• Tidak ada hasil yang ditemukan

METAFORA OTOMOTIF DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh. Angga Pradana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METAFORA OTOMOTIF DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh. Angga Pradana"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

METAFORA OTOMOTIF DALAM BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Oleh Angga Pradana

140701014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, April 2019

Angga Pradana

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir dari kegiatan akademik selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Metafora Otomotif dalam Bahasa Indonesia”. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pembelajaran bahasa dalam bidang kajian semantik tentang metafora. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral maupun material, secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, danjuga Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU.

3. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. sebagai Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU.

4. Dr. Mulyadi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, dorongan, dukungan, dan waktu untuk mengoreksi serta memberikan jalan keluar atas setiap permasalahan yang penulis hadapi demi kesempurnaan skripsi ini.

(5)

5. Drs. Pribadi Bangun, M.Hum. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berguna bagi penulis.

6. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan berbagai arahan, masukan, dan bimbingan yang sangat baik bagi penulis.

7. Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum. sebagai dosen penasihat akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukan, serta motivasi selama menjalani proses perkuliahan di Program Studi Sastra Indonesia.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU yang telah memberikan pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, serta bidang yang lain. Tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Selamet & Bapak Joko yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU.

9. Ibunda saya Susanti dan Ayahanda tercinta Paiman, yang telah sangat membantu dalam proses perkuliahan dan penelitian, serta telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga dan dukungan secara material, secara moral serta dorongan secara spiritual dalam doa. Tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada adik-adik saya Anggi Triwahyuni, Rangga Wijaya Kusuma, Angelita Azhara, dan Panca Aura Sidik Mulia yang telah banyak membantu dan memberi dorongan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Senior-senior Sastra Indonesia yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(6)

11. Sahabat seperjuangan dan sahabat tercinta saya, Nurul, Yessica, Achsan, Uti, Akbar, Zul, Fadil, Amarullah, Wahyu, Alzahri, dan Dinda Maryati yang telah membantu, mendukung, dan memotivasi penulis dalam suka maupun duka.

12. Teman-teman angkatan 2014 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, USU atas kebersamaan yang terjalin dengan baik dan telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2019

Penulis

(7)

METAFORA OTOMOTIF DALAM BAHASA INDONESIA (KAJIAN SEMANTIK)

ANGGA PRADANA 140701014

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi semantis dan pemetaan konseptual pada metafora OTOMOTIF dalam bahasa Indonesia. Data yang digunakan adalah data tulis. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan catat. Data dianalisis dengan menggunakan metode padan dengan teknik hubung banding sama dan metode agih dengan teknik ganti. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep OTOMOTIF dalam bahasa Indonesia memiliki sepuluh kategori, yaitu DAYA, PENYAKIT, MUSUH, TUMBUHAN, CAIRAN, SENJATA, BINATANG, HUBUNGAN, dan BENDA.

Kategori OTOMOTIF sebagai DAYA memunyai dua subkategori, yaitu OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK dan DAYA PSIKOLOGIS. Kategori OTOMOTIF sebagai BENDA memiliki tiga subkategori, yaitu OTOMOTIF sebagai BANGUNAN, ANATOMI TUBUH, dan BENDA TAJAM. Selanjutnya, pemetaan konseptual metafora OTOMOTIF dalam bahasa Indonesia dijelaskan melalui empat skema citra, yaitu skema DAYA, skema WADAH, skema HUBUNGAN, dan skema RUANG.

Kata kunci: metafora otomotif, kategorisasi, skema citra, dan pemetaan konseptual

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

i DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN, TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA .... 6

2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Metafora ... 6

2.1.2 Kategorisasi... 7

2.1.3 Makna ... 7

2.1.4 Skema Citra ... 7

2.1.5 Ranah Sumber dan Ranah Sasaran ... 9

(9)

2.1.6 Otomotif ... 9

2.2 Landasan Teori... 10

2.3 Tinjauan Pustaka ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Sumber Data... 20

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data... 21

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Pengantar ... 25

4.2 Kategorisasi Metafora Otomotif dalam Bahasa Indonesia ... 25

4.2.1 OTOMOTIF sebagai DAYA ... 25

4.2.1.1Subkategori OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK... 26

4.2.1.2 Subkategori OTOMOTIF sebagai DAYA PSIKOLOGIS ... 26

4.2.2 OTOMOTIF sebagai PENYAKIT ... 27

4.2.3 OTOMOTIF sebagai MUSUH ... 28

4.2.4 OTOMOTIF sebagai TUMBUHAN... 29

4.2.5 OTOMOTIF sebagai CAIRAN ... 30

4.2.6 OTOMOTIF sebagai SENJATA ... 31

4.2.7 OTOMOTIF sebagai BINATANG ... 32

4.2.8 OTOMOTIF sebagai HUBUNGAN... 33

4.2.9 OTOMOTIF sebagai BENDA ... 33

4.2.10.1 Subkategori OTOMOTIF sebagai BANGUNAN ... 34

(10)

4.2.10.2 Subkategori OTOMOTIF sebagai ANATOMI TUBUH ... 35

4.2.10.3 Subkategori OTOMOTIF sebagai BENDA TAJAM ... 35

4.3 Pemetaan Metafora Otomotif dalam Bahasa Indonesia ... 36

4.3.1 Skema DAYA ... 37

4.3.1.1 Pemetaan Subkategori OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK ... 37

4.3.1.2 Pemetaan Subkategori OTOMOTIF sebagai DAYA PSIKOLOGIS ... 38

4.3.2 Skema WADAH ... 39

4.3.2.1 Pemetaan OTOMOTIF sebagai CAIRAN ... 39

4.3.2.2 Pemetaan OTOMOTIF sebagai BINATANG ... 40

4.3.3 Skema HUBUNGAN ... 41

4.3.4 Skema RUANG ... 42

4.3.4.1 Pemetaan OTOMOTIF sebagai PENYAKIT ... 42

4.3.4.2 Pemetaan OTOMOTIF sebagai MUSUH ... 43

4.3.4.3 Pemetaan OTOMOTIF sebagai TUMBUHAN ... 44

4.3.4.4 Pemetaan OTOMOTIF sebagai SENJATA ... 45

4.3.4.5 Pemetaan OTOMOTIF sebagai BENDA ... 46

4.3.4.5.1 Pemetaan Subkategori OTOMOTIF sebagai BANGUNAN ... 46

4.3.4.5.2 Pemetaan Subkategori OTOMOTIF sebagai ANATOMI TUBUH... 47

4.3.4.5.3 Pemetaan Subkategori OTOMOTIF sebagai BENDA TAJAM ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 49

(11)

5.1 Simpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN 1. Data Metafora Otomotif dalam Bahasa Indonesia ... 54

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemetaan Konseptual Metafora CINTA sebagai API... 14

Tabel 3.1 Model Klasifikasi Data ... 20

Tabel 3.2 Model Pemetaan Konseptual ... 23

Tabel 4.1 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK ... 38

Tabel 4.2 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai DAYA PSIKOLOGIS 39 Tabel 4.3 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai CAIRAN... 40

Tabel 4.4 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai BINATANG ... 41

Tabel 4.5 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai HUBUNGAN ... 41

Tabel 4.6 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai PENYAKIT ... 43

Tabel 4.7 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai MUSUH... 44

Tabel 4.8 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai TUMBUHAN ... 45

Tabel 4.9 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai SENJATA... 45

Tabel 4.10 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai BANGUNAN ... 46

Tabel 4.11 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai ANATOMI TUBUH 47 Tabel 4.12 Pemetaan Konseptual OTOMOTIF sebagai BENDA TAJAM ... 58

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam berbagai situasi dan tujuan komunikatif. Penutur bahasa memunyai pilihan strategi apakah menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaannya secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak langsung atau bahkan tidak menggunakan bahasa atau memilih diam sama sekali (Siregar, 2010: 1). Dewasa ini sering sekali ditemukan pemakai bahasa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa yang bermakna figuratif. Menurut Keraf (2004: 136), gaya bahasa kiasan adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba untuk menemukan ciri yang menunjukkan kesamaan antara dua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau dalam arti makna denotasinya dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan atau dalam arti makna konotasi.

