TUGAS AKHIR
Peningkatan Kualitas Layanan SMS dengan Menggunakan Intelligent SMSC
pada Jaringan Indosat
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun oleh:
Nama : Agus Setiawan Wibowo NIM : 4140412‐003
Jurusan : Teknik Elektro
Peminatan : Teknik Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Bambang Hutomo, Bc.TT
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
F A K U L T A S T E K N O L O G I I N D U S T R I UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2008
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul:
Peningkatan Kualitas Layanan SMS dengan menggunakan Intelligent SMSC
pada Jaringan Indosat
Disusun oleh:
AGUS SETIAWAN WIBOWO 4140412-003
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana
Jakarta, 01 Maret 2008
Pembimbing I Koordinator Tugas Akhir
Ir. Bambang Hutomo, Bc.TT Ir. Yudhi Gunardi, MT
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana
Ir. Budi Yanto Husodo, MSc
ii
ABSTRAKSI
Dewasa ini era-informasi semakin melanda dunia, telah mempengaruhi lingkungan dunia telekomunikasi menjadi semakin dinamis.
Perubahan yang cepat di bidang teknologi telekomunikasi menuntut peran yang besar dari pihak penyedia layanan (vendor) untuk memenuhi kebutuhan dari pihak pengguna (operator) akan informasi tersebut.
Perkembangan teknologi khususnya selular telah mempermudah komunikasi yang tidak terbatas pada jarak dan waktu. Salah satu fitur yang paling banyak digunakan dalam teknologi tersebut adalah SMS (Short Message Service).
Sejalan dengan berkembangnya teknologi SMS, penggunaan teknologi tersebut cenderung mempengaruhi pihak operator untuk dapat mempermudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya (Operation and Maintenance). Penggunaan sistem SMSC dari tahun ke tahun dinilai semakin perlu untuk dilakukannya peningkatan baik dari segi performansi maupun kemudahan dalam memberikan hasil pengukuran melalui data statistik. Data statistik tersebut sangat diperlukan dalam pencapaian KPI (Key Performance Indicator) yang ditentukan dari pihak operator.
Situasi dan kondisi lingkungan eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi penyedia layanan SMSC untuk mampu bersaing dengan penyedia layanan lainnya. Kejelian dari pihak penyedia layanan baik dalam perencanaan dan strategi pemasaran yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada.
Tujuannya adalah mempertahankan keunggulan bersaing yang dimiliki dalam rangka peningkatan kepuasan pelanggan dan pemanfaatan teknologi yang lebih baik dimasa yang akan datang.
vii
Layanan SMS (Short Message Service) saat ini telah menjelma menjadi sebuah layanan yang sangat mendominasi penggunaan telepon genggam Global System for Mobile Communication (GSM). Cara berkomunikasi dengan layanan SMS ini juga semakin populer dan memiliki trend yang cenderung terus meningkat. Informasi yang dilalukan pada layanan SMS berupa ASCII text dengan mode store and forward melalui SMSC (Short Messaging Service Centre). Cara berkomunikasi dengan menggunakan layanan SMS menggunakan prinsip komunikasi data standar yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penulisan tugas akhir ini untuk memberikan informasi mengenai teknologi GSM secara umum serta mengenalkan teknologi dari fitur SMS dengan menggunakan Intelligent SMS yang mana pelanggan tidak memahami secara lengkap bagaimana SMS tersebut dapat dikirimkan dari pelanggan satu ke pelanggan lainnya. Dijelaskan juga mengenai arsitektur sistem, dan layanan yang dimiliki dari Intelligent SMSC baik aspek keamanan layanan , dan penerapannya di jaringan Indosat yang mana dalam implementasinya yang dilakukan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pengguna jasa layanan SMS.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan ijin‐Nya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan S‐1 pada jurusan Teknik Telekomunikasi Universitas Mercu Buana.
Setelah melalui serangkaian pendidikan yang padat, sampailah kami pada penyelesaian penulisan tugas akhir ini. Penulis merasa bahwa penulisan tugas akhir ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Ir. Budi Yanto Husodo, Msc.
Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.
2. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT.
Selaku Koordinator Tugas Akhir.
3. Bapak Ir. Bambang Hutomo, Bc.TT.
Selaku Pembimbing yang penuh perhatian telah membimbing dan mendorong penulis untuk melihat suatu permasalahan dengan wawasan yang luas dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Semua karyawan Program Kuliah Sabtu Minggu Universitas Mercu Buana yang telah banyak membantu selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.
5. Ibu tercinta yang telah memberikan bantuan moril dan doanya
sehingga dapat terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
6. Yorina Kanti Soetjahjo tercinta yang selalu kusayangi, yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
v
7. Adik‐adikku yang semoga selalu tegar dan tabah dalam menghadapi setiap cobaan dan semoga Allah SWT selalu membimbing kita sekeluarga.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dunia telekomunikasi dan akademis sekaligus dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan Program Kuliah Sabtu Minggu Universitas Mercu Buana.
