• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. Dalam perancangan tugas akhir ini penulis akan mencoba untuk lebih memahami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI. Dalam perancangan tugas akhir ini penulis akan mencoba untuk lebih memahami"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

38

BAB III METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum

Dalam perancangan tugas akhir ini penulis akan mencoba untuk lebih memahami tentang emosi terutama emosi anger, dan bagaimana penerapannya dalam gerakan dan gestur tokoh Monomono. Perancangan ini akan dibuat menjadi animasi bagian 2D (dunia fantasi) pada animasi hybrid Crayon. Perancangan ini dilakukan agar animasi yang akan dibuat nanti bisa mencapai gerakan yang bisa menggambarkan emosi anger Monomono dan dapat sampai kepada penonton.

Data-data yang dikumpulkan adalah data - data kualitatif, yang terdiri dari data hasil studi literatur, bacaan-bacaan yang akan membantu perancangan dari segi teori mengenai gestur dan emosi. Literatur tersebut dikumpulkan agar dapat membantu penulis mencari acuan dalam membuat gestur yang bisa menggambarkan emosi dengan baik.

Selain data literatur penulis juga akan menggunakan data hasil observasi baik secara langsung atau tidak langsung. Data-data yang digunakan berupa foto, video, dan gambar yang berhubungan dengan gestur, timing, dan staging tokoh.

Data ini akan digunakan untuk menganalisa penggunaan gestur, timing dan staging yang tepat untuk digunakan dalam gerakan tokoh Monomono. Video yang digunakan berasal dari cuplikan film, screenshot, serta video akting sendiri.

(2)

39 3.2. Sinopsis

Alvin dan Delwyn merupakan kakak beradik yang tingal dalam satu kamar. Pada suatu siang, sang adik, Delwyn berusaha mengambil mainan kesukaannya yang ada diatas rak buku, namun rak tersebut terlalu tinggi bagi Delwyn untuk dapat menggapai mainannya. Kemudian datang lah sang kakak Alvin sehabis pulang dari sekolahnya, Delwyn memohon pada kakak nya untuk mengambilkan mainan tersebut, namun sang kakak terlalu sibuk dengan urusannya sendiri sehingga tidak menghiraukan permohonan Delwyn. Alvin yang pergi tanpa menghiraukan permintaan adiknya mengeluarkan selembar kertas yang sudah ada gambar di atasnya, gambar tersebut adalah Monomono seorang tokoh monster pemberani yang ada dalam komik – komik favorit Alvin. Gambar Monomono tersebut akan digunakan Alvin untuk mengikuti lomba dari pembuat Monomono. Gambar Monomono masih dalam tahap pengerjaan dan akan selesai sedikit lagi.

Saat Alvin berhasil menyelesaikan Gambar Monomono Delwyn membuat ulah dengan memanjat lemari bukunya. Banyak buku-buku Alvin termasuk komik kesukaannya yang berjatuhan karena Delwyn. Alvin pun harus merapikan ulah adiknya Delwyn. Tidak hanya itu Delwyn juga mencoret gambar Alvin yang membuat Alvin sangat marah dan terjadilah pertempuran dalam fantasy. Tokoh Monomono menjadi hidup di dunia ini dan ikut marah bersama Alvin. Namun Monomono tidak dapat dikendalikan dan mengamuk membabi-buta menyerang Delwyn. Melihat hal tersebut Alvin berniat menghentikan Monomono, dan menolong Delwyn. Mereka pun bertempur satu sama lain sampai akhirnya Alvin berhasil mengalahkan Monomono berkat bantuan Delwyn.

(3)

40 3.3. Pengerjaan dan Posisi Penulis

Pekerjaan dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 5 orang yaitu Angelica Tiofania, Cecilia Angieta, Roselini, Vitaria Weenie, dan Ricki Fernando. Tugas penulis dalam karya ini adalah sebagai technical yang mengurus rig character, serta sebagai animator 3D dan 2D.

3.4. Skematika Perancangan

Gambar 3. 1. Skema perancangan (Dokumentasi pribadi.)

(4)

41 3.5. Konsep Dasar

3.5.1. Tokoh Monomono

Tokoh Monomono adalah tokoh yang berasal dari serial komik yang sedang populer dalam film “Crayon” dan merupakan kesukaan tokoh Alvin. Dalam serial komik tersebut, tokoh Monomono merupakan monster super hero yang melawan para penjahat di komik tersebut. Tokoh ini digambarkan memiliki bentuk kepala seperti bom yang dapat meledak sewaktu-waktu. Ketika meledak tokoh ini akan mendapatkan kekuatan besar dan memiliki kemampuan untuk mengeluarkan api dari tangan dan kepalanya. Nama tokoh Monomono diambil dari kata mono yang berarti tunggal, sendiri, atau satu. Penulis akan melakukan gerakan tokoh Monomono dengan menerapkan emosi anger berdasarkan beberapa aspek berikut ini:

1. Tridimensional Tokoh.

Tabel 3. 1. Tri-dimensional Monomono.

(Dokumentasi pribadi)

Monomono (Sebelum Evolusi) Super Monomono (Evolusi)

Fisiologi Tidak memiliki gender Umur tidak diketahui

Tidak memiliki gender Umur tidak diketahui.

Tinggi 177 cm dan berat 70 kg. Tinggi 227 cm dan berat 127 kg.

(5)

42 memiliki mata berwarna merah

dan kulit berwarna ungu, warna kepala dan bahu hitam.

memiliki mata berwarna kuning dan kulit berwarna merah.

postur tubuh tinggi dan tegak kepala berbentuk bomb dan akan meledak ketika marah.

Memiliki postur yang besar, kekar dan kuat, kepala berbentuk seperti bara api yang selalu menyala nyala.

Sosiologi tidak memiliki kelas sosial agama pekerjaan dan pendidikan

tidak memiliki kelas sosial agama pekerjaan dan pendidikan

Psikologi Tidak memiliki IQ. Tidak memiliki IQ.

Wants: menyerang Delwyn. Wants menyerang:

Delwyn.

Need: ketentraman. Need: ketentraman.

Desire: Pembalasan dendam. Desire: Pembalasan dendam.

Fear: kalah dan kehilangan kekuatan.

Fear: kalah dan kehilangan kekuatan.

Menyukai ketentraman, dan tidak suka diganggu.

Menyukai ketentraman, dan tidak suka diganggu.

Kemampuan khusus dapat meledak ketika amarahnya

Kemampuan khusus dapat meledak ketika

(6)

43

memuncak. amarahnya memuncak.

ia mempercayai segala sesuatu lebih baik dikerjakan sendiri, bekerja sama adalah suatu kesalahan.

ia mempercayai segala sesuatu lebih baik dikerjakan sendiri, bekerja sama adalah suatu kesalahan.

a) Fisiologi

Pada awal film tokoh Monomono digambarkan memiliki tubuh yang terbilang ramping namun juga berotot, ia memiliki kepala berbentuk bom, dan pelindung tangan dengan bentuk oval. Monomono digambarkan memiliki kulit berwarna ungu dan beberapa bagian seperti kepala bom dan pelindung tangannya berwarna hitam, ia juga memiliki mata berwarna merah terang. Monomono sebelum berubah memiliki tinggi 177 cm dan bobot 70 kg dengan postur tubuh tegak.

Di pertengahan film Monomono berubah bentuk menjadi super Monomono dan memiliki perubahan karakteristik pada bagian tubuhnya.

Bentuk tubuhnya berubah dari ramping menjadi besar dan berotot, selain itu kepala yang sebelumnya berbentuk bom meledak dan menghasilkan kobaran api di kepalanya. Saat berubah Monomono memiliki tinggi 227 cm dan bobot 170 kg. warna nya pun berubah dari dominan ungu menjadi merah terang dengan sedikit warna kuning pada bagian apinya.

b) Sosiologi

(7)

44 Tokoh Monomono dalam film ini merupakan tokoh yang berasal dari gambar Alvin, ia memiliki karakteristik yang sama seperti komik yang digunakan sebagai referensi oleh Alvin. Monomono tidak memiliki ras, kepercayaan, agama dan pendidikan yang jelas, ia selalu bekerja sendiri dan selalu berpikir kalau segala sesuatu lebih baik dikerjakan sendiri.

c) Psikologi

Monomono tidak memiliki IQ ia lebih fokus terhadap emosinya dibandingkan logikanya. Ia sebenarnya hanya menginginkan ketentraman namun karena ketentraman tersebut terganggu oleh Delwyn maka ia marah besar. Yang sangat ia takuti adalah hilangnya kekuatan serta kalah dari Delwyn. Sebelum Monomono berevolusi ia memberikan kesan kukuh dan kuat walaupun tubuhnya ramping. Setelah berubah ia memberikan kesan berbahaya dan mengerikan kepada orang -orang di sekitarnya. Ia juga selalu berpikir bahwa bekerja sama merupakan kesalahan, dan lebih baik jika sendirian.

2. Desain Visual Tokoh

Gambar 3. 2. Design tokoh Monomono.

(Dokumentasi pribadi.)

Pada gambar 3.2 Desain tokoh Monomono. Tokoh Monomono ini digambarkan memiliki 2 jenis bentuk yakni dalam bentuk bom, dan dalam bentuk setelah meledak.

