• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Fraud Risk Assessment Dan Kecakapan Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Fraud Risk Assessment Dan Kecakapan Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Fraud Risk Assessment Dan Kecakapan Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah

Muhammad Fadhel1, Husin2,Nitri Mirosea3

1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis , Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia, 93232

2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis , Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia, 93232

3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis , Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia, 93232 Email: muhfadhelr@email.com1; husin@uho.ac.id2, nitri.mirosea@uho.ac.id3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel sensus sampling yang berjumlah 41 sampel terdiri dari Inspektur Pembantu, Auditor dan Pejabat Pengurus Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) pada Inspektorat Kota Kendari. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi software IBM SPSS Statistics Versi 26.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Fraud Risk Assessment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. (2) Kecakapan Auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. (3) Fraud Risk Assessment dan Kecakapan Auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kesimpulan penelitian ini semakin tinggi fraud risk assessment maka akan semakin meningkat kualitas audit yang dihasilkan begitu juga dengan semakin tinggi kecakapan auditor maka akan meningkatkan kualitas audit dan fraud risk assessment dan kecakapan auditor memiliki interaksi terhadap kualitas audit.

Kata Kunci: Fraud Risk Assessment, Kecakapan Auditor, Kualitas Audit.

PENDAHULUAN

Audit internal melakukan fungsi penilaian independen dalam sebuah organisasi yang bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi semua kegiatan- kegiatan yang dilakukan organisasi perangkat daerah, untuk itu auditor internal pemerintah wajib melakukan analisis, penilaian dan memberi rekomendasi serta saran-saran. Selain itu auditor internal pemerintah diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 pasal 3 ayat 2 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota, menyatakan bahwa Inspektorat daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota.

Melihat tentang isu dan fenomena-fenomena yang terjadi mengenai adanya kecurangan dan ditemukannya kasus pemeriksaan hasil laporan keuangan pada pemerintah dan ditemukannya bukti laporan yang terdeteksi oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) namun tidak ditemukan pada auditor internal. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit aparat inspektorat selaku audit internal pemerintah masih relatif kurang baik. Temuan-temuan tersebut berupa ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, serta ketidakpatuhan terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (Prasetyani, 2012). Kecurangan

penyajian laporan keuangan atau financial statement fraud dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti, manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. Sehingga untuk mendeteksi kecurangan perlu dilakukan pemeriksaan kecurangan (fraud auditing).

Metodologi yang digunakan dalam risiko kecurangan khususnya dalam ruang lingkup audit atas laporan keuangan dapat menggunakan panduan yang penaksiran risiko kecurangan, team audit harus mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan secara bersama-sama ke dalam elemen-elemen fraud triangle. Kemudian nantinya akan dinilai tingkat signifikansinya berdasarkan professional judgment.

Penelitian ini merupakan replikasi dari Penelitian Prasetyani (2012) dengan Judul “Pengaruh Fraud Risk Assesment dan Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kudus dan Jepara”.

Seorang Auditor harus memiliki kecakapan professional dalam melakukan pemeriksaan sehingga akan mempengaruhi hasil audit. Adapun ketentuan umum dalam melakukan pemeriksaan yaitu pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan suatu pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa (Batubara,2008). Kecakapan professional merupakan syarat yang penting untuk di implementasikan dalam pekerjaan audit. Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa kecakapan professional (due professional care) merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Kecakapan professional auditor yang cermat dan seksama menunjukkan kepada pertimbangan professional (professional judgment) yang dilakukan auditor selama pemeriksaan.

Beberapa Penelitian mengenai kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang melakukan suatu kegiatan/pekerjaan didalam suatu instansi, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dinan Azmi Solichin (2017), hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan kecakapan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizal Iskandar Batubara (2008), tentang analisis pengaruh latar belakang pendidikan , kecakapan professional, pendidikan berkelanjutan dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi medan, dimana kecakapan professional berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Artinya kecakapan profesional yang rendah akan berdampak pada rendahnya kualitas hasil pemeriksaan.

Salah satu bagian dari Lembaga Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah Inspektorat Kota Kendari.

(2)

Inspektorat Kota Kendari merupakan bagian dari pelaksana pengawasan intern pemerintah yang harus mampu merespon secara aktif terhadap berbagai macam permasalahan-permasalahan dan perubahan yang terjadi baik itu di bidang politik, ekonomi maupun di bidang sosial melalui program dan kegiatan yang di tetapkan dalam suatu kebijakan pengawasan nasional yang berlaku secara menyeluruh.

Hasil wawancara telah dilakukan pada salah satu auditor Inspektorat Kota Kendari dan dikatakan bahwa “Kami biasa melakukan kesalahan yang tanpa kami sadari, dimana kesalahan tersebut diungkapkan oleh pihak-pihak eksternal dan juga adanya perbedaan pandangan dari pihak eksternal dengan internal terkait bukti bukti pendukung. Selain itu pada saat pemeriksaan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan terhadap seluruh lingkup OPD Kota kendari, tedapat kendala yaitu keterbatasan waktu dan data yang dibutuhkan pada saat pemeriksaan sehingga menjadi penghambat dalam pemeriksaan”.

Salah satu kasus kecurangan yang terjadi pada Pemerintahan Kota Kendari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari tahun 2015 yaitu kasus penyalahgunaan kegiatan pekerjaan pembangunan 2 unit kapal purse seine dan pekerjaan pengadaan 1 unit kapal purse yang menyebabkan kerugian Negara sebesar Rp.143.303.635,- (Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Sulawesi Tenggara:

2015).

Atas dasar latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Fraud Risk Assesment dan Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi pada Kantor Inspektorat Kota Kendari).”

LANDASAN TEORI Fraud Risk Assessment

Menurut Arent, Randal, dan Mark (2008:437), fraud risk assessment merupakan tonggak penting dalam program anti-fraud untuk mengantisipasi (bukan sekedar bereaksi atas) terjadinya fraud dan penyalahgunaan wewenang.

Instansi yang tidak menjalankan penilaian atas risiko fraud, umumnya juga jarang mengkaitkan antara aktivitas pengendalian preventif dan detektif untuk meminimalkan risiko fraud yang teridentifikasi. Untuk mengukur penilaian risiko kecurangan dapat dilihat dari lima indikator sebagai berikut ini:

(1) Komunikasi antara tim audit Mengharuskan tim audit untuk melaksanakan diskusi untuk berbagi pemahaman antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan juga untuk curah pendapat.

(2) Tanya jawab atau wawancara dengan Klien Mewajibkan seorang auditor untuk mengajukan pertanyaan yang spesifik mengenai kecurangan dalam setiap audit. Tanya jawab dengan manajemen dan juga pihak lainnya dalam perusahaan membuka sebuah kesempatan bagi para karyawan untuk memberitahukan informasi-informasi yang kemungkinan tidak dapat disampaikan dengan pihak lain.

Tanya jawab seorang auditor terhadap manajemen haruslah menanyakan apakah manajemen mengetahui setiap tindakan kecurangan ataupun kecurigaan terhadap terjadinya tindakan kecurangan di dalam perusahaan.

(3) Faktor-faktor risiko

Mewajibkan seorang auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya sebuah insentif ataupun tekanan untuk melakukan tindakan

kecurangan, kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan, ataupun sikap/rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan atau merasionalisasi tindakan kecurangan.

(4) Prosedur analitis

Seorang auditor haruslah melaksanakan prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan juga penyelesaian audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi atau kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya suatu salah saji yang cukup material dalam laporan keuangan.

(5) Informasi lainnya

Seorang auditor haruslah melakukan pertimbangan atas informasi yang telah mereka dapatkan dalam setiap bagian audit saat auditor mengukur risiko kecurangan.

Kecakapan Auditor.

Menurut Batubara (2008), kecakapan auditor merupakan kemahiran/kemampuan seorang auditor dalam menyelesaikan sesuatu dimana kecakapanprofesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil audit. Standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa (Batubara,2008). Kecakapan profesional merupakan syarat yang penting untuk diimplementasikan dalam pekerjaan audit.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008, menyatakan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 260 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care).

Kualitas Audit.

Menurut Kharismatuti, Norma, dan Hadiprajitno (2012), kualitas audit merupakan profitabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kompetensi auditor sedangkan probabilitas untuk melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Dengan demikian, kompetensi, independensi, dan motivasi memiliki peranan penting dalam peningkatan kualitas audit. Auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan baik. Jika kompetensi kurang atau tidak memadai, maka dapat diduga bahwa auditor akan sukar mencapai tujuan auditnya, sehingga berakibat pula pada kualitas audit yang dihasilkannya.

AAA Financial Accounting Standard Committee (2000) dalam Christiawan (2002:82) menyatakan bahwa kualitas

(3)

audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit dan secara potensial saling mempengaruhi. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor. Auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan baik.

METODE PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini adalah fraud risk assessment dan kecakapan auditor sebagai variabel independen dan kualitas audit sebagai variabel dependen pada Inspektorat Kota Kendari, yang merupakan salah satu SKPD di lingkup Pemerintah Kota Kendari, yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai instansi pengawasan pengelolaan keuangan daerah..

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari elemen- elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan karena karakteristiknya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Auditor/P2UPD, Irban Investigasi, dan Irban Wilayah 1 sampai 4 yang ada di Inspektorat Kota Kendari yang berjumlah 41 orang. Pembagian kuesioner diberikan langsung Responden dari Peneliti tanpa perantara.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Sensus. Menurut Kuncoro (2003), sensus adalah sebuah teknik pengambilan sampel di mana semua populasi dijadikan sampel, hal ini dilakukan karena populasi relatif kecil. Pengambilan sampel dengan metode ini memungkinkan penulis untuk melakukan perhitungan statistik untuk menentukan hubungan kedua variabel yang akan diteliti. Berikut adalah rincian jumlah Auditor,P2UPD, Irban Investigasi dan Irban Wilayah 1 samapai 4.

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner terbuka, yang diisi oleh responden yang menjadi objek dalam penelitian ini, yaitu Auditor dan P2UPD pada Inspektorat Kota Kendari. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengumpul data (Mudrajad Kuncoro, 2003). Dalam penelitian ini, data sekunder berupa profil, sejarah, dan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Kota Kendari, serta data yang diperoleh dari jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi.

Teknik pengumpulan data meliputi angket atau kuesioner dan dokumentasi. Untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing pertanyaan yang diajukan dengan modifikasi skala likert yang mempunyai skor 1 sampai 5.

Dengan skor 5 (SS=Sangat Sering), 4 (S=Sering), 3 (P=Pernah), 2 (HTP= Hampir Tidak Pernah) dan 1 (TP=Tidak Pernah). Selanjutnya dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum lokasi penelitian. Sedangkan metode pengolahan data yang digunakan adalah editing, tabulasi dan interpretasi data.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase. Selanjutnya kriteria interpretasi skor kuisioner yang digunakan yaitu angka 90% - 100%= sangat baik, angka 80% - 89%= baik, angka 70% - 79%= cukup baik, angka 60% - 69%= kurang baik, dan angka <59%=

tidak baik (Riduwan, 2008). Selanjutnya pada pengujian hipotesis untuk mengetahui masing-masing pengaruh

variabel bebas baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel terikat dengan kriteria sebagai berikut : (1) Untuk menentukkan nilai t tabel ditentukkan dengan tingkat signifikansi 5% maka :

-Bila nilai thitung> ttabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat.

-Bila nilai thitung< ttabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat.

(2) Untuk menentukkan nilai t tabel ditentukkan dengan tingkat signifikansi 5% maka :

-Bila nilai Fhitung> Ftabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunnyai pengaruh secara simultan terhadap variabel

-Bila nilai Fhitung < Ftabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini, dari hasil jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada responden yakni auditor Inspektorat Kota Kendari yang berjumlah 41 kuesioner.

AnalisisDeskriptif

Variabel fraud risk assessment menurut Arent (2010), indikatornya dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Komunikasi terhadap tim audit, 2) Tanya jawab atau wawancara kepada instansi pemerintah terkait (klien), 3) faktor-faktor risiko, 4) prosedur analitis dan 5) Informasi lainnya, Rekapitulasi hasil responden sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jawaban untuk Fraud Risk Assessment (X1)

Variabel kecakapan auditor dalam penelitian dimaksudkan untuk melihat sejauh mana Aparat Jabatan Fungsional Inspektorat Kota Kendari menggunakan kecakapan/kemahiran yang mereka miliki dalam melaksanakan tugas pemeriksaan/pengawasan.:

Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%)

Item SS (5) S (4) P (3) HTP (2) TP(1) Rata- rata

Persen tase

Butir F % F % F % F % F % Skor (%)

X1.1.1 2 4.88 29 70.73 10 24.39 0 0,00 0 0,00 3.80 76.1 X1.1.2 4 9.76 24 58.54 12 29.27 1 2.44 0 0,00 3.76 75.12 Rata-rata Indikator Komunikasi Antara Tim Audit (X1.1) 3.78 75.61 X1.2.1 3 7.32 21 51.22 15 36.59 2 4.88 0 0,00 3.61 72.2 X1.2.2 4 9.76 26 63.41 9 21.95 2 4.88 0 0,00 3.78 75.61 Rata-rata Indikator Tanya Jawab/Wawancara (X1.2) 3.7 73.9 X1.3.1 5 30,43 24 52,17 10 8,70 2 4,35 0 0,00 3.78 75.61 X1.3.2 5 12.2 28 68.29 8 19.51 0 0,00 0 0,00 3.39 78.54 X1.3.3 6 14.63 30 73.17 4 9.76 1 2.44 0 0,00 4.0 80.00 Rata-rata Indikator Faktor-faktor Risiko Lain (X1.3) 3.90 78.05 X1.4.1 4 9.76 27 65.85 10 24.39 0 0,00 0 0,00 3.85 77.07 X1.4.2 5 12.2 27 65.85 8 19.51 1 2.44 0 0,00 3.88 77.56 Rata-rata indikator Prosedur Analitis (X1.4) 3.87 77.32 X1.5.1 1 2.44 25 60.98 12 29.27 3 7.32 0 0,00 3.59 71.71 X1.5.2 6 14.63 27 65.85 8 19.51 0 0,00 0 0,00 3.95 79.02 Rata-rata Indikator Informasi Lainnya (X1.5) 3.77 75.37 Rata-rata Indikator Fraud Risk Assessment 3.80 76.05

(4)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jawaban untuk Kecakapan Auditor (X2)

Variabel Kualitas Audit terdiri dari 2 yaitu: (1) Kesesuaian dengan standar pemeriksaan, dan (2) Kualitas laporan hasil pemeriksaan. Variabel ini terdiri dari 12 item setiap indikator memiliki 6 item pernyataan.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jawaban Kualitas Audit (Y)

Hasil koefisien korelasi dan cronbach alpha untuk menguji validitas dan reabilitas penggunakan item pernyataan dari indikator varibel sebagai berikut :

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

Menunjukkan bahwa secara keseluruhan untuk uji reliabilitas pada penelitian ini yaitu berkisar dari 0,603 hingga 0,893, dimana hal tersebut berarti indikator dari variabel-variabel yang ada dinyatakan reliabel atau pernyataan-pernyataan yang ada memiliki keandalan dan layak untuk diajukan pada analisis selanjutnya. Hal tersebut berdasarkan pada pernyataan di atas dimana untuk standar nilai cronbach’s alpha adalah 0,60.

