• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Peningkatan Kualitas Layanan SMS. pada Jaringan Indosat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR. Peningkatan Kualitas Layanan SMS. pada Jaringan Indosat"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR 

Peningkatan Kualitas Layanan SMS  dengan Menggunakan Intelligent SMSC 

pada Jaringan Indosat   

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat  Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) 

   

Disusun oleh: 

Nama   : Agus Setiawan Wibowo  NIM    : 4140412‐003 

Jurusan  : Teknik Elektro 

Peminatan  : Teknik Telekomunikasi  Pembimbing : Ir. Bambang Hutomo, Bc.TT 

PROGRAM  STUDI TEKNIK ELEKTRO 

F A K U L T A S  T E K N O L O G I  I N D U S T R I  UNIVERSITAS MERCU BUANA 

 

JAKARTA  2008 

i

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan Judul:

Peningkatan Kualitas Layanan SMS dengan menggunakan Intelligent SMSC

pada Jaringan Indosat

Disusun oleh:

AGUS SETIAWAN WIBOWO 4140412-003

Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro

Universitas Mercu Buana

Jakarta, 01 Maret 2008

Pembimbing I Koordinator Tugas Akhir

Ir. Bambang Hutomo, Bc.TT Ir. Yudhi Gunardi, MT

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana

Ir. Budi Yanto Husodo, MSc

ii

(3)

ABSTRAKSI

Dewasa ini era-informasi semakin melanda dunia, telah mempengaruhi lingkungan dunia telekomunikasi menjadi semakin dinamis.

Perubahan yang cepat di bidang teknologi telekomunikasi menuntut peran yang besar dari pihak penyedia layanan (vendor) untuk memenuhi kebutuhan dari pihak pengguna (operator) akan informasi tersebut.

Perkembangan teknologi khususnya selular telah mempermudah komunikasi yang tidak terbatas pada jarak dan waktu. Salah satu fitur yang paling banyak digunakan dalam teknologi tersebut adalah SMS (Short Message Service).

Sejalan dengan berkembangnya teknologi SMS, penggunaan teknologi tersebut cenderung mempengaruhi pihak operator untuk dapat mempermudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya (Operation and Maintenance). Penggunaan sistem SMSC dari tahun ke tahun dinilai semakin perlu untuk dilakukannya peningkatan baik dari segi performansi maupun kemudahan dalam memberikan hasil pengukuran melalui data statistik. Data statistik tersebut sangat diperlukan dalam pencapaian KPI (Key Performance Indicator) yang ditentukan dari pihak operator.

Situasi dan kondisi lingkungan eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi penyedia layanan SMSC untuk mampu bersaing dengan penyedia layanan lainnya. Kejelian dari pihak penyedia layanan baik dalam perencanaan dan strategi pemasaran yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada.

Tujuannya adalah mempertahankan keunggulan bersaing yang dimiliki dalam rangka peningkatan kepuasan pelanggan dan pemanfaatan teknologi yang lebih baik dimasa yang akan datang.

vii

(4)

Layanan SMS (Short Message Service) saat ini telah menjelma menjadi sebuah layanan yang sangat mendominasi penggunaan telepon genggam Global System for Mobile Communication (GSM). Cara berkomunikasi dengan layanan SMS ini juga semakin populer dan memiliki trend yang cenderung terus meningkat. Informasi yang dilalukan pada layanan SMS berupa ASCII text dengan mode store and forward melalui SMSC (Short Messaging Service Centre). Cara berkomunikasi dengan menggunakan layanan SMS menggunakan prinsip komunikasi data standar yang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Penulisan tugas akhir ini untuk memberikan informasi mengenai teknologi GSM secara umum serta mengenalkan teknologi dari fitur SMS dengan menggunakan Intelligent SMS yang mana pelanggan tidak memahami secara lengkap bagaimana SMS tersebut dapat dikirimkan dari pelanggan satu ke pelanggan lainnya. Dijelaskan juga mengenai arsitektur sistem, dan layanan yang dimiliki dari Intelligent SMSC baik aspek keamanan layanan , dan penerapannya di jaringan Indosat yang mana dalam implementasinya yang dilakukan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pengguna jasa layanan SMS.

viii

(5)

KATA PENGANTAR    

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan  ijin‐Nya  sehingga  penulisan  tugas  akhir  ini  dapat  diselesaikan  dengan  lancar. 

Penulisan  tugas  akhir  ini  merupakan  salah  satu  syarat  kelulusan  dalam  menempuh  pendidikan  S‐1  pada  jurusan  Teknik  Telekomunikasi  Universitas Mercu Buana.  

Setelah  melalui  serangkaian  pendidikan  yang  padat,  sampailah  kami pada penyelesaian penulisan tugas akhir ini. Penulis merasa bahwa  penulisan  tugas  akhir  ini  tidak  mungkin  terwujud  tanpa  bantuan,  dorongan  dan  bimbingan  dari  dosen  pembimbing  dan  berbagai  pihak  lainnya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih  kepada yang terhormat:  

1. Bapak Ir. Budi Yanto Husodo, Msc.  

Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana. 

2. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT.  

Selaku Koordinator Tugas Akhir. 

3. Bapak Ir. Bambang Hutomo, Bc.TT.  

Selaku Pembimbing yang penuh perhatian telah membimbing dan  mendorong  penulis  untuk  melihat  suatu  permasalahan  dengan  wawasan yang luas dalam penyelesaian tugas akhir ini. 

4. Semua karyawan Program Kuliah Sabtu Minggu Universitas Mercu  Buana    yang  telah  banyak  membantu  selama  perkuliahan  dan  penyelesaian tugas akhir ini. 

5. Ibu  tercinta  yang  telah  memberikan  bantuan  moril  dan  doanya 

(6)

sehingga dapat terselesaikannya penulisan tugas akhir ini. 

6. Yorina  Kanti  Soetjahjo  tercinta  yang  selalu  kusayangi,  yang  telah  memberikan  bantuan  moril  maupun  materiil  sehingga  penulisan  tugas akhir ini dapat terselesaikan. 

7. Adik‐adikku  yang  semoga  selalu  tegar  dan  tabah  dalam  menghadapi  setiap  cobaan  dan  semoga  Allah  SWT  selalu  membimbing kita sekeluarga. 

8. Semua  pihak  yang  telah  membantu  yang  tidak  dapat  kami  sebutkan satu persatu.  

Penulis  menyadari  bahwa  laporan  ini  masih  jauh  dari  sempurna,  semoga  tugas  akhir  ini  dapat  bermanfaat  bagi  pengembangan  dunia  telekomunikasi  dan  akademis  sekaligus  dapat  memberikan  sumbangan  dalam  pengembangan  Program  Kuliah  Sabtu  Minggu  Universitas  Mercu  Buana.  

   

Jakarta, 01 Maret 2008  Penulis, 

       

Agus Setiawan Wibowo  

       

(7)

vi 

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS iii

HALAMAN MOTTO iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAKSI vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1

I.1. Latar Belakang Masalah 1

I.2. Tujuan Penulisan 2

I.3. Batasan Masalah 2

I.4. Metode Penelitian 3

I.5. Sistematika Penulisan 4

BAB II. TEORI PENUNJANG

GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) 5 II.1. Pengenalan dan Pengembangan Teknologi Selular 5

II.1.1. Pengembangan GSM 6

II.2. Konfigurasi Jaringan GSM 8

II.2.1. Perangkat Pendukung Jaringan GSM 10 II.2.1.1. Base Station Subsystem (BSS) 10 II.2.1.2. Base Station Controller (BSC) 12 II.2.1.3. Mobile Switching Center (MSC) 16 II.2.1.4. Home Location Register (HLR) 17 II.2.1.5. Visitor Location Register (VLR) 17 II.2.1.6. Authentication Center (AuC) 17 II.2.1.7. Equipment Identity Register (EIR) 18

II.3. Short Message Service (SMS) 19

II.4. Subsistem Pendukung SMS 22

II.5. Elemen-elemen SMS 22

II.6. Layanan Dasar SMS 23

II.7. Transmisi SMS 26

II.8. Value Added Service Management System (VASMS) 26

ix

(9)

BAB III. PENGENALAN SISTEM INTELLIGENT SMSC

DAN SMSC LOGICA 29

III.1. Pengenalan Teknologi Sistem Layanan SMS 29 III.2. Pengenalan Perangkat Intelligent SMSC 29 III.2.1. Konfigurasi secara Pelanggan 29 III.2.2. Pilihan Pengiriman secara Langsung 29 III.2.3. Konsep Intelligent SMSC secara Geografis 30 III.2.4. Konsep Intelligent SMSC secara Jaringan 31 III.2.5. Konfigurasi Intelligent SMSC untuk ex-SATC 32 III.2.6. Konfigurasi Intelligent SMSC untukex-IM3 34