(8)

45 3.5.2. Breakdown Storyboard

Shot yang dipilih di storyboard berikut ini adalah shot yang menurut penulis paling menunjukkan emosi monster dan dapat meninggalkan kesan kuat pada penonton. Shot yang diambil adalah shot 45 shot 48,50, dan shot 93. Shot 45 diambil oleh penulis karena dapat menggambarkan tahap awal tokoh Monomono yang menahan marah hingga meledak dan berubah menjadi super Monomono.

Shot ini diambil penulis karena dapat memperlihatkan restrained anger menuju anger dari tokoh Monomono.

Kemudian shot 48 dan 50 dipilih penulis karena merupakan shot yang memperlihatkan agresivitas Monomono saat menyerang tokoh Delwyn target dari kemarahannya. Pada shot 48 dan 50 ini penulis ingin memperlihatkan betapa bahaya nya emosi anger yang dimiliki tokoh Monomono. Shot 93 juga dipilih karena merupakan shot klimaks dimana tokoh Monomono mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan tokoh Alvin. Shot ini bertujuan untuk memperlihatkan puncak kemarahan tokoh Monomono dan memperlihatkan sifat rage sebagai tahap anger yang paling puncak.

1. Shot 45

Tabel 3. 2. Breakdown storyboard shot 45.

(Dokumentasi pribadi)

Shot Storyboard Keterangan

45-A

Sumbu di kepala Monomono terbakar saat Alvin diserang

(9)

46 45-B

Monomono meledak dan berubah menjadi super Monomono

45-C

Monomono kemudian mengumpulkan kekuatannya berupa api ke tangannya dan mengeluarkan bola api

2. Shot 48, 50

Tabel 3. 3. Breakdown storyboard shot 48 & 50.

(Dokumentasi pribadi)

Shot Storyboard Keterangan

48

Monomono muncul dari dalam asap dan menyerang Delwyn

50

Delwyn berhasil menghindar dan serangan Monomono berhasil menghancurkan environment di sekitar nya.

(10)

47 3. Shot 93

Tabel 3. 4. Breakdown storyboard shot 93.

(Dokumentasi pribadi)

Shot Storyboard Keterangan

93

Monomono menanggapi serangan Alvin, dan bersiap untuk menyerang

3.5.3. Konsep Gerakan 1. Shot 45

Shot ini merupakan shot dimana kesabaran Monomono habis dan mengeluarkan semua amarahnya. Pada adegan ini Monomono meledak dan berubah menjadi super Monomono. Adegan ini harus dapat memberikan kesan restrained anger yang kemudian berubah menjadi anger. Penulis ingin agar penonton dapat merasakan perkembangan dari tahap anger dari hingga tahap rage yang merupakan bagian paling akhir dari anger. Gestur yang diperlukan adalah gestur menahan-nahan emosi, gestur universal anger, dan gestur yang dapat memperlihatkan agresivitas serta dominasi terhadap tokoh Delwyn. Shot ini harus dapat memperlihatkan amarah Monomono yang luar biasa seperti bom meledak.

2. Shot 48 & 50

Shot ini Monomono mengamuk dan menyerang Delwyn secara agresif untuk melampiaskan amarahnya. Pada adegan ini harus bisa memperlihatkan bahaya dan keagresifan Monomono saat melampiaskan

(11)

48 kemarahannya. Karena itu dibutuhkan gestur yang mendominasi, meledak- ledak, dinamis dan memberikan kesan kuat. Timing yang diperlukan adalah timing yang cepat seperti ledakan, namun juga melambat karena karakteristik tubuh Monomono yang besar.

3. Shot 93

Shot ini memperlihatkan Monomono yang tidak mau kalah dari tokoh Alvin dan menyerang dengan seluruh kekuatannya. Adegan ini harus dapat memberikan kesan Monomono memberikan segalanya untuk serangan terkuat nya. Oleh karena itu perlu adanya gestur mengamuk, gestur yang memberi kesan memberikan segalanya, kokoh dan sangat agresif.

3.6. Acuan

Pada bagian acuan penulis akan menggunakan beberapa acuan yang memiliki kesamaan dalam tri-dimensional karakter atau keadaan emosional tokoh. Acuan yang di cari akan berupa tangkapan gambar dalam film animasi. Tentunya agar gerakan Monomono dapat dirasa lebih dekat dengan penonton, gerakan dasar yang digunakan akan banyak mengambil dari gerakan manusia. Analisa acuan ini dilakukan untuk mencari gestur, ekspresi, serta timing yang tidak ada di dalam studi literatur. Selain itu acuan ini digunakan untuk menganalisa gestur, ekspresi dan timing yang digunakan pada pembuatan film atau animasi yang sudah tayang di hadapan banyak orang, dan dirasa sudah menggambarkan emosi pada tokoh.

Selain itu analisa acuan ini juga digunakan untuk mencari kesamaan dengan studi literatur dan memperkuat perancangan gerak tokoh pada shot yang dirancang.

(12)

49 3.6.1. Acuan shot 45

1. Gestur

Untuk acuan gestur shot 45 akan difokuskan kepada emosi anger dimana gestur yang dicari adalah gestur yang mendominasi, agresif, dan dapat menunjukkan kemarahan tokoh Monomono. Pemilihan gestur ini didasarkan pada emosi serta beberapa kesamaan dengan tri-dimensional tokoh Monomono.Oleh karena itu ada beberapa acuan yang diambil berdasarkan gestur yang digunakan. Beberapa diantaranya diambil dari serial kartun jepang dan juga dari film layar lebar seperti marvel.

a) Songoku restrain anger sebelum melepaskanya amarahnya

Acuan ini dipilih penulis karena kondisi emosi tokoh Son Goku yang mirip dengan kondisi psikologi Monomono. Keduanya sama sama sedang mengalami restrain anger.

Gambar 3. 3. Son Goku berubah menjadi super saiyan untuk pertama kalinya.

(Dragon Ball Z / Daisuke Nisho, 1996)

Gambar 3. 4. Son Goku berubah menjadi super saiyan untuk pertama kalinya versi ke-2.

(Dragon Ball Z Kai / Yasuhiro Nowatari, 2008)

Kedua gestur son Goku diperlihatkan secara berbeda walaupun konteks yang ingin disampaikan sama. Ada beberapa kesamaan diantara

(13)

50 kedua versi tersebut, yaitu posisi kepala saat memendam amarah sama- sama ditundukkan ke bawah. Namun pada posisi tubuh, tangan, dan kaki versi dragonball z lebih dempet satu sama lain, sedangkan pada dragonball z kai posisi tangan dan kaki lebih lebar dari yang sebelumnya pada versi 1 postur tangan tidak ditekuk, diturunkan dan diarahkan kedalam, sedangkan pada postur versi 2 posisi tangan ditekuk dan diarahkan keluar. Secara siluet versi 2 lebih baik karena punya siluet yang lebar, namun pada versi 1 terlihat lebih memendam amarah dibandingkan versi 2 karena versi 1 terlihat lebih kecil dan siap untuk meledak.

b) Gestur Veeto saat mengeluarkan ledakan sihir dibelakangnya Acuan ini dipilih karena kemiripan dengan tri-dimensional tokoh veeto dengan Monomono serta keadaan emosional yang cukup mirip dengan kebutuhan shot 45.

Gambar 3. 5. Veeto ingin mengeluarkan ledakan kekuatan Sihir.

(Black Clover / Tatsuya Yoshihara, 2017)

Pada acuan berikut diperlihatkan tokoh Veeto seorang ras elf dengan tubuh berbentuk binatang buas yang akan mengeluarkan ledakan energi sihir. Tokoh Veeto di sini digambarkan sebagai tokoh yang baik dan ramah terhadap binatang dan lingkungan sekitarnya, namun Veeto berubah menjadi tokoh yang ingin menghancurkan segalanya karena

(14)

51 memiliki dendam amat besar terhadap umat manusia yang sebelumnya telah memusnahkan teman dan ras nya. Kedaan tokoh Veeto terbilang mirip dengan Monomono saat melihat Alvin disakiti oleh Delwyn.

Gesture ini memiliki siluet yang besar karena tokoh melebarkan kedua tangan dan kakinya. Orang yang sedang marah memiliki tendensi untuk melebarkan siluetnya tanpa mereka sadari untuk menakut nakuti dan memberikan kesan dominasi terhadap musuh. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh manusia tetapi juga hewan. Jika diperhatikan posisi kaki pada gesture ini lebih lebar dari pada jarak antara pundak tokoh, Selain itu arah kaki juga dilengkungkan keluar seperti pada gestur universal anger pardew pada gambar 2.10.

Jika dilihat sekilas tokoh Veeto pada gambar 3.4. terlihat seperti sedang berteriak hal yang sama terjadi pada Monomono saat melihat orang yang menggambarnya disakiti, Monomono berteriak mengeluarkan luapan emosinya. Penulis ingin menggunakan gestur ini sesaat sebelum Monomono meledak dan berubah menjadi super Monomono.

c) Gestur Hulk saat memasang gestur anger dan berteriak.

Acuan ini dipilih karena adanya kemiripan tridimensional tokoh Hulk dengan tokoh Monomono, baik dalam segi fisiologis sama sama memiliki tubuh yang besar, dalam kondisi psikologis, sama sama sedang marah.

