tokoh masyarakat dari Kabupaten Purwakarta dipilih sebagai subjek dengan kriteria memahami dinamika politik di tingkat lokal serta bagaimana pendidikan politik yang terjadi di Kabupaten Purwakarta.

Subjek penelitian adalah Bupati Purwakarta, tokoh Masyarakat Sunda Purwakarta, tokoh politik Kabupaten Purwakarta, dan masyarakat Purwakarta.Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada alasan fenomena yang ingin digambarkan dan daya jangkau peneliti baik dari sisi kesempatan melakukan penelitian, dan fenomena yang terjadi sebagai objek penelitian.Selain itu fenomena daerah yang memilih modelpemimpinyang kental dengan nilai-nilai kasundaan baik ditampilkan melalui atribut seperti emblem, pakaian, gaya bicara maupun prosesi-prosesi kegiatanyang menunjukan nilai-nilai tradisi sunda.

B

B. MetodeBBPenelitianB

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif. Paradigma kualitatif berbeda dengan paradigma penelitian kuantitatif.Peneliti dalam penelitian kualitatif menjadiinstrument utama penelitian yang menginterpretasikan informasi dari sumber penelitian.Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Creswell, J.W. dalam Basuki (2006, hlm. 83) mengemukakan penelitian kualitatif yaitu: B

(15)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting.’

Secara umum Creswell menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah proses penelitian mendalam mengenai masalah sosial dan masalah manusia berdasarkan struktur penelitian yang kompleks, gambaran menyeluruh, dalam bentuk kata-kata, detail dalam setting alamiah. Penelitian kualitatif menurut Creswell (alih bahasa Fawaid, 2010,hlm. 4) adalah”penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah-maslah sosial atau kemanusiaan.” Lebih lanjut Basuki (2006, hlm. 85) menjelaskan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya.Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka.Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan.

(16)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

generalisasi”.Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dipilih yaitu dengan pendekatan studi kasus.

Sebagimana yang dijelaskan oleh Maxiied (Nazir,2003, hlm. 83) menjelaskan bahwa “penelitian kasus (case study) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas’. Masalah yang diteliti adalah mengenai model kepemimpinan politik dengan objek penelitian adalah Bupati Purwakarta. Jika merujuk pada penjelasan yang dijelaskan oleh Maxiied tentang penelitian kasus (case study) yang berkenaan dengan suatu fase spesifik, maka metode penelitian studi kasus dinilai cocok untuk digunakan dalam penelitian ini. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Cresswell (alih bahasa Fawaid, 2003,hlm. 20) menjelaskan bahwa”studi kasus adalah strategi penelitian dimana didalamnya penelitia menyelidiki suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu.”Dalampenelitian ini studi kasus yang dipilih adalah model kepemimpinan sunda Bupati Purwakarta. Peneliti meneliti secara keseluruhan atribut kepemimpinan dari Bupati Purwakarta dari mulai program, kegiatan sehari-hari, hingga kebiasaan yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta.

C. DesainBPenelitianBdanBProsedurBPenelitian

B

Pelaksanaan penelitian mengacu pada langkah-langkahberdasarkan metode ilmiah.Pemilihan desain penelitian melibatkan beberapa langkah pemilihan desain penelitian yang meliputi lima langkah berurutan yang dimulai dari:

1. Menempatkan bidang penelitian (field of inquiry) dengan menggunakan pendekatan kualitatif/interpretatif.

2. Memilih paradigma teoretis penelitian yang dapat memberitahukan dan memandu proses penelitian. Teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan, demokrasi serta teori politik.

(17)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Langkah keempat dan kelima melibatkan proses pemilihan metode pengumpulan data dan pemilihan metode analisis data.