III.2.6.1. Roaming on SATC,

overflow via SS7 34

III.2.6.2. Roaming on SATC,

overflow via Diameter 35

III.3. Layanan iSMSC (Features) 36

III.3.1. A-number Screening 36

III.3.2. B-number Screening 36

III.3.3. Prepaid/Postpaid Filtering 37

III.3.4. B-number HLR Query 37

III.3.5. MO SMS Routing (P2P, P2M) 37

III.3.6. M2P Routing 38

III.3.7. Citic Translation 39

III.3.8. Schedule Delivery Time 39

III.3.9. Delivery Report 39

III.4. Service Flow dan Delivery Reports 39

III.4.1. General Services Flow 40

III.4.2. SMSC Service Flow 42

III.4.2.1. Laporan Pengiriman 43 III.4.2.2. Delivery Report Services Flow 44 III.4.2.3. Delivery Report Store 48 III.5. Pengenalan telepath SMSC Logica 49 III.5.1. Gambaran Umun Telepath SMSC Logica 49 III.5.2. Penambahan Produk pada Telepath SMSC 52 III.5.3. Struktur Konfigurasi Telepath 53

III.5.4. Platform Hardware 54

III.5.5. Platform Software 55

III.5.6. Produk Dasar Telepath SMSC 55 III.5.7. Produk Aplikasi Telepath SMSC 55

III.5.8. Value Added Services 57

III.6. Indosat SMSC Modernization 2006 58 III.6.1. Kalkulasi Kapasitas SMSC 58 III.6.2. Kapasitas Business Tools 60

III.6.3. High Level Architecture 61

x

(10)

BAB IV. ANALISA PERFORMANSI DARI INTELLIGENT SMSC 64

IV.1. Analisa Sistem 64

IV.2. Telepath SMSC Logica 64

IV.2.1. Kondisi Awal 64

IV.2.2. Konfigurasi Jaringan Telepath SMSC 65 IV.2.3. Pengumpulan Data secara Manual 65

IV.2.4. Pengembangan Jaringan 66

IV.2.4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan 67 IV.2.4.2. Proposal Logica ke Indosat 69

IV.2.4.3. Data Statistik 71

IV.3. Analisa Performansi Intelligent SMSC 72 IV.3.1. Konfigurasi Intelligent SMSC 72 IV.3.2. Data Statistik Intelligent SMSC 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 76

V.1. Kesimpulan 76

V.2. Saran 76

DAFTAR PUSTAKA 78

LAMPIRAN 1: DATA STATISTIK

SMSC LOGICA DAN INTELLIGENT SMSC LAMPIRAN 2: PROFIL PERUSAHAAN PT.INDOSAT,TBK LAMPIRAN 3: INTELLIGENT SMSC

LAMPIRAN 4: TELEPATH SMSC LAMPIRAN 5: BUSINESS TOOLS

xi

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1. Konfigurasi Jaringan GSM 8

Gambar 2-2. Konfigurasi BSC 12

Gambar 2-3. Penyambungan Kanal Trafik 15

Gambar 2-4. Proses Pensinyalan 16

Gambar 2-5. Pengiriman SM-MT 24

Gambar 2-6. Pengiriman SM-MO 25

Gambar 2-7. Arsitektur Layanan VASMS 27

Gambar 3-1. Lokasi Penempatan iSMSC di Indonesia 31 Gambar 3-2. Konsep Intelligent SMSC secara Jaringan 32 Gambar 3-3. Konfigurasi Jaringan iSMSC untuk ex-SATC 33 Gambar 3-4. Konfigurasi Jaringan iSMSC untuk ex-IM3

(Roaming on SATC, overflow via SS7) 34

Gambar 3-5. Konfigurasi Jaringan iSMSC untuk ex-IM3

(Roaming on SATC, overflow via Diameter 35 Gambar 3-6. Urutan Layanan Pengiriman Laporan 42 Gambar 3-7. Urutan Proses Pengiriman SMS melalui SMSC 43 Gambar 3-8. Laporan Pengiriman untuk Pengiriman secara Langsung 45 Gambar 3-9. Laporan Pengiriman melalui SMSC pada Saat Gagal dalam

Transaksi Pertama 46

Gambar 3-10. Laporan Pengiriman melalui SMSC dan SMSC Gagal

Meneruskan 47

Gambar 3-11. Delivery Report Store 48

Gambar 3-12. Konfigurasi Telepath SMSC secara Sederhana 50

Gambar 3-13. Struktur Detail Telepath SMSC 54

Gambar 3-14. Arsitektur SMSC setelah Migrasi 61 Gambar 4-1. Konfigurasi SMSC setelah Penambahan 2 Server Baru 65

Gambar 4-2. ITP dengan M3UA 67

Gambar 4-3. Perubahan Konfigurasi SMSC 68

Gambar 4-4. Konfigurasi iSMSC secara Sederhana 73

xii

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3-1. Urutan Layanan Secara Umum (Service Flow) 40

Tabel 3-2. Kalkulasi Kapasitas SMSC 59

Tabel 3-3. Kapasitas Hardware dan Storage Buffer 63

xiii

(13)

BAB I  

PENDAHULUAN     

  I.1. Latar Belakang Masalah 

Seiring  dengan  semakin  berkembangnya  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  kebutuhan  informasi  semakin  meningkat.  Kemajuan  teknologi  telekomunikasi  di  bidang  selular  (GSM)  pada  masa  kini  dengan  pemanfaatan  fasilitas  Voice  dan  SMS  (Short  Message  Services)  pada  khususnya  mengakibatkan  peningkatan  revenue  untuk  perusahaan  telekomunikasi  yang  terkait  sebagai  operator  yang  ada  di  Indonesia. 

Dengan  fasilitas  yang  ada  antara  penggunaan  fasilitas  Voice  dan  SMS,  masyarakat cenderung memilih fasilitas SMS diantara keduanya tersebut  dalam kehidupan sehari‐hari dikarenakan efesiensi dari segi penghematan  biaya.  

Jika  dahulu  orang  bilang:  ‘Say  it  with  flowers….’,  sekarang  boleh  jadi  berubah  menjadi  ‘Say  it  with  SMS….’.  Fenomena  ini  mulai  nampak  pada  masyarakat  pengguna  di  Indonesia.  Di  penghujung  tahun  lalu  misalnya,  Hari  Natal,  Idul  Fitri  dan  Tahun  Baru  yang  berurutan,  penggunaan  fasilitas  SMS  melalui  jaringan  masing‐masing  operator  selular melonjak drastis hingga  dua puluh kali lipat dari traffic normal per  jam.  Pada  saat  Valentine  Day  bulan  Februari  yang  lalu,  traffic  per‐detik  meningkat hingga 150% dari kondisi normal di bulan tersebut. 

SMS  –  short  message  service  –  dapat  dikategorikan  sebagai  sticky  service.  Maksudnya,  sekali  orang  mengerti  bagaimana  cara  menggunakannya  di  terminal  handphone  (atau  media  lainnya),  maka  mereka  akan  cenderung  menggunakan  layanan  ini.  Akan  tetapi  dalam 

1

(14)

penggunaan fasilitas SMS terkadang banyak ditemukan berbagai masalah  yang  mana  masyarakat  awam  tidak  mengetahui  secara  detail  faktor  penyebabnya.  Disini  penulis  akan  menjelaskan  bagaimana  suatu  pesan  singkat yang biasa dikenal sebagai SMS dapat dikirimkan dari satu orang  ke  orang  lain  sampai  dengan  proses  keberhasilan  dalam  pengirimannya  sehingga  mendapatkan  suatu  kualitas  terbaik  sesuai  dengan  harapan  pelanggan  itu  sendiri.  Proses  tersebut  terdapat  dalam  suatu  perangkat  yang  tergabung  dalam  suatu  sistem  yang  disebut  dengan  SMSC  (Short  Message Services Center).  

Tugas  akhir  yang  akan  tersusun  merupakan  studi  kasus  dari  implementasi suatu proyek pada jaringan Indosat dari suatu sistem lama  yang telah digantikan dengan perangkat baru dengan harapan akan dapat  meningkatkan  performansi  yang  telah  didapat  sebelumnya.  Berkaitan  dengan  materi  kuliah  yang  berhubungan  dengan  dunia  telekomunikasi  yang  meliputi  Jaringan  Telekomunikasi,  Saluran  Transmisi,  Sistem  Komunikasi  dan  Sistem  Transmisi  Telekomunikasi  maka  diajukan  tugas  akhir  dengan  judul  :  ”Peningkatan  Kualitas  Layanan  SMS  dengan  Menggunakan Intelligent SMSC pada Jaringan Indosat”. 