(15)

52 Gambar 3. 6. Hulk memasang gestur marah dan berteriak.

(The Incredible Hulk/Louis Leterrier, 2008)

The incredible hulk merupakan film super hero amerika buatan marvel yang menceritakan tentang Bruce Banner yang berubah menjadi mahluk hijau bernama Hulk karena terkena radio gamma hasil percobaan pemerintah semasa perang dunia ke 2. Bruce Banner dapat berubah menjadi Hulk saat ia sedang marah besar, dalam keadaan menjadi Hulk Bruce mendapatkan kekuatan yang sangat besar dan cukup kuat untuk menghancurkan apapun.

Pada gestur ini Hulk yang akan melawan Abomination mengeluarkan teriakan perang ke arah musuhnya sebelum menyerang.

Gestur pada gambar paling kiri masih terbilang mirip dengan gestur universal anger, setelah memasang gestur anger hulk menggunakan gestur yang lebih lebar lagi saat menyuarakan teriakan perang pada musuh.

Gestur yang digunakan memiliki siluet lebar dan besar, dibantu juga dengan bentuk tubuhnya yang besar. Gestur dan teriakan yang besar, membantu hulk untuk memberikan kesan dominasi dan rasa takut pada musuh musuhnya.

Gestur pada gambar paling kiri hampir sama dengan gestur yang digunakan Veeto, tetapi tangannya diturunkan dan posisi kakinya lebih merapat dibandingkan Veeto. Posisi kepala juga lebih rendah dan lebih

(16)

53 menatap kepada musuh, sehingga terkesan lebih mengintimidasi dibandingkan gestur sebelumnya. Pada saat menyerukan teriakan perang posisi kepala menjadi lebih turun dan jarak antara kakinya menjadi lebih lebar dari yang sebelumnya.

2. Ekspresi wajah

Monomono merupakan mahluk humanoid, dan agar terasa lebih dekat dengan penonton dan lebih mudah dipahami penonton penulis akan menggunakan referensi acuan berdasarkan emosi manusia pada umumnya.

Walaupun demikian, ada beberapa emosi yang memang sudah tertanam di benak mahluk hidup, ekspresi ini sudah menjadi bagian dari mereka tanpa disadari, yang disebut juga ekspresi universal. Ekspresi ini dialami baik oleh manusia dan hewan, jadi dengan demikian tidak mustahil menerapkanya ke subjek yang bukan manusia seperti Monomono.

a) Ekspresi wajah songoku saat restrain anger

Acuan untuk ekspresi ini dipilih karena sesuai dengan kondisi emosional yang ditargetkan dalam shot 45 ketika Monomono sedang dalam fase restrained anger sebelum akhirnya melepaskan anger. ekspresi pada shot ini akan diterapkan terhadap ekspresi tokoh monomono saat sedang melakukan restrain anger.

(17)

54 Gambar 3. 7. Ekspresi Goku saat hendak berubah.

(Dragon Ball Z Kai / Yasuhiro Nowatari, 2008)

Pada gambar 3.8 diperlihatkan ekspresi tokoh Son Goku yang sangat marah karena tokoh Krilin sahabatnya dibunuh oleh Frieza. Pada saat itu amarahnya meledak dan membuatnya berubah menjadi super saiyan. Ekspresi yang dikeluarkan Goku merupakan ekspresi universal yang dikenali oleh semua manusia, ketika manusia diperlihatkan ekspresi ini maka mereka akan dengan cepat mengetahui bahwa seseorang tersebut sedang marah. Selebihnya ciri-ciri yang diperlihatkan sama dengan ciri- ciri ekspresi universal anger yang dapat dilihat pada gambar 2.17. yang merupakan contoh ekspresi marah oleh paul Ekman.

Monomono yang merupakan mahluk humanoid dalam perancangan ini akan diaplikasikan dengan ekspresi yang sering digunakan oleh manusia. Paul Ekman dalam bukunya yang berjudul Emotion Revealed mendeskripsikan ekspresi marah dengan alis yang di kerutkan dan mata yang melihat ke arah target dari amarah tersebut. Dalam beberapa kasus seperti tokoh tokoh disney menggunakan ekspresi seperti manusia karena mereka ingin agar tokoh mereka dekat dengan penonton, sehingga penonton bisa memahami keadaan emosi tokoh dengan jelas. Walaupun

(18)

55 terdapat banyak tokoh yang bukan manusia seperti the beast, keledai, naga, dan sebagainya.

Menurut Pease ekspresi juga dipengaruhi oleh faktor evolusi, dan ekspresi universal merupakan ekspresi bawaan dari ekspresi tersebut.

Contohnya saja pada gambar 2.15. emosi anger digambarkan dengan kerutan mata, gigi yang diperlihatkan seakan siap menerkam lawannya, padahal manusia jarang secara langsung bertengkar menggunakan gigi mereka. Ekspresi anger universal merupakan ekspresi yang dapat diterapkan ke mahluk lain selain manusia. Dalam hal ini Monomono yang merupakan mahluk humanoid diterapkan dengan ekspresi manusia.

3. Timing

Untuk bagian timing penulis akan menggunakan adegan yang sedekat mungkin dengan perancangan shot yang ingin dicapai, oleh karena itu akan ada beberapa acuan pada bagian ini, saat Monomono berubah, saat Monomono meledak, dan saat Monomono mengaung setelah berubah.

Untuk adegan ketika Monomono marah dan akan meledak acuan yang akan digunakan adalah adegan tokoh Son Goku berubah menjadi super saiyan pertama kali pada film dragonball Z kai, serta adegan tokoh Veeto dalam black clover yang memperlihatkan postur anger dan ledakan energi sihir di belakangnya. Pada acuan ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan timing yang tepat untuk Monomono menahan emosinya dan berubah.

(19)

56 a) Timing Songoku saat restrain anger

Acuan timming Son Goku pada shot 45 ini digunakan untuk menggambarkan timing dalam membuat gerakan restrain anger tokoh Monomono.

Tabel 3. 5. Timing saat Son Goku menahan nahan amarahnya.

(Dragon Ball Z Kai / Yasuhiro Nowatari, 2008)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Pada frame 0 hingga frame 6 terjadi gerakan kecil namun terjadi dengan cepat. Gerakan tersebut terlihat seperti getaran- getaran akibat otot-otot yang bertabrakan satu sama lain, sehingga menimbulkan gerakan gerakan kecil yang terlihat seperti refleks. Perpindahan frame tergolong cepat dan mendadak, seperti pada frame 0 menuju 2 walaupun tidak banyak gerakan yang terjadi, namun penonton masih dapat merasakan gerakan yang cepat f.2

f.4

f.6

(20)

57 dan mendadak. Begitu pula dengan frame 2 menuju 4 dan frame 4 menuju 6. Pada frame 6 postur kembali sama seperti frame 0

f.22

Pada frame 6 hingga frame 22 terjadi gerakan-gerakan kecil serupa seperti frame 0 hingga 6, namun terjadi gestur yang sama sampai frame 22, dari frame 22 hingga frame 26 juga terjadi gerakan-gerakan kecil yang cepat sama seperti frame 1 menuju frame 6.

f.24

f.26

f.32

Setelah frame 26 gestur kembali sama hingga terjadi pergantian mendadak pada frame 32, terlihat gerakan kepala yang menunduk dan tangan yang naik, gestur ini adalah gestur antisipasi untuk

(21)

58 berpindah ke frame 35. Durasi berlangsung sebanyak 3 frame.

f.35

Pada frame 35 terjadi

pergantian gestur yang cepat, kepala yang ditarik ke bawah pada frame 32 kini ditarik ke atas, disertai tangan yang turun ke bawah.

f.44

Kemudian setelah frame 35, gestur perlahan kembali menjadi gestur awal.

f.46

Selanjutnya dari frame 46 hingga frame 55 tidak banyak gerakan yang terjadi selain pergantian ekspresi. Meskipun demikian pergantian ekspresi juga diperlihatkan secara mendadak. Frame dilakukan secara cepat dan secara spacing banyak menggunakan on twos.

f.49

f.51

(22)

59 f.53

f.55

Pada acuan diatas dapat dilihat bahwa saat menahan amarahnya Son Goku membuat gerakan-gerakan kecil yang cepat yang terlihat seperti refleks sesaat. Timing pada adegan ini menggunakan banyak variasi, namun dari semua itu adegan ini banyak menggunakan on twos untuk gerakan kecil dan cepat. Kemudian diikuti gerakan kamera yang konstan dan agak lambat. Dapat dilihat terjadi jeda pada frame 26 hingga 32, sehingga tidak semua frame dari awal hingga akhir adalah gerakan- gerakan kecil yang cepat.

Secara keseluruhan terdapat variasi pada timing adegan ini, sesaat timing bisa menjadi cepat, namun bisa menjadi lama pula, menurut penulis yang membuat gerakan kecil cepat, namun bisa terlihat natural dikarenakan adanya jeda antara gerakan-gerakan kecil tersebut, sehingga setelah jeda frame yang cukup lama membuat gerakan cepat menjadi lebih menonjol. Penulis berpikir akan menambahkan gerakan ini saat Monomono menahan amarahnya.

