Laporan Tugas Akhir
“STUDI KASUS SISTIM STARTER”
ANALISA BEBAN TORSI MOTOR STARTER
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun oleh :
Nama : TRI HARYONO
Nim : 4130411-096
PROGRAM TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2008
i
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Tugas Akhir
STUDI KASUS SISTEM STARTER
”ANALISA BEBAN TORSI MOTOR STARTER”
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Laporan Tugas Akhir ini Telah Diteliti & Disetujui : Oleh :
Jakarta, Agustus 2008 Mengetahui
Pembimbing Tugas Akhir Ketua Jurusan Teknik Mesin
( Nanang Rukhyat ST.MT ) ( Ir. Rully Nutranta M. Eng )
Abstraksi Oleh : Tri Haryono 4130411 - 096
Sistim Starter merupakan bagian dari elektrikal grup pada kendaraan khususnya otomotif, dalam kerjanya sistim Starter berfungsi untuk mengubah energi listrik dari battrey menjadi energi mekanik berupa putaran pinion gear pada motor starter. Di sini motor starter sebagai penggerak awal sebelum mesin bergerak dengan tenaganya sendiri.
Untuk menghidupkan mesin diperlukan tenaga dari luar yang dapat memutarkan poros engkol sampai terjadi pembakaran dan mesin bekerja. Tenaga luar inilah yang harus dihasilkan motor starter. Maka harus diperhitungkan komponen-komponen starter agar dapat bekerja dengan maksimal dan dapat menghasilkan tenaga yang besar.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini.
Sholawat dan salam kepada nabi besar Muhammad SAW beserta shahabatnya dan keluarganya.
Adapun maksud dari laporan Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana pada Fakultas teknik industri Program Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan Skripsi ini masih sangat jauh dikatakan baik, maka penulis berharap kiranya pembaca dapat memberikan saran membangun. Baik dari segi isi, cara penyajian maupun dari segi pengusaan keilmuan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sedalam - dalamnya kepada pembimbing, Bpk Nanang Rukhyat ST.MT yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan petunjuk serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang yang terhrmat :
a) Ir.Rully Nutranta M.Eng Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercu Buana, Jakarta.
b) Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teknik Indistri Universitas Mercu Buana, Jakarta.
c) Ayah dan Ibu beserta Saudaraku tercinta yang telah memberikan do`a restunya serta dorongan dan motivasi yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
d) Ayah dan Ibu Mertua ( Bpk M.Yatmin dan Ibu Rusiti ) yang selalu memberikan do`a dan dorongan motivasi yang tiada hentinya sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.
e) Rusniawati istriku yang tercinta yang selalu menemani dan memberikan do`a serta motivasi juga bantuan waktu dan tenaga selama kuliah sampai akhir penyusunan skripsi ini.
Semoga budi baik dan bantuan yang telah diberikan, diterima sebagai amal Ibadah dan mendapat balasan dari Allah SWT, Amien.
Jakarta, Juli 2008
Penilis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Maksud dan Tujuan... 2
1.3 Batasan Masalah... 2
1.4 Jadual Pelaksanaan... 3
1.5 Metode Perolehan Data dan sistematika Penulisan... 4
1.5.1 Metode Perolehan Data... 4
1.5.2 Sistematika Penulisan... 4
BAB II TEORI DASAR 2.1 Prinsip Dasar... 6
2.2 Motor Starter...8
2.3 Persyaratan Starter...10
2.4 Konstruksi Motor Starter... 11
2.4.1 Prinsip Dasar motor seri searah... 12
2.4.2 Sifat-sifat Motor Seri... 13
2.5 Cara Kerja Pinion Dan Roda Penerus... 16
2.5.1 Starter Skrup... 16
2.5.2 Starter Dorong dan Skrup... 23
2.5.3 Starter Anker Dorong... 29
2.5.4 Starter Batang Dorong Pinion... 32
BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Keadaan Tanpa Beban Pada Motor Starter... 37
3.2 Perhitungan Slip... 38
3.3 Perhitungan Perbandingan Gigi Dan Torsi... 40
BAB IV PEMERIKSAAN DAN TROUBLE SHOOTING 4.1 Pemeriksaan... 42
4.1.1`Pemeriksaan Sistem Starter Pada Mobil... 42
4.1.2 Pemeriksaan Pada Test Bench... 45
4.1.3 Membongkar Starter... 45
4.1.4 Membersihkan Komponen-Komponen... 47
4.1.5 Pengetesan... 47
4.2 Trouble Shooting... 49
4.2.1 Starter Tidak Dapat Berputar... 50
4.2 2 Motor Berputar Lambat... 51
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 52
5.2 Saran... 52
Daftar Pustaka... 53
Daftar Lampiran... 54
Biodata Mahasiswa... 57 vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kaidah tangan kanan... 6
Gambar 2.3 Posisi motor starter pada mesin... 11
Gambar 2.4.1 Prinsip dasar motor seri searah... 12
Gambar 2.4.3 Konstruksi starter listrik... 14
Gambar 2.5.1 Starter skrup... 17
Gambar 2.5.2 Starter dorong dan skrup... 24
Gambar 2.5.3 Starter angker dorong... 29
Gambar 2.5.4 Starter batang dorong pinion... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1.4 Jadual penelitian... 4 Tabel 2.4.2 Sifat-sifat motor seri... 13 Tabel 3.1 Perhitungan T ( N. cm ). S... 2
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan berbagai tantangan dan perubahan besar mempunyai pengaruh yang signifikan didalam mempersiapkan kemajuan tekhnologi yang siap berkompetisi secara global. Dampak dari tantangan dan perubahan (modernisasi) Perkembangan Otomotif khususnya mobil, yang semakin berkembang. Konstruksi mobil itu sendiri dapat dibagi kedalam tujuh bagian utama, yaitu : Mesin, Transmisi, Roda ban, dan Rem, Listrik, Kemudi dan Body mobil. Sebagai sumber tenaga listrik pada mobil digunakan battery, yang dipasang biasanya berkekuatan 12 Volt, dan ini digunakan untuk menghidupkan mesin. Koil pengapian dipasang guna melengkapi sistim listrik mobil. Kegunaan koil pengapian ialah menaikan tegangan battery yang asalnya 12 Volt menjadi sekitar 30.000 Volt.
Arus tegangan tinggi Tenaga 30.000 volt ini digunakan untuk menyalakan bahan bakar di dalam mesin agar mesin tersebut menghasilkan tenaga, sistem listrik mobil adalah termasuk didalamnya Motor Starter, lampu penerang, pemanas ruangan penumpang, penghapus air dan komponen lainya yang membutuhkan energi listrik.
Mesin otomotif dapat berkerja apabila mempunyai tiga syarat utama yaitu kompresi yang tinggi,campuran udara dan bahan bakar yang ideal,serta saat starter dimana system ini sangat berhubungan dan merupakan awal siklus kerja dimesin
otomotif, bila saat starter komponen starter tidak bekerja secara maksimal maka seluruh komponen mesin tidak berfungsi.