Bahasan tugas akhir meliputi fungsi, cara kerja perangkat Intelligent  SMS  Center  tersebut  sehingga  tersimpulkan  kualitas  yang  lebih  baik  dari  perangkat  yang  telah  diimplementasikan  sebelumnya  dengan  data  statistik yang diperoleh.  

 

I.2. Tujuan Penulisan  

Berdasarkan  permasalahan  diatas  maka  sebagai  obyek  penelitian  adalah  teknologi  SMSC  dengan  menggunakan  Intelligent  SMSC  pada 

2

(15)

jaringan Indosat. 

  Adapun tujuan dari penulisan proyek akhir ini adalah menganalisa  dan  membandingkan  kualitas  perangkat  Intelligent  SMSC  dengan  perangkat Telepath SMSC melalui data statistik yang diperoleh.  

 

I.3. Batasan Masalah  

Karena  luasnya  permasalahan  yang  ada  dalam  bidang  ini,  maka  ruang  lingkup  tugas  akhir  ini  adalah  mengenalkan  teknologi  dari  perangkat  Intelligent  SMSC  dengan  mengetahui  fungsi  dan  cara  kerjanya  serta  pencapaian  kualitas  performansinya  dalam  layanan  SMS  dibandingkan  dari  perangkat  yang  telah  diimplementasikan  sebelumnya  dengan  diperkuat  dari  data  statistik  sebagai  referensi  pembuktian  yang  akurat.  

 

  I.4. Metode Penelitian  

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam tugas akhir  ini  adalah  studi  literatur  dan  pengumpulan  data‐data  dari  perangkat  Intelligent  SMSC  dan  Telepath  SMSC  serta  referensi  teknologi  SMS  baik  dari  buku  maupun  dari  internet  dan  konsultasi  dengan  pembimbing  mengenai  cara  kerja  alat  dan  sistem  perangkat  ISMSC  pada  jaringan  selular,  teknologi  yang  ada  dan  akan  datang,  dan  hal‐hal  lain  yang  berkaitan dengan masalah tersebut. 

Adapun langkah‐langkah dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah  sebagai berikut : 

1. Studi Literatur mengenai, 

3

(16)

a. Teori  dan  cara  kerja  perangkat  Switching  atau  NSS  sebagai  sentral koneksi perangkat Intelligent SMSC. 

b. Teori dan cara kerja sistem Intelligent SMSC. 

2. Pembahasan Analisa Perangkat 

  Skema dan blok diagram Intelligent SMSC. 

3. Pengujian Perangkat dan Analisa 

a. Pengujian perangkat antara SMSC  dengan Intelligent SMSC. 

b. Analisa  data  statistik  sebagai  pembuktian  hasil  peningkatan  Quality of Services (QoS). 

             

I.5. Sistematika Penulisan   

BAB I   PENDAHULUAN 

    Merupakan  bagian  pendahuluan,  dimana  dijelaskan  mengenai       latar   belakang  permasalahan,  tujuan  penelitian,  pembatasan       masalah,  metoda  penelitian,  sistematika penulisan. 

 

BAB II    TEORI PENUNJANG 

   Membahas  tentang  pegenalan  dan  perkembangan  jaringan 

4

(17)

GSM, konfigurasi jaringan, perangkat pendukungnya. 

 

BAB III   PENGENALAN  SISTEM  INTELLIGENT  SMSC  DAN  TELEPATH SMSC LOGICA 

   Membahas  tentang  sistem  Intelligent  SMSC  dan  Telepath  SMSC  Logica    dalam  pencapaian  KPI  (Key  Performance  Indicator)  meliputi  pengenalan  sistem  Intelligent  SMSC  dan  Telepath  SMSC    secara  sederhana  meliputi  konfigurasi  jaringan,  konfigurasi  pelanggan,  konsep  geografis,  features  serta flow chart. 

 

BAB IV  ANALISA PERFORMANSI SMSC LOGICA DAN  INTELLIGENT SMSC 

Membahas  tentang  analisa  sistem  SMSC  LogicaCMG  dan  Intelligent  SMSC  dengan  data  statistik  serta  Key  Performance  Indicator yang didapat dari beberapa periode waktu. 

 

BAB V    KESIMPULAN DAN SARAN 

    Berisi kesimpulan dan saran. 

    BAB II 

TEORI PENUNJANG 

GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM)   

5

(18)

II.1. Pengenalan dan Pengembangan Teknologi Selular 

Sebelum  GSM,  STKB  selular  sistem  analog  yang  beroperasi  di  Eropa  bersifat  sangat  regional,  di  mana  masing‐masing  negara  mengoperasikan  sistem  yang  berbeda  dan  tidak  kompatibel  satu  dengan  yang  lain.  Di  Jerman  dan  Portugal  beroperasi  sistem  C‐NET  yang  dikembangkan  oleh  Siemens,  di  Perancis  beroperasi  sistem  RC‐2000,  di  Belanda  dan  negara  Skandinavia  beroperasi  sistem  NMT  yang  dikembangkan  Ericson,  sedangkan  di  Inggris  Raya  beroperasi  sistem  TACS.   

Masing‐masing  sistem  dikembangkan  dengan  teknologi  yang  berbeda,  sehingga  tidak  ada  kompatibilitas  satu  dengan  yang  lain. 

Akibatnya setiap sistem hanya dapat dioperasikan di wilayah negara yang  tertentu.  Kondisi  ini  sangat  tidak  menunjang  kegiatan  mobilitas  masyarakat  negara  Eropa  yang  sering  berada  di  negara  lain,  baik  untuk  tujuan  bisnis  maupun  wisata.  Ditambah  lagi  dengan  rencana  terbentuknya  European  Community,  kondisi  tersebut  sama  sekali  tidak  dapat dipertahankan.   

Pengembangan  masing‐masing  sistem  analog  yang  beroperasi  hanya  nasional  disebabkan  adanya  orientasi  interest  yang  berbeda  bagi  masing‐masing  pengelola,  yakni  PTT.  Akibatnya,  pemasaran  terbatas  hanya satu negara dan tidak dapat mendapatkan jumlah pelanggan yang  cukup besar. Tetap diperlukan dukungan infrastruktur yang lengkap dan  mahal, sehingga konsekuensinya adalah timbulnya harga jual yang mahal  serta biaya pemakaian yang cukup tinggi. Oleh sebab itu pemakai selular  terbatas hanya mereka yang benar‐benar mampu dan memerlukan, bukan 

6

(19)

sebagai  sarana  telekomunikasi  yang  mencapai  segenap  lapisan  masyarakat.   

Atas  dasar  pemikiran  tersebut  dan  tanpa  menguntungkan  salah  satu  sistem  yang  telah  beroperasi  serta  untuk  menciptakan  sistem  yang  jauh lebih baik dari yang sudah ada, maka Perancis (France Telecom) dan  Jerman  (Bundespost)  sepakat  untuk  memelopori  munculnya  teknologi  digital  selular  yang  kemudian  dikenal  dengan  nama  GSM,  dengan  didukung oleh industri telekomunikasi di kedua negara tersebut.  Melalui  pengkajian  yang  sangat  mendalam,  akhirnya  ETSI  (European  Telecommunication  Standard  Institute)  dapat  menerima  GSM  sebagai  standar Eropa.   

Pada  pertengahan  tahun  1991,  jaringan  GSM  muncul  untuk  pertama  kalinya,  dimana  salah  satu  pelopornya  adalah  Deutsche  Bundespost  melalui  anak  perusahaannya  Detecom  siap  untuk  mengoperasikan  GSM  pada  1  Juli  1991,  yang  dikenal  dengan  nama  D1  Network. Diperkirakan dengan munculnya standarisasi GSM, sistem lain  yang  beroperasi  di  Eropa  perlahan‐lahan  hilang.  Ini  berarti  hilangnya  sebagian besar pasar sistem non GSM. Hal tersebut mempengaruhi minat  industri  untuk  mengembangkan  teknologi  sistem  lama  yang  ada  (CNET,  RC 2000, NMT, TACS).   

 

II.1.1.  Pengembangan GSM 

Dalam  konferensi  WARC  (World  Administrative  Radio  Conference)  tahun 1979, ditetapkan bahwa frekuensi 860 Mhz ‐ 960 Mhz dialokasikan  untuk komunikasi selular di kemudian hari. Dengan penetapan ini berarti  band frekuensi selebar 2 x 25 MHz khusus disiapkan untuk sistem selular 

7

(20)

digital.   

