• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNIKAHAN DINI DAN KEMISKINAN DENGAN VARIABEL PUTUS SEKOLAH, PERCERAIAN, DAN GENDER DI INDONESIA TAHUN 2014 (ANALISIS DATA IFLS-5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERNIKAHAN DINI DAN KEMISKINAN DENGAN VARIABEL PUTUS SEKOLAH, PERCERAIAN, DAN GENDER DI INDONESIA TAHUN 2014 (ANALISIS DATA IFLS-5)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERNIKAHAN DINI DAN KEMISKINAN DENGAN VARIABEL PUTUS SEKOLAH, PERCERAIAN, DAN GENDER DI INDONESIA TAHUN 2014

(ANALISIS DATA IFLS-5)

Oleh :

Muhammad Azhar Tridharma Putra NIM : 11170840000071

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PERNIKAHAN DINI DAN KEMISKINAN DENGAN VARIABEL PUTUS SEKOLAH, PERCERAIAN, DAN GENDER DI INDONESIA TAHUN 2014

(ANALISIS DATA IFLS-5)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Muhammad Azhar Tridharma Putra NIM : 11170840000071

Di Bawah Bimbingan

Najwa Khairina, S.E., M.A.

NIP. 19871113 201801 2 001

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari Rabu, tanggal 10 Maret 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Muhammad Azhar Tridharma Putra 2. NIM : 11170840000071

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pernikahan Dini dan Kemiskinan Dengan Variabel Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender di Indonesia Tahun 2014 (Analisis Data IFLS-5)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2021

1. Pheni Chalid, Ph.D (____________________) NIP. 19560505 200012 1 001 Penguji I

2. Arisman, M.Si (____________________)

NIP. 19730510 201411 1 003 Penguji II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 31 Agustus 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Muhammad Azhar Tridharma Putra 2. NIM : 11170840000071

3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pernikahan Dini dan Kemiskinan dengan Variabel Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender di Indonesia Tahun 2014

(Analisis Data IFLS-5)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syartat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Agustus 2021

1. Dr. Fitri Amalia, M.Si ( )

NIP. 19820710 200912 2 002 Ketua

2. Najwa Khairina, S.E., M.A . ( )

NIP. 19871113 201801 2 001 Pembimbing

3. Djaka Badranaya, M.E. ( )

NIP. 19770530 200701 1 008 Penguji Ahli

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Azhar Tridharma Putra NIM : 11170840000071

Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan,

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain,

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya,

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data,

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, tenyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 31 Agustus 2021 Yang Menyatakan

(Muhammad Azhar Tridharma Putra)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Muhammad Azhar Tridharma Putra 2. Tempat / Tanggal Lahir : Bandung / 1 Agustus 1999

3. Alamat : Jl. Jayapura F6/6, Bukit Cengkeh 1 RT 10 RW 15, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat 16451.

4. Telepon : 087887019466

5. E-mail : azhar14muhammad@gmail.com

II. Pendidikan Formal

1. SD Negeri Mekar Jaya 31 Depok 2005 – 2011

2. SMP Negeri 203 Jakarta 2011 – 2014

3. SMA Negeri 104 Jakarta 2014 – 2017

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 – 2021

III. Prestasi dan Pencapaian

1. Juara III Kelas X Ilmu Sosial SMAN 104 Jakarta, 2015

2. Juara I Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Ilmu Sosial SMAN 104 Jakarta, 2017

3. Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasai Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018

IV. Pengalaman Profesional

1. Magang sebagai admin keuangan, bagian analisis dan eksekusi investasi, PT Indo Inkubator Bisnis (Agustus 2020 – Januari 2021)

(7)

ABSTRACT

Poverty is one of the problems that’s always represents in Indonesia and in every country. The purpose of this study was to determine the effect of early marriage, drop out, divorce, and gender on Indonesian poverty in 2014. This research is a quantitative research using secondary data sources taken from one source, namely Indonesia Family Life Survey (IFLS), in 2014 with a sample of the family’s breadwinner who were married less than 18 years old as the dependent variable of early marriage (dummy) and monthly per capita income below the 2014 National poverty line as the independent variable of poverty (dummy).

This study also uses the variables of dropping out of school (dummy), divorce (dummy), and gender (dummy) as independent variables. From the logistic regression result in this research shows that simultaneously and partially the variable of early marriage, drop out, and gender has an significant effect on poverty. In this research too shows that divorce has not an significant effect on poverty.

Keyword : Early Marriage, Poverty, Dummy Variable, Divorce, Gender, School Dropout, Logistic Regresion.

(8)

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi Indonesia dan di setiap negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini, putus sekolah, perceraian, dan gender terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan sumber data sekunder yang diambil dari satu sumber yaitu Indonesia family Life Survey (IFLS), tahun 2014 dengan sampel tulang punggung keluarga yang menikah kurang dari usia 18 tahun sebagai variabel dependen pernikahan dini (dummy) dan pendapatan per kapita bulanan yg berada di bawah garis kemiskinan nasional tahun 2014 (dummy) sebagai variabel independen kemiskinan (dummy).

Penelitian ini juga menggunakan variabel putus sekolah (dummy), perceraian (dummy), dan gender (dummy) sebagai variabel independen. Dari hasil regresi logistik penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan dan parsial variabel pernikahan dini, putus sekolah, dan gender memiliki pengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Pada hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa perceraian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

Kata Kunci : Pernikahan Dini, Kemiskinan, Variabel Dummy, Perceraian, Gender, Putus Sekolah, Regresi Logistik.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pernikahan Dini dan Kemiskinan Dengan Variabel Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender di Indonesia Tahun 2014 (Analisis Data IFLS-5)” dalam memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dan gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Besar harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan manfaat dan informasi kepada penulis, khusunya dan bagi pihak lain pada umumnya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang penulis cintai dan hormati yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung selama pembuatan skripsi ini. Diantaranya : 1. Orang tua penulis, ayahanda Ir. Bugi Sutiarso dan ibunda Ariyani, yang telah

membesarkan penulis dengan penuh kasih dan pengajaran hidup, juga kepada ibunda penulis ALM. Siti Aminah, paman penulis Ir. Sulaeman yang telah membiayai perkuliahan penulis, kakak penulis Muhammad Rezky Pratama Putra dan Muhammad Rezka Aditya Putra, dan adik penulis Karen Victoria Ramadhani Putri.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. Semoga kemudahan selalu menyertai bapak dalam memajukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing skripsi penulis, Ibu Najwa Khairina, S.E.,M.A. Terima kasih atas waktu dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga ilmu dan waktu yang telah dikorbankan dapat menjadi manfaat yang sebesar- besarnya. Begitu juga dosen pembimbing akademik penulis, Bapak Pheni Chalid, Ph.D. Semoga bapak dan ibu selalu diberkahi kebahagiaan dan kesehatan oleh Allah SWT.

(10)

4. Ketua dan Sekretaris program studi Ekonomi Pembangunan, Bapak Dr.

Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si dan Ibu Dr. Fitri Amalia yang telah mengarahkan penulis dalam penyelesaian perkuliahan.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, keterampilan, dan kesempatan yang sangat berharga kepada penulis. Serta seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Sahabat-sahabat penulis, Aldy, Bima, Rafli, Dama, Adila, Indira, Nita, Nanda, Amel, Ara, Ane, Nessy, dan Vefy yang berjuang bersama dan menemani masa-masa perkuliahan hingga saat ini. Semoga kesuksesan selalu mempertemukan kita.

7. Teman-teman penulis, Adrian, Suryo, Bayu, Alex, Teddy, Balad, Ravel, Alam, Dika, dan Rania yang selalu menemani penulis dalam berbagai masa.

Semoga kebahagiaan, keceriaan, dan keberhasilan selalu menyertai kita bersama.

8. Teman penulis, Siti Padiah yang banyak memberikan waktu, cerita, dan pengalaman sehingga dapat menginspirasi penulis dalam mengangkat topik skripsi yang berhasil diselesaikan ini. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu diberkahi oleh Allah SWT.

9. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2017, khususnya teman- teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2017. Terima kasih atas kebersamaan dan kebaikannya.

Juga pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Jakarta, Juli 2021

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Pernikahan Dini ... 8

2. Putus Sekolah ... 9

3. Perceraian... 10

4. Gender ... 11

5. Kemiskinan ... 12

B. Penelitian Terdahulu ... 24

C. Kerangka Pemikiran ... 34

D. Hipotesis ... 34

BAB III ... 36

METODE PENELITIAN ... 36

(12)

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 36

B. Sumber dan Jenis Data ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 37

D. Metode Analisis Data ... 40

1. Statistik Deskriptif ... 42

2. Pengujian Model Penelitian ... 42

3. Pengujian Hipotesis ... 44

E. Operasional Variabel Penelitian ... 46

1. Variabel Dependen ... 46

2. Variabel Independen ... 46

BAB IV ... 48

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 48

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

2. Deskripsi Objek Penelitian ... 50

3. Perkembangan Pernikahan Dini ... 50

B. Temuan Hasil Penelitian ... 52

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 52

2. Pengujian Model Penelitian ... 54

3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59

C. Pembahasan ... 63

BAB V ... 65

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 74

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3. 1 Topik Kuisioner IFLS dalam Penelitian ... 38

Tabel 3. 2 Seksi Kuisioner dalam Penelitian ... 39

Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif ... 52

Tabel 4. 2 Tabel Regresi Probit dan Logit (log likelihood Probit dan Logit) ... 55

Tabel 4. 3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 55

Tabel 4. 4 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit ... 56

Tabel 4. 5 Model Analisis Regresi Logistik ... 57

Tabel 4. 6 Uji Parsial ... 59

Tabel 4. 7 Uji Simultan ... 61

Tabel 4. 8 Marginal effect ... 62

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty) ... 14

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran ... 34

Gambar 3. 1 Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 38

Gambar 4. 1 Peta Indonesia ... 49

Gambar 4. 2 Persentase Nasional Perempuan Usia 20-24 Tahun Dengan Perkawinan Pertama Usia < 18 Tahun, 2008-2014 ... 51

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan selalu menjadi masalah di setiap negara di dunia, tidak terkecuali.di Indonesia. Meskipun berbagai kajian dan penelitian telah dilakukan, namun definisi yang baku tentang.kemiskinan sulit ditemukan (Arsyad, 2010).

Hal ini disebabkan karena kompleksnya.topik kemiskinan. Hampir seluruh disiplin ilmu sosial memberi perhatian.pada topik kemiskinan. Akibatnya banyak ahli menulis tema kemiskinan dengan mengembangkan konsep sendiri sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Diantaranya.kemiskinan dibahas dalam perspektif ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, juga politik (Austin, 2006).

Berdasarkan Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) yang pertama adalah penanggulangan kemiskinan dan kelaparan masyarakat di dunia. Setiap.negara yang menandatangani deklarasi ini harus dapat mengurangi setengah.dari penduduknya yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan penduduk yang mengalami kelaparan. Deklarasi ini ditandatangani bulan September tahun 2000.

Penyebab kemiskinan bermuara.pada teori lingkaran kemiskinan (vicious circle of poverty) dari (Nurkse, 1953)..Teori lingkaran kemiskinan didefinisikan sebagai suatu rangkaian siklus yang memiliki kekuatan dalam mempengaruhi satu sama lain sehingga tercipta suatu keadaan dimana suatu masyarakat akan tetap miskin dan terus mengalami.banyak kesulitan dalam mencapai tingkat

(16)

2

kesejahteraan yang lebih tinggi. Teori ini menyebut bahwa negara-negara sedang berkembang itu miskin dan tetap miskin, karena produktivitasnya rendah.

Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya upah yang diterima masyarakat tersebut, sehingga masyarakat hanya dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minim. Sebab hal inilah mereka tidak dapat menabung ataupun berinvestasi, padahal kedua hal tersebut ialah sumber penguatan modal dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Indonesia Family Life Survey-5 (IFLS-5) pada penelitian ini dari 1.085 responden, 45% rumah tangga memiliki penghasilan yang rendah dimana penghasilan mereka berada dibawah garis kemiskinan Nasional tahun 2014 (Rp 312.328/bulan).

Beberapa hal yang dapat menekan produktivitas diantaranya ialah pernikahan yang dilangsungkan sejak dini, putusnya pendidikan, perceraian, dan gender. Menurut (UNICEF, 2001), Pernikahan dini adalah pernikahan pada usia anak-anak atau pada usia sebelum mencapai delapan belas tahun sering disebut sebagai salah satu patologi sosial yang menyebabkan kemiskinan atau memperparah kemiskinan. Pada beberapa kasus pernikahan yang dilakukan sejak dini disebabkan karena orang tua merasa bahwa anak mereka merupakan beban ekonomi yang harus segera dilepas (salah satunya dengan dinikahkan), sehingga anak mereka dapat bertanggung jawab akan hidup mereka sendiri. Padahal hal ini dapat menekan produktivitas, karena anak tersebut belum mampu dalam memenuhi beban yang dipikul. Dimana pihak laki-laki harus bertanggung jawab akan istri dan anaknya (jika sudah memiliki anak) dalam hal energi, waktu, dan penghasilan sejak dini. Di sisi lain, pihak perempuan pun juga bertambah beban yang dipikulnya, dimana mereka wajib patuh kepada suaminya, mengurus rumah

(17)

3

tangga, dan membesarkan anak mereka sejak dini. Kedua pihak dalam hal ini akan menjadi sulit meningkatkan potensi diri mereka dan sulit untuk berkembang.

Sehingga lingkaran kemiskinan ini terus berlangsung di suatu masyarakat.

Penelitian (Dahl, 2010) memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa pernikahan dini berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Penelitian ini menggunakan data panel dari empat puluh satu negara bagian di Amerika Serikat, dan menyimpulkan bahwa pernikahan dini meningkatkan kemungkinan menjadi miskin sebesar 31%. Hal ini disebabkan karena wanita yang menikah saat remaja memiliki kemungkinan dua pertiga lebih besar untuk bercerai dalam lima belas tahun, dibandingkan dengan wanita yang menunda pernikahan. Selain itu, wanita yang menikah pada usia remaja cenderung memiliki lebih banyak anak dan memiliki anak lebih dini. Pada penelitian tersebut juga pernikahan dini dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang jauh lebih rendah, dimana wanita yang menikah sebelum usia sembilan belas tahun 50% lebih mungkin untuk putus sekolah dan empat kali lebih kecil kemungkinannya untuk lulus dari perguruan tinggi. Dimana rendahnya pendidikan ini hanya menciptakan peluang pekerjaan berupah rendah.