Uji AsumsiKlasik

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%)

Item SS (5) S (4) P (3) HTP (2) TP(1) Rata-rata Persentase

Butir F % F % F % F % F % Skor (%)

X2.1.1 2 4.88 31 75.61 7 17.07 1 2.44 0 0,00 3.83 76.59 X2.1.2 1 2.44 30 73.17 10 24.39 0 0,00 0 0,00 3.78 75.61 X2.1.3 1 2.44 25 60.98 14 34.15 1 2.44 0 0,00 3.63 72.68 X2.1.4 4 9.76 30 34.15 7 17.07 0 0,00 0 0,00 3.93 78.54 Rata-rata Indikator Mengikuti Training (X2.1) 3.79 75.85 X2.2.1 8 19.51 18 43.90 14 34.15 1 2.44 0 0,00 3.80 76.10 X2.2.2 4 9.76 31 75.61 5 12.2 1 2.44 0 0,00 3.93 78.54 X2.2.3 2 4.88 30 73.17 9 21.95 0 0,00 0 0,00 3.83 76.59 X2.2.4 4 9.76 29 70.73 7 17.07 1 2.44 0 0,00 3.88 77.56 Rata-rata Indikator Pengalaman (X2.2) 3.86 77.56 Rata-rata indikator Kecakapan (X2.1-X2.2) 3.83 76.52

Frekuensi Jawaban Responden (F) & Persentase (%)

Item SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS(1) Rata-

rata Persen

tase

(Butir) F % F % F % F % F % Skor (%)

YI.1.1 1 2.44 34 82.93 6 14.63 0 0,00 0 0,00 3.88 77.56 YI.1.2 5 12.20 29 70.73 7 17.07 0 0,00 0 0,00 3.95 79.02 Y1.1.3 3 7.32 28 68.29 8 19.51 2 4.88 0 0,00 3.78 75.61 Y1.1.4 2 4.88 30 73.17 9 21.95 0 0,00 0 0,00 3.83 76.69 Y1.1.5 0 0.00 32 78.05 9 21.95 0 0,00 0 0,00 3.78 75.61 Y1.1.6 3 7.32 29 70.73 9 21.95 0 0,00 0 0,00 3.85 77.07

Rata-rata Indikator Kesesuaian dengan Standar Pemeriksaan

(Y1.1) 3.85 77.07

Y1.2.1 2 4.88 30 73.17 9 21.95 0 0.00 0 0,00 3.83 76.59 Y1.2.2 2 4.88 26 63.41 12 29.27 1 2.44 0 0,00 3.71 74.15 Y1.2.3 2 4.88 24 58.54 15 36.59 0 0.00 0 0,00 3.68 73.66 Y1.2.4 5 12.20 24 58.54 12 29.27 0 0.00 0 0,00 3.83 76.59 Y1.2.5 0 0.00 24 58.54 15 36.59 2 4.88 0 0,00 3.54 70.73 Y1.2.6 5 12.20 20 48.78 13 31.71 3 7.32 0 0,00 3.66 73.17 Rata-rata Indikator Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan (Y1.2) 3.71 74.15 Rata-rata Indikator Kualitas Audit (Y1.1-Y1.2) 3.78 75.53

Variabel Indikator Item

(butir) Koefisien

Korelasi Sig. Ket.

Fraud Risk Assessment

(X1)

Komunikasi Antara Tim Audit (X1.1)

X1.1.1 0,575 0,000 Valid

X1.1.2 0,776 0,000 Valid

Tanya Jawab/wawancara

(X1.2)

X1.2.1 0,757 0,000 Valid

X1.2.2 0,746 0,000 Valid

Faktor-faktor Risiko Lainnya (X1.3)

X1.3.1 0,734 0,000 Valid

X1.3.2 0,699 0,000 Valid

X1.3.3 0,369 0,018 Valid

Prosedur Analitis (X1.4)

X.1.4.1 0,728 0,000 Valid

X1.4.2 0,790 0,000 Valid

Informasi Lainnya (X1.5)

X1.5.1 0,888 0,000 Valid

X1.5.2 0,853 0,000 Valid

Kecakapan Auditor

(X2)

Mengikuti Training (X2.1)

X2.1.1 0,586 0,000 Valid

X2.1.2 0,719 0,000 Valid

X2.1.3 0,679 0,000 Valid

X2.1.4 0,724 0,000 Valid

Pengalaman (X2.2.2)

X2.2.1 0,838 0,000 Valid

X2.2.2 0,656 0,000 Valid

X2.3.3 0,713 0,000 Valid

X2.2.4 0,662 0,000 Valid

Kualitas Audit

Kesesuaian dengan Standar Pemeriksaan

(Y1.1)

Y1.1.1 0,619 0,000 Valid

Y1.1.2 0,528 0,000 Valid

Y1.1.3 0,760 0,000 Valid

Y1.1.4 0,475 0,000 Valid

Variabel Indikator Cronbach’s

alpha (α) Ket.

Fraud Risk Assesment (X1)

Komunikasi Antara Tim Audit (X1.1) 0,618 Reliabel Tanya Jawab/Wawancara (X1.2) 0,742 Reliabel Faktor-faktor Risiko Lain (X.1.3) 0,603 Reliabel

Prosedur Analitis (X1.4) 0,755 Reliabel

Informasi Lainnya (X1.5) 0,893 Reliabel

Kecakapan Auditor (X2)

Mengikuti Training (X2.1) 0,759 Reliabel

Pengalaman (X.2.2) 0,810 Reliabel

Kualitas Audit (Y)

Kesesuaian dengan Standar Pemeriksaan

(Y1.1) 0,701 Reliabel

Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan (Y1.2)

0,750 Reliabel

(5)

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal P-plot diatas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P-Plot terlihat bahwa data menyebar sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan data mengikuti distribusi normal. Sehingga model regresi layak dipakai untuk prediksi Kualitas Audit berdasarkan variabel bebasnya.

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam regresi dilihat dari hubungan antara variabel bebas yang ditunjukkan oleh angka Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Autokorelasi

Angka tolerance untuk masing-masing variabel berada diatas 0,10 yaitu 0,498, maka penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Selain angka tolerance, angka pada VIF juga berada dibawah 10 dari tabel diatas VIF sebesar 2,007 yang menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas.

Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunkan uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson yang berada antara nilai dw dan 4 – dw menunjukan nilai yang tidak terkena masalah autokorelasi.

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan output summary dapat dilihat untuk nilai dari Durbin-Watson yaitu 1,799 dimana nilai tersebut dinyatakan bebas dari autokorelasi, Karena berada antara nilai -4 dan diatas +4, jadi model regresi dalam penelitian ini bebas dari autokorelasi.

Uji Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis membuktikan apakah variabel tekanan anggaran waktu dan perilaku disfungsional secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Untuk membuktikan hal tersebut maka digunakan uji t dan uji f. Ringkasan hasil uji t, uji f, dan koefisien determinasi disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8.Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Pembahasan

(1) Pengaruh Fraud Risk Assessment Terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan data dari perhitungan melalui uji statistik, diperoleh hasil penelitian mengenai fraud risk assessment (penilaian risiko kecurangan) dan kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraud risk assessment secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan nilai signifikan (0,003) dimana hasil tersebut mendukung hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat fraud risk assessment (penilaian risiko kecurangan) yang dilakukan oleh aparat jabatan fungsional Inspektorat Kota Kendari, maka kualitas audit akan semakin baik dan semakin rendah tingkat penilaian risiko kecurangan yang dilakukan oleh Aparat Jabatan Fungsional Inspektorat Kota Kendari, maka kualitas audit akan semakin menurun. Hasil pada penelitian ini dikategorikan baik/kuat sesuai dengan standar yang dikemukakan oleh Riduan (2008).

Pada variabel ini memiliki 5 indikator,dapat dilihat berdasarkan hasil responden atas item pertanyaan dapat dilihat tabel 4.6 di atas yang menunjukkan bahwa untuk jawaban responden mengenai variabel Fraud Risk Assessment, kecenderungan untuk jawaban Sangat Sering (SS) berada pada item X1.3.3 sebanyak 6 orang, dimana ini berarti bahwa sebesar 14.63% yaitu dalam melakukan audit, auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya sebuah rasionslisasi/sikap yang digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan. Dimana hasil ini didukung dalam penelitian Prasetyani (2012) menyatakan fraud risk assessment aparat pengawasan berpengaruh terhadap kualitas audit sebesar 14% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

(2) Pengaruh Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit Variabel kecakapan auditor pada hasil penelitian ini secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan signifikansi (0,003) dimana hasil tersebut mendukung hipotesis kedua di terima (H2) pada penelitian ini yang berarti bahwa semakin tinggi kecakapan yang dimiliki oleh Aparat Jabatan Fungsional, maka akan menghasilkan kualitas audit yang semakin baik, dan juga sebaliknya bahwa semakin rendah tingkat kecakapan auditor, maka akan menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang juga semakin menurun. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kecakapan auditor dikategorikan cukup baik sesuai dengan standar yang dikemukakan oleh Riduan (2008). Dapat dilihat berdasarkan tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa untuk jawaban responden mengenai indikator kecakapan, kecenderungan untuk jawaban Sangat Sering (SS) berada pada item X2.2.1, yakni sebanyak 8 orang, dimana ini berarti bahwa 19.51% dari jumlah Aparat Jabatan Fungsional Inspektorat Kota Kendari memiliki pengalaman pada proses pemeriksaan lebih dari 8 kali instansi yang telah mereka periksa.

Variabel Penelitian Tolerance VIF Fraud Risk Assesment (X1) 0,498 2,007

Kecakapan Auditor (X2) 0,498 2,007

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .806a .650 .631 .18884 1.799

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .867 .350 2.478 .018

Fraudriskassessment .400 .125 .437 3.214 .003

Kecakapanauditor .362 .113 .435 3.198 .003

a. Dependent Variable: KualitasAudit

Hasil output IBM SPSS 26, data primer diolah tahun 2020

(6)

Penelitian ini pula sejalan dengan teori kecakapan professional akan meningkatkan kualitas audit. Begitu pula teori yang diungkapkan oleh Indra Bastian (2007) yang menyatakan bahwa audit internal yang memiliki kecakapan teknis dan keahlian professional akan menghasilkan laporan yang berkualitas. Penelitian mengenai Variabel ini pula sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2008), yang menemukan bahwa kecakapan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(3) Pengaruh Fraud Risk Assessment dan Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit

Hasil penelitian mengenai fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa fraud risk assessment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dimana hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga (H3) pada penelitian ini.

Penelitian mengenai variabel ini pula sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastyani (2012), yang menyimpulkan bahwa secara simultan fraud risk assessment dan kecakapan audit berpengaruh terhadap kualitas audit.

Hasil dalam penelitian ini juga sejalandengan PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP dalam menyusun rencana pengawasan APIP harus memprioritaskan pada kegiatan yang berisiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi. Hasil yang ditunjukkan dengan adanya pengaruh simultan fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas audit, mendukung pernyataan yang ada pada PERMENPAN Nomor 4 Tahun 2008 tentang Kode Etik APIP yang mewajibkan adanya Fraud Risk Assessment pada setiap kegiatan organisasi dan kecakapan auditor yang harus dimiliki oleh seorang auditor APIP.

Berdasarkan jawaban kusioner mayoritas auditor Inspektorat Kota Kendari melakukan hal tersebut dalam pemeriksaan. Latar Belakang Pendidikan dimana mengungkapkan untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam audit maka auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S1). Dengan adanya pernyataan tersebut maka sesuai dengan jumlah Jabatan Fungsional pada Inspektorat Kota Kendari yang mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang memadai yang dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil pada penelitian ini mendukung teori yang ada dan juga fakta yang terjadi di Inspektorat Kota Kendari.