(23)

60 Pada acuan berikutnya penulis bertujuan untuk menjadikannya acuan timing saat Monomono hendak meledak setelah menahan nahan emosinya. Penulis memilih untuk memasukan acuan berikut karena dirasa memiliki kesamaan terhadap Monomono, dimana tokoh Veeto di sini diperkenalkan sebagai manusia setengah binatang buas, yang sebelumnya sangat baik bahkan pada hewan dan tumbuhan, namun menjadi mahluk penuh dendam dan amarah setelah kawan-kawan nya di lenyapkan oleh manusia yang serakah.

b) Timing gerakan Veeto saat melakukan gestur anger.

Pada pemilihan acuan berikut penulis menggunakan timing adegan ini untuk sebagai transisi dari restrain anger menuju anger.

Tabel 3. 6. Timing ledakan dan gestur Veeto pada op 4 Black Clover.

(Black Clover / Tatsuya Yoshihara, 2017)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Di frame 0 diperlihatkan tokoh veeto dengan ekspresi nya yang tertawa sambil membuka mata, terlihat seperti sedang menerima tantangan. Shot ini berlangsung agak lama dari frame 0 hingga sekitar frame 8, kemudian secara tiba-tiba gerakan kamera menjauhi f.3

(24)

61 tokoh hingga frame 10.

f.4

dari frame 3 – 4 terlihat pergantian yang sangat ekstrem dari gerakan kamera, namun setelah frame 4 terjadi perlambatan hingga mencapai frame 10.

f.10

Pada frame 10 memperlihatkan gestur veeto secara penuh, dari kepala hingga kaki. Dari frame 10 hingga frame 28 tidak terjadi banyak hal, dan terlihat seperti slow motion seakan akan waktu menjadi lambat dan hanya terlihat gerakan gerakan lambat kamera yang menjauhi Veeto.

f.28

f.29

Seperti yang terlihat sekali lagi terjadi perubahan ekstrem saat perpindahan dari frame 28 menuju

(25)

62 f.35

29. Namun setelah frame 29 sekali lagi ada perlambatan seakan akan adegan menjadi slow motion dan berlangsung dengan lama.

f.51

Black clover merupakan film animasi jepang yang menceritakan tentang Asta seorang anak yatim piatu yang bermimpi untuk menjadi kaisar sihir. Pada adegan ini diperlihatkan veeto seorang mahluk setengah binatang buas yang memiliki kekuatan sihir yang sangat besar. Asta dan teman temannya harus berjuang melawan Veeto yang diperlihatkan sangat kuat. Veeto pada shot ini memperlihatkan ledakan kekuatan sihir yang luar biasa dan mampu menghempaskan semua barang di sekitarnya. Sekali lagi gestur yang digunakan veeto pada shot ini sesuai dengan gestur universal anger, namun agak berbeda dengan Hulk, Veeto tidak mengarahkan kepalanya ke depan melainkan berdiri tegak seperti seorang yang memiliki harga dan kepercayaan diri yang tinggi.

Timing pada adegan ini memiliki variasi dan juga pola yang hampir sama seperti acuan sebelumnya, namun pada acuan ini lebih di fokuskan kepada bagian slow motion dibandingkan bagian cepat. Dalam adegan ini terdapat dua kali pergantian frame yang ekstrem dari segi

(26)

63 spacing. Satu pada f.3 – f.4 dan satu lagi pada f.28 – f.29, namun setelah pergantian ekstrem tersebut kembali menggunakan slow motion. Tidak hanya itu kebanyakan dari frame merupakan on twos, jikalau ada perubahan kecepatan, hal tersebut terjadi pada spacing antar frame.

Menurut penulis adegan ini banyak sekali memainkan kecepatan timing secara ekstrem, baik dari segi perlambatan hingga percepatan. Namun karena pergantian kecepatan tersebut yang membuat gerakan slow motion pada adegan ini sangat kuat dan menarik perhatian penonton. Penulis berpikir untuk menambahkan cara memainkan timing ini pada perancangan gerakan monster pada shot 45 saat Monomono meledak dan berubah.

c) Timing ledakan sebagai transisi pergantian Monomono menjadi Super Monomono

Untuk acuan selanjutnya ditunjukkan sebagai referensi timing untuk ledakan tokoh Monomono, penulis mengambil referensi Bakugo saat meledak karena menurut penulis timing ledakan pada adegan ini terlihat berdampak dan menggambarkan emosi Monomono yang meledak. Penulis ingin mencoba membedahnya untuk dimasukan kedalam perancangan penulis.

(27)

64 Tabel 3. 7. Timing Bakugo melakukan teknik yang membuat ledakan.

(Boku No Hero Academia / Nagasaki Kenji, 2017)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Pada shot ini diperlihatkan tokoh Bakugo sedang berdiri di sekitar musuhnya, frame yang digunakan tergolong agak cepat karena hanya berlangsung selama 10 frame.

f.10

Pada f.10 pergantian visual antara frame sebelumnya berganti dengan sangat cepat dalam kurun waktu 1 frame, kemudian dari f.10 hingga f.14 frame berganti dengan sangat cepat dan tiba-tiba.

f.11

f.12

f.13

(28)

65 f.14

f.16

Mulai f.16 mulai kembali ke visual shot normal.

f.19

Dari f.16 hingga f.19 terjadi pergantian yang besar dan cepat.

f.25

Namun mulai dari f.19 menuju f.25 terjadi perlambatan terhadap gerakan ledakan, kemudian pada f 25 hingga 34 terjadi gerakan slow motion pada ledakan.

f.34

Pada adegan ini semua terjadi dengan sangat cepat kecuali pada bagian antisipasi ledakan dan setelah ledakan. Pada saat ledakan terjadi adegan ini banyak menggunakan teknik impact frame yang di lakukan dengan sangat cepat hingga on ones. Impact frame tersebut digunakan agar dampak ledakan lebih terasa oleh penonton, walaupun hal tersebut hanya terjadi dalam 5 frame yang bahkan tidak sampai 1 detik berlangsung.

(29)

66 Setelah impact frame, ledakan pun terjadi dan terkesan sangat dahsyat.

Pada saat ledakan, terjadi perlambatan antara frame, tidak secepat saat impact frame yang menggunakan on ones, tetapi menggunakan on three atau bahkan lebih. Penulis berpikir akan menggunakan teknik impact frame untuk meningkatkan kekuatan ledakan terhadap penonton. Dan menurut penulis teknik ini cocok digunakan sesaat sebelum Monomono meledak.

d) Timing gerakan hulk saat berteriak sebagai tindakan emosi anger Acuan timing ini digunakan karena dalam shot ini terutama ketika berubah bentuk, fisik Monomono menjadi besar mendekati tokoh Hulk. Selain itu dalam adegan ini Hulk dan Monomono sama sama sedang marah dan tak dapat mengontrol emosi mereka.

Tabel 3. 8. Hulk berteriak ke arah Abomination (The Incredible Hulk/Louis Leterrier, 2008)

Frame Gambar Keterangan

F.0

Pada frame 0 memperlihatkan postur secara keseluruhan, timing pada frame 0 hingga frame 75 tergolong lambat dan banyak menggunakan frame hold.

(30)

67 f.75

Mulai dari frame 75 – 88 terjadi gerakan berjalan dengan pelan diikuti dengan gerakan tangan yang diangkat.

f.88

Pada frame 88 -98 terjadi dengan lambat, frame 88 – 98 merupakan ancang-ancang sebelum masuk ke frame 103.

f.98

f.103

Pada frame 103 terjadi gerakan ekstrem dari frame 98.

f.110

Mulai pada frame 110 terjadi gerakan-gerakan dengan spacing kecil dan disertai gerakan shaking seperti pada acuan Son Goku namun lebih halus.

f.120

(31)

68 Dalam shot ini Hulk sedang mengamuk dan melakukan ancang- ancang sebelum melawan musuh nya Abomination. Shot ini dapat menggambarkan emosi marah yang sangat besar dari Hulk terhadap Abomination, dan digambarkan dalam gerakan tersebut.

Pada f.0 Hulk diperlihatkan memasang gestur marah yang sesuai dengan gestur universal anger milik Pardew pada gambar 2.10. Kepala diarahkan ke bawah dan sedikit condong ke depan, pandangan menuju objek amarah, pundak diangkat agak ke atas dan kaki dilebarkan. Setelah itu Hulk jalan dengan pelan sampai f.75 dengan mempertahankan gestur marah pada f.0. Kemudian pada f.88 hingga f.98 Hulk memasang ancang- ancang dengan mengepalkan tangan dan ditarik ke atas menuju dada, tubuhnya sedikit miring karena mengangkat kaki untuk melangkah.

Terjadi perbedaan spacing antar frame saat ia memasang postur marah dan saat dia berteriak ke arah Abomination.

Pada postur awal jarak antar frame terbilang cukup lama, hingga ancang-ancang berteriak, namun setelah memasang ancang-ancang jarak antar frame menjadi cepat sehingga terjadi perubahan ekstrem pada f.98 menuju ke f.103 namun kemudian jaraknya kembali menjadi lama kembali. Ini didapat di aplikasikan dengan slow in slow out. Pada f.103 hingga f.120 Hulk terlihat sangat mendominasi dan terlihat seperti luapan amarah yang keluar. Terlihat tubuhnya bergerak sedikit-sedikit namun terdapat shake effect dalam gerakan tersebut.