Berawal dari kondisi diatas agar motor starter dapat memutar mesin tentunya dibutuhkan tenaga listrik yang sangat besar khususnya pada saat menghidupkan mesin dalam cuaca dingin dan minyak pelumasnya yang sedang dalam keadaan mengental. Maka untuk menghubungkan arus dari battery ke motor starter ini diperlukan pengontak yang kuat ( Heavy Duty Switch ) dan kabel kabel penghubungnya harus cukup tebal ( Heavy Cable ). untuk memudahkan dalam simulasi maka di perlukan cut-way engine sebagai media untuk mensimulasikan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari tujuan tugas akhir ini adalah untuk menjelaskan komponen- komponen sistem starter pada mesin bensin, cara kerja dari komponen sistem starter sebagai penggerak mula dalam menghidupkan motor.
1.3 Batasan Masalah
Pada permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini penulis menitik beratkan pada langkah usaha dimana proses starter mobil sebagai komponen penggerak awal bekerja secara maksimal dan langkah - langkah pengetesan disetiap bagian komponen motor starter untuk mengetahui bahwa komponen- komponen tersebut bekerja dengan maksimal.
1.4 Jadual Pelaksanaan
Berdasarkan metode penelitian yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penelitian dalam study kasus ini dijadualkan untuk dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan dan secara garis besar dibagi kedalam lima tahap, meliputi :
1.4.1 Tahap 1, yaitu persiapan penelitian dalam setudy khasus, yang mencakup aktivitas penentuan tujuan dalam penelitian,mencari landasan teori, indentifikasi variable-variabel penelitian serta indentifikasi elemen- elemen dari setiap variable penelitian setudy khasus sistim pengapia tersebut
1.4.2 Tahap 2, yaitu setudy pendahuluan setudy pengamatan terhadap sistim kerja bagian bagian pengapian serta pemilihan model rancangan setudy pendahuluan.
1.4.3 Tahap 3, yaitu perancangan,yang mencakup indetifikasi data yang di perlukan ,indentifikasi cara pengumpulan data dan indentifikasi sampel penelitian.Pada tahap ini akan dilakukan modifikasi terhadap alat yang sudah ada dan kemudian dipasang pada cut-way engine untuk di buat simulasi.
1.4.4 Tahap 4, yaitu aplikasi modifikasi dimana hasil dari rancangan modifikasi tersebut kemudian di realisasikan dalam wujud benda jadi dan sekaligus perakitanya.
Jadual penelitian
KEGIATAN feb 2008 mar2008 Apr 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.persiapan penelitaian
2.Studi pendahuluan
3.Perancangan 4.pabrikasi pembuatan cut- way
5.penyusunan laporan
Tabel 1.4
1.5 Metode Perolehan Data dan Sistematika Penulisan 1.5.1 Metoede Perolehan Data
a. Intervview, yaitu melakukan diskusi, wawancara dan mencari data dengan banyak bertanya kepada pembimbing, dan kepala workshop SMK ISTEK UNGGULAN kota Tegal.
b. Library research, yaitu mencari data dari buku atau literatur- literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan ditulis penulis, baik dilingkungan SMK ISTEK UNGGULAN Tegal, maupun diluar SMK tersebut.
1.5.2 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan proses penulisan dan pembahasan Sistem Starter ini penulis membuat sistematika penulisan berdasarkan data yang didapat sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, batsan masalah, jadual pelaksanaan metode perolehan data dan sistematika penulisan.
BAB II : TEORI DASAR
Berisikan tentang prinsip dasar, motor starter, persyaratan starter, konstruksi motor starter, dan cara kerja pinion serta roda penerus.
BAB III : PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN
Pada bab ini berisi tentang perrancangan dan perhitungan motor starter, keadaan tanpa beban pada motor starter, perhitungan slip, dan perhitungan perbandingan gigi dan torsi.
BAB IV : PEMERIKSAAN DAN TROUBLE SHOOTING
Pada bab ini berisi tentang pemeriksaan, pemeriksaan sistem starter pada mobil, pemeriksaan sistem starter pada test bench, membongkar starter,pengetesan, dan trauble shooting.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil bahasan Skripsi ini dan disertai saran-saran pengembangan.
BAB II TEORI DASAR
2.1 Prinsip Dasar
Motor starter bekerja berdasakan prinsip yang sama dengan motor listrik yang lainya, dimana bagian motornya dapat berputar dengan jalan memanfaatkan reaksi medan magnet yang dibangkitkan di dalam motor starter tersebut. Untuk itu agar lebih memahami bagaimana cara kerja motor starter ini, maka kita harus mengerti bahwa di sekitar kawat (penghantar) yang diberi aliran listrik akan timbul medan magnet. Gejala medan magnet yang di timbulkan arus listrik ini di tentukan oleh beberapa kaidah atau aturan, diantaranya ialah kaidah tangan kanan ampere dan kaidah kotrek Maxwall.
Kaidah tangan kanan ampere menerangkan sebagai berikut : Kalau sebuah kawat penghantar listrik di tempatkan di bagian atas jarum kompas yang terbuat dari batang magnet, kemudian kawat penghantar tersebut diberi aliran listrik dan dengan arah arus sesuai dengan arah telunjuk tangan kanan, maka kutub magnet utara akan bergerak ke arah kemana ibu jari tangan kanan tersebut mengarah. Pe nyimpangan kutub magnet pada jarum kompas tersebut menandakan bahwa pada kawat penghantar arus listrik tersebut terdapat medan magnet yang mempengaru hi kutub magnet pada jarum kompas.
Gambar 2.1
S S U U
Sedangkan kaidah yang kedua adalah kaidah kontrek Maxwall menerang kan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Pada gambar A terlihat sebuah kawat penghantar yang di beri arus listrik sesuai tanda panah, kemudian bidang datarnya tergambar garis gaya megnet yang ditmbulkan oelh kawat penghantar yang diberi arus listrik. Baik gambar A ataupun gambar B memperlihatkan kemana arah putaran medan magnet ( Flux ) yang ditimbulkan oleh kawat penghantar yang bersangkutan. Jadi kesimpulanya ialah pada setiap kawat penghantar yang diberi aliran listrik akan timbul medan magnet yang berputar di sekeliling kawat penghantar tersebut. Kemudian bila sebuah kawat penghantar ditempatkan diantara dua batang magnet yang kutubnya berbeda kemudian kawat penghantar tersebut diberi aliran listrik, maka medan magnet yang timbul akibat adanya arus listrik pada kawat penghantar tersebut mempengaruhi garis-garis gaya magnetik yang timbul dari kedua kutub magnet berbeda. Sebagai akibat di pengaruhinya garis-garis gaya magnetik di antara kedua kutub magnet yang berbeda oleh medan magnet yang ditimbulkan oleh kawat penghantar, maka kawat penghantar yang berada di tengah-tengah kedua kutub magnet atau kedua batang magnet tersebut akan ditolak ke salah satu arah.
Penolakan kawat penghantar ke satu arah ini dikenal dengan nama Gaya Lorentz.
Gambar A Gambar B
Prinsip dasar kerja motor listrik adalah dengan jalan memanfaatkan gaya lorentz ini, sehingga bagian armature pada motor starter dapat berputar.
Kuat atau lemahnya gaya lorentz untuk menolak kawat penghantar yang berada ditengah-tengah kedua kutub magnet tersebut ialah tergantung dari seberapa besar kekuatan medan magnet yang timbul dari kedua kutub magnet tersebut. Dan berapa besar arus yang mengalir pada kawat penghantarnya.