Metafora banyak dipakai dalam sebuah teks. Salah satunya pada tajuk berita, seperti yang terlihat dalam tesis Laksana (dalam Wardani, 2014). Laksana mengatakan bahwa penggunaan majas metafora pada tajuk berita lebih produktif dibandingkan penggunaan majas lainnya. Ia memberikan tiga alasan mengapa metafora lebih banyak digunakan, yaitu: (1) Metafora lebih disukai oleh wartawan dan editor yang menulis tajuk berita dibandingkan dengan majas lainnya. (2)

(14)

Metafora potensial untuk memenuhi kebutuhan wartawan dan editor akan penggunaan kata yang baru. (3) Metafora lebih menarik daripada jenis majas lain.

Penggunaan bahasa yang unik dapat menarik perhatian para pembaca, salah satunya dengan metafora. Tanpa disadari, perkembangan dunia otomotif yang diberitakan melalui media massa juga menyadiakan bahan kajian perkembangan dari linguistik.

Salah satu penggunaan bahasa yang bersumber dari proses berpikir penutur bahasa disebut metafora. Dalam metafora, penutur bahasa melakukan

“penyimpangan” terhadap kaidah makna karena bertujuan untuk menyampaikan gagasan secara khusus. Artinya, penutur bahasa memperluas gagasan dari bahasa yang digunakannya untuk menyampaikan makna tertentu. Metafora berfungsi untuk memperindah dan memperhalus suatu bahasa yang berperan dalam mengungkapkan suatu teks bacaan ataupun yang telah didengarkan terhadap sesuatu yang dipahami secara tidak langsung dan mengacu pada makna yang diciptakan (Nababan, 2015:1).

Metafora menjadi salah satu kajian linguistik kognitif yang mencoba menganalisis tentang bahasa figuratif yang dikonseptualisasikan ke dalam bahasa.

Menurut Lakoff (dalam Nirmala, 2012:4), metafora konseptual merupakan proses pemahaman atau penyusunan bentuk yang abstrak melalui hubungannya dengan bentuk yang konkret atau mekanisme kognitif sehingga seseorang dapat memandang atau menghubungkan suatu jenis benda sebagai benda lain.

Fenomena metafora dalam bahasa merupakan salah satu cara berpikir manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan ungkapan- ungkapan yang berkaitan dengan bahasa figuratif yang terkadang orang tidak

(15)

mengerti bahwa yang diucapkan itu adalah sebuah metafora (Tinambunan, 2015:1).

Semantik kognitif menganggap metafora sebagai gejala yang meresapi terhadap bahasa dan pikiran. Makna metafora suatu bahasa bertumpu pada struktur konseptual yang memunyai kemampuan dalam menggambarkan sesuatu (Purba, 2016:1).

Penelitian tentang metafora otomotif dalam bahasa Indonesia (kajian semantik) penting untuk dilakukan. Adapun alasan yang mendasar adalah penelitian ini mengungkapkan makna otomotif dalam pikiran penutur bahasa Indonesia. Dalam media cetak ataupun elektronik sering dijumpai pelanggaran bahasa terhadap aturan pemakaiannya, misalnya teks-teks surat kabar ataupun majalah sering menggunakan ekspresi metafora yang bertujuan menarik perhatian dan minat para pembaca, misalnya sebagai berikut:

(1) Mercedes Benz C 300 AMG memiliki karakter yang unik, masih nyaman digunakan untuk kendaraan harian, menemani kegiatan anda, tapi bisa juga liar dan galak saat diajak masuk sirkuit (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

(2) Dijamin performanya sedan premium ini langsung berubah jadi sedan sport.

Tarikannya galak dan agresif (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

(3) Mesinnya sudah tergolong bengis (OTOMOTIFNET.COM, 25 Desember 2018).

Kata liar dan galak pada contoh (1), galak dan agresif pada contoh (2), dan bengis pada contoh (3) merupakan beberapa leksem pada konsep BINATANG yang cenderung juga digunakan pada konsep OTOMOTIF. Sering ditemukan beberapa leksem pada konsep lain yang digunakan pada konsep OTOMOTIF seperti, liar, beringas, garang, dan rakus.

(16)

Mulyadi (2010:17) mengatakan hampir semua ruang dalam aktivitas berbahasa manusia melibatkan metafora. Tidak hanya dalam ranah figuratif metafora juga sering menjadi piranti utama dalam ranah kolokial. Bertumpu pada kemiripan maknanya, sebuah kata dipakai dalam berbagai macam konteks dan dirujuk pada berbagai macam ciri, dan kata itu biasanya lebih abstrak daripada konkret. Tujuannya ialah untuk menampilkan citra kebaruan, kesegaran, serta kekuatan dalam berkomunikasi.

Penelitian metafora sudah pernah dilakukan oleh para ahli. Misalnya, Siregar (2005) dengan judul artikel “Jeruk kok Minum Jeruk : Gejala Metaforis menganalisis gejala metaforis dan metonimisasi dalam bahasa Indonesia”, Silalahi (2005) dengan judul artikel “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”, Siregar (2010)

“Emosi dan Kebudayaan dalam Metafora”, Mulyadi (2010) dengan judul artikel

“Dari Gerakan ke Emosi Perspektif Linguistik Kognitif”, Wardani (2014) dalam skripsi berjudul “Metafora dalam Berita Olahraga Superscore pada Surat Kabar Tribun Jogja”, Siregar (2014) dalam artikel berjudul “Keajekan Konseptual dalam Metafora Baru”, Tinambunan (2015) dalam skripsi berjudul “Metafora Muruken

„Marah‟ dalam Bahasa PakPak”, Nababan (2015) dalam skripsi berjudul

“Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia”, dan Ernawati (2018) dalam skripsi berjudul “Metafora Korupsi dalam Bahasa Indonesia.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kajian semantik Metafora OTOMOTIF dalam Bahasa Indonesia belum pernah dilakukan.

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dilandaskan atas asumsi bahwa metafora telah banyak digunakan dalam berbagai penggunaan bahasa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kategorisasi metafora otomotif dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimanakah pemetaan konseptual metafora otomotif dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai tujuan yang memberikan arah dan beberapa pengertian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan kategorisasi metafora otomotif dalam bahasa Indonesia.

2. Mendiskripsikan pemetaan konseptual metafora otomotif dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Menambah khazanah pengetahuan tentang metafora otomotif dalam bahasa Indonesia.

2. Menambah penelitian bidang semantik tentang metafora otomotif dalam bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya tentang metafora konseptual.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora otomotif dalam bahasa Indonesia.

(18)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep

Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep- konsep yang berkaitan dengan topik penelitian ini, yaitu metafora, kategorisasi, makna, skema citra, ranah sumber dan ranah sasaran, dan otomotif.

2.1.1 Metafora

Menurut Mulyadi (2010: 19), metafora adalah mekanisme kognitif dalam memahami satu ranah pengalaman, berdasarkan struktur konseptual dari ranah pengalaman lain yang bertalian secara sistematis. Dalam kerangka konseptual linguistik kognitif, metafora dianggap sebaga gejala pikiran (penalaran) bukan sekedar gejala bahasa.

Evans dan Green (dalam Siregar, 2014: 167) mengatakan metafora dipahami sebagai gejala bahasa yang di dalamnya terdapat penataan satu ranah konseptual melalui ranah konseptual yang lain. Salah satu ciri penting metafora ialah perluasan makna karena metafora dapat memberikan makna baru melalui proses yang disebut dengan metaforisasi. Dalam linguistik kognitif perluasan makna berbasis metafora ini dapat terjadi pada berbagai gejala bahasa yang berbeda.

Menurut Lakoff dan Johnson (2003) tidak ada perbedaan prinsip antara pemakaian bahasa harfiah dan pemakaian bahasa metaforis, hal itu terjadi karena sebagian besar proses pikiran manusia adalah metaforis dan sistem konseptual manusia dibangun dan dibatasi secara metaforis. Menurut Purba (2016:7) metafora akan mudah dipahami jika tidak dibaca secara harfiah, melainkan secara

(19)

figuratif, sebab metafora akan dinilai melanggar pemberian kesan dan menghasilkan penyimpangan semantik karena kalimat haruslah relevan dengan konteks.

2.1.2 Kategorisasi

Kategorisasi adalah suatu wadah abstrak, dan benda-benda terletak di dalam atau di luar kategori (Lakoff 1987: 6 dalam Siregar 2013). Benda-benda dianggap sebagai kategori yang sama jika hanya memiliki ciri-ciri tertentu secara umum, ciri-ciri yang umum itu digunakan untuk membatasi kategori tersebut.