Tahun  1982,  dengan  dipelopori  oleh  Jerman  dan  Perancis,  maka  CEPT (Conference Europeance dʹAdministration de Post et Telecommunication)  menetapkan GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Dan tahun  1985,  Jerman,  Perancis,  Itali  dan  Inggris  bersatu  untuk  mengembangkan  standarisasi  GSM.  Tahun  1987  di  tanda  tangani  Memorandum  of  Understanding pemakaian GSM oleh 14 negara Eropa.   

     

Target pembangunan GSM:   

ƒ Tahun 1991 adalah permulaan pengoperasian jaringan GSM 

ƒ Tahun 1993 meliputi semua kota besar 

ƒ Tahun 1995 mencapai semua jalan raya antar kota 

Di  dalam  kenyataannya,  banyak  terjadi  hambatan  dalam  penerapan  GSM,  sehingga  target  operasional  GSM  tidak  terpenuhi. 

Walaupun semua infrastruktur telah siap sejak pertengahan 1991, namun  realisasi  pengoperasian  secara  komersil  baru  dapat  dimulai  kuartal  terakhir 1992.   

Situasi  ini  menunjukkan  bahwa  GSM  merupakan  teknologi  yang  sangat  kompleks  dan  memerlukan  pengkajian  cukup  lama  untuk  mencapai  kesepakatan  standar.  Disamping  itu  GSM  menjadi  ajang  perebutan  pengaruh  dan  kompetisi  baik  dari  masing‐masing  operator  di  tiap  negara,  maupun  industri  telekomunikasi  yang  memproduksi  GSM. 

Keuntungan  bisnis  yang  besar  akan  diperoleh  pihak  yang  berhasil  memasukkan  usulan  standarnya.  Tidak  heran  apabila  standar  type 

8

(21)

approval  untuk  handphone  baru  dapat  disepakati  pada  September  1992,  karena  harus  mempertimbangkan  dan  memasukkan  puluhan  item  pengujian dalam memproduksi sistem GSM.   

Walaupun  standarisasi  GSM  baru  saja  terselesaikan  dan  pengoperasiannya  baru  saja  dimulai,  bahkan  belum  merata  ke  seluruh  Eropa,  namun  dengan  mengantisipasi  perkembangan  GSM  yang  sangat  pesat serta tingkat kepadatan pelayanan per area yang tinggi, maka arah  perkembangan  teknologi  GSM  adalah  DCS  1800,  yakni  Digital  Celular  System pada alokasi frekuensi 1.800 MHz. Dengan frekuensi tersebut, akan  dicapai  kapasitas  pelanggan  yang  semakin  besar  per  satuan  sel.  Di  samping itu, dengan luas sel yang semakin kecil akan dapat menurunkan  kekuatan  daya  pancar  handphone,  sehingga  bahaya  radiasi  yang  timbul  terhadap organ kepala, sebagaimana dikhawatirkan pada akhir‐akhir ini,  akan dapat dieliminasi.   

 

II.2. Konfigurasi Jaringan GSM 

9

(22)

  Gambar 2‐1.  

Konfigurasi Jaringan GSM  Alokasi frekuensi:   

ƒ Transmit  : 935 MHz ‐ 960 MHz 

ƒ Receive  : 890 MHz ‐ 915 MHz 

ƒ Modulasi  : TDMA (Time Division Multiple Access)  

ƒ Carrier Spacing : 200 KHz untuk 8 kanal     

Jaringan GSM selular terdiri atas:   

ƒ MSC (Mobile Switching Center), sebagai switching system. 

ƒ BSS  (Base  Station  Subsystem),  sebagai  pengirim  dan  penerima  sinyal radio dari dan ke pelanggan. 

ƒ Mobile (Mobile Station), sebagai terminal pelanggan yang bersifat  bergerak. 

Keistimewaan  dari  GSM  yang  tidak  terdapat  pada  sistem  analog 

10

(23)

maupun  pada  American  Digital  Cellular  (ADC)  adalah  adanya  standardisasi interface antar masing‐masing sub sistem. Dengan demikian,  GSM  menjanjikan  suatu  sistem  yang  tidak  harus  dimonopoli  oleh  satu  merek.  Dalam  arti  bahwa  Switching,  Base  Station,  dan  Out  Station  dapat  berasal  dari  merek  atau  pemasok  yang  berbeda.  Kondisi  ini  jelas  sangat  menguntungkan  pihak  operator,  karena  tidak  ada  ketergantungan  sama  sekali terhadap satu supplier.   

Ketidaktergantungan  kepada  satu  pemasok  tersebut  memungkinkan karena adanya standardisasi yang jelas: (lihat Gambar 2‐

1)   

ƒ A Interface, antara MSC dengan BSS 

ƒ A‐Bis Interface, antara BSC dengan BTS 

ƒ Um Interface, antara BSS dengan Out Station. 

Standardisasi  A‐bis  Interface  belum  sepenuhnya  terselesaikan,  sehingga sampai saat ini BSS secara lengkap pada umumnya dipasok dari  satu  merek.   Standardisasi  A  Interface  dan  Um  Interface  terbukti  telah  berhasil  dengan  baik.  Jaringan  D1  /  Detecon  merupakan  kombinasi  dari  MSC  dari  Siemens  dan  BSS  dari  Philips,  D2(Mannesman)  merupakan  kombinasi  dari  MSC  SEL  dan  BSS  dari  Alcatel  (Walaupun  sekarang  SEL  dalam  group  Alcatel,  namun  subsistem  MSC  dan  subsistem  BSS  berasal  dari industri yang berbeda).   

Karena fungsinya yang sangat kompleks, maka MSC dilengkapi dengan:   

ƒ Home Location Register (HLR)  

Untuk menyimpan data permanen dari semua pelanggan. 

ƒ Visitor Location Register (VLR)  

11

(24)

Untuk  menyimpan  data  pelanggan  yang  bersifat  temporer  disesuaikan dengan area tempat pelanggan berada. 

ƒ Authentication Register (AuC)  

Untuk keperluan pemeriksaan validasi pelanggan. 

ƒ Equipment Identity Register (EIR)  

Untuk menyimpan nomer identitas pelanggan. 

 

II.2.1.Perangkat Pendukung Jaringan GSM  II.2.1.1. Base Station Subsystem (BSS) 

Base Transceiver Station (BTS) 

BTS  berfungsi  sebagai  interkoneksi  antara  infrastruktur  sistem  selular dengan Out Station. BTS harus selalu memonitor Out Station yang  masuk  ataupun  yang  keluar  dari  sel  BTS  tersebut.  Luas  jangkauan  dari  BTS  sangat  dipengaruhi  oleh  lingkungan,  antara  lain  topografi  dan  gedung  tinggi.  BTS  sangat  berperan  dalam  menjaga  kualitas  GSM,  terutama dalam hal frekuensi hoping dan antena diversity. 

Pada  dasarnya  suatu  Base  Transciever  Station  terdiri  dari  bagian  bagian sebagai berikut: 

a. Interface Circuit  

Yaitu suatu bagian dari BTS yang menangani fungsi interface pada  A‐bis  interface  (interface  antara  BSC  ke  BTS).  Pada  interface  ini  menyediakan  PCM 30 melalui sebuah modul pada BTS. 

b. Control Unit 

Yaitu  suatu  bagian  dari  BTS  yang  berfungsi  menangani  fungsi  pengontrolan  modul‐modul  di  BTS  dan  juga  merupakan  bagian  yang memuat database serta konfigurasi dari suatu BTS. 

12

(25)

c. TDMA untuk Radio Frequency Channel 

Yaitu  suatu  bagian  dari  BTS  yang  menggunakan  TDMA  frame  dengan 8 physical channel dan menangani radio frequency per carrier  (per  TRX).  Dimana  bandwith  200  Khz  per  channel.  Dengan  subbandwith  frequency  uplink  dan  down  link  35  MHz.  Sedangkan  duplex  spacing  antara  uplink  dan  down  link  45  MHz.  Jumlah  Radio  Frequency Channel 174. Selain fungsi penyedian kanal  traffic modul  ini juga menangani fungsi‐fungsi signalling pada BTS. 

     

d. Antenna Combiner 

Yaitu  suatu  bagian  dari  BTS  dimana  hubungan  internal  control  informasi  ditransmisikan  dari  TDMA  /  RFC  sistem  ke  Antenna  Combiner.  

Antenna combiner memiliki bagian‐bagian yaitu. 

ƒ Transmiter dan Reciever (TRX). 

ƒ Combiner. 