Semakin kuat medan magnetnya dan semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula gaya lorentz yang dihasilkan.
2.2 Motor Starter
Pekerjaan motor starter ialah untuk memutar mesin sampai dengan mesin tersebut hidup dan berputar dengan tenaganya sendiri, Kebanyakan mesin bensin baru akan hidup bila mesin tersebut diputar dengan kecepatan paling sedikit 50 rpm ( 50 meter per menit). Agar motor starter dapat memutar mesin tentunya dibutuhkan tenaga listrik cukup besar, khususnya pada saat akan menghidupkan
S U
S
S U
Gambar A Memperlihatkan sebuah kawat yang diberi arus listrik kemudian disekeliling kawat penghantar tersebut timbul medan magnet yang melingkar. Medan magnet yang melingkar ini akan mempengaruhi gari-garis gaya magnet yang lurus dari kutub magnet U kekutub magnet S
Gambar B Memperlihatkan pengaruh dari medan magnet yang melingkar ini akan membuat garis-garis gaya magnet yang lurus menjadi melengkung, sehingga kawat penghantar yang berada ditengah-tengah kedua kutub magnet tersebut akan ditolak kesatu sisi, penolakan kawat penghantar ini disebut gaya lorentz
Gambar A
Gambar B
mesin dalam cuaca dingin, dimana kondisi mesin ada dalam keadaan dingin dan minyak pelumasnya sedang dalam keadaan mengental.
Setiap orang yang telah mengidupkan mesin dengan jalan memutar mesin tersebut dengan alat berupa engkol, akan mengetahui seberapa besar tenaga yang harus dikeluarkan supaya mesin tersebut dapat berputar. Motor starter adalah sebuah komponen yang membutuhkan arus listrik paling besar diantara semua komponen listrik yang ada pada mobil, sebagai contoh untuk memutar mesin melalui motor starter, maka motor starter tersebut akan membutuhkan arus kurang lebih 300 sampai 400 amp, sedangkan kekuatan battery yang biasa digunakan pada mobil adalah kurang lebih sekitar 40 sampai dengan 60 amp.
Motor starter sebenarnya hanya dengan 3 detik saja motor starter tersebut dihidupkan,maka arus listrik yang diserap akan sama dengan arus yang digunakan untuk menyalakan lampu parkir selama 24 jam. Maka sistem starter ini membutuhkan arus cukup besar, untuk menghubungkan arus dari battery kemotor ini diperlukan alat pengontak yang kuat ( heavy duty switch ) dan kabel-kabel penghubung harus cukup tebal ( Heavy cable ). Pada saat yang bersamaan dengan dihidupkanya motor starter, arus dari battery diperlukan juga untuk kebutuhan sistem pengapian, agar buasi dapat memercikan api untuk menyalakan bahan bakar didalam setiap ruang bakar.
Bila kondisi battery yang dipasang tidak dalam kondisi baik, berarti untuk memenuhi kebutuhan sistem starter dan sistem pengapian akan mendapatkan kesulitan, karena arus litrik battery yang kondisinya jelek akan terserap habis oleh motor starter sedang sistem pengapian tidak kebagian porsi listrik.
Starter sebagai penggerak mula untuk menghidupkan motor, terdapat beberapa jenis starter antara lain :
.1 Starter tangan , digunakan pada gen-set kecil .2 Starter kaki, digunakan pada sepeda motor
.3 Starter listrik, digunakan pada motor-motor dalam mobil .4 Starter udara tekan , digunakan pada motor diesel besar-besar Untuk dapat menghidupkan motor bakar, diperlukan putaran yang cukup
Motor bensin
Putaran starter
60-90 rpm
Motor bensin perlu
putaran untuk
menghisap bensin dan
udara dengan
campuran yang baik
Motor diesel tanpa pemanas
Putaran starter 80-200 Rpm
Perlu putaran yang
cukup supaya
temperatursaat bahan
bakar (solar)
disemprotkan, mampu membakar solar tersebut
Motor diesel dengan pemanas
Putaran starter 60-140 Rpm
Sistem pemanas membantu temperatur saat solar dikabutkan sehingga mudah terbakar
2.3 Persyaratan Starter
Pada motor starter sebagai komponen penggerak mula pada kendaraan mobil ini harus dapat mengatasi tahanan-tahanan motor misalnya :
2.3.2 Tekanan kompresi. Di sini yang dimaksud tekanan kompresi yaitu pada saat starter memutar Roda gaya / Roda penerus yang
berhubungan poros engkol yang bekerja dengan piston mengkompresi bahan bakar dan udara pada ruang bakar.
2.3.3 Gesekan pada semua bagian yang bergesekseperti ring piston dengan dinding ruang bakar, bantalan dan poros engkol dan lain-lain.
2.3.4 Hambatan dari minyak pelumas sewaktu masih dingin, kekentalan masih tinggi.
Pinion harus dapat mengait dan melepas pada-dari roda penerus secara baik, saat permulaan start motor starter mempunyai momen putar yang besar dengan putaran yang kecil. Motor starter pada umumnya mempunyai bentuk yang kecil tetapi tenaga putarnya besar, dari 0.1 Kw sampai 18 Kw.
Gambar 2.3
2.4 Konstruksi Motor Starter
Motor starter ialah motor seri arus searah yang mengubah tenaga listrik
Baterai
Motor starter Pinion starter Roda gaya/roda penerus Kunci kontak
dengan anker, tenaga mekanik yang dihasilkan berupa tenaga putar dari poros anker ke roda penerus lewat pinion.
Kalau diperhatikan lebih seksama bagaimana konstruksi motor starter, khususnya mengenai hubungan-hubungan arus listriknya yang dialirkan kedalam motor starter tersebut, sehingga motor starter dapat berputar dengan kuat, maka hubungan-hubungan arus listrik tersebut dapat digambarkan seperti
2.4.1 Prinsip dasar motor seri searah
1. Kump. Medan 2. Kump. Anker 3. Sikat-sikat 4. Komutator
Gambar 2.4.1
Ketika arus listrik dari battery dialirkan melalui kumparan medan, maka arus ini akan diteruskan pada masa negatip dengan terlebih dahulu mengalir melalui sikat positip, komutator, lilitan kawat pada armature, komutator dan baru bertemu dengan arus negatip melalui sikat negatip. Dengan terjadinya hubungan seperti diatas, berarti inti besi akan menjadi kutub-kutub magnet yang timbul akibat elektromagnetik. Kemudian garis-garis gaya magnetik yang ada antara kutub- kutub magnet tersebut dilengkungkan oleh medan magnet yang timbul pada lilitan kawat yang dipasang dibagian armature, sehingga gaya lorentz akan menolak
1 2 1
3 4
lilitan kawat armature kesatu sisi. Penolakan lilitan pada armature oleh gaya lorentz ini berarti sama dengan armature tersebut berputar.