Untuk dapat memahami makna dan fungsinya kita harus mengkategorikannya berdasarkarkan pengalaman yang kita temui. Beberapa kategori muncul dari pengalaman yang telah kita serap dalam interaksi sosial dan lingkungan fisik. Kategorisasi adalah cara alami untuk mengidentifikasi jenis objek atau pengalaman dengan menyoroti properti tertentu (Lakoff dan Johnson, 2003:118-119).

2.1.3 Makna

Menurut KBBI (2012: 864) makna merupakan arti atau maksud pembicara atau penulis terhadap pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Adapun makna yang digunakan dalam penelitian ini adalah makna konotatif.

Chaer (2012: 292), mengatakan makna konotatif adalah makna lain yang

“ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.

2.1.4 Skema citra

Menurut Jhonson dan Kövecses (dalam Mulyadi, 2010:19) skema citra ialah pola-pola yang berulang, pola-pola dinamis dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita. Skema citra berperan

(20)

penting dalam struktur konseptual. Tanpa penggunaan skema citra, sukar bagi siapa pun untuk memahami pengalaman. Alasannya, karena pengalaman fisik manusia hadir dan bertindak pada dunia karena mencerap pengalaman, memindahkan tubuh, mengerahkan dan mengalami daya, dan lain-lain. Manusia membentuk struktur konseptual dasar yang kemudian digunakan untuk menata pikiran melintasi rentang ranah yang lebih abstrak.

Bagian dari skema citra perseptual antara lain ialah, skema WADAH, skema BAGIAN-KESELURUHAN, skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema HUBUNGAN, skema PUTARAN, dan sebagainya. Skema WADAH memiliki elemen struktural "interior", "batas", dan "eksterior". Logika dasarnya ialah bahwa segala sesuatunya berada di dalam atau berada di luar wadah. Jika B ada pada A dan C ada pada B disimpulkan bahwa C ada pada A. Misalnya, metafora KEADAAN sebagai WADAH, HUBUNGAN PERSONAL sebagai WADAH, dan BIDANG VISUAL sebagai WADAH. Elemen struktural pada skema HUBUNGAN mencakup dua "entitas" dan "hubungan" yang mengikatnya. Logika dasar dari skema ini meliputi keselarasan. Jika A dihubungkan dengan B, B dihubungkan dengan A atau jika A dihubungkan dengan B, A dibatasi oleh B. Skema HUBUNGAN berguna sebagai ranah sumber pada beberapa metafora. Misalnya, pada HUBUNGAN sebagai SAMBUNGAN, kedua entitasnya dihubungkan dengan sambungan.

Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN memiliki elemen "sumber", “jalur",

"tujuan", dan "arah". Logika dasarnya ialah apabila seseorang pergi dari A ke B, dia harus melewati setiap titik persimpangan yang menghubungkan A dengan B.

Metafora HIDUP sebagai PERJALANAN mengasumsikan skema

(21)

SUMBERJALUR- TUJUAN. Pemetaan dan submetafora pada metafora kompleks ini ialah MAKSUD sebagai TUJUAN. Peristiwa kompleks juga melibatkan keadaan awal (SUMBER), tahap tengahan (JALUR), dan tahap akhir (TUJUAN) (Siregar, 2013:131). Skema citra menyediakan pemahaman tentang dunia, baik secara harfiah maupun secara figuratif. Dasar untuk konstruksi metaforis ini terletak pada pengalaman dasar manusia yang membentuk skema citra dan

"menyajikan hubungan pengalaman badani dengan ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa" (Saeed dalam Siregar, 2013: 131).

2.1.5 Ranah Sumber dan Ranah Sasaran

Kövecses (dalam Siregar, 2013) mengatakan bahwa ranah sumber ialah jenis ranah yang lebih konkret, sedangkan ranah sasaran adalah jenis ranah yang lebih abstrak. Ranah sumber yang lebih konkret digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran.

2.1.6 Otomotif

Otomotif adalah ilmu tentang kendaraan, kendaraan adalah alat yang berfungsi sebagai suatu sarana pindah dan angkut manusia yang menggunakan tenaga penggerak berupa mesin (Cahyono dkk, 2015; bandingkan Tony dan Mukti, 2013), otomotif adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mesin kendaraan bermotor seperti mobil dan motor. Otomotif memiliki berbagai cabang ilmu yang lebih spesifik mengenai bagian-bagian sistem yang terdapat pada kendaraan bermotor.

Menurut Daryanto (2008) kendaraan bermotor adalah suatu kendaraan yang dijalankan oleh mesin yang dikendalikan manusia di atas jalan. Jenis

(22)

kendaraan bermotor antara lain adalah sepeda motor, mobil, bus, truk, traktor, bildoser, dan mobil pengangkat.

Jenis kendaraan yang tercakup dalam ilmu otomotif adalah kendaraan darat yang bergerak dengan bantuan mesin, kendaran darat yang dapat bergerak tanpa mekanisme mesin seperti sepeda tidak termasuk dalam kategori otomotif.

Begitu pula dengan kendaran udara dan air seperti pesawat dan kapal.

2.2 Landasan Teori

Konsep metafora mulai berkembang sejak terbitnya buku Metaphors We Live By (1980) yang ditulis oleh George Lakoff bersama koleganya, Mark Johnson. Buku ini menginspirasi pengembangan paradigma liguistik kognitif (Siregar, 2013:15). Lakoff (dalam Silalahi, 2005:2) menyatakan bahwa metafora adalah penyamaan yang bersifat lintas ranah konseptual di dalam sistem konseptual yang memiliki hakikat dan struktur metafora.

Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual. Pesan Lakoff dan Johnson (dalam Mulyadi, 2010), metafora merasuki kelidupan sehari-hari, tidak hanya pada bahasa tetapi juga pada pikiran dan tindakan. Mereka menandaskan bahwa metafora sebagai sebuah ekspresi bahasa terdapat dalam sistem konseptual manusia. Dalam kalimat lain, cara manusia menata pikirannya, mencerap pengalamannya, ataupun melakukan tindakannya sehari-hari, sebagian besar berdimensi metaforis. Siregar (2013) menegaskan bahwa ciri penting teori ini ialah pemanfaatan aspek tertentu dari ranah sumber atau ranah sasaran yang berperan pada metafora. Artinya, jika metafora konseptual dinyatakan dengan A ADALAH B, ini tidak berarti bahwa seluruh konsep A atau B tercakup, yang dipilih hanyalah aspek tertentu.

(23)

Kövecses (2010:746) menyatakan bahwa metafora konseptual dapat ditemukan dalam cakupan bahasa yang luas. Sebagai contoh, Houyt Alverson (dalam Kövecses, 2010) menemukan bahwa metafora konseptual waktu adalah ruang bisa ditemukan dalam bahasa dan budaya yang beragam, contohnya bahasa Inggris, Mandarin, China, India, dan Sesotho. Banyak peneliti sependapat dengan Kövecses bahwa metafora konseptual yang sejenis dapat ditemukan dalam bahasa dan budaya yang berbeda.

Metafora dianggap unsur penting dalam pengkategorisasian duniawi dan proses berpikir manusia, yaitu sebagai gejala yang merembesi bahasa dan pikiran.

Metafora dianggap sebagai jenis konseptualisasi pengalaman manusia, yang tidak pernah luput dari setiap penggunaan bahasa alamiah. Metafora tidak dipahami sebagai pelanggaran penutur terhadap kaidah kompetensi bahasa. Sebaliknya, paradigma kognitif melihat metafora sebagai alat untuk mengkonseptualisasikan ranah-ranah pengalaman yang abstrak dan tidak teraba ke dalam ranah yang konkret dan akrab. Selain itu metafora merupakan jenis konseptualisasi pengalaman manusia, yang tidak pernah luput dari setiap penggunaan bahasa alamiah (Taylor dan Siregar dalam Silalahi, 2005:96).

Metafora mengorganisasi hubungan antar objek dan menciptakan pemahaman mengenai objek tertentu melalui pemahaman mengenai objek lain.

Dengan kata lain, ranah sumber digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran. Sebagai contoh, DESIRE IS FIRE (HASRAT ADALAH API) menurut Lakoff dan Johnson (1980), penggunaan huruf kapital digunakan untuk menunjukkan ranah sumber dan ranah sasaran. Konsep DESIRE (HASRAT) merupakan ranah sasaran atau topic dan FIRE (API) sebagai vehicle

(24)

atau ranah sumber. Jadi, dapat dipahami bahwa DESIRE (HASRAT) memiliki ciri dan sifat seperti API, yaitu, panas, bergelora, dan membakar. Jika seseorang memiliki hasrat berarti dalam dirinya terdapat suasana hati yang menggelora (Purba, 2016:9).

Menurut Silalahi (2005:97) metafora memfasilitasi pikiran dengan menyediakan satu kerangka eksperiensial tempat konsep-konsep abstrak yang baru diperoleh yang dapat diakomodasi. Jaringan metafora yang mendasari pikiran dengan cara ini membentuk peta kognitif, satu jaringan konsep yang disusun dari segi konsep yang kemudian berfungsi untuk menjadi dasar konsep- konsep abstrak dalam pengalaman-pengalaman fisik pelaku kognitif dan di dalam hubungan pelaku dengan dunia luar.

Penelitian metafora Otomotif ini dianalisis memakai skema citra. Menurut Kövecses (dalam Mulyadi, 2010:19), skema citra ialah pola-pola yang berulang, pola-pola dinamis dari interaksi perseptual kita dan program mekanis yang menyatu dengan pengalaman kita”. Skema citra berperan penting dalam struktur konseptual. Tanpa penggunaan skema citra, sukar bagi siapa pun untuk memahami pengalaman. Alasannya, karena pengalaman fisik manusia hadir dan bertindak pada dunia, karena menyerap pengalaman, memindahkan tubuh, mengerahkan, mengalami daya, dan lain-lain, manusia membentuk struktur konseptual dasar yang kemudian digunakan untuk menata pikiran melintasi rentang ranah yang lebih abstrak.

Siregar (2014) mengatakan skema citra adalah citra mental, konsep bergambar yang dipelajari melalui pengalaman atau melalui interaksi jasadi dengan dunia. Skema citra adalah pola mental yang terus-menerus memberikan

(25)

pemahaman yang terstruktur terhadap berbagai pengalaman dan siap digunakan melalui metafora sebagai satu ranah sumber untuk memahami pengalaman lainnya.

Konvecses (dalam Nirmala, 2012:4) mengatakan bahwa, metafora memiliki dua komponen, yaitu: target dan sumber. Target biasanya lebih abstrak, dan sumber lebih konkret. Untuk dapat memahami maksud yang terkandung dalam metafora, ditemukan kesamaan karakteristik yang dimiliki antara sasaran dan sumber. Dengan membandingkan karakteristik yang dimiliki keduanya, akan ditemukan dasar suatu metafora yang digunakan. Secara formal dan fungsional, konsep metafora muncul bersamaan dengan proses pemikiran manusia, dan sebagian besar tidak disadari. Hal ini merupakan struktur dasar dari penalaran bahwa pikiran digunakan untuk memahami aspek abstrak yang rumit.

Begitu pula dengan pemetaan konseptual. Pemetaan konseptul mampu menjelaskan konsep dan makna dari leksikal otomotif. Langkah yang harus dilakukan dalam pemetaan konseptual adalah mengelompokkan konsep-konsep yang mengonseptualisasikan metafora otomotif dengan menyesuaikan ciri semantisnya. Pada tahap analisis, teori metafora konseptual dimuat dalam bentuk pemetaan konseptual dalam ranah sasaran ke ranah sumber.

Pada prinsipnya, setiap konsep dari ranah sumber mengacu pada makna ekspresi literal dan dapat dipakai untuk mendeskripsikan konsep pada ranah sasaran tentang kalimat tersebut. Maka, metafora konseptual adalah pemetaan konseptual di antara dua ranah. Pemetaan bersifat asimetris, yaitu struktur konseptual tertuju pada ranah sasaran, bukan pada ranah sumber. Metafora dianggap sebagai bagian terpadu dari bahasa dan pikiran dalam dunia nyata

(26)

(Silalahi, 2005:97). Sebagai contoh, pada artikel berjudul Metafora Cinta bahasa Angkola (Siregar, 2013) ditemukan lima skema citra dasar, yaitu WADAH, DAYA, SUMBER-JALUR-TUJUAN, RUANG, dan HUBUNGAN. Skema WADAH menerangkan pemetaan metafora CINTA sebagai CAlRAN DALAM WADAH dan kedua subkategorinya, yakni CINTA sebagai PANAS dan CINTA sebagai API. Metafora CINTA sebagai API dipetakan sebagai berikut (Siregar, 2013:136);

Tabel 2.1 Pemetaan Konseptual CINTA sebagai API Ranah sasaran

CINTA

Ranah sumber API

tubuh pengalam wadah fisik

tekanan internal pada tubuh tekanan internal pada wadah

Cinta api dalam wadah

penyebab cinta penyebab api

cinta yang tak terkendali ledakan pada wadah

Selanjutnya Siregar (2004:164 dalam Silalahi 2005:97) mengungkapkan Model metafora konseptual memiliki ciri-ciri berikut:

(a) Terdapat konsep “sasaran” A perlu dipahami untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu;

(b) Terdapat struktur konseptual yang mengandung A dan konsep lainnya B;

(c) B berhubungan dengan A atau berbeda dengan A dalam struktur konseptual itu;

(d) Dibandingkan dengan A, B dapat lebih mudah dipahami, lebih mudah diingat, lebih mudah dikenali, atau lebih langsung bermanfaat untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu.

(27)

Model metafora merupakan model bagaimana B dipetakan kepada A dalam struktur konseptual; hubungan ini ditegaskan oleh fungsi B sebagai A, dengan pola X adalah Y; X sebagai Y.

2.3 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pada bagian ini peneliti meninjau secara ringkas penelitian sebelumnya yang saling berhubungan dengan penelitian ini.

Pertama, Silalahi (2005) dalam artikel yang berjudul “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”, membahas metafora KATA dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori metafora konseptual. Datanya berasal dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kabupaten Toba Samosir.

Dalam penelitiannya terdapat delapan tipe semantis metafora KATA dalam bahasa Batak Toba, yaitu (1) KATA sebagai BENDA, (2) KATA sebagai KATA BENDA KATA CAIRAN, (3) KATA sebagai HEWAN, (4) KATA sebagai MAKANAN, (5) KATA sebagai MANUSIA, (6) KATA sebagai PERJALANAN, (7) KATA sebagai SENJATA, (8) KATA sebagai TUMBUHAN.

Kedua, Rajeg (2009) dalam artikelnya yang berjudul “Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan: Metaphoricand Metonymic Conceptualisation of Love in Indonesia”. Konsep emosi cinta dalam bahasa Indonesia dipahami dalam konsep metafora dan metonimi. Rajeg menghasilkan empat belas tipe metafora konseptual yang membangun struktur konsep cinta, yaitu (1) CINTA adalah CAIRAN PADA SUATU WADAH, (2) CINTA adalah KESATUAAN BAGIAN, (3) CINTA adalah IKATAN, (4) CINTA adalah API, (5) CINTA adalah KEGILAAN, (6) CINTA adalah MABUK, (7) CINTA adalah KEKUATAN, (8) CINTA adalah

(28)

ATASAN, (9) CINTA adalah LAWAN, (10) CINTA adalah PERJALANAN, (11) OBJEK CINTA adalah DEWA/DEWI, (12) OBJEK CINTA KEPEMILIKAN, (13) RASIONAL adalah (ke) ATAS, EMOSIONAL adalah (ke) BAWAH, (14) SADAR adalah (ke) ATAS, TIDAK SADAR adalah (ke) BAWAH.

Ketiga, Mulyadi (2010) dalam artikel yang berjudul “Metafora Emosi dalam Bahasa Indonesia” membahas tipe-tipe metafora emosi dalam bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh verba gerakan. Teori yang digunakan adalah teori metafora konseptul. Data bersumber dari surat kabar dan majalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseptualisasi emosi dalam bahasa Indonesia terdiri atas sembilan tipe metaforis, yaitu (1) CAIRAN, (2) BENDA, (3) LAWAN, (4) BINATANG BUAS, (5) MUSUH TERSEMBUNYI, (6) BEBAN, (7) TEMPAT, (8) DAYA ALAMI, (9) DAYA FISIK. Penelitian Mulyadi menghasilkan dua pemetaan ranah pengalaman gerakan dan emosi pada metafora emosi, yaitu skema WADAH dan skema RUANG. Pemetaan tersebut merupakan susunan sistematis antara ranah sumber dan ranah sasaran melibatkan gagasan kendali. Penelitian Mulyadi memberi kontribusi dalam penelitian ini untuk lebih memahami batasan-batasan citra metaforis serta pemetaan yang dilakukan sangat bermanfaat dalam penelitian ini.

Keempat, Siregar (2013) dalam penelitian yang berjudul “Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola” membahas kategorisasi makna metafora cinta dengan menggunakan teori Metafora Konseptual. Data penelitian diperoleh dari sejumlah narasumber melalui wawancara dan juga melalui penyebaran angket. Menurut Siregar metafora cinta dalam bahasa Angkola terdiri atas sembilan kategori, yaitu (1) CINTA sebagai CAIRAN DALAM WADAH, (2) CINTA sebagai DAYA, (3)

(29)

CINTA sebagai BINATANG BUAS, (4) CINTA sebagai PASIEN, (5) CINTA sebagai PERJALANAN, (6) CINTA sebagai PERANG, (7) CINTA sebagai BENDA, (8) CINTA sebagai KESATUAN, dan (9) CINTA sebagai PERMAINAN. Pemetaan dalam penelitian Siregar terdapat lima skema, yaitu (1) skema WADAH, (2) skema DAYA, (3) skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, (4) skema RUANG, (5) skema HUBUNGAN.

Kelima, Siregar (2014) dalam artikel yang berjudul “Keajekan Konseptual dalam Metafora Baru”, Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan tentang (a) bagaimana menentukan keajekan konseptual metafora yang baru, dan (b) apakah tingkat kemapanan metafora baru berpengaruh pada keajekan konseptual dalam metafora itu. Untuk itu, tiga metafora baru dan penggunaannya dalam berbagai media daring dan situs web dipilih sebagai data penelitian. Ketiga metafora tersebut adalah Jeruk kok minum jeruk, Cicak lawan buaya atau Cicak vs. buaya dan Bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa keajekan konseptual metafora yang baru dapat ditentukan berdasarkan dua hal: (a) kekerapan penggunaan metafora; dan (b) ketertonjolan semantik makna metafora. Selain itu, karena kekerapan penggunaan berhubungan dengan kemapanan metafora, tingkat kemapanan metafora baru dengan demikian mempunyai pengaruh terhadap tingkat keajekan konseptual metafora.

Keenam, Wardani (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Metafora dalam Berita Olahraga Superskor pada Surat Kabar Tribun Jogja” Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, jenis metafora yang terdapat dalam berita olahraga Superskor surat kabar Tribun Jogja adalah metafora ke-ada-an (being), metafora kosmos (kosmos), metafora tenaga (energy), metafora substansional

(30)

(substance), metafora permukaan bumi (terrestrial), metafora benda mati (object), metafora tumbuhan (living), metafora binatang (animate), metafora manusia (human), metafora genus ke spesies, metafora spesies ke genus, metafora spesies ke spesies, metafora analogi dan metafora sinaestik, metafora yang paling sering muncul adalah metafora analogi. Kedua, makna metafora dalam berita olahraga Superskor pada surat kabar Tribun Jogja ada dua yaitu makna gramatikal dan figuratif, yang paling sering muncul adalah makna gramatikal. Ketiga, fungsi metafora yang ditemukan pada penelitian ini terdiri dari penyebutan pemain hebat, konsep menang, konsep kalah, kerja keras, berhubungan dengan gol, aktivitas dan posisi di dalam sepakbola, benda, klasemen dan babak di dalam sepakbola, penyebutan nama tim, taktik, tempat bertanding, dan ekspresi, fungsi yang paling banyak ditemukan adalah metafora yang befungsi untuk menyebut pemain hebat.

Ketujuh, Nababan (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia”. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia memiliki delapan kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, CAIRAN, MAKANAN, BENDA, OBJEK TERSEMBUNYI, PERANG, dan TANAMAN. Kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH memiliki subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Makna PENYAKIT dipetakan melalui skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, skema WADAH, dan skema RUANG. Pada pemetaan ditemukan persesuaian ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran untuk memahami maknanya.

(31)

Kedelapan, Ernawati (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Metafora Korupsi dalam Bahasa Indonesia”. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah, mendeskripsikan kategorisasi semantis dan pemetaan konseptual pada metafora KORUPSI dalam bahasa Indonesia. Data yang digunakan adalah data tulis. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode simak. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik hubung banding sama. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep KORUPSI dalam bahasa Indonesia memiliki sepuluh kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, MAKANAN, MUSUH, TUMBUHAN, PENYAKIT, BENDA, BINATANG, SINETRON dan PERLADANGAN. Kategori KORUPSI sebagai DAYA memunyai subkategori KORUPSI sebagai DAYA ALAMI. Kategori KORUPSI sebagai BENDA memiliki subkategori KORUPSI sebagai BANGUNAN. Selanjutnya, pemetaan konseptual metafora KORUPSI dalam bahasa Indonesia dijelaskan melalui tiga skema citra, yaitu skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, dan skema RUANG.

Penelitian ini banyak memakai model penelitian yang digunakan oleh para peneliti sebelumnya, khususnya para peneliti yang telah disebutkan di atas.

Analisis yang digunakan sangat menginspirasi untuk melakukan penelitian ini, khususnya cara untuk penetapan kategorisasi dan pemetaan pada ranah sumber dan ranah sasaran.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari data tulis yaitu dari media cetak maupun online. Data tulis tersebut berupa surat kabar, majalah, buku, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan otomotif.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode simak, disebut metode simak karena memang berupa penyimakan; dilakukan dengan menyimak (Sudaryanto, 2015:203), yaitu membaca dengan seksama sumber data tulis yang berkaitan dengan otomotif. Teknik yang digunakan ialah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dalam teknik SBLC alat yang digunakan adalah peneliti itu sendiri dan peneliti tidak dilibatkan langsung untuk menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali sebagai pemerhati saja (Sudaryanto, 2015:205-205). Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu dengan mencatat contoh-contoh kalimat yang bersifat metaforis yang akan dijadikan bahan dalam penelitian ini. Jadi, kegiatan pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu transkripsi data dan klasifikasi data. Model pengumpulan data diilustrasikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Model Klasifikasi Data

Contoh Makna

Kymco Racing King 150i berhasil mencatat konsumsi rata-rata sebesar 34,5 Km yang kami berikan kepadanya, tergolong cukup rakus (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

BINATANG

(33)

Contoh Makna Tampak luar, Agya ini terlihat lebih agresif

(OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

Yamaha Mio beringas di trak (OTOMOTIFNET.COM, 23 Maret 2019).

BINATANG

SUV ini memiliki tendangan awal yang lumayan keras.

Plus ada pengait agar bagasi tidak lari saat SUV ini diajak sedikit off-road.

DAYA

Pada contoh di atas, metafora OTOMOTIF sebagai BINATANG diekspresikan oleh kata rakus, agresif dan beringas. Terdapat relasi semantis pada ketiga kata tersebut dengan konsep BINATANG.

Untuk contoh selanjutnya metafora OTOMOTIF sebagai DAYA dalam bahasa Indonesia memiliki subkategori, yaitu OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK.

Hal tersebut diekpresikan dari kata tendangan dan lari. Terdapat relasi semantis pada kedua kata tersebut dengan konsep “gerak”. Dalam kehidupan sehari-hari segala bentuk perpindahan kedudukan atau peralihan tempat dan dorongan kita sebut sebagai gerak. Pada dasarnya, otomotif diciptakan agar dapat memindahkan benda atau manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan mudah.

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam analisis data penelitian digunakan metode padan dan metode agih.

Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, telepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa bersangkutan (Sudaryanto, 2015:15). Berbeda dengan metode padan, metode agih alat penentunya justru bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 2015:18). Teknik analisis yang digunakan pada metode padan adalah teknik hubung banding sama (HBS) dan teknik pilah unsur penentu (PUP),

(34)

adapun alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki peneliti.

Sedangkan teknik yang digunakan pada metode agih adalah teknik ganti, teknik ganti sangat berguna untuk menemukan rumusan mengenai masalah karakteristik suatu unsur satuan lingual. Metode ini bekerja untuk membandingkan suatu peristiwa konkret pada ranah sumber dan kaitan metafora otomotif pada ranah sasaran sesuai dengan kesamaan sifat referensialnya.

(4a) Area spidometernya kental dengan aura klasik dan sungguh minimalis.

(4b) Cairan kental keluar dari hidung adik.

Pada contoh (4a) kata kental dianalisis dengan teknik hubung banding sama (4b). Pada kalimat (4a) kata kental dimasukkan pada ranah sumber dan cairan kental dimasukkan dalam ranah sasaran untuk menetapkan kategori.

Sumber: kental  OTOMOTIF Sasaran: kental  CAIRAN

Dalam hal ini, kata kental ditempatkan pada kalimat lain dalam konteks nonmetaforis dengan teknik ganti, seperti pada kalimat (4b). Pada contoh tersebut tampak bahwa kental memunyai relasi semantis cairan kental pada kalimat (4a) yang dikonseptualisaikan sebagai CAIRAN. Artinya, konsep metafora OTOMOTIF dapat dipahami dari konsep CAIRAN. Dengan demikian, kategorisasi metafora pada (4a) ialah OTOMOTIF sebagai CAIRAN.

Pemetaan ranah-ranah pengalaman dasar dan otomotif pada metafora OTOMOTIF dianalisis dengan teknik hubung banding sama. Dalam pemetaan ini, dua entitas yang dipetakan pada dua ranah kognitif yang berbeda ditandai oleh

(35)

perangkat persamaan dan penyesuaian. Contohnya metafora konseptual OTOMOTIF sebagai BINATANG merupakan perwakilan dari kalimat berikut ini.

(5) Pada Honda HR-V jadi-jadian ini bukan mesin saja yang beringas, tapi juga kaki-kakinya (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

(6) [...] mini jip yang sering di sebut Taft Kebo ini (OTOMOTIFNET.COM, 6 Januari 2019).

(7) Motor listrik balap TT Zero bernama Mugen Shinden, dikenal punya tenaga buas (OTOMOTIFNET.COM, 23 Maret 2019).

(8) Selain itu di sisi panel konsol tengah dimana tuas transmisi bersarang, tidak memakan tempat seperti di varian Dakar (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

Berdasarkan dua contoh di atas, metafora otomotif dipersepsikan dalam konsep BINATANG. Pada contoh (5) konsep BINATANG ditunjukkan pada kata beringas, pada contoh (6) ditunjukkan pada kata kebo, pada contoh (7) ditunjukan dengan kata buas, dan pada contoh (8) ditunjukan dengan kata bersarang. Kelima kalimat tersebut memiliki kumpulan makna yang sama yaitu, OTOMOTIF sebagai BINATANG. Model pemetaan konseptual OTOMOTIF sebagai BINATANG diilustrasikan pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Model Pemetaan Konseptual Ranah Sumber

BINATANG

RANAH Sasaran OTOMOTIF

Binatang Kendaraan

Spesies binatang Jenis kendaraan Sifat binatang Hasil modifikasi Warna binatang Warna kendaraan Kekuataan binatang Kekuataan kendaraan Bentuk tubuh binatang Bentuk kendaraan

Pada tabel di atas, elemen semantis tertentu dari ranah BINATANG berhubungan dengan elemen semantis tertentu dari ranah OTOMOTIF. Dalam pemetaannya, tidak semua elemen semantis menggambarkan korelasi di antara

(36)

kedua konsep tersebut harus dibandingkan. Penetapan atau pemilihan semantisnya dibatasi pada aspek-aspek tertentu yang dianggap berperan dalam metafora, baik melalu ranah sumber maupun melalui ranah sasaran.

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisi Data

Hasil analisis disajikan dengan metode informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang bersifat teknis; sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 2015:241). Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan teknik yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut. Dengan demikian, penggunaan kata-kata biasa serta penggunaan tanda dan lambang merupakan teknik hasil penjabaran metode penyajian itu.

Dalam penyajian ini, kaidah-kaidah disampaikan dengan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila diucapkan dengan serta merta dapat lansung dipahami.

Kaidah itu berupa prinsip-prinsip kesinambungan wacana yang terdapat dalam wacana berita baik berupa surat kabar, maupun majalah.

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengantar

Bab ini membahas temuan penelitian, yaitu kategorisasi semantis dan pemetaan konseptual metafora otomotif dalam bahasa Indonesia. Analisis tentang kategorisasi semantis dalam bahasa Indonesia dilihat dari data yang memiliki konsep metafora yang sama antara ranah sumber dan ranah sasaran yang memiliki kesamaan ciri semantis atau hubungan. Peneliti akan menentukan pengkategorisasian maupun subkategorisasi metaforanya sesuai dengan pemahaman peneliti terhadap metafora otomotif dalam bahasa Indonesia.

Kesamaan ciri semantis yang dimiliki antara ranah smber dan ranah sasaran tersebut dijabarkan dalam bentuk pemetaan untuk menunjukan makna yang menyatakan bahwa dasar semantis yang digunakan untuk menganalisis pemetaan berguna untuk menunjukan makna dari metaforanya. Dalam hal ini, berdasarkan pendapat Siregar (2013:55) yang menyatakan bahwa dasar semantis yang digunakan untuk menganalisis pemetaan itu mengacu pada skema citra, yakni tingkat struktur kognitif yang mendasari metafora dan menghubungkan pengalaman tubuh ranah kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa.

4.2 Kategorisasi Metafora Otomotif dalam Bahasa Indonesia

Kategori Metafora Otomotif dalam bahasa Indonesia memiliki sembilan kategori, berikut contoh serta penjelasannya.

4.2.1 OTOMOTIF sebagai DAYA

Metafora OTOMOTIF sebagai DAYA menggambarkan proses interaksi fisik dan emosional. Metafora otomotif dalam bahasa Indonesia memiliki dua

(38)

subkategori, yaitu; OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK dan OTOMOTIF sebagai DAYA PSIKOLOGIS.

4.2.1.1 OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK

Daya fisik ialah fenomena fisik, daya tarik tubuh, kontak fisik yang kasar di antara tubuh, dan sejenisnya (Rajeg, 2009: 9). Daya fisik pada konsep OTOMOTIF meliputi faktor internal (perubahan dan kekuatan dalam tubuh) dan faktor eksternal (perubahan dan kekuatan yang terdapat di luar tubuh). Berikut beberapa contoh OTOMOTIF sebagai DAYA FISIK dalam bahasa Indonesia.

(9) Kesan kendaraan tangguh tentu tak hanya tertuang dari bagian depan saja (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

(10) Isuzu Elf pelayat loncat ke jurang sedalam 20m (OTOMOTIFNET.COM, 28 Februari 2019).

(11) Motor injeksi lemes dan menggerung (OTOMOTIFNET.COM, 1 Maret 2019).

(12) [...] lari Yamaha NMAX kalahkan Satria F-150 (OTOMOTIFNET.COM, 8 April 2019).

Dari contoh di atas dapat ditemukan beberapa leksikal yang sering digunakan pada konsep DAYA FISIK. Kata tangguh pada contoh (9) dan lemes pada contoh (10) biasanya kita pahami sebagai kekuatan fisik, kata loncat pada contoh (11) dan lari pada contoh (12) merupakan kegiatan fisik berupa gerakan ke atas dan depan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep DAYA FISIK.

4.2.1.2 OTOMOTIF sebagai DAYA PSIKOLOGIS

Pada bagian ini, metafora OTOMOTIF dikonseptualisasikan sebagai DAYA PSIKOLOGIS. DAYA PSIKOLOGIS mengacu pada sensasi yang muncul dalam diri pengalam akibat "rangsangan" entitas atau peristiwa (Siregar, 2013:

133). DAYA PSIKOLOGIS pada konsep OTOMOTIF mengacu pada kondisi

(39)

psikologis pengalam dan sensasi yang muncul akibat perubahan atau penggantian suatu entitas atau peristiwa.

(13) Pelek SSR Koenig lebih sopan ukurannya, tak perlu lagi aplikasi wide body(OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

(14) Kali ini memodifikasi Toyota Estima lebih kalem (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

(15) Di bagian depan terdapat foglamp yang membuatnya terlihat lebih segar (OTOMOTIFNET.COM, 18 Maret 2019).

Pada contoh di atas, dapat dilihat bahwa konsep OTOMOTIF memiliki kesamaan ciri semantis pada konsep DAYA PSIKOLOGIS. Kata sopan pada contoh (13), kalem pada contoh (14), dan segar pada contoh (15) merupakan beberapa leksikal yang dapat mewakili perubahan kondisi psikologis pengalam akibat adanya perubahan yang terjadi. Dari ketiga contoh tersebut dapat dilihat bahwa konsep OTOMOTIF dikonseptualisasikan ke dalam ranah DAYA PSIKOLOGIS.

4.2.2 OTOMOTIF sebagai PENYAKIT

Konsep PENYAKIT dipahami sebagai kondisi yang tidak menyenangkan dan menyakitkan yang harus segera disembuhkan. Butuh penanganan yang serius untuk menyembuhkannya. Jika penyakit dibiarkan, maka penyakit itu akan lebih parah dan dapat berakibat fatal. Sama halnya dengan otomotif, otomotif memerlukan perawatan agar dapat berfungsi dalam kondisi prima dan tidak mengalami kendala dalam perjalanan.

Konsep OTOMOTIF memiliki ciri semantis yang sama dengan konsep PENYAKIT. Beberapa leksikal pada konsep PENYAKIT digunakan dalam konsep

(40)

OTOMOTIF. Beberapa metafora OTOMOTIF sebagai PENYAKIT diekspresikan sebagai berikut.

(16) Jika arus aki tidak stabil, kerja Elektronic Control Unit (ECU) yang jadi otaknya bisa ketularan kacau (OTOMOTIFNET.COM, 22 Maret 2019).

(17) Honda Brio Satya bau dealer makin bengkak (OTOMOTIFNET.COM, 22 Maret 2019).

(18) Honda Vario 125 kaku saat belok (OTOMOTIFNET.COM, 1 Maret 2019).

(19) Cara obati klakson yang serak (OTOMOTIFNET.COM, 28 Februari 2019).

Contoh di atas membuktikan bahwa konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep PENYAKIT. Kata ketularan pada contoh (16) biasa dipahami sebagai perpindahan penyakit dari seseorang kepada orang lain, kata bengkak (17) dan kaku (18) merupakan sebuah penyakit yang kondisi fisik yang mengakibatkan tubuh sulit untuk bergerak, sedangkan serak (19) merupakan jenis penyakit yang biasa terjadi pada area tenggorokan yang menyebabkan perubahan suara. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa konsep OTOMOTIF dapat dikonseptualisasikan ke dalam konsep PENYAKIT.

4.2.3 OTOMOTIF sebagai MUSUH

Pada dasarnya konsep MUSUH dipahami sebagai pihak yang berlawanan dalam mencapai sesuatu. Orang yang berada dalam keadaan bermusuhan akan berusaha untuk melakukan apapun agar lawannya tidak lebih unggul darinya.

Tiap pihak saling melawan untuk mendapatkan hal yang diinginkan.

Konsep MUSUH berhubungan dengan konsep OTOMOTIF. Metafora OTOMOTIF sebagai MUSUH dalam bahasa Indonesia diekspresikan oleh kata- kata berikut.

(41)

(20) Saat dijajal di trek off-road tenaga BMW ini cukup untuk melibas tanjakan dan turunan yang cukup terjal (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

(21) [...] power monoblock Groundzero Titanium untuk menggebuk 2 subwoofer Crescendo Evo (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

(22) Motor adventure yang masih standar tidak bisa langsung diajak menghajar jalanan off-road (OTOMOTIFNET.COM, 1 Maret 2019).

(23) Pabrikan otomotif asal Jerman akan membunuh atau memberhentikan produksi spesies paling ikonik VW Bettle (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa ungkapan metafora OTOMOTIF dalam bahasa Indonesia memunyai kata yang melekat pada konsep MUSUH. Seperti kata melibas pada contoh (20), menggebuk pada contoh (21), menghajar pada contoh (22) dan membunuh pada contoh (23). Kata-kata tersebut biasanya melekat pada konsep MUSUH. Karena untuk mengalahkan musuh setiap pihak harus melakukan apapun untuk lebih unggul dari musuhnya. Seperti, melibas musuh, menggebuk, menghajar, bahkan sampai membunuh musuh.

4.2.4 OTOMOTIF sebagai TUMBUHAN

Konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep TUMBUHAN. Terdapat beberapa leksikal yang ada dalam konsep TUMBUHAN digunakan dalam konsep OTOMOTIF. Konsep TUMBUHAN umumnya dipahami sebagai benda yang dapat tumbuh apabila ditanam dalam tanah, tumbuhan juga memerlukan perawatan agar dapat tumbuh dan menghasilkan buah. Beberapa Metafora OTOMOTIF sebagai TUMBUHAN diekspresikan dengan kata sebagai berikut.

(24) [...] Pajero Sport Dakarnya ditanam bumper besi (OTOMOTIF, 07 - 13 Februari 2018).

(42)

(25) Mesin berbasis 1.200 cc bisa dicangkok dengan turbo [....]

(OTOMOTIFNET.COM, 7 Maret 2019).

(26) Perubahan pada mesin Brio Satya ini berbuah manis (OTOMOTIFNET.COM, 13 Maret 2019).

(27) DNA bodi Pontiac sudah dibabat habis menjadi Aventador (OTOMOTIFNET.COM, 25 Desember 2018).

Dari beberapa contoh di atas, terlihat jelas jika konsep TUMBUHAN dihubungkan ke dalam konsep OTOMOTIF. Kata ditanam pada contoh (24), dicangkok pada contoh (25), berbuah manis pada contoh (26), dan dibabat pada contoh (27) merupakan beberapa leksikal yang dapat mengkonseptualisasikan OTOMOTIF sebagai TUMBUHAN. Kata tanam merupakan proses awal dari pertumbuhan tumbuhan, kata dicangkok dan dibabat merupakan proses perawatan tanaman agar pada akhirnya tumbuhan itu dapat berbuah.

4.2.5 OTOMOTIF sebagai CAIRAN

Konsep CAIRAN lazimnya dipahami sebagai benda cair, larutan, atau hasil dari mencairkan. Sifat umum cairan adalah dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, memiliki tekanan, dan tingkat kekentalan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi aliran dari cairan yaitu, kekentalan dan lokasi aliran. Lokasi aliran yang buruk dan tingkat kekentalan yang tinggi dapat menghambat alirannya.

Konsep CAIRAN berhubungan dengan konsep OTOMOTIF. Metafora OTOMOTIF sebagai CAIRAN dalam bahasa Indonesia diekspresikan oleh kata sebagai berikut.

(28) Proporsi crossover pun makin kental dengan skid plate berkelir silver di antara body cladding tadi (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

(43)

(29) Airbrush Toyota Ayla terlihat mengalir pada bodi (OTOMOTIFNET.COM, 28 Februari 2019).

(30) Tangki model tetesan air menjadi item wajib dari motor Chopper (GRIDOTO.COM, 15 Februari 2019).

Pada contoh di atas, dapat dilihat bahwa konsep OTOMOTIF memiliki kesamaan ciri semantis pada konsep CAIRAN. Kata kental pada contoh (28) mengalir pada contoh (29), dan tetesan air pada contoh (30) merupakan beberapa leksikal yang dapat mewakili konseptualisasi OTOMOTIF ke dalam konsep CAIRAN.

4.2.6 OTOMOTIF sebagai SENJATA

Senjata pada umumnya diartikan sebagai alat yang dipakai untuk berkelahi atau berperang. Konsep OTOMOTIF dapat dipahami melalui konsep SENJATA.

Produsen otomotif menganggap produk mereka sebagai senjata untuk memenangkan peperangan dalam penjualan produk otomotif dan konsep SENJATA juga diartikan sebagai kecepatan dari kendaraan.

Metafora OTOMOTIF sebagai SENJATA dalam bahasa Indonesia diekspresikan oleh kata-kata berikut.

(31) Racikan mesin F1 sangat spesifik sehingga dapat melesat seperti peluru (OTOMOTIFNET.COM, 21 Juni 2018).

(32) Suzuki siapkan senjata baru lagi (OTOMOTIFNET.COM, 22 Maret 2019).

(33) DFSK di Indonesia juga punya amunisi andal kendaraan niaga berlabel pikap (GRIDOTO.COM, 8 April 2019).

(34) Honda Jazz dengan mesin K20A mampu meledakkan tenaga 285 DK (GRIDOTO.COM, 9 April 2019).