Di Indonesia, penelitian mengenai dampak pernikahan dini telah banyak dilakukan, misalnya oleh (Djamilah, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan dini berdampak pada peningkatan beban ekonomi keluarga dan menimbulkan adanya siklus kemiskinan, dikarenakan anak remaja yang menikah seringkali belum mapan atau tidak memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang rendah. Sehingga hal ini dapat menyebabkan anak yang sudah menikah masih menjadi tanggungan keluarganya khususnya

(18)

4

keluarga dari sisi laki-laki. Akibatnya, orang tua memiliki beban ganda untuk menghidupi keluarga dan ditambah anggota keluarga baru mereka. Hal ini lah yang akan terjadi turun temurun, sehingga terbentuklah siklus kemiskinan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), praktek pernikahan dini masih umum terjadi di Indonesia. Dimana data ini menunjukan pada periode waktu 2001 sampai 2009 untuk daerah perkotaan Indonesia terdapat 29% wanita muda menikah di usia 15 – 19 tahun. Sedangkan di pedesaan terdapat 58% wanita muda yang menikah di usia 15 - 19 tahun. Fenomena pernikahan dini ini disebabkan karena tuntutan budaya yang masih berlaku di masyarakat, bahwa wanita yang telah berusia enam belas tahun dianggap sudah cukup dewasa untuk menikah. Apabila telah melewati usia tersebut, orang tua khawatir anaknya akan menjadi pembicaraan masyarakat sebagai gadis tua yang tidak memiliki pasangan dan menjadi beban ekonomi orang tuanya. Keberadaan tekanan sosial dan ekonomi tersebutlah yang memaksa mereka untuk segera menikah di usia remaja.

Selain itu, perilaku seksual remaja yang melakukan hubungan seksual diluar nikah juga menjadi penyebab pernikahan dini. Terungkapnya hubungan seksual diluar nikah pada remaja oleh warga ataupun kehamilan diluar nikah pada remaja juga sering berakhir kepada pernikahan dini pada pasangan remaja.

Menurut (Jordan, 2004), kehamilan pada masa remaja yang identik dengan pernikahan dini, perceraian, dan kriminalitas merupakan penyebab disfungsi sosial yang dialami oleh individu.yang menyebabkan dirinya secara ekonomi lemah dibanding masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini perceraian dapat menghilangkan fokus produktivitas karena harus berurusan dengan konflik rumah

(19)

5

tangganya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Murray, 2012), bahwa perceraian berdampak negatif pada produktivitas pekerja, yang mengakibatkan emosi menjadi tidak stabil. Hal tersebut membuat mereka melakukan banyak kesalahan dalam pekerjaan dan membuat mereka bekerja lebih lambat. Jika mereka merasa tertekan, maka kreativitas mereka juga akan menurun. Selain itu, jika pihak laki-laki sudah tidak bertanggung jawab atas nafkah pihak perempuan dan anak mereka (jika sudah memiliki anak) maka beban pihak perempuan kembali bertambah karena harus mengurus keluarganya sendiri dan menanggung kebutuhan sehari-harinya sendiri dan anaknya (menjadi single parent).

Pada sisi gender, perempuan yang telah menikah di usia dini cenderung lebih sulit untuk mengeksplorasi kehidupannya dan cenderung tidak memungkinkan mengemban pendidikan lebih lanjut (Damayanti, 2020). Hal ini dikarenakan perempuan tersebut harus memikul tanggung jawabnya atas pernikahan yang telah dijalani, dimana mereka wajib patuh kepada suaminya, menguruh rumah tangga mereka, dan membesarkan anak mereka sejak dini.

Tanggung jawab ini cukup menyita waktu, tenaga, dan pikiran mereka, sehingga dalam hal ini akan sangat sulit bagi perempuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Berbeda pada sisi laki-laki yang menikah sejak dini, dimana mereka berkewajiban untuk mencari nafkah, sehingga mereka tetap harus melakukan kegiatan-kegiatan produktif ataupun hal-hal yang dapat mengembangkan diri. Maka, dapat dikatakan perempuan yang menikah dini cenderung lebih rentan terhadap kemiskinan. Maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pernikahan Dini dan Kemiskinan Dengan

(20)

6

Variabel Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender di Indonesia Tahun 2014 (Analisis Data IFLS-5)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan permasalahan penelitian ini yakni :

1. Bagaimana pengaruh pernikahan dini terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014?

2. Bagaimana pengaruh putus sekolah terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014?

3. Bagaimana pengaruh perceraian terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014?

4. Bagaimana pengaruh gender terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014?

5. Bagaimana pengaruh pernikahan dini, putusnya sekolah, perceraian, dan gender secara simultan terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini yakni :

1. Mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

2. Mengetahui pengaruh putusnya sekolah terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

(21)

7

3. Mengetahui pengaruh perceraian terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

4. Mengetahui pengaruh gender terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

5. Mengetahui pengaruh pernikahan dini, putusnya sekolah, perceraian, dan gender secara simultan terhadap peluang kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan rujukan penelitian bagi pihak akademisi yang memiliki hubungan dengan topik penelitian ini.

2. Manfaat Praktis:

Penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan khususnya kebijakan yang tekait dengan pengentasan kemiskinan.

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pernikahan Dini

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menetapkan bahwa usia perkawinan untuk perempuan adalah enam belas tahun sedangkan laki- laki adalah 19 tahun. Sementara menurut UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, mendefinisikan anak sebagai seseorang yang berusia di bawah delapan belas tahun. Sehingga dalam hal ini, BPS mendefinsikan perkawinan anak (pernikahan dini) sebagai seseorang yang telah menikah dibawah usia delapan belas tahun. Pernikahan sebelum usia delapan belas tahun adalah kenyataan bagi banyak wanita muda. Pada beberapa kasus di beberapa negara, orang tua mendorong pernikahan anak perempuan.mereka ketika masih anak-anak dengan harapan bahwa pernikahan itu akan menguntungkan mereka secara finansial dan sosial, sekaligus meringankan beban finansial keluarga. Pada kenyataannya, pernikahan dini merupakan pelanggaran hak asasi manusia, membahayakan perkembangan anak, dan seringkali mengakibatkan kehamilan dini dan isolasi sosial, dengan sedikit pendidikan dan pelatihan yang buruk memperkuat sifat gender kemiskinan (UNICEF, 2005).

Tingginya insiden perkawinan anak di Indonesia pada akhirnya justru lebih banyak memunculkan implikasi.yang.negatif seperti kemiskinan..Bagi rumah tangga miskin, anak.perempuan dianggap sebagai beban ekonomi dan

(23)

9

perkawinan dianggap sebagai.solusi karena.lazimnya setelah menikah, kebutuhan pangan, sandang dan papan menjadi tangung jawab suami. Namun, kondisi ekonomi anak dalam keluarga barunya banyak yang tidak menjadi lebih baik daripada saat sebelum.menikah. Mereka tetap kesulitan memenuhi kebutuhan pangan, dan justru menambah beban bagi orang tuanya. Sumber penghasilan rendah, bertambahnya jumlah anggota keluarga pada.akhirnya memberi tekanan ekonomi yang.semakin besar pada rumah tangga. Kondisi itu justru menciptakan lingkaran kemiskinan karena pasangan laki-laki yang juga terlalu dini usianya.untuk.menikah. Belum ada kesiapan secara mental, ekonomi, bahkan sosial untuk.menikah. Korelasi terkuat pada generasi feminis dan ilmuan sosial yang terus mempertahankan.rendahnya umur dalam pernikahan ialah kemiskinan dan keterbelakangan (John, 2021). Karena pernikahan anak diam-diam menyebabkan masalah lain seperti berkurangnya nilai yang diberikan kepada pekerjaan pelaku pernikahan anak, seperti.kurang diberikannya kepercayan dan sulit untuk berkembang dalam hal karier.

2. Putus Sekolah

Putus sekolah yang mengacu pada (Dahl, 2010), dimana anak yang terpaksa untuk tidak menyelesaikan atau berhenti pendidikannya kurang dari dua belas tahun. Setiap orang tua menginginkan anaknya untuk menjadi pintar, berwawasan, berperilaku baik, dan memiliki hidup yang lebih baik dari mereka kelak. Setelah keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi anak- anak dimana teladan, sikap, dan ilmu dari guru sangat berperan penting pada pembentukan dan perkembangan pribadi anak.

(24)

10

Putus sekolah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti : kemiskinan, rendahnya pendapatan, penganggran, masalah dalam keluarga, pandangan keluarga akan penting atau tidaknya pendidikan, dan perspektif bahwa perempuan tidak perlu mencapai tingkat pendidikan yang tinggi. Sedangkan, pendidikan membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan setiap warga negara (Hazlitt, 1996). Hal ini memudahkan penerapan keterampilan setiap orang. Seperti ketika seseorang setidaknya bisa membaca dan paham rambu-rambu dasar, itu sangat memudahkan penerapan hukum. Seseorang anak yang terpelajar jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi beban orang dewasa di masa depan. Pendidikan secara universal juga meningkatkan kesetaraan kesempatan, dimana pendidikan.anak-anak miskin bisa disebut sebagai investasi nasional yang sebenarnya.

3. Perceraian

Pernikahan ialah sifat alami dari manusia sebagai makhluk hidup, karena dengan adanya pernikahan tumbuh rasa saling memiliki, kebersamaan, dan kasih sayang, sehingga menjadi sebuah keluarga yang harmonis dan utuh.

Dalam perjalanan pernikahan, terjadi dinamika pasang surut dalam mempertahankan keluarga tersebut. Salah satu jalan yang ada jika tidak dapat mempertahankan keluarga tersebut ialah perceraian. Perceraian sendiri menurut Pasal 38 UU Nomor 1 Tahun 1974 merupakan putusnya perkawinan.

Dimana terputusnya ikatan lahir dan batin antara suami dan istri yang mengakbitkan berakhirnya hubungan keluarga antara suami dan istri.

Meskipun perceraian diperbolehkan, namun perceraian ini dapat menyebabkan berbagai permasalahan. Selain menyebabkan dampak buruk pada anak, hal ini

(25)

11

juga dapat mengganggu keberlangsungan hidup suami dan istri yang mengalami perceraian. Pasangan bercerai lebih banyak yang mengalami kecemasan, depresi, perasaan marah, perasaan tidak kompeten, penolakan, dan kesepian (gahler)

Dimana perceraian juga disebut menjadi salah satu penyebab bertahannya lingkaran setan kemiskinan yang didukung oleh hasil penelitian (Murray, 2012), bahwa perceraian berdampak negatif pada produktivitas pekerja, yang mengakibatkan emosi menjadi tidak stabil. Hal tersebut membuat mereka melakukan banyak kesalahan dalam pekerjaan dan membuat mereka bekerja lebih lambat. Jika mereka merasa tertekan, maka kreativitas mereka juga akan menurun. Selain itu, jika pihak laki-laki sudah tidak bertanggung jawab atas nafkah pihak perempuan dan anak mereka (jika sudah memiliki anak) maka beban pihak perempuan kembali bertambah karena harus mengurus keluarganya sendiri dan menanggung kebutuhan sehari-harinya sendiri dan anaknya (menjadi single parent).

4. Gender

Gender merupakan sifat alami dari manusia yang melekat sejak lahir pada kaum laki-laki maupun perempuan. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (fakih) . Dari sinilah muncul hal-hal yang dimana dianggap pantas untuk laki-laki dan tidak pantas untuk perempuan. Seperti dalam hal kepemimpinan ataupun kesempatan pendidikan. Dalam hal pernikahan dini, berbagai literatur banyak menyebut perempuan sebagai pihak yang paling terdampak.

(26)

12

Seperti menurut (Damayanti, 2020), dimana perempuan yang.telah menikah di usia dini cenderung lebih sulit untuk mengeksplorasi kehidupannya dan cenderung tidak memungkinkan mengemban pendidikan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan perempuan tersebut harus memikul tanggung jawabnya atas pernikahan yang telah dijalani, dimana mereka wajib patuh kepada suaminya, menguruh rumah tangga mereka, dan membesarkan anak mereka sejak dini. Berbeda.pada pihak laki-laki yang menikah sejak dini, dimana mereka berkewajiban untuk mencari nafkah, sehingga mereka tetap dapat melakukan kegiatan-kegiatan produktif ataupun hal-hal yang dapat mengembangkan diri untuk menghidupi keluarganya.

5. Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Menurut (BPS, n.d.), kemiskinan merupakan ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dalam hal ini BPS mendefinisikan kebutuhan dasar minimal untuk makanan dan bukan makanan ialah sebagai Garis Kemiskinan (GK). Berdasarkan pengertian ini, maka kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan.pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk.mempertahankan dan

(27)

13

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan.pokok/dasar.

b. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty)

Teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) ini pertama kali dikemukakan oleh (Nurkse, 1953). Lingkaran Setan Kemiskinan ialah serangkaian kekuatan yang saling memengaruhi, sehingga menimbulkan suatu keadaan dimana suatu negara khususnya negara berkembang sulit untuk mencapai pembangunan yang lebih tinggi.

Sharp seperti dikutip (Kuncoro, 2006) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan.dari sisi ekonomi. Pertama secara makro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Pendiduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam.jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produksinya rendah, yang pada gilirannya upah menjadi rendah. Rendahnya kualitas

(28)

14

sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan..Ketiga kemiskinan muncul akibat perbedaan akses ke modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini berdasarkan pada teori Lingkaran Setan Kemiskinan (vicious circle of poverty) yang dikemukakan oleh (Nurkse, 1953), bahwa “a poor country is poor because it is poor”.(negara miskin itu miskin karena memang miskin). Skema lingkaran miskin ini dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2. 1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty)

Dari gambar tersebut, dapat dilihat beberapa kesamaan antara penyebab dan akibat dari lingkaran kemiskinan tersebut, yaitu akibat kekurangan modal sehingga menimbulkan hal yang membuat.produktivitas rendah. Dimana pada pertengahan dari dua hal tersebut (ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan, dan ketertinggalan) Kekurangan modal

Ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan,

ketertinggalan

Produktivitas rendah

Pendapatan rendah Investasi rendah

Tabungan rendah

(29)

15

juga dapat digantikan oleh pernikahan dini pada penelitian ini. Karena banyak fenomena pernikahan dini di Indonesia disebabkan karena orang tua yang menganggap anaknya sebagai beban ekonomi, sehingga orang tua harus melepaskan anaknya..Dalam hal ini orang tua melepas anaknya dengan dinikahkan dengan harapan, anak tersebut dapat hidup mandiri dan tidak menjadi beban bagi mereka. Padahal pernikahan tersebut banyak menimbulkan dampak negatif, diantaranya sulitnya melanjutkan pendidikan, lebih rentan akan perceraian, dan ketimpangan gender.

Karena pernikahan dini dapat diartikan sebagai periode aktivitas seksual yang lebih lama, wanita yang hampir tidak memiliki akses kepada kontrasepsi selalu cenderung memiliki jumlah anak yang lebih banyak, dimana memiliki konsekuensi mendalam pada bidang sosial dan ekonomi bagi.masyarakat secara keseluruhan (UNICEF, 2001). Pelaku pernikahan dini harus terfokus kepada pemenuhan kebutuhan keluarga barunya, sehingga akan sulit dalam melanjutkan pendidikan kepada tahap yang lebih tinggi. Ketidakmatangan kedua belah pihak yang melangsungkan pernikahan juga lebih cenderung berujung pada perceraian, dikarenakan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan mental yang mereka belum miliki.

Pada sisi perempuan yang.menikah diusia remaja juga cenderung lebih mengalami tekanan dan paksaan untuk selalu menuruti sang suaminya dalam memenuhi kewajiban rumah tangganya, sehingga akan jauh lebih sulit lagi untuk menjadi produktif dan melanjutkan pendidikannya. Hal ini semakin memperkuat Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty) dan perangkap kemiskinan.

(30)

16

Teori ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Djamilah, 2014) yang menunjukkan bahwa pernikahan dini berdampak pada peningkatan beban ekonomi keluarga dan menimbulkan adanya siklus kemiskinan, dikarenakan anak remaja yang menikah seringkali.belum mapan atau tidak memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang rendah. Sehingga hal ini dapat menyebabkan anak yang sudah menikah masih menjadi tanggungan keluarganya khususnya keluarga dari sisi laki-laki..Akibatnya, orang tua memiliki beban ganda untuk menghidupi keluarga dan ditambah anggota keluarga baru mereka. Hal ini lah yang akan terjadi turun temurun, sehingga terbentuklah siklus kemiskinan. Menurut data penelitian IFLS-5 yang digunakan pada penelitian ini, penduduk yang dikategorikan miskin dengan penghasilan Rp250.000 – Rp312.328 hanya sebesar 1%, sedangkan 99%

berpenghasilan kurang dari Rp250.000.

Menurut penelitan (Dahl, 2010), pernikahan dini dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang jauh lebih rendah, dimana wanita yang menikah sebelum usia sembilan belas tahun 50% lebih mungkin untuk putus sekolah dan empat kali lebih kecil kemungkinannya untuk lulus dari perguruan tinggi. Dimana rendahnya pendidikan ini hanya menciptakan peluang pekerjaan berupah rendah atau dapat dikatakan memiliki produktivitas yang lebih rendah. Menurut data IFLS-5 yang digunakan dalam penelitian ini, sebagian besar penduduk yang dikategorikan miskin 47% hanya mencapai pendidikan Sekolah Dasar (SD/sederajat), 19%

(31)

17

hanya mencapai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat), dan 17% hanya mencapai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat).

Selain itu pada penelitian yang sama juga menunjukan hasil, bahwa wanita yang menikah saat remaja memiliki kemungkinan dua pertiga lebih besar untuk bercerai dalam lima belas tahun, dibandingkan dengan wanita yang menunda pernikahan. Dimana perceraian tersebut juga menjadi salah satu penyebab bertahannya lingkaran setan kemiskinan yang didukung oleh hasil penelitian (Murray, 2012), bahwa perceraian berdampak negatif pada produktivitas pekerja, yang mengakibatkan emosi menjadi tidak stabil. Hal tersebut membuat mereka melakukan banyak kesalahan dalam pekerjaan dan membuat mereka bekerja lebih lambat.

Jika mereka merasa tertekan, maka kreativitas mereka juga akan menurun.

Selain itu, jika pihak laki-laki sudah tidak bertanggung jawab atas nafkah pihak perempuan dan anak mereka (jika sudah memiliki anak) maka beban pihak perempuan kembali bertambah karena harus mengurus keluarganya sendiri dan menanggung kebutuhan sehari-harinya sendiri dan anaknya (menjadi single parent).

Sejalan dengan penelitan (Dahl, 2010), penelitian (Bramlett &

Mosher, 2002) menunjukan seseorang yang menikah dibawah usia delapan belas tahun memiliki kemungkinan 48% bercerai dalam kurun waktu sepuluh tahun. Hal ini dikarenakan mereka yang menikah dini cenderung melakukannya untuk alasan yang salah. Seperti, mereka yang menderita masalah emosional cenderung menikah dini. Mereka menikah untuk menghindari keluarga yang tidak bahagia, atau mereka memandang

(32)

18

pernikahan dengan naif dan romantis dengan fokus pada kebersamaan secara fisik. Mereka memiliki kemungkinan yang lebih kecil memahami arti dari pernikahan dengan implikasinya pada persoalan sosial, emosional, dan komitmen materi secara jangka panjang daripada pasangan yang lebih dewasa. Mereka cenderung belum matang dan belum terbekali dengan baik dalam mencegah dan menyelesaikan masalah. Singkatnya, pasangan dengan ekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah, kehamilan pranikah yang lebih tinggi, dan ketidakdewasaan emosional berkontribusi pada risiko perceraian yang lebih tinggi bagi pasangan yang menikah dini.

Dimana pada akhirnya hal ini akan membatasi mereka pada jalur ekonomi yang semakin sulit.

Pendidikan membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan setiap warga negara (Hazlitt, 1996). Hal ini memudahkan penerapan keterampilan setiap orang. Seperti ketika seseorang setidaknya bisa membaca dan paham rambu-rambu dasar, itu sangat memudahkan penerapan hukum. Seseorang anak yang terpelajar jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi beban orang dewasa di masa depan.

Pendidikan secara universal juga meningkatkan kesetaraan kesempatan, dimana pendidikan.anak-anak miskin bisa disebut sebagai investasi nasional yang sebenarnya.

Dalam hal ini pasangan yang menikah dini masih dalam tahap pengembangan diri dan masih memiliki kemungkinan dalam perubahan- perubahan kepada arah yang tak terduga (Stewart & Brentano, 2006).

Mereka cenderung tidak berminat dalam menyelesaikan pendidikannya,

(33)

19

namun mereka lebih cenderung mengharapkan memiliki.bayi. Saat mereka memiliki tanggung jawab orang tua pada usia ini, kemungkinan mereka untuk melanjutkan pendidikan akan semakin kecil dan cenderung memiliki keinginan untuk memiliki lebih banyak anak. Akibatnya, hal ini membatasi peluang pekerjaan pasangan tersebut, yang mengarah kepada pendapatan yang rendah, status pekerjaan yang lebih rendah, dan kemungkinan menjadi miskin akan menjadi lebih tinggi.

Pada sisi gender, perempuan yang.telah menikah di usia dini cenderung lebih sulit untuk mengeksplorasi kehidupannya dan cenderung tidak memungkinkan mengemban pendidikan lebih lanjut (Damayanti, 2020). Hal ini dikarenakan perempuan tersebut harus memikul tanggung jawabnya atas pernikahan yang telah dijalani, dimana mereka wajib patuh kepada suaminya, menguruh rumah tangga mereka, dan membesarkan anak mereka sejak dini. Tanggung jawab ini cukup menyita waktu, tenaga, dan pikiran mereka, sehingga dalam hal ini akan sangat sulit bagi perempuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Berbeda.pada sisi laki-laki yang menikah sejak dini, dimana mereka berkewajiban untuk mencari nafkah, sehingga mereka tetap harus melakukan kegiatan-kegiatan produktif ataupun hal-hal yang dapat mengembangkan diri.

Pernikahan dini mencederai hak seorang gadis pada masa depannya dan melestarikan ‘feminisasi kemiskinan’ (Otoo-Oyortey &

Pobi, 2010). Hal ini dilakukan dengan penolakan kesempatan perkembangan di bidang-bidang seperti pendidikan, keterampilan

(34)

20

professional, dan pertumbuhan pribadi pada anak perempuan. Pengantin muda diberikan tekanan untuk menjadi seorang wanita dan seorang ibu di saat ia tidak siap untuk peran ini, kurangnya keterampilan dalam hal pengambilan keputusan dan negosiasi, dan kemampuan-kemampuan lain yang dapat membantu dalam pengembangan dirinya, pun menjamin perkembangan dan kesejahteraan keturunannya.

Pada negara-negara dengan jumlah.pernikahan dini yang tinggi, laki-laki cenderung lebih mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari pada perempuan (UNICEF, 2005). Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan kekuasaan dalam rumah tangga, dimana pihak laki-laki menjadi merasa lebih dominan dan berkuasa. Dimana hal ini akan semakin memperkecil kemungkinan untuk wanita dalam mengembangkan diri terkait pendidikan dan potensi yang dimilikinya. Maka, dapat dikatakan perempuan yang menikah dini cenderung lebih rentan terhadap kemiskinan.

Berbeda dari beberapa penelitian diatas, penelitian (Marshan et al., 2013) yang juga dilakukan di Indonesia dengan menggunakan regresi logistik menemukan bahwa ada hubungan negatif antara pernikahan dini dan pendapatan per kapita. Penelitian ini dibatasi kepada pernikahan dini anak perempuan atau menantu perempuan yang masih tinggal bersama orang tua mereka. Yang dimana penelitian ini tidak menyertakan peran dari suami. Selain itu, penelitian (Rahayu & Wahyuni, 2020) yang juga dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa hasil regresi logistik menunjukan pernikahan dini tidak mempengaruhi kemungkinan seorang

(35)

21

perempuan mengalami kemiskinan moneter. Penelitian ini hanya terfokus kepada responden perempuan. Pernikahan dini dalam hal ini hanya membawa dampak jangka pendek berupa rendahnya tingkat pendidikan, namun dalam jangka panjang hal ini diimbangi dengan umur kerja yang lebih lama. Pada akhirnya, tahun kerja yang lebih lama akan memberikan tingkat upah yang lebih tinggi.

c. Indikator Kemiskinan

Berdasarkan sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah bentuk ketidakmampuan dari pendapatan seseorang maupun sekelompok orang untuk mencukupi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar. Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk meningkatkan.taraf kesejahteraan seseorang baik secara finansial maupun jenis kekayaan lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Suryawati, 2004). Dari pengertian ini, dimensi ekonomi untuk kemiskinan memiliki dua aspek, yaitu aspek pendapatan dan aspek konsumsi atau pengeluaran. Aspek pendapatan yang dapat dijadikan sebagai indikator.kemiskinan adalah.pendapatan per kapita, sedangkan untuk aspek konsumsi yang dapat digunakan sebagai indikator kemiskinan adalah garis kemiskinan.

1) Pendapatan Per Kapita,.menyatakan besarnya rata-rata pendapatan masyarakat di suatu daerah selama kurun waktu satu tahun..Besarnya pendapatan per kapita (income per capita) dihitung dari besarnya output dibagi oleh jumlah penduduk di suatu daerah untuk kurun

(36)

22

waktu satu tahun (Todaro, 1997). Indikator pendapatan per kapita menerangkan terbentuknya pemerataan pendapatan yang.merupakan salah satu indikasi terbentuknya kondisi yang disebut.miskin.

Pendapatan per kapita dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Todaro, 1997) :

𝑌 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 = 𝑌𝑡 𝑃𝑜𝑝 𝑡 di mana:

Y Per Kapita = Pendapatan per kapita Yt = Pendapatan pada tahun t Pop t = Jumlah penduduk pada tahun t.

Variabel pendapatan dapat dinyatakan sebagai Produk Domestik Bruto (PDB), Pendapatan Nasional, atau Produk Domestik Regional Bruto, sedangkan jumlah penduduk menyatakan banyaknya penduduk pada periode t di suatu daerah.yang diukur pendapatan per kapitanya.

2) Garis Kemiskinan, merupakan salah satu indikator kemiskinan yang menyatakan rata-rata pengeluaran makanan dan non-makanan per kapita pada kelompok referensi (reference population) yang telah.ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marjinal, yaitu mereka yang hidupnya dikategorikan berada sedikit di atas garis kemiskinan.

Berdasarkan definisi dari BPS, garis kemiskinan dapat diartikan sebagai.batas konsumsi minimum dari kelompok masyarakat marjinal yang berada pada.referensi pendapatan sedikit lebih besar daripada pendapatan terendah. Pada prinsipnya, indikator garis kemiskinan

(37)

23

mengukur kemampuan pendapatan dalam memenuhi.kebutuhan pokok/dasar atau mengukur daya beli minimum masyarakat di suatu daerah. Konsumsi yang dimaksudkan dalam garis kemiskinan ini meliputi.konsumsi untuk sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan (Suryawati, 2004).

(38)

24 B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

NO. JUDUL PENELITI HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN

1. Early Teen Marriage and Future Poverty.

Dahl (2010)

Pernikahan dini meningkatkan kemungkinan pelaku pernikahan dini hidup dalam kemiskinan sebesar 31%

Meneliti hubungan antara pernikahan dini dengan kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

2. Divorce Trends in Asia

Dong, et al (2003)

kemampuan penyesuaian diri anak- anak korban cerai lebih rendah dibanding anak-anak dari keluarga utuh

Meneliti hubungan antara perceraian dengan kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

3 Research on Early Marriage or Child

Berhane- Selaisse, T.

(1993)

Orang tua yang mengatur pernikahan anak menyebutkan alasan ekonomi mengakibatkan kerusakan fisik dan

Meneliti dampak pernikahan dini dengan adanya

Objek penelitian, rentang tahun data yang di teliti, dan

(39)

25 Marriage in

Ethiopia

psikologis yang berkepanjangan pada anak dan ibu.

tanggung jawab perkawinan

metode penelitian berbeda

4. The Cycle of Poverty and Early Marriage Among Women in Ghana (a Case Study of Kassena- Nankana)

Doris (2015)

korban pernikahan dini rentan

terhadap ketidakstabilan perkawinan, masalah kesehatan yang buruk, kehidupan berkelanjutan yang buruk, dan kekerasan gender.

Meneliti dampak pernikahan dini terhadap individu

Objek penelitian, rentang tahun data yang di teliti, dan metode penelitian berbeda

5. The Impact of Divorce on Work Performance of Professional

Murray (2012)

Perceraian berdampak negatif pada produktivitas pekerja, yang

mengakibatkan emosi menjadi tidak stabil.

Meneliti dampak dari perceraian terhadap individu

Perbedaan metode penelitian, waktu, dan lokasi penelitian

(40)

26 Nurses in The

Tertiary

Hospitals of The Buffalo City Municipality 6. Finding Out of

the Determinants of Poverty Dynamics in Indonesia : Evidence from Panel Data

Dartanto &

Nurkholis (2011)

Peningkatan human capital yang ditunjukan dengan pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

Meneliti penyebab kemiskinan

Metode dan tahun penelitian berbeda

7. Early Marriage and Poverty:

Otoo- Oyortey &

Pernikahan dini melanggengkan feminisasi kemiskinan, mencegah

Meneliti hubungan pernikahan dini dan

Melakukan

pendekatan kualitatif

(41)

27 Exploring Links

and Key Policy Issues

Pobi (2010)

anak perempuan mencapai kesempurnaan

potensinya dalam hal

mengembangkan kemampuan sosial mereka.

kemiskinan

8. Pernikahan Dibawah Umur Dan

Problematikanya Studi Kasus Di Desa Kedung Leper Bangsri Jepara (Tahun 2015)

Najah (2015)

Belum siapnya untuk menikah memunculkan masalah setelah berlangsungnya pernikahan di bawah umur

Meneliti dampak pernikahan dini

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

(42)

28 9. Dominasi Tradisi

dalam

Pernikahan di Bawah Umur

Sulaiman (2012)

Perkawinan usia dini atau di bawah umur

membawa dampak negatif terhadap keluarga,

karena menjadi beban keluarga dan mudah terjadi perceraian

Meneliti hubungan antara pernikahan dini dengan kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

10. Analisis

Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah

Astuti (2015)

Variabel jumlah penduduk, pendidikan dan kesehatan

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin periode 2004 – 2012

Meneliti hubungan antara angka putus sekolah terhadap kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

(43)

29 Penduduk

Miskin Di Indonesia Tahun 2004 – 2012 11. Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Kemiskinan Di Jawa Tengah (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2003-

Prasetyo (2010)

Variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan

Meneliti hubungan antara angka putus sekolah terhadap kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

(44)

30 2007)

12. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan

Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali

Aristina (2014)

Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi

berpengaruh simultan dan signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali. Secara parsial variabel Tingkat Pendidikan dan Pertumbuhan

Ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali, sementara variabel Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali.

Meneliti hubungan antara angka putus sekolah terhadap kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

13. Dampak Djamilah pernikahan dini berdampak pada Meneliti hubungan Metode, Objek, dan

(45)

31 Perkawinan

Anak di Indonesia

(2014) bertambahnya beban ekonomi keluarga, meningkatkan kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, meningkatnya masalah kesehatan reproduksi juga angka kematian ibu dan anak, serta menyebabkan dampak psikologis pada pasangan dini

antara pernikahan dini dengan kemiskinan

rentang tahun penelitian berbeda

14. Laporan Akhir Pernikahan Anak di Indonesia Tahun 2011

PSKK UGM &

Plan Indonesia (2011)

pernikahan dini berdampak pada kesehatan reproduksi, kesehatan mental, dan KDRT

Meneliti dampak pernikahan dini

Perbedaan variabel dependen dan tahun penelitian

15. The Influence of Rahayu & Pernikahan dini tidak berdampak Meneliti hubungan Objek penelitian

(46)

32 Early Marriage

on Monetary Poverty in Indonesia

Wahyuni (2014)

kepada pendapatan perkapita bulanan perempuan

pernikahan dini dengan kemiskinan

(hanya meneliti perempuan)

16. Teenage pregnancy: the impact of maternal adolescent childbearing and older sister’s teenage

pregnancy on a younger sister

Jordan (2004)

kehamilan pada usia remaja tidak signifikan berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin

Meneliti hubungan antara pernikahan dini dengan kemiskinan

Objek penelitian dan rentang tahun data yang di teliti berbeda

(47)

33 17. Prevalence of

Child Marriage and Its

Determinants among Young Woman in Indonesia

Marshan, Rakhmadi,

& Rizky (2013)

Ada hubungan negatif antara pernikahan dini dengan pendapatan per kapita

Meneliti hubungan pernikahan dini dengan kemiskinan

Objek penelitian (hanya meneliti perempuan)

(48)

34 C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian yang.diuraikan (Muhamad, 2009). Dalam menggunakan kerangka pemikiran harus sesuai dengan variabel penelitian yang akan diteliti.

Dengan menggunakan kerangka pemikiran dapat membuat sebuah penelitian lebih terstruktur dan terarah..Dalam penelitian ini secara sistematik kerangka pemikirannya.adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

Dari kerangka berfikir diatas.dapat dilihat bahwa variabel dependen atau variabel terikat adalah Kemiskinan, lalu variabel independen atau variabel bebas adalah Pernikahan Dini, Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender.

D. Hipotesis

Kerangka penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel.independen yaitu Pernikahan Dini, Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender. Variabel dependen yaitu Kemiskinan. Secara singkat, penelitian ini membawa kita berhipotesis bahwa:

Variabel Independen 1. Pernikahan Dini 2. Putus Sekolah 3. Perceraian 4. Gender

Variabel Dependen Kemiskinan

(49)

35

1. H0 = Pernikahan Dini secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

H1 = Pernikahan Dini secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

2. H0 = Putus Sekolah secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

H1 = Putus Sekolah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

3. H0 = Perceraian secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

H1 = Perceraian secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

4. H0 = Gender secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

H1 = Gender secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

5. H0 = Pernikahan Dini, Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender secara simultan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

H1 = Pernikahan Dini, Putus Sekolah, Perceraian, dan Gender secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang Kemiskinan di Indonesia tahun 2014.

(50)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang.didapatkan dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI). IFLS menyediakan informasi secara ekstensif mengenai bidang sosio-ekonomi, kesehatan dan.sebagainya baik di level rumah tangga maupun individu. Selain itu, IFLS juga.menyediakan informasi mengenai fasilitas publik pada level komunitas. IFLS merupakan survei yang paling komprehensif yang pernah dilakukan di Indonesia (Strauss et al., 2016). Survei ini diadakan atas kerja sama antara organisasi.penelitian Amerika Serikat RAND, Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada dan Lembaga penelitian Survey METER. Survei ini diselenggarakan di 13 provinsi Indonesia berupa data longitudinal yang mencakup provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Lampung. Subjek penelitian ini difokuskan pada individu dalam rumah tangga yang berusia 15 tahun atau lebih yang merupakan individu dalam penelitian Indonesia Family Life Survey (IFLS).

Jumlah sampel 15.900 rumah tangga dan 50.000 individu yang diwawancarai pada IFLS-5 tahun 2014.

IFLS merupakan satu-satunya survei di Indonesia yang berisi data dari berbagai aspek untuk satu..individu yang sama dalam beberapa gelombang waktu,

(51)

37

sehingga memungkinkan pengguna data untuk menganalisis dinamika individu tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan data IFLS yang digunakan pada penelitian ini adalah IFLS-5 (2014-2015).

B. Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi lembaga survei yaitu Indonesia Family Life Survey-5 (IFLS-5) tahun 2014 dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data IFLS-5 melakukan survei dengan jumlah rumah tangga sampel..berjumlah 15.900 dengan jumlah individu sebesar 50.000. Survei IFLS dimulai pada tahun 1993 sebagai baseline, dilanjutkan tahun 1997, 2000, 2007 dan yang terbaru di tahun 2014 yang..mencakup dua puluh empat provinsi di Indonesia.

Kelebihan IFLS-5 dibanding survei sebelumnya yaitu IFLS-5 telah menggunakan sistem Computer-Assisted Personal Interview (CAPI) dan tidak lagi menggunakan..kuesioner kertas..Program CAPI telah dpersiapkan dan diuji coba selama kurang lebih delapan belas bulan. Selain itu, pengambilan data pada IFLS- 5 juga telah menggunakan alat perekam suara sehingga kualitas data dapat terkontrol dengan baik (Strauss et al., 2004).

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini ialah.dengan teknik dokumentasi atau penelitian yang menggunakan data yang bersumber dari Indonesia Life Family Life Survey-5 (ILFS-5) berupa data longitudinal tahun 2014.

(52)

38

Gambar 3. 1 Langkah-langkah Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Variabel yang Dibutuhkan

Dalam penelitian ini terdapat dalam IFLS-5 pada buku HH (household) tahun 2014. Pemilihan buku HH didasarkan karena komponen variabel yang sesuai topik-topik.terkait penelitian..terdapat dalam buku ini yang selajutnya digunakan untuk membentuk variabel dependen maupun variabel independen.

Topik kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Topik Kuisioner IFLS dalam Penelitian

Topik Kuisioner Buku IFLS

Pendapatan Anggota RT Buku K

Riwayat Perkawinan Buku K

Pendidikan Buku 3A

Gender Buku 3A

Sumber : Kuisioner IFLS-5

Berdasarkan tabel 3.1 tentang topik kuisioner IFLS, variabel dependen yang digunakan yaitu kemiskinan, yang menggunakan data pendapatan anggota RT bersumber dari buku K. Sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu pernikahan dini, cerai, gender, dan putus sekolah masing- masing menggunakan data riwayat perkawinan dari buku K, data jenis kelamin dari buku 3A, dan data pendidikan dari buku 3A.

Data IFLS-5 2014 (rand.org)

dan BPS

Pengumpula n variabel

yang diperlukan

Seleksi dan pembentukan

variabel

Data siap digunakan

(53)

39 2. Pembentukan Variabel

Selanjutnya dilakukan seleksi variabel dari seksi-seksi pada pertanyaan kuisioner untuk.membentuk variabel independen dan variabel dependen.

Adapun seksi kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Seksi Kuisioner dalam Penelitian

Variabel Seksi Kolom Pertanyaan

Kemiskinan Seksi TK TK25A1 & TK25B1

Pernikahan Dini Seksi COV & KW DOB_YR &

KW10YR

Putus Sekolah Seksi KW KW 20 & KW21

Cerai Seksi COV MARSTAT

Gender Seksi COV SEX

Sumber : Kuisioner IFLS-5

Tabel 3.2 menunjukan seksi kuisioner IFLS-5 yang terkait dengan variabel penelitian. Variabel dependen pada.penelitian ini berbentuk dummy yang dibentuk dari total pendapatan bulanan pada kolom pertanyaaan TK25A1 dan TK25B1, yang berada “di bawah” atau berada “di atas” garis kemiskinan nasional pada tahun 2014. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), garis kemiskinan nasional pada tahun 2014 ialah sebesar Rp312.328.

Variabel independen pada.penelitian ini juga berbentuk dummy yang dibentuk dari pengurangan kolom pertanyaan KW10YR (tahun menikah) dengan DOB_YR (tahun kelahiran), yang menikah “sebelum” atau “sesudah”

umur 18 tahun. Selain itu, variabel independen lainnya yaitu cerai dengan

(54)

40

dummy pada kolom pertanyaan MARSTAT, yaitu “cerai” atau “tidak”.

Variabel independen lainnya yang juga menggunakan dummy yaitu gender dan putus sekolah pada kolom pertanyaan KW20 dengan KW21 dan SEX.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi respon kualitatif, ialah regresi dengan dasar respon kualitatif yang cukup sering ditemui dalam model ekonomi, seperti dalam penelitian ini..yang menggunakan penilaian seseorang yang termasuk kedalam golongan warga miskin berdasarkan kuisioner. Variabel yang dipengaruhi ini terdiri dari dua macam model variabel dependen kualitatif (dikotomis/biner) yaitu Y sama dengan satu dan Y sama dengan nol. Y sama dengan satu adalah untuk model variabel dependen yang digolongkan sebagai warga.miskin, sedangkan Y sama dengan nol adalah untuk model variabel dependen yang tidak..digolongkan sebagai warga miskin. Menurut (Gujarati &

Porter, 2013), model yang paling banyak digunakan untuk regresi respon kualitatif ialah model logit dan probit. Kedua model tersebut menjamin nilai estimasi probabilitas yang berkisar dalam batas logis, yaitu antara nol dan satu.

Model logit dan probit menggunakan bentuk fungsi distribusi kumulatif.

Perbedaannnya ialah model logit menggunakan fungsi distribusi logistik, sedangkan probit menggunakan fungsi distribusi normal. Untuk memilih salah satu model terbaik penelitian ini membandingkan nilai dari log likelihood probit dan log likelihood logit. Nilai maksimum log likelihood menunjukan nilai dari tiap parameter yang memberikan kemungkinan terbesar, dan normal secara asimtot, alami, konsisten, dan efektif (Wooldridge, 2013). Dalam penelitian ini menggunakan model logit (Logit Regression) untuk memperbaiki kelamahan pada

Gambar

Gambar 2. 1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of  Poverty)
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Gambar 3. 1 Langkah-langkah Pengumpulan Data
Tabel 3. 2 Seksi Kuisioner dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dimensi kekuatan asosiasi merek yang paling unggul dan menonjol diantara dimensi lainnya karena responden sudah setuju bahwa Bukalapak.com memberikan jaminan

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.arya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... 1 BAB I PENDAHULUAN

[r]

Peneliti akan memfokuskan Asep Tantan Triatna, 2013 Peranan Ekstra Kulikuler Paskibra Dalm Meningkatkan Nasionalisme Siswa Studi Deskriptif Analisis Terhadap Ekstrakulikuler

Kartu Seminar PKL, PraSeminar (Biru) yang telah ditandatangani oleh Ketua Program Studi6. Tanda Terima Pengumpulan Laporan PKL dan

Mengulas bagaimana pemanfaatan driver dan mode grafis pada bahasa C di sebuah game, dan penerapannya ke dalam logika pemrograman. Game My Igo ini memiliki beberapa kelebihan

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintahan daerah dan

1) User, pengguna yang memberi masukan ke aplikasi pencarian berupa kalimat pencarian, kemudian diterima oleh Input Query Processor. 2) Input Query Processor,