2.4.2 Sifat – sifat motor seri
Arus ( Amp ) Tabel 2.4.2
1. Pada saat permulaan start arus yang mengalir pada motor standar besar, sehingga momen putar yang terjadi besar
2. Sebaliknya jika motor sudah dapat berputar cepat maka arus yang mengalir pada motor starter akan menjadi kecil, sehingga momen putar yang terjadi kecil pula
3. Motor seri putaran tidak dapat dikendalikan, mengapa ?
Arus yang mengalir pada kumparan medan sama dengan arus yang mengalir pada anker
2.4.3 Konstruksi Starter Listrik
Gambar 2.4.3
Gambar starter listrik jenis dorong dan sekrup elektromagnetik
Bagian-bagian starter dapat digolongkan dalam 3 bagian : 1. Bagian yang menghasilkan momen putar ( motor listrik )
2. Bagian pinion, kopling jalan bebas dan sistem penggerak pinion 3. Bagian sakelar starter (solenoid)
Bagian-bagian konstruksi motor starter dan penjelasan secara keseluruhan:
a) YOKE atau dapat juga disebut body motor yang di buat dari bahan besi tuang. Yoke ini dibentuk berupa silinder. Pada bagian yoke ditempatkan inti besi atau disebut Poke Core, Inti besi ini pada saat motor starter sedang dalam bekerja akan menjadi kutub-kutub magnet yang biasanya
Kump. Medan solenoid Kunci
Tuas pendorong kotak
Kopling Jalan bebas
Pinion
Sepatu Anker
Roda penerus kutup
berjumlah empat buah, keempat buah kutub magnet ini terdiri dari dua buah kutub magnet utara dan kurtub magnet selatan.
b) FIELD COIL atau disebut kumparan medan, Field Coil terdiri dari plat tembaga yang digulung pada inti besi, Penggunaan pelat tembaga sebagai field coil ini mempunyai maksud agar dapat mengalirkan arus yang cukup kuat, dengan demikian berarti akan dihasilkan medan magnet yang cukup besar pada setiap inti besi. Hubungan listrik pada Field Coil biasanya dihubungkan secara seri dengan lilitan kawat pada armature, untuk menghubungkan antara Field Coil dan armature ini digunakan 4 buah sikat karbon.
c) ARMATURE atau dapat disebut jangkar, armature terdiri dari sebatang besi berupa poros yang dilengkapui dengan slot-slot, pada armature terdapat komutator yang terbuat dari segment tembaga yang diisolasi dari bagian porosnya. Setiap segment tembaga dihubungkan dengan lilitan kawat armature dan slot-slot yang dipasang berguna untuk melilitkan kawat tersebut.
d) SIKAT KARBON yang dipasang biasanya berjumlah empat buah, dan dua buah diantaranya dipegang pada kedudukannya dengan diisolasi agar tridak kontak pada masa negatip, sikat yang diisolasi ini disebut sikat positip. Sedangkan sikat yang lainnya disebut sikat negatip, karena berhubungan langsung dengan body ( massa ).
e) MEKANISME PEMINDAHAN TENAGA ini terdiri dari pinion dan kopling starter, adapun model kopling starter yang biasa digunakan terdiri
dari dua model, yaitu model Bendix dan model Pre-engaged atau juga disebut model yang menggunakan selenoid.
2.5 Cara kerja Pinion dan roda penerus
Menurut cara kerja penghubungan antara pinion dengan roda penerus, motor starter dapat digolongkan dalam beberapa jenis :
2.5.1 Starter Sekrup ( Jenis Bendix )
i. Starter jenis bendix dengan magnet permanen.
ii. Starter jenis bendix sakelar mekanis.
iii. Starter jenis bendix dengan sakelar listrik.
Motor starter yang dilengkapi dengan bendix banyak dipakai pada mobil- mobil keluaran lama, adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut : Ketika poros motor starter ( Armature ) mulai berputar, pinion akan bergerak kearah cicin gigi pada roda gila, geseran pinion ini mengikuti alur yang dibuat pada poros armature tersebut. Sewaktu pinion telah sampai pada ujung alur dan tidak dapat bergeser lagi, maka armature akan memutar roda gila melalui pinion dan cicin gigi yang terpasang pada roda gila.
Ketika mesinnya telah hidup dengan tenaganya sendiri, berarti putaran roda gila akan lebih cepat daripada putaran motor starter. Dorongan atau momen yang lebih besar pada roda gila dari pada putaran motor starter ini akan menyebabkan pinion terlempar melalui alur yang terdapat pada porosnya ketempat kedudukan semula, dengan demikian berarti dapat dicegah terjadinya kerusakan pada motor starter yang disebabkan oleh terbawa berputar oleh putaran mesin.
Starter sekrup ( Starter Bendix )
Gambar 2.5.1
Konstruksi dasar penggerak pinion starter sekrup (starter Bendix)
Konstruksi :
Pinion melakukan gerakan menyekrup maju dan mundur pada poros berulir memanjang yang diputar oleh anker
Pegas penahan pinion berfungsi menahan pinion sewaktu motor hidup dan starter tidak bekerja
Pegas / per Poros ulir
Memanjang
Ring pembatas
Pinion Anker
Prinsip kerja :
Gerakan menyekrup maju pinion untuk berhubungan dengan roda gaya diakibatkan adanya kelembaman massa/terlempar pada pinion sewaktu poros berulir memanjang mulai berputar cepat
Gerakan menyekrup mundur pinion untuk melepaskan hubungan dengan roda gaya diakibatkan saat motor dipercepat oleh roda gaya sehingga pinion menyekrup mundur
Cara kerja
Anker mulai berputar cepat pinion dengan kelembaman massanya bergerak menyekrup maju ke arah gaya
Starter bekerja, momen putar dari anker langsung ke roda gaya
Motor mulai hidup, putaran roda gaya mempercepat putaran pinion sehingga pinion menyekrup mundur
Keuntungan :
Bentuk konstruksi sederhana
Konstruksi murah
Tidak menggunakan solenoid
Kerugian :
1. Jika motor mulai mau hidup, pinion cepat terlepas/menyekrup mundur dari roda gaya sebelum motor berhasil hidup
2. Jika start tidak berhasil menghidupkan motor maka untuk start lagi harus menunggu starter berhenti
3. Timbul suara yang keras/kurang enak saat pinion mulai berhubungan dengan roda gaya
Starter sekrup (Bendix) tanpa kopling jalan bebas
Starter sekrup (Bendix) dengan kopling jalan bebas
1) Poros berulir memanjang 2) Pinion
3) Pegas peredam kejut 4) Kumparan medan 5) Sepatu kutup 6) Anker 6
1 2 3 4 5
Starter sekrup tanpa kopling jalan bebas dan menggunakan motor dengan kopling permanen
1) Ulir memanjang 2) Pinion
3) Pegas pengembali 4) Kopling jalan bebas 5) Poros anker
6) Kumparan medan 7) Sepatu kutub 8) Anker
1. Poros ulir memanjang 2. Pinion
3. Pegas pengembali 4. Anker
5. Magnet permanen 4
1
8 7
2 3
4 5 1
2
3 5
6
Starter sekrup dengan rangkaian kontak mekanis (sakelar kaki)
Starter sekrup dengan rangkaian kontak elektro magnetis (Relai) Kunci kotak
Terminal
Isolator Pegas Plat kontak Plat pembatas Kumparan Plunyer Pegas
Penutup baut penyetel
2.5.1.a Macam konstruksi starter sekrup dapat dibedakan menurut :
Penggerak unit pinion
Starter sekrup tanpa kopling jalan bebas
Pegas peredam kejut berfungsi meredam kejutan saat pinion berhubungan dan meneruskan momen putar dari poros anker ke poros berulir memanjang
Starter sekrup dengan kopling jalan bebas
dengan kopling jalan bebas maka sewaktu motor mulai akan hidup pinion tetap akan berkaitan dengan roda gaya
2.5.1.b Macam penggunaan motor listrik
Motor seri
Motor listrik dengan magnet permanen Keuntungan motor dengan magnet permanen 1) Bentuk konstruksi sederhana
2) Bentuk lebih kecil
3) Putaran konstan, karena medan magnet pada sepatu kutub tetap pada setiap keadaan
Kerugian :
Tanpa reduksi putaran momen putar kecil (terbatas) sehingga hanya untuk motor kecil
2.5.1.c Macam rangkaian listrik 1. Dengan sakelar mekanis
Bentuk sederhana tapi mkurang nyaman dalam penggunaannya
Kabel yang digunakan lebih panjang sehingga kerugian tegangan lebih besar
2. Dengan relai :
Rangkaian menjadi praktis
Kabel ke motor starter lebih pendek sehingga kerugian tegangan kecil
Dapat dikendalikan dengan kunci kontak
2.5.2 Starter dorong dan skrup
Starter dorong dengan skrup elektromagnetik.