Beberapa contoh di atas membuktikan bahwa konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep SENJATA. Kata peluru pada contoh (31), senjata

(44)

pada contoh (32), amunisi pada contoh (33), dan meledakkan pada contoh (34) merupakan beberapa leksikal yang digunakan dalam konsep SENJATA. Jadi, dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa metafora OTOMOTIF sebagai SENJATA.

Pada umumnya benda yang memiliki peluru/amunisi dan memiliki daya ledak dapat dikatakan sebagai senjata.

4.2.7 OTOMOTIF sebagai BINATANG

Konsep BINATANG berhubungan dengan konsep OTOMOTIF. Berbagai macam leksikal pada konsep BINATANG juga digunakan pada konsep OTOMOTIF. Berikut beberapa contoh metafora OTOMOTIF sebagai BINATANG.

(35) Edisi terakhir VW Beetle spesies kodok berhenti produksi di 2019 (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

(36) Hal ini menjadi khas dari motor cafe racer adalah buntut belakang model tawon dan setang jepit (OTOMOTIF, 27 September – 3 Oktober 2018).

(37) Rem depan model kaliper singel piston NMAX sudah tidak bisa mengatasi liarnya laju sekutik (OTOMOTIFNET.COM, 21 Maret 2019).

(38) [...] gak mau pakai ban cacing, makanya tetap pakai ring 12 dan ban tebal agar Scoopy nyaman dipakai harian (OTOMOTIFNET.COM, 30 Desember 2018).

(39) Motor bernama Mugen E-Rex ini dibuat dengan bodi ala dinosaurus (OTOMOTIFNET.COM, 23 Maret 2019).

Kata spesies kodok pada contoh (35) tawon pada contoh (36), liarnya pada contoh (37), cacing pada contoh (38), dan dinosaurus pada contoh (39) merupakan beberapa leksikal pada konsep BINATANG yang menggambarkan tentang spesies dan sifat dari binatang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep BINATANG.

(45)

4.2.8 OTOMOTIF sebagai HUBUNGAN

Konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep HUBUNGAN. Terdapat beberapa leksikal yang ada dalam konsep HUBUNGAN digunakan dalam konsep OTOMOTIF. Konsep HUBUNGAN umumnya dimaknai sebagai ikatan kekerabatan yang terjalin karena adanya hubungan darah, sosial, dan pernikahan.

Beberapa Metafora OTOMOTIF sebagai HUBUNGAN diekspresikan dengan kata berikut.

(40) Mulailah Andika memburu motorsport untuk dipinang (OTOMOTIFNET.COM, 5 Januari 2019).

(41) Hanya berbeda mesin, CRF 150 sangat mirip dengan kakaknya CRF 250 (OTOMOTIFNET.COM, 28 Februari 2019).

(42) Kecepatan dari keluarga Mercedes AMG tidak dapat disepelekan (OTOMOTIFNET.COM, 9 Januari 2019).

Dari beberapa contoh di atas, dapat diketahui bahwa konsep OTOMOTIF dapat dikonseptualisasikan melalui konsep HUBUNGAN. Kata dipinang pada contoh (40), kakaknya pada contoh (41), dan keluarga pada contoh (42). Kata dipinang adalah salah satu proses untuk memulai suatu hubungan keluarga, dan kata kakaknya dan keluarga merupakan kata yang dipahami sebagai suatu ikatan hubungan darah. Dari kata-kata di atas dapat disimpulkan bahwa konsep OTOMOTIF dapat dihubungkan dengan konsep HUBUNGAN.

4.2.9 OTOMOTIF sebagai BENDA

Benda secara umum dipahami sebagai segala sesuatu yang memiliki bentuk dan fungsinya masing-masing. Dalam kajian ini metafora OTOMOTIF sebagai BENDA memiki subkategori, yaitu OTOMOTIF sebagai BANGUNAN, OTOMOTIF sebagai ANATOMI TUBUH, dan OTOMOTIF sebagai BENDA

(46)

TAJAM. Subkategori dari metafora OTOMOTIF sebagai BENDA akan diuraikan di bawah ini.

4.2.9.1 OTOMOTIF sebagai BANGUNAN

Konsep BANGUNAN dipahami sebagai struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen atau sementara di suatu tempat. Maksud dan tujuan pembuatan bangunan biasanya sebagai tempat tinggal, tempat kerja, dan lain-lain. Berikut beberapa contoh ekpresi metafora OTOMOTIF sebagai BANGUNAN.

(43) Ayla turbo bisa masuk dapur prokusi massal (OTOMOTIFNET.COM, 7 Maret 2019).

(44) Dengan bak barunya L300 ini terlihat seperti kandang berjalan (OTOMOTIFNET.COM, 28 Februari 2019).

(45) Nissan Juke baru ini dikabarkan dibangun di atas platform baru (OTOMOTIFNET.COM, 18 Maret 2019).

(46) Mula-mula bumper bawaan digusur pakai body kit keluaran Noblesse (OTOMOTIF, 24-30 Januari 2018).

Kata dapur pada contoh (43), kandang pada contoh (44), dibangun pada contoh (45), dan digusur pada contoh (46) merupakan beberapa leksikal pada konsep BANGUNAN. Kata dapur dan kandang merupakan bangunan yang memiliki fungsi untuk tempat memasak dan tempat ternak hewan. Sedangkan kata dibangun dan digusur merupakan kegiatan yang berhubungan dengan menciptakan dan memindahkan dan/atau merusak bangunan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep OTOMOTIF dapat dipahami melalui konsep BANGUNAN.

(47)

4.2.9.2 OTOMOTIF sebagai ANATOMI TUBUH

Konsep ANATOMI TUBUH berhubungan dengan konsep OTOMOTIF.

Anatomi tubuh dalam konsep OTOMOTIF disamakan dengan sparepart kendaraan. Berbagai macam leksikal pada konsep ANATOMI TUBUH juga digunakan pada konsep OTOMOTIF. Berikut beberapa contoh metafora OTOMOTIF sebagai ANATOMI TUBUH.

(47) Toyota Fortuner VRZ dengan wajah gladiator [....] (OTOMOTIFNET.COM, 23 Januari 2019).

(48) Guna mempercantik area kaki-kaki belakang Honda Civic (OTOMOTIFNET.COM, 19 Januari 2019).

(49) Lantas otak mesin dimanipulasi dengan tambahan Piggyback PCX (OTOMOTIFNET.COM, 5 Januari 2019).

(50) Jantung pacu Honda Jazz ini sudah diganti menggunakan mesin K20A (GRIDOTO.COM, 9 April 2019).

(51) Ganti kepala, tampilan Yamaha FreeGo malah jadi mirip NMAX begini (GRIDOTO.COM, 8 April 2019).

Kata wajah pada contoh (47), kaki-kaki pada contoh (48), otak pada contoh (49), jantung pada contoh (50), dan kepala pada contoh (51) merupakan beberapa leksikal pada konsep ANATOMI TUBUH. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep OTOMOTIF berhubungan dengan konsep ANATOMI TUBUH.

4.2.9.3 OTOMOTIF sebagai BENDA TAJAM

Benda tajam adalah benda yang memiliki sudut yang tajam dan runcing agar dapat digunakan untuk memotong. Konsep BENDA TAJAM dapat digunakan untuk mengkonseptualisasikan konsep OTOMOTIF. Berikut beberapa contoh ekspresi metafora OTOMOTIF sebagai BENDA TAJAM.

Referensi

Dokumen terkait

konsep dasar linguistik Bahasa Indonesia secara luas & mendalam.. 1.1

Nama jenis dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas nama jenis benda alami (hewan, tumbuhan, penyakit) dan nama jenis benda olahan. Menurut contoh yang terdapat pada Pedoman Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi industri komponen otomotif Indonesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi industri komponen otomotif Indonesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang

Selain penyerapan istilah asing bidang otomotif yang dihasilkan melalui proses penyerapan dengan penerjemahan satu-lawan-satu (bentukan berimbang), di dalam bahasa

a) Bahasa Indonesia mempunyai struktur yang sederhana. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari. Di samping itu, bahasa Indonesia juga mempunyai daya

ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN.. OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA

Metafora konseptual bahasa Batak Toba dijumpai dalam bentuk kata, misalnya, metafora konseptual kata sebagai benda, cairan, hewan, makanan, manusia, perjalanan, senjata, tumbuhan,