Konfigurasi  link  dari  BSC  ke  BTS  (A‐bis)  interface  ada  3  macam  yang mana konfigurasi dan fungsinya adalah sebagai berikut: 

a. Konfigurasi Star 

Yaitu suatu konfigurasi link dari BSC ke BTS terhubung langsung,  dimana untuk penggunaan time slot pada PCM 30 tergantung dari  konfigurasi TRX pada BTS. 

b. Konfigurasi Multidrop 

13

(26)

Yaitu  suatu  konfigurasi  link  BSC  ke  BTS  menyambung  dari  BTS  yang terdahulu. Pada konfigurasi ini satu PCM link (A‐bis interface)  dapat digunakan lebih dari satu BTS. Konfigurasi multidrop sangat  efisien  karena  dapat  menghemat  link  kearah  BSC,  tetapi  kerugiannya jika link utama dari BSC ke BTS yang terdepat putus  maka semua BTS yang ada dibelakangnya akan ikut terputus. Jika  hal  ini  terjadi  maka  lebih  dari  satu    BTS  akan  mengalami  gangguan. 

c. Konfigurasi  Loop  

Yaitu   suatu   konfigurasi   link   BSC   ke   BTS   yang  mana  konfigurasinya   sama   seperti   multidrop  tetapi   bedanya  pada  konfigurasi  ini  link  pada  BTS  yang   terakhir  disambungkan  lagi  kearah BSC. Konfigurasi ini digunakan untuk menjaga kehandalan  link  pada A‐bis interface (link BSC‐ BTS ). 

   

II.2.1.2. Base Station Controller (BSC) 

     

               

PLLH

Li

TRAU Li

Li Li

TRAU

L A P D

L A P D

SN

SS7

Telephony Processor

Administrative Processor O&M DK

Interface

BTS

BTS

14

(27)

             

Gambar 2‐2.  

Konfigurasi BSC   

Pada  umumnya  setiap  BSS  terdiri  atas  beberapa  Base  Transceiver  Station,  dengan  masing‐masing  BTS  mempunyai  area  yang  berbeda. 

Namun  demikian  selalu  ada  area  yang  over  lapping, sehingga  kontinuitas  komunikasi Mobile Station dengan infrastruktur selular tetap terjaga.   

BSC sangat diperlukan untuk mengatur perpindahan Mobile Station  dari  satu  BTS  ke  BTS  lainnya.  Perpindahan  area  ditentukan  dari  beda  kekuatan sinyal antara 2 (dua) BTS Over Lapping.  

Adapun fungsi dari BSC adalah sebagai berikut:   

ƒ Interfacing antara BSC‐MSC, BSC‐BTS dan BSC‐OMC 

ƒ Alokasi kanal BSC‐BTS 

ƒ Indikasi channel blocking antara BSC‐MSC 

ƒ Pengaturan frekuensi hoping 

ƒ Pengaturan konfigurasi kanal 

ƒ Pengaturan enkripsi 

ƒ Proses Handover 

ƒ Pengaturan broadcasting channel   

  Base Station Controller (BSC) 

15

(28)

BSC  adalah  bagian  inti  (intellegent)  dari  sistem  BSS  yang  menghubungkan  antra  BTS  dan  MSC.  Hubungan  dengan  menggunakan  interface  A‐bis  sedangkan  dalam  sistem  BSS  hubungan  antara  BSC  dan  MSC dengan bantuan peralatan jaringan lain, berupa Transcoding and Rate  Adaptation Unit (TRAU) melalui interface A‐sub. 

Adapun fungsi utama dari BSC adalah:  

a. Penyambungan kanal trafik  

  Pada  BSC  (Siemens)  BSC  hubungan  antara  TRAU  dan  BTSE  melalui  PCM30.  Proses  ini  pada  BSC  dilaksanakan  melalui  internal  BUS  System  ke  LI  (Link  Interface).  Dengan  menggunakan  Dual/Quartal  Trunk  Link  Periperal  (DTLP/QTLP)  yang  diimplementasikan  di  dalam  LI,  kanal  trafik tersebut digandakan dan masing‐masing dikirim ke Switch Network  (SN). DTLP menyediakan 2 link PCM 30 sedangkan QTLP menyediakan 4  link  PCM  30,  untuk  alasan  keamanan,  setiap  link  diduplikasi  dua  link  dalam bentuk Port A dan Port B. Dua atau Empat buah link normal PCM  30  tersebut  menyambungkan  tiap  kanal  dengan  13  kbps  kanal  informasi  yang dikodekan ditambah 3 kbps kanal pensinyalan antara TRAU dengan  BTSE. 

b. Pemrosesan Informasi Pensinyalan 

  Sinyal  informasi  OAM  (Operation  And  Maintenance)  untuk  hubungan  antara  BSC  dengan  BTSE  dapat  diletakan  di  semua  timeslot  kecuali  timeslot  0,  sedangkan  untuk  hubungan  BSC  dengan  TRAU  sinyal  informasi  OAM  ditransmisikan  melalui  LAPD  pada  timeslot  31.  Pada  Gambar  2  dapat  dilihat  bahwa  kanal  pensinyalan  dari  MSC  diteruskan  lewat  TRAU  secara  transparan  dan  dievaluasi  oleh  BSC.  Di  dalam  BSS  perubahan  informasi  O&M  dan  pensinyalan  kanal  trafik  didukung  oleh 

16

(29)

protokol LAPD ( Link Access Protocol D Channel ), timeslots yang digunakan  oleh  A‐Sub  interface  tidak  dapat  dipakai  oleh  A‐interface,  SN  (  Switcing  Network  )  menyambungkan  kanal  pensinyalan  (LAPD,  CCS#7)  ke  prosessor  pensinyalan  yang  bertanggung  jawab  untuk  keamanan  transmisi.  Telephony  processor  yang  melakukan  pemrosesan  informasi  pensinyalan  terdiri  dari  2  modul  yaitu  TDPC  (Telephony  Distributor  Processor  Circuit)  dan  MEMT  (Memory  Telephony  Processor  2  Mbyte  RAM  Board),  sehingga  informasi  tersebut  diduplikasikan  untuk  dihubungkan  pada  kedua  processor  tersebut.  Untuk  sinyal  CCS#7  diproses  pada  SS7  yang  memiliki  processor  PPCC  (Pheriperal  Control  Card),  1  modul  SS7  dapat memproses 4 sinyal CCS#7. Sedangkan untuk sinyal LAPD diproses  pada  modul  LAPD  dengan  processor  PPLD  (Pheriperal  Link  D‐Channel),  4  BSC CONTROL. 

  Pada  BSC  Siemens  memiliki  Administrative  Processor  yang  merupakan pusat BSC sebagai unit control.  

Tugas dari Administrative Processor adalah yang sebagai berikut: 

ƒ Mengatur  SN  berdasarkan  pesan‐pesan  yang  diterima  dari  Telephony Processor 

ƒ Monitoring hardware (mendiagnosa dan mengkonfigurasi hardware) 

ƒ Pengontrolan hard disk 

ƒ Penghubung dengan LMT atau OMC melalui OAM Interface 

ƒ Pengontrol hubungan BSC dengan TRAU dan BTS 

ƒ Pengontrol program BSC, TRAU dan BSC 

ƒ Pengontrol untuk mengaktifkan atau mematikan program 

ƒ Pengontrol pada saat upload ataupun download program   

c. OAM ( Operation And Maintenance ) Interface 

17

(30)

  Untuk  melakukan  operational  dan  maintenance  BSC  diperlukan  suatu  perangkat  yang  disebut  dengan  Local  Maintence  Terminal  (LMT). 

Pada  BSC  Untuk  menghubungkan  antara  BSC  dan  LMT  diatur  oleh  sebuah  Modul  IXLT.  Untuk  menghindari  agar  jika  terjadi  kerusakan  modul  IXLT,  interkoneksi  LMT  KE  BSC  agar  tetap  bisa  berjalan  Modul  tersebut  terduplikasi  dengan  mode  operasi  aktif  untuk  IXLT‐0  dan  standby untuk IXLT‐1, hal ini dapat memungkinkan jika terjadi kerusakan  pada  modul  yang  aktif  maka  akan  di  switch  secara  otomatis  ke  modul  IXLT yang pada posisi standby menjadi aktif.  

 

Operator dapat mengakses BSC dengan dua cara, yaitu: 

1. Secara lokal dengan menggunakan LMT 

2. Secara sentral (pusat) dengan menggunakan OMC   

  Gambar 2‐3. 

Penyambungan Kanal Trafik   

18

(31)

 

  Gambar 2‐4.  