Starter dorong dan skrup dengan gigi reduksi.
Starter dorong dan stup dengan magnet permanen dan gigi reduksi.
Starter dorong dan sekrup elektromagnetis
Gambar 2.5.2
Gambar skema konstruksi starter dorong dan sekrup Konstruksi dasar starter dorong dan sekrup terdiri dari :
1. Motor listrik arus searah, sebagai pembangkit tenaga 2. Unit pengerak pinion yang terdiri dari
3. Pinion
4. Kopling jalan bebas & tabung penggerak 5. Poros berulir memanjang (anker)
6. Tuas pendorong
7. Solenoid, berfungsi sebagai relai & penggerak tuas pendorong Pegas pengembali
Kumparan Kumparan Tuas
Kopling jalan
Pinion Kumparan
Anker
Poros ulir
Cincin pendorong Tabung
Pegas
Proses gerakan dorong menyekrup maju & mundur pinion Menghubungkan
Kunci kontak “ON” kumparan tarik dan kumparan tiksasi membentuk medan magnet
--- poros solenoid tertarik pegas.luas pendorong mendorong pegas penghantar , kopling jalan bebas dan pinion ke arah roda gaya terjadi gerakan dorong sekaligus menyekrup hingga pinion berhubungan dengan roda gaya.
Akhir gerakan luas pendorong kontak utama terhubung, arus besar mengalir dan arus pada kumparan tarik menjadi nol.
Motor starter bekerja, momen putar dari anker diteruskan ke roda gaya sewaktu gigi pinion tidak berhasil masuk pada gigi roda gaya tuas pendorong akan terus mendorong pega penghantar pegas terkompres (pegas dibuat tidak keras) hingga kontak utama terhubung , starter bekerja dengan dorongan pegas dan kelembapan massa pinion saat starter mulai berputar pinion dapat menyekrup maju hingga berkaitan dengan roda gaya.
Melepaskan
Kunci kontak “OFF”, arus pada kumparan fiksasi nol, medan magnet hilang. Poros solenoid menarik tuas dengan bantuan pegas pinion tertarik dan menyekrup mundur, kontak utama terputus jika pinion macet ada kelonggaran antar tuas dan poros solenoid memungkinkan kontak utama tetap dapat terputus.
Kopling jalan bebas
Saat menghidupkan starter
Rumah kopling diputar oleh poros penggerak
---- bantalan peluru menggelincir ke bagian takik sempit Poros pinion sehingga poros pinion ikut berputar
Pinion diputar cepat oleh roda gaya akibatnya pinion berputar lebih cepat dari bantalan
---- bantalan peluru menggelincir ke bagian takik yang lebar sehingga peluru tidak terjepit antara poros pinion dan tabung pengerak
Bantalan kopling
Mur silinder (ulir dalam) Poros pinion
Sekrup memanjang
Pinion Poros penggerak
Bola peluru
Penahan peluru Pegas pendorong Poros pinion Tabung penggerak Rada gigi pinion
Remanker Fungsi:menghentikandengansegeraputaranankeruntukmemungkinkandapatdistartlagisecepatmungkin RemankerdenganplatremRemankerdenganpegasremdanplatpengunci PlatremTuas PlatgesekpadaremankermempunyainilaigesekGesekanpengeremanterjadipadaplatpemegang yangcukupdapatmenghentikanputaranankerjikasikatdenganujungkomutatordanplatpengunci bergesekandenganplatpenahandenganpegasrem PegasPorosPinionKoplingjalan bebasulir memanjang
Tutupsikat Platpengunci Platpembatasanker
StarterdorongdansekrupelektromagnetisdenganStarterdorongdansekrupelektromagnetisdengan Rodagigireduksidanmotorserirodagigiplanetdanmotormagnetpermanen Keterangan 1.Kumparanmedan5.Kopling 2.Anker6.Rodagigireduksi2Keuntungan 3.RodagigireduksiI7.Pegaspengembali-Beratkonstruksimenjadilebihkecil40% 4.Pinion8.Plunyer-Momenputardapatlebihbesar10% -Bentukmenjadilebihkecilsehinggapraktis Keuntungan: Momenputarsedikitlebihbesar
2.5.3 Starter anker dorong
Starter Anker Dorong
Konstruksi dasar
1) Pinion
2) Kumparan penarik
3) Kumparan fiksasi/penahan 4) Kumparan seri / utama 5) Relai starter
6) Pegas pengembali 7) Tuas penahan 8) Piringan pelepas 9) Sepatu kutup 10) Anker Gambar 2.5.3
Gerakan dorong aksial pinion dilakukan oleh langsung oleh anker itu sendiri . Oleh sebab itu komutator dibuat panjang
Starter anker dorong mempunyai 3 kumparan Kumparan penarik (2)
Kumparan fiksasi / penahan (3) Kumparan seri / utama (4) 1
2
3 4 5
1
0 9 8 7 6
Kumparan penarik dirangkai seri terhadap anker berfungsi untuk mendorong maju anker selama proses pengaitan pinion pada roda gaya. Arus seri itu memutar anker pelan – pelan supaya pinion mudah mengait.
Kumparan fiksasi (penahan) selalu bekerja supaya anker tetap pada posisi start.
Kumparan utama (medan) baru bekerja pada saat pinion mengait penuh.
Proses kerja starter anker dorong
Posisi diam
i.Kunci kontak “OFF” --- anker dan relai belum di aliri listrik ii.Kedudukan anker sedikit di luar
kumparan medan
iii.Pinion tidak berkaitan dengan roda gaya
Langkah 1 menghubungkan
Kunci kontak “ON” --- relai bekerja dan kontak penghubung pertama terhubung kumparan penarik dan kumparan fiksasi membangkit medan magnet.
Anker ditarik ke arah kumparan medan dan berputar lambat
Anker terus maju hingga pinion mulai mengait.