Jakarta, 01 Maret 2008 Penulis,
Agus Setiawan Wibowo
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS iii
HALAMAN MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAKSI vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang Masalah 1
I.2. Tujuan Penulisan 2
I.3. Batasan Masalah 2
I.4. Metode Penelitian 3
I.5. Sistematika Penulisan 4
BAB II. TEORI PENUNJANG
GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) 5 II.1. Pengenalan dan Pengembangan Teknologi Selular 5
II.1.1. Pengembangan GSM 6
II.2. Konfigurasi Jaringan GSM 8
II.2.1. Perangkat Pendukung Jaringan GSM 10 II.2.1.1. Base Station Subsystem (BSS) 10 II.2.1.2. Base Station Controller (BSC) 12 II.2.1.3. Mobile Switching Center (MSC) 16 II.2.1.4. Home Location Register (HLR) 17 II.2.1.5. Visitor Location Register (VLR) 17 II.2.1.6. Authentication Center (AuC) 17 II.2.1.7. Equipment Identity Register (EIR) 18
II.3. Short Message Service (SMS) 19
II.4. Subsistem Pendukung SMS 22
II.5. Elemen-elemen SMS 22
II.6. Layanan Dasar SMS 23
II.7. Transmisi SMS 26
II.8. Value Added Service Management System (VASMS) 26
ix
BAB III. PENGENALAN SISTEM INTELLIGENT SMSC
DAN SMSC LOGICA 29
III.1. Pengenalan Teknologi Sistem Layanan SMS 29 III.2. Pengenalan Perangkat Intelligent SMSC 29 III.2.1. Konfigurasi secara Pelanggan 29 III.2.2. Pilihan Pengiriman secara Langsung 29 III.2.3. Konsep Intelligent SMSC secara Geografis 30 III.2.4. Konsep Intelligent SMSC secara Jaringan 31 III.2.5. Konfigurasi Intelligent SMSC untuk ex-SATC 32 III.2.6. Konfigurasi Intelligent SMSC untukex-IM3 34
III.2.6.1. Roaming on SATC,
overflow via SS7 34
III.2.6.2. Roaming on SATC,
overflow via Diameter 35
III.3. Layanan iSMSC (Features) 36
III.3.1. A-number Screening 36
III.3.2. B-number Screening 36
III.3.3. Prepaid/Postpaid Filtering 37
III.3.4. B-number HLR Query 37
III.3.5. MO SMS Routing (P2P, P2M) 37
III.3.6. M2P Routing 38
III.3.7. Citic Translation 39
III.3.8. Schedule Delivery Time 39
III.3.9. Delivery Report 39
III.4. Service Flow dan Delivery Reports 39
III.4.1. General Services Flow 40
III.4.2. SMSC Service Flow 42
III.4.2.1. Laporan Pengiriman 43 III.4.2.2. Delivery Report Services Flow 44 III.4.2.3. Delivery Report Store 48 III.5. Pengenalan telepath SMSC Logica 49 III.5.1. Gambaran Umun Telepath SMSC Logica 49 III.5.2. Penambahan Produk pada Telepath SMSC 52 III.5.3. Struktur Konfigurasi Telepath 53
III.5.4. Platform Hardware 54
III.5.5. Platform Software 55
III.5.6. Produk Dasar Telepath SMSC 55 III.5.7. Produk Aplikasi Telepath SMSC 55
III.5.8. Value Added Services 57
III.6. Indosat SMSC Modernization 2006 58 III.6.1. Kalkulasi Kapasitas SMSC 58 III.6.2. Kapasitas Business Tools 60
III.6.3. High Level Architecture 61
x
BAB IV. ANALISA PERFORMANSI DARI INTELLIGENT SMSC 64
IV.1. Analisa Sistem 64
IV.2. Telepath SMSC Logica 64
IV.2.1. Kondisi Awal 64
IV.2.2. Konfigurasi Jaringan Telepath SMSC 65 IV.2.3. Pengumpulan Data secara Manual 65
IV.2.4. Pengembangan Jaringan 66
IV.2.4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan 67 IV.2.4.2. Proposal Logica ke Indosat 69
IV.2.4.3. Data Statistik 71
IV.3. Analisa Performansi Intelligent SMSC 72 IV.3.1. Konfigurasi Intelligent SMSC 72 IV.3.2. Data Statistik Intelligent SMSC 73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 76
V.1. Kesimpulan 76
V.2. Saran 76
DAFTAR PUSTAKA 78
LAMPIRAN 1: DATA STATISTIK
SMSC LOGICA DAN INTELLIGENT SMSC LAMPIRAN 2: PROFIL PERUSAHAAN PT.INDOSAT,TBK LAMPIRAN 3: INTELLIGENT SMSC
LAMPIRAN 4: TELEPATH SMSC LAMPIRAN 5: BUSINESS TOOLS
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Konfigurasi Jaringan GSM 8
Gambar 2-2. Konfigurasi BSC 12
Gambar 2-3. Penyambungan Kanal Trafik 15
Gambar 2-4. Proses Pensinyalan 16
Gambar 2-5. Pengiriman SM-MT 24
Gambar 2-6. Pengiriman SM-MO 25
Gambar 2-7. Arsitektur Layanan VASMS 27
Gambar 3-1. Lokasi Penempatan iSMSC di Indonesia 31 Gambar 3-2. Konsep Intelligent SMSC secara Jaringan 32 Gambar 3-3. Konfigurasi Jaringan iSMSC untuk ex-SATC 33 Gambar 3-4. Konfigurasi Jaringan iSMSC untuk ex-IM3
(Roaming on SATC, overflow via SS7) 34
Gambar 3-5. Konfigurasi Jaringan iSMSC untuk ex-IM3
(Roaming on SATC, overflow via Diameter 35 Gambar 3-6. Urutan Layanan Pengiriman Laporan 42 Gambar 3-7. Urutan Proses Pengiriman SMS melalui SMSC 43 Gambar 3-8. Laporan Pengiriman untuk Pengiriman secara Langsung 45 Gambar 3-9. Laporan Pengiriman melalui SMSC pada Saat Gagal dalam
Transaksi Pertama 46
Gambar 3-10. Laporan Pengiriman melalui SMSC dan SMSC Gagal
Meneruskan 47
Gambar 3-11. Delivery Report Store 48
Gambar 3-12. Konfigurasi Telepath SMSC secara Sederhana 50
Gambar 3-13. Struktur Detail Telepath SMSC 54
Gambar 3-14. Arsitektur SMSC setelah Migrasi 61 Gambar 4-1. Konfigurasi SMSC setelah Penambahan 2 Server Baru 65
Gambar 4-2. ITP dengan M3UA 67
Gambar 4-3. Perubahan Konfigurasi SMSC 68
Gambar 4-4. Konfigurasi iSMSC secara Sederhana 73
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3-1. Urutan Layanan Secara Umum (Service Flow) 40
Tabel 3-2. Kalkulasi Kapasitas SMSC 59
Tabel 3-3. Kapasitas Hardware dan Storage Buffer 63
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan informasi semakin meningkat. Kemajuan teknologi telekomunikasi di bidang selular (GSM) pada masa kini dengan pemanfaatan fasilitas Voice dan SMS (Short Message Services) pada khususnya mengakibatkan peningkatan revenue untuk perusahaan telekomunikasi yang terkait sebagai operator yang ada di Indonesia.
Dengan fasilitas yang ada antara penggunaan fasilitas Voice dan SMS, masyarakat cenderung memilih fasilitas SMS diantara keduanya tersebut dalam kehidupan sehari‐hari dikarenakan efesiensi dari segi penghematan biaya.
Jika dahulu orang bilang: ‘Say it with flowers….’, sekarang boleh jadi berubah menjadi ‘Say it with SMS….’. Fenomena ini mulai nampak pada masyarakat pengguna di Indonesia. Di penghujung tahun lalu misalnya, Hari Natal, Idul Fitri dan Tahun Baru yang berurutan, penggunaan fasilitas SMS melalui jaringan masing‐masing operator selular melonjak drastis hingga dua puluh kali lipat dari traffic normal per jam. Pada saat Valentine Day bulan Februari yang lalu, traffic per‐detik meningkat hingga 150% dari kondisi normal di bulan tersebut.
SMS – short message service – dapat dikategorikan sebagai sticky service. Maksudnya, sekali orang mengerti bagaimana cara menggunakannya di terminal handphone (atau media lainnya), maka mereka akan cenderung menggunakan layanan ini. Akan tetapi dalam
1
penggunaan fasilitas SMS terkadang banyak ditemukan berbagai masalah yang mana masyarakat awam tidak mengetahui secara detail faktor penyebabnya. Disini penulis akan menjelaskan bagaimana suatu pesan singkat yang biasa dikenal sebagai SMS dapat dikirimkan dari satu orang ke orang lain sampai dengan proses keberhasilan dalam pengirimannya sehingga mendapatkan suatu kualitas terbaik sesuai dengan harapan pelanggan itu sendiri. Proses tersebut terdapat dalam suatu perangkat yang tergabung dalam suatu sistem yang disebut dengan SMSC (Short Message Services Center).
Tugas akhir yang akan tersusun merupakan studi kasus dari implementasi suatu proyek pada jaringan Indosat dari suatu sistem lama yang telah digantikan dengan perangkat baru dengan harapan akan dapat meningkatkan performansi yang telah didapat sebelumnya. Berkaitan dengan materi kuliah yang berhubungan dengan dunia telekomunikasi yang meliputi Jaringan Telekomunikasi, Saluran Transmisi, Sistem Komunikasi dan Sistem Transmisi Telekomunikasi maka diajukan tugas akhir dengan judul : ”Peningkatan Kualitas Layanan SMS dengan Menggunakan Intelligent SMSC pada Jaringan Indosat”.
Bahasan tugas akhir meliputi fungsi, cara kerja perangkat Intelligent SMS Center tersebut sehingga tersimpulkan kualitas yang lebih baik dari perangkat yang telah diimplementasikan sebelumnya dengan data statistik yang diperoleh.
I.2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas maka sebagai obyek penelitian adalah teknologi SMSC dengan menggunakan Intelligent SMSC pada
2
jaringan Indosat.
Adapun tujuan dari penulisan proyek akhir ini adalah menganalisa dan membandingkan kualitas perangkat Intelligent SMSC dengan perangkat Telepath SMSC melalui data statistik yang diperoleh.
I.3. Batasan Masalah
Karena luasnya permasalahan yang ada dalam bidang ini, maka ruang lingkup tugas akhir ini adalah mengenalkan teknologi dari perangkat Intelligent SMSC dengan mengetahui fungsi dan cara kerjanya serta pencapaian kualitas performansinya dalam layanan SMS dibandingkan dari perangkat yang telah diimplementasikan sebelumnya dengan diperkuat dari data statistik sebagai referensi pembuktian yang akurat.
I.4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam tugas akhir ini adalah studi literatur dan pengumpulan data‐data dari perangkat Intelligent SMSC dan Telepath SMSC serta referensi teknologi SMS baik dari buku maupun dari internet dan konsultasi dengan pembimbing mengenai cara kerja alat dan sistem perangkat ISMSC pada jaringan selular, teknologi yang ada dan akan datang, dan hal‐hal lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Adapun langkah‐langkah dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur mengenai,
3
a. Teori dan cara kerja perangkat Switching atau NSS sebagai sentral koneksi perangkat Intelligent SMSC.
b. Teori dan cara kerja sistem Intelligent SMSC.
2. Pembahasan Analisa Perangkat
Skema dan blok diagram Intelligent SMSC.
3. Pengujian Perangkat dan Analisa
a. Pengujian perangkat antara SMSC dengan Intelligent SMSC.
b. Analisa data statistik sebagai pembuktian hasil peningkatan Quality of Services (QoS).
I.5. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian pendahuluan, dimana dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metoda penelitian, sistematika penulisan.
BAB II TEORI PENUNJANG
Membahas tentang pegenalan dan perkembangan jaringan
4
GSM, konfigurasi jaringan, perangkat pendukungnya.
BAB III PENGENALAN SISTEM INTELLIGENT SMSC DAN TELEPATH SMSC LOGICA
Membahas tentang sistem Intelligent SMSC dan Telepath SMSC Logica dalam pencapaian KPI (Key Performance Indicator) meliputi pengenalan sistem Intelligent SMSC dan Telepath SMSC secara sederhana meliputi konfigurasi jaringan, konfigurasi pelanggan, konsep geografis, features serta flow chart.
BAB IV ANALISA PERFORMANSI SMSC LOGICA DAN INTELLIGENT SMSC
Membahas tentang analisa sistem SMSC LogicaCMG dan Intelligent SMSC dengan data statistik serta Key Performance Indicator yang didapat dari beberapa periode waktu.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TEORI PENUNJANG
GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM)
5
II.1. Pengenalan dan Pengembangan Teknologi Selular
Sebelum GSM, STKB selular sistem analog yang beroperasi di Eropa bersifat sangat regional, di mana masing‐masing negara mengoperasikan sistem yang berbeda dan tidak kompatibel satu dengan yang lain. Di Jerman dan Portugal beroperasi sistem C‐NET yang dikembangkan oleh Siemens, di Perancis beroperasi sistem RC‐2000, di Belanda dan negara Skandinavia beroperasi sistem NMT yang dikembangkan Ericson, sedangkan di Inggris Raya beroperasi sistem TACS.
Masing‐masing sistem dikembangkan dengan teknologi yang berbeda, sehingga tidak ada kompatibilitas satu dengan yang lain.
Akibatnya setiap sistem hanya dapat dioperasikan di wilayah negara yang tertentu. Kondisi ini sangat tidak menunjang kegiatan mobilitas masyarakat negara Eropa yang sering berada di negara lain, baik untuk tujuan bisnis maupun wisata. Ditambah lagi dengan rencana terbentuknya European Community, kondisi tersebut sama sekali tidak dapat dipertahankan.
Pengembangan masing‐masing sistem analog yang beroperasi hanya nasional disebabkan adanya orientasi interest yang berbeda bagi masing‐masing pengelola, yakni PTT. Akibatnya, pemasaran terbatas hanya satu negara dan tidak dapat mendapatkan jumlah pelanggan yang cukup besar. Tetap diperlukan dukungan infrastruktur yang lengkap dan mahal, sehingga konsekuensinya adalah timbulnya harga jual yang mahal serta biaya pemakaian yang cukup tinggi. Oleh sebab itu pemakai selular terbatas hanya mereka yang benar‐benar mampu dan memerlukan, bukan
6
sebagai sarana telekomunikasi yang mencapai segenap lapisan masyarakat.
Atas dasar pemikiran tersebut dan tanpa menguntungkan salah satu sistem yang telah beroperasi serta untuk menciptakan sistem yang jauh lebih baik dari yang sudah ada, maka Perancis (France Telecom) dan Jerman (Bundespost) sepakat untuk memelopori munculnya teknologi digital selular yang kemudian dikenal dengan nama GSM, dengan didukung oleh industri telekomunikasi di kedua negara tersebut. Melalui pengkajian yang sangat mendalam, akhirnya ETSI (European Telecommunication Standard Institute) dapat menerima GSM sebagai standar Eropa.
Pada pertengahan tahun 1991, jaringan GSM muncul untuk pertama kalinya, dimana salah satu pelopornya adalah Deutsche Bundespost melalui anak perusahaannya Detecom siap untuk mengoperasikan GSM pada 1 Juli 1991, yang dikenal dengan nama D1 Network. Diperkirakan dengan munculnya standarisasi GSM, sistem lain yang beroperasi di Eropa perlahan‐lahan hilang. Ini berarti hilangnya sebagian besar pasar sistem non GSM. Hal tersebut mempengaruhi minat industri untuk mengembangkan teknologi sistem lama yang ada (CNET, RC 2000, NMT, TACS).
II.1.1. Pengembangan GSM
Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun 1979, ditetapkan bahwa frekuensi 860 Mhz ‐ 960 Mhz dialokasikan untuk komunikasi selular di kemudian hari. Dengan penetapan ini berarti band frekuensi selebar 2 x 25 MHz khusus disiapkan untuk sistem selular
7
digital.
Tahun 1982, dengan dipelopori oleh Jerman dan Perancis, maka CEPT (Conference Europeance dʹAdministration de Post et Telecommunication) menetapkan GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Dan tahun 1985, Jerman, Perancis, Itali dan Inggris bersatu untuk mengembangkan standarisasi GSM. Tahun 1987 di tanda tangani Memorandum of Understanding pemakaian GSM oleh 14 negara Eropa.
Target pembangunan GSM:
Tahun 1991 adalah permulaan pengoperasian jaringan GSM
Tahun 1993 meliputi semua kota besar
Tahun 1995 mencapai semua jalan raya antar kota
Di dalam kenyataannya, banyak terjadi hambatan dalam penerapan GSM, sehingga target operasional GSM tidak terpenuhi.
Walaupun semua infrastruktur telah siap sejak pertengahan 1991, namun realisasi pengoperasian secara komersil baru dapat dimulai kuartal terakhir 1992.
Situasi ini menunjukkan bahwa GSM merupakan teknologi yang sangat kompleks dan memerlukan pengkajian cukup lama untuk mencapai kesepakatan standar. Disamping itu GSM menjadi ajang perebutan pengaruh dan kompetisi baik dari masing‐masing operator di tiap negara, maupun industri telekomunikasi yang memproduksi GSM.
Keuntungan bisnis yang besar akan diperoleh pihak yang berhasil memasukkan usulan standarnya. Tidak heran apabila standar type
8
approval untuk handphone baru dapat disepakati pada September 1992, karena harus mempertimbangkan dan memasukkan puluhan item pengujian dalam memproduksi sistem GSM.
Walaupun standarisasi GSM baru saja terselesaikan dan pengoperasiannya baru saja dimulai, bahkan belum merata ke seluruh Eropa, namun dengan mengantisipasi perkembangan GSM yang sangat pesat serta tingkat kepadatan pelayanan per area yang tinggi, maka arah perkembangan teknologi GSM adalah DCS 1800, yakni Digital Celular System pada alokasi frekuensi 1.800 MHz. Dengan frekuensi tersebut, akan dicapai kapasitas pelanggan yang semakin besar per satuan sel. Di samping itu, dengan luas sel yang semakin kecil akan dapat menurunkan kekuatan daya pancar handphone, sehingga bahaya radiasi yang timbul terhadap organ kepala, sebagaimana dikhawatirkan pada akhir‐akhir ini, akan dapat dieliminasi.
II.2. Konfigurasi Jaringan GSM
9
Gambar 2‐1.
Konfigurasi Jaringan GSM Alokasi frekuensi:
Transmit : 935 MHz ‐ 960 MHz
Receive : 890 MHz ‐ 915 MHz
Modulasi : TDMA (Time Division Multiple Access)
Carrier Spacing : 200 KHz untuk 8 kanal
Jaringan GSM selular terdiri atas:
MSC (Mobile Switching Center), sebagai switching system.
BSS (Base Station Subsystem), sebagai pengirim dan penerima sinyal radio dari dan ke pelanggan.
Mobile (Mobile Station), sebagai terminal pelanggan yang bersifat bergerak.
Keistimewaan dari GSM yang tidak terdapat pada sistem analog
10
maupun pada American Digital Cellular (ADC) adalah adanya standardisasi interface antar masing‐masing sub sistem. Dengan demikian, GSM menjanjikan suatu sistem yang tidak harus dimonopoli oleh satu merek. Dalam arti bahwa Switching, Base Station, dan Out Station dapat berasal dari merek atau pemasok yang berbeda. Kondisi ini jelas sangat menguntungkan pihak operator, karena tidak ada ketergantungan sama sekali terhadap satu supplier.
Ketidaktergantungan kepada satu pemasok tersebut memungkinkan karena adanya standardisasi yang jelas: (lihat Gambar 2‐
1)
A Interface, antara MSC dengan BSS
A‐Bis Interface, antara BSC dengan BTS
Um Interface, antara BSS dengan Out Station.
Standardisasi A‐bis Interface belum sepenuhnya terselesaikan, sehingga sampai saat ini BSS secara lengkap pada umumnya dipasok dari satu merek. Standardisasi A Interface dan Um Interface terbukti telah berhasil dengan baik. Jaringan D1 / Detecon merupakan kombinasi dari MSC dari Siemens dan BSS dari Philips, D2(Mannesman) merupakan kombinasi dari MSC SEL dan BSS dari Alcatel (Walaupun sekarang SEL dalam group Alcatel, namun subsistem MSC dan subsistem BSS berasal dari industri yang berbeda).
Karena fungsinya yang sangat kompleks, maka MSC dilengkapi dengan:
Home Location Register (HLR)
Untuk menyimpan data permanen dari semua pelanggan.
Visitor Location Register (VLR)
11
Untuk menyimpan data pelanggan yang bersifat temporer disesuaikan dengan area tempat pelanggan berada.
Authentication Register (AuC)
Untuk keperluan pemeriksaan validasi pelanggan.
Equipment Identity Register (EIR)
Untuk menyimpan nomer identitas pelanggan.
II.2.1.Perangkat Pendukung Jaringan GSM II.2.1.1. Base Station Subsystem (BSS)
Base Transceiver Station (BTS)
BTS berfungsi sebagai interkoneksi antara infrastruktur sistem selular dengan Out Station. BTS harus selalu memonitor Out Station yang masuk ataupun yang keluar dari sel BTS tersebut. Luas jangkauan dari BTS sangat dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain topografi dan gedung tinggi. BTS sangat berperan dalam menjaga kualitas GSM, terutama dalam hal frekuensi hoping dan antena diversity.
Pada dasarnya suatu Base Transciever Station terdiri dari bagian bagian sebagai berikut:
a. Interface Circuit
Yaitu suatu bagian dari BTS yang menangani fungsi interface pada A‐bis interface (interface antara BSC ke BTS). Pada interface ini menyediakan PCM 30 melalui sebuah modul pada BTS.
b. Control Unit
Yaitu suatu bagian dari BTS yang berfungsi menangani fungsi pengontrolan modul‐modul di BTS dan juga merupakan bagian yang memuat database serta konfigurasi dari suatu BTS.
12
c. TDMA untuk Radio Frequency Channel
Yaitu suatu bagian dari BTS yang menggunakan TDMA frame dengan 8 physical channel dan menangani radio frequency per carrier (per TRX). Dimana bandwith 200 Khz per channel. Dengan subbandwith frequency uplink dan down link 35 MHz. Sedangkan duplex spacing antara uplink dan down link 45 MHz. Jumlah Radio Frequency Channel 174. Selain fungsi penyedian kanal traffic modul ini juga menangani fungsi‐fungsi signalling pada BTS.
d. Antenna Combiner
Yaitu suatu bagian dari BTS dimana hubungan internal control informasi ditransmisikan dari TDMA / RFC sistem ke Antenna Combiner.
Antenna combiner memiliki bagian‐bagian yaitu.
Transmiter dan Reciever (TRX).
Combiner.
Konfigurasi link dari BSC ke BTS (A‐bis) interface ada 3 macam yang mana konfigurasi dan fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Konfigurasi Star
Yaitu suatu konfigurasi link dari BSC ke BTS terhubung langsung, dimana untuk penggunaan time slot pada PCM 30 tergantung dari konfigurasi TRX pada BTS.
b. Konfigurasi Multidrop
13
Yaitu suatu konfigurasi link BSC ke BTS menyambung dari BTS yang terdahulu. Pada konfigurasi ini satu PCM link (A‐bis interface) dapat digunakan lebih dari satu BTS. Konfigurasi multidrop sangat efisien karena dapat menghemat link kearah BSC, tetapi kerugiannya jika link utama dari BSC ke BTS yang terdepat putus maka semua BTS yang ada dibelakangnya akan ikut terputus. Jika hal ini terjadi maka lebih dari satu BTS akan mengalami gangguan.
c. Konfigurasi Loop
Yaitu suatu konfigurasi link BSC ke BTS yang mana konfigurasinya sama seperti multidrop tetapi bedanya pada konfigurasi ini link pada BTS yang terakhir disambungkan lagi kearah BSC. Konfigurasi ini digunakan untuk menjaga kehandalan link pada A‐bis interface (link BSC‐ BTS ).
II.2.1.2. Base Station Controller (BSC)
PLLH
Li
TRAU Li
Li Li
TRAU
L A P D
L A P D
SN
SS7
Telephony Processor
Administrative Processor O&M DK
Interface
BTS
BTS
14
Gambar 2‐2.
Konfigurasi BSC
Pada umumnya setiap BSS terdiri atas beberapa Base Transceiver Station, dengan masing‐masing BTS mempunyai area yang berbeda.
Namun demikian selalu ada area yang over lapping, sehingga kontinuitas komunikasi Mobile Station dengan infrastruktur selular tetap terjaga.
BSC sangat diperlukan untuk mengatur perpindahan Mobile Station dari satu BTS ke BTS lainnya. Perpindahan area ditentukan dari beda kekuatan sinyal antara 2 (dua) BTS Over Lapping.
Adapun fungsi dari BSC adalah sebagai berikut:
Interfacing antara BSC‐MSC, BSC‐BTS dan BSC‐OMC
Alokasi kanal BSC‐BTS
Indikasi channel blocking antara BSC‐MSC
Pengaturan frekuensi hoping
Pengaturan konfigurasi kanal
Pengaturan enkripsi
Proses Handover
Pengaturan broadcasting channel
Base Station Controller (BSC)
15
BSC adalah bagian inti (intellegent) dari sistem BSS yang menghubungkan antra BTS dan MSC. Hubungan dengan menggunakan interface A‐bis sedangkan dalam sistem BSS hubungan antara BSC dan MSC dengan bantuan peralatan jaringan lain, berupa Transcoding and Rate Adaptation Unit (TRAU) melalui interface A‐sub.
Adapun fungsi utama dari BSC adalah:
a. Penyambungan kanal trafik
Pada BSC (Siemens) BSC hubungan antara TRAU dan BTSE melalui PCM30. Proses ini pada BSC dilaksanakan melalui internal BUS System ke LI (Link Interface). Dengan menggunakan Dual/Quartal Trunk Link Periperal (DTLP/QTLP) yang diimplementasikan di dalam LI, kanal trafik tersebut digandakan dan masing‐masing dikirim ke Switch Network (SN). DTLP menyediakan 2 link PCM 30 sedangkan QTLP menyediakan 4 link PCM 30, untuk alasan keamanan, setiap link diduplikasi dua link dalam bentuk Port A dan Port B. Dua atau Empat buah link normal PCM 30 tersebut menyambungkan tiap kanal dengan 13 kbps kanal informasi yang dikodekan ditambah 3 kbps kanal pensinyalan antara TRAU dengan BTSE.
b. Pemrosesan Informasi Pensinyalan
Sinyal informasi OAM (Operation And Maintenance) untuk hubungan antara BSC dengan BTSE dapat diletakan di semua timeslot kecuali timeslot 0, sedangkan untuk hubungan BSC dengan TRAU sinyal informasi OAM ditransmisikan melalui LAPD pada timeslot 31. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa kanal pensinyalan dari MSC diteruskan lewat TRAU secara transparan dan dievaluasi oleh BSC. Di dalam BSS perubahan informasi O&M dan pensinyalan kanal trafik didukung oleh
16
protokol LAPD ( Link Access Protocol D Channel ), timeslots yang digunakan oleh A‐Sub interface tidak dapat dipakai oleh A‐interface, SN ( Switcing Network ) menyambungkan kanal pensinyalan (LAPD, CCS#7) ke prosessor pensinyalan yang bertanggung jawab untuk keamanan transmisi. Telephony processor yang melakukan pemrosesan informasi pensinyalan terdiri dari 2 modul yaitu TDPC (Telephony Distributor Processor Circuit) dan MEMT (Memory Telephony Processor 2 Mbyte RAM Board), sehingga informasi tersebut diduplikasikan untuk dihubungkan pada kedua processor tersebut. Untuk sinyal CCS#7 diproses pada SS7 yang memiliki processor PPCC (Pheriperal Control Card), 1 modul SS7 dapat memproses 4 sinyal CCS#7. Sedangkan untuk sinyal LAPD diproses pada modul LAPD dengan processor PPLD (Pheriperal Link D‐Channel), 4 BSC CONTROL.
Pada BSC Siemens memiliki Administrative Processor yang merupakan pusat BSC sebagai unit control.
Tugas dari Administrative Processor adalah yang sebagai berikut:
Mengatur SN berdasarkan pesan‐pesan yang diterima dari Telephony Processor
Monitoring hardware (mendiagnosa dan mengkonfigurasi hardware)
Pengontrolan hard disk
Penghubung dengan LMT atau OMC melalui OAM Interface
Pengontrol hubungan BSC dengan TRAU dan BTS
Pengontrol program BSC, TRAU dan BSC
Pengontrol untuk mengaktifkan atau mematikan program
Pengontrol pada saat upload ataupun download program
c. OAM ( Operation And Maintenance ) Interface
17
Untuk melakukan operational dan maintenance BSC diperlukan suatu perangkat yang disebut dengan Local Maintence Terminal (LMT).
Pada BSC Untuk menghubungkan antara BSC dan LMT diatur oleh sebuah Modul IXLT. Untuk menghindari agar jika terjadi kerusakan modul IXLT, interkoneksi LMT KE BSC agar tetap bisa berjalan Modul tersebut terduplikasi dengan mode operasi aktif untuk IXLT‐0 dan standby untuk IXLT‐1, hal ini dapat memungkinkan jika terjadi kerusakan pada modul yang aktif maka akan di switch secara otomatis ke modul IXLT yang pada posisi standby menjadi aktif.
Operator dapat mengakses BSC dengan dua cara, yaitu:
1. Secara lokal dengan menggunakan LMT
2. Secara sentral (pusat) dengan menggunakan OMC
Gambar 2‐3.
Penyambungan Kanal Trafik
18
Gambar 2‐4.
Proses Pensinyalan
II.2.1.3. Mobile Switching Center (MSC)
MSC merupakan inti dari jaringan selular, dimana MSC berperan untuk interkoneksi hubungan pembicaraan, baik antar pelanggan selular maupun antar selular dengan jaringan telepon kabel PSTN, ataupun dengan jaringan data.
MSC memberikan pelayanan kepada pelanggan meliputi:
a. Bearer Services:
3,1 KHz telephony
Synchronous data 0,3 Kbit/s ‐ 2,4 Kbit/s
PAD Services
Alternated speech/data b. Teleservices :
Telephony
Emergency calls
Telefax
19
Short message services c. Supplementary services:
Call forwading
Charging services
Call bearing services
Closed user group
II.2.1.4. Home Location Register (HLR)
HLR berfungsi untuk penyimpan semua data dan informas mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat inforamsi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi pelanggan berada.
II.2.1.5. Visitor Location Register (VLR)
VLR berfungsi untuk menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR tersebut (melakukan Roaming). Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan hubungan baik Incoming (panggilan masuk) maupun Outgoing (panggilan keluar).
VLR bertindak sebagai database pelanggan yang bersifat dinamis, karena selalu berubah setiap waktu, menyesuaikan dengan pelanggan yang memasuki atau berpindah naungan MSC. Data yang tersimpan
20
dalam VLR secara otomatis akan selalu berubah mengikuti pergerakan pelanggan. Dengan demikian akan dapat dimonitor secara terus menerus posisi dari pelanggan, dan hal ini akan memungkinkan MSC untuk melakukan interkoneksi pembicaraan dengan pelanggan lain. VLR selalu berhubungan secara intensif dengan HLR yang berfungsi sebagai sumber data pelanggan.
II.2.1.6. Authentication Center (AuC)
AuC menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memeriksa keabsahan pelanggan, sehingga usaha untuk mencoba mengadakan hubungan pembicaraan bagi pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan. Disamping itu AuC berfungsi untuk menghindarkan adanya pihak ketiga yang secara tidak sah mencoba untuk menyadap pembicaraan.
Dengan fasilitas ini, maka kerugian yang dialami pelanggan sistem selular analog saat ini akibat banyaknya usaha memparalel, tidak mungkin terjadi lagi pada GSM. Sebelum proses penyambungan switching dilaksanakan sistem akan memeriksa terlebih dahulu, apakah pelanggan yang akan mengadakan pembicaraan adalah pelanggan yang sah.
AuC menyimpan informasi mengenai authentication dan chipering key. Karena fungsinya yang mengharuskan sangat khusus, authentication mempunyai algoritma yang spesifik, disertai prosedur chipering yang berbeda untuk masing‐masing pelanggan. Kondisi ini menyebabkan AuC memerlukan kapasitas memory yang sangat besar. Wajar apabila GSM memerlukan kapasitas memory sangat besar pula.
21
Karena fungsinya yang sangat penting, maka operator selular harus dapat menjaga keamanannya agar tidak dapat diakses oleh personil yang tidak berkepentingan. Personil yang mengoperasikan dilengkapi dengan chipcard dan juga password identitas dirinya.
II.2.1.7. Equipment Identity Register (EIR)
EIR memuat data‐data peralatan pelanggan yang dibagi atas 3 (tiga) kategori, yakni:
a. Peralatan yang diijinkan untuk mengadakan hubungan pembicaraan kemanapun.
b. Peralatan yang dibatasi dan hanya diijinkan mengadakan hubungan pembicaraan ketujuan yang terbatas.
c. Peralatan yang sama sekali tidak diijinkan untuk berkomunikasi.
Keberadaan EIR belum distandardisasi secara penuh, oleh karena itu belum dioperasikan di semua operator Eropa. Masih diperlukan klasifikasi di Eropa dan penyempurnaan yang berkaitan dengan aspek hukum.
GSM memberikan banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem analog yang ada:
a. Dapat melakukan International Roaming
b. Tidak terpaku kepada satu pemasok, sehingga tidak terjadi monopoli
c. Validitas pelanggan diperiksa sebelum hubungan pembicaraan terlaksana
22
d. Dengan fasilitas frekuensi hoping, tidak ada pihak ketiga yang secara tidak sah dapat ikut mendengarkan pembicaraan
e. Kualitas suara yang lebih baik dan lebih peka f. Kapasitas pelanggan yang lebih besar
g. Features pelanggan yang lebih beragam, paging, facsimile, dan ISDN
II.3. Short Message Service (SMS)
Short Message Service (SMS) merupakan sebuah layanan yang banyak diaplikasikan pada sistem komunikasi tanpa kabel, memungkinkan dilakukannya pengiriman pesan dalam bentuk alphanumeric antara terminal pelanggan dengan sistem eksternal seperti email, paging, voice mail dan lain‐lain. SMS pertama kali muncul di Eropa pada sekitar tahun 1991 bersama dengan sebuah teknologi komunikasi wireless yang saat ini cukup banyak penggunanya, yaitu Global System for Mobile Communication (GSM). Dipercaya bahwa message pertama yang dikirimkan menggunakan SMS dilakukan pada bulan Desember 1992, dikirimkan dari sebuah Personal Computer (PC) ke telepon mobile (bergerak) dalam jaringan GSM milik Vodafone Inggris.
Perkembangannya kemudian merambah ke benua Amerika, dipelopori oleh beberapa operator komunikasi bergerak berbasis digital seperti BellSouth Mobility, PrimeCo, Nextel, dan beberapa operator lain.
Teknologi digital yang digunakan bervariasi dari yang berbasis GSM, Time Division Multiple Access (TDMA) hingga Code Division Multiple Access (CDMA).
Tidak diragukan lagi SMS sangat sukses di pasaran, di tempat
23
kelahirannya sendiri, yaitu Eropa, trafik SMS mencapai lebih dari 3 milyar message per bulan meskipun tanpa ada program marketing yang proaktif dari operator selular dan vendor pembuat perangkat komunikasi bergerak. Kesuksesan SMS dianggap sebagai kesuksesan yang tidak disengaja dan cukup mengejutkan bagi pihak‐pihak yang terjun dalam industri telekomunikasi bergerak karena beberapa pihak yang berkompeten sebelumnya memprediksi bahwa SMS tidak akan laku karena penggunaannya cukup sulit dan materi untuk marketingnya sulit ditentukan.
SMS menjadi fenomena tersendiri, dalam waktu yang cukup singkat tingkat pertumbuhannya sangat tinggi tanpa ada penurunan tarif yang berarti, bahkan dapat dikatakan tarifnya mengambil posisi steady state. Biasanya, bahkan dalam kasus layanan telepon bergerak, tarif akan turun seiring dengan meningkatnya penggunaan. Fakta lainnya adalah fasilitas SMS dalam telepon bergerak ternyata punya andil cukup besar dalam menarik kaum muda masuk ke pasar telepon bergerak.
Dalam sistem SMS, mekanisme utama yang dilakukan dalam sistem adalah melakukan pengiriman short message dari satu terminal pelanggan ke terminal lain. Hal ini dapat dilakukan berkat adanya sebuah entitas dalam sistem SMS yang bernama Short Message Service Center (SMSC), disebut juga Message Center (MC). SMSC merupakan sebuah perangkat yang melakukan tugas store dan forward trafik short message.
Di dalamnya termasuk penentuan atau pencarian rute tujuan ahir dari short message. Sebuah SMSC biasanya didesain untuk dapat menangani short message dari berbagai sumber seperti Voice Mail System (VMS), Web‐
based messaging, Email Integration, External Short Messaging Entities (ESME),
24
dan lain‐lain. Dalam interkoneksi dengan entitas dalam jaringan komunikasi wireless seperti Home Location Register (HLR) dan Mobile Switching Center (MSC), SMSC biasanya selalu menggunakan Signal Transfer Point (STP).
Layanan SMS merupakan sebuah layanan yang bersifat non real time dimana sebuah short message dapat di‐submit ke suatu tujuan, tidak peduli apakah tujuan tersebut aktif atau tidak. Bila dideteksi bahwa tujuan tidak aktif, maka sistem akan menunda pengiriman ke tujuan hingga tujuan aktif kembali. Pada dasarnya sistem SMS akan menjamin delivery dari short message hingga sampai ke tujuan. Kegagalan pengiriman yang bersifat sementara seperti tujuan tidak aktif akan selalu teridentifikasi sehingga pengiriman ulang akan selalu dilakukan kecuali bila diberlakukan aturan bahwa short message yang telah melampaui batas waktu tertentu harus dihapus.
Short Message Service (SMS) adalah salah satu fasilitas yang dimiliki oleh teknologi GSM yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan pesan singkat berupa teks dengan kapasitas maksimal 160 karakter dari sebuah Mobile Station.
Pengiriman SMS yang menggunakan kanal control (kanal signalling) memiliki dua tipe yaitu:
1. SMS Point to Point
Yaitu pengiriman SMS hanya dari satu MS ke MS tertentu.
2. SMS Broadcast
Yaitu pengiriman SMS ke beberapa MS sekaligus, misalnya dari operator ke seluruh pelanggannya.
25
Prinsip kerja SMS adalah bahwa setiap jaringan mempunyai satu Service Center (SC). SC ini berfungsi menyimpan dan meneruskan (store and forward) pesan dari pengirim ke tujuan. Suatu SC menjadi interface antara PLMN (Public Land Mobile Network) GSM dengan berbagai sistem yang lain seperti elektronic mail, faximile, atau suatu Content Provider (CP).
SC terhubung ke PLMN melalui MSC.
II.4. Subsistem Pendukung SMS
SMS memiliki beberapa subsistem pendukung yaitu:
a. SME (Short Message Entity)
Merupakan tempat penyimpanan dan pengiriman message yang akan dikirimkan ke MS tertentu.
b. SC (Service Center)
Bertugas untuk menerima pesan dari SME dan melakukan forwarding ke alamat MS yang dituju.
c. SMS – GMSC
(Short Message Service – Gateway MSC)
Melakukan penerimaan message dari SC dan memeriksa parameter yang ada, selain itu GMSC juga mencari alamat MS yang dituju dengan bantuan HLR, dan mengirimkannya kembali ke MSC yang dimaksud.
d. SMS – IWMSC
(Short Message Service – Interworking MSC)
Berperan dalam SMS Message Originating yaitu menerima pesan
26
dari MSC.
II.5. Elemen – elemen SMS
SMS memiliki 7 elemen khusus dalam pengiriman dan penerimaan pesan:
Validity Period
Yaitu elemen informasi yang menunjukan lamanya suatu pesan berada di SC sampai pesan itu dinyatakan kadaluwarsa.
Service Center Time Stamp
Yaitu elemen informasi yang dikirimkan oleh SC ke Mobile Station yang menyatakan waktu suatu pesan diterima oleh SC.
Protocol Identifier
Yaitu elemen informasi yang menyatakan protokol layer tertinggi yang digunakan.
More Message to Send
Yaitu elemen informasi yang dikirimkan oleh SC ke Mobile Station yang menyatakan bahwa ada atau lebih pesan yang masih akan dikirimkan dari SC.
Priority
Yaitu elemen layanan yang mengindikasikan apakah suatu pesan memiliki prioritas atau tidak.
Message Waiting
Yaitu elemen service yang tersimpan di HLR dan VLR yang terisolasi dengan Mobile Station yang menyatakan bahwa ada pesan tersimpan di SC yang gagal terkirim.
Alert SC
27
Yaitu elemen informasi yang disediakan oleh PLMN GSM yang menginformasikan SC bahwa:
a. Pengiriman pesan ke MS tujuan gagal karena lokasi MS tidak dapat dijangkau atau memori penyimpanan MS sudah melebihi kapasitas.
b. MS sekarang sudah berada di dalam area layanan PLMN atau memori penyimpanan MS sudah ada yang kosong sehingga MS siap menerima pesan dari SC.
II.6. Layanan Dasar SMS
Dalam pengiriman SMS Point to Point dibagi menjadi dua layanan dasar yaitu:
a. SM – MT (Short Message Mobile Terminate Point to Point)
Adalah kemampuan sistem GSM untuk mentransfer message dari SC ke suatu MS dan mengirimkan kembali informasi pengiriman berupa laporan keberhasilan pengiriman ataupun laporan kegagalan pengiriman.
Proses pengiriman SM – MT adalah sebagai berikut:
SMC SMSC HLR MSC VLR MS
28
Gambar 2‐5.
Pengiriman SM – MT
Proses pengiriman secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Short message dikirim dari SME ke SMSC.
b) SMSC menginterogasi HLR dan menerima informasi routing untuk MS.
c) SMSC mengirim short message melalui SMS – GMSC kepada MS yang dituju dengan format forward short message.
d) MSC akan mencari informasi MS yang dituju dari VLR, dalam hal ini prosedur authentikasi juga dijalankan.
e) MSC mengirimkan message ke MS.
f) MSC akan mengirimkan forward short message kembali ke SMSC.
g) Jika diminta oleh SME, maka SMSC akan mengirimkan status report ke SME yang mengindikasikan terkirimnya message.