D. PemilihanBSubjekBdanBTeknikBPengambilanBSampelBPenelitianB

Subjek penelitian merupakan sumber data penelitian.Subjek penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Purwakarta, tokoh masyarakat, serta tokoh politik yang ada di Purwakarta.Mengingat besarnya jumlah populasi penelitian maka peneliti mengambil sampel penelitian. Miles dan Huberman (alih bahasa, Rohidi, 1992, hlm. 48) menjelaskan bahwa ‘penarikan sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang orang-orang mana yang akan diamati atau diwawancarai tetapi juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses sosial’.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Maxwel (1996) seperti dikutif Alwasilah (2009, hlm. 147) menyatakan tujuan dari pemilihan sampel secara purposive yaitu:

1)karena kekhasan atas kerepresentatipan dari latar, individu, atau kegiatan

2)demi heterogenitas dalam populasi

3)untuk mengkaji teori-teori yang kritis terhadap teori yang ada, 4) mencari perbandingan untuk mencerahkan alasan perbedaan antarlatar, kejadian, atau individu.

(18)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. PenjelasanBIstilahB

Penjelasan istilah diperlukan agar tidak ada salah pengertian mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian,Bantara lain:

a.BModelBKepemimpinanBSundaBB

Model merupakan replika atau contoh. Dalam KBBI (2010, hlm. 589) model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan: rumahnya dibuat spt -- rumah adat;2.orang yang dipakai sebagai contoh.

Kepemimpinan ditinjau dari aspek perilaku merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan keinginan atau tujuan. Ditinjau dari pemimpin dalam praktek-praktek manajemen, menurut Affif (2013, hlm. IJ) bahwa “kepemimpinan merupakan kegiatan menginspirasi, memotivasi dan menetapkan visi dan arah, berpikir strategik dan memberi jalar keluar bagi tim kerja dan organisasi”.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka istilah kepemimpinan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menetapkan visi dan misi serta tujuan untuk mewujudkan masyarakat madani yang diperoleh berdasarkan hasil pemilihan secara langsung yang penuh dengan nilai-nilai sunda.

F. TeknikBPengumpulanBData

B

Teknik pengumpulan data dipilih berdasarkan efisiensi, kemudahan, efektivitas, dan kesesuaian dengan tujuan penelitian. Basuki (2006,hlm. 105) menyatakan bahwa:

teknik pengumpulan informasi (data) menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1) observasi,

2) wawancara,

3) dokumen, sedangkan alat-alat audiovisual penulis sebut sebagai alatbantu pengumpulan data.

(19)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Observasi

Pengamatan dan peninjauan langsung dilakukan ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan di lapangan. Peneliti telah melakukan observasi sbelum melakukan wawancara, hal itu untuk mengetahui secara terperinci mengenai keadaan lokasi penelitian lebih spesifik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Basuki (2006,hlm. 86) bahwa:

Observasi adalah penyeleksian dan pencatatan perilaku manusia dalam lingkungannya. Observasi digunakan untuk menghasilkan penjelasan yang sangat mendalam mengenai organisasi dan peristiwa, untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, dan untuk melakukan penelitian di saat metode-metode lain tidak memadai.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi penuh.Pengamat sebagai pemeran serta (the observer as participant).Pengamat pernah terlibat dalam kegiatan Bupati Purwakarta dalam upaya pendidikan polittik kepada masyarakat maupun para tokoh yang terlibat dalam program bupati untuk pendidikan politik. Salah satu bagian dari kegiatan observasi peneliti adalah mengikuti kegiatan acara safari budaya yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta ke daerah-daeah yang ada di Jawa Barat.

2) Wawancara mendalam (indepth interview)

(20)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini teknik wawancara mendalam yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur (unstructured interview)yang terdiri dari yaitu teknik wawancara terarah (directed interview) dan wawancara tidak terarah (nondirected interview) biasa disebut wawancara bebas (free interview). Teknik wawancara tidak bersturktur digunakan oleh peneliti dengan alasan agar mendapatkan jawaban asli dai narasumber, mengingat originalitas data sangat diperlukan dalam sebuah penelitian. Peneliti melakukan wawancara sambil lalu (casual interview) dimana subyek yang diwawancarai tidak diseleksi terlebih dahulu dan sering dilakukan secara informal dan spontanitasdengan masyarakat.

