• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KEAGAMAAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR PITA BUNGA DALAM MENYIKAPI PANDEMI COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU KEAGAMAAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR PITA BUNGA DALAM MENYIKAPI PANDEMI COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KEAGAMAAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR PITA BUNGA DALAM MENYIKAPI PANDEMI

COVID-19

SKRIPSI

Diajukan untuk dimunaqasahkan pada Program Studi Sosiologi Agama

Oleh:

REFNI RAHMAT JULIA NIM : 4617029

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

1442 H/ 2021 M

(2)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Refni Rahmat Julia

Nim : 4617029

Tempat/tgl : Gantiang/ 11 Januari 1996

Judul Skripsi : Perilaku Keagamaan Pedagang Kaki Lima Pasar Pita Bunga Dalam Menyikapi Pandemi Covid-19

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul di atas benar dan asli karya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka saya bersedia diproses sesuai yang hukum berlaku dan gelar saya dapat dicabut sampai batas waktu yang telah ditentukan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya

Bukittinggi, 3 November 2021 Saya yang menyatakan

Refni Rahmat Julia Nim. 4617029

(3)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama REFNI RAHMAT JULIA NIM : 4617029 dengan judul “ PERILAKU KEAGAMAAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR PITA BUNGA DALAM MENYIKAPI PANDEMI COVID-19” telah diperiksa dan akan diuji dalam sidang Munaqasyah

Bukittinggi, 3 November 2021 Pembimbing

Noor Fadli Marh, M.Hum NIP. 2010118101

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulliah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada setiap makhluk-Nya dan selalu memberikan petunjuk serta keridhoan-nya sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam tak bosan-bosan penulis hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan beliau juga meninggalkan pedoman untuk hidup kita yaitu Al-qur’an dan Hadist.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak. Terutama dukungan yang telah diberikan oleh keluarga kepada penulis baik itu secara moril maupun material, terkhusus kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Pariman Dt. Endah dan Ibunda Marniati serta kepada kakak yang saya sayangi Ferawati, Riki Rahmat, Rita Martinis, Rina Budiarti dan adik saya Yondra Rahmat Efendi dan Dafa Latul Muhakikin. Selanjutnya penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada pihak yang sudah ikut membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

(5)

iii

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah memfasilitasi semua perlengkapan perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

3. Ibu Vivi Yulia Nora, M.Si Selaku Ketua Program Studi Sosiologi Agama (SA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

4. Ibu Dr. Silfia Hanani, M.Si, selaku Dosen Penasehat Akademik, terima kasih penulis ucapkan atas semua nasehat, ilmu dan bimbingan selama penulis menyelesaikan semua tugas-tugas perkuliahan dan menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini.

5. Bapak Noor Fadli Marh, M.A, selaku Pembimbing, terima kasih penulis ucapkan atas semua bimbingan, masukan dan nasehat selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Sahabat Kharisma Pratiwi, Nur Azizah, Defika Putri, Puja Kusuma Dinata dan Rahmi Putri Ayunda yang sudah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan dan dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini.

7. Dan kepada semua pihak yang dianggap mempunyai andil dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan ribuan terima kasih.

Bukittinggi, 3 November 2021

Refni Rahmat Julia 4617029

(6)

iv ABSTRAK

Skripsi atas nama Refni Rahmat Julia NIM. 4617029 Program Studi Sosiologi Agama berjudul “ PERILAKU KEAGAMAAN PEDAGANG KAKI LIMA PASAR PITA BUNGA DALAM MENYIKAPI PANDEMI COVID-19”.

Sebagai makhluk sosial manusia harus bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan harus bisa melakukan interaksi satu sama lain. Dalam menjalankan kehidupan manusia sangat membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial manusia diberikan akal dan pikiran untuk melakukan suatu tindakan agar mereka bisa membedakan yang baik dan salah. Dalam menjalankan kehidupan manusia harus bisa berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari manusia akan berhubungan dengan agama karena agama bisa membentuk karakter manusia dan agama dijadikan sebagai petunjuk dalam kehidupan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku keagamaan para pedagang kaki lima di Pasar Pita Bunga dalam menyikapi pandemi Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif yang menekankan pada aspek kedalam informasi yang didapatkan melalui wawancara dan juga melakukan observasi di lapangan penelitian yaitu di Pasar Pita Bunga. Dalam pengumpulan data penelitian peneliti terlibat langsung dalam kegiatan di pasar dan informasi juga didapat dari informan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa para pedagang kaki lima ini berjualan di pinggir jalan dan di pinggir Pasar Pita Bunga. Perilaku keagamaan para pedagang kaki lima selama pandemi juga mengalami perubahan. Perilaku keagamaan pedagang kaki lima dalam menyikapi pandemi Covid-19 yaitu berdasarkan spiritualitasnya ada tiga yaitu adanya sifat lebih mendekatkan diri kepada Allah, adanya sifat acuh tak acuh dan ada juga dari pedagang yang menyerahkan semua takdir mereka kepada Allah SWT. kemudian ada juga dari segi sosial keagamaan yaitu: hubungan pedagang dengan Allah, hubungan pedagang dengan pedagang dan hubungan pedagang dengan pembeli. Pada saat pandemi Covid-19 muncul perilaku keagamaan pedagang kaki lima juga ikut berubah. Pedagang kaki lima ada lebih memilih melakukan sholat tepat waktu yang dilakukan di mushola pasar dan ada juga yang memilih melaksanakan sholat Zuhur di rumah masing-masing dan pedagang kaki lima juga mengalami penurunan dalam bersedekah. Pada saat berjualan pedagang kaki lima tidak pernah terlibat konflik antara sesama pedagang.

Kata Kunci: perilaku, keagamaan, pedagang kaki lima, pandemi Covid-19

(7)

v DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Penjelasan Judul ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Keagamaan ... 16

B. Teori Tindakan Sosial ... 24

C. Penelitian Relevan ... 27

D. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Informan Penelitian ... 32

(8)

vi

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33 E. Teknik Analisis Data ... 36 F. Teknik Keabsahan Data ... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum... 39 B. Temuan Khusus ... 46 C. Pembahasan ... 77 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

vii

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dunia sedang menghadapi bencana yang disebabkan pandemi Covid-19 dimana penyakit ini sudah menjangkiti lebih dari enam juta kasus dan merenggut lebih dari 370 ribu nyawa di seluruh dunia. Pandemi yang mulai masuk ke Indonesia sejak awal Maret 2020 ini telah melahirkan berbagai upaya pencegahan maupun penanggulangan, mulai dari level pemerintah pusat hingga level masyarakat.1

Indonesia merupakan salah satu Negara yang rawan dengan bencana alam, baik bencana alam yang disebabkan oleh hidrometeorologi maupun bencana non hidrometeorologi.2 Indonesia adalah Negara berkembang yang juga merupakan Negara terpadat keempat di dunia yang memiliki resiko cukup tinggi dan diperkirakan akan melewati masa yang cukup sulit serta waktu yang lama untuk menghadapi ancaman Covid-19 dibandingkan Negara lain.3

Wabah penyakit yang menerpa Indonesia menjadi bentuk ancaman nyata bagi keselamatan bangsa. Wabah ini termasuk dalam potensi bencana karena di dalam UU No. 24 Tahun 2007 di jelaskan tentang penanggulangan bencana.

