• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Perilaku

6. Aliran Behavior

Aliran Behavioristik

Aliran ini berpendapat bahwa perubahan dalam tingkah laku sebagi akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons. Adapun para ahli yang berkarya dalam aliran ini yaitu : Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie dan Skinner.

55 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),h.47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian

Dalampenelitianinipenulismenggunakanjenispenelitaianlapangan(fiel research) denganjenispenelitiankualitatif(qualitatife research) yaitupenelitian yang ditujukanuntukmendeskripsikandanmenganalisisfenomenaperistiwa, aktifitas social, sikap, kepercayaan, pemikiran orang secara individual maupunkelompok. 56 Penelitianlapangan(fiel research) yang menggunakanmetodedeskriptifyatimengambarkankeadaanobjek yang ditelitisebagaimanaadanya, sesuai data yang diperoleh di lapangan.

Pendekatankualitatifadalahsuatu proses penelitiandanpemahaman yang

berdasarkanpadametodologi yang

menyelidikisuatufenomenasosialdanmasalahmanusia.

Padapendekataninipenelitimembuatgambarankompleks, meneliti kata-kata, laporanterperincipadapandanganresponden, danmelakukanstudipadasituasi yang alami.57

B. LokasiPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di : MTs Adat Dan Syara’ Kanagarian Matua Mudiak Kec.Matur. Alasan pemilihan lokasi ini

56Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal 60

57 Massofa,http://massofawordpresscom/2008/01/14/kupas-tuntas-metode-penelitian-kualitatif-bag-1/, (05 Mei 2016)

adalah penulis menemukan ada gejala-gejala atau fenomena yang menjadi permasalahan penelitian yang akan diteliti lebih lanjut.

C. Informan

Informanadalah orang yang

dimanfaatkanuntukmemberiinformasitentangkondisidansituasilatarpenelitian.Infor maninimempunyaibanyakpengalamantentanglatarbelakangpenelitian.Diaberkewaj ibansecarasukarelasebagaitimpeneliti, walauhanyabersifat informal sebagaianggotatimdengankebaikannyadankesukarelaanya, diadapat member pandangantentangnilai-nilai, sikap, bangunan, proses dankebudayaanmenjadilatarbelakangpenelitiansetempat.58

Adapun yang menjadiinformankuncidalampenelitianiniadalahguru MTs Adat Dan Syara‟yang mengajar di sekolahtersebut.. Sedangkan informan pendukung adalahsiswakelas VIII MTs AdatdanSyara‟.

D. TeknikPengumpulan Data

Dalammendapatkan data yang sangatakuratdanteraturperludikumpulkan data denganbeberapacarayaitu :

1. Observasi

Observasiadalahkegiatanpengamatandanpencatatansecarasistematisterhadap gejala-gejala yang tampakpadaobjekpenelitian.59

Observasiialahmetodeataucara-cara yang

58Lexi J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet Ke- 5, hal 90

59S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet Ke-6, H.158

menganalisdanmengadakanpencatatansecarasistematismengenaitingkahlakudenga nmelihatataumengamatiindividuataukelompoksecaralangsung.

Denganteknikini,

penulismelakukanpengamatanlangsungketempatpenelitianyaitu di MTS Adat Dan Syara‟ di Kanagarian Matua Mudiak Kecamatan Matur, yang manabertujuan agar data yang dibutuhkandapatdihasilkansecaracermatdanmenyeluruh.Adapun yang penulisamatiadalahimpelentasipendidikan akhlak di MTS Adat dan Syara‟.

2. Wawancara

Wawancaraadalahkegiatanuntukmendapatkaninformasilangsungdenganmen gajukanpertanyaanpadainforman. 60 Wawancaramerupakanalat rechecking

ataupembuktianterhadapinformasiatau yang

diperolehsebelumnya. 61 Wawancarajugaberartisuatukegiatan yang dilakukanuntukmendapatkaninformasisecaralangsungdenganmengemukakanperta nyaan-pertanyaanlisankepadainforman.62

Dengandemikian,

wawancaramerupakanpercakapandenganmaksudtertentu.Percakapanitudilakukano lehdua orang yaitu, pihakpewawancara (interviewen) yang mengajukanpertanyaandan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikanjawabanataspertanyaan yang diajukan.Jadi yang

60Sanafiyah Faisal,Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Usaha Nasional, 1982) hal. 21

61Ibid...hal.158

62Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Studi Dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet Ke-2 hal 39

penuliswawancaratentangImplementasiPendidikanAkhlakTerhadapPerilakuSiswa Di MTs Adat Dan Syara‟ Di kenagarianMatuaMudiakKec.Matur.

3. Dokumentasi

Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, maka penulis

menggunakan dalam penelitian ini pengumpulan data secara dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti,agenda dan sebagainya. Dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefenisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak atau

terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Adapun defenisikan dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan

keterangan.63Dalamhalini yang di

jadikandokumentasiadalahtentangImplementasiPendidikanAkhlakTerhadapPerila kuSiswa Di MTs Adat Dan Syara‟ Di KenagarianMatuaMudiakKec.Matur.

E. Teknik Pengolahan Data 1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses penyelesaian, penyederhanakan, pengabstrakan dan pemindahan data mentah yang diperoleh dari matrik, catatatan lapangan, sebagai wahana merangkum data. Tahapnya adalah data dianalisis untuk mencari hal-hal yang penting kemudian data dikelompokkan dan data diseleksi sesuai dengan alat yang dibutuhkan, terakhir mengorganisasikan data agar lebih sistematis sehingga dapat dibuat kesimpulan yang bermakna.64

63Wawan Junaidi, http://pendidikaninfoguecom/pengertiandokumentasi, (05 Mei 2016)

64Sanafiyah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Usaha Nasional, 1982) hal. 204

2. Display Data

Display data yaitu penyajian data dengan kegiatan menampilkan informasi yang didapatkan melalui kegiatan redaksi, kemudian informasi yang diperoleh baik melalui kegiatan redaksi maupun wawancara dihimpun dan diorganisasikan berdasarkanfokus masalah penelitian, yang nantinya di tampilkan dalam bentuk tabel agar mudah dipahami dan dapat merencanakan kegiatan selanjutnya. Dari hasil display data inilah yang ditarik suatu kesimpulan sementara yang kemudian dilakukan verivikasi atau pembuktian kebenaran.

3. Kesimpulan / Verivikasi Data

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada karena didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali dari lapangan.

F. Triangulasi

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertian triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.65

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut

65Lexi J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet Ke- 5, hal 178

Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.66

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat.

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.67

66Lexi J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995) Cet Ke- 5, hal 178

67Ibid...hal 178

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PRILAKU SISWA DI MTs ADAT SYARA’

Pendidikan akhlak adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berprilaku sebagai insan kamil. Pendidikan seperti ini yang sedang dicanangkan oleh MTs Adat dan Syara‟ kecamatan Matur sebagai lembaga formal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan yaitu:

“Pendidikan akhlak ini sudah jauh-jauh sebelumnya dikembangkan di MTs Adat dan Syara‟ini, yang terindikasi pada mata pelajaran akidah akhlak, ditambah lagi secara formalitasnya sudah terlihat pada semua mata pelajaran, secara kongkritnya disebutkan sebagai karakter yang diharapkan. Karena karakter itu hakikatnya hampir sama dengan akhlak atau sikap. Pendidikan yang seperti inilah yang harus kami kembangkan lagi di sekolah, agar tercapainya tujuan dari pendidikan itu”.68

Penerapan pendidikan berkarakter secara formal di MTs Adat dan Syara‟

Matur diterapkannya kurikulum tiga belas dimana aspek pendekatannnya adalah aspek sikap spritual dan kognitif didalamnya. Hal ini sudah terlihat dalam rencana kegiatan pembelajaran (RPP). Melalui pembuatan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) yang dilengkapi nilai-nilai karakter dan sikap yang dikembangkan kepada peserta didik, mampu menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang diberikan oleh seseorang pendidik.

68 Lili Suryani, Kepala Sekolah MTs Adat dan Syara, Wawancara Pribadi,Matur, Senin 14 November 2016

Pendidikan akhlak di MTs Adat dan Syara‟ sudah mulai diterapkan pada semua mata pelajaran dan terutama pada mata pelajaran pendidikan akidah akhlak, tapi masih butuh pengembangan dan pembenahan. Hal ini terlihat dari observasi penulis dari tanggal 28 November sampai Januari 2017, yang penulis hadir ke sekolah itu 3 kali dalam seminggu, yaitu Selasa Jum‟at dan Sabtu yang penulis lakukan di MTs Adat dan Syara‟. Selain itu juga didukung oleh wawancara penulis dengan beberapa informan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan yaitu:

“Pendidikan akhlak merupakan bentuk pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai pada peserta didik, seperti jujur, disiplin, tanggung jawab.

Pendidikan ini sudah diterapkan oleh semua guru dan terutama guru pendidikan akidah akhlak, biasanya dalam ulangan atau ujian anak harus jujur, tidak menyontek, memeriksa ulangan sendiri dengan yang salah ya disalahkan. Pendidikan ini sudah diterapkan tapi masih butuh pengembangan dan pengrealisasian lagi, dikarenakan masih banyak kekurangan disana sini”.69

Kemudian ditambahkan lagi oleh informan yang lainya yaitu:

“Pendidikan akhlak itu secara 100 % belum diterapkan dalam proses pembelajaran kegiatan pembelajaran yang objeknya dalah prilaku dan karakter siswa. Hal ini ada panduanya seperti RPP, dalam RPP itu sudah terlihat karakter atau akhlak yang diharapkan. Nah, itu sangat membantu sekali dalam penerapnya pada proses pembelajaran. Di dalam RPP itu sudah terlihat sikap atau akhlak yang diharapkan dari pembelajaran”.70 Kemudian ditambahkan lagi oleh informan yang lain, yaitu:

“Pendidikan akhlak itu merupakan pendidikan yang membina prilaku siswa.Makna yang ditangkap disini adalah seorang pendidik memberikan

69 Yuli Guru Akidah Ahklak di MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur, Jum,at 18 November 2016

70 Herni, Wakil Kurikulum di MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur, Jum,at 18 November 2016

pembelajaran terhadap suatu gagasan dimana dari gagasan itu ada nilai-nilai pendidikan akhlak yang membentuk pada prilaku siswa.Nah,sebenarnya pendidikan ini sudah dilakukan oleh setiap guru, hanya banyak kekurangannya dari segi pengimplementasiannya, yang butuh sekali pengembangan untuk mengimplementasiannya”.71

Dalam hal ini terlihat sekali bahwa pendidikan akhlak itu akan tertuntun pada prilaku siswa. Tujuannya pembelajaran yang diberikan itu yaitu pembelajaran yang berisikan nilai-nilai akhlak yang mampu mengubah pola prilaku siswa dalam aspek kehidupannya. Untuk hal itu dilakukan suatu usaha yang optimal yang dilakukan sesorang pendidik dalam mencapai tujuan dari pendidikan akhlak tersebut, meskipun hal ini sudah ada penerapannya hanya perlu usaha untuk mengembangkannya, seperti yang sudah direalisasikan oleh MTs Adat dan Syara‟.

A. Usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan pendidikan akhlak terhadap prilaku siswa di MTs Adat Syara‟

Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam penerapan nilai-nilai akhlak tentu sesuai dengan visi dan misi dari sekolah. Visi dan misi sekolah itu merupakan satu dan kesatuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilakukan dalam sebuah instansi. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk menerapkan pendidikan akhlak terhadap prilaku siswa di MTs Adat dan Syara‟

adalah :

1. Membangun karakter Islam melalui proses keteladanan, pembiasaan, dan pedampingan siswa.

71 Lili Suryani, Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribad, Matur, Senin 14 November 2016

Untuk membangun karakter dan nilai-nilai akhlak islam melalui proses keteladanan, pembiasaan, dan pedampingan kepada siswa, maka kepala sekolah dan guru membuat beberapa usaha-usaha yang harus dikerjakan, yaitu:

a. Menjadi teladan bagi siswa

Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan yang diberikan kepada peserta didiknya baik adari aspek pengetahuan maupun aspek spitual dan akhlak peserta didik, oleh sebab itu menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik merupakan usaha guru untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak.

Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan guru akidah akhlak di MTs Adat dan Syara‟, yang mengatakan bahwa:

“ Untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak pada prilaku siswa maka saya mulai menerapkan pada diri saya sebagai seorang pendidik.

Hal ini dilakukan sebab seorang pendidik akan diperhatikan oleh siswa, baik itu penampilan maupun tindak tanduk saya dalam bersikap, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat, tentunya tak terlepas dari diri saya sebagai manusia biasa yang memiliki salah dan khilaf, maka saya berupaya untuk selalu bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang semestinya. Misalnya menerapkan nilai-nilai disiplin untuk tidak terlambat pada siswa, maka saya berupaya harus disiplin hadir

mengajar didalam kelas, berusaha tidak terlambat, karena nantinya jika saya tidak disiplin bagaimana mungkin siswa saya bisa disiplin. Nilai-nilai akhlak itu secara tidak langsung sudah termuat dalam RPP yang termuat didalamnya karakter yang dharapkan. Dengan adanya di RPP sangat membantu mengingatkan saya dalam kegiatan proses

pembelajaran yang berlangsung didalam kelas terkait dengan nilai-nilai apa yang harus saya terapkan kepada peserta didik saya”. 72

72 Yuli Guru Akidah Ahklak di MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur, Jum,at 18 November 2016

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah yang mengatakan bahwa :

“Guru itu adalah model, model disini artinya guru itu merupakan sebagai contoh bagi siswanya, baik dari segi ucapan ataupun perbuatan.

Seperti guru besar baginda rasul kita nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri teladan yang baik bagi kita umat islam”. 73

Dalam hal ini guru merupakan model dalam pembelajaran, untuk menghasilkan manusia yang berpendidikan dan beradab maka terlebih dahulu seotrang guru atau pendidik harus memperbaiki kepribadian terlebih dahulu.

Kemudian hal ini juga didukung dengan pendapat informan lain yaitu:

“Guru disini sering menasehati kami agar tidak berpakaian baju yang tidak ketat, sempit, dan transparan. Namun nasehat itu dia praktekkan dulu kepada dirinya, Misalnya ibu berpakaian ke sekolah baju seragam sekolah tidak sempit, tidak transparan”.74

Sebagai seorang pendidik upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengimplementasikan pendidikan akhlak terhadap prilaku peserta didik yaitu dengan berusaha dulu memulai perubahaan dari diri sendiri, karena untuk melakukan perubahaan itu harus dimulai dari diri sendiri baru dapat diikuti oleh orang lain ketika kepribadiaan itu sudah baik dari pendidik itu sendiri. Hal ini juga serupa yang disampaikan lagi oleh ibu kepala sekolah MTs Adat Syara‟ yang mengatakan bahwa:

“Usaha saya dalam menerapkan nilai-nilai dari pendidikan akhlak itu yaitu saya mulai dari diri saya sendiri dulu, yaitu menjadikan contoh yang baik bagi peserta didik saya, karena dengan begitu saya akan mudah mengajak orang terutama peserta didik saya untuk sama-sama mengamalkan nilai-nilai karakter itu. Dan juga mengajak para guru

73 Lili Suryani, Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Senin 14 November 2016

74 Aprinaldi, siswa kelas VIII MTs Adat dan Syara‟, Wawancara pribadi, Matur,Jum‟at 18 November 2016

untuk sama-sama mengamalkan dan menekan nilai-nilai karakter itu terhadap peserta didik, tentunya sesuai dengan RPP yang telah dimuatkan nilai-nilai yang diharapkan dari pembelajaran berlangsung.

Salah satu contoh yang saya amati pada guru akidah akhlak, guru akidah akhlak berpakaian baju kerjanya tidak pas badan, karena guru akan mengajarkan anak untuk tidak berpakaian yang sempit terhadap seragam sekolahnya, maka guru agama itu memulai dulu pada dirinya agar peserta didik bisa menerima apa yang diajarkan oleh gurunya”.75

Dengan demikian Ibu Lili Suryani selaku kepala sekolah MTs Adat Syara‟ mengawali penerapan nilai-nilai akhlak itu dimulai dari dirinya pribadi, kemudian diikuti oleh pendidik, dan baru dimulai dikembangkan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu menerima segala yang di sampaikan tentang nilai karater itu hingga nantinya peserta didik dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Erni selaku wakil kepala sekolah di MTs Adat Syara‟, yang berpendapat bahwa:

“Menerapkan nilai-nilai akhlak pada siswa, yang jelas saya berusaha untuk menjadi contoh dan berusaha menjaga wibawa saya sebagai guru, agar peserta didik bisa mendengarkan saya. Mungkin awalnya dia terpaksa, tapi lama-lama kelamaan ia akan terbiasa dengan apa yang sudah diajarkan dibebankan padanya, contohnya dari nilai akhlak bertanggung jawab, bertanggung jawab ini misalnya dari segi anak mengerjakan tugas yang diberikan guru itu, ada tidaknya tugas itu dikerjakan, itu merupakan kegiatan atau cara guru dalam melatih anak dari segi bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang diembankan padanya. Awalnya mungkin anak akan merasa terpaksa mengerjakan dengan tugas yang diberikan oleh guru, tapi lama-lama kelamaan anak akan terpaksa dengan apa yang sudah diberikan padanya”.76

Jadi berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa guru berupaya menjadikan sosok dirinya menjadi orang yang dapat

75 Lili Suryani, Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Senin 14 November 2016

76 Erni , Wakil Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Senin 14 November 2016

dicontoh oleh siswa, juga berpandai-pandai dalam menyampaikan nilai-nilai ahklak terhadap prilaku peserta didik di MTs Adat dan syara‟.

b. Pembiasaan membaca Al Quran sebelum proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh guru akidah akhlak, yang mengatakan bahwa:

“Membiasakan kepada anak membaca Al Qur‟an sebelum pembelajaran berlangsung ini merupakan rutinitas disini, selain itu kegiatan ini dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai ahklak pada peserta didik, contohnya saja menanamkan nilai-nilai cinta Al Quran terhadap peserta didik. Anak akan membiasakan diri untuk membaca alquran setiap hari, minimal satu ayat. Hal ini juga sesuai dengan anjuran rekomendasi pemerintah daerah, tentang one day one ayat”.77

Hal ini sesuai dengan pengamatan yang penulis lakukan yaitu penulis melihat setiap pagi sebelum proses pembelajaran berlangsung, siswa dikelas VIII siswa membaca Al Qur‟an, baik secara bergantian maupun secara sendiri sendiri.78 Rutinitas membaca Al Qur‟an yang dilakukan setiap hari sebelum pembelajaran berlangsung, merupakan suatu kegiatan yang efektif sehingga membiasakan peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai cinta Al Quran, hal yang demikian dapat mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik tentang urgennya membaca Alqur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Hal serupa juga dikemukakan oleh salah seorang guru, yang menyatakan bahwa:

“Dalam pembelajaran di kelas, sebelum materi pelajaran itu anak disuruh untuk membaca alquran, ini dilakukan pada mata pelajaran agama saja tapi semua mata pelajaran, yang jadwal pagi. Baca alquran itu merupakan

77 Yuli Guru Akidah Ahklak di MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Jum,at 18 November 2016

78 Pengamatan Penulis, 27 Oktober 2016

cara mendudung bagi peserta didik terbisa membaca alquran, spesifiknya meningkatka nilai-nilai cinta Al Quran”.79

Rutinitas dalam membaca Al Qur‟an sebelum pembelajaran berlangsung, bukan hanya diterapkan pada pembelajaran agama Islam saja, tapi pada semua mata pelajaran, dengan demikian akan sangat membantu dalam paserta didik agar terbiasa dalam membaca Al Qur‟an. Hal serupa juga dikemukan oleh informan lain, dengan pernyataanya sebagai berikut:

“Cara lain dalam merapkan nilai-nilai ahklak itu yaitu dengan cara membuat kegiatan dalam pembelajaran yaitu dengan membaca Al Quran, tentunya sebelum materi berlangsung yang diberikan oleh guru, pada jam pagi atau jam pertama pembelajaran selam 15 menit”.80

Hal ini juga diungkapkan oleh siswa MTs Adat Syara‟, yaitu

“Setiap hari sebelum pembelajaran berlangsung kami membaca Al Quran dulu beberapa ayat, semuanya membaca tiap hari itu, kemudian dilanjutkan beberapa orang saja secara bergantian, yang lain menyimakkan”.81

Jadi berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa cara yang dilakukan oleh guru dan pihak sekolah untuk menerapkan pendidikan ahklak itu terhadap prilaku siwa adalah dengan pembiasaan kepada peserta didik, membaca Al Quran pada proses pembelajaran berlangsung, selama 15 menit pada jam pertama tujuannya agar membiasakan kepada peserta didik untuk terbiasa membaca Al Quran setiap hari.

c. Melaksanakan kultum pada hari Jum‟at

79 Erni , Wakil Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Senin 14 November 2016

80 Lili Suryani, Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Senin 7 November 2016

81 Rahmatul Sandi, Siswa kelas VIII MTs Adat dan Syara‟, Wawancara pribadi, Matur, Jum‟at 18 November 2016

Melaksanakan kultum pada hari Jum‟at merupakan rutinitas yang dilakukan oleh peserta didik di MTs Adat Syara‟. Hal ini sesuai dengan wawancara penulis dengan informan, yamg mengatakan bahwa:

“Sebenarnya banyak cara yang kami lakukan dalam menerapkan pendidikan ahklak pada peserta didik kami, diantaranya pada hari jum‟at anak mengikuti kegiatan kultum di lapangan sekolah dan diadakan pemungutan infak, nilai-nilai akhlak yang ada disitu yaitu rasa cinta terhadap Allah dan mahluk sekitar serta mampu mengasah kepercayaan diri tampil didepan umum”82

Hal serupa juga dengan observasi yang penulis lakukan,penulis melihat cara guru dalam menerapkan nilai-nilai akhlak itu pada prilaku peserta didik yaitu dengan peserta didik setiap pagi Jum‟at melasanakan kultum di lapangan sekolah, dimana yang menjadi pelaku dalam kegiatan itu adalah peserta didik itu sendiri.

Dan juga dilakukan pemungutan infak terhadap peserta didik.83. hal ini juga serupa dengan penuturan informan, yatu:

“Setiap pagi Jum‟at kami rutin melaksanakan kultum dan pemungutan infak disekolah. Hal ini sudah menjadi rutinitas setiap hari jum‟at”.84 Banyak cara yang mampu dilakukan guru dalam menerapkan nilai-nilai akhlak pada prilaku siswa. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapkan dari nilai-nilai karakter itu, yaitu dengan peserta didik melaksanakan kultum dan pemungutan infak yang dilakukan pada hari Jumat di lapangan sekolah. Kesemuanya itu untuk mencoba merealisasikan nilai-nilai akhlak cinta kepada sang pencipta, cinta sesama serta penimgkatkan kepercayaan diri peserta didik.

82. Lili Suryani, Kepala Sekolah MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Senin 7 November 2016

83 Observasi Penulis, Matur, Jum‟at, 25 November 2016

84 Niken Yulian, Siswa Kelas VIII MTs Adat Syara‟, Wawancara Pribadi, Matur,Selasa 18 Oktober 2016

d. Salat zuhur berjama‟ah

d. Salat zuhur berjama‟ah

Dokumen terkait