3) Dokumentasi

Dokumentasi mengenai kegiatan berorientasi pada pendidikan politik yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta. Bentuk dokumentasi yang didapat oleh peneliti kebanyakan dalam dokumentasi rekaman hasil wawancara. Karena banyaknya larangan untuk mengambil gambar di area Kantor Bupati Purwakarta serta banyaknya masyarakat yang tidak ma difoto saat wawancara dilakukan dengan berbagai macam alasan. Batasan pengumpulan data dilakukan guna menghindari terjadinya penumpukan data dan mempersulit analisis data.

G. PengembanganBInstrumenBPenelitian

B

1. WawancaraB

(21)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan. Menurut Kerlingger (2006, hlm. 774) pertanyaan terbuka dengan jawaban terbuka memungkinkan peneliti:

1) Memperoleh pendalaman materi jawaban sesuai tujuan penelitian 2) Mampu memastikan tingkat pemahaman informan mengenai

pertanyaan penelitian.

3) Melacak ambiguitas terhadap pertanyaan yang dilakukan.

4) Mendorong kerjasama dan mencapai keakraban dengan informan. 5) Membuat penilaian yang lebih baik terhadap sikap informan

yangsebenarnya tentang kepemimpinan birokratis.

Lebih lanjut Kerlinger (2006,hlm. 777) menjelaskan beberapa kriteria pertanyaan yang digunakan sebagai tolak ukur pertanyaan agar sesuai dengan tujuan penelitian yaitu:

1) Pertanyaan terkait dengan masalah penelitian.

2) Ketepatan tipe pertanyaan dengan masalah yang ditanyakan.

3) Butir pertanyaan disusun secara jelas dan tidak mengandung tafsir ganda.

4) Pertanyaan yang disusun diusahakan tidak menggiring informan untuk memberikan jawaban tertentu.

5) Pertanyaan hanya diajukan pada informan yang memiliki pengetahuan dan informasi sesuai dengan masalah penelitian.

6) Tidak mengajukan pertanyaanyangmungkin ditolak oleh informankarena terlalu peka atau pribadi.

7) Tidak mengajukan pertanyaan yang jawabannya cenderung normatif, klise atau stereotipe serta memojokkan informan untuk memberikan jawaban yang bertentangan dengan norma sosial masyarakat.

Pertanyaan yang disusun diawali dengan pertanyaan umum yang kemudian dikerucutkan hanya pada hal-hal yang rinci dan khusus sesuai dengan tujuan penelitian.Wawancara informal berlangsung secara spontan baik dalam pengamatan, perjalanan bersama atau dalam perjumpaan yang tidak direncanakan. Singkatnya bahwa pada setiap perjumpaan selalu dapat dilakukan wawancara untuk pengumpulan data dengan penyesuaian terhadap situasi sekitarnya.

(22)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BupatiBPurwakartaBB

Dedi Mulyadi, SH

TokohBMasyarakatBKabupatenBPurwakartaB 1. RGS

2. KSN 3. NH

TokohBPolitikBKabupatenBPurwakartaB

1. Ucok Ujang Wardi, SH (Ketua DPDR Kabupaten Purwakarta) 2. SHN (Politisi PDIP Kab. Purwakarta)

3. TPS (Politisi Patai Demokrat Kab. Purwakarta) 4. SP (Politisi Partai Golkar Kab. Purwakarta)

5. NS (Politisi Partai Kebangkitan Bangsa Kab. Purwakarta) MasyarakatBPurwakartaB

1. WW 2. RN 3. RZ 4. ARP 5. AAM 6. ASP 7. AD 8. AA 9. LK 10. AS

TabelB3.1B

DaftarBNarasumberBWawancaraB

2. ObservasiB

(23)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dijadikan referensi oleh peneliti antara lain adalah bku karangan Dedi Mulyadi “Mengayuh Negeri dengn Cinta”, “Kang Dedi Menyapa”, dan “Ciri Sabumi, Cara Sadesa” serta website resmi Kabupaten Purwakarta. Dalam melakukan observasi peneliti juga mengikuti beberapa kegiatan Bupati Purwakarta yang dinamakan dalam rangkaian acara safari budaya “Dangiang Galuh Pakuan”. Peneliti berusaha untuk berhati-hati, tidak tampil mencolok dan tidak membuat informan merasa tidak nyaman dan sedang dinilai. Peneliti berbaur dengan informan namun tidak mempengaruhi apa yang disampaikan.

3. DokumentasiB

Catatan lapangan harian disediakanuntuk mencatat hal-hal yang dapat membantu peneliti dalam mencapai tujuan penelitian Semua hasil wawancara dan observasi ini ditulis dalam lembar catatan lapangan (field notes)yakni fieldnotesbiasa, foto, dan rekaman data lapangan. Peneliti hanya sedikit mendapatkan gambar dalam proses wawancara dikarenakan banyak narasumber yang menolak untuk difoto saat wawancara dengan berbagai macam alasan.

H. TeknikBAnalisisBData

B

Beberapa prinsip analisis data kualitatif adalah data-data yang muncul bukan rangkaian angka tapi rangkaian kata-kata yang dilakukan berulang-ulang, berlanjut dan terus menrus sampai analisisi dianggap cukup.Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.Menurut Sugiyono (2010, hlm. 336) menjelaskan bahwa:

(24)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diwawancarai. Pertanyaan diajukan sampai data dianggap kredibel. Langkah-langkah analisis data yaitu Reduksi data mengurangi data-data yang tidak diperlukan, data display dan verifikasi data.

Peneliti telah menganalisis hassil studi pendahuluan sebagaimana yang dikatan oleh Sugiyono. Data yang diperoleh dari studi pendahuluan dianalisis oleh peneliti setelah dianggap cukup dan layak untuk dianalisis. Lebih lanjut Sugiyono (2010,hlm. 337) menjelaskan bahwa analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

2. Display data yaitu sekumpulan informasi yang terkumpul yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. 3. Jalidasi data dengan menggunakan kerja dilapangan yang lebih

lama,campur tangan pendeskripsi, data yang direkam, partisipan, pengecekan kembali melalui teknik trianggulasi, review partisipan.

4. Kesimpulan dan verifikasi yaitu upaya dengan mencari hal-hal yang penting. Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami.

Langkah langkah analisisi data adalah sebagai berikut

Periode pengumpulan Reduksi Data

Antisipasi Selama Setelah

Display Data

Selama Setelah

Analisis

Kesimpulan /Jerifikasi

Selama Setelah

Gambar: 3.1

(25)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian diharapkan dapat memenuhi keempat kriteria keabsahan data suatu penelitian, yaitu derajat kepercayaan "credibility", keteralihan

"iransferality", ketergantungan "dependality " dan kepastian

"confirmality".

Agar tercapai kredibilitas maka cara yang dilakukan adalah: a. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan.Peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian.

b. Pengamatan yang terus menerus

Melalui pengamatan yang dilakukan secara terus menerus peneliti dapat memperhatikan fenomena yang terjadi secara mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terinci mengenai kepemimpinan sunda dalamkonteks pendidikan politik.

c. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data yang diperoleh mengenai kepemimpinan walikota dan wakil walikota dari kalangan birokrat.Penelitian triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan para partisipan. Triangulasi berarti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

(26)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data (Sumber: Sugiyono, 2010,hlm. 372)

Triangulasi terbaik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang bebeda yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data (Sumber: Sugiyono, 2010,hlm. 372)

d. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Pembicaraan ini bertujuan untuk memperoleh kritik, pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang langkah -langkah yang akan dilakukan selanjutnya. Pembicaraan dilakukan dengan orang lain yang memahami materi penelitian atau dosen pembimbing dengan arahannya.

e. Menggunakan bahan referensi

Tokoh politik Tokoh masyarakat Sunda

Akademisi/ anggota masyarakat

Wawancara terbuka/

terstruktur Observasi mendalam tidak peran serta

(27)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

f. Mengadakan Member Check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member check pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar partisipan memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Member cek dilakukan terhadap para partisipan untuk menguji kesesuaian kembali data yang disampaikan.

(28)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BABBVB

SIMPULANBDANBSARAN B

A. SimpulanB

Pendidikan politik yang mengandung kesatuan antara dimensi ideal dan dimensi manifest prinsip berpancasila adalah penddikan politik yang tergambar dalam perilaku ”nyunda”. Pendidikan politik ditujukan agar masyarakat berpartisipasi politik dalam pembangunan. Pendidikan yang diselenggarakan bersifat non formal baik melalui peristiwa yang ditujukan untuk mendorong masyarakat agar terlibat dalam upaya mengimplementasikan budaya Sunda maupun kebijakannya untuk mendorong kemandirian. Temuan penelitian adalah perilakumemilihpemimpinmasyarakatPurwakartamerupakanakumulasidariber bagaifaktor yang melatarbelakanginya, baik yang melekatpadadiripemilihbaiksecararasionalatau punirasional. SebagianbesarmasyarakatPurwakarta

tidakmempersoalkanpemimpinnyamenggunakangayaataulandasanfilosofiSun da. Masyarakatmenginginkanpemimpin yang mampumengatasimasalah-

masalahdalamkehidupansehari-hariterutamamasalahekonomi.SecaraumumkepemimpinanSundadalamupayap endidikanpolitikdipraktekansecara non formal.Berdasarkanhasilpenelitiandiperolehsimpulanbahwa:

1. SikapkepemimpinanpolitikSundadalamkontekspendidikanpolitikBupati Purwakartamemilikisikappositifterhadappendidikanpolitik. Hal inidapatdilihatdariupayanyauntukmembangunkemandirianekonomi,

(29)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

transformsional Dedi Mulyadi mampu mempengaruhi, menginspirasi serta memotivasi masyarakat Purwakarta untuk menjaga dan melestarikan budaya Sunda yang merupakan ciri dari kepemimpinan Sunda.

2. KredibilitaskepemimpinanpolitikSundadalamkontekspendidikanpolitik yang diperankan oleh Bupati Purwakarta bahwa Bupatidinilaimemilikikredibilitasuntukmendorongpendidikanpolitikbagiwarg anya. Proses transformasi nilai-nilai kesundaan yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi menguatkan kredibilitaasnya sebagai seorang pemimpin Sunda dimata masyarakat. Karakteristiksebagaipemimpin yang eésok

(memikathatiataureueus/bangga),

mampumemikathatibawahannyadanmerupakankebanggaanjugabagibawahann yaterutama orang Sunda. Bupatidinilaimemilikijiwamuereruk

(membujukdanmenentramkanhati). Dengan kredibilitas yang dimilikinya, masyarakatpercayabahwaDediMulyadidapatmendorongpendidikanpolitikbagi warganyaterutamakesadaranpadawarganyauntukmengimplementasikanbuday aSundadanmembangunkemandiriandengankembalikealam.

3. KonsistensikepemimpinanpolitikSundadalamkontekspendidikanpolitik yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta memperlihatkan bahwa BupatiPurwakartamemilikikonsistensidalammendorongpendidikan politik masyarakat Purwakarta dengan menggunakan nilai-nilai kesundaan. Upayamembangunkarakterbangsa yang berbudayaSundadiwujudkandengansecarakonsistenmenampilkansimbol-simbolSundabaikdalamkeseharianmaupunkebijakannya. Dedi Mulyadi mentransformasikan nilai-nilai kesundaan secara konsisten kepada masyarakat Purwakarta sebagai bagian dari pendidikan politik.

4. VisidanmisisertatujuankepemimpinanpolitikSundadalamkontekspendidikanpo litik yang dirumuskan oleh Bupati Purwakarta bersama para stakeholder

(30)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gunamenjalankanvisidanmisinyadalampendidikanpolitikbupatimemilikikecen derunganuntukberperilakutransendingtotaliterdan otoriter terutamadalammengimplementasikangagasan, ide,danpemikiran yang berlandaskannilai-nilaiSundakepadamasyarakat. Hal iniditujukan agar masyarakatmelihatbuktikebenaranfilosofitersebutkemudiantumbuhkesadarann yatentangkemandirian, budayaSunda, hak,dankewajibannyasebagaiwarganegara.

B. SaranB

1. Gunamendorongkeberhasilanpendidikanpolitikmakapendidikanpolitikperl udiformalkanterutamapadakelompokpemilihpemula agar masyarakat

terdidik secara

politik.Sedangkanupayauntukmendorongkesadaranmengenaihak dan kewajibansebagaiwarganegara yang harusmengimplementasikanfilosofi yang bersumberpadabudayabangsadilakukansecara non formal baikmelalui program budayamaupunperistiwabudaya.

2. Mengingatpentingnyapendidikanpolitikbagimasyarakat,makasebagaikepal adaerahseyogyanyadapatmendorongpendidikanpolitik secara lebih intensif yang diselenggarakanolehpartaimaupunpihak-pihakterkait. Pendidikan politik yang dilakukan oleh kepela daerah atau pun pihak-pihak terkait porsi dan caranya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat dan dilakukan dengan cara-cara terdidik. Agara masyarakat tertarik dan tidak kebingungan dalam menerima pendidikan politik yang diselenggarakan serta dapat menghapus anggapan yang selama ini ada di masyarakata bahwa “politik itu jahat”.

(31)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(32)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. ( 2009) Pokoknoa Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Afif, F. (2013) Kepemimpinan Strategik. Bandung: Asian Plan Consult.

Publishing House.

Ayalew, H. (2010) Political Leadership in the Transformation of Societies: F. W.

de Klerk and Pim Fortuyn in the Multicultural Project. Macalester

International 6 (25), hlm. 89-95.

Basuki, H. (2006) Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan Dan

Budaoa. Jakarta: Gunadarma.

Batawi, J.W. (2010) Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada

Jurnal UNIERA. 2 (2), hlm. 26-52.

Bernhard,F dan O'Driscoll,M.P. (2011) Psychological Ownership in Small Family-Owned Businesses: Leadership Style and Nonfamily-Employees'

Work Attitudes and Behaviors. Group & Organization Management 2011

36 (3), hlm. 345– 384.

Clark, R et al. (2008) The Effects of Leadership Style on Hotel Employees'

Commitment to Service Quality. Cornell Hospitalito Quarterlo 2009 50 (2)

hlm. 209-231.

Cresswell, Jhon. (2012) Educational Research. Boston: Peason Education ,Inc

Heenan, C.G. (2001) From Protagonist To Pragmatist: Political Leadership In

societies in transition. Northern Ireland: Universito of ulster/united nations

universito press.

Hoyt, C.L et al. (2011) I Can Do That: The Impact of Implicit Theories on

Leadership Role Model Effectiveness Pers Soc Psochol Bull 2012. 38 (2)

hlm. 257-268.

Priangani, A. (2012) Model Kepemimpinan dan Budaya Politik Masyarakat

Sunda. Jurnal online westphalia.11 (2) hlm. 17-34.

Prasetyo,U. dan Sarwoprasodjo,S. (2011) Komodifikasi Upacara Tradisional

Seren Taun dalam Pembentukan Identitas Komunitas. Sodality: Jurnal

(33)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oneil, W.F. (2008) Ideologi Pendidikan.( alih bahasa Naomi). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Madlock, P,E. (2008) Employee Satisfaction The Link Between Leadership Style,

Communicator Competence, and Employee Satisfaction. Journal of

Business Communication 45 (61) hlm. 327-394.

Kouzes, J dan Postner ,B.Z. (2012) Leadership Chalengge, 5th Edition. San

Fransisco: Jossey Bass.

Latif, Y. (2013) Demokrasi dan Pemberdayaan Masyarakat. Seri Diskusi KPK bertema Sistem Politik Berintegritas, 25-26 September hlm.1-9.

Riccards, Michael P. (1973) The Making of the American Citizenry: an Introduction to Political Socialization. Texas: Chandler Publishing Company

Rinakit, S. (2013) Melek Politik: Negara Juga "Pendidik. Seri Diskusi KPK bertema Sistem Politik Berintegritas, 25-26 September hlm.14-17.

Robet, R. (2013) Pendidikan Politik dan Reformasi Republikan Seri Diskusi KPK bertema Sistem Politik Berintegritas, 25-26 September. Hlm. 10-13.

Robbins. (2006) Perilaku Organisasi. (alih bahasa Molan). Jakarta: Indeks.

Rustandi, Y. (2008) MENCARI JATI DIRI URANG SUNDA. Jurnal Bahasa,

Sastra, dan Budaoa WAHANA, 2 (3), hlm. 1-7

Sajogyo, Pujiwati.S. (2011) Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gajahmada Press

Steinberg, Laurence D. (2002) Adolescence. McGraw-Hill Higher Education

Surya, P. (2010) Kepemimpinan Perempuan Bernilai Kesundaan di Bidang

Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan. Nomor: 02/Th VI/Oktober/,

hlm.1-15.

Suwirta, A.dan I,C, Hermawan. (2010) Masalah Karakter Bangsa dan Figur

Kepemimpinan di Indonesia: Perspektif Sejarah. ATIKAN, 2

(1).hlm.133-154.

Suar, D, Tewari H.,R dan Chaturbedi, K,R. (2006) Work Behaviour Subordinates'

Perception of Leadership Styles and Their Work Behaviour. Psochologo

(34)

Rd. Sugara Mochamad Haddad,2014

MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK SUNDA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN POLITIK (STUDI KASUS BUPATI PURWAKARTA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sun, P.Y.T dam Anderson,M.H. (2011) The combined influence of top and

middle management leadership styles on absorptive capacity. Management

Learning 43 (1), hlm. 23-31.

Sugiyono. (2010) Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wibisono.(2006) Budaoa Organisasi. Jakarta: Diadit Media

Webber, E.T. (2010) Democratic Political Leadership. Chapter 13 in Political and Civic Leadership: A Refference Handbook, edited by Richard Couto,

Washington, D.C. Sage press. Hlm. 105-110.

Weinberger, L.A. (2009) Emotional Intelligence, Leadership Style, and Perceived

Leadership. Effectiveness. Advances in Developing Human Resources, hlm.

11-747.

Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 (2010). Tentang Pedoman Fasilitasi Penyelenggaraan Pendidikan Politik. Jakarta: Kemendagri

www.Garutkab.go.Id [diakses 26 Agustus 2013]

http://iveybusinessjournal.com [diakses 10 Januari 2014]

Gambar

TabelB3.1B
Gambar: 3.1 Komponen Dalam Analisisi Data
Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian secara parsial pun sesuai hasilnya sama sebagaimana penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Eka Putriani (2016) yang hasilnya tidak ada pengaruh yang

Jari-jari tikungan berpengaruh terhadap aliran yang terjadi karena di daerah tikungan luar kecepatan lebih tinggi daripada kecepatan di daerah bagian dalam tikungan, maka

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

[r]

mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merk tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merk suatu produk merupakan dasar awal pemahaman

Berdasarkan jumlah jenis, golongan tanaman hias memiliki jumlah jenis yang paling banyak jika dibandingkan dengan tanaman lainnya yaitu sebanyak 43 jenis, kemudian

Pembiayaan tersebut diperoleh dari lembaga keuangan yang kegiatan usahanya memberikan jaminan, bahwa manfaat pemberian jaminan sebagai salah satu cara memperoleh pinjaman

Saudara/i diminta untukmemberikanpilihanterhadap pernyataan- pernyataan di bawah iniyaitudengancaramemberikantandachecklist ( ) padajawaban yang menurut Saudara/i anggap