(32)

69 Secara keseluruhan acuan ini memiliki timing yang bervariasi, mulai dari awal adegan yang lambat, hingga saat berganti gestur dengan cepat pada frame 103, namun kemudian menjadi lambat lagi. Variasi ini dapat diterapkan kedalam rancangan Monomono saat sedang mengaung nanti terutama untuk mengeluarkan dominasi Monomono.

4. Video Acting

Dengan segala acuan yang diberikan diatas, penulis mencoba melakukan video akting untuk merasakan gerakan tokoh dan membuat referensi nyata.

Dalam proses pengambilan video penulis mengalami kesulitan saat menggunakan gestur yang diinginkan. Oleh karena itu video akting diambil beberapa kali hingga mencapai hasil yang diinginkan. Setelah melihat kembali video akting penulis merasa timing dalam video tersebut masih terlalu lama untuk mencapai hasil yang ideal, Segingga penulis menambah kecepatan video akting di adobe premier sebanyak 130%.

Tabel 3. 9. Breakdown Video Akting shot 45.

(Dokumentasi Pribadi)

Frame Gambar Referensi

f.0

Pada f.0 postur yang digunakan adalah postur kaget secara universal. Terjadi slow in diantara f.0 hingga f.23 untuk menerapkan prinsip timing slow in slow out.

(33)

70 f.23

Setelah f.23 terjadi proses perubahan postur kaget menjadi marah hingga f.55. Postur yang digunakan akan memperlihatkan transisi kaget menjadi marah.

Timing di awal berjalan dari lambat hingga mengalami percepatan sampai f.55.

f.55 Pada f.55 postur yang digunakan

adalah postur menahan amarah yang dugunakan Goku dalam serial Dragonball. Setelah itu postur dipertahankan dengan ditambah sedikit guncangan-guncangan hingga f.106.

f.106

f.131

Pada frame 131 terdapat perubahan gestur yang ekstrem dari gerakan kepala dan juga pundak tokoh mengikuti referensi dari dragonball. Perubahan terjadi secara cepat sekitar 15 frame, dan

(34)

71 diulangi sebanyak 5 kali hingga f.230.

f.253

Pada f.253 hingga f. 266 gestur berubah dari menahan marah, dan tangan ke bawah, hingga mengangkat tangannya untuk melambangkan emosinya yang sudah meluap. Setelah sampai ke puncak kemudian diteruskan dengan perubahan gestur menjadi pelepasan amarah. Referensi yang digunakan adalah gestur veeto.

f.259

Terjadi frame hold pada f.59 sebanyak sekitar 5 frame. Gestur ini digunakan sebagai ancang- ancang atau sebagai anticipation untuk gestur f.269.

f.266

Kemudian terjadi transisi gestur pada f.266 dengan sangat cepat sekitar 3 frame.

(35)

72 f.269

Gestur yang digunakan sebagai acuan untuk f.269 hingga 280 adalah gestur Veeto saat sedang mengeluarkan ledakan energi sihir.

Pada gestur ini f.269 hingga f.273 akan memperlihatkan bounce tangan saat turun kemudian naik untuk memberikan kesan berat dan volume serta prinsip animasi squash and stretch. Setelah itu terjadi pengulangan frame untuk memberikan kesan getaran hingga f.432, kemudian tokoh akan meledak dan berganti ke f.450.

f.273

f.432

f.450

Pada f.450 setelah ledakan gestur yang digunakan adalah gestur saat hulk marah dan akan meneriaki lawannya. Hal ini guna memberikan kesan ganas dan kuat pada lawannya, sehingga terasa

(36)

73 dominasi dan agresivitas tokoh.

Pada Video akting ini gestur f.450 akan terus berlanjut hingga f.545.

namun setelah dilihat penulis merasa kalau durasi pada frame hold ini masih terlalu lama dan merasa bosan saat menunggu. Jadi penulis memutuskan untuk memperpendek durasinya saat melakukan perancangan.

f.587

Pada f.587 terjadi gestur antisipasi menuju gestur f.600. Tokoh melangkah maju dengan perlahan dan frame yang terbagi rata.

f.600 Pada f.600 menggunakan gestur

hulk saat berteriak ke musuhnya sebagai acuan. Sebelum gestur ini terdapat transisi dari f.587 dengan cepat.

(37)

74 3.6.2. Acuan shot 48 & 50

1. Gestur

Saat mencari acuan untuk gestur Monomono yang menyerang melalui asap penulis menemukan beberapa shot yang memiliki kesamaan dari angle kamera serta dari gestur yang dirasa cocok untuk keadaan tersebut. Untuk itu pada gestur tokoh penulis memutuskan untuk mengambil acuan dari film-film action, dan didapatilah shot saat tokoh Tanjiro (Demon Slayer) menyerang tokoh Rui dari dalam api, serta untuk shot 50 saat pukulan Monomono sampai ke objek sekitar Delwyn, shot yang diambil sebagai acuan adalah shot hulk yang menyerang musuh secara agresif di The Avenger. Untuk timing penulis mencari timing yang cepat namun juga mengejutkan, sehingga didapat shot one Saitama melawan Giant, serta saat Tanjiro menyerang Rui. Untuk ekspresi penulis akan menggunakan ekspresi pada shot Tanjiro vs Rui dan Touma vs Accelerator.

a) Tanjiro Vs Rui (Kimetsu No Yaiba)

Acuan ini penulis pilih karena dalam adegan ini Tanjiro sedang mengalami emosi anger dan melakukan gerakan gerakan yang agresif untuk memenangkan pertarungan melawan Rui. Acuan ini penulis ambil karena bisa menggambarkan gestur seseorang yang sedang dalam fase anger dan sedang mendobrak melalui sesuatu. Dalam hal ini tokoh Monomono sedang marah dan ingin menyerang Delwyn dari asap-asap akibat bola apinya.

(38)

75 Gambar 3. 8. Tanjiro menerobos api dan menyerang Rui dengan agresif.

(Kimetsu No Yaiba / Haruo Sotozaki, 2019)

Demon slayer merupakan animasi jepang yang belum lama ini sempat populer karena animasi serta visualnya yang bagus. Animasi ini bercerita tentang Tanjiro yang ingin menyembuhkan adiknya Nezuko yang berubah menjadi oni atau iblis. Untuk itu ia harus berlatih pedang dan melawan banyak iblis untuk dapat mencari cara menyembuhkan Nezuko.

Pada shot ini Tanjiro sedang melawan salah satu dari 10 iblis terkuat bernama Rui. Shot ini merupakan shot klimaks dimana Tanjiro akan menyerang dan memotong kepala Rui dengan pedang api nya.

Pada gestur ini diperlihatkan Tanjiro yang keluar melalui api dan menghadang Rui. Dari gestur ini dapat dilihat bagian tubuh yang terlihat tidak semua bagian tubuh melainkan bagian samping serta kepala tokoh.

Gestur ini memperlihatkan gestur seperti sedang mendobrak sesuatu.

Setelah maju tangan yang dekat dengan kamera mulai di gerakan ke depan untuk memperlihatkan tangan untuk menyerang.

b) Hulk Vs Enemy (The Avenger)

Dalam adegan ini hulk diperlihatkan sedang melayang dan menghantam musuhnya secara agresif. Acuan ini dipilih karena dalam adegan ini Hulk bisa memperlihatkan sisi agresif dari emosi anger. Adegan Hulk disini

(39)

76 cocok dengan adegan pada shot 48 & 50 dimana Monomono melompat dan menyerang Delwyn secara agresif.

Gambar 3. 9. Adegan Hulk menyerang musuh dengan agresif.

(Avenger/ Joss Whedon, Anthony Russo, Joe Russo, 2012)

Dalam gestur saat hulk hendak memukul ia mencondongkan kepalanya ke depan dan saat memukul menggunakan tangan kanan memukul dinding dan menghancurkan dindingnya. Penggunaan gestur pada awal shot dapat digunakan saat Monomono melaju dari dalam asap.

Setelah itu gestur berubah menjadi gestur memukul, gestur memukul ini hampir sama seperti gestur memukul biasanya, tangan kanan di arahkan lurus ke depan, dan tangan kiri di gerakan ke belakang. Gestur ini menempatkan berat tokoh pada tangan yang digunakan untuk menyerang.

Setelah itu hulk menghancurkan dinding dimana tangan kanan yang digunakan untuk menyerang sebelumnya menyangkut.

Perlu diperhatikan tokoh Hulk disini tidak memiliki gaya bertarung yang spesifik, melainkan menghantam musuhnya dengan mengandalkan kekuatan yang besar. Karena itu gaya bertarung hulk tidak dapat terdefinisikan sebagai salah satu gaya bertarung seperti karate, boxing dan

(40)

77 sebagainya, karena selain tokoh Hulk kurang memiliki kontrol diri, tokoh gaya bertarung yang defensive tidak cocok dengan tokoh ini. Sama halnya dengan tokoh monomono yang sedang dalam kondisi kehilangan kontrol atas amarahnya, gaya bertarung tokoh monomono juga lebih mirip dengan gaya bertarung hulk yang kuat dan mengandalkan kekuatan yang besar.

2. Ekspresi

Pada shot ini ekspresi Monomono diperlihatkan marah sekaligus agresif, oleh karena itu penulis mengambil acuan dari berbagai jenis sumber.

a) Ekspresi anger Tanjiro saat menerobos api

Pada acuan ini penulis mengambil ekspresi tanjiro saat menerobos api sebagai acuan Monomono saat menerobos asap, dikarenakan juga keadaan emosi anger pada Tanjiro yang sama dengan Monomono.