Proses Pensinyalan   

II.2.1.3. Mobile Switching Center (MSC) 

MSC  merupakan  inti  dari  jaringan  selular,  dimana  MSC  berperan  untuk  interkoneksi  hubungan  pembicaraan,  baik  antar  pelanggan  selular  maupun  antar  selular  dengan  jaringan  telepon  kabel  PSTN,  ataupun  dengan jaringan data.   

  MSC memberikan pelayanan kepada pelanggan meliputi:   

a. Bearer Services:   

ƒ 3,1 KHz telephony 

ƒ Synchronous data 0,3 Kbit/s ‐ 2,4 Kbit/s 

ƒ PAD Services 

ƒ Alternated speech/data  b. Teleservices :   

ƒ Telephony 

ƒ Emergency calls 

ƒ Telefax 

19

(32)

ƒ Short message services  c. Supplementary services:   

ƒ Call forwading 

ƒ Charging services 

ƒ Call bearing services 

ƒ Closed user group   

 

II.2.1.4. Home Location Register (HLR) 

HLR  berfungsi  untuk  penyimpan  semua  data  dan  informas  mengenai  pelanggan  yang  tersimpan  secara  permanen,  dalam  arti  tidak  tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat inforamsi  pelanggan  yang  setiap  waktu  akan  diperlukan  oleh  VLR  untuk  merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan  dengan HLR dan memberikan informasi posisi pelanggan berada.   

 

II.2.1.5. Visitor Location Register (VLR) 

VLR  berfungsi  untuk  menyimpan  data  dan  informasi  pelanggan,  dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam  wilayah  MSC  VLR  tersebut  (melakukan  Roaming).  Adanya  informasi  mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan  hubungan baik Incoming (panggilan masuk) maupun Outgoing (panggilan  keluar).   

VLR  bertindak  sebagai  database  pelanggan  yang  bersifat  dinamis,  karena  selalu  berubah  setiap  waktu,  menyesuaikan  dengan  pelanggan  yang  memasuki  atau  berpindah  naungan  MSC.  Data  yang  tersimpan 

20

(33)

dalam  VLR  secara  otomatis  akan  selalu  berubah  mengikuti  pergerakan  pelanggan. Dengan demikian akan dapat dimonitor secara terus menerus  posisi  dari  pelanggan,  dan  hal  ini  akan  memungkinkan  MSC  untuk  melakukan interkoneksi pembicaraan dengan pelanggan lain. VLR selalu  berhubungan secara intensif dengan HLR yang berfungsi sebagai sumber  data pelanggan.   

 

II.2.1.6. Authentication Center (AuC) 

AuC  menyimpan  semua  informasi  yang  diperlukan  untuk  memeriksa  keabsahan  pelanggan,  sehingga  usaha  untuk  mencoba  mengadakan  hubungan  pembicaraan  bagi  pelanggan  yang  tidak  sah  dapat  dihindarkan.  Disamping  itu  AuC  berfungsi  untuk  menghindarkan  adanya  pihak  ketiga  yang  secara  tidak  sah  mencoba  untuk  menyadap  pembicaraan.   

Dengan fasilitas ini, maka kerugian yang dialami pelanggan sistem  selular  analog  saat  ini  akibat  banyaknya  usaha  memparalel,  tidak  mungkin terjadi lagi pada GSM. Sebelum proses penyambungan switching  dilaksanakan  sistem  akan  memeriksa  terlebih  dahulu,  apakah  pelanggan  yang akan mengadakan pembicaraan adalah pelanggan yang sah.   

AuC  menyimpan  informasi  mengenai  authentication  dan  chipering  key.  Karena  fungsinya  yang  mengharuskan  sangat  khusus,  authentication  mempunyai  algoritma  yang  spesifik,  disertai  prosedur  chipering  yang  berbeda untuk masing‐masing pelanggan. Kondisi ini menyebabkan AuC  memerlukan  kapasitas  memory  yang  sangat  besar.  Wajar  apabila  GSM  memerlukan kapasitas memory sangat besar pula.   

21

(34)

Karena  fungsinya  yang  sangat  penting,  maka  operator  selular  harus dapat menjaga keamanannya agar tidak dapat diakses oleh personil  yang  tidak  berkepentingan.  Personil  yang  mengoperasikan  dilengkapi  dengan chipcard dan juga password identitas dirinya.   

 

II.2.1.7. Equipment Identity Register (EIR) 

EIR  memuat  data‐data  peralatan  pelanggan  yang  dibagi  atas  3  (tiga) kategori, yakni:   

a. Peralatan  yang  diijinkan  untuk  mengadakan  hubungan  pembicaraan kemanapun. 

b. Peralatan  yang  dibatasi  dan  hanya  diijinkan  mengadakan  hubungan pembicaraan ketujuan yang terbatas. 

c. Peralatan yang sama sekali tidak diijinkan untuk berkomunikasi. 

Keberadaan  EIR  belum  distandardisasi  secara  penuh,  oleh  karena  itu  belum  dioperasikan  di  semua  operator  Eropa.  Masih  diperlukan  klasifikasi  di  Eropa  dan  penyempurnaan  yang  berkaitan  dengan  aspek  hukum.   

   

GSM  memberikan  banyak  keunggulan  dibandingkan  dengan  sistem analog yang ada:   

a. Dapat melakukan International Roaming 

b. Tidak  terpaku  kepada  satu  pemasok,  sehingga  tidak  terjadi  monopoli 

c. Validitas  pelanggan  diperiksa  sebelum  hubungan  pembicaraan  terlaksana 

22

(35)

d. Dengan  fasilitas  frekuensi  hoping,  tidak  ada  pihak  ketiga  yang  secara tidak sah dapat ikut mendengarkan pembicaraan 

e. Kualitas suara yang lebih baik dan lebih peka  f. Kapasitas pelanggan yang lebih besar 

g. Features pelanggan yang lebih beragam, paging, facsimile, dan ISDN   

II.3. Short Message Service (SMS) 

Short  Message  Service  (SMS)  merupakan  sebuah  layanan  yang  banyak  diaplikasikan  pada  sistem  komunikasi  tanpa  kabel,  memungkinkan  dilakukannya  pengiriman  pesan  dalam  bentuk  alphanumeric  antara  terminal  pelanggan  dengan  sistem  eksternal  seperti  email, paging, voice mail dan lain‐lain. SMS pertama kali muncul di Eropa  pada  sekitar  tahun  1991  bersama  dengan  sebuah  teknologi  komunikasi  wireless yang saat ini cukup banyak penggunanya, yaitu Global System for  Mobile  Communication  (GSM).  Dipercaya  bahwa  message  pertama  yang  dikirimkan  menggunakan  SMS  dilakukan  pada  bulan  Desember  1992,  dikirimkan  dari  sebuah  Personal  Computer  (PC)  ke  telepon  mobile  (bergerak)  dalam  jaringan  GSM  milik  Vodafone  Inggris. 

Perkembangannya  kemudian  merambah  ke  benua  Amerika,  dipelopori  oleh  beberapa  operator  komunikasi  bergerak  berbasis  digital  seperti  BellSouth  Mobility,  PrimeCo,  Nextel,  dan  beberapa  operator  lain. 

Teknologi  digital  yang  digunakan  bervariasi  dari  yang  berbasis  GSM,  Time Division Multiple Access (TDMA) hingga Code Division Multiple Access  (CDMA). 

 

Tidak  diragukan  lagi  SMS  sangat  sukses  di  pasaran,  di  tempat 

23

(36)

kelahirannya sendiri, yaitu Eropa, trafik SMS mencapai lebih dari 3 milyar  message per bulan meskipun tanpa ada program marketing yang proaktif  dari  operator  selular  dan  vendor  pembuat  perangkat  komunikasi  bergerak.  Kesuksesan  SMS  dianggap  sebagai  kesuksesan  yang  tidak  disengaja  dan  cukup  mengejutkan  bagi  pihak‐pihak  yang  terjun  dalam  industri  telekomunikasi  bergerak  karena  beberapa  pihak  yang  berkompeten  sebelumnya  memprediksi  bahwa  SMS  tidak  akan  laku  karena penggunaannya cukup sulit dan materi untuk marketingnya sulit  ditentukan. 

SMS  menjadi  fenomena  tersendiri,  dalam  waktu  yang  cukup  singkat tingkat pertumbuhannya sangat tinggi tanpa ada penurunan tarif  yang  berarti,  bahkan  dapat  dikatakan  tarifnya  mengambil  posisi  steady  state.  Biasanya,  bahkan  dalam  kasus  layanan  telepon  bergerak,  tarif  akan  turun  seiring  dengan  meningkatnya  penggunaan.  Fakta  lainnya  adalah  fasilitas  SMS  dalam  telepon  bergerak  ternyata  punya  andil  cukup  besar  dalam menarik kaum muda masuk ke pasar telepon bergerak. 