1 Marya Yenita Sitohang, “Inisiatif Masyarakat Indonesia Di Masa Awal Pandemi Covid-19 Sebuah Upaya Pembangunan Kesehatan”, Kependudukan Indonesia, 2020, hal. 33

2 Silfia Hanani, “Perlindungan Perempuan Lanjut Usia Korban Bencana Gempa Bumi Melalui Tradisi Sumbayang 40 Di Sumatera Barat”, Ilmiah Kajian Gender, Vol.VI, No. 1, 2016, hal.13

3 Aprillia Findayani, “Sosial Media Sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana Covid-19 (Studi Kasus Kota Semarang)”, Geografi, Vol. 17, No. 2, 2020, hal. 64

(11)

penyebaran virus Covid-19 ini merupakan ancaman bagi kepentingan maupun kondisi ketertiban nasional.4

Virus Covid-19 berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. Infeksi virus Covid-19 disebabkan oleh CoronaVirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan, pada sebagian besar kasus virus Covid-19 hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti Pneumonia, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).5

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga

3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.6

4 M. Adnan Madjid, Dkk “Pemerintah Indonesia Menghadapi Bencana Nasional Covid-19 Yang Mengancam Ketahanan Nasional”, Ketahanan Sosial, Vol. 26. No. 2, 2020, hal.133

5 Karyono, Dkk, “Penanganan Dan Pencegahan Pandemi Wabah Virus Corona (Covid-19) Kabupaten Indramayu”, Kolaborasi Resolusi Konflik, Vol. 2, No. 2, 2020, hal. 164

6 Adityo Susilo. Dkk, “Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literature Terkini”, Penyakit Dalam Indonesia, Vol. 7, No. 1, 2020, hal. 45

(12)

Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease Covid-19 yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini

dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif Covid-19 dan 136 kasus kematian.7

Latar belakang virus Covid-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019, Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misalnya ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus. Kasus infeksi misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut, Virus Covid- 19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Virus Covid-19 sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru. Pengurangan resiko bencana di Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak yang terkait. Upaya dilakukan dengan

7 Adityo Susilo. Dkk,…., hal. 45

(13)

mengedepankan tindakan-tindakan dan komitmen yang kuat untuk pengurangan resiko bencana yang terjadi.8

Dunia kerja dan dunia kesehatan, bagi pedagang cenderung dijadikan tiang harapan yang lebih menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan sandang, papan, pangan, nyaman, aman (kebutuhan fisik), cinta kasih sayang, dan aktualisasi diri (kebutuhan psikologis). Walaupun banyak bermunculan toko dan swalayan namun keberadaan pasar tradisional tetap diminati oleh pembeli lokal maupun dari berbagai daerah. Hal ini yang membuat para pedagang pasar tradisional tetap bekerja. Peranan pedagang di pasar tradisional cukup tinggi antara lain memiliki peran penting dalam upaya peningkatan pendapatan keluarga, selain itu juga tentunya menjaga kesehatan keluarga dan dirinya, namun pada kenyataanya kurang mendapatkan perhatian baik dari bidang kesehatan, maupun pemerintah.9

Lahirnya Covid-19 telah merubah perekonomian dunia termasuk Indonesia dibuktikan adanya pengalihan-pengalihan anggaran dalam rangka penanganan Covid-19. Covid-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa di seluruh dunia termasuk desa-desa yang ada di Indonesia. Sejak munculnya Covid-19 ini, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan status darurat bencana terhitung sejak tanggal 29 Februari sampai 29 Mei 2020 terkait pandemi Covid-

8 Arandita Arimastuti, “Tahapan Proses Komunikasi Fasilitator Dalam Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana”, Penanggulangan Bencana, Vol. 2, No. 2, 2011, hal. 15

9 Lastri, Dkk, “Pemberdayaan Pedagang Pasar Tradisional Blimbing Berbasis Partisipatif dalam Perlindungan Sosial”, Jurnal Care, Vol. 4, No. 3, 2016, hal. 98

(14)

19. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah Negara untuk menyelesaikan kasus Covid-19 ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan social distancing. Social distancing dilakukan untuk memutus mata rantai Covid-19

dengan menjaga jarak minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, serta menghindari kerumunan. Dengan munculnya Covid-19 ini membuat kehidupan para pedagang juga ikut berubah. Selain itu, Covid-19 juga mempengaruhi keadaan pasar dimana terjadinya pengurangan pengunjung semenjak munculnya Covid-19 ini.10

Pada masa pandemi Covid-19 keadaan pasar juga berubah dimana pada masa pandemi para pedagang diarahkan untuk menjaga jarak, memakai masker dan juga mencuci tangan dalam setiap melakukan setiap tindakan atau saat berinteraksi antara pembeli dan pedagang tersebut. Setiap wilayah yang ada di Negara Indonesia termasuk Provinsi Sumatera Barat, masyarakatnya juga sangat merasakan dampak dari pandemi Covid-19 ini. Dengan munculnya pandemi Covid-19 ini membuat perilaku masyarakat berubah baik dalam menyikapi dan mencegah pandemi Covid-19 dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pola kehidupan masyarakat di masa pandemi Covid-19 sangat berubah karena adanya aturan protokol kesehatan yang dikelurkan oleh pemerintah Negara Indonesia tentang protokol kesehatan..11

10 Dana Riska Buana, “Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) Dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa”, Salam, Vol. 7, No. 3, 2020, hal. 218

11 Sarip, Dkk, “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Masyarakat Dan Pembangunan Desa”, Al-Mustafa, Vol. 5, No. 1, 2020. hal. 11

(15)

Dengan adanya aturan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat diharuskan dan dibatasi untuk mengurangi interaksi secara langsung, melakukan perkumpulan, sekolah dan kegiatan lainya, sehingga dengan adanya ketetapan ini membuat masyarakat kehilangan pekerjaan.

Pemerintah juga mengelurkan protokol kesehatan yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Dengan munculnya Covid-19 ini menimbulkan berbagai perilaku masyarakat termasuk para pedagang kaki lima dalam menyikapi pandemi Covid-19.12

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang protokol kesehatan ini, tetapi tidak semua masyarakat yang bisa menjalani dan mentaati aturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ada perilaku masyarakat yang tidak mau memakai masker saat bepergian, berjualan dan berkumpul, ada yang tidak mencuci tangan dan ada juga masyarakat yang melakukan perkumpulan. Pada masa pandemi Covid-19 ini para pedagang juga memiliki perilaku keagamaan yang berbeda-beda antara para pedagang tersebut dalam menyikapi pandemi Covid-19. Covid-19 juga berpengaruh terhadap perilaku keagamaan pedagang kaki lima yang ada di pasa Pita Bunga ini.13

Perdagangan merupakan hal terpenting dalam kehidupan ekonomi dan sosial bagi seluruh umat manusia. Agama Islam tidak melarang umatnya melakukan aktivitas perdagangan, karena mulanya Nabi Muhammad SAW

12 Sarip, Dkk,…., hal. 11 13 Sarip, Dkk,…., hal. 11

(16)

merupakan seorang pedagang dalam jangka waktu yang cukup lama. Islam bertujuan untuk memelihara unsur keadilan bagi semua agar kegiatan perdagangan berjalan dengan adil.14

Syariat Islam mendorong manusia untuk berniaga sebagai jalan untuk mencari rezeki, karena Islam mengakui produktivitas perdagangan atau jual beli.

Di dalam jual beli terdapat manfaat yang amat besar dari produsen yang menjualnya dan bagi konsumen yang membelinya, atau bagi semua orang yang terlibat dalam aktivitas jual beli. Jual beli yang baik adalah jual beli yang didalamnya terdapat kejujuran, benar dan tidak mendurhakai Allah. Untuk mencapai jual beli yang seperti itu, terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi berupa syarat-syarat dan rukun jual beli itu sendiri. Dalam hukum muamalat, Islam mempunyai prinsip-prinsip yang dirumuskan bahwa pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah.15

Perilaku keagamaan adalah suatu pola keyakinan yang ditunjukkan seseorang pada kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang baik jasmani, rohani, emosional dan sosial. Dalam malakukan perilaku keagamaan dalam kehidupan seseorang harus melaksanakan semua perintah dan larangan dari Allah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari seseorang dituntut untuk

14 Khairil Umuri, “Analisis Perilaku Pedagang Kaki Lima Menurut Tinjauan Etika Bisnis Islam”, Iqtisaduna, Vol. 6, No. 2, 2020, hal. 188

15 Darmawati, “Perilaku Jual Beli Di Kalangan Pedagang Kaki Lima Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”, Fenomena, Vol. IV, No. 2, 2012, hal. 217-128

(17)

menunjukkan kemampuan mereka dalam melaksanakan perilaku keagamaan mereka.16

Perilaku keagamaan adalah perilaku yang didasarkan atas kesadaran tentang adanya aktivitas keagamaan Dalam menjalankan aktivitas keagamaan harus berdasarkan suatu kesadaran tanpa adanya paksaan dari seseorang. Dalam menjalankan aktivitas keagamaan seseorang harus mempunyai kesadaran mereka harus mengerjakan semua perintah agama dan juga menjauhi semua larangan Allah. Begitu juga pada masa pandemi ini seseorang dituntut untuk mempunyai kesadaran dalam menjalankan setiap aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah agar para pedagang kaki lima dan pengunjung pasar bisa memutus penyebaran Covid-19 di tengah-tengah masyarakat. Setiap perilaku keagamaan yang dimunculkan oleh para pedagang juga berbeda-beda.17

Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan, dalam menyikapi pandemi Covid-19 ini tidak semua perilaku pedagang kaki lima itu sama. Ada perilaku yang dimunculkan oleh pedagang kaki lima dalam menyikapi Covid-19 dengan perilaku acuh tak acuh dan ada juga yang terlalu takut dengan virus Covid-19 ini, serta menyerahkan semua musibah yang terjadi pada Allah. Namun tidak semua dari masyarakat yang tidak mematuhi peraturan yang sudah ada. Ada juga dari sebagian dari masyarakat yang mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu dengan tetap memakai masker, mencuci tangan dan menjaga

16 Siti Naila Fauzia, “ Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Usia Dini,Vol, 9, No, 2, 2015, hal. 304

17 Siti Naila Fauzia,….., hlm. 304

(18)

jarak saat berjualan. Para pedagang yang merasa takut akan virus ini selalu memakai masker, mencuci tangan saat bertransaksi, dan menjaga jarak. Hal ini dilakukan agar mereka bisa terhindar dari penularan virus Covid-19 ini. Tidak semua para pedagang yang bisa memahami kehadiran virus Covid-19 ini. Para pedagang memunculkan sikap yang berbeda-beda dalam menyikapi pandemi Covid-19 ini.18

Pada masa Covid-19 ini, perilaku pedagang kaki lima di Pasar Pita Bunga yang bersifat acuh tak acuh serta menyerahkan semua dampak dari pandemi ini pada Allah termasuk kedalam perilaku keagamaan. Karena perilaku pedagang ini sebagai suatu proses yang dapat mempengaruhi proses sosial yang kemudian mempengaruhi kesadaran kelompok sosial dalam bentuk status keagamaan serta perilaku keagamaaan mereka.19

Dari hasil wawancara yang dilakukan, bahwa para pedagang kaki lima ada yang bersifat acuh tak acuh terhadap aturan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan ada juga di antara pedagang tersebut yang selalu mematuhi aturan protokol kesehatan ini. Ada juga perilaku pedagang kaki lima yang menyerahkan semuanya pada Allah atas penyakit Covid-19 ini karena mereka beranggapan bahwa penyakit ini merupakan takdir dari Allah sebagai bentuk teguran Allah kepada manusia atas perbuatan yang dilakukan di dunia.

Para pedagang kaki lima ini tetap berjualan seperti biasanya demi memenuhi

18 Pengamatan Awal Di Pasar Pita Bunga, 10 Januari 2021 19 Pengamatan Awal Di Pasar Pita Bunga, 10 Januari 2021

(19)

kebutuhan hidup mereka. Pada masa pandemi Covid-19 ini para pedagang kaki lima juga sempat menaikan harga jual. Pada masa pandemi Covid-19 ini semua aktivitas masyarakat sangat dibatasi.20

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa pada masa pandemi Covid-19, para pedagang juga sempat menaikan harga jual. Para pedagang menaikan harga jual karena pada masa Covid-19 ini harga jual di setiap daerah juga mengalami kenaikan harga. Selain menaikkan harga jual para pedagang kaki lima sering mengabaikan himbauan pemerintah yaitu tentang memakai masker. Dengan tidak memakai masker juga termasuk kedalam salah perilaku pedagang kaki lima dalam menyikapi Covid-19. Para pedagang kaki lima juga beranggapan ketika mereka memakai masker saat berjualan dapat mengganggu interaksi antara penjual dan pembeli.21

Dalam perspektif sosiologi, agama dipandang sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial yang terdapat dalam masyarakat. Setiap peran yang dilakukan oleh individu selalu berkaitan dengan sistem keyakinan ajaran agama yang dianutnya, perbuatan, dan sikap yang dilakukan individu didasarkan pada nilai-nilai agama. Keberagamaan individu memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku masyarakat yang bersumber pada emosi keagamaan.

