• Tidak ada hasil yang ditemukan

larangan korupsi menurut perspektif Isla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "larangan korupsi menurut perspektif Isla"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengantar

Kasus Suap dan Korupsi merupakan masalah yang seolah tak ada habisnya. KPK yang merupakan lembaga pemberatasan korupsi menjadi kewalahan dengan ulah para pejabat di Indonesia yang semakin pandai dalam mengolah aksi liciknya.

Korupsi adalah masalah besar yang dihadapi negara-negara dengan perkembangan ekonomi pesat, Peringkat Indonesia di indeks korupsi yang dikeluarkan Transparency International naik dari 114 ke 107. Tapi masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura.

Kesejahteraan yang belum merata di Negara ini, semakin bertambah buruk akibat ulah para koruptor. Akhirnya rakyat yang harus menanggung dampaknya. Diantaranya, Listrik belum mampu tersebar ke seluruh wilayah di Indonesia, sehingga masih banyak masyarakat yang harus bertahan dalam kegelapan. Bahkan Infrastruktur di beberapa daerah masih belum memadai, padahal perkembangan zaman semakin pesat.

Tranparency International mengingatkan, korupsi tidak hanya merampok hak asasi masyarakat miskin, melainkan juga menciptakan masalah pemerintahan dan instabilitas. Untuk itulah, pemakalah berpendapat penting kiranya kita sebagai generasi muda untuk memahami betul buruknya tindakan korupsi (memakan harta orang lain) dan juga suap baik dalam pandangan Negara maupun agama.

(2)

B. Pandangan Tafsir Ulama Klasik a. QS. al-Baqarah [2]: 188

اوُلُكأأَتِل ِماّكُحألا ىَلِإ اَهِب اوُلأدُتَو ِلِطاَبألاِب أمُكَنأيَب أمُكَلاَوأم

َأ اوُلُكأأَت َلَو

َنوُمَلأعَت أمُتأنَأَو ِمأثِ ألاِب ِساّنلا ِلاَوأم

َأ أنِم اًقيِرَف

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”

Syaikh Imam Al-Qurthubi: Menurut satu pendapat, firman Alllan ini diturunaan aarena adanna peristiaa Alddan din Alsnaa’ All Hadnrami nang mengalaim narta milia Imri’il Qais All Kindi (sedagai nartanna). Mereaa aemudian memdaaa peraara ini aepada Nadi SAlW. lalu Imri’il Qais mengingaari alaim tersedut dan dia pun aaan melaauaan sumpan. Kemudian turunlan anat ini. Alanirnna Imri’il Qais urung melaauaan sumpan. Beliau aemudian memderiaan aepada Alddan tanannna, dan dia pun tidaa memperaaraaannna.1

Dalam nal ini, sesuatu nang dinaramaan tidaa lantas menjadi sesuatu yang yang dihalalkan hanya karena keputusan qadhi. Sebab keputusan qadhi itu hanya berlaku pada tataran lahiriyah saja.

Dengan demiaian, anat ini merupaaan dalil danaa aedatilan dalam mu’amalan merupaaan suatu nal nang tidaa diperdolenaan, namun dalam anat ini tidaa ditentuaan mana saja nal-nal nang datil itu.

Firman Alllan sat:

ماّكُحألا ىَلِإ اَهِب اوُلأدُتَو

ِ “janganlah kamu membawa (urusannya) harta itu kepada hakim. “menurut satu pendapat, nang dimaasud adalan amanan/aadi’an dan peraara-peraara nang tidaa mempunnai saasi. Pendapat ini diriaanataan dari idnu Alddas dan al-nasan.

1 Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)

(3)

Menurut satu pendapat, maana (nang teraandung dalam firman Alllan) ini adalan, janganlan aalian gunaaan narta aalian untua para penguasa dan pennogoa mereaa, agar mereaa memderiaan aeputusan untua aalian nang memduat narta itu menjadi dertamdan dannaa.

Idnu Altninan deraata, “pendapat ini ledin diunggulaan. Sedad para penguasa itu di duga dannaa menerima suap, aecuali mereaa nang dilindungi (Alllan), namun jumlan mereaa amat sediait.

Alnlu sunnan sepaaat danaa orang nang mengamdil narta daia dannaa atau sediait maaa dia di anggap seorang fasia dan merupaaan perduatan nang dinaramaan dagi dirinna. Namun, pendapat ini mengalami aontradiasi dengan pendapat Bisnr din All Mu’tamir dan orang-orang nang mengiautinna dari aalangan Mu’tazilan, nang mengataaan danaa “Seorang muaallaf tidaa dianggap sedagai orang nang fasia aecuali dengan mengamdil dua ratus dirnam.”2

Ibnu al-Arabi: anat ini menjelasaan danaa sedagian dari aita tidaa diperdolenaan memaaan narta sedagian nang lain dengan cara nang datnil, seperti rida, menipu, dan aorupsi demi memenuni aedutunannna, sedangaan dia mengetanui danaa perduatan ini dilarang.3

Ibnu Katsir: Dari ‘Alli din Aldi Talnan, dari Idn ‘Alddas deraata: danaasannna anat ini menjelasaan tentang laai-laai nang memiliai narta, namun tidaa memiliai duati aepemiliaan narta tersedut. Maaa ia memdaaanna aepada seorang naaim, seningga ia mengetanui danaa sesunggunnna narta tersedut adalan naanna. Dan dia mengetanui danaa memaaan narta nang naram adalan dosa, sedagaimana nang diriaanataan:

2 Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)

2007, nal. 772-773

3 Idn al-‘Alradn, Ahkam al-Quran, (Beirut: Daar al-Kutud) 1988, cet. 1

(4)

و ةداتق و نسحلا و ةمركع و ريبج نب ديعس و دهاجم نع

مهنأ ملسأ نب ديز نب نمحرلا دبع و نايح نب لتاقم و يدسلا

.ملاظ كنأ ملعت تنأو مصاخت ل :اولاق

“janganlah kalian berselisih, sedangkan kamu tahu bahwa perbuatan tersebut adalah zalim”

Alnat dan nadis diatas menjelasaan danaasannna seorang naaim tidaa disa merudan suatu aeputusan atas aenendaanna sendiri, maaa ia tidaa dolen mengnalalaan nang naram, dan tidaa dolen mengnaramaan nang nalal, dan ingatlan danaa setiap naaim aaan mendapataan dalasan dari setiap nang diaerjaaannna.

Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (w. 310 H) mengatakan bahwa makna dari ayat ini adalah: janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara yang batil atau cara yang tidak dibenarkan oleh Allah swt seperti, perjudian, penipuan, perampasan pengingkaran hak, cara-cara yang tidak disukai pemiliknya, dan apabila seorang qadhi (hakim) memberikan keputusan yang menguntungkanmu, sementara engkau tahu bahwa engkau telah berbuat batil. karena orang yang memakan harta saudaranya dengan cara yang batil seperti ia memakan hartanya sendiri dengan cara yang batil pula. 4

Aldapun firman-Nna

اًًًقيِرَف اوُلُك

أأًًَتِل ِماّكُحألا ىَلِإ اَهِب اوُلأدُتَو

َنوًًُمَلأعَت أمُتأنَأَو ِمأثِ ألاِب ِساّنلا ِلاَوأم

َأ أنِم

maananna: “dan kalian bersengketa atasnya kepada hakim agar dapat memakan harta orang lain dengan cara yang haram, sedang kalian mengetahuinya.” Maasudnna, aalian mengetanui narta itu naram tapi aalian sengaja memaaannna. Demiaian riaanat deriaut ini:

Bisnr menceritaaan aepada aami, ia deraata: nazid menceritaaan aepada aami, ia deraata: Sa’id menceritaaan aepada aami dari Qatadan tentang firman Alllan:

اوُلُكأأًًَت َلَو

4 Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari

(5)

ماّكُحألا ىَلِإ اَهِب اوُلأدُتَو ِلِطاَبألاِب ًأمُكَنأيَب أمُكَلاَوأمَأ

ِ ia mengataaan:

darangsiapa derjalan dengan musunnna sementara ia dzalim aepadanna, maaa ia telan derdosa sampai aemdali pada aedenaran. Dan aetanuilan anaa adam, danaa aeputusan naaim tidaa dapat mengnalalaan nang naram dan tidaa dapat memdenaraan nang datil untuamu, aarena naaim nanna memderiaan aeputusan sesuai dengan penglinatannna dan aesaasian para saasi atasnna, dan naaim adalan manusia diasa, ia teraadang disa salan dan denar. Dan aetanuilan, danaa darangsiapa nang diputusaan untuanna dengan aedatilan, maaa permusunannna tidaa selesai ningga Alllan mempertemuaan diantara aeduanna pada nari aiamat, lalu memenangaan nang denar.5

Ibnu Jarir at-Thabari, menjelasaan dederapa permasalanan dalam anat ini, diantaranna:

1.

لطابلا

(Janganlah kalian memakan harta diantara kalian dengan cara

batil). Ayat ini didahului dengan larangan memakan. Kata

لكا

dalam ayat ini tidak hanya berarti memakan tetapi mengambil dan menguasai. Kebanyakan mufassir menjelaskan bahwa penggunaan kata ini karena tujuan utama pencarian harta adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu makan. Objek larangan makan dalam ayat tersebut adalah kata

لاوما

. sebagaimana telah dijelaskan bahwa amwal bukan hanya berarti harta atau uang, tetapi mencakup harga dan benda yang dimiliki seseorang pada akhirnya juga dihitung dengan uang. Sedangkan kata

مكنيب

dalam ayat terebut mengandung makna bahwa penggunaan harta (amwal) selalu bersinggungan dengan orang lain. Interaksi ekonomi ini diberi rambu dengan satu kata yaitu bathil atau batal. Inilah kata kunci al-Qur’an untuk melarang masyarakat menggunakan harta secara terlarang.

5 Idnu Katsir dalam tafsirnna (2/211) diautip dari Aldu Ja’far Munammad

(6)

2.

لاومأ نم اقيرف اولك اتل مامكحلا ىلإ اهب اول دتو

نوملعت متنأو مإثاب سانلا

(dan janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui).

Ayat 188 suart al-Baqarah ini sebagai koreksi dari praktek suapyang dilakukan oleh perorangan atau lembaga. Praktek suap dalam ayat ini menggunakan kata اولدتو yang satu akar dengan kata اولد yang maknanya ember. Hal ini seseorang yang akan mengambil air di sumur sebagai kebutuhan hidupnya maka dia harus mengambil ember sebagai saran atau alat yang diamsukan kedalam sumur, sehingga dia memperoleh air sesuka dia. Artinya orang yang menyuap adalah orang yang berusaha mecari alat pelicin agar dia memperoleh sesuatu yang ia inginkan. Dia tidak akan berat hati untuk memberikan sumpah palsu ataupun saksi-saksi palsu.

Larangan suap bersipat mutlak tidak terbatas pada jumlah tertentu. Ini tersirat dalam lafadz

ساًًنلا لاوًًمأ نم اًًقيرف

potongan ayat ini mengindikasikan bahwa apapun harta orang lain yang akan disebut dengan cara yang tidak sesui syara’ tetap dilarang. Sedangkan kata

مسلاب

sebagaimana pada larangan memakan harta orang lain, berarti bahwa praktek suap tersebut merupakan upaya memakan harta orang lain yang dengan dikuatkan sumapah dan saksi palsu tersebut adalah perbuatan dosa. 6

Abu Ja’far berkata: Maknanya, janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara yang batil. Allah menganggap orang yang memakan harta saudaranya dengan cara yang batil seperti ia memakan hartanya sendiri dengan cara yang batil. Dan memakan harta dengan cara batil maksudnya, memakannya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Allah Ta’ala.

6 Dr. Lilia ummu aultsum, Dr. Aldd. Moqsitn Gnazali Tafsir Ahkam,Haa

(7)

Adapun Firman-Nya متنأو مإسلا سلنلا لاومأ نم لقيرف اولكأتل ملكحلا ىلإ لها اول دتو

نوملعت

.

Maknanya: dan kalian bersangka atasnya kepada hakim agar dapat memakan harta orang lain dengan cara yang haram, sedang kalian mengetahuinya. Maksudnya bahwa kalian mengetahui harta itu haram tapi kalian sengaja memakannya. Seperti dijelaskan dalam riwayat berikut:

 Al Mutsanna menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Shalih menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu’awiyah bin Shalih menceritakan kepadaku dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas:

مكلاومأ اولكأت و

ماكككحلا ىلإ اهب اولدتو لطبلاب كمكنيب

Ini berkenaan dengan orang yang memegang harta tapi tidak ada bukti kepemilikannya.

 Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: Isa menceritakan kepada kami dari ibnu Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah:

ىلإ اهب اول دتو

ماكحلا

Ia berkata: jangan bersangketa sementara anda dzalim.

 Al Mutsanna menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, ia berkata: Syibil menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, riwayat yang sama.

 Bisyr menceritakan kepada kami, Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah tentang firman Allah:

اككهب اوككل دككتو لككطبلاب مكنيب مكل اوككمأ اولكأت و

ماكحلا ىلإ.

ia mengatakan: barangsiapa berjalan dengan musuhnya sementara ia dzalim kepadanya, maka ia telah berdosa samapi kembali kepada kebenaran.

(8)

ماكحلا

ia berkata: janganlah kau mempersengketakan harta saudaramu kepada hakim sementara kau mengetahui dirimu dzalim, karena keputusannya tidak dapat menghalalkan apa yang haram atasmu.

 Musa bin Harun menceritakan kepada kami, ia berkata: Amr bin Hammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi tentang firman Allah:

اهب اول دتو لطبلاب كمكنيب مكلاومأ اولكأت و

اب سانلا لاومأ نم اقيرف اولكأتل ماكحلا ىلإ

نوملعت متنأو مإث.

Adapun kebatilan, yaitu berlaku aniaya terhadap teman, kemudian bersengketa dengannya agar dapat mengambil hartanya padahla ia tahu bahwa dirinya berlaku zhalim.

 Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Husian menceritakan kepada kami, ia berkata: Khalid Al Wasithi menceritakan kepadaku dari Daud bin Abi Hind dari Ikrimah tentang firman Allah: مكنيا مكل اومأ اولكأت و لطبلا لا. Ia berkata: seseorang membeli sesuatu lalu mengembalikannya da ia mengembalikan uangnya.

 Yunus bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab memberitahukankepada kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah:

ملكحلا ىلإ لها اول دتو لطبللا مكنيا مكل اومأ اولكأت و Ia berkata: ia lebih pandai berargumentasi dirinya, lalu bersengekta dengannya atas hartanya dengan cara yang batil agar ia dapat memaknanya dengan cara yang batil. Dan ia membacakan firman Allah:

مكنم ضارت نع ةرجت نوكت نأ إ لطبللا مكنيا مكلاومأ اولكلت اونماء نيذلا لهيأي. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kalian”. (Qs. An-Nissa: 29). 7

7 Idnu Jarir at-Tnadari, Tafsir Ath-Thabari,Pustaaa Alzzam, Jaaarta,

(9)

b. QS. al-Nisa’ [4]: 29-30

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (29) Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (30).”

Imam al-Qurthubi, Firman Allah SWT.

لطابلااب

“dengan jalan yang batil” yaitu memakan harta dengan cara yang batil atau berjual-beli secara urban (membayar sebagian harga suatu barang). Hal ini tidak diperbolehkan menurut para fuqaha berbagai negeri, seperti fuqaha hijaz dan iraq, karena termasuk judi dan penipuan.8

أمُكأنِم ٍضاَرًَت أنَع ًةَراًَجِت َنوًُكَت أن

َأ ّلِإ

yaitu perniagaan dengan cara suka sama suka, perniagaan disini adalah jual beli.

ًةَراَجِت

“perniagaan”.Allah SWT. Berfirman

ألَه اوُنَمآ َنيِذّلا اَهّيَأ اَي

8 Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)

(10)

أمُكِسُفأنَأَو

ۚ

َنوُمَلأعَت أمُتأنُك أنِإ أمُكَل ٌرأيَخ أمُكِلَٰذ

“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaf [61]: 10-11), dan firman Allah SWT.

َروُبَت أنَل ًةَراَجِت َنوُجأرَي

“Mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi,” (QS. Faatir [35]: 29).9 Ketahuilah

bahwa setiap pertukaran adalah perniagaan apapun gantinya, tetapi firman Allah SWT,

لطابلااب

mengecualikan setiap ganti yang tidak sesuai menurut syara’, karena riba atau menentukan pengganti yang merusak, seperti khamr, daging babi dan lainnya. Selanjutnya, jika kamu membeli sesuatu di pasar, lalu pemiliknya berkata kepadamu , “silahkan dicoba dulu,” maka janganlah kamu memakannya, karena izin memakannya untuk tujuan menjual. Kemungkinan bila tidak terjadi jual beli maka makanan itu menjadi syubhat.

Jumhur membolehkan menipu yang sedikit dalam perdagangan, seperti seseorang akan menjual batu yaqutnya seharga satu dirham padahal barang itu setara dengan seratus dirham, maka hal itu diperbolehkan. Pemilik yang sah diperbolehkan menjual barangnya yang berharga dengan sesuatu yang remeh, sebagaimana bolehnya hibah bila dihibahkan.10

Firman Allah SWT.

أمُكأنِم ٍضاَرَت أنَع

“Dengan suka sama suka diantara kamu” Sekelompok sahabat dan tabi’in, serta Iiman Asy-Syafi’i, Ats-Tsauri, Al-Auza’i berpendapat bahwa suka sama suka diatas adalah kesempurnaan dan keputusan dengan berpisahnya kedua pihak secara fisik setelah akad jual beli. Sedangkan menurut Ahmad bin Hanbal yaitu keduanya punya hak memilih (Khiyar) sebelum keduanya berpisah secara fisik dari tempat akad jual-beli. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah berkata,. “Kesempurnaan jual beli adalah adanya akad jual beli secara lisan, maka terhapuslah hak untuk memilih.”

Firman Allah SWT.

ْمُك َسُفْنَأ اوُلُتْقَت َ َو

“dan janganlah kamu membunuh dirimu...” para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah melarang sebagian manusia membunuh sebagian yang lain, kemudian lafaz ini mencakup orang yang membunuh karena rakus terhadap dunia dan

(11)

bertujuan mencari harta dengan membawa dirinya kepada bahaya yang menimbulkan kebinasaan.11

َكِلَٰذ

“yang demikian itu” kembali pada memakan harta dengan cara yang batil dan membunuh jiwa, karena larangan terhadap keduanya datang dengan berurutan, kemudian datanglah ancaman dalam bentuk larangan.12

Imam Ibnu Katsir: Allah SWT. Melarang hambanya memakan sebagian harta yang lain dengan cara bathil, yaitu dengan berbagai cara yang tidak sesuai syari’at seperti riba, dan Allah juga melarang kamu memakan harta saudaramu dengan jalan penipuan atau tipu muslihat. Ibnu Jarir mengatakan:

دواد انإدككح ,باككهولا دككبع كانإدككح ,ىنثملا نبإ ينإدح

نم يرتككشي لككجرلا يف ساككبع نيإ نع ,ةككمركع نع

هككتددر إو ,هككتذخأ هنيككضر نإ :لوككقيف بوثلا لجرلا

.امهرد هعم تددرو

Ada seorang laki-laki yang membeli pakaian kepada laki-laki yang lain dengan berkata: apabila kamu meridhainya maka aku akan mengambilnya, dan jika kamu tidak meridhainya maka aku akan mengembalikannya bersama dirham.

Kemudian dia berkata, bahwasannya Allah SWT. Berfirman : (

اوُلُكْأَت َ

ِلِطاَبْلاِب كْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْم

َأ)

.

Sesungguhnya Allah telah melarang kalian memakan harta dari sebagian yang lain dengan cara yang batil, dan lebih utama untuk memakan harta kalian sendiri, maka tidak dihalalkan kepada

seseorang untuk memakan harta orang lain, maka turunlah ayat

) (سيل

جرككح ىمععا ىلع

sebagaimana pendapat qatadah, Allah SWT.

Berfirman

(قحلااب إ هللا مرح يتلا سفنلا اولتقت و)

dan sebagaimana firmannya

(ةتوملا إ توملا اهيف نوقوذي

ىلوعا)

dan dari ayat inilah Imam Syafi’i mengambil hujjah bahwa tidak sah jual beli kecuali dengan kesepakatan. Dan ada perbedaan pendapat terhadap hal ini yaitu Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sahabat-sahabatnya.

(12)

Mereka berkata: bahwasannya diperbolehkan untuk mengkritik/menolak suatu barang yang telah dipersiapkan untuk dijual. Diriwayatkan dari Ibnu Jarir:

ناميلككس نع ,مككساقلا نع يبأ كانإدككح ,عككيكو كانإدككح

لاككق :لاق ,نارهم نب نوميم نع ,هيبأ نع ,يفعجلا

ضارككت نع عيبككلا)) ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر

ىككشغي نأ ملككسمل لككحي و ,ةقفككصلا دككعب راككيخلاو

.((املسم

Abu Ja’far berkata: makna firman-Nya, اونماء نيذلا لهي أي. “Hai orang-orang yang beriman,” adalah keberadaan Allah dan Rasul-Nya. Mengenai firman-Nya, لطبل لا مكنيا مكل اومأ اولكأت. “janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,” ia berkata, “Hendaklah sebagian kalian tidak memakn harta sebagian yang lain dengan cara yang haram, diantaranya riba, judi, dan sema perkara yang telah Allah haramkan atas kalian. ةرجت نوكت نأ إ “kecuali dengan jalan perniagaan”.

Riwayat-riwayat yang sesuai dengan makna tersebut adalah:

Muhammad bin Al Husain menceritakan kepada kami, ia berkata: Ahmad bin Mufadhdhal menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, tentang firman-Nya,

مكنم ضارت نع ةرجت نوكت نأ إ لطبل لا مكنيا مكلاومأ اولكأت اونماء نيذلا لهيأي

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memkan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” bahwa (makannya adalah), “kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara riba, judi, berbuat curang, dan zhalim, ةارججججت ن وجججكت نأ ل ”kecuali dengan jalan perniagaan,”

(13)

kami dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, tentang seseorang yang membeli pakaian lalu berkata, jika puas, maka kamu ambil, sedangkan jika tidak puas maka kamu ambilkan, dengan tambahan satu dirhmam.

Abu Ja’far berkata : pendapat yang paling benar adalah mendapat As-Suddi, bahwa Allah SWT menyebutkan haram memakan harta kita diantara kita dengan cara perbedaan pendapat diantara kamu muslim, hal tersebut haram bagi kita, dan Allah sama sekali tidak menghalalkan memakan harta dengan cara batil. Dengan demikian, tidak ada artinya pendapat yang mengatakan bahwa itu larangan bagi seseorang untuk memakan harta saudaranya dalam jamuan dengan cara yang dibolehkan, kemudian hal tersebut di Nasakh supaya semua ulama menukil prihal memujamu dan muslim, yang dianjurkan oleh Allah, dan sesnungguhnya Allah tidak pernah melarangnya.

Surat An-Nisaa ayat 30

Abu Ja’far berkata: Ahli takwil berbeda pendapat tentang makna firman-Nya, لناودع كل اذ لعفي نمو “Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya.

Sebagian mereka berpendapat bahwa makna ayat tersebut adalah, “barangsiapa membunuh diri sendiri berarti telah membunuh saudaranya yang seiman dengan melanggar hak dan aniaya, هيلصصصن فوصصسف "Maka kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.” Riwayat-Riwayat yang sesuai dengan pendapat tersebut adalah:

 Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Huasin menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia berkata: Aku berkata kepada Atha, “Apakah kamu mengetahui firman-Nya,

رلن هلصن فوسف لملضو لناودع كلاذ لعفي نمو

(14)

Abu Ja’far berkata : Menurutku pendapat yang paling benar yaitu yang mengatakan bahwa maknanya adalah, “barangsiapa melakukan perbuatan yang diaharamkan Allah SWT Dari Firman-Nya,

“Dan Syu´aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa,

َلاَيأكِمألا اوُفأوَأ ِمأوَق اَيَو

ِطأسِقألاِب َناَزيِمألاَو,

adalah perintah untuk memenuhi (sesuai ukuran) setelah Allah SWT. Melarang dengan tegas untuk melakukan kecurangan dalam

timbangan.

أمُهَءاَي أش

َأ َساّنلا اوُسَخأبَت َلَو,

maksudnya adalah jangan kalian kurangi sesuatu dari hak yang semestinya. Dalam ayat

ِضأر

َ ألا يِف اأوَثأعَت َلَو

َنيِدِسأفُم

Menjelaskan bahwa perilaku curang dalam timbangan dan takaran merupakan perbuatan yang sangat merusak di muka bumi.14

Ibnu Katsir: ayat ini menjelaskan tentang larangan Allah kepada hambanya dalam hal mengurangi timbangan ketika akan diberikan kepada orang lain, kemudian diperintahkan kepada mereka semua untuk mencukupkan timbangan dengan adil dan dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini.15

13 Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari

(penerjeman: Alnsan Alsaan) Jaaarta: Pustaaa Alzzam, 2008, nlm. 786-805

14 Snaian Imam All Qurtnudi, Tafsir All Qurtnudi (Jaaarta: Pustaaa Alzzam)

2007, nal.193

15 Idnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Maatadan ‘adnrinan)

(15)

Allah Ta’ala melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan apabila memberi kepada manusia. Kemudian syuaib menyuruh mereka supaya memenuhi takaran dan timbangan dengan adil baik pada saat mengambil maupun memberi. Dia melarang mereka membuat congkak di muka bumi dengan melakukan kerusakan.

Firman Allah Ta’ala, “sisa dari Allah lebih baik bagimu.” Ibnu Jarir berkata, “ keuntungan yang kamu peroleh setelah memenuhi takaran dan timbangan adalah lebih baik bagimu dari pada mengambil harta orang lain.” Penafsiran Jarir ini berasal dari Ibnu Abbas. Aku (Ibnu Khasir) berkata : penggalan ini menyerupai Firman Allah Ta’ala, “katakanlah, ‘Tidaklah sama antara keburukan dengan kebaikan, walaupun banyaknnya keburukan itu menarik hatimu.16

Abu Ja’far berkata: Allah SWT berfirman untuk menyampaikan

informasi tentang perkataan Syu’aib kepada kaumnya, “cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil”. Ia berkata , dengan adil disebutkan untuk mencukupi hak-hak orang yang meminta hak-hak mereka pada apa yang ditimban dan ditakaran, yang memang seharusnya disempurnakan tanpa mengurangi dan merugikan sedikitpun”.

 Al Harits menceritakan kepadaku, ia berkata Abdul Aziz menceritakan kepada kami, ia berkata kepada: Ali bin Shalih bin Hayyi menceritaan kepada kami, ia berkata: telah sampai (berita) kepadaku tentang firman Allah:

مه ءايشا سانلا اوسخبت و

“dan janganlah kamu merugikan manusia

terhadap hak-hak mereka”.

 Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami,, ia berkata sa’id menceritakan kepada kami, dari Qatabah, tentang firman Allah,

مه ءايججشا سانلا اوسخبت و

“Dan janganlah kamu merugikan mansusia terhadap hak-hak mereka,” ia berkata, “janganlah kamu menzhalimihak-hak mereka sedikitpun.”.17

16 AlR-RIFAl’I, Munammmad Nasid, penerjeman Snainaduddin, cet 1,

ringaasan idnu aastsir jild 2, jaaarta: Gema insani press, 1999.