  Dalam  sistem  SMS,  mekanisme  utama  yang  dilakukan  dalam  sistem  adalah  melakukan  pengiriman  short  message  dari  satu  terminal  pelanggan ke terminal lain. Hal ini dapat dilakukan berkat adanya sebuah  entitas  dalam  sistem  SMS  yang  bernama  Short  Message  Service  Center  (SMSC),  disebut  juga  Message  Center  (MC).  SMSC  merupakan  sebuah  perangkat  yang  melakukan  tugas    store  dan  forward  trafik  short  message. 

Di  dalamnya  termasuk  penentuan  atau  pencarian  rute  tujuan  ahir  dari  short  message.  Sebuah  SMSC  biasanya  didesain  untuk  dapat  menangani  short message dari berbagai sumber seperti Voice Mail System (VMS), Web‐

based messaging, Email Integration, External Short Messaging Entities (ESME), 

24

(37)

dan  lain‐lain.  Dalam  interkoneksi  dengan  entitas  dalam  jaringan  komunikasi  wireless  seperti  Home  Location  Register  (HLR)  dan  Mobile  Switching  Center  (MSC),  SMSC  biasanya  selalu  menggunakan  Signal  Transfer Point (STP). 

   

  Layanan  SMS  merupakan  sebuah  layanan  yang  bersifat  non  real  time  dimana  sebuah  short  message  dapat  di‐submit  ke  suatu  tujuan,  tidak  peduli  apakah  tujuan  tersebut  aktif  atau  tidak.  Bila  dideteksi  bahwa  tujuan  tidak  aktif,  maka  sistem  akan  menunda  pengiriman  ke  tujuan  hingga  tujuan  aktif  kembali.  Pada  dasarnya  sistem  SMS  akan  menjamin  delivery dari short message hingga sampai ke tujuan. Kegagalan pengiriman  yang  bersifat  sementara  seperti  tujuan  tidak  aktif  akan  selalu  teridentifikasi  sehingga  pengiriman  ulang  akan  selalu  dilakukan  kecuali  bila diberlakukan aturan bahwa short message yang telah melampaui batas  waktu tertentu harus dihapus. 

Short  Message  Service  (SMS)  adalah  salah  satu  fasilitas  yang  dimiliki  oleh  teknologi  GSM  yang  memungkinkan  pengiriman  dan  penerimaan  pesan  singkat  berupa  teks  dengan  kapasitas  maksimal  160  karakter dari sebuah Mobile Station. 

  Pengiriman  SMS  yang  menggunakan  kanal  control  (kanal  signalling) memiliki dua tipe yaitu: 

1. SMS Point to Point 

Yaitu pengiriman SMS hanya dari satu MS ke MS tertentu. 

2. SMS Broadcast 

Yaitu  pengiriman  SMS  ke  beberapa  MS  sekaligus,  misalnya  dari  operator ke seluruh pelanggannya. 

25

(38)

 

Prinsip  kerja  SMS  adalah  bahwa  setiap  jaringan  mempunyai  satu  Service  Center  (SC).  SC  ini  berfungsi  menyimpan  dan  meneruskan  (store  and  forward)  pesan  dari  pengirim  ke  tujuan.  Suatu  SC  menjadi  interface  antara  PLMN  (Public  Land  Mobile  Network)  GSM  dengan  berbagai  sistem  yang lain seperti elektronic mail, faximile, atau suatu Content Provider (CP). 

SC terhubung ke PLMN melalui MSC. 

 

II.4. Subsistem Pendukung SMS 

 SMS memiliki beberapa subsistem pendukung yaitu: 

a. SME (Short Message Entity) 

Merupakan  tempat  penyimpanan  dan  pengiriman  message  yang  akan dikirimkan ke MS tertentu. 

b. SC (Service Center) 

Bertugas  untuk  menerima  pesan  dari  SME  dan  melakukan  forwarding ke alamat MS yang dituju. 

c. SMS – GMSC  

(Short Message Service – Gateway MSC) 

Melakukan penerimaan message dari SC dan memeriksa parameter  yang  ada,  selain  itu  GMSC  juga  mencari  alamat  MS  yang  dituju  dengan bantuan HLR, dan mengirimkannya kembali ke MSC yang  dimaksud. 

d. SMS – IWMSC  

(Short Message Service – Interworking MSC) 

Berperan  dalam  SMS  Message  Originating  yaitu  menerima  pesan 

26

(39)

dari MSC. 

 

II.5. Elemen – elemen SMS 

SMS memiliki 7 elemen khusus dalam pengiriman dan penerimaan  pesan: 

ƒ Validity Period 

Yaitu  elemen  informasi  yang  menunjukan  lamanya  suatu  pesan  berada di SC sampai pesan itu dinyatakan kadaluwarsa. 

ƒ Service Center Time Stamp 

Yaitu  elemen  informasi  yang  dikirimkan  oleh  SC  ke  Mobile  Station  yang menyatakan waktu suatu pesan diterima oleh SC. 

ƒ Protocol Identifier 

Yaitu  elemen  informasi  yang  menyatakan  protokol  layer  tertinggi  yang digunakan. 

ƒ More Message to Send 

Yaitu  elemen  informasi  yang  dikirimkan  oleh  SC  ke  Mobile  Station  yang  menyatakan  bahwa  ada  atau  lebih  pesan  yang  masih  akan  dikirimkan dari SC.  

ƒ Priority 

Yaitu  elemen  layanan  yang  mengindikasikan  apakah  suatu  pesan  memiliki prioritas atau tidak. 

ƒ Message Waiting 

Yaitu  elemen  service  yang  tersimpan  di  HLR  dan  VLR  yang  terisolasi dengan Mobile Station yang menyatakan bahwa ada pesan  tersimpan di SC yang gagal terkirim. 

ƒ Alert SC 

27

(40)

Yaitu  elemen  informasi  yang  disediakan  oleh  PLMN  GSM  yang  menginformasikan SC bahwa: 

a. Pengiriman  pesan  ke  MS  tujuan  gagal  karena  lokasi  MS  tidak dapat dijangkau atau memori penyimpanan MS sudah  melebihi kapasitas. 

b. MS  sekarang  sudah  berada  di  dalam  area  layanan  PLMN  atau  memori  penyimpanan  MS  sudah  ada  yang  kosong  sehingga MS siap menerima pesan dari SC. 

 

II.6. Layanan Dasar SMS 

  Dalam pengiriman SMS Point to Point dibagi menjadi dua layanan  dasar yaitu: 

a. SM – MT  (Short Message Mobile Terminate Point to Point) 

  Adalah  kemampuan  sistem  GSM  untuk  mentransfer  message  dari  SC ke suatu MS dan mengirimkan kembali informasi pengiriman berupa  laporan keberhasilan pengiriman ataupun laporan kegagalan pengiriman.  

   

  Proses pengiriman SM – MT adalah sebagai berikut: 

 

SMC         SMSC                HLR           MSC                VLR      MS 

28

(41)

 

Gambar 2‐5.  

Pengiriman SM – MT   

Proses pengiriman secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:  

a) Short message dikirim dari SME ke SMSC. 

b) SMSC menginterogasi HLR dan menerima informasi routing untuk  MS. 

c) SMSC  mengirim  short  message  melalui  SMS  –  GMSC  kepada  MS  yang dituju dengan format forward short message. 

d) MSC akan mencari informasi MS yang dituju dari VLR, dalam hal  ini prosedur authentikasi juga dijalankan. 

e) MSC mengirimkan message ke MS. 

f) MSC akan mengirimkan forward short message kembali ke SMSC. 

g) Jika  diminta  oleh  SME,  maka  SMSC  akan  mengirimkan  status  report ke SME yang mengindikasikan terkirimnya message. 

     

29

(42)

b. SM – MO (Short Message Mobile Originating Point to Point)    Adalah kemampuan sistem GSM untuk mentransfer pesan singkat  dari  suatu  MS  ke  SME  (Short  Message  Entity)  melalui  SC,  serta  mengirimkan  informasi  pengiriman.  Proses  pengiriman  SM‐MO  adalah  sebagai berikut:   

 

 

Gambar 2‐6.  

Pengiriman SM – MO    

Proses pengiriman secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:  

ƒ MS mengirimkan short message ke MSC 

ƒ MSC menginterogasi VLR apakah MS yang bersangkutan memiliki  layanan SMS atau tidak, dalam proses authentikasi. 