29
b. SM – MO (Short Message Mobile Originating Point to Point) Adalah kemampuan sistem GSM untuk mentransfer pesan singkat dari suatu MS ke SME (Short Message Entity) melalui SC, serta mengirimkan informasi pengiriman. Proses pengiriman SM‐MO adalah sebagai berikut:
Gambar 2‐6.
Pengiriman SM – MO
Proses pengiriman secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
MS mengirimkan short message ke MSC
MSC menginterogasi VLR apakah MS yang bersangkutan memiliki layanan SMS atau tidak, dalam proses authentikasi.
MSC akan mengirimkan short message ke SMSC melalui SMS – IWMSC dengan format forward short message.
SMSC akan mengirimkan message ke SME.
SMSC akan memberikan SMSC Acknowledgement ke MSC bahwa pengiriman forward short message telah berlangsung sukses.
30
MSC menginformasikan status pengiriman ke MS.
II.7. Transmisi SMS
Berbeda dengan komunikasi data dan suara pada GSM, komunikasi dengan menggunakan layanan SMS tidak memerlukan pembentukan hubungan kanal trafik (TCH/ Traffic Channel) antara pelanggan. Tetapi transmisi pada SMS menggunakan kanal – kanal control pada GSM yaitu SACCH (Slow Associated Control Channel) atau SDCCH (Stand Alone Dedicated Control Channel). Sebagai konsekuensinya adalah transmisi SMS ini dapat terjadi meskipun MS sedang melakukan komunikasi dengan MS lain.
Penggunaan kedua kanal ini sangat tergantung dari penggunaan TCH.
Jika TCH tidak dialokasikan, maka SMS akan menggunakan SDCCH.
Jika TCH dialokasikan selama pengiriman SMS pada SDCCH, transaksi pengiriman akan dihentikan dan dilanjutkan dengan pengiriman pada SACCH yang terasosiasi dengan TCH.
Jika TCH dialokasikan, SMS akan menggunakan kanal SACCH.
Jika TCH dialokasikan pada saat pengiriman SMS pada SACCH.
SMS akan tetap menggunakan SACCH atau dapat juga menggunakan SDCCH jika penggunaan TCH sudah selesai sementara transmisi SMS masih berlangsung.
II.8. Value Added Service Management System (VASMS)
31
VASMS adalah suatu layanan tambahan SMS dimana pengguna jaringan GSM dapat melakukan permintaan informasi melalui SMS yang ditujukan ke Short Number tertentu dan dalam jangka waku tertentu informasi yang diinginkan sampai ke pengguna tersebut.
Jenis layanan VASMS dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) IOD (Informasi on Demand)
Layanan yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna GSM seperti berita politik, olahraga, ekonomi, entertainment dan sebagainya. Informasi ini akan dikirimkan berdasarkan permintaan pengguna GSM tersebut.
2) Interaktif
Layanan yang informasinya interaktif dan saling terkait seperti kuis dan game.
3) Transaksi
Layanan yang berhubungan dengan transaksi atau Perbankkan seperti SMS m‐Banking dan m‐Commerce.
Secara umum suatu Content Provider harus memiliki respon time maksimum 1 detik agar dapat memberikan unjuk kerjanya dengan baik. Meskipun waktu koneksi maksimal yang diperbolehkan antara Content Provider dengan VASMS adalah 10 detik.
ARSITEKTUR LAYANAN VASMS
Berikut adalah gambaran umum arsitektur layanan VASMS:
32
Gambar 2‐7.
Arsitektur Layanan VASMS
Mekanisme proses layanan pada VASMS:
1) MS merequest layanan Value Added Service tertentu dengan mengirimkan SMS dengan format tertentu ke suatu Short Number.
SMS dari MS akan diteruskan dan disampaikan ke Content Provider sesuai dengan layanan yang dimintainya. Saat Content Provider menerima SMS dari VASM maka CP harus memberikan Acknowledgment ke VASM.
2) Content Provider akan mengolah pesan yang diterimanya kemudian menentukan layanan yang diminta dan memberikan informasi yang diinginkan oleh MS yang merequest. Content Provider juga menentukan besar charging yang akan dikenakan kepada MS yang merequest informasi. Kemudian informasi akan dikirimkan lagi ke
33
MS yang merequest melalui VASM. Proses charging dilakukan oleh VASM dan pada database billing transaksi masih berstatus open. Saat ini telah dilakukan pemotongan pulsa MS oleh sistem billing. Jika billing tidak dapat melakukan pemotongan pulsa maka pesan SMS yang berisi informasi tidak diteruskan ke MS. Saat Content Provider mengirimkan SMS ke VASM maka VASM akan memberikan acknowledgment ke Content Provider.
3) Jika MS telah menerima informasi yang dibutuhkan maka akan diberikan report untuk Content Provider dan sistem billing serta transaksi akan berstatus close. Jika ternyata terjadi kegagalan pengiriman maka transaksi di close dan pulsa MS dikembalikan ke jumlah semula sebelum transaksi dilakukan.
BAB III
PENGENALAN SISTEM
INTELLIGENT SMSC (iSMSC) DAN SMSC LOGICA
III.1. Pengenalan Teknologi Sistem Layanan SMS
Pada bagian ini akan dijelaskan teknologi GSM yang terkait dengan layanan SMS. Akan diperkenalkan secara sederhana mengenai perangkat Intelligent SMSC dan SMSC Logica, meliputi blok diagram dan
34
arsitekturnya.
III.2. Pengenalan Sistem Intelligent SMSC III.2.1. Konfigurasi Pelanggan
Intelligent SMSC menyediakan pengiriman secara langsung dimana SMS dikirimkan ke nomer tujuan atau dalam bentuk aplikasi. Di sebut juga sebagai First Delivery Attempt (FDA). Intelligent SMSC menyediakan layanan untuk pelanggan Pra Bayar dan Pasca Bayar. Dimana Siemens Payment@Vantage merupakan interface yang digunakan untuk mengimplementasikan charging pada pelanggan Pra Bayar.
Jika SMS tidak dapat terkirim secara langsung maka akan dialihkan ke SMSC untuk di simpan dan dikirimkan kembali ke tujuan. Dapat dilihat pada bagian Service Flow & Delivery Reports untuk melihat secara detil untuk bagian ini. Intelligent SMS dijalankan dengan menggunakan Tango SX‐5 Platform.
III.2.2. Pilihan Pengiriman Secara Langsung
Intelligent SMSC menyediakan beberapa tipe layanan dalam pengiriman secara langsung seperti di bawah ini:
a. Person to Person (P2P)
Melakukan pengiriman SMS dari nomer pelanggan ke nomer pelanggan yang lain secara langsung.
b. Person to Machine (P2M)
Melakukan pengiriman SMS dari nomer pelanggan untuk tujuan aplikasi. Contohnya adalah pengiriman SMS yang berhubungan
35