• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

SRY GLEDIS O NABABAN

NIM 100701041

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA

Sry Gledis Octolya Nababan

(Fakultas Ilmu Budaya USU)

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan kategorisasi semantis dan makna pada metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan simak. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik hubung banding sama. Penelitian ini menggunakan teori Metafora Konseptual dengan mengembangkan skema-citra sebagai alat analisis. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini ialah konsep PENYAKIT dalam bahasa Indonesia memiliki delapan kategori, yaitu PERJALANAN, DAYA, CAIRAN, MAKANAN, BENDA, OBJEK TERSEMBUNYI, PERANG, dan TANAMAN. Kategori PENYAKIT sebagai DAYA mempunyai subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI, dan PENYAKIT sebagai DAYA FISIK. Kategori PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH memiliki subkategori PENYAKIT sebagai API. Kategori PENYAKIT sebagai BENDA memiliki subkategori, PENYAKIT sebagai BENDA TAJAM. Makna PENYAKIT dipetakan melalui skema SUMBER-JALUR-TUJUAN, skema DAYA, skema WADAH, dan skema RUANG. Pada pemetaan ditemukan persesuaian ciri semantis antara ranah sumber dan ranah sasaran untuk memahami maknanya.

(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil akhir dari kegiatan akademik selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral maupun material, dan langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I, Bapak Dr. Syamsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia.

4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia. 5. Bapak Dr. Mulyadi, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran

membimbing dan memberikan saran-saran yang sangat membangun untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4)

7. Ibu Dr. Dwi Widayati, M. Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Ayahanda S. Nababan dan Ibunda R. br Lumbantoruan yang sangat penulis kasihi telah memberikan kasih sayang, doa, dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.

10. Saudara-saudara penulis yang selalu mendukung dan memberikan doanya, Sonang Nababan, Alex Nababan, Wanry Nababan, Gito Nababan, Jonathan Nababan, Yena Tampubolon, Joel Sipahutar, Hembang Sipahutar, Jordan Sipahutar, Vivi Siburian, Jenny Nababan, dan Jepri Nababan.

11. Kepada keluarga penulis pinompar op. Sonang Nababan/br Lumbantoruan dan pinopar op. Surung Lumbantoruan/br Nababan yang tidak henti – hentinya selalu memberikan dukungan positif bagi penulis.

12. Teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan nasehat dan dukungan positif bagi penulis. Cyntia Siahaan, Basaria Simanjuntak, Ruperla Purba, Desy Panggabean, Rinjani Naibaho, Afron Sianturi, Gorga Simbolon, Lasro Nadeak, para penghuni K-20, Emilia Pranata, Annamia, Desy Pakpahan, Friska Sianipar, Maryam Simanjuntak, Halomoan dan Irna Sitompul, serta Divino Sitinjak yang jauh di Padangsidimpuan.

(5)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun penyajiannya. Karena itu penulis berharap kiranya pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga seluruh pihak yang berjasa kepada penulis, senantiasa dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2015

(6)

DAFTAR ISI

1.3Tujuan Penelitian………... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Penelitian……….. 4

1.4.2 Manfaat Penelitian……….………... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…. 6 2.1 Konsep………... 6

2.2 Landasan Teori..……….. 8

2.3 Tinjauan Pustaka……….. 11

BAB III METODE PENELITIAN……….…... 15

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………... 15

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ………... 17

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisi Data ………... 20

BAB IV METAFORA PENYAKIT DALAM BAHASA INDONESIA... 21

4.1 Pengantar ………...………... 21

4.2 Kategorisasi Metafora Penyakit dalam Bahasa Indonesia... 22

4.2.1 PENYAKIT sebagai PERJALANAN ... 22

4.2.2 PENYAKIT sebagai DAYA …….…... 23

4.2.2.1 Subkategori PENYAKIT sebagai DAYA ALAMI……...……… 24

4.2.2.2 Subkategori PENYAKIT sebagai DAYA FISIK ………....……. 25

4.2.3 PENYAKIT sebagai CAIRAN DALAM WADAH... 26

(7)

4.2.5 PENYAKIT sebagai BENDA ... 30

4.2.6 PENYAKIT sebagai OBJEK TERSEMBUNYI ... 32

4.2.7 PENYAKIT sebagai MUSUH ... 33

4.2.8 PENYAKIT sebagai TANAMAN ... 34

4.3 Pemetaan Konseptual Metafora PENYAKIT dalam bahasa Indonesia ... 35

4.3.1 Skema SUMBER-JALUR-TUJUAN... 36

4.3.2 Skema DAYA ... 37

4.3.3 Skema WADAH ... 40

4.3.4 Skema RUANG ... 43

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan………. 48

5.2 Saran……… 50

DAFTAR PUSTAKA………. 51

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Klasifikasi Data 15

3.2 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai TANAMAN 19

3.3 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai PERJALANAN 37 3.4 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai DAYA ALAMI 38 3.5 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai DAYA FISIK 40

3.6 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai CAIRAN DALAM WADAH 41 3.7 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai API 42

3.8 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai MAKANAN 43

3.9 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai BENDA 45

3.10 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

sebagai MUSUH 45

3.11 Model Pemetaan Konseptual PENYAKIT

(9)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

hlm Halaman no Nomor.

KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia.

? Sebuah kalimat atau ujaran diragukan keberterimaannya ?? Sebuah kalimat atau ujaran tidak berterima secara semantis * Sebuah kalimat atau ujaran tidak berterima secara gramatikal [...] Lambang ini dapat diisi oleh konstituen

‘ ’ Makna atau terjemahan

“ ” Penegasan bentuk atau bermakna khusus

( ) (1) pengapit nomor data/kalimat, (2) pengapit keterangan tambahan / Konstituen yang diapit oleh lambang ini bersifat pilihan

Referensi

Dokumen terkait

Sinta mendapat nilai delapan pada ulangan bahasa Indonesia Penulisan yang tepat untuk kalimat di atas ialah ..... Sinta mendapat nilai delapan pada ulangan bahasa Indonesia

Jika pemakaian penyakit hanya dipahami sebagai konsep penyakit yang digunakan secara universal dapat diartikan bahwa ekspresi metaforis untuk konsep penyakit akan ditemukan

Pertama, Siregar (2013) dalam penelitian yang berjudul “Metafora Cinta dalam Bahasa Angkola” membahas kategorisasi makna metafora cinta dengan menggunakan teori Metafora

Pembinaan Bahasa dalam Konteks Otonomi Daerah.[dikutip 31 Agustus 2015] Tersedia dari:.. Alwi,

44 Akar dari adanya penyakit jantung dan stroke sering dihubungkan pada tumpukan lemak di atas pinggang yang tidak mudah dilenyapkan. 45 Kami berterima kasih karena banyak tip

bahwa ekspresi metaforis untuk konsep cinta ditemukan pada bahasa-bahasa di.. dunia meskipun cara-cara yang digunakan penutur

Alasan yang kedua ialah bahwa makna cinta pada bahasa Simalungun tidak selalu. mudah ditafsirkan sebab cinta berbentuk

Konsep kepala tidak selalu diasosiasikan dengan objek lainnya. Konsep ini dapat juga diproyeksikan sebagai bagian tubuh lainnya, misalnya punggung. Pada umumnya,