ƒ MSC  akan  mengirimkan  short  message  ke  SMSC  melalui  SMS  –  IWMSC dengan format forward short message. 

ƒ SMSC akan mengirimkan message ke SME. 

ƒ SMSC  akan  memberikan  SMSC  Acknowledgement  ke  MSC  bahwa  pengiriman forward short message telah berlangsung sukses. 

30

(43)

ƒ MSC menginformasikan status pengiriman ke MS. 

 

II.7. Transmisi SMS 

Berbeda  dengan  komunikasi  data  dan  suara  pada  GSM,  komunikasi  dengan  menggunakan  layanan  SMS  tidak  memerlukan  pembentukan  hubungan  kanal  trafik  (TCH/  Traffic  Channel)  antara  pelanggan.  Tetapi  transmisi  pada  SMS  menggunakan  kanal  –  kanal  control  pada  GSM  yaitu  SACCH  (Slow  Associated  Control  Channel)  atau  SDCCH  (Stand  Alone  Dedicated  Control  Channel).  Sebagai  konsekuensinya  adalah  transmisi  SMS  ini  dapat  terjadi  meskipun  MS  sedang  melakukan  komunikasi dengan MS lain. 

  Penggunaan  kedua  kanal  ini  sangat  tergantung  dari  penggunaan  TCH. 

ƒ Jika  TCH  tidak  dialokasikan,  maka  SMS  akan  menggunakan  SDCCH. 

ƒ Jika  TCH  dialokasikan  selama  pengiriman  SMS  pada  SDCCH,  transaksi  pengiriman  akan  dihentikan  dan  dilanjutkan  dengan  pengiriman pada SACCH yang terasosiasi dengan TCH. 

ƒ Jika TCH dialokasikan, SMS akan menggunakan kanal SACCH. 

ƒ Jika  TCH  dialokasikan  pada  saat  pengiriman  SMS  pada  SACCH. 

SMS  akan  tetap  menggunakan  SACCH  atau  dapat  juga  menggunakan  SDCCH  jika  penggunaan  TCH  sudah  selesai  sementara transmisi SMS masih berlangsung. 

 

II.8. Value Added Service Management System (VASMS) 

31

(44)

  VASMS  adalah  suatu  layanan  tambahan  SMS  dimana  pengguna  jaringan GSM dapat  melakukan permintaan informasi melalui SMS yang  ditujukan  ke  Short  Number  tertentu  dan  dalam  jangka  waku  tertentu  informasi yang diinginkan sampai ke pengguna tersebut. 

  Jenis layanan VASMS dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 

1) IOD (Informasi on Demand) 

Layanan  yang  memberikan  informasi  yang  dibutuhkan  oleh  pengguna  GSM  seperti  berita  politik,  olahraga,  ekonomi,  entertainment  dan  sebagainya.  Informasi  ini  akan  dikirimkan  berdasarkan permintaan pengguna GSM tersebut. 

2) Interaktif 

Layanan yang informasinya interaktif dan saling terkait seperti kuis  dan game. 

3) Transaksi 

Layanan  yang  berhubungan  dengan  transaksi  atau  Perbankkan  seperti SMS m‐Banking dan m‐Commerce. 

Secara  umum  suatu  Content  Provider  harus  memiliki  respon  time  maksimum 1 detik agar dapat memberikan unjuk kerjanya dengan  baik.  Meskipun  waktu  koneksi  maksimal  yang  diperbolehkan  antara Content Provider dengan VASMS adalah 10 detik. 

 

ARSITEKTUR LAYANAN VASMS 

Berikut adalah gambaran umum arsitektur layanan VASMS: 

 

32

(45)

 

Gambar 2‐7.  

Arsitektur Layanan VASMS   

Mekanisme proses layanan pada VASMS: 

1) MS  merequest  layanan  Value  Added  Service  tertentu  dengan  mengirimkan  SMS  dengan  format  tertentu  ke  suatu  Short  Number. 

SMS dari MS akan diteruskan dan disampaikan ke Content Provider  sesuai  dengan  layanan  yang  dimintainya.  Saat  Content  Provider  menerima  SMS  dari  VASM  maka  CP  harus  memberikan  Acknowledgment ke VASM. 

2) Content Provider akan mengolah pesan yang diterimanya kemudian  menentukan  layanan  yang  diminta  dan  memberikan  informasi  yang  diinginkan  oleh  MS  yang  merequest.  Content  Provider  juga  menentukan besar charging yang akan dikenakan kepada MS yang  merequest informasi. Kemudian informasi akan dikirimkan lagi ke 

33

(46)

MS yang merequest  melalui VASM. Proses charging dilakukan oleh  VASM dan pada database billing transaksi masih berstatus open. Saat  ini  telah  dilakukan  pemotongan  pulsa  MS  oleh  sistem  billing.  Jika  billing tidak dapat melakukan pemotongan pulsa maka pesan SMS  yang berisi informasi tidak diteruskan ke MS. Saat Content Provider  mengirimkan  SMS  ke  VASM  maka  VASM  akan  memberikan  acknowledgment ke Content Provider. 

3) Jika  MS  telah  menerima  informasi  yang  dibutuhkan  maka  akan  diberikan  report  untuk  Content  Provider  dan  sistem  billing  serta  transaksi  akan  berstatus  close.  Jika  ternyata  terjadi  kegagalan  pengiriman maka transaksi di close dan pulsa MS dikembalikan ke  jumlah semula sebelum transaksi dilakukan. 

          BAB III 

PENGENALAN SISTEM  

INTELLIGENT SMSC (iSMSC) DAN SMSC LOGICA   

III.1. Pengenalan Teknologi Sistem Layanan SMS 

  Pada bagian ini akan dijelaskan teknologi GSM yang terkait dengan  layanan SMS. Akan diperkenalkan secara sederhana mengenai perangkat  Intelligent  SMSC  dan  SMSC  Logica,  meliputi  blok  diagram  dan 

34

(47)

arsitekturnya. 

 

III.2. Pengenalan Sistem Intelligent SMSC  III.2.1.  Konfigurasi Pelanggan 

Intelligent SMSC menyediakan pengiriman secara langsung dimana  SMS  dikirimkan  ke  nomer  tujuan  atau  dalam  bentuk  aplikasi.  Di  sebut  juga  sebagai  First  Delivery  Attempt  (FDA).  Intelligent  SMSC  menyediakan  layanan  untuk  pelanggan  Pra  Bayar  dan  Pasca  Bayar.  Dimana  Siemens  Payment@Vantage  merupakan  interface  yang  digunakan  untuk  mengimplementasikan charging pada pelanggan Pra Bayar. 

Jika SMS tidak dapat terkirim secara langsung maka akan dialihkan  ke  SMSC  untuk  di  simpan  dan  dikirimkan  kembali  ke  tujuan.  Dapat  dilihat  pada  bagian  Service  Flow  &  Delivery  Reports  untuk  melihat  secara  detil  untuk  bagian  ini.  Intelligent  SMS  dijalankan  dengan  menggunakan  Tango SX‐5 Platform. 

 

III.2.2. Pilihan Pengiriman Secara Langsung 

Intelligent  SMSC  menyediakan  beberapa  tipe  layanan  dalam  pengiriman secara langsung seperti di bawah ini: 

a. Person to Person (P2P) 

Melakukan  pengiriman  SMS  dari  nomer  pelanggan  ke  nomer  pelanggan yang lain secara langsung. 

 

b. Person to Machine (P2M) 

Melakukan  pengiriman  SMS  dari  nomer  pelanggan  untuk  tujuan  aplikasi.  Contohnya  adalah  pengiriman  SMS  yang  berhubungan 

35

Referensi

Dokumen terkait

Keterangan: Penulis mengambil beberapa elemen dari tokoh Miguel sebagai acuan untuk merancang tokoh Eza yang berupa pengaplikasian bentuk lingkaran yang dominan

3 Dr. Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial , Jakarta 1987, hlm.. 4 berbagai aspek yaitu pertama, masyarakat yang ingin memperdalam ilmu agama atau ada

(library research). Penelitian lapangan dilakukan terutama untuk memperoleh data tentang materi-materi hadis yang disampaikan oleh para juru Khatib dalam

Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variabel

Penelitian ini berusaha menganalisis pemberitaan tentang persaingan antar kandidat calon ketua umum yang terjadi pada pelaksanaan Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya pada

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya pada peningkatan pemahaman konsep bangun ruang

kata yang tidak perlu dan amat menjelekkan nama seseorang. 13 Pembelaan terpaksa misalnya bagi seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan, tidak ada jalan lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan di bank, terutama dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan /