• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PERILAKU SISWA DI MTs ADAT DAN SYARA DI KENAGARIAN MATUA MUDIAK KEC.MATUR SKRIPSI. Oleh: RUDI SETIYADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PERILAKU SISWA DI MTs ADAT DAN SYARA DI KENAGARIAN MATUA MUDIAK KEC.MATUR SKRIPSI. Oleh: RUDI SETIYADI"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PERILAKU SISWA DI MTs ADAT DAN SYARA’ DI KENAGARIAN MATUA

MUDIAK KEC.MATUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Oleh:

RUDI SETIYADI 2112. 2112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) BUKITTINGGI

1437 H/2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa dihaturkan kehadhirat Allah SWT atas keistimewaan rahmatNya untuk kita umat Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan IAIN Bukittinggi.

Shalawat beriring salam senantiasa pula kita mohonkan teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah berjasa mewariskan Al-Qur‟an dan Sunnah yang menjadi petunjuk kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT.

Penghargaan dan cinta terbesar penulis tujukan kepada ayahanda Ardi dan ibunda tercinta Nurhayati I, yang telah memberikan cinta, kasih, mengasuh dan mendidik serta memberikan motifasi dan dorongan yang tiada tara, baik moril maupun materil dalam mencapai cita-cita penulis. Hal ini juga penulis untukkan kepada adik-adikku Rani Yati Syafitri dan Rahmad Fajardi, yang telah memberikan semangat bagi penulis, dalam menyelesaikan pendidikan penulis.

Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat :

1. Kepada Ibu Rektor IAIN BUkittinggi

2. Kepada Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Beserta Ibu Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi

3. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddin,Lc. M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Iswantir, M.Ag selaku pembimbing II yang telah banyak

(6)

meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan IAIN Bukittinggi, yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas terutama buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini.

5. Ibu Kepala Sekolah, Ibu Wakil Kepala Sekolah, Bapak Waka Kesiswaan, Ibu Guru Akidah Akhlak, dan Guru-guru MTs Adat Dan Syara‟ di Kenagarian Matua Mudiak, yang telah memberikan data-data yang penulis butuhkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat- sahabatku ( Rika Puspita Sari S.Pd,I, Fajriansyah, Ilham Zaky, Soni Hartanto,Zulhajji, Hariyati) dan seluruh mahasiswa IAIN Bukittinggi BP 2012, terutama mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) D, yang telah ikut memberikan motifasi kepada penulis.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis ucapkan terima kasih, semoga amalan dan jasa baik yang telah diberikan mendapat balasan disisi Allah SWT. Amiiin akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dam mohon ampunan dari dosa dan kekhilafan.

Bukittinggi, 23 desember 2016 Penulis,

Rudi Setiyadi

NIM. 2112.112

(7)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Dan Kegunaan... 11

F. Penjelasan Judul ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Konsep Pendidikan Akhlak ... 14

1. Pengertian Pendidikan akhlak ... 14

2. Dasar Pendidikan Akhlak ... 18

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak... 19

4. Sumber Akhlak... 23

5. Ciri-Ciri Akhlak Dalam Islam ... 24

6. Jenis-Jenis Akhlak ... 26

7. Metode Pembinaan Akhlak………. ... 31

B. Urgensi Pendidikan Akhlak ... 34

1. Akhlak Kepada Allah SWT ... 37

2. Akhlak Kepada Sesama Manusia ... 37

3. Akhlak Terhadap Lingkungan Sekitar ... 38

C. Hubungan Akhlak Dengan Pendidikan ... 40

D. Perilaku ... 42

1. Pengertian dan Jenis Perilaku... 42

(8)

2. Pembentukan Perilaku ... 42

3. Teori Perilaku ... 43

4. Aspek-aspek Perilaku Individu ... 44

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu... 45

6. Aliran Behavior ... 46

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Informan ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Teknik Pengolahan Data ... 50

F. Triangulasi ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53

Implementasi Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Di MTs Adat Dan Syara‟ ... 53

a. Usaha-Usaha Yang Guru Lakukan Dalam Mengimplementasikan Pendidikan Akhlak ... 55

b. Kendala-Kendala Dalam Mengimplementasikan Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Di MTs Adat Dan Syara, ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(9)

ABSTRAK

Nama RUDI SETIYADI, BP. 2112.2112. skripsi ini berjudul

“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PRILAKU SISWA DI MTs ADAT SYARA’ KEC. MATUR KABUPATEN AGAM”.

Adapun maksud dari judul ini secara keseluruhan adalah bagaimana cara guru dalam menerapkan pendidikan akhlak terhadap prilaku siswa di MTs Adat Syara‟.

Adapun motivasi dari penulis membahas judul ini dilatar belakangi bahwa peserta didik masih saja bersikap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada. Misalnya peseta didik berlaku tidak jujur, menyontek, berpacaran, tidak hormat terhadap guru.

Padahal materi pendidikan akhlak itu sudah mengajarkan aturan yang benar dan pendidikan akhlak sudah ada dilaksanakan di sekolah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (fiel research) dengan jenis pendekatan kualitatif (qualitatife research) yaitu penelitian mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa. Pengolahan data dilakukan dengan cara penyelesaian jawaban informan yang sesuai dengan hal-hal yang penulis teliti, adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dan yang menjadi informan pendukungnya adalah kepala sekolah, wakil kepala, waka kesiswaan dan staf-staf yang mengajar di sekolah.

Teknik pengumpulan data penulis gunakan secara observasi dan wawancara, serta untuk mengukur keabsahan data dengan triangulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan akhlak sudah diterapkan tapi belum optimal.

Terbukti dengan usaha-usaha yang dilakukan guru akidah akhlak dan pihak sekolah dalam menerapkan pendidikan akhlak yaitu menjadi contoh yang teladan, pembiasaan membaca Al Quran sebelum pembelajaran berlangsung, melaksanakan kultum, mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari- hari peserta didik, seperti materi tentang sifat terpuji yaitu tawadu‟. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tawadu‟, kenapa harus tawadu‟, dan menyebutkan tentang begitu besarnya keagungan Allah, sehingga peserta didik harus memiliki sikap tawadu‟, yaitu dengan menyebutkan ciptaan Allah, misalnya penciptaan alam semesta kemudian membandingkan dengan manusia, ternyata manusia hanya kecil di sisi Allah, maka sudah sepatasnya manusia untuk bersikap tawadu‟. Namun usaha yang dilakukan itu juga mengalami kendala- kendala, kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam menerapkan pendidikan akhlak itu dalam pembelajaran adalah guru kurang komitmen dalam menerapkan pendidikan akhlak, kurang motivasi dalam mengimplentasikannya, lingkungan masyarakat dan orang tua yang kurang mendukung,serta sikap peserta didik yang kurang baik jika diberikan nasehat dan ditegur.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia pada hakikatnya membutuhkan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia mampu mengembangkan potensinya yang telah dimiliki sejak lahir. Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan secara sadar oleh pendididik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003, pendidikan bertujuan untuk menjadi peserta didik menjadi orang yang mampu mengembangkan potensinya sehingga mampu menjadi orang yang berkepribadian, berahklak mulia dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Selanjutnya Muhibin Syah mengemukakan bahwa pendidikan adalah:

Suatu usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi SDM melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut di selengarakan pada semua jenjang pendidikan. Disisi lain, pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengalaman, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.1

Pendidikan merupakan usaha membantu menjadi manusia, ada dua kata yang perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusian. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia yang gagal menjadi manusia jadi, tujuan mendidik adalah

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),h.10

(11)

memanusiakan manusia. Tujuan utamanya adalah pembentukan ahklak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral.

Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pendidikan dalam arti sebenarnya adalah usaha sadar yang dilakukan guru menciptakan suasana belajar, pelaksanaannya pun sangat terencana oleh pendidik kepada anak didik agar mempunyai kekuatan spritual keagamaan, kepribadian, ahlak mulia, terampil serta dapat mengembangkan potensinya dan menjadi manusia yang bertanggung jawab serta berguna dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Dalam hal ini Islam juga sangat memperhatikan pendidikan dalam lingkungan umatnya, agar umat Islam juga mampu mengembangkan potensinya serta mampu mewujudkan ahklak mulia dan kepribadian yang berkarakter melalui segala yang telah dianugrakan Allah kepadanya. Sebagaiman firman Allah :































“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu yang bersukur “ (An-Nahl : 78)

Jadi menurut ayat tergambar jelas bahwa dengan pendidikan kita dapat menggembangkan potensi yang ada pada manusia. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia ,karena pendidikan manusia dapat di bimbing, dididik, dilatih, dan diarahkan agar manusia berguna bagi bangsa, negara dan agama. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas manusia, sehingga dengan pendidikan

(12)

tercipta kader manusia yang kreatif, mampu mengembangkan diri mereka sendiri dan mampu ikut serta dalalm pembangunan dan karakter bangsa2

Pendidikan mengharapkan manusia yang berkarakter, artinya menghasilkan manusia yang berahlak . Pendidikan yang pada dasarnya membawa kehidupan manusia sesuai dengan kehendak Allah yang Maha Pencipta. Tuhan yang Maha Kuasa, sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Dalam kaitan ini, ilmu pendidikan yang menghimpun berbagai kaidah keilmuan pendidikan secara langsung diarahkan implementasinya untuk pengembangan nilai-nilai karakter .

Dalam dunia pendidikan tidak akan pernah terlepas dari guru dan siswa.

Hal itu dilatar belakangi oleh guru mempunyai peranan penting dan menentukan hasil belajar dan kualitas belajar yang lebih baik. Guru adalah seorang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membina, mendidik, dan membimbing anak didik disuatu lembaga pendidikan 3. Peran guru dalam mendidik tidak hanya sebatas di lokal atau diruangan saja akan tetapi dilingkungan masyarakat. Guru sebagai seorang pendidik tetap menjalankan perananya sebagai seorang pendidik.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik disekolah.4 Guru adalah seorang yang berpengalaman dalam bidang profesinya dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak muridnya menjadi cerdas.

2 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma‟rif, 1962), Cet. 1, H. 13

3 Darmawati H. Kurikulum dan Pengelolaan Kelas, (Padang: Depertement Agama, 2003), Cet. Ke-1. H.

4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke- 1,H.2

(13)

Dari uaraian diatas penilis memahami bahwa guru yang profesioanal dibidangnya akan membawa perubahan secara mendalam, dari siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari siswa yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari siswa yang tidak memahami menjadi memahami serta biasa menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama 5.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

قلاخلاا مراكم ممتلا تثعب امنا : م ص الله لوسر لاق ونع الله يضر ةريرى ىبا نع

“Dari abu Hurairah ra, rasulullah SAW bersabda,” sesungguhnya aku diutus hanya menyempurnakan budi pekerti “6

Dari hadis ini di jelaskan bahwa akhlak itu sangatlah penting. Rasul diutus hanya untuk memberikan contoh akhlak yang benar kepada manusia. Oleh sebab itu, kita selaku umat islam hendaknya berperilaku semestinya.

Jadi pendidikan tidak bisa terlepas usaha untuk membina kepribadian anak didik yang berkarakter. Pembinanan kepribadian merupakan suatu mekanisme yang menegendalikan dan mengarahkan sikap atau prilaku seseorang.

5 Ahmad D Marimba, op.cit, H. 19

6 Jalaludin Abu Bakar Al- Sayuthi, Jami’shagir ( Beirut: Dar-Al Fikr), H .76

(14)

Apabila kepribadian seseorang kuat maka sikapnya tegas. Tidak mudah terpengaruh dari bujukan dan faktor-faktor yang datang dari luar, serta bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya.

Sebaliknya apabila kepribadidan lemah maka akan mudah terpengaruh dengan kondisi yang negatif yang memungkinkan untuk bersikap yang negatif pula. Pergerseran nilai yang terjadi pada era modern, era globalisasi yang merabak d imasyarakat kita pada saat ini sangat mengkhawatirkan arus informasi dan berbagai nilai serta kebudayaan bercampur aduk. Hal ini sangat berbahaya dengan generasi muda islam. Jika mereka tidak mempersiapkan dengan dasar agama yang kuat, dengan mudah mereka akan terbawa arus yang menyesatkan dan tidak ada lagi yang dapat menyelamatkan. Sedangkan keselamatan dan keberlangsungan tegaknya ajaran agama islam di muka bumi ini berada ditangan mereka selanjutnya sebagai generasi penerus.

Keluarga merupakan tempat pertama dalam pembentukan kepribadian atau karakter anak. Pembentukan kepribadian, karakter anak juga di pengaruhi oleh faktor dari luar seperti masyarakat, teman sejawat dan yang lainnya. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sudah dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dan mempelajari segala sesuatu yang berada di lingkungannya.

Allah SWT berfirman :













































(15)

“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”( QS At Tahrim: 06)

Dari ayat diatas di jelaskan bahwa kita harus menjaga keluarga kita dari kedurhakaan kepada Allah. Jika seseorang memiliki akhlak yang baik, maka sikap yang diambil nya tidak akan melanggar aturan-aturan Allah. Namun jika seseorang memiliki akhlak yang buruk, maka niscaya dia selalu dalam kemungkaran Allah.

Namun dalam hal ini, keluarga tidaklah cukup untuk membentuk akhlak yang baik bagi anak, masih perlu pendidikan yang membentuknya. Di lembega pendidikan pemahaman anak didik tentang norma dan sikap perlu di fahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataan yang nampak adalah perkelahian, belajar merokok, pacaran, dan berbicara kotor,mengambil makanan dikantin memakan dua hanya dibayar satu, hal ini terlihat dalam lingkungan sekolah. Itulah gambaran suram prestasi pendidikan kita sekarang, lalu haruskah kita berpangku tangan berdiam diri hingga Tuhan memberikan keajaiban dan pertolongan Allah SWT.

Firman Allah SWT: QS. Arra‟du ayat 11

(16)





















 

















































“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa kita lah yang dapat merubah perilaku kita sendiri. Dalam arti kata kita yang menentukan kearah mana kita akan menuju. Apakah itu kejalan yang baik atau kejalan yang buruk. Karena sesungguh nya kita telah memilik potensi sejak dahulu. Oleh karena itu lah pendidikan berperan penting dalam hal pembentukan akhlak. Dengan pendidikan, potensi yang ada di dalam diri kita akan digali dan mengarahkan kita ke jalan Allah SWT.

Menurut Zakiyah Djarat pendidikan moral dalam sekolah :

1. Hendaknya ditumbuhkan dan diusahakan seperti sekolah menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik.7

7 Zakiyah Drajat, Membina Nilai-Nilai Moral Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang , 1976), H.21

(17)

2. Pendidikan agama, haruslah dilakukan secara intensif, ilmu dan amal , supaya dapat dirasakan oleh anak didik di sekolah.

3. Hendaknya segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran (baik guru, pegawai, buku pelajaran dan alat-alat lainnya) dapat membawa anak didik kepada pembinaan mental.

Sekolah menengah pertama merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan generasi yang memiliki pengetahuan dan berkarakter (ahlak mulia). Untuk itu di MTs diajarkan berbagai ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama yang didalamnya mencakup bidang ahklak, ibadah, serta ilmu keterampilan dan olahraga.

Hakikatnya pendidikan ahklak itu sudah pendidikan yang berkarakter dibuktikan dengan materi yang sudah mencakup di dalamnya, maka yang di tuntut itu adalah pengimplementasianya lagi dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan hanya bukan sekedar teori saja. Dalam hal ini realita yang terjadi pegimplementasikan dari teori yang ada itulah yang dituntut.

Mata pelajaran akidah akhlak adalah mata pelajaran pokok bagi siswa Tsanawiyah, karena hal ini menyangkut keimanan, ahklak dan sikap dalam kehidupan sehari-hari serta merupakan hal penting dalam pembelajaran agama Islam pada umumnya.

Akidah ahklak merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan Allah SWT serta mengikuti nilai-nilai akidah yang ditetapkan dalam Alqur‟an dan hadist. Akidah seseorang akan benar dan lurus jika

(18)

kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah juga lurus dan benar, maka ia akan mudah berprilaku baik sebagaimana yang sudah diperintahkan Allah. Jika seseorang tidak mengikuti nilai-nilai akidah itu tentu dalam hal ini kerugianlah yang akan mereka dapatkan.

Pendidikan akidah ahklak yang diajarkan di Mts hanya beberapa jam, sementara tujuan dari pembelajaran akidah akhlak itu mampu untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya sebagai teori saja.

Pendidikan akhlak yang telah diberikan di sekolah seharusnya sudah membentuk ahklak yang baik bagi anak didik, karena mereka didik dengan pendidikan ahklak yang sangat banyak mereka dapatkan ketika di sekolah. Akan tetapi pada kenyataan dilapangan Pendidikan Agama Islam hanya diajarkan pada anak didik hanya sekedar teori saja, jarang mereka melakukan hal-hal penerapannya. Tidak jarang melakukan hal-hal terlarang, misalnya : menyontek dalam ujian, membangkang kepada guru, berpacaran dan yang lain-lainnya.

Kasus-kasus atau fakta-fakta yang disebutkan diatas penulis temukan di lingkungan sekolah MTs Adat dan Syara‟, hal ini berdasarkan observasi penulis yang sudah penuliskan lakukan. Berdasarkan survei awal penulis lakukan di kelas VIII MTs Adat dan Syara‟ kecamatan Matur kabupaten Agam, terindekasi adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam harapan pendidikan membentuk akhlak yang baik kepada peserta didik, sedang kan dalam kenyataan yang terjadi di MTs Adat dan Syara‟ bahwa siswa melakukan pelanggaran. Hal ini terlihat dalam pengamatan sederhana penulis yang dilakukan di MTs Adat dan Syara‟ . Jadi dalam arti kata akhlak siswa menyalahi tujuan pendidikan, karena

(19)

idealnya pendidikan akhlak yang telah diberikan guru baik itu tentang ahlak, ibadah dan yang lainnya itu, dapat membentengi diri anak tersebut. Mereka akan menjadi anak yang berkarakter dan tidak melakukan penyimpangan- penyimpangan dari nilai-nilai yang berkarakter itu.

Fenomena dilapangan itu yang mendorong penulis untuk melihatnya lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul: “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PERILAKU SISWA DI MTS ADAT DAN SYARA’ DI KANAGARIAN MATUA MUDIAK KECAMATAN MATUR”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka yang menjadi identifikasi masalah adalah:

1. Terdapat perilaku siswa kelas VIII yang kurang memiliki kepribadian yang baik di sekolah

2. Belum tercapai tujuan pendidikan akhlak yaitu akhlak mulia oleh siswa secara maksimal di MTs Adat dan Syara‟

C. Batasan Masalah

Melihat luasnya kajian yang mempengaruhi masalah ini, maka penulis membatasi masalah ini menjadi “Implementsi Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas VIII Di MTs Adat dan Syara‟ di Matua Mudiak Kec. Matur.

(20)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis rumuskan masalahnya : 1. Bagaimana usaha-usaha guru dalam implementasi pendidikan akhlak

terhadap prilaku siswa kelas VIII di MTs Adat dan Syara‟ di Matua Mudiak Kec. Matur

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan akhlak terhadap perilaku siswa kelas VIII di Matua Mudiak Kec. Matur E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui impelementasi pendidikan akhlak terhadap prilaku siswa kelas VIII di kecamatan Matur kabupaten Agam

b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan terhadap perilaku siswa kelas VIII di kecamatan Matur kabupaten Agam 2. Kegunaan Penelitian

Sering dengan tujuan penelitian ini, penulis mengemukakan kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar strata satu (S1) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi FTIK jurusan Pendidikan Agam Islam.

2. Sebagai khazanah bagi penulis khususunya tentang memdidik dengan pendidikan yang berkarakter.

3. Menambah bahan literatur atau bacaan perpustakaan IAIN Bukittinggi

(21)

F. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan penegrtian dari beberapa kata yang penting yang terdapat dalam judul penelitian ini, yaitu:

Implementasi secara sederhana pelaksanaan, pelaksanaan berasal dari kata “laksana” yang berarti perbuatan, dan ditambah awalan “pe” dan akiran “an” yang berarti proses, cara, perbuata, melaksanakan, dan penerapan.8 Maksudnya penerapan pendidikan akhlak yang di terapkan di MTs Adat Dan Syara‟.

Pendidikan Akhlak Suatu proses yang bermaksud menumbuh kembangkan fitrah (kemampuan dasar) manusiawi dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai, tabiat agar dimiliki dan diterapkan dalam diri manusia menjadi adat kebiasaan. 9 Maksudnya pendidikan akhlak terhadap perilaku siswa di MTs Adat Syara‟.

8 Depertement Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: CV Balai Pustaka, 1997), H. 554

9Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia pra Sekolah, Upaya mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan dalam Keluarga(Yogyakarta; Belukar, 2006)hal.21

(22)

Perilaku Aktivitas yang ada pada individu akibat adanya rangsangan yang mengenai individu. 10 Maksudnya perilaku siswa kelas VIII di MTs Adat Syara‟.

Siswa Anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.11 Maksudnya siswa kelas VIII di MTs Adat dan Syara‟.

Jadi dalam arti kata, judu keselurah penulis yaitu :

Implementasi Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Di Mts Adat dan Syara‟ di Kenagarian Matua Mudiak Kec. Matur adalah bagaimana penerapan pendidikan yang membentuk seseorang itu kepada suatu tingkah laku,apakah itu tingkah laku yang baik atau yang buruk.

10Walgito bimo, Pengantar Psikologi Umum,(Yogyakarta:CV ANDI,2005)hal.11

11 H. Darul Ilmi, Dasar-Dasar Pendidikan Dan Pembelajaran, (Bukittinggi: STAIN Bukitinggi) Cet 1, hal.115

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Akhlak 1. Pengertian

Pendidikan adalah proses sepanjang masa yang terus menerus selalu dibutuhkan manusia dalam menapaki kehidupan di dunia demi mencapai kebahagiaan hakiki. Menurut Haris Supratno dibukunya Muchlis Samadi , menyatakan " Pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi keluarga maupun Negara yang sangat bermakna, pendidikan yang bermakna merupakan upaya membantu anak didik untuk memperdayakan potensi yang dimilikinya, sebagai bekal hidup di masa akan depan, untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia dan di akhirat yang hakiki" . Dalam pencapaian kebahagiaan hakiki, maka pendidikan khususnya adalah pendidikan Islam memiliki tujuan utama yang menjadi tonggak yaitu membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang- orang bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, cita cita besar, dan memiliki akhlak yang tinggi serta luhur.12

Menurut Drikarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia.13 dalam hal ini pendidikan bersentuhan dengan sifat kemanusian manusia, agar manusia itu berprilaku sebagai layaknya manusia itu

12 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), Cet 6, hal.30

13 H. Darul Ilmi, Dasar-Dasar Pendidikan Dan Pembelajaran, (Bukittinggi: STAIN Bukitinggi) Cet 1, hal.1

(24)

berprilaku sebgai ciptahan tuhan Allah SWT, sebagai makhluk tertinggi, sepanjang manusia itu mampu mempertahankan sifat kemanusiaanya.

Pendidikan itu adalah suatu upaya/perbuatan yang diarahkan pada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat sudah berlangsung sejak dahulu dan tidak diragukan lagi eksistensinya. Pendidikan juga proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, karakter dan seterusnya, khususnya lewat persekolahan formal.14 Proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan untuk mempertinggi kualitas keterampilan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya.

Pengertian pendidikan akhlak dapat dilihat secara pendidikan akhlak secara etimologi dan pendidikan akhlak secara terminologi.

Dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa arab yaitu jamak dari

“khuluqun” yang menurut bahasa artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat”.15 Sedangkan Iddris Nabawi mengemukakan bahwa akhlak berarti perangai, tabia‟at, malu, dan kebiasaan.16

Sedangkan dari segi istilah dapat dirujuk dari pendapat-pendapat pakar Islam, yaitu:

1. Menurut Imam Ghazali yang dikutip oleh Anwar Masy‟ari, akhlak adalah sifat yang tertananam dalam jiwa, yang menimbulkan segala

14Sagala Syaiful, Etika dan Moralitas Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet Ke-1,hal 42

15Hamzah Ya‟kub, Etika Islam Pembinaan Akhlak Karimah ( Suatu Pengantar), (Bandung: Diponegoro, 1996), Cet. Ke-2, h.11

16Muhammad Idris Abdurrauf Marbawi, Kamus Iddris Marbawi,(Bandung: Pustaka Al Ma‟rif),Juz 1,h. 1

(25)

perbuatan dengan mudah tanpa memerlukakan pemikiran dan pertimbangan.17

2. Menurut Sidi Gazalba, akhlak adalah tingkah laku, tabi‟at, perangai, kepribadian, kebiasan dan kemauan (yang dibiasakan).18

3. Imam Al Razi juga mengatakan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanan dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan perbuatan yang mudah tanpa pemikiran terlebih dahulu.19

4. Abdul Karim Zaidan juga mengemukakan tentang akhlak yaitu kumpulan sifat-sifat yang sudah berakar dalam diri berdasarkan dorongan dan pertimbangan, sifat itu dikatakan perbuatan baik atau buruk menurut pandangan manusia.20

Dari berbagai pengertian akhlak yang dikemukakan oleh pakar akhlak, dapat diketahui akhlak adalah sifat yang tertanam pada diri seseorang, sehingga telah menjadi kepribadianya, dan para pakar akhlak tidak ada memperselisihkannya semua pengertian tentang akhlak melainkan mengaitkan dan mengambil kesimpulan dari pendapat yang sudah dikemukakan, sehingga terlihat defenisi-defenisi yang subtansial yang saling melengkapi.

Abudin Nata, mengemukakn lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:

17Anwar Masy‟ari, Akhlak Alquran,( Surabaya: Bina Ilmu ,1990), Cet.ke-1, h.3

18Sidi Gazalba, Azas Kebudayaan Islam, (Jakarta: Andalas Bintang,1974), h. 115

19Mahjuddin, Membina Akhlak Anak, (Surabaya Al-Ikhlas, 1995), h.13

20Abdul Karim Zaidan, Usuhl Al Da’wah ( Jakarta, Media Dakwah, 1983),h. 13

(26)

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pertimbangan dan pemikiran.

2. Perbuatan akhlak dalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaanya.

3. Perbuatan akhlak adalah yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada perasaan atau tekanan dari luar atau perbuatan yang didasarkan atas kemauan sendiri.

4. Perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

5. Perbuatan yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah SWT.21

Jadi akhlak adalah perbuatan yang timbul dengan mudah karena telah menjadi kebiasaan dalam diri, kebiasaan tersebut berbentuk perbuatan yang baik yang disebut akhlak mahmudah, dan jika perbuatan itu buruk maka disebut dengan akhlak mazmumah, sedangkan untuk mengetahui baik atau buruknya perbuatan tersebut patokannya adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Dalam kegiatan sehari-hari akhlak sering diartikan dengan sopan santun, budi pekerti dan etika, dan akhlak dalam islam adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam pergaulannya bermasyarakat. Jadi yang dimaksud dengan akhlak adalah suatu ilmu yang mengajarkan manusia supaya bisa membedakan mana yang baik

21Abuddin Nata, Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grafindo, 1999),h.7

(27)

dan mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak berarti pendidikan mental dan moral yang mengupayakan pembersihan hati terutama AIDS-nya hati yaitu angkuh, iri, dengki, serakah, dendam, marah dan sebagainya.22

2. Dasar Pendidikan Akhlak

Penerapan pendidikan akhlak yang diterapkan tentunya harus memiliki dasar yang kuat , sebab usaha untuk pendidikan akhlak itu merupakan suatu kegiatan dalam menanamkan akhlak mulia yang terorganisir. Dasar pendidikan akhlak itu harus berdasarkan Al Quran dan Hadist. Sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.

Adapun dasar akhlak yang wajib diterapkan oleh pendidik yaitu membiasakan mereka berakhlak baik, berlemah lembut, dan bergaul sesama mereka dengan baik. Semua itu haruslah didasarkan kepada akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.

قلاخلاا مراكم ممتلا تثعبامنا م.ص الله لوسر لاق : لاق ونع الله يضر ةريرى يبا نع )دمحا هاور(

22 Sudirman,Pilar-Pilar Islam Menuju Kesempurnaan Sumber Daya Muslim,(Malang:Husna qarina,2011)hal.246

(28)

“Dari abu hurairah ra, bahwa rasulullah saw bersabda:

sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak “(HR.

Ahmad).23

Rasulullah adalah suri tauladan bagi umat manusia, karena nabi muhammad adalah sebagai penyempurna umat manusia. Dalam hal ini akhlak yang semestinya itu sudah ada pada diri rasullah yang wajib dicontoh dari nabi Muhammad, baik itu akhlak manusia dengan Allah ataupun akhlak manusia dengan manusia.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak

Hal-hal yang mempengaruhi akhlak ini, dalam dunia pendidikan terbagi tiga aliran, yaitu :

a. Aliran Nativisme

Aliran ini berpendapat bahwa akhlak itu dipengaruhi oleh faktor pembawaan dari dalam diri seseorang, atau kemampuan dasar yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain.24

Melihat pendapat yang dikemukakan aliran ini, dia tidak mengenal faktor-faktor dari luar yang juga memegang peranan penting terhadap pembentukan akhlak ini, seperti pendidikan atau lingkungan serta pengalaman. Hal ini tentu tidak dapat dipertanggung jawabkan karena sebagai manusia yang hidup

23 Jalaludin Abu Bakar Al-Sayuthi,Jami’shagir (Beirut: Dar-Al Fikr),H.76

24 Abudin Nata, Akhlak Tasauf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, persada, 1997). Cet. Ke 2, ed.1, h. 165

(29)

sebagai anggota masyarkat tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh yang bersifat timbal balik (interaksi) antara satu individu dengan individu lain. Banyak manusia ini pada hakikatnya dibentuk oleh lingkungan dimana ia hidup dan berkembang, baik lingkungan yang berupa manusia maupun alam.

b. Aliran Empirisme

Aliran ini di pelopori oleh john locke yang mengatakan bahwa akhlak itu dipengaruhi oleh faktor-faktor luar dari diri seseorang seperti pendidikan dan lingkungan.25

Maksud dari aliran ini adalah bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar,sedang pengaruh dari dalam (keturunan) dianggapnya tidak sah atau tidak berkuasa. Manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci bersih maka faktor luarlah yang akan memberikan pengaruh terhadap akhlak seseorang.

Pendapat aliran ini dikenal juga dengan teori tabularasa, bahwa anak itu dilahirkan bagaikan kertas putih yang bersih, dan tergantung bagaimana kertas itu ditulis, kalau kertas itu diberi coretan yang baik maka baiklah anak itu dan begitu juga sebaliknya kalau kertas itu dicoret dengan tidak baik, maka anak pun akan tumbuh dengan tidak baik.

25Muk‟niah,Materi Pendidikan Agama Islam, (Depok: AR-RUZ Media,2011).cet.1.hal .131

(30)

Jadi aliran ini berpendapat kalau ingin anak itu tumbuh lebih baik dengan akhlak yang baik,maka harus diperiksa pendidikan-pendidikan yang baik dan juga dibina dalam lingkungan yang bak juga, karena kedua faktor inilah yang akan mewarnai pribadi atau akhlak anak itu.

c. Aliran Konvergensi

Aliran ini merupkan gabungan dari kedua aliran di atas , yaitu : Nativisme dn Empirisme. Artinya bahwa faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang itu adalah faktor bakat (pembawaan) dan faktor lingkungan atau pendidikan.26

Aliran ketiga ini menganggap bahwa proses pembentukan akhlak itu selalu dipengaruhi oleh perpaduan dari faktor pembawaan (kemampuan dasar) dan faktor lingkungan sekitar baik disengaja seperti pendidikan maupun yang tidak disengaja seperti pergaulan dan lingkungan alam, maka kedua faktor iniselalu berproses secara interaksi dalam pembentukan akhlak dan watak manusia.

Berbeda dengan pandangan diatas, islam yang penuh dengan ajaran-ajaran etis dan normative yang berpangkal tolak dari atas hidup dalam prikeseimbangan sepenuhnya menghargai potensi rohaniahdan jasmaniah manusia bagi kehidupan di alam nyata ini.

26 Abu Ahmadi dan Nur Ubiyati, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 1991), cet. Ke-1, h. 292

(31)

Menurut pandangan islam, yang mempengaruhi dari akhlak manusia itu adalah potensi (pembawaan) keturunan.

Secara potensi (pembawaan) akan kita jumpai perbedaan akhlak seseorang muslim dengan muslim lainnya. Namun perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki berdasarkan faktor bawaan masing-masing yang meliputi aspek jasmani dan aspek rohani.Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, perbedaan warna kulit, dan cirri-ciri fisik lainnya.Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat, tingkat kecerdasan maupun emosi. Itulah yang akan dapat mempengaruhi terhadap akhlak seseorang.27

Islam juga berpendapat bahwa faktor genetika (keturunan) juga ikut berfungsi akhlak seseorang muslim. Oleh Karen itu islam memberikan pedoman dalam pendidikan pra-natal (sebelum lahir).

Pemilihan calon suami atau istri sebaaiknya memperhatikan latar belakang masing-masing, sebab untuk kelanjutan keturunan nantinya sangat berpengaruh.

Pembentukan akhlak muslim ini pada dasarnya diarahkan kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang didasarkan pada nilai-nilai keislaman. Dengan demikian setiap pribadi muslim diharapkan akan mamiliki pandangan hidup yang sama, walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan dan

27 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001) cet. Ke 1, h. 177

(32)

turunan yang berbeda. Dan dengan adanya pandangan hidup yang sama, diharapkan perbedaan individu seperti bakat, kemampuan intelek, sikap mental dan sebagainya akan dapat disesuaikan dengan pandangan hidup yang ia yakini sebagai suatu yang benar.28

4. Sumber Akhlak

Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah Al-Qur‟an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan mu‟tazilah.

Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik dan buruk, terpuji atau tercela, semata-mata hanya karena syara‟ (Al-Qur‟an dan Sunnah) menilainya demikian.29Jadi jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), obyektif, komprehensif, dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah Al-Qur‟an dan Sunnah, bukan yang lain-lain.

5. Ciri-ciri akhlak dalam Islam

Dalam bahasan ini, penulisakan mengemukakan lima ciri-ciri akhlak yaitu:

a. Akhlak Rabbani

28 Jalaluddin, op. cit, h. 185

29 Yunahar Ilyas, op. cit, h.4

(33)

Ajaran akhlak dalam islam bersumber dari wahyu Illahi yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Di dalam Al-Qur‟an terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlak, baik yang teoritis maupun yang praktis.Demikian pula hadits-hadits Nabi, amat banyak jumlahnya yang memberikan pedoman akhlak.Sifat rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia kini dan di akhirat nanti.

Ciri rabbani juga menegaskan bahwa akhlak dalam islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlak rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan manusia.

b. Akhlak Manusiawi

Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara manusia sebagai makhlik terhormat, sesuai dengan fitrahnya.

c. Akhlak Yuniversal

Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia. Sebagai contoh

(34)

Al-Qur‟an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun secara tersembunyi, memakan harta anak yatim dan lain sebagainya.

d. Akhlak Keseimbangan

Ajaran akhlak dalam Islam berada ditengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja.Manusia menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya.Jadi manusia itu memiliki keseimbangan dalam akhlaknya da akhlak yang baik dan ada akhlak yang buruk.

e. Akhlak Realistik

Ajaran akhlak dalam islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan disbanding makhluk yang lain, tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan. Dengan kelemahan-kelemahan itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran.Oleh karena itu Islam memberikan kesempatan kepada

(35)

manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki dirinya dengan bertaubat.30

6. Jenis-Jenis akhlak

Pada pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tentang jenis-jenis akhlak yang mana dalam memberikan uraian tentang jenis-jenis akhlak ini, tidak terlepas dari berbagai macam sifat-sifat yang dilahirkan oleh manusia itu sendiri, karena akan kita temui sifat yang baik dari seseorang yang disebut akhlak makmudah, dan sifat jelek seseorang, seperti:

a. Jujur dan dusta b. Amanah dan khianat

c. Berani dan pengecut dan sebagainya.

Untuk lebih jelasnya, penulis akan memberikan penjelasan mengenai kedua jenis akhlak tersebut.

a. Akhlak terpuji (mahmudah)

Akhlak terpuji merupakan akhlak yang baik kepada tuhan dan makhluk ciptaan-Nya. Adapun akhlak yang termasuk kepada akhlak terpuji adalah:

1) Sabar

Sabar adalah sikap seorang muslim yang rela menerima segala cobaan baik berupa kesenangan maupun berupa mala petaka.

Sabar dapat di klasifikasikan kedalam tiga kelompok:

30 Yunahar Ilyas, op. cit, h. 12-14

(36)

a) Sabar dalam menghadapi cobaan hidup.

b) Sabar dalam menjauhi cobaan dosa.

c) Sabar dalam beribadah kepada Allah SWT.31 2) Tawakal

Tawakal artinya berserah diri atau berpasrah diri, setelah berusaha maksimal di hadapan Allah Rabbal „Alamin. Tawakal adalah sikap pasrah yang dianjurkan oleh agama islam kepada para pengikutnya, sehingga appun hasil usaha yang telah diupayakan tidak menjadikan putus asa sekiranya tidak berhasil.

3) Taubat

Taubat berasal dari bahasa Arab “taubah” yang berarti kembali kepada jalan yang benar dan betul, sedangkan secara istilah berarti rasa penyesalan sungguh-sungguhdalam hati dengan disertai oermohonan ampun serta meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa.32

4) Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu amal hati dan bahkan ikhlas berada dibarisan pemula amal hati.Sebab diterimanya berbagai amal tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan ikhlas.33

Maksudnya adalah apabila kita beramal harus dengan niat yang ikhlas karena Allah bukan karna hal yang lain, karena apabila

31 Thoyib sah saputra, Aqidah Akhlak, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2007), h. 91

32 Khahar Mansyur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: Rineka Cipta, cet. Ke-1, h. 299

33 Yusuf Al-Qardhawi, Niat dan Ikhlas, Penterjemah Kathur Suhardi, Judul Asli, “Fiqh Thariq Ilallah an-Niyah wal Ikhlas,”(Jakarta: Pustaka al-Khausar, 1996), cet. Ke-1, h. 17

(37)

kita beramal bukan karena Allah maka niat itu tidak dapat dilakukan secara sempurna. Landasan beramal yang ikhlas itu dapat dilakukan dengan memurnikan niat karena Allah.

5) Pemaaf

Suka memafkan kesalahan orang lain adalah suatu sifat yang membawa keberuntungan dan kemudahan disamping akan dipandang sebagai orang yang berjiwa besar. Jadi sifat pemaaf ini adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa.

Itulah lima buah contoh sifat-sifat yang termasuk kepada akhlak terpuji dan agar menjadi orang yang berakhlak mulia harus menanamkan sifat-sifat tersebut, dan masih banyak lagi sifat-sifat terpuji yang lainnya yang harus kita amalkan.

b. Akhlak tercela

Akhlak ini disebut juga dengan akhlak mazmumah (tercela) dan akhlak buruk yaitu perbuatan buruk terhadap tuhan dan sesama manusia dan terhadap makhluk lainnya.

Di antara sifat-sifat yang tergolong kepada akhlak tercela adalah:

1) Hasad

Hasad adalah usaha menghilangkan bentuk kenikmatan yang ada pada orang lain dan mereka senang atas penderitaan yang diterima orang lain.34

34 Imam al-Gazali, Ajaran-ajaran Akhlak, (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), h. 58

(38)

Artinya apabila seorang merasa rusuh dan tidak senang apabila orang lain mendapat kenikmatan, dan apabila orang lain itu mendapat khabar menyedihkan mereka gembira dan bersenang hati. Sifat ini merupakan salah satu penyakit mental yang harus dibasmi dari diri masing-masing, karena hasad atau dengki ini bisa menghalangi kemajuan, bahkan kalau tidak hati- hatibisa menjadi timbulnya perpecahan di tengah-tengah masyarakat.

2) Sombong

Sombong berarti merasa diri lebih baik atau sempurna dari orang lain dan tidak mau menerima kebenaran dari orang lain. Sifat sombong ini mungkin jadi timbul karena merasa memiliki amal ibadah yang banyak, kedudukan atau kecantikan yang berlebih.Sombong ini adakalanyasombong yang ada dalam diri (hati) dan adakalanya sombong yang terlahir.

3) Kikir

Sifat ini semacam menahan sesuatu yang berlebih terhadap yang membutuhkan, sifat ini termasuk sifat yang merugikan manusia, biasanya orang yang bersifat pelit dijauhi di tengah-tengah masyarakat dan akan menemui banyak kesukaran karna orang pada umumnya juga tidak suka pada orang-orang seperti ini.

(39)

Jauhkan sifat kikir atau bakhil ini, karna tidak akan ada manfaatnya kepada diri, malah sebaliknya akan merugikan terhadap diri sendiri.

4) Riya

Riya adalah lawan ikhlas, artinya adalah beribadah bukan karena Allah semata-mata, tetapi karena dorongan orang lain atau untuk mengharapkan pujian orang lain.

5) Rakus

Rakus yaitu merasa tidak puas menerima apa yang ada, merasa tidak puas ini merupakan suatu penyakit mental. Bagi orang- orang rakus kepuasan bathin tidak akan ada, sebab orang tersebut dikuasai oleh nafsu.

Diantara sifat-sifat yang tergolong ke dalam akhlak tercela di atas, harus di buang jauh-jauh dari dalam diri, karena sifat itu akan menjerumuskan manusia kepada kedurhakaan kepada Allah SWT.

7. Metode Pembinaan Akhlak

Metode adalah suatu jalan atau cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.35Dalam pembinaan akhlak, metode lebih diarahkan pada cara yang ditempuh oleh seorang pendidik terhadap anak didik untuk mencapai akhlak yang baik atau akhlak terpuji.

Pembinaaan akhlak adalah suatu usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seseorang anak didik. Pribadi yang kokoh dihiasi

35 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,1998), cet- 2,h. 77

(40)

dengan pendidikan dan pembinaan yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan pribadi sesorang kususnya dan masyarakat pada umumnya.

Pribadi anak yang sangat baik tidak akan didapatkan kecuali apabila anak telah didik serta dibina dari segala aspek kehidupan yang dibutuhkan.

Bagi anak yang dikeluarga, orang tualah yang dapat membinanya ke arah akhlak yang terpuji, untuk itu tua harus mempunyai dengan cara atau metode yang dapat membina akhlak mereka kearah yang diharapkan.

Dalam pembinaan akhlak dapat dilakukan pendidikan dengan cara metode keteladanan sikap dan tingkah laku, sebab metode keteladanan sikap dan tingkah laku, s ebab metode keteladan ini sangat memberi pengaruh dalam pembinaan akhlak dan budi pekerti anak. Hal ini senada dengan pendapat nur uhbiyat yang mengatakan bahwa metode besar pengaruhnya dalam pembinaan akhlak adalah metode keteladanan atau pemberian contoh.36

Firman Allah dalam surat Al Ahzab : 21 yang berbunyi:



































“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Bertolak pada ayat diatas bahwa pada diri nabi SAW terdapat contoh yang mestiditeladani, sebab kepribadian, karakter dan prilakunya terhadap manusia merupakan perwujudan dari Al Alquran.

36 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam ( Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet. ke- 1, h.

117

(41)

Dalam proses pendidikan mencontoh atau meniru seorang pendidik adalah suatu kecendrungan bagi anak didik, maka pendidik menjadi mengetahui dan harus mencontohkan prilaku yang baik dan terpuji. Begitu juga dalam lingkungan keluarga, maka orang tualah yang akan dijadikan sebagai tolak ukur dalam berbuat. Selanjutnya apabila anak dalam lingkungan masyarakatlah yang mewarnai sikap dan tingkah laku anak.

Cara lain yang tak kalah pentingnya dalam pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan cara pembiasaan. Pembentukan sikap atau akhlak melalui pembiasaan sangat penting, karena bisa saja disebabkan oleh kemampuan intelengensi anak masih rendah atau belum dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk.

Selain itu pembinaan akhlak dapat pula dilaksanakan dengan cara perumpamaan. Hal ini senada denga pendapat M.Arifin yang mengatakan bahwa metode pendidikan akhlak yang baik adalah metode amstal ( perumpamaan ) tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan yang hak dengan yang batil.37

Dalam Al Quran banyak dicontohkan sifat Allah dan sikap manusia melalui metode perumpamaan seperti yang terdapat dalam surat al baqarah ayat 26 yang berbunyi:















































































37 M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdispliner, (Jakarta: Bumi Aksara,1996),h.77

(42)

“Sesungguhnya Allah tidak segan memperbuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,mereka hanya tau bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata,”apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan ) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat,dan dengan itu banyak pula orang yang Diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain oran-orang fasik.

Berdasarkan ayat diatas, jelaslah bahwa menerapkan metode perumpamaan akan meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang sesuatu.

Kemudian dalam pembinaan akhlak peserta didik dapat juga dilakukan dengan metode praktek atau latihan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman an nahlawi yang mengatakan bahwa metode praktek dan latihan akan mengarahkan perhatian peserta didik menjadi individu yang stabil, berakhlak mulia serta menghasilkan suatu yang produktif.

Dari keterangan yang telah diuraikan diatas mengenai metode pembinaan akhlak dapat difahami bahwa metode merupkan suatu hal yang sangat menentukan terhadap ketercapaian suatu tujuan yang diinginkan.

Pelaksanaan dan pemilihan metode yang tepat guna, selain memudahkan dalam melaksanakan pendidikan juga mudah diterima dan difahamoi oleh peserta didik.

B. Urgensi Pendidikan Akhlak Bagi Siswa

(43)

Sebelum mengetahui lebih dalam lagi tentang apa itu akhlak, maka kharus mengenal terlebih dahulu apa itu urgensi. Urgensi merupakan hal terpenting atau kepentingan. Sedangkan akhlak merupakan tabiat, perangai, tingkah laku dan kebiasaan. Jadi, urgensi akhlak adalah hal-hal yang penting atau kepentingan akhlak. Pentingnya akhlak adalah untuk membentuk manusia menjadi budi pekerti yang baik dan sopan, santun, ramah dan sebagainya.

Pendidikan akhlak pada dasarnya adalah suatu proses edukasi untuk membantu setiap peseta didik mengaktualisasi potensi dirinya, baik jasmani maupun rohani (al-’aql, al- qalb, dan al-nafs), agar berkemampuan menata hubungan baik dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, dan alam semesta.38

Pendidikan akhlak sama dengan pendidikan agama,dalam arti kata pendidikan dasar dan konsep Islam.39 Pendidikan akhlak inilah yang harus dimulai orang tua di lingkungan rumah tangga. Memulai pembinaan kebiasaan- kebiasaan baik kepada anak, karena anak yang berusia muda dan kecil lebih banyak di lingkungan rumah tangga dari pada di luar.

Ibnu Sina sangat memperhatikan pendidikan akhlak, sebab menurut beliau akhlak itu penting bagi kehidupan manusia. Nilai kehidupan itu sendiri sebenarnya terletak pada akhlak itu tadi. Apalagi pendidikan modern dewasa ini pun dengan tegas mengingatkan kepada guru bahwa pendidikan itu tidak hanya bertujuan mendapatkan ilmu semata, namun lebih dari itu bertujuan terwujudnya

38 H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 5, h. 32.

39 Sudirman,Pilar-Pilar Islam Menuju Kesempurnaan Sumber Daya Muslim,(Malang:Husna qarina,2011)hal.265

(44)

akhlak yang mulia, seperti terbentuknya siswa yang berkepribadian baik, mandiri, rajin bekerja, berlaku adil dalam segala hal, membiasakan diri berbuat baik dan bersikap hati-hati,berbicara baik, jujur dan lainnya.40 Semua itu tentu akan lebih pergunabagi seorang anak dibandingkan daripada segudang ilmu pengetahuan teoritas yang memenuhi otaknya, yang sering kurang diperlukan dalam kehidupan praktis sehari-hari.

Sejalan dengan kaidah dalam dunia kedokteran bahwa preventif itu lebih baik dari refresif, menjaga lebih baik dari pada mengobati. Begitu juga dalam bidang pendidikan akhlak bahwa membina akhlak anak didik sedini mungkin itu lebih baik dari pada memperbaiki akhlakanak yang sudah rusak. Diantara bukti perhatian Ibnu Sina terhadap pendidikan akhlak ini, tercemin dalam pandangan beliau tentang penting nya memilih teman yang baik bagi akhlak nya. Karena menurut beliau kecendrungan anak meniru temannya baik ucapan, tingkah laku, maupun kebiasaan hidupnya. Oleh karena itu pendidik harus pandai-pandia memilih lingkungan tempat bergaul anak atau anak didik kita. Kita harus sering menanyakan kepada dia siapa saja teman-teman nya, selalu ingatkan agar selalu pandai memilih teman dan jangan bergaul dengan teman yang tidak baik.

Kita tahu bahwa masa kanak-kanak itu merupakan fase kehidupan yang sangat penting dan pendidikan pada masa itu merupakan dasar pokok pendidikan.

Tak ubahnya fondasi bagi suatu bangunan, masa kanak-kanak itu adalah

40K.H. Syamsudin Asyrofi, Beberapa Pemikiran Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing,2012),hal.186

(45)

kehidupan seseorang.oleh karena itu, belajar di masa kecil seperti mengukir di atas batu, sedangkan belajar pada usia dewasa tak ubahnya melukis di atas air.41

Oleh karena itu kita selaku pendidik harus selalu menunjuki akhlak yang baik kepada anak didik, dari segi hal apa pun. Begitu juga akhlak kepada Allah, Manusia, Lingkungan.

Adapun hal-hal yang penting dalam akhlak itu dalah sebagai berikut:

1. Akhlak kepada sang pencipta (Allah)

Hubungan manusia dengan Allah adalah hubugan manusia dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan hidup manusia selalau ketergatungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah kepada sang maha kuasa, yang perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna ialah Allah tuhan maha esa.42

Bentuk pengimplentasian akhlak manusia terhadap Allah adalah sebagai

berikut :

a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.

b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.

c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.

d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.

e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.

f. Senantiasa mengingat Allah SWT.

41K.H. Syamsudin Asyrofi, Beberapa Pemikiran Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing,2012),hal 188

42 Ibid. 38

(46)

g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.

h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.43 2. Akhlak terhadap sesama manusia

Hubungan dan akhlak yang baik manusia dengan manusia itu merupakan bentuk pengabdian dan ketaatan manusia terhadap sang penciptanya,Sehingga dalam kehidupan satu dengan yang lainnya akan dipandang sebagai pribadi yang baik.

Bentuk akhlak terhadap manusia terbagi atas:

1. Akhlak terhadap orang tua 2. Akhlak terhadap guru 3. Akhlak terhadap tetangga 4. Akhlak dalam bermasyarakat

5. Akhlak pergaulan laki-laki dan perempuan44 3. Akhlak terhadap lingkungan atau alam sekitar

Manusia hidup memerlukan lingkungan karena memang manusia hidup didalam lingkungan. Lingkungan perlu dijaga dan diperhatikan. Kahar Mansyur mengemukakan pengertian lingkungan adalah lingkungan sekeliling sedangkan pengertian hidup adalah sesuatu yang terus ada, bergerak dan bekerja. Jadi lingkungan hidup ialah keadaan sekeliling dari kehidupan manusia dimuka bumi ini, seperti udara yang dibutuhkan untukk pernafasan, sunbgai untuk keperluan air minum. Dan ikan-ikan yang terdapat didalamnuya bisa

43. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 63.

44 Ibid.h.124

Referensi

Dokumen terkait

secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran pendidik masih

Alasan khusus lain adalah Mataram mempunyai angka prevalensi MCF cukup tinggi (MUTHALIB, 1988); demikian pula Banyuwangi, yang barangkali didukung oleh faktor predisposisi

6) Guru menyuruh siswa untuk menggabungkan kalimat menjadi karangan dengan kata penghubung yang tepat dan memperhatikan penggunaan ejaan secara individu.

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Pokok permasalahan dalam SKRIPSI ini adalah

Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Pembimbing: Drs. Abdul Manab M.Ag. Kata

Peningkatan Mutu Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Program Magister Pendidikan Agama Islam, Universitas

Hal ini diperkuat oleh Prihanti (2015) yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran dapat membuat retensi belajar lebih tinggi, pembelajar

Kamus data dibuat berdasarkan berdasarkan arus data yang mengalir di data flow diagram, maka nama arus data juga harus dicatat di kamus data sehingga dalam membaca