17 Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari

(16)

C. Kesimpulan

Allah SWT. melarang umat Islam dalam hal memakan harta orang lain dengan cara yang batil seperti riba, perjudian, tipu muslihat atau melalui cara urban (membayar sebagian dari harga yang telah ditentukan). Allah SWT. juga melarang kepada hambanya dalam hal mengurangi timbangan ketika akan diberikan kepada orang lain, kemudian diperintahkan kepada mereka semua untuk mencukupkan timbangan dengan adil dan dilarang untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini.18

seorang qadhi (hakim) dilarang memberikan keputusan yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya, karena orang yang memakan harta saudaranya dengan cara yang batil seperti ia memakan hartanya sendiri dengan cara yang batil pula. 19

Aldapun firman-Nna

اًًًقيِرَف اوُلُك

أأًًَتِل ِماّكُحألا ىَلِإ اَهِب اوُلأدُتَو

َنوًًُمَلأعَت أمُتأنَأَو ِمأثِ ألاًًِب ِساّنلا ِلاَوًًأم

َأ أنِم

maananna: dan kalian bersengketa atasnya kepada hakim agar dapat memakan harta orang lain dengan cara yang haram, sedang kalian mengetahuinya.

Karena sesuatu nang dinaramaan tidaa lantas menjadi sesuatu yang yang dihalalkan hanya karena keputusan qadhi (hakim). Sebab keputusan qadhi itu hanya berlaku pada tataran lahiriyah saja.

Ayat ini merupakan dalil setiap penggagas dan penerus yang mengklaim setiap hukum – untuk kepentingan diri mereka yang tidak diperbolehkan. Mereka berargumentasi untuk klaimnya itu dengan firman Allah swt.

اوُلُكأأًًَت َلَو

18 Idnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Maatadan ‘adnrinan)

jilid 2 nlm. 599

19 Aldu Ja’far Munammad din Jarir atn-Tnadari, Tafsir ath-Thabari

(17)

ِلِطاَبألاِب ًأمُكَنأيَب أمُكَلاَوأم

َأ.

jaaadan atas argumentasi tersedut adalan, diaataaan aepada mereaa danaa aami tidaa setuju jiaa sesuatu itu merupaaan nal nang datil, ningga engaau menjelasaannna dengan dalil.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari (penerjemah: Ahsan Askan) Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam) 2007.

AR-RIFA’I, Muhammmad Nasib, penerjemah Syaihabuddin, cet 1,

ringkasan ibnu kastsir jild 2, (jakarta: Gema insani press), 1999

Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Adzim, (Beirut: Maktabah ‘adhriyah) Cet.

1, 2000.

Ibn al-‘Araby, Ahkam al-Quran, (Beirut: Daar al-Kutub) 1988, cet. 1 Dr. Lilik ummu kultsum, Dr. Abd. Moqsith Ghazali, Tafsir Ahkam,

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaan pemikiran Husein Muhammad dan Asghar Ali Engineer yaitu Husein berpendapat bahwa pembahasan mengenai hak reproduksi ini tidak bisa dipisahkan dengan

fitoplankton pada stasiun 2 ini dikarenakan letak posisi pengamatan yang terletak pada bagian barat Pulau Maspari sehingga mendapat masukan secara langsung dari muara

Oleh karena itu untuk bisa mengurai masalah tersebut Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui komisi fatwanya mengeluarkan sebuah fatwa yang tercantum dalam nomor 02

akan menyebabkan daerah yang bersangkutan terangkat lebih tinggi dari daerah sekitar dan akan membentuk sistem pegunungan yang berfungsi sebagai daerah penangkap air hujan, karena

Laporan keuangan adalah suatu gambaran mengenai posisi keuangan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan pada periode tertentu dengan melihat catatan dan laporan yang menyangkut

Pada bagian ini akan menjelaskan penggunaan script yang sudah dikembangkan untuk memudahkan dalam ekstraksi pattern assembly suatu malware. Proses ekstraksi pattern assembly

a) Sanad yang tampak muttasil dan marfu>‘ ternyata muttasil namun mauqu>f. b) Sanad yang muttasil dan marfu>‘ ternyata muttasil tapi mursal. c)

Barisan bilangan  adalah urutan bilangan  –    bilangan dengan aturan atau pola tertentu. Setiap  bilangan pada barisan bilangan disebut suku.. Perhatikanlah setiap