Gambar 3. 10. Ekspresi Tanjiro Saat menerobos api dan menyerang Rui.

(Kimetsu No Yaiba / Haruo Sotozaki, 2019)

Pada acuan berikut dapat memperlihatkan ketika seseorang sedang marah atau merasakan anger, mereka secara tidak sadar melakukan tindakan ‘memelototi’ dan membuka mata mereka lebar-lebar ke arah lawan. Hal ini guna memberikan tekanan pada lawannya saat sedang bertarung.

Pada acuan ini Tanjiro memperlihatkan ekspresi agresif yang siap untuk menyerang musuhnya. Ekspresi Tanjiro saat sedang menyerang

(41)

78 membuka matanya lebar-lebar dan melihat ke arah musuhnya, selain itu ekspresi selain itu juga diperlihatkan lekukan-lekukan daerah antara mata dan hidung. Walaupun gambar kiri dan kanan memiliki angle yang berbeda, daerah tatapan Tanjiro tetap terarah pada satu posisi.

b) Ekspresi anger Touma saat hendak memukul Accelerator

Barikut ini adalah ekspresi tokoh Touma saat hendak memukul tokoh Accelerator, acuan ini diambil untuk melihat ekspresi yang digunakan saat tokoh hendak memukul target dari amarahnya.

Gambar 3. 11. Ekspresi Touma saat hendak memukul Accelerator.

(Toaru Kagaku No Railgun / Nagai Tatsuyuki, 2013)

Hal serupa juga terjadi dengan ekspresi tokoh Touma pada Majutsu no Index saat sedang melancarkan pukulan ke arah Accelerator, kedua mata dibuka lebar dan memelototi target amarahnya.

3. Timing

Untuk bagian Timing shot ini acuan yang digunakan penulis berasal dari yang acuan sebelumnya juga, namun ada juga dari acuan lain. Untuk mempermudah penulis akan membagi keperluan timing yaitu untuk saat Monomono keluar dari asap dan menyerang Delwyn, saat Monomono memukul dinding dan menghancurkannya, dan saat Monomono menghilangkan asap di sekitarnya dan kembali mengejar Delwyn. Acuan-

(42)

79 acuan berikut di fokuskan kepada adegan yang memperlihatkan dominasi kekuatan serta kecocokan dengan keadaan.

a) Timing Tanjiro saat mendobrak api

Timing berikut ini digunakan penulis untuk melihat bagaimana tokoh yang sedang marah akan mendobrak apapun saat hendak menyerang targetnya.

Dalam kasus ini tokoh Monomono yang baru saja melepaskan amarahnya hendak memukul delwyn dan akan menyingkirkan apapun yang menghadang seperti yang dikatakan Paul Ekman dalam menggambarkan anger adalah dengan kata “get out of my way!”

Tabel 3. 10. Timing saat Tanjiro keluar dari api dan menyerang Rui.

(Kimetsu No Yaiba / Haruo Sotozaki, 2019)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Dari f.0 hingga f.13

memperlihatkan ledakan api secara perlahan, namun mendekati frame 4 hingga 13 terlihat gumpalan api kecil yang terlihat seakan akan mau mengeluarkan sesuatu, pada shot ini animasi api di lakukan tanpa ada frame hold atau dilakukan dalam on ones.

f.4

f.9

(43)

80 f.13

f.15

Pada f.15 Tanjiro diperlihatkan hampir keluar, dalam jeda antar f.13 dan f.15 hanya 1 frame, sehingga tergolong cepat,

f.18

Namun setelah f.15, ff.18 hingga f.23 terjadi perlambatan. Dan gerakan terlihat seperti slow motion.

f.23

f.35

Kemudian pada f.35 terjadi lompatan frame yang besar, dan terlihat sangat cepat.

Timing dalam adegan ini memiliki variasi yang cukup berubah ubah dengan cepat, terkadang cepat terkadang lambat. Walau demikian pada bagian lambat tidak terlihat lambat melainkan hanya untuk memperlihatkan tindakan tokoh. Pada adegan ini tokoh dibuat dengan on twos sedangkan efek seperti api dibuat on ones. Variasi timing dapat

(44)

81 diterapkan kepada shot yang dirancang penulis, tidak hanya itu penggunaan teknik on twos pada tokoh dan on ones pada efek juga dapat diterapkan dalam shot 48 ketika Monomono keluar dari asap.

Untuk acuan selanjutnya akan difokuskan kepada impact pukulan Monomono saat menyerang Delwyn dan memukul dinding. Penulis mendapatkan referensi dari One Punch man saat Saitama memukul raksasa. Walaupun yang dipukul berbeda dengan benda keras seperti dinding, namun penulis akan mengambil timing saat Saitama memukul.

Kemudian setelah memahami referensi penulis akan menerapkannya pada shot yang dirancang yaitu shot 50.

b) Timing Hulk memukul musuhnya

Acuan berikut digunakan untuk meneliti timing yang diperlukan dalam menciptakan impact pukulan yang kuat, dan agresif. Oleh karena itu penulis menggunakan refrensi ini sebagai acuan, selain bentuk tubuh yang sama, serta keadaan emosi yang sama, adegan ini sama-sama ingin memukul musuhnya.

Tabel 3. 11. Hulk memukul Musuhnya.

(Avenger/ Joss Whedon, Anthony Russo, Joe Russo, 2012)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Pada f.0 Hulk sedang melayang menuju musuhnya dan hendak memukul musuhnya.

(45)

82 f.19

Kemudian dari f.19 hinga f.23 terjadi percepatan dan pergantian gerakan yang ekstrem, pergantian ini termasuk cepat dan terjadi secara mendadak yang terjadi hanya dalam 2 frame.

f.23

f.24

Pada f.24 terjadi lompatan timing yang cepat walaupun hanya berbeda 1 frame dari frame 23.

Setelah f.26 gerakan mulai memasuki percepatan ekstrim kembali.

f.26

f.29

Pada f.29 terjadi pergantian frame yang ekstrem karena dampak pukulan.

f.35

Pada f.29 hingga f.35 terjadi perlambatan kembali.

(46)

83 Pada shot Hulk memukul musuhnya berikut terlihat pergantian slow in dan slow out yang beragam. Terjadi perlambatan saat jauh dari kamera dan mulai cepat ketika mendekati kamera. Namun saat pukulan terjadi, ada percepatan dari f.24 menuju f.26. percepatan di sini dilihat dari perbedaan spacing antara frame ke frame lainnya.

Sama seperti acuan timing sebelumnya timing acuan ini memiliki banyak variasi cepat dan lambat. Seperti saat terjadi kontak pukulan, tokoh Hulk menunggu sejenak dan kemudian menyapu asap akibat pukulan tersebut. Timing ini dapat digunakan dan dapat berguna untuk memberikan efek mengejutkan dan dapat mematahkan suspense penonton ketika monster dipukul, kemudian dikejutkan setelahnya. Penggunaan timing seperti ini sangat berguna saat flow yang berjalan dengan lancar tiba-tiba terputus dan di lanjutkan kembali. Hal ini guna untuk membuat penonton tidak bosan serta memberikan tambahan sensasi ledakan terhadap penonton.

4. Video Acting

Pada shot ini karena terdiri dari 2 shot yang berbeda angle, maka penulis mencoba melakukan dua kali akting berdasarkan angle yang diinginkan. Dan kemudian membagi keduanya berdasarkan shot.

a) Shot 48

Pada shot ini Monomono berasal dari belakang menuju ke depan kamera, setelah melakukan banyak uji coba maka dipilih video yang

(47)

84 memiliki gestur yang memiliki siluet, dan paling baik dan paling cocok dengan reference dibanding yang lainnya.

Tabel 3. 12. Breakdown video akting untuk shot 48.

(Dokumentasi Pribadi)

Frame Gambar Keterangan

F.0

Pada f.0 terdapat gestur awal saat Monomono akan terbang ke depan kamera.

f.4

Kemudian dari f.4 hinga f.6 terjadi pergantian gestur ancang-ancang memukul di udara, sambil mendekat ke arah kamera. Dari f.0 hingga f.6 terjadi percepatan secara berlevel.

f.6

f.9

Pada f.9 hingga f.13 memasuki postur memukul, pada frame ini pula terjadi percepatan saat mulai lebih dekat ke kamera.

f.13

(48)

85 f.14

Pada f.14 terlihat pukulan yang sampai ke kamera. Pada frame ini gerakan yang cepat berhenti tiba-tiba dan berlanjut ke shot selanjutnya.

b) Shot 50

Pada shot ini akan memperlihatkan lanjutan dari shot sebelumnya.

Pada shot ini Monomono memukul dinding dan berniat menyerang Delwyn. Pada shot ini penulis mengambil video yang dianggap paling cocok dengan yang diinginkan penulis, dari siluet serta dari kecocokan dengan referensi.

Tabel 3. 13. Breakdown Video Akting Shot 50.

(Dokumentasi Pribadi)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Pada frame 0 hingga frame 4 terjadi gerakan yang cepat hingga terjadi blur pada bagian tangan.

f.4

F.6

Pada f.6 terlihat pukulan yang sampai ke arah target. Mulai dari frame ini terjadi perlambatan pada gerakan. Pada bagian

(49)

86 ini seharusnya muncul asap di sekitar Monomono dan akan memakan waktu.