Berdasarkan beberapa simpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Fraud Risk Assessment yang dilakukan dan Kecakapan Auditor yang dimiliki oleh Aparat Jabatan Fungsional Inspektorat Kota Kendari mampu untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, namun hal tersebut dapat lebih ditingkatkan apabila Aparat Fungsional Lembaga tersebut lebih teleti lagi dalam melakukan pemeriksaan agar kesalahan/kekeliruan yang sering terjadi dapat diminimalisasi dan juga Aparat Jabatan Fungsional pada Lembaga tersebut diharapkan untuk sering mengikuti training baik itu yang berhubungan dengan akuntansi maupun yang berhubungan dengan pemeriksaan sehingga pemeriksaan yang mereka lakukan akan menghasilkan hasil yang lebih berkualitas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(1). Fraud Risk Assessment secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada Aparat Fungsional Inspektorat Kota Kendari.

(2). Kecakapan Auditor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada Aparar Fungsional Inspektorat Kota Kendari.

(3). Fraud Risk Assessment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh positf dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada Aparat Fungsional Inspektorat Kota Kendari

Keterbatasan

(1). Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan pada saat pembagian kuesioner penggunaan kata AUDITOR diganti dengan APIP karena APIP mencakup keselurahan jabatan baik itu Auditor maupun P2UPD

(2). Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan kuisioner secara online dimasa pandemic COVID-19 agar menghindari kontak fisik secara langsung

Provide readers with the current limitations and future directions on the study. It should be based on the data presented but not necessarily confines to them

Rekomendasi

Bagi pihak Inspektorat Kota Kendari perlu mempertahankan dan meningkatkan Prosedur Analitis dengan cara dalam melakukan audit, auditor membutuhkan kualitas informasi yang jelas dan akurat agar dapat mengukur risiko kecurangan.

DAFTAR PUSTAKA

AAA Financial Accounting Standard Committee. 2000.

Commentary: SEC Auditor Independence Requirements.

Accounting Horizons, Vol. 15, No.4 December 2001, 373- 386.

Kharismatuti, Norma And Hadiprajitno. 2012. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Internal Auditor BPKP DKI Jakarta). Thesis, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro

Kuncoro, Madrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05 Tahun 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota

Prasetyani, Yunita Nurfajri. 2012. Pengaruh Fraud Risk Assesment dan Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kudus dan Jepara.

Kudus: Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus.

Solichin, Dinan Azmi 2015. Pengaruh Fraud Risk Assesment dan Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah Studi pada Kantor

(7)

Inspektorat Provinsi Sulawesi Temggara: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo

Rahman, A. T. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Skripsi.

Bandung

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan terus meningkat secara kuantitas maupun kualitas. Pendidikan selalu dipengaruhi oleh masyarakat dan juga sebaliknya,

Pada Pengabdian ini diajukan model alternative pembelajaran menggambar dan mewarnai dengan menggunakan komputer, dimana para guru dikenalkan menggambar dan mewarna dalam

Sesuai dengan Visi dan Misi Kabupaten Jombang, maka Dinas Kesehatan memiliki mandat dan peran strategis untuk mewujudkan Misi 2 yaitu Mewujudkan Layanan Dasar Yang

This research takes location in Benoa Bay and used Landsat TM in 1994, Landsat ETM + in 2002 with the purpose to know mangrove area change for eight years time, mangrove density

Perjalanan fulminan yang ditandai oleh kegagalan hati akut yang terkait dengan nekrosis masif dan submasif sel hati, terjadi pada kira-kira 1% kasus hepatitis B

PELAKSANAAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PADA TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA, DI MANA MASIH BANYAK KEJATI/KEJARI YANG BELUM MELAKSANAKAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK SESUAI DENGAN

Dan ini tentunya juga membutuhkan biaya budget yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:Rasio ekstrak kelopak bunga rosella dan rumput laut berpengaruh nyata terhadap kadar air, derajat