Tuas penahan terangkat oleh piringan pelepas
Langkah 2
i. Pinion mengait penuh
ii. Sewaktu tuas penahan terangkat penuh, relai menarik kontak penghubung hingga kontak terhubung penuh
---- Arus utama mengalir ke kumparan seri ---- Anker ---- Massa ---Starter bekerja
Kumparan fiksasi dan penarik tetap bekerja
Motor sudah hidup, putaran anker naik , arus pada kumparan seri menurun. Hanya kumparan fiksasi menahan anker tetap dalam kedudukannya
Langkah melepaskan
Sakelar start “OFF”, arus pada kumparan relai terputus sehingga semua kumparan tidak bekerja lagi ---- pegas pembalik mengembalikan anker pada posisi diam (starter tidak bekerja) 2.5.4 Starter batang dorong pinion
Konstruksi dasar
1) Pinion 2) Anker 3) Sepatu katup 4) Pegas pengembali 5) Kontrol seloi
6) Bidang kontak penghubung 7) Kunci kontak
8) Tuas pelepas 9) Pelat penumbuk 10) Tuas penahan 11) Solenoid 12) Kumparan rem 13) Kumparan medan 14) Kopling jalan bebas Gambar 2.5.4
Pada poros anker terdapat lubang untuk batang dorong.
Batang dorong dihubungkan dengan roda gigi pinion dan digerakkan oleh solenoid
Poros pinion dan poros anker dihubungkan dengan kopling plat ganda
Starter batang dorong pinion mempunyai dua kumparan :
Kumparan medan, yang dirangkai seri dengan anker
Kumparan pengereman, yang berfungsi sebagai rem anker Kumparan medan baru bekerja setelah pinion mengait penuh
Solenoid dengan batang dorong berfungsi untuk :
Mendorong pinion hingga mengait dengan roda gaya
Menghubungkan arus utama untuk memutarkan anker
Kegunaan :
Starter batang dorong digunakan pada motor diesel yang bertenaga besar seperti pada diesel generator berdaya besar, diesel pada kapal laut dan lain- lain.
Daya yang dihasilkan motor starter batang dorong antara 6 – 18 Hp = 4,5 – 14 Kw
Langkah 1 menghubungkan
Sakelar tertutup, dalam waktu yang bersamaan kumparan fiksasi dan kumparan kontrol relai bekerja.
Kontrol relai membuka kontak diam (a),maka arus pada kumparan rem tidak mengalir
Setelah kontak b tertutup, arus mengalir pada kumparan tarik pada solenoid dan kumparan medan
Kumparan ini dihubung seri terhadap anker, maka anker berputar lambat.
Pinion terdorong maju oleh batang dorong, kopling plat ganda meneruskan putaran dari poros anker ke poros pinion
Medan magnet kumparan tarik pada solenoid terus mendorong batang dorong sehingga pinion mulai mengait dengan roda gaya
Arus utama belum terhubung, momen putar masih kecil.
Langkah 2
2 Pinion mengait, plat penumbuk menekan tuas penahan turun kontak utama terhubung
3 Arus utama mengalir ke kumparan medan --- anker --- massa --- starter bekerja
4 Kumparan fiksasi pada solenoid menahan pinion tetap mengait 5 Perpindahan momen putar besar
terjadi dari poros anker --- kopling plat ganda --- poros pinion --- pinion roda gaya
Melepaskan
Sakelar terbuka, arus pada kontrol relai, komponen fiksasi pada solenoid terputus, pegas mengembalikan pinion pada kedudukan semula (diam). Kontak (a) tertutup, pengereman poros anker dilakukan dengan kumparan rem
Kopling plat ganda Fungsi :
1) Sebagai kopling jalan bebas saat motor sudah hidup.
2) Sebagai kopling pengaman terhadap momen putar yang berlebihan.
Cara kerja dari kopling plat ganda starter batang dorong hampir sama dengan starter anker dorong
BAB III
PERHITUNGAN BEBAN TORSI MOTOR STATER
3.1. Keadaan tanpa beban pada motor starter :
m
W 0,95 watt Vm 40 V R1= 40 Ω R5= 6,6 Ω
N 2880 rpm Vg 40 V R2= 20 Ω R6= 5,7 Ω
m
I 2,70 A R3= 10 Ω
g
I 0,01 A R4= 8 Ω
R [Ω]
L [cm]
F [N]
T [N.cm]
Wm
[watt]
Im
[A]
Vm
[V]
Ig
[A]
Vg
[V]
N
[rpm] S
40 14,5 2 29 171 3,44 39,2 1,95 26,7 2720 0,7
20 17,2 2 34,4 193 3,73 39 2,8 19,9 2690 0,59
10 17,9 2 35,8 198 3,79 39 3,55 12,8 2670 0,42
48 17,9 2 35,8 197 3,8 39 3,75 10,9 2660 0,37
6, 17,9 2 35,8 196 3,77 39 3,87 9,4 2660 0,32
5,7 17,9 2 35,8 195 3,76 39 3,98 8,4 2650 0,29
Tabel 3.1 Perhitungan T [N.cm], S
Contoh Perhitungan Perhitungan Torsi ( T )
Rumus : T FL
1. Untuk beban R 40
N.cm 29
5 , 14 2
T T
L F T
2. Untuk beban R 20
N.cm 4 , 34
2 , 17 2
T T
L F T
3. Untuk beban R 10
N.cm 8 , 35
9 , 17 2
T T
L F T
4. Untuk beban R 8
N.cm 8 , 35
9 , 17 2
T T
L F T
5. Untuk beban R 66,
N.cm 8 , 35
9 , 17 2
T T
L F T
6. Untuk beban R 75,
N.cm 8 , 35
9 , 17 2
T T
L F T
3.2. Perhitungan Slip ( S )
RS I S Wm m 2 1
Rumus :
) 1 (
1
2
R I
S W
m m
1. Untuk beban R 40
74 , 0
40 1 ) 44 , 3 (
171 1 ) 1 (
1
2 2
S S
R I
S W
m m
2. Untuk beban R 20
59 , 0
20 1 ) 73 , 3 (
193 1 ) 1 (
1
2 2
S S
R I
S W
m m
3. Untuk beban R 10
42 , 0
10 1 ) 79 , 3 (
198 1 ) 1 (
1
2 2
S S
R I
S W
m m
4. Untuk beban R 8
37 , 0
8 1 ) 8 , 3 (
197 1 ) 1 (
1
2 2
S S
R I
S W
m m
5. Untuk beban R 66,
32 , 0
6 1 , 6 ) 77 , 3 (
196 1 ) 1 (
1
2 2
S S
R I
S W
m m
6. Untuk beban R 75,
29 , 0
7 1 , 5 ) 76 , 3 (
195 1 ) 1 (
1
2 2
S S
R I
S W
m m
3.3. Perhitungan perbandingan gigi dan torsi
Reduksi pada roda gigi starter mempunyai spesifikasi sebagi berikut:
Roda gigi poros armatur mempunyai 10 gigi menggerakan roda gigi reduksi dengan jumlah gigi 30 buah starter menggerakkan pinion tetap yang mempunyai 9 buah gigi dan jika diputar roda gigi cincin mempunyai 108 gigi.
Hitunglah torsi total dari padangan roda gigi
diagram ini dapat membantu. menunjukkan semua perhitungan dalam yang disediakan
perbandingan roda gigi set 1
perbandingan gigi = jumlah gigi yang digerakan --- jumlah gigi yang menggerakan
30 3
= ---- = --
10 1
perbandingan = 3 : 1 perbandingan roda gigi set 2
perbandingan gigi = jumlah gigi yang digerakan --- jumlah gigi yang menggerakan 108 12
= ---- = --
9 1
perbandingan = 12 : 1
total perhitungan torsi = 3:1 x 12:1
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN TROUBLE SHOOTING
4.1 PEMERIKSAAN
Mobil adalah merupakan sekumpulan pipa-pipa, kabel-kabel dan bagian- bagian lainnya yang disusub sedemikian rupa, sehingga menjadi berupa kendaraan bagi manusia yang banyak manfaatnya. Semua bagian tersebut memerlukan pemeriksaan secara berkala agar mobil atau mesin khususnya dapat tetap bekerja dengan lancar, dalam hal ini yang kita bahas pada penelitian ini tentang pemeriksaan yang harus dilakukan pada motor starter dimana motor starter ini merupakan penggerak awal pada mesin sebelum mesin bergerak dengan tenaganya sendiri.
Dengan demikian motor starter ini harus tetap dapat memutar mesin dengan keadaan apapun dimana kemungkinan kondisi cuaca, yang sangat berpengaruh sebagai contoh, keadaan dinginnya mesin tentunnya kerja starter akan semakin berat karena kekentalan oli pasti lebih pekat, disini fungsi starter harus dapat mengatasinya, untuk itu pemeriksaan terhadap bagian motor starter sangat diperlukan, dimana langkah-langkah pemeriksaan sebagai berikut :
4.1.1 Pemeriksaan Sistem Starter Pada Mobil
Bagian-bagian komponen sistem starter harus dilakukan pengecekan dan pembersihan dari kotoran yang kemungkinan menghambatnya laju aliran listrik dimana motor starter ini sangat besar menghisap arus listri saat awal start mesin, langkah – langkah awal dalam pemeriksaan ialah :
1) Pemeriksaan kondisi baterai dengan hidrometer 2) Bila baterai kosong isi baterai alat pengisian 3) Bila baterai terisi di atas 70 % tes 2
4) Periksa hubungan pada klem – klem kabel baterai
5) Apabila hubungan klem – klem baterai kurang baik (kotor, kendor, atau korosi) perbaiki
6) Matikan sistem pengapian dengan melepas kabel pada terminal 1 (-) pada koil pengapian.
7) Ukur tegangan antara terminal baterai saat distart.
8) Bila tegangan terukur kurang dari 10 volt isi atau ganti baterai
9) Bila tegangan terukur diatas 10 volt tes 4 10) Ukur tegangan pada terminal “50” saat mesin di start 11) Jika tegangan terukur minimal 10 volt Tes 5
12) Jika tegangan terukur kurang dari 10 volt periksa rugi tegangan dari kunci kotak ke solenoid
13) Ukur tegangan terminal utama starter saat di “start”
14) Jika terjadi kerugian tegangan ku-rang lebih 0,5 volt pengabelan sistem starter baik
15) Jika terjadi kerugian tegangan lebih besar dari 0,5 volt Tes 6 16) Ukur rugi tegangan antara terminal positif baterai dengan terminal
utama motor starter saat di “start”
17) Jika tegangan terukur tetap “nol” berarti baik Tes 7
18) Jika tegangan terukur lebih besar 0,5 volt periksa hubungan dari baterai, solenoid dan starter
19) Ukur rugi tegangan antara terminal 30 dan terminal utama pada solenoid saat starter bekerja
20) Jika tegangan terukur tetap “nol” Tes 8
21) Jika terjadi rugi tegangan lebih besar 0,25 volt solenoid diperbaiki atau diganti
22) Ukur rugi tegangan antara terminal negatif baterai dengan bodi starter saat di “start”
23) Jika rugi tegangan terukur “nol” rangkaian massa baik 24) Jika terukur lebih dari 0,25 volt perbaiki hubungan
massa dari baterai ke bodi dan mesin
25) Ukur arus utama dan tegangan saat mesin di “start”
26) Ukur arus utama dan tegangan saat mesin di start dengan gigi percepatan tiga dan direm tangan
4.1.2 Pemeriksaan Pada Test Bench.
Langkah-langkah penegetesan
a. Sesuaikan modul gigi pinion dengan modul gigi pada test bench b. Memasang starter pada test bench
c. Merangkai kabel – kabel pada test bench sesuai dengan rangkaian
Gambar 4.1.2
Menyesuaikan tinggi rendah aksial dari gigi
Menyesuaikan pengaitan gigi pinion dengan gigi ring pada test bench
Mengetes pengaitan tanpa beban beberapa kali. Roda gigi tidak boleh macet atau terdengar suara mekanis yang keras
Sesuaikan dudukan pengukur putaran
4.1.3 Membongkar Starter
Motor starter yang mengalami gangguan bagian-bagian komponenya harus dipriksa, sehingga perlu pembongkaran agar mudah dalam pengecekan
masing-masing komponen tersebut dan mudah dalam pembersihannya. Untuk memudahkan pembongkaran dan juga perakitan kembali perlu di data tahapan-tahapannya:
1. Buka mur pengikat klem kabel utama ke motor starter 2. Lepas baut – mur pemegang solenoid
3. Lepas solenoid dari motor starter. Goyang – goyangkan solenoid supaya pluyernya terlepas dan tuas pengerak
4. Buka tutup bantalan
5. Dengan lidah pengukuran periksa celah samping poros anker antara plat pengunci dan kerangka ujung
6. Buka plat pengunci, pegas dan ring/karet
7. Buka dua baut panjang dan keluarkan kerangka ujung komutator 8. Dengan sepotong kawat baja lepas pegas – pegas sikat dan lepas
sikat – sikat dari pemegangnya 9. Lepaskan pemegang sikat dari anker
10. Buka kerangka kumparan medan dari rumah penggerak pinion 11. Buka tuas penggerak dari rumah penggerak pinion
12. Lepaskan anker dari rumah pengerak
13. Dengan alat khusus keluarkan cincin penyetop dari ring pengunci 14. Lepaskan ring pengunci
15. Keluarkan pinion beserta kopling jalan bebas dan poros anker
4.1.4 Membersihkan Komponen-Komponen
Pada bagian-bagian komponen yang berputar dalm pembersihanya harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai ada bagian yang tergores, sebab tergoresnya bagian yang berputar itu akan mengganggu dan merusak komponen tersebut saat berputar.
a. Bersihkan pinion beserta kopling jalan bebas tanpa dicuci b. Bersihkan dengan bensin komponen – komponen lainnya
jangan sampai basah kuyup
c. Keringkan komponen yang dicuci ring – ring jangan sampai hilang
4.1.5 Pengetesan komponen-Komponen
Pengetesan komponen ini diharapkan akan diketahui bagian-bagian yang menyebabkan motor starter tersebut mengalami gangguan dan juga mengetahui lebih dini komponen yang perlu diganti.
1) Periksa hubungan segmen – segmen komutator terhadap kemungkinan putus pada gulungan
2) Dengan gulungan anker terhadap hubungan singkat dengan massa menggunakan growler. Letakkan anker pada tester dan tempelkan sebilah plat atau daun gergaji di atas anker bila plat bergetar keras, ada hubungan singkat
3) Periksa komutator terhadap kotor dan terbakar bila kotor bersih-kan dengan kertas gosok no. 400
4) Periksa komutator terhadap kelonjongan dengan dial indikator
5) Periksa diameter komutator dengan mikrometer / mistar sorong 6) Bandingkan hasil pengukuran kelonjongan dan diameter
dengan ketentuan pada buku petunjuk
7) Periksa segmen – segmen komutator terhadap kebersihan alur – alur segmen
8) Jika alur – alur segmen kedalamannya kurang dari minimum perbaiki dengan gergaji atau frais komutator
9) Periksa permukaan bidang kontak sikat – sikat bersihkan 10) Ukur panjang sikat – sikat, bandingkan dengan ukuran minimal
pada buku petunjuk, kalau terlalu pendek ganti dengan yang baru
11) Periksa tekanan pegas sikat dengan timbangan tarik bandingkan dengan ketentuan pada buku petunjuk hasil pengukuran dibaca saat pegas sikat lepas dari sikat
12) Periksa pemegang sikat positif terhadap hubungan singkat dengan sikat negatif
13) Periksa roda gigi pinion dan poros ulir memanjang terhadap aus dan cacat
14) Periksa kopling jalan bebas diputar searah jarum jam pinion berputar bebas ; diputar berlawanan arah jarum jam pinion terkunci
15) Periksa kumparan medan terhadap kemungkinan putus gulungan
16) Periksa kumparan medan terhadap hubungan singkat dengan massa
4.2 Trouble Shooting
Dalam memperbaiki gangguan-gangguan motor starter ketentuan awal harus sesuai dengan petunjuk Flowchart ( Diagram alir pemeriksaan / mencari gangguan ) agar memudahkan proses perbaikan.
Langkah Kerja :
1) Lakukan pemeriksaan pada sistem stater sesuai dengan petunjuk flowchart (diagram aliran pemeriksaan / mencari gangguan)
2) Jika menemukan letak gangguan, lakukan perbaikan dengan petunjuk jobsheet yang sesuai
3) Catat gangguan yang ditemukan
4) Setelah dilakukan perbaikan, lakukan pengontrolan sekali lagi hingga sistem starter dapat berfungsi dengan baik
Pengukuran tegangan pada solenoid Terminal 30 --- dari baterai
Terminal 50 --- dari kunci kontak Terminal C --- ke kumparan medan
Gambar 4.2
4.2.1 Starter tidak dapat berputar Syarat pemeriksaan
Baterai terisi – jobsheet no. 63 30 15 10 s/d 63 30 15 25
Ikatan pada terminal – terminal solenoid dan kabel massa antara motor dan body harus tidak terjadi oksidasi
Tegangan pada klem 50 (solenoid) tidak ada
Ukur tegangan pada terminal 50 solenoid (tegangan terukur minimal 8 Volt)
Tegangan terukur tidak ada atau kurang dari 8 V
Tegangan terukur sesuai
Ukur tegangan pada terminal untuk kumparan medan (terminal C) solenoid, jika kontak solenoid baik, tegangan terukur minimal 8 V
Tegangan terukur tidak ada atau kurang dari 8 V
Tegangan terukur sesuai
Solenoid Diperbaiki
Jobsheet 63 30 30 25
Motor starter Diperbaiki
Jobsheet 63 30 30 10
Ukur tegangan pada terminal 50 kunci kontak (tegangan terukur minimal 8 Volt)
Tegangan tidak ada Tegangan ada
Kunci kontak diganti Periksa dan perbaiki kabel antara terminal 50 kunci kontak dan terminal 50 solenoid
SELESAI
4.2.2 Motor Berputar Lambat
Baterai kurang terisi atau kehilangan tegangan besar --- klem baterai kendor atau terjadi oksidasi --- perbaiki
Periksa baterai, bila perlu diisi jobsheet 63 30 15 15 s/d 63 30 15 25 Motor starter dapat memutar motor
dengan baik
Motor starter tidak dapat memutar motor dengan baik
Selesai
Terjadi kehilangan tegangan yang besar pada terminal 30 solenoid --- -- klem baterai kendor atau terjadi oksidasi --- perbaiki
Lepas klem massa baterai, bersihkan dan keraskan terminal 30 pada starter dan terminal massa antara casis dan motor / transmisi. Pasang kembali klem massa baterai
Motor starter dapat berputar dengan kuat
Motor starter tidak dapat berputar dengan baik
Selesai
Penyebab gangguan berikut ini diakibatkan dari : Tidak cukup kontak antara sikat dan kolektor Kolektor aus, terbakar atau kotor
Perbaikan :
Ganti sikat dan bersihkan rumah sikat
Bubut kolektor dan frais alur – alur kolektor. Bila diameter kolektor sudah terlalu kecil ganti anker
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil analisis permasalahan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa : 1. Perawatan dan pemeliharaan seluruh komponen-komponen pada mobil
harus ditentukan secara teratur sehingga tidak terjadi gangguan-gangguan yang menyebabkan sistem mekanik khususnya tidak terganggu.
2. Komponen-komponen pada motor starter diharapkan dapat bekerja dengan kuat, karena sebagai penggerak awal mesin sehingga harus diperhitungkan beban torsi yang diterima motor starter tersebut.
3. Pengecekan pada motor starter dan pembersihan perlu dilakukan secara berkala, karena bagian tersebut merupakan bagian penggerak utama dari unit mesin sebelum mesin tersebut bergerak dengan tenaganya sendiri.
5.2 Saran
1. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang komponen-komponen dari mesin mobil sebaiknya dilakukan dengan terjun langsung salah satunya mensimulasikan mekanisme mesin mobil seperti pada engine Cut Way 2. Untuk memperbaiki sistem starter pada kendaraan maka perlu dibuatkan
sistem operating procedure tiap-tiap komponen dan juga harus menjaga kondisi bagian-bagian pada sistem tersebut agar trouble segera dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Teknik Merawat Aoto Mobil Lengkap, Cetakan, Ke empat 2007 Yrama Widia, Bandung.
N o r t h o p R S , S e r v i c e A u t o M o b i l , C e t a k a n k e e n a m , M e i 2 0 0 6 CV Pustaka Setia.
Suratman, Service Dan Reparasi Auto Mobil, Cetakan Kesatu, 2001 Pustaka Grafika, Bandung.
S i d i k / U l r i c h , L i s t r i k A u t o m o t i f & A C , 0 1 . 0 1 . 0 0 , M a l a n g Buku Panduan SMK Tegal.
DAFTAR LAMPIRAN
Model Motor Starter
Konstruksi Motor Starter Konvensional
Detail Komponen Motor Starter
Kerja Motor Starter
Kerja Motor Starter
Kerja Motor Starter
BIODATA MAHASISWA
Nama : TRI HARYONO
Tempat dan Tanggal Lahir : Banyumas, 30 November 1976
Alamat : KAMPUNG GUSTI
RT / RW : 010 / 015 PEJAGALAN Kecamatan : Penjaringan
Kotamadya : JAKARTA UTARA
Pekerjaan : Karyawan PT TOYO BESQ P.P.I
Agama : Islam
NIM : 4130411-096 / Fakultas Teknik Industri