Terjadi frame hold hingga frame 54.

f.55

Kemudian dari f.55 hinga f.58 terjadi ada pergantian gerakan dan terjadi dengan begitu cepat. Gerakan ini digunakan Monomono untuk menghilangkan asap di sekitarnya.

f.58

f.81

Pada frame 81 hingga 86 Monomono membuat gestur mengaung sekali lagi dan kemudian pergi mengejar Delwyn.

Timing pada bagian ini terjadi dengan agak cepat, namun setelah mengaung, aungan terjadi selama beberapa saat.

f.86

f.87

3.6.3. Acuan Shot 93 1. Gestur

Shot 93 adalah adegan klimaks dimana Monomono mengeluarkan seluruh kekuatannya. penulis ingin memperlihatkan puncak emosi rage anger, Monomono yang memberikan seluruh kekuatannya untuk menyerang

(50)

87 Alvin. Oleh karena itu penulis akan mengumpulkan beberapa referensi yang sesuai dengan kebutuhan perancangan penulis. Untuk mempermudah penulis akan membagi acuan menjadi 3 bagian yakni saat Monomono melakukan power up, kemudian saat Monomono menyerang dengan kekuatan penuh.

a) Gestur Shuichi saat hendak power up

Untuk acuan berikut akan difokuskan ke saat Monomono melakukan power up, penulis memilih acuan berdasarkan target penulis untuk merancang shot ini. Pada acuan berikut penulis memilihnya karena dalam adegan tersebut tokoh ini mengalami rage dimana ia mengamuk dan secara agresif menyerang lawannya.

Gambar 3. 12. Gestur tokoh Shuichi dan Yoshioka saat mengamuk.

(Glepnir / Yoneda Kazuhiro, 2020)

Glepnir adalah salah satu dari serial animasi jepang yang baru-baru ini muncul. Serial ini menceritakan tokoh Shuichi yang hanya ingin hidup normal, namun semua tidak semudah yang diharapkan. Tubuh Shuichi memiliki keanehan dimana ia bisa berubah menjadi kostum binatang. Pada adegan ini Shuichi sedang melawan tokoh Subaru dan mendapat luka berat. Shuichi yang sedang bergabung bersama dengan Yoshioka, mendapat luka berat, keduanya marah karena orang lainnya disakiti.

(51)

88 Tokoh Shuichi dan Yoshioka mengalami emosi anger yang sangat besar bahkan hingga selevel rage.

Pada gestur acuan diatas, Shuichi membuat gestur mengangkat tangan. Dan kemudian mengayunkannya ke bawah. Walaupun secara fisiologi tokoh ini memiliki bentuk yang ramping dan kecil, tokoh ini membuat siluet yang besar dan lebar. Dan saat ia melepaskan emosinya, tokoh ini mengayunkan tangannya beserta bagian tubuh atasnya sehingga terlihat benar-benar ia mengeluarkan semua kekuatannya. Kemudian selain gestur penulis juga mempelajari bagaimana cara melakukan staging tokoh.

Pada acuan yang selanjutnya penulis akan memfokuskan acuan terhadap gestur pukulan yang memberikan kesan mengeluarkan semuanya.

Untuk itu penulis menggunakan 2 jenis acuan dan akan membandingkannya. Pada acuan pertama penulis akan menggunakan gestur tokoh, dan Allmight vs Nemu dalam My Hero Academia.

b) Gestur All Might saat memukul dengan kekuatan penuh.

Gambar 3. 13. Gestur plus ultra All Might Vs Nomu.

(Boku No Hero Academia / Nagasaki Kenji, 2017)

Boku No Hero Academia merupakan animasi jepang yang baru- baru ini mulai tenar di kalangan orang banyak. Animasi ini menceritakan Deku seorang anak muda yang ingin menjadi super hero namun tidak memiliki kekuatan seperti teman-temannya. Sang anak muda tersebut kemudian bertemu dengan tokoh All Might yang kemudian akan

(52)

89 memberinya kekuatan baru. Pada adegan ini All Might sedang melawan salah satu bagian dari Villain yang sedang membahayakan siswa-siswa akademi hero. Pada saat itu All Might menggunakan kekuatan diluar batas maksimalnya yang dinamakan plus ultra. Oleh karena itu penulis terpikir untuk menjadikan adegan ini sebagai acuan dalam rancangan saya. Karena kesamaan dalam kondisi yang sedang terjadi, dimana All Might mengeluarkan seluruh kekuatan yang ia miliki untuk mengalahkan musuhnya.

Gestur yang digunakan all might sangat mirip dengan gestur yang digunakan Touma pada acuan sebelumnya. Dari segi angle, dan juga dari staging tokoh kedua acuan ini memiliki kesamaan. Namun ada perbedaan adalah di bagian akhir acuan. Dimana pada acuan Touma memperlihatkan hanya bagian tangan, sedangkan pada acuan all might memperlihatkan seluruh tubuh. Gestur yang digunakan All Might pun sama seperti gerakan memukul pada umumnya, dimana terdapat ancang-ancang menggerakan tangannya ke belakang sebelum memukul musuh musuhnya.

2. Ekspresi

Shot 93 Pada bagian ekspresi acuan yang digunakan akan berasal dari film, baik animasi maupun CGI. Dalam animasi jepang beberapa animasi menggabarkan ekspresi rage seperti ekspresi yang tidak dapat diukur, dan digambarkan dengan sangat ekstrem. Contohnya pada anime hunter x hunter saat Gon melawan Pitou.

a) Gon saat mengalami rage

(53)

90 Acuan berikut merupakan ekspresi tokoh Gon yang mengalami rage yang ekstrim, tujuan acuan ini dipilih adalah agar penulis bisa meneliti ekspresi yang tepat untuk dijadikan ekspresi yang digunakan monomono saat rage.

Gambar 3. 14. Ekspresi Gon ketika amarahnya mencapai puncak.

(hunter x hunter / Koujina Hirosi, 2011) b) Ekspresi Mob saat mengalami rage

Gambar 3. 15. Ekspresi Mob mencapai titik puncak amarahnya.

(Mob Psycho 100 / Yuzuru Tachikawa, 2018)

Dalam animasi-animasi jepang, banyak dari adegan yang memperlihatkan tokoh yang sedang mengalami rage diperlihatkan dengan ilustrasi atau visual yang menyeramkan dan sedikit misterius. Terutama ekspresi tokoh diperlihatkan dengan mata yang bersinar, dan wajah yang tidak terlalu jelas. Melalui ekspresi tersebut penonton dapat merasakan amarah yang luar biasa yang dirasakan oleh tokoh tersebut, lebih lagi

(54)

91 seakan akan tokoh tersebut digunakan untuk menggambarkan perasaan rage itu sendiri.

Menurut penulis penggunaan ekspresi seperti ini memang terlihat agak berantakan dan agak abstrak, namun dengan ekspresi tersebut penulis sendiri dapat merasakan kemarahan tokoh walau hanya dari gambar diam.

Jika menurut Paul Ekman rage adalah emosi anger yang tidak terkontrol, dalam acuan diatas, dapat dirasakan bahwa emosi tokoh tersebut terlalu besar untuk dikontrol. Hal ini sendiri sebenarnya merupakan bagian dari prinsip animasi exaggeration dimana semuanya di lebih lebihkan agar terlihat lebih hidup.

c) Ekspresi superman saat menyerang Doomsday untuk terakhir kalinya.

Ekspresi berikut digunakan penulis untuk meneliti ekspresi razge dalam style yang berbeda dari acuan sebelumnya agar dapat mencari ekspresi yang tepat untuk Monomono.

Gambar 3. 16. Ekspresi Superman saat melawan Doomsday yang hampir menyakiti.

(Death of superman / Sam Liu, James Tucker)

(55)

92 Ketika Doomsday mendekati Lois dan hendak menyerangnya, Superman yang sudah babak belur terbang dengan kecepatan penuh ke arah Doomsday kemudian membunuhnya. Tetapi setelah membunuh Doomsday Superman pun kehilangan nyawanya didepan Lois dan super hero lainnya. Ekspresi superman pada saat melawan Doomsday untuk terakhir kalinya seharusnya merupakan ekspresi dimana ia mengeluarkan semua sisa tenaganya untuk menyerang doomsday. Berbeda dengan animasi jepang yang menggambarkan rage dengan sesuatu yang ekstrem dan tidak dapat dikontrol, ekspresi Superman lebih mendekati ekspresi manusia pada umumnya dimana alisnya di kerutkan, mata yang melotot, serta tindakan memperlihatkan gigi.

Pada acuan diatas dapat dilihat perbedaan yang besar antara kedua gaya penggambaran rage. Jika dalam animasi jepang banyak menggambarkan Rage secara abstrak dan tidak terukur serta dilebih- lebihkan, dalam animasi DC menggambarkan emosi rage sebagai ekspresi anger secara universal. Setelah melihat keduanya penulis pun dapat memutuskan untuk menggunakan keduanya.

3. Timing

Berikut adalah timing yang akan digunakan sebagai acuan penulis dalam membuat perancangan. sama seperti gestur, penulis juga akan membagi acuan timing menjadi beberapa bagian yaitu bagian saat Monomono melakukan power up dan bagian ketika Monomono menyerang dengan kekuatan penuh.

(56)

93 Pada acuan pertama akan berfokus pada timing saat Monomono melakukan power up. Referensi yang akan digunakan adalah adegan dimana Shuichi dari Gleipnir menunjukkan rage mereka kepada musuh.

Penulis menggunakan referensi berikut karena dirasa memiliki dampak kuat, juga memiliki emosi rage dalam adegan tersebut.

a) Timing Shuichi saat melakukan power up

Tabel 3. 14. Timing saat Shuichi melakukan power up dan mengeluarkan gelombang angin di sekitarnya.

(Gleipnir / Yoneda Kazuhiro, 2020)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Frame 0 menuju frame 12, terjadi gerakan antisipasi dimana kepala agak turun ke bawah baru setelah itu naik ke atas hingga frame 12.

Kecepatan timing masih tergolong normal, tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat.

f.11

Mulai frame 11 hingga frame 23, terjadi percepatan sampai frame 18 kemudian setelah frame 19 terjadi

(57)

94 f.23

perlambatan hingga frame 23.

Setelah itu menuju frame 33 dan seterusnya terjadi gerakan kamera zoom out yang menjauhi tokoh.

f.32

Pada frame 32 menuju 49 timing menjadi cepat, dan spacing menjadi jauh, namun seiring berganti frame terjadi slow in terutama ketika jarak kamera sudah cukup jauh dari tokoh.

f.35

Pada frame 35 timing mulai melambat dengan halus. Untuk gerakan tokoh sendiri yang terjadi antara frame 35 hingga frame 49, terjadi dengan perlahan. Rata-rata gerakan tokoh terjadi setiap 3 frame, dengan kata lain pada adegan ini tokoh tidak hanya menggunakan on ones atau on twos, namun hingga menggunakan jeda 3 frame.

Walaupun demikian gerakan tetap terlihat bagus dan dapat diterima oleh penonton. Shot ini

f.48

f.42

f.46

(58)

95 f.49

menggambarkan gerakan tokoh setiap 3 frame dan menggunakan on ones gerakan environment.

f.65

Pada frame 65 menuju frame 71, timing mendadak menjadi cepat, namun tetap terjadi per 3 frame.

Spacing menjadi cepat hingga ada beberapa bagian tubuh yang menjadi blur seperti tangan. Tidak hanya itu terdapat pula timing pada gelombang angin dari hentakan dan teriakannya.

f.67

f.71

Mulai dari frame 71 ke 74 terjadi perlambatan timing. Kemudian pada frame 74 tangan terasa seakan akan berhenti tiba-tiba. Walaupun gerakan tokoh berhenti tetapi efek angin tetap berjalan.

f.74

Pada acuan diatas jika diperhatikan, hampir semua frame tokoh dibuat dengan on tris atau setiap 3 frame. Sedangkan untuk background, animator menggunakan on ones. Penggunaan frame seperti ini dapat membantu animator dalam bekerja lebih cepat, karena akan semakin

(59)

96 sedikit gambar yang perlu digerakkan. Gerakan pada adegan ini juga cukup jelas sehingga tidak terlihat patah pada gerakannya. Hal ini juga dibantu dengan teori dimana pada gerakan yang cepat semakin sedikit frame yang dibutuhkan namun di gerakan yang lambat semakin banyak frame yang dibutuhkan.

Selain itu variasi gerakan dalam timing juga membantu membuat animasi terlihat lebih natural, sehingga penonton tidak menyadari penggunaan on tris pada tokoh. Kemudian secara timing banyak penggunaan slow in dan slow out terutama saat gerakan dari depan kamera kemudian menuju ke belakang kamera. Timing dalam gerakan ini menjadi lambat pada saat melakukan ancang-ancang, namun saat melakukan gerakan utama timing menjadi lebih cepat.

b) Timing All Might memukul Nomu dengan plus ultra

Tabel 3. 15. Timing untuk adegan dimana All Might akan memukul Nemu dengan pukulan yang melampaui batas dirinya sambil berteriak “Plus Ultra”.

(Boku No Hero Academia / Nagasaki Kenji, 2017)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Pada frame 0 hingga frame 14 diperlihatkan tangan All Might yang turun perlahan.

f.14

(60)

97 f.18

Kemudian frame segera berpindah ke kanan memperlihatkan wajah All Might. Pada frame 18 hingga frame 53 gerakan tokoh diperlihatkan seakan akan ada slow motion dalam gerakannya.

Gerakan dan timing dalam adegan ini terkesan snappy sama seperti pada adegan Touma. Gerakan terlihat sangat halus karena dibuat menggunakan teknik on ones.

Walaupun gerakan dibuat seakan lambat, namun masih terlihat dinamis karena gabungan dari background yang cepat, kemudian staging dengan rule of third, membuat karakter yang bergerak dengan lambat menjadi menonjol.

f.24

f.26

f.35

f.53

f.68

Mulai dari frame 53 menuju 68 terjadi gerakan yang cepat namun pada frame 68 hingga 80 terjadi

(61)

98 f.80

perlambatan lagi. Penggunaan timing ini bisa membentuk bayangan dan pikiran bahwa pukulan ini memiliki bobot yang berat dan powerful. Penggunaan timing ini juga dapat membantu gerakan selanjutnya seakan akan memberikan delay sehinga frame selanjutnya akan muncul seperti ledakan yang kuat.

f.85

Setelah melalui frame slow motion, timing menjadi cepat dan membuat dampak pukulan benar- benar terasa cepat. Hal ini mungkin juga terjadi karena dalam beberapa frame

sebelumnya penonton

diperlihatkan banyak frame yang menggunakan timing lambat, yang membuat penonton terbiasa dengan timing lambat tersebut, namun setelah masuk ke dalam f.90

(62)

99 timing yang cepat, penonton menjadi merasakan perbedaan kecepatan sehingga seolah olah Pukulan All Might menjadi sangat cepat dan kuat seperti cannon.

4. Video Akting

Dalam video akting berikut penulis memeragakan gerakan rancangan penulis, dalam rekaman video gerakan yang dilakukan masih terasa lama dan membosankan, namun setelah bermain dengan durasi dan dipercepat, hasil yang didapat sudah lumayan cocok dengan apa yang diinginkan.

Tetapi karena masalah teknis, rekaman diambil secara satu badan penuh tidak sama seperti dalam acuan dan rancangan.

Tabel 3. 16. Breakdown video akting shot 93.

(Dokumentasi pribadi)

Frame Gambar Keterangan

f.0

Pada frame 0 diperlihatkan postur Monomono yang sedang waspada dan bersiap menyerang. Pada frame ini terjadi gerakan-gerakan kecil yang cepat. Kemudian dari segi timing hingga frame 87 87

(63)

100 terdapat gerakan kecil yang cepat dan seperti sedang menahan bom yang akan meledak. Pada bagian ini tidak banyak yang bergerak, hanya bagian-bagian seperti tangan, kepala, dan cog.

141

Frame 141 merupakan bagian gerakan antisipasi untuk gerakan selanjutnya, dimana tokoh Monomono akan menunduk sebelum akhirnya melakukan gestur seperti akan meledak.

Timing pada gerakan ini agak lambat, namun setelah frame ini gerakan menjadi cepat.

178

Setelah frame 141 timing menjadi cepat namun kembali melambat ketika mendekati frame 178.

Gerakan ini adalah gerakan penghubung untuk frame 191 dan seterusnya, untuk memberikan dampak yang lebih terhadap

Gambar

Gambar 3. 1. Skema perancangan  (Dokumentasi pribadi.)
Tabel 3. 1. Tri-dimensional Monomono.
Tabel 3. 2. Breakdown storyboard shot 45.
Tabel 3. 3. Breakdown storyboard shot 48 & 50.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara kedua yang penulis coba kemudian adalah dengan menggunakan joints yang disebar di sekujur tubuh Umbelan untuk menggerakkan berbagai titik pada tubuhnya.. Pada

Untuk bahan bangunan, ditemukan adanya lapisan es pada kutub di Mars yang menurut Lorek (2019) dapat digunakan sebagai pelapisan struktur di Mars agar permukaan

Pada gambar pertama yaitu A1, penulis melihat bahwa ekspresi dari teror sudah cukup terlihat, namun ketika tokoh Zaki teriak pada A2 ekspresi menangis yang

37 cyle pada shot ini terlihat jelas serta shot-shot lainnya mengenai kucing pada film ini lebih banyak berjalan pada dua kaki saja (anthropomorphism) sehingga penulis

Dalam skripsi penciptaan ini, penulis berfokus pada tugas produser dalam merancang proposal dan negosiasi dengan pihak luar dalam pendanaan produksi film pendek independen

Kritik yaitu melakukan penilaian secara intern dan ekstern terhadap data yang telah diperoleh dalam langkah sebelumnya, untuk mendapatkan berbagai informasi yang

Metode yang digunakan dalam mengkaji skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemikiran Sosialisme Islam Muammar Gaddafi Terhadap Sistem Pemerintahan Libya (1969-2011)” ini adalah

Rumah penduduk masih memiliki unsur dari bentuk rumah adat batak seperti berdiri dan bertopang pada tiang kayu, bentuk atap yang melengkung, dan hanya memiliki satu