Setiap masyarakat mempunyai pola dan tingkah laku keagamaan yang berbeda.22

20 Wawancara Di Pasar Pita Bunga, 17 Januari 2021 21 Wawancara, Pasar Pita Bunga, 10 Januari 2021

22 Syaiful Hamali, “Agama Dalam Perspektif Sosiologi”, Al-Adyan, Vol. 12. No. 2, 2017, hal.

229-230

(20)

B. Batasan Masalah

Pembahasan proposal ini lebih terarah atau fokus pada permasalahannya, maka yang menjadi kunci dari batasan masalah dalam proposal ini adalah:

Perilaku Keagamaan Pedagang Kaki Lima Pasar Pita Bunga Dalam Menyikapi Pandemi Covid-19 di Pasar Pita Bunga. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada Perilaku Keagamaan Pedagang kaki lima yang ada di Pasar Pita Bunga Nagari Pitalah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, setelah melakukan kajian yang komprehensif, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

Bagaimana Perilaku Keagamaan Pedagang Kaki Lima Pasar Pita Bunga Dalam Menyikapi Pandemi Covid-19?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian ilmiah harus memiliki tujuan yang jelas agar menjadi pedoman dalam melakukan penelitian serta menunjukan kualitas dari penelitian yang dilakukan tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan Perilaku Keagamaan Pedagang kaki lima dalam Menyikapi Pandemi Covid-19 di Pasar Pita Bunga Nagari Pitalah Kecamatan Batipuh.

(21)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dari hasil pengamatan yang dilakukan ini, diharapkan bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan sosial yang luas.

2. Manfaat secara praktisi a. Bagi Pihak Lain

Dengan adanya penelitian ini, maka akan menambah wawasan pembelajaran dan pengetahuan bagi masyarakat terutama para pedagang kaki lima pasar Pita Bunga serta mampu meningkatkan kesadaran dalam menyikapi pandemi Covid-19.

b. Bagi Pengambil Kebijakan

Sebagai bahan masukan bagi para pedagang kaki lima Pita Bunga dan masyarakat agar memiliki kesadaran yang tinggi dalam menyikapi pandemi Covid-19.

c. Bagi Peneliti Mendatang

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi generasi selanjutnya baik sebagai petunjuk, arahan, maupun sebagai acuan dan pertimbangan bagi peneliti yang akan datang dalam membuat penelitian yang lebih sempurna lagi.

F. Penjelasan Judul

Penulisan proposal ini, penulis menggunakan judul “Perilaku Keagamaan Pedagang Kaki Lima Pasar Pita Bunga dalam Menyikapi Pandemi Covid-19”.

(22)

Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap judul ini, penulis memberikan arti sebagai berikut:

Perilaku keagamaan Perilaku keagamaan adalah aktivitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh seseorang yang terlahir sebagai dorongan dari agama yang dianutnya.

Perilaku keagamaan memiliki ruang lingkup yang sangat luas, baik yang terkait dengan ibadah mahdhah (yang bersifat ritual) maupun ibadah umum.

Perilaku keagamaan idealnya akan dilaksanakan oleh seorang muslim sesuai ajaran agamanya.23

Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima adalah para pedagang yang menjalankan aktivitasnya dengan memanfaatkan akses publik untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Secara sosiologis, pedagang kaki lima merupakan entitas sosial yang didalamnya terdapat pengelompokan

23 Nurzannah, “Analisis Perilaku Keagamaan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fisipol Semester V Ta. 2016-2017)”, Hijri¸Vol. 6, No. 1, 2017, hal. 150

(23)

menurut karakteristik tertentu, seperti:

suku, etnik, bahasa, adat istiadat, asal daerah, jenis kegiatan, dan juga agama.24 Pandemi Covid-19 Covid-19 adalah penyakit jenis baru yang

belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus ini dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin. Wabah ini ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus ini membuat semua kegiatan masyarakat terhambat karena adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu protokol kesehatan.25 Jadi maksud judul keseluruhan adalah tentang perilaku keagamaan pedagang kaki lima pasar Pita Bunga dalam menyikapi pandemi Covid-19.

Tindakan pedagang dalam menyikapi pandemi sangat diperlukan supaya pandemi Covid-19 bisa diatasi.

24 Dorris Yadewani, Dkk, Memilih Menjadi Pedagang Kaki Lima Sebuah Kajian Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Informasi Terganggunya Akses Public. (Sumbar:Pustaka Galeri Mandiri, 2020), hal. 12

25 Ririn Noviyanti Putri, “Indonesia Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Vol. 20, No. 2, 2020, hal 705-706

(24)

G. Sistematika Penulisan

Gambaran keseluruhan pembahasan proposal ini secara umum dapat penulis sajikan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I : pendahuluan terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) fokus masalah, (c) rumusan masalah, (d) tujuan penelitian, (e) manfaat penelitian, (f) penjelasan judul, (g) sistematika penulisan.

Bab II : landasan teori terdiri dari: (a) perilaku keagamaan, (b) pedagang kaki lima, (c) pandemi Covid-19, (d) teori tindakan sosial, (e) penelitian sebelumnya, (f) kerangka berfikir.

Bab III : metode penelitian terdiri dari : (a) jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) instrumen penelitian, (d) teknik pengumpulan data, (e) teknik analisis data.

Bab IV : hasil penelitian terdiri dari : (a) temuan umum, (b) temuan khusus, (c) pembahasan.

Bab V : Penutup terdiri dari : (a) kesimpulan), (b) saran.

(25)

16 BAB II

LANDASAN TEORI A. Perilaku Keagamaan

Kata perilaku kaeagamaan terdiri dari dua kata yaitu perilaku dan keagamaan. Perilaku adalah sifat seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dimana sifat tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti suatu sistem, prinsip, kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan. Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama.26

Perilaku marupakan suatu sifat yang ada dalam diri seseorang yang muncul akibat adanya suatu kebiasaan dan pengaruh dari suatu lingkungan dan pergaulan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat muncul karena adanya suatu reaksi atau rangsangan dari lingkungan. Sedangkan keagamaan yaitu sifat atau tindakan seseorang yang berkaitan dengan nilai-nilai agama.

Keagamaan sangat erat kaitannya dengan keimanan, keyakinan dan ketaqwaan seseorang.27

Mursal dan H.M. Taher mengatakan bahwa perilaku keagamaan adalah sebuah tingkah laku yang didasarkan atas kesadaran tentang adanya Tuhan YME, seperti adanya suatu aktivitas keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, membaca

26 Siti Makhmud, Medsos Dan Dampaknya Pada Perilaku Keagamaan Remaja, (Indonesia:

Guapedia, 2019), hal. 53

27 Siti Makhmud,…., hal. 53

(26)

Al-qur’an dan kegiatan lainnya. Mereka juga mengatakan bahwa perilaku keagamaan tidak hanya berkaitan dengan perilaku ritual saja tetapi juga berkaitan dengan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tidak tampak terjadi dalam seseorang.28

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Mursal dan Taher bisa disimpulkan bahwa perilaku keagamaan adalah tingkah laku atau tindakan yang dilakukan dengan suatu kesadaran maupun tanpa sadar karena perilaku keagamaan sangat berkaitan dengan ajaran agama seperti adanya perintah untuk melaksanakan sholat, puasa, zakat, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.

Selain itu perilaku keagamaan juga berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta. Perilaku keagamaan muncul karena adanya suatu interaksi antar sesama makhluk dan juga lingkungan.29

Perilaku keagamaan adalah segala tindakan perbuatan atau ucapan yang dilakukan seseorang dimana setiap tindakan atau perbuatan serta ucapan ada kaitannya dengan agama, semuanya dilakukan karena adanya kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran yang sudah ada sesuai dengan Al-qur’an dan sunnah, kebaktian dan kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan. Perilaku keagamaan tidak terlepas dari aqidah, akhlak dan syariah atau aturan yang

28 Heru Heriyansya, “ Perilaku Keagamaan Pada Masyarakat Suku Semendo”, Skripsi”

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2021, hal. 23 29 Heru Heriyansya,…., hal.23

(27)

terkandung dalam Al-qur’an dan Hadist. Akidah seseorang bisa dilihat dari cara seseorang meyakini tentang keesaan Allah. Akidah ini sangat erat kaitannya dengan keimanan seseorang. Akhlak yaitu tingkah laku seseorang dalam mengimani Allah. Akhlak seseorang tidak hanya berkaitan dengan Allah saja tetapi juga tingkah laku antara sesama makhluk hidup. Sedangkan syariah atau aturan adalah sebuah hukum yang harus ditaati oleh seseorang dimana aturan tersebut ada dalam Al-qur’an dan Hadist. Seseorang harus bisa menjalankan suatu aturan yang sudah ditetapkan. Perilaku keagamaan bisa dipengaruhi oleh tindakan sendiri dan bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan. Perilaku keagamaan juga bisa dipengaruhi oleh pengalaman yang pernah dilakukan oleh seseorang.30

Perilaku keagamaan bisa dikategorikan menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah:

1. Perilaku terhadap Allah dan Rasul Allah

Perilaku kepada Allah bisa diwujudkan dengan selalu mengesakkan Allah dan mentaati Rasul serta menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Sebagai makhluk Allah, seseorang harus mampu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Dalam menjalankan kehidupan seseorang harus mampu menerima semua takdir yang diberikan Allah. Dalam menjalankan kehidupan seseorang harus memasrahkan atas setiap kehendak Allah tanpa harus berputus asa terhadap takdir yang sudah

30 Firli Hidayat, “Perilaku Keagamaan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Raden Intan Lampung”, Skripsi, Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017, hal. 12

(28)

diberikan Allah. Dalam ajaran agama Islam semua takdir yang datang kepada kita harus di syukuri. Dalam kehidupan kita harus selalu bertaubat kepada Allah terhadap tindakan atau perilaku yang kita lakukan. Kita harus bisa menyesali segala perbuatan dan berjanji tidak akan mengulangi semua perbuatan yang sudah melanggar syariat agama.

2. Perilaku terhadap diri sendiri

Perilaku terhadap diri sendiri bisa dilakukan dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat tanpa menimbulkan suatu permasalahan yang dapat merugikan diri sendiri.

3. Perilaku terhadap keluarga

Perilaku dalam keluarga bisa dilakukan dengan cara berbakti kepada kedua orang tua dan mentaati semua perintah yang sudah ada dalam keluarga. Setiap anak dianjurkan untuk saling menghormati dan menyayangi satu sama lain.

4. Perilaku terhadap tetangga

Perilaku terhadap tetangga bisa dilakukan dengan cara saling tolong menolong satu sama lain dan menimbulkan rasa kekeluargaan. Selain itu perilaku terhadap tetangga juga bisa dilakukan dengan cara saling menjaga nama baik dan menjaga rahasia tetangga.

5. Perilaku terhadap masyarakat

Perilaku terhadap masyarakat yaitu bisa menghormati satu sama lain dan harus bisa menaati setiap aturan yang ada dalam masyarakat. Ikut

(29)

berpartisipasi dalam melakukan kegiatan yang diadakan dan menerapkan solidaritas yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. 31

Perilaku keagamaan juga bisa dilakukan dengan cara saling menghormati satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang harus bisa menghargai setiap perbedaan persamaan antara satu sama lain. Selain menerapkan sikap saling menghormati perilaku keagamaan juga bisa dilakukan dengan cara saling tolong menolong dalam sebuah kebaikan. Ketika ada yang berada dalam kondisi yang sulit sebagai makhluk sosial harus bisa membantu menyelesaikan persoalan atau permasalah yang ada. Dengan saling tolong menolong satu sama lain maka suatu masalah akan dengan mudah diselesaikan. Perilaku keagamaan juga bisa dilakukan dengan cara saling sopan santun antara satu sama lain. Dengan menerapkan perilaku sopan santun maka akan bisa menghasilkan suatu kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan.32

Perilaku keagamaan pedagang kaki lima dalam menyikapi pandemi Covid-19 yaitu adanya perilaku yang acuh tak acuh terhadap himbaun pemerintah tentang protokol kesehatan dan perilaku acuh tak acuh mereka terhadap adanya pandemi ini. Selain perilaku acuh tak acuh, para pedagang juga menyerahkan semuanya pada Allah apapun yang akan terjadi mereka sudah siap menjalaninya, karena mereka beranggapan bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan salah satu dampak dari perbuatan manusia.

31 Heru Heriyansya,….., hal. 27 32 Firli Hidayat, …., hal. 12

(30)

Perilaku keagamaan adalah suatu keyakinan yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap kemampuan, perbuatan serta kebiasaan yang dilakukan seseorang baik yang berkaitan dengan jasmani, rohani, emosional, dan sosial.

Dalam perilaku keagamaan seseorang harus memiliki keyakinan kepada Allah yang tunjukan melalui kemampuan, perbuatan dan kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang melalui kegiatan jasmani, rohani, emosional dan sosial agar seseorang bisa menunjukkan bagaimana perilaku keagamaan seseorang..33

Perilaku keagamaan adalah banyak atau sedikitnya kepercayaan seseorang kepada Tuhan, kepercayaan akan keberadaan Tuhan dengan membuktikan bahwa seseorang memiliki keyakinan beragama, terdorong untuk melaksanakan perintah dalam agama, melaksanakan perintah agama serta berperilaku moral sesuai tuntutan agama, dan aktivitas keagamaan lainnya.

Sebagai umat Islam seseorang harus percaya akan ciptaan Allah semua yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah dan tidak ada yang pantas disembah kecuali Allah SWT. Setiap makhluk hidup di atas muka bumi memiliki keyakinan yang berbeda-beda dan memiliki ajaran agama yang berbeda-beda juga. Dalam setiap ajaran agama setiap manusia diharuskan memiliki sikap moral yang tinggi terhadap satu sama lain. Dalam menjalankan perintah agama

33 Siti Naila Fauzia, “ Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Usia Dini,Vol, 9, No, 2, 2015, hal. 304

(31)

seseorang harus mampu melaksanakan semua perintah yang terdapat dalam ajaran agama agar mereka memiliki perilaku keagamaan yang bagus.34

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interakasi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terstimulasi yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain sehingga tindakan sosial manusia sangat mendasar. Perilaku manusia bisa terbentuk dari hasil interaksi antar sesama manusia dan perilaku juga bisa dibentuk oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sangat mempengaruhi terhadap perilaku dalam diri karena lingkungan merupakan tempat melakukan semua aktivitas dalam kehidupan. Perilaku juga bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan.35

Perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku reflektif dan perilaku non reflektif. Perilaku reflektif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang diberikan. Perilaku non reflektif adalah perilaku yang dikendalikan dan diatur oleh pusat kesadaran atau otak.

Perilaku manusia juga ada yang berasal dari diri sendiri akibat dari adanya reaksi yang dilakukan secara spontan karena adanya suatu rangsangan atau stimulus yang diberikan tanpa melibatkan kesadaran atau berfikir terlebih dahulu. Ada

34 Siti Naila Fauzia, ….., hal. 305

35 Bambang Samsul Arifin, Psikologi Sosial, (Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2015), hal. 2-3

(32)

juga perilaku yang dimunculkan akibat adanya suatu kesadaran. Perilaku seseorang dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan sosial yang ada pada masyarakat.36

Tindakan sosial adalah proses yang melibatkan tiga unsur yaitu:

masyarakat, diri pribadi, dan pikiran. Tindakan sosial terdiri dari: isyarat awal dari seorang individu, respon terhadap isyarat dari orang lain, dan hasil atau makna komunikasi dari suatu tindakan. Tindakan sosial dilakuakan atas adanya suatu rangsangan yang kemudian memunculkan suatu respon. Dalam menyikapi pandemi Covid-19 para pedagang kaki lima melibatkan tindakan sosial karena dengan munculnya pandemi Covid-19 di tengah-tengah masyarakat membuat masyarakat harus melakukan suatu tindakan sosial agar mereka bisa menyikapi dan mengambil langkah agar mereka terhindar dari virus Covid-19 ini. Dalam menyikapi pandemi Covid-19 ini pedagang kaki lima memunculkan perilaku yang acuh tak acuh ada juga yang menyerahkan semuanya pada Allah.37

Para tokoh sosiologi juga memiliki pemikiran masing-masing tentang tindakan. Durkheim menganggap bahwa tindakan individu murni sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat. Sedangkan Parson melihat bahwa individu pada dasarnya memiliki kebebasan dalam bertindak karena individu memiliki pilihan dalam bertindak dalam situasi sosial. Dalam melakukan suatu tindakan setiap individu memiliki kebebasan dalam melakukan suatu tindakan karena setiap

36 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Cv Andi Offset, 2010), hal. 12-13 37 Sindung Haryanto, Spectrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern, (Jogjakarta:Ar- Ruzz Media, 2016), hal. 80

(33)

individu selalu mendapatkan suatu rangsangan dalam kehidupan. Tindakan yang dilakukan oleh setiap individu sesuai dengan keadaan atau situasi lingkungan.38 B. Teori Tindakan Sosial

Max Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran antara terjadinya stimulus dengan respons. Setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap individu terjadi karena adanya stimulus yang diberikan sehingga akan memunculkan suatu respon terhadap tindakan yang dilakukan tersebut. Dalam teori tindakan yang dikemukakan oleh Weber, ia memfokuskan perhatian pada individu, pola, dan regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. Semua tindakan itu dapat dilakukan oleh setiap individu dan tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri.

Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia.39

Weber menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tindakan dasar yaitu:

1. Tindakan rasionalitas sarana-tujuan/instrumental, tindakan ini ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain.

Harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional.

38 Sindung Haryanto,…., hal. 23

39 George Ritzer, Dkk, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Bantul: Kreasi Wacana, 2019), hal. 136-137

(34)

2. Tindakan rasionalitas nilai, tindakan ini ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religious, atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek keberhasilannya.

3. Tindakan efektual. Tindakan ini ditentukan oleh kondisi emosi aktor.

4. Tindakan tradisional, tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan.40

Tindakan rasional instrumental yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan mempertimbangkan secara sadar terhadap tujuan dari tindakan dari pilihan yang lakukan. Tindakan ini dilakukan dengan mempertimbangkan suatu tujuan dari hasil tindakan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan nilai atau hasil dari tindakan tersebut. Tindakan rasional nilai yaitu tindakan di mana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan absolut dan akhir bagi individu.

Tindakan ini dilakukan dengan tujuan yang yang sudah mempertimbangkan nilai dari suatu tindakan yang dilakukan. Tindakan afektif yaitu tindakan yang didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan ini dilakukan tanpa adanya suatu perencanaan yang dilakukan karena tindakan ini lebih mengedepankan suatu perasaan. Tindakan tradisional yaitu tindakan yang dilakukan karena adanya kebiasaan atau tindakan berdasarkan tradisi. Tindakan ini juga bisa dikatakan sebagai tindakan yang turun temurun.41

40 George Ritzer, Dkk,…., hal. 136-137

41 Damsar, Dkk, Pengantar sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Pranadamedia, 2016), hal. 121

(35)

Weber juga menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakannya kepada perilaku orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Aktor menginterpretasikan kebiasaan-kebiasaan, adat, dan norma-norma yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang sedang berlangsung. Tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan itu memperhatikan tingkah laku orang lain.42

Max Weber memiliki pandangan yang berbeda tentang agama. Beliau mengemukakan bahwa agama dapat berperan dalam memberikan spirit dan inspirasi bagi manusia untuk memperbaiki kehidupannya. Beliau menjelaskan melalui karyanya yang berjudul The Protestant Ethic And The Spirit Of Capitalism. Beliau menjelaskan agama mempunyai peran bagi perkembangan

ekonomi masyarakat karena agama dapat membentuk citra diri seseorang tentang dunia serta hal-hal yang dapat mempengaruhi kepentingan-kepentingan terlebih kepada keputusan untuk melakukan suatu tindakan ekonomi. Beliau mengatakan bahwa agama dapat membebaskan manusia dari penderitaan dan mencari kekayaan merupakan bagian dari motivasi manusia. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Weber dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ketika seseorang bekerja keras di dunia dan berhasil di bidang pekerjaan maka akan mendapatkan kunci untuk masuk surge. Sehingga dalam kehidupan seseorang harus bekerja keras agar mereka bisa menjadi insan pilihan Tuhan. Sehingga nilai-nilai agama sangat penting untuk dijadikan sebagai dorongan seseorang untuk melakukan

42 Damsar, Dkk,……, hal. 31

(36)

suatu tindakan ekonomi. Pada masa Covid-19 ini para pedagang juga giat melakukan kegiatan perekonomian hal ini dilakukan agar mereka bisa bertahan hidup di masa pandemi ini.43

C. Penelitian Relevan

Hasil pengamatan peneliti dari beberapa kajian penelitian yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya, setidaknya peneliti menemukan 3 penelitian relevan yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tiur Romatua Sitobang dan kawan-kawan berjudul “Perilaku Masyarakat Indonesia Bagian Barat Selama pandemi Covid-19”. Penelitian yang dilakukan oleh Tiur Romatua Sitohang dan kawan-kawan yaitu untuk “mengetahui perilaku masyarakat Indonesia bagian barat selama pandemi Covid-19”. Dari hasil penelitian yang dilakakuan mereka mendapatkan hasil sebagian besar pengetahuan masyarakat Indonesia Bagian Barat selama pandemi Covid-19 adalah berpengetahuan baik yaitu sejumlah 581 orang (71,1%), sebagian besar sikap masyarakat Indonesia Bagian Barat selama pandemi Covid-19 adalah sikap positif yaitu sejumlah 761 orang (93,1%), sebagian besar tindakan masyarakat Indonesia Bagian Barat selama pandemi Covid-19 adalah tindakan positif yaitu sejumlah 607 orang (74,3%). Pengetahuan masyarakat Indonesia Bagian Barat tentang Covid-19 Selama Pandemi

43 Sindung Haryanto, Sosiologi Agama, ( Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2015), hal. 36-37

(37)

Covid-19 cukup tinggi dengan kategori baik yaitu sejumlah 581 orang (71,1%).44

Mayoritas masyarakat memiliki pengetahuan yang baik (69,2%) tentang pencegahan Covid-19. pengetahuan masyarakat tentang Covid-19 mayoritas baik sebesar 69,35%. Masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang baik terhadap usaha pencegahan Covid-19. Pada penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar tindakan masyarakat Indonesia Bagian Barat Selama Pandemi Covid-19 adalah tindakan positif yaitu sejumlah 607 orang (74,3%).45

2. Penelitian oleh Christiany Juditha berjudul “ Perilaku Masyarakat Terkait Penyebaran Hoaks Covid-19”. Penelitian ini mengkaji tentang penyebaran hoaks tentang Covid-19. Pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan tiga tingkatan yang membentuk perilaku masyarakat. Pengetahuan dalam hal ini adalah hasil tahu masyarakat tentang Covid-19, hoaks secara umum, hoaks tentang Covid-19, dan konsekuensi hukum bagi penyebar hoax. Sementara itu, sikap masyarakat di sini diukur berdasarkan respon mereka terhadap informasi Covid-19 secara umum maupun hoaks terkait Covid-19 yang diterima/ disebar. Adapun tindakan dalam penelitian ini adalah respon masyarakat terhadap hoax Covid-19 yang diterima maupun disebar.

44 Tiur Romatua Sitohang, Dkk “ Perilaku Masyarakat Indonesia Bagian Barat Selama Pandemi Covid-19” Jurnal Kesehatan. Vol. 11, No. 3, 2020, hal. 357-358

45 Tiur Romatua Sitohang, Dkk,…., hal. 357-358

(38)

Tindakan ini terjadi karena adanya faktor pendukung seperti fasilitas media/saluran.46

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) masyarakat terkait penyebaran hoaks Covid-19. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pengetahuan responden tentang Covid-19, hoax secara umum, dan hoax tentang Covid- 19 sangat memadai, dan dikategorikan sebagai pengetahuan level dua, yaitu memahami. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan responden dalam mendefenisi kenapa itu virus Covid-19 dan juga hoaks. Informasi terkait Covid-19 banyak diperoleh responden dari situs berita, media sosial, televisi, pesan instan, serta website resmi pemerintah. Hoaks terkait Covid- 19, kebanyakan responden peroleh dari media sosial dan pesan instan.47 3. Penelitian yang dilakukan oleh Dana Riksa Buana berjudul “ Analisis

Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona ( Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa”. Penelitian ini menjelaskan bahwa banyak masyarakat yang tidak menyikapi ketetapan pemerintah dengan baik. Langkah-langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan Social Distancing. Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan memutus mata rantai

46 Christiany Juditha, “Perilaku Masyarakat Terkait Penyebaran Hoaks Covid-19”, Jurnal Pekommas, Vol. 5, No. 2, 2020, hal. 108 -114

47 Christiany Juditha,…., hal. 108 -114

(39)

infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan massal. Selain itu, masih banyak juga masyarakat Indonesia yang menganggap enteng virus ini, dengan tidak mengindahkan himbauan-himbauan pemerintah.48

Perilaku yang tidak normal yang ditunjukkan oleh fenomena di atas memicu peneliti untuk menganalisis lebih jauh secara psikologi mengapa hal tersebut dapat terjadi di saat kondisi negara sedang dalam keadaan bencana dan bagaimana cara mengatasinya. Selain itu peneliti juga akan memaparkan kiat-kiat dalam menjaga kesejahteraan jiwa dalam menghadapi wabah Covid-19 ini melalui pendekatan psikologi positif.49

Dari penjelasan penelitian relevan di atas jelas bahwa ada perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini. Penelitian ini menjelaskan tentang perilaku keagamaan pedagang kaki lima di Pasar Pita Bunga dalam menyikapi pandemi Covid-19. Selain itu penelitian dilakukan di tempat yang berbeda-beda.

Sedangkan penelitian relevan di atas secara umum menjelaskan tentang perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19. Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan di atas adalah sama-sama membahas tentang perilaku selama pandemi Covid-19.

48 Dana Riksa Buana, “Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa”, Jurnal Salam, Vol.7, No. 3, 2020, hal. 218-219

49 Dana Riksa Buana,…., hal. 218-219

(40)

D. Kerangka Berfikir

Diagram. 1.

Penjelasan:

Pada masa pandemi Covid-19 ini, keadaan pasar juga dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 dimana jam buka pasar dan jam tutup pasar juga ikut berubah.

Para pedagang kaki lima juga ikut merasakan akibat dari pandemi Covid-19 ini.

Para pedagang kaki lima harus membatasi interaksi dengan pembeli. Pedagang kaki lima dan pembeli tidak boleh berinteraksi terlalu lama. Selain pasar dan pedagang kaki lima, perilaku keagamaan pedagang kaki lima juga ikut di berubah. Sebelum adanya pandemi Covid-19 para pedagang melakukan ibadah di mushola yang ada di sekitar pasar yang dilakukan tepat waktu. Setelah adanya pandemi Covid-19 ini para pedagang kaki lima lebih memilih menunda waktu ibadah mereka.

Perilaku Keagamaan Pedagang Kaki

Lima

Pandemi Covid-19

(41)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut juga dengan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan suatu fenomena yang terjadi. Penelitian deskriptif kualitatif ini dilakukan sesuai dengan keadaan tempat penelitian dilakukan yaitu di Pasar Pita Bunga.

B. Lokasi Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian merupakan salah satu sumber data dari suatu penelitian. Tempat atau lokasi penelitian ini dilakukan di Pasar Pita Bunga Nagari Pitalah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.

C. Informan

Dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan atau memperoleh data dalam penelitian bisa menggunakan snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama akan menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang informan, tetapi dengan dua orang ini peneliti belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari informan lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh informan sebelumnya.

Snowball sampling yaitu banyak tahu di yang sedikit. Cara peneliti mendapatkan

(42)

informan dengan cara mewawancarai informan pertama yang berdagang sebagai penjual jengkol yang bernama Apriyadi. Kemudian informan kedua direkomendasikan oleh informan pertama sebagai penjual cabe, sayur-sayuran, dan bawang bernama Leli. Informan ketiga didapatkan dari hasil rekomendasi dari informan kedua dimana informan ketiga ini berjualan cabe yang bernama Aplina. Kemudian informan keempat didapatkan dari hasil rekomendasi dari informan ketiga dimana informan keempat ini berjualan kelapa yang bernama Neli karena merasa belum puas dengan informasi yang didapatkan maka peneliti melanjutkan melakukan wawancara dengan informan kelima. Informan kelima ini peneliti dapatkan dari hasil rekomendasi dari informan keempat. Informan kelima ini menjual telur yang bernama Joni. Setelah mendapatkan informasi dari informan ke-5 peneliti merasa sudah mendapatkan data dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan 1 sampai 5. Maka dengan itu peneliti menyudahi melakukan penelitian karena peneliti sudah mendapatkan data dan informasi yang peneliti inginkan dari ke-5 informan.50

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Bila dilihat dari segi teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner (angket), dan

50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung:ALFABETA CV, 2013), hlm, 85

(43)

dokumentasi. Melakukan pengumpulan data dalam penelitian itu sangat penting karena dengan mengumpulkan data peneliti dapat mendapatkan data tentang masalah yang ingin diteliti.51.

Dalam penelitian, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Nasution mengatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.52 Dengan melakukan observasi ke lapangan secara langsung peneliti dapat mengamati permasalahan secara langsung di lokasi penelitian.

Dengan melakukan observasi secara langsung ke lapangan dapat membantu peneliti melihat tingkah laku atau kegiatan yang ada di Pasar Pita Bunga yang berkaitan dengan perilaku keagamaan pedagang dalam menyikapi pandemi Covid 19. Dalam melakukan observasi peneliti terlibat langsung dengan kegiatan yang ada di Pasar Pita Bunga ini. Peneliti ikut membantu para informan melakukan kegiatan yang dilakukan di pasar termasuk dalam mengikuti ibadah sholat Dzuhur yang dilakukan di mushola pasar

2. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi atau tanya jawab yang berlangsung antara dua orang yang dilakukan secara tatap muka untuk mendapatkan informasi dari informan. Wawancara yaitu pertemuan antara peneliti dan informan untuk mendapatkan informasi dan data yang dilakukan dengan cara

51 Sugiyono,…., hal. 224-225 52 Sugiyono,…., hal. 226

(44)

tanya jawab. Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Wawancara dipergunakan untuk untuk mendapatkan informasi dari informan.53

Dalam melakukan wawancara peneliti melakukan wawancara secara tidak terstruktur. Dalam melakukan wawancara peneliti tidak membatasi pertanyaan yang diberikan kepada informan. Wawancara pertama dilakukan dengan informan pertama yaitu Apriyadi penjual jengkol dan informan kedua dengan Leli dilakukan pada 30 Mei 2021 dan 13 Juni 2021. Kemudian wawancara kedua dilakukan pada 6 Juni 2021 dan 20 Juni 2021 dengan Aplina dan Neli. Kemudian wawancara ketiga dilakukan pada 27 Juni 2021 dengan Joni. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada informan dan ikut serta melakukan kegiatan yang dilakukan oleh informan. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membuat pertanyaan agar memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara kepada informan. Pertanyaan yang yang sudah dibuat ditanyakan secara acak kepada informan. Wawancara dilakukan kepada orang yang dianggap tahu serta kepada orang lain yang bisa melengkapi data yang peneliti butuhkan.54

3. Dokumentasi

Dalam melakukan penelitian ini peneliti juga melakukan dokumentasi karena dengan adanya dokumentasi yang diambil akan dijadikan sebagai bukti

53 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm 50

54 Mamik, Metodologi Kualitatif, (Taman Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), hlm. 108-108

(45)

terhadap penelitian yang dilakukan. Dokumentasi yang diambil berkaitan dengan kegiatan para pedagang di Pasar Pita Bunga. Peneliti mendapatkan dokumentasi dari pengurus Pasar Pita Bunga ini.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelolah, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Moleong juga mengatakan, proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan di lapangan.55

Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyususun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan nya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

55 Sandu Siyoto, Dkk, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Literasi Media Publishing, 2015), hal. 120

(46)

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting atau tidak sehingga mudah dipahami.56

Ada tiga analisis data model Miles and Huberman yaitu:

1. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan- catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, momokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan.

2. Penyajian data adalah sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang memperbolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan adalah kesimpulan yang awalnya masih bersifat sementara dan akan berubah apabila peneliti sudah menemukan bukti yang kuat terhadap pengamatan yang dilakukan. 57

F. Teknik Keabsahan Data

Dalam upaya mendapatkan data yang valid, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Memperpanjang waktu di lapangan

Dalam alokasi waktu yang telah diberikan pada peneliti. Peneliti melakukan perpanjangan waktu dari waktu yang sudah ditentukan. Hal ini

56 Sugiyono,…., hal. 244 57 Emzir,…., hal. 129-133

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan menggunakan telepon seluler adalah kuat dan variabel yang paling dominan dalam

Terdapat lima isu sektor informal (dan PKL di dalamnya) yang perlu disoroti di masa pandemi, yaitu; a) bertambahnya kesenjangan antar wilayah, secara umum isu ini

Dari pendalaman berkaitan dengan ketiga lembaga tersebut akan mengasilkan pandangan dari tokoh agama yang berbeda yaitu tentang pemahaman Covid-19, bentuk dari doktrin yang

Daftar Institut Agama Islam Negeri

Wawancara peneliti dengan sumber lain, Anisa mahasiswa Prodi Ekonomi Islam semester Sembilan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi, perilaku konsumsi informan

Mahasiswa prodi Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Latar belakang pemilihan judul ini adalah kurang luas nya cakupan wilayah distribusi

2112.089 mahasiswa IAIN Bukittinggi benar telah mewawancarai saya untuk keperluan skripsinya dengan judul “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina

2112112 mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi memang benar telah melakukan wawancara dengan saya untuk keperluan